Anda di halaman 1dari 79

1HUBUNGAN KEPATUHAN PELAKSANAAN PROGRAM

PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) DENGAN KADAR


GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS
BANTARGEBANG BEKASI 2019

SKRIPSI

Disusun Oleh:
EVA RIYANTI
NPM.15.156.01.11.013

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA
BEKASI
2019

i
ii
HUBUNGAN KEPATUHAN PELAKSANAAN PROGRAM
PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) DENGAN KADAR
GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS
BANTARGEBANG BEKASI 2019

SKRIPSI

Sebagai Persyararan Mencapai Derajat sarjana Keperawatan (S,Kep)


Pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
STIKes Medistra Indonesia

DISUSUN OLEH :

EVA RIYANTI
NPM. 15.156.01.11.013

PROGRAM STUDI S1 ILMUKEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA
BEKASI
2019

i
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN KEPATUHAN PELAKSANAAN PROGRAM


PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) DENGAN KADAR
GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS
BANTARGEBANG BEKASI 2019

SKRIPSI

Disusun Oleh :
Eva Riyanti
NPM. 15.156.01.11.013

Skripsi Ini Telah Disetujui


Tanggal 16Juli2019

Pembimbing,

Kiki Deniati, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN.0316028302

Mengetahui,
Kepala Program Studi Ilmu Keperawatan (S1 & Ners)
STIKes Medistra Indonesia

Nurti Yunika K. Gea, S.Kep.,Ners.


NIK.122606197912

LEMBAR PENGESAHAN

ii
HUBUNGAN KEPATUHAN PELAKSANAAN PROGRAM
PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) DENGAN KADAR
GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS
BANTARGEBANG BEKASI 2019

SKRIPSI
Disusun Oleh:
EVA RIYANTI
15.156.01.11.013

Diajukan di STIKes Medistra Indonesia


Juli 2019

Penguji I Penguji II

Ernauli Meliyana S.Kep., Ners.,M.Kep Kiki Deniati, S.Kep.,


NIDN. 0020057201 Ners.,M.KepNIDN.0316028302

Mengetahui

Wakil Ketua 1 Bidang Akademik


Kepala Program Studi Ilmu
STIKes Medistra
Keperawatan (S1 & Ners) STIKes
Indonesia
Medistra Indonesia

Nurmah, SST., M.Kes Nurti Yunika K. Gea, S.Kep.,Ners


NIDN.0315078302 NIK. 122606197912

Disahkan
Ketua STIKes Medistra Indonesia

Linda K. Telaumbanua, SST., M.Keb


NIDN. 0302028001

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

iii
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Eva Riyanti
Npm : 15.156.01.11.013
Program Studi : Program studi S1 Imu Keperawatan
Judul Skripsi :Hubungan Kepatuhan Pelaksanaan Program Pengelolaan
Penyakit Kronis (Prolanis) Dengan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Di
Puskesmas Bantargebang Bekasi 2019

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa Skripsi yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan meruapakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya
sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Skripsi ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya

Bekasi, 2019
Yang Membuat Pernyataan

Eva Riyanti
NPM. 15.156.01.11.013

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia – Nya sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan penelitian dengan judul “ Hubungan Kepatuhan Pelaksanaan

Program Penyakit Kronis (Prolanis) Dengan Pengendalian Kadar Gula

Darah Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas Bantargebang 2019 “penelitian

ini merupakan salah satu syarat dapat dilanjutkannya penelitian ini pada program

Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Medistra Indonesia.

Selama penyusunan dan penyelesaian penelitian penulis mendapat bantuan

dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala hormat dan kerendahan hati Penulis

menyampaikan penghargaan dan terimakasih kepada :

1. Usman Ompusunggu , SE selaku Ketua Yayasan STIKes Medistra

Indonesia.

2. Vermona Marbun, MKM selaku BPH Yayasan STIKes Medistra

Indonesia.

3. Linda K Telaumbanua, SST. M.Keb selaku Ketua STIKes Medistra

Indinesia.

4. Farida Banjarnahor, SH selaku Wakil Ketua Bidang II Administrasi

STIKes Medistra Indonesia.

5. Hainun Nisa, SST,M.Kes selaku Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan

STIKes Medistra Indonesia.

6. Ns. Nurti Y.K Gea S.Kep selaku Koordinator Program Studi S1 Ilmu

Keperawatan STIKes Medistra Indonesia

v
7. Ns. Kiki Deniati, M.kep selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi penelitian ini

8. Ernauli Meliyana,S.Kep.Ns,M.Kep selaku Walikelas 4A Keperawatan

9. Bapak / Ibu dosen dan Staf STIKes Medistra Indonesia

10. Kedua Orang Tua tercinta Mama dan Bapak yang telah banyak membantu

dan memberikan dorongan dalam bentuk moril maupun materil serta

dukungan do’a dan semangat yang selalui menyertai penulis dalam

penulisan proposal penelitian ini.

11. Teman – teman sejawat Kelas A dan B S1 Ilmu Keperawatan angkatan XI

khususnya kelas A (Teens (The Eccentric and Ellegant Nurse) ) STIKes

Medistra Indonesia yang telah banyak memberikan semangat yang luar

biasa serta motivasi untuk menyelesaikan studi hingga tugas akhir.

Serta semua pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian

ini. Mohon maaf atas segala kesalahan yang mungkin saya perbuat semoga

Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memudahkan langka-langkah kita

menuju kebaikan dan selalu menganugrahi kasih dan sayangnya untuk kita

semua Amin.

Bekasi, 20Mei 2019

Eva Riyanti

vi
ABSTRAK
Hubungan Kepatuhan Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS)
Dengan Pengendalian Kadar Gula Darah Pasian Diabetes Melitus di
Puskesmas Bantargebang Bekasi Tahun 2019
Kiki Deniati1,Eva Riyanti2
1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia
2
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia
bundacadir@gmail.,ners.evariyanti@gmail.com.

Latar Belakang: Insidensi diabetes secara global diperkirakan meningkat dari 366 juta
jiwa menjadi 552 juta jiwa pada 2030 dan akan muncul dengan sendirinya sebagai
tantangan kesehatan utama yang dapat diperlihatkan melalui data diabetes melitusdunia
(Shaw, Sicre, & Zimmet, 2010).Jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia sebanyak
292.715 jiwa, atau sekitar 1.8% dari total peserta asuransi kesehatan Sosial (BPJS
Kesehatan, 2015).Prevalensi diabetes mellitus terdiagnosis dokter atau gejala di Jawa
Barat sebesar 2,0 %. Prevalensi diabetes mellitus pada perempuan cenderung lebih tinggi
dari pada laik-laki (Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2013).Salah satu strategi baru di
indonesia yang dikembangkan oleh BPJS Kesehatan adalah program pengelolaan
penyakit kronis (PROLANIS).
Tujuan Penelitian : Penelitianini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan
program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS) dengan pengendalian kadar gula
darah pasien diabetes melitus di Puskesmas Bantargebang 2019.
Metode Penelitian :Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah
korelational analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini
adalah seluruh pasien Diabetes Melitus dengan penjamin BPJS kesehatan di
Puskesmas Bantargebang. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive
sampling dengan teknik non-probability samplingjumlah sample penelitian ini
sebanyak 20 responden. Uji ststistik menggunakan chi-square.
Hasil Penelitian: Menunjukan bahwa terdapathubungan yang signifikan antara
kepatuhan pelaksanaan program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS)
dengan pengendalian kadar gula darah pasien dm di puskesmas bantar gebang
2019” .hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan P
Value sebesar 0,018 < α=0,05 dinyatakan H0 ditolak.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antarakepatuhan pelaksanaan program
pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS) dengan pengendalian kadar gula darah
pasien diabetes melitus sehingga dapat digunakan sebagai acuan pasien pasien
diabetes untuk patuh dalam mengikuti kegiatan prolanis agar memiliki kadar gula
darah yang terkendali.
Kata Kunci: Kepatuhan PROLANIS, Pengendalian Kadar Gula Darah, Diabetes
Melitus,BPJS Kesehatan
Daftar Acuan: 2013-2019
Jumlah Halaman:xiv+58

vii
ABSTRACT
The Relationship Of Compliance Chronic Deasease Management Program
(PROLANIS) With Controlling Blood Sugar Level In Diabetic Mellitus Patient
At Bantargebang Bekasi Health Center 2019
Kiki Deniati1,Eva Riyanti2
1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia
2
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia
bundacadir@gmail.,ners.evariyanti@gmail.com.

Background: Global incidence of diabetes is estimated to increase from 366


million to 552 million by 2030 and will emerge as a major health challenge that
can be demonstrated through global diabetic mellitus data (Shaw, Sicre, &
Zimmet, 2010). The number of diabetic mallitus patients in Indonesia is 292,715
people, or around 1.8% of the total Askes Social participants (health BPJS .
2015). the prevalence of diagnosed diabetes mellitus or symptoms in West Java is
2.0%. The prevalence of diabetes mellitus in women tends to be higher than that
of men (Dinkes West Java Province, 2013). One of the new strategies in
Indonesia developed by health BPJS is a chronic disease management program
(PROLANIS).
Objective: The aim of this study was to determine the relationship of compliance
with chronic disease management programs (PROLANIS) with blood sugar level
control in patients with diabetes mellitus in Bantargebang Health Center 2019.
Research Methods: The design used in this study is correlational analytic with a
cross sectional approach. The population of this study was all Diabetes Mellitus
patients with guarantor of health BPJS at Bantargebang Health Center.
Sampling using purposive sampling method with non-probability sampling
technique the number of samples of this study were 20 respondents. The
statistical test uses chi-square.
Results: It was shown that there was a significant relationship between adherence
to the implementation of a chronic disease management program (prolanis) and
blood sugar level control in patients at 2019 bantar gebang health center. "The
statistical analysis using the chi square test obtained a P value of 0.018 <α = 0 ,
05 stated H0 rejected.
Conclusion: There is a relationship between compliance with the implementation
of a chronic disease management program olanis) with blood sugar level control
in patients with diabetes mellitus so that it can be used as a reference for diabetic
patients to obey prolanis activities in order to have controlled blood sugar levels.
Keywords: PROLANIS Compliance, Blood Sugar Level Control, Diabetes
Mellitus, Health BPJS.
Reference List: 2013-2019
Number of pages: xiv+58

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR SKEMA .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I_PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................ 5
1. Tujuan Umum .......................................................................... 5
2. Tujuan Khusus ......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
1. Manfaat Praktis ........................................................................ 5
2. Manfaat Teoritis ...................................................................... 6
E. Keaslian Penelitian ........................................................................ 6

BAB II_TINJAUAN TEORI ......................................................................... 10


A. Diabetes Melitus ............................................................................ 10
1. Definisi Diabetes Melitus ........................................................ 10
2. Klasifikasi Diabetes ................................................................. 11
3. Etiologi .................................................................................... 12
4. Patofisiologi ............................................................................. 13
5. Manifestasi Klinis .................................................................... 14
6. Kompliksi ................................................................................ 15
7. Penatalaksanaan ....................................................................... 16
B. Pengendalian Kadar Gula Darah ................................................... 21
1. Gula darah .............................................................................. 21
2. Pengertian Pengendalian Kadar Gula darah ........................... 23
3. Nilai Normal Kadar Gula Darah ............................................ 23
4. HBA1C (Glycated Hemoglobin atau Glycosylated
Hemoglobin) ........................................................................... 24
C. Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) ................... 27
1. Definisi Program pengelolaan penyakit kronis ...................... 27
2. Tujuan Program Pengelolaan Penyakit Kronis ...................... 28
3. Sasaran Program Pengelolaan Penyakit Kronis ..................... 28
4. Bentuk Pelaksanaan ................................................................ 28
5. Penanggung Jawab ................................................................. 31
6. Langkah Pelaksanaan ............................................................. 31
D. Kepatuhan ...................................................................................... 33
1. Pengertian Kepatuhan .............................................................. 33

ix
E. Kerangka Teori .............................................................................. 34

BAB III_KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ................................. 36


A. Kerangka Konsep .......................................................................... 36
B. Hipotesis ........................................................................................ 37

BAB IV_METODELOGI PENELITIAN .................................................... 38


A. Desain Penelitian ........................................................................... 38
B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ........................................ 38
1. Populasi ................................................................................... 38
2. Sampel...................................................................................... 39
3. Teknik Sampling ..................................................................... 40
C. Variabel Penelitian ........................................................................ 40
1. Independen (Bebas) ................................................................ 41
2. Variabel Depeden .................................................................... 41
D. Definisi Operasional ...................................................................... 41
E. Lokasi Penelitian ........................................................................... 42
F. Waktu Penelitian ........................................................................... 42
G. Prosedur Penelitian ........................................................................ 42
1. Jenis Data ............................................................................... 42
2. Langakah Pengumpulan data ................................................. 43
H. Instrumen Penelitian ...................................................................... 45
I. Analisa data ................................................................................... 46
1. Analisa Univariat .................................................................... 46
2. Analisis Bivariate ................................................................... 46
J. Etika Penelitian .............................................................................. 47
1. Lembar Persetujuan (Invormed Consent) ............................... 47
2. Kerahasiaan (convidentially) .................................................. 47
3. Keanoniman (anonimity) ........................................................ 48
4. Keadilan (justice) ................................................................... 48
5. Asas Kemanfaatan (beneficence) ........................................... 48

BAB V_HASIL PENELITIAN ..................................................................... 49


A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ............................................ 49
1. Profil Puskesmas Bantar Gebang ........................................... 49
2. Visi dan Misi Puskesmas Bantar Gebang .............................. 50
B. Hasil Penelitian .............................................................................. 50
1. Analisa Univariate ................................................................... 50
2. Analisis bivariate ..................................................................... 52

BAB VI_PEMBAHASAN .............................................................................. 53


A. Interpretasi dan Diskusi Hasil ....................................................... 53
1. Kepatuhan Melaksanakan Prolanis ......................................... 53
2. Pengendalian Kadar Gula darah .............................................. 55
3. Hubungan kepatuhan program Pengelolaan Penyakin Kronis
(Prolanis) Dengan Kadar Gula darah Pasien Diabetes Melitus
di Puskesmas Bantar Gebang 2019 ......................................... 56
B. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 59

x
BAB VII_PENUTUP ...................................................................................... 61
A. Kesimpulan .................................................................................... 61
B. Saran .............................................................................................. 62

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian penelitain ........................................................................


6
Tabel 2.1 Kadar gula darah sewaktu dan puasa sebagai patokan
penyaringan dan diagnosis DM (mg/dl) .......................................
23
Tabel 2.2 Kriteria pengendalian DM ............................................................
23
Tabel 2.3 Tes laboratorium darah untuk diagnosis diabetes dan
prediabetes ( PERKENI, 2015 ) ....................................................
25
Tabel 4.1 kriteria inklusi dan ekslusi ............................................................
37
Tabel 4.2 Definisi Operasional .....................................................................
40
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Responden Dalam
Melaksanakan Prolanis Di Puskesmas Bantargebang Bekasi
Tahun 2019....................................................................................
46
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengendalian Kadar Gula Darah
Pasien DM Di Puskesmas Bantargebang Bekasi Tahun 2019.......
47
Tabel 5.3 Hubungan Kepatuhan Program Pengelolaan Penyakit
Kronis (Prolanis) Dengan Pengendalian Kadar Gula
Diabetes Melitus di Puskesmas Bantargebang Bekasi Tahun
2019...............................................................................................
47

xii
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 patofisiologi ...................................................................................


13
Skema 2.2 Kerangla Teori ...............................................................................
33
Skema 3.1 Kerangka Konsep ...........................................................................
34

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Pengajuan Judul Skripsi


Lampiran 2 : Surat Studi Pendahuluan
Lampiran 3 : Surat Ijin Penelitian Puskesmas
Lampiran 4 : Surat Ijin Penelitian Dinas Kesehatan
Lampiran 5 : Lembar Kegiatan Bimbingan Skripsi
Lampiran 6 : Lembar Permohonan Sidang Skripsi
Lampiran 7 : Master Tabel Uji Validitas Dan Reliabilitas
Lampiran 8 : Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas
Lampiran 9 : Kuesioner Responden
Lampiran 10 : Surat Permohonan Penelitian
Lampiran 11 : Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 12 : Dokumentasi Kegiatan Penelitian
Lampiran 13 : Master Tabel Hasil Penelitian
Lampiran 14 : Hasil Output Analisis Komputerisasi Spss
Lampiran 15 : Lembar Penyelesaian Tugas Dan Kewajiban Mahasiswa
Lampiran 16 : Surat Balasan Penelitian
Lampiran 17 : Lembar Permohonan Sidang Akhir Skripsi
Lampiran 19 : Lembar Persembahan
Lampiran 20 : Riwayat Hidup

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit global endemic yang

menyerang sistem metabolik. Insidensi diabetes secara global diperkirakan

meningkat dari 366 juta jiwa menjadi 552 juta jiwa pada 2030 dan akan

muncul dengan sendirinya sebagai tantangan kesehatan utama yang dapat

diperlihatkan melalui data DM global (Shaw, Sicre, & Zimmet, 2010).

Jika tidak ada tindakan yang dilakukan, jumlah ini diperkirakan meningkat

menjadi 552 juta jiwa pada tahun 2030 dan akan menjadi penyebab 4,6

juta kematian (International Diabetes Federation, 2011).

Jumlah penderita DM di Indonesia sebanyak 292.715 jiwa, atau

sekitar 1.8% dari total peserta Askes Sosial (BPJS Kesehatan, 2015).

Menurut data dari organisasi kesehatan di dunia World Health

Organisation (WHO), diperkirakan jumlah penyandang diabetes mellitus

di Indonesia mencapai 21,3 juta orang pada tahun 2030, Sedangkan dari

hasil International Diabetes Federation (IDF), diperkirakan jumlah

penderita diabetes melitus mencapai lebih dari 371 juta jiwa di seluruh

dunia yang berusia antara 20-79 tahun. Indonesia menduduki urutan

ketujuh dengan kejadian diabetes paling tinggi, di bawah China, India,

USA, Brazil, Rusia, dan Meksiko (Kemenkes, 2013). Pada tahun 2013

terdapat 15 kabupaten kota dengan angka kejadian diabetes melitus

melebihi angka kejadian diabetes mellitus Provinsi Jawa Barat. Sedangkan

tahun 2012 sebanyak 10 kabupaten kota. Berarti pada tahun 2013

1
2

mengalami peningkatan jumlah kabupaten kota dengan kejadian diabetes

mellitus melebihi angka kejadian provinsi (Dinkes Provinsi Jawa Barat,

2013).

Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 prevalensi diabetes mellitus di

Indonesia sebesar 2,1%, sedangkan prevalensi diabetes mellitus

terdiagnosis dokter atau gejala di Jawa Barat sebesar 2,0 %. Prevalensi

diabetes mellitus pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laik-

laki (Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2013). Kecenderungan kejadian

penyakit diabetes mellitus di Kota Bandung pada tahun 2015 relatif

cenderung meningkat dibanding tahun 2014. Angka kejadian diabetes

mellitus 2015 mencapai 31.711 penduduk, sedangkan tahun 2014

mencapai 24.301 penduduk (Dinkes Kota Bandung, 2015). Mengingat

tingginya prevalensi diabetes melitus di Indonesia juga turut meningkatkan

terjadinya komplikasi akibat diabetes melitus baik akut maupun kronis.

Sehingga pengendalian kadar gula darah secara terprogram harus

dicanangkan guna mencegah terjadinya komplikasi-komplikasi tersebut.

Pencegahan komplikasi kronik tidak hanya dengan pengendalian

kadar glukosa darah saja tetapi diperlukan pengendalian diabetes yang

baik. Pengembangan strategi baru untuk meningkatkan pengendalian

diabetes dan komplikasinya akan sangat bermanfaat (Bianchi, Miccoli,

Daniele, Penno, & Del Prato, 2009). Salah satu strategi baru di indonesia

yang dikembangkan oleh BPJS Kesehatan adalah program pengelolaan

penyakit kronis (PROLANIS).


3

Program program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS)

adalah suatu sistem tata laksana pelayanan kesehatan dan edukasi

kesehatan bagi peserta Askes Sosial yang menderita penyakit hipertensi

dan DM tipe 2 agar mencapai kualitas hidup yang optimal secara mandiri

(Idris, 2014). Pelaksanaan program pengelolaan penyakit kronis

(PROLANIS) di Indonesia berlangsung sejak tahun 2010, program ini

merupakan suatu pengelolaan penyakit kronis dengan bentuk tindakan

promotif dan preventif yang terintegrasi. Penyakit kronis yang ditangani

saat ini salah satunya adalah DM tipe 2 (Idris, 2014).

Aktivitas program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS)

sendiri terdiri atas konsultasi medis peserta PROLANIS: jadwal konsultasi

disepakati bersama antara peserta dengan fasilitas kesehatan pengelola,

edukasi klub risiko tinggi (Klub PROLANIS) adalah kegiatan untuk

meningkatkan pengetahuan kesehatan dalam upaya memulihkan penyakit

dan mencegah timbulnya kembali penyakit serta meningkatkan status

kesehatan bagi peserta program pengelolaan penyakit kronis

(PROLANIS), reminder atau kegiatan untuk memotivasi peserta untuk

melakukan kunjungan rutin kepada fasilitas kesehatan pengelola melalui

pengingatan jadwal konsultasi ke fasilitas kesehatan pengelola tersebut,

dan home visit berupa kegiatan pelayanan kunjungan ke rumah peserta

program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS) untuk pemberian

informasi/edukasi kesehatan diri dan lingkungan bagi peserta program

pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS) dan keluarga (BPJS Kesehatan,

2015).
4

Pencegahan komplikasi dengan menjaga stabilitas gula darah

penting untuk dilakukan. Oleh karena itu, pemerintah melalui BPJS

memberikan pelayanan untuk membantu menjaga stabilitas gula darah

dengan membentuk PROLANIS untuk diabetes melitus tipe 2. Program

PROLANIS yang dilaksanakan bagi penderita DM tipe 2 memiliki 4

pilarPenelitian sebelumnya (Ningsih, 2017) yang berjudul pengaruh

program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS) terhadap penurunan

tekanan darah pada pasien hipertensi berbasis teori caring, di dapatkan

hasil bahwa ada pengaruh program pengelolaan penyakit kronis

(PROLANIS) terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi

(p=0,001). Berdasarkan pemaparan tersebut peneliti tertarik untuk

hubungan pelaksanaan program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS)

dengan pengendalian kadar gula darah pasien diabetes melitus di

Puskesmas Bantargebang 2019.

B. Rumusan Masalah

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit global endemic yang

menyerang sistem metabolik, Jumlah penderita DM di Indonesia

sebanyak 292.715 jiwa,mengingat tingginya prevalensi diabetes melitus di

Indonesia, turut meningkatkan pula terjadinya komplikasi akibat diabetes

melitus baik akut maupun kronis. Sehingga pengendalian kadar gula darah

secara terprogram harus dicanangkan guna mencegah terjadinya

komplikasi-komplikasi tersebut, Strategi baru di Indonesia yang

dikembangkan oleh BPJS Kesehatan adalah program pengelolaan penyakit

kronis (PROLANIS). Berdasarkan latar belakang masalah yang telah


5

diuraikan diatas peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan

antara pelaksanaan program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS)

dengan pengendalian kadar gula darah pasien diabetes melitus di

Puskesmas Bantargebang 2019.

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan kepatuhan program pengelolaan

penyakit kronis (PROLANIS) dengan pengendalian kadar gula darah

pasien diabetes melitus di Puskesmas Bantargebang 2019.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi kepatuhan pelaksanaan program

pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS) di Puskesmas

Bantargebang.

b. Mengetahui distribusi frekuensi pengendalian kadar gula darah

pasien diabetes melitus yang mengikuti program pengelolaan

penyakit kronis (PROLANIS) di Puskesmas Bantargebang.

c. Mengetahui hubungan kepatuhan pelaksanaan program

pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS) dengan

pengendaliankadar gula darah pasien diabetes melitus di

Puskesmas Bantargebang.
6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dapat memberian masukan bagi pelayanan

kesehatan guna meningkatkan mutu dari pelayanan kesehatan dan

standar operasional prosedur (SOP) hingga diharapkan dapat

memberikan masukan inforamasi pengetahuan tenaga kesehatan

terkait hubungan kepatuhan pelaksanaan program pengelolaan

penyakit kronis (PROLANIS) dengan pengendalian kadar gula darah

pasien diabetes melitus di Puskesmas Bantargebang 2019.

2. Manfaat teoritis

a. Manfaat bagi STIKes Medistra Indonesia

Sebagai referensi rekan-rekan mahasiswa STIKes Medistra

Indonesia keperawatan terkait masalah pelayanan keperawatan

baik ditingkat puskesmas maupun rumah sakit. Selain itu hasil

penelitian ini secara teoritis akan menambah pengetahuan bagi

rekan-rekan mahasiswa tentang hubungan kepatuhan program

pengelolaan penyakit kronis dengan kadar gula darah pasien

diabetes melitus di Puskesmas Bantargebang.

b. Manfaat bagi peneliti selanjutya

Sebagai referensi bagi penulis selanjutnya untuk meneliti

dengan metode lain dan meneliti faktor-faktor yang

menghubungkan kepatuhan pelaksanaan program pengelolaan


7

penyakit kronis (PROLANIS) dengan kadar gula darah pasien

diabetes melitus.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian penelitain


No Nama Judul Penelitian Tahun Hasil
1 Musfirah Ahmad1, Korelasi Antara 2018 terdapat korelasi yang signifikan antara pelaksanaan
Nurwahyuni Pelaksanaan PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT
Munir2 Program KRONIS (PROLANIS) dengan Gula Darah Puasa
pengelolaan (GDP) (p = 0,001; r = -0,724.
penyakit kronis
(PROLANIS).Den
gan Pengendalian
Kadar Gula Darah
Penderita Dm
Tipe 2 Di
Puskesmas
Antang Dan
Pampang Kota
Makassar
2 Ningsih Eka Pengaruh program 2017 Hasil penelitian ini menunjukan sebagian besa rdari
Purwati pengelolaan responden setelah dberikan program pengelolaan
penyakit kronis penyakit kronis (PROLANIS) ada;ah normal tinggi
(PROLANIS) sebanyak 17 responden (47,2%)
terhadap tekanan
darah pada pasien
hioertensi berbasis
teori caring
3 Uyunul janah Gambaran 2018 Hasil penelitian Penelitian menunjukkan bahwa
pelaksanaa sebagian besar Puskesmas di Kota Makassar dalam
program menjalankan kegiatan Program pengelolaan penyakit
pengelolaan kronis (PROLANIS).Namun, tidak semua Puskesmas
penyakit kronis di melaksanakan secara keseluruhan kegiatan dalam
puskesmas kota program Program pengelolaan penyakit kronis
makasar (PROLANIS). Dari 44 Puskesmas, hanya 1 yang
tidak melakukan konsultasi medis tetapi semua
Puskesmas telah melakukan edukasi dan aktivitas
fisik. Dari 44 Puskesmas, hanya 39 yang melakukan
8

reminder sms gateway dan hanya 28 Puskesmas


melakukan kegiatan kunjungan rumah.
Deiby O. Pengaruh senam 2016 Berdasarkan hasil penelitian pada 25 subyek yang
Lumempouw Program diberi perlakuan senam Program pengelolaan
Herlina I. S. pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS) dapat disimpulkan
Wungouw penyakit kronis bahwa pada kedua kelompok latihan terdapat
Hedison Polii (PROLANIS) penurunan bermakna tekanan darah sistolik dan
terhadap diastolik setelah senam Program pengelolaan
penyandang penyakit kronis (PROLANIS) selama 4 minggu
hipertensi berturut-turut
Restyana Noor Diabetes melitus 2008 Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008,
Fatimah tipe 2 menunjukan angka kejadian Diabetes Melitus di
Indonesia mencapai 57% sedangkan kejadian di
Dunia diabetes melitus tipe 2 adalah 95%. Faktor
resiko dari Diabetes melitus tipe 2 yaitu usia, jenis
kelamin,obesitas,hipertensi,
genetik,makanan,merokok,alkohol,kurang
aktivitas,lingkar perut,
Anugrah Dhea Perilaku 2007 .Berdasarkan hasil penelitian, didapat pasien yang
Pradyta, Siti pemanfaatan memiliki status kesehatan baik 42 orang (78,0%).
Masfiah, Elviera program Partisipasi peserta dalam kegiatan senam program
Gamelia, Arrum pengelolaan pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS) yang baik
Firda Ayu penyakit kronis 128 pasien (67,0%). Sedangkan kegiatan pendidikan
Maqfiroch (PROLANIS) kesehatan pasrtisipasi dengan baik 128 pasien
dengan status (67,0%). Hasil uji Chi Square signifikan 0,018 (p
kesehatan pasien <0,05), yang berarti ada hubungan antara aktivitas
diabetes mellitus program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS)
di kota dengan status kesehatan penderita diabetes
purwokerto mellitus.Ada hubungan antara senam program
pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS) dan status
kesehatan pasien Diabetes Mellitus
Ria Arisandi1, Rani Hubungan Kadar 2018 Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak
Himayani2, HbA1c dengan ada hubungan antara kadar HbA1C dengan angka
Muhammad Angka Kejadian kejadian retinopati diabetik pada pasien DM tipe 2 di
Maulana3 Retinopati Puskesmas Kedaton Kota Bandar Lampung, namun
Diabetik pada secara klinis seluruh pasien yang menderita RD
Pasien Diabetes memiliki kadar HbA1C yang tidak terkontrol.
Melitus Tipe 2
yang Mengikuti
Program
9

pengelolaan
penyakit kronis
(PROLANIS) di
Puskesmas
Kedaton Kota
Bandar Lampung
Deiby O. Pengaruh senam 2016 Pada kedua kelompok latihan terdapat penurunan
Lumempouw Program bermakna tekanan darah sistolik dan diastolik setelah
Herlina I. S. pengelolaan senam Program pengelolaan penyakit kronis
Wungouw penyakit kronis (PROLANIS) selama 4 minggu berturut-turu
3Hedison Polii (PROLANIS)
terhadap
penyandang
hipertensi
Adityanprimahuda , Hubungan antara 2016 ada hubungan antara kepatuhan mengikuti
untung sujianto kepatuhan PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT
mengikuti KRONIS (PROLANIS) dengan stabilitas gula darah
program sehingga dapat digunakan sebagai acuan diabetisi
pengelolaan dalam meningkatkan kepatuhan pada 4 pilar
penyakit kronis penatalaksanaan PROGRAM PENGELOLAAN
(PROLANIS) PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) DM agar
BPJS dengan memiliki gula darah yang stabil.
Stabilitas gula
darah pada
penderita diabetes
melitus di
puskesmas babat
kabupaten
lamongan
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Diabetes Melitus

1. Definisi diabetes melitus

Diabetes melitus merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan

peningkatan konsentrasi glukosa darah disertai munculnya gelaja utama

yang khas, yakni urine yang beras manis dalam jumlah yang besar.

Istilah “diabetes” berasal dari bahasa yunani yang berarti “siphon”,

kerika tubuh menjadi suatu saluran untuk mengeluarkan cairan yang

berlebihan, dan “melitus” dari bahsa yunani dan latin yang berarti madu.

Kelainan yang menjadi penyebab mendasar dari diabetes melitus adalah

defisiensi relatif atau absolute dari hormon insulin. Insulin merupakan

satu satunya hormon yang dapat menurunkan kadar glukosa dalam

darah. (rudy bilous & richard donelly, dalam buku pegangan

diabetes,2014).

Diabetes melitus menjadi masalah kesehatan masyarakat utama

karena komplikasinya bersifat jangka pendek dan jangka panjang.

Defisiensi absolut dari insulin menyebabkan ketoasidosis dan koma

yang diikuti dengan kematian, bahkan diingris ataupun negara maju

lainya. Koma hipersomolar hiperglikemik tidak sering terjadi dan lebih

bersifat tersembunyi, namun membahayakan. Meskipun demikian

masalah tersebut tetap merupakan masalah yang serius pada penderita

diabetes tipe 2.

10
11

2. Klasifikasi diabetes

Klasifikasi diabetes saat ini berdasarkan pada etiologi penyakit

terdapat empat kategori daibetes:

a. Diabetes tipe 1

Disebabkan oleh penghancuran sel β biasanya mengarah

pada defisiensi insulin absolut (autoimun, idiopatik)

b. Diabetes tipe 2

Disebabkan oleh kombinasi resistensi inslin dan disfungsi

sekresi insulin dan dsifungsi sekresi insulin sel β.

c. Diabetes tipe khusus

Disebabkan oleh konsdisi seperti endokrinopati, penyakit

eksokrin pankreas, genetik,dll)

d. Diabetes gestasional

Diabetes merupakan masalah medis yang paling sering

memperumit kehamilan dan satu dari 264 kelahiran diinggris

dapat menglami masalah tersebut. Diabetes gestasional

berkaitan dengan dua kali lipat peningkatan kecacatan bawaan

perinatal, dan lima kali peningkatan angka kejadian lahir-mati

(stillbirth) diabandingkan dengan wanita non diabetes dengan

usia dan paritas yang sama komplikasi tersebut berhubungan

denan kontrol glikemi pada awal kehamilan.

Klasifikasi ini menggantikan klasifikasi sebelumnya

tentang klasifikasi diabetes, yaitu diabetes bergantung insulin (

insulin-dependent diabetes mellitus, IIDM) secara luas


12

ekuivalen dengan diabetes tipe 1 dan diabetes tidak bergantung

pada insulin ( non-insulin dependent diabetes mellitus,

NIIDM). Salah satu kelemahan dari jenis penglasifikasian

menurut pengobatan tersebut adalah bahwa subjek dapat

mengubah jenis diabetes yang diderita.

3. Etiologi

Etiologi atau factor penyebab penyakit diabetes melitus bersifat

heterogen, akan tetapi dominan genetik atau keturunan biasanya

menjanai peran utama dalam mayoritas Diabetes Melitus (Riyadi,

2011). Adapun faktor – factor lain sebagai kemungkinan etiologi

penyakit Diabetus Melitus antara lain :

a. Kelainan pada sel B pankreas, berkisar dari hilangnya sel B

sampai dengan terjadinya kegagalan pada sel Bmelepas

insulin.

b. Factor lingkungan sekitar yang mampu mengubah fungsi

sel b, antara lain agen yang mampu menimbulkan infeksi,

diet dimana pemasukan karbohidrat serta gula yang

diproses secara berlebih, obesitas dan kehamilan.

c. Adanya gangguan system imunitas pada penderita /

gangguan system imunologi

d. Adanya kelainan insulin

e. Pola hidup yang tidak sehat


13

4. Patofisiologi

Skema 2.1 patofisiologi

Defisiensi Insulin

Glukagon Penurunan pemakaian


glukosa oleh sel

Glukoneogenesis
Hiperglikemia

lemak protein Glycosuria

ketogenesis Osmotic Diuresis


BUN
Kekurangan
Dehidrasi Volume
ketonemias
Nitrogen urin Cairan

Mual Muntah Hemokonsentrasi


pH

Asidosis Trombosis
Resti Ggn Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan
 Koma Arterosklerosis
Tubuh
 kematian

Makrovaskuler Mikrovaskuler

Retina Ginjal
Jantung Serebral Ekstremitas
Nyeri Akut
Retinopati
Nefropati
Miokard Stroke Ganggren diabetik
Infark
Sumber: fadila.(2012).dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ggn. Gagal Ginjal
penglihatan
14

5. Manifestasi klinis

a. Poliuri/banyak buang air kecil

Poliuri banyak kencing merupakan gejala umum pada penderita

diabetes melitus. Biasanya banyaknya air kencing ini disebabkan

gula dalam darah (glukosa) yang terlalu banyak, sehingga akan

membuat tubuh harus segera mengeluarkan kelebihan gula

tersebut melalui ginjal bersamaan dengan urin. Gejala ini biasanya

timbul pada malam hari, karena kadar gula adarah relatif tinggi

pada malam hari.

b. Polidipsi / banyak minum

Polidipsi merupakan akibat reaksi tubuh karena banyak

mengeluarkan urin . Gejala ini sebenarnya

c. Polifagi/banyak makan

Polipagi terjadi akibat dari berkurangnya cadangan gula

dalam tubuh meskipun kadar gula dalam darah tinggi, sehingga

tubuh berusaha untuk memperoleh cadangan gula dari makanan

yang diterima

d. Penurunan berat badan

Pengeluaran kalori bersama urin menyebabkan

keseimbangan kalori menjadi negatif, sehingga kalori yang

diperlukan oleh tubuh berkurang dan berat badan bisa menurun.


15

6. Komplikasi

a. Komplikasi makrovaskuler

1) Neuropati diabetikum

Neuropati diabetikum (Kerusakan syaraf) dikaki yang

mengakibatkan kenaikan kejadian ulkus, infeksi bahkan

mengakibatkan amputasi

2) Hipertensi diabetes

Hipertensi dan diabetes merupakan dua kondisi yang telah

diistilahkan sebagai “teman dekat yang buruk”. Diabetes

meningkatkan terjadinya resiko penyakit kardiovaskular 2-4 kali

lipat, ditambah lagi dengan hipertensi, dapat mengakibatkan

penyakit koroner derta diperparah dnegan stroke.

3) Ulkus diabetik

Ulkus (luka) kaki pada penderita diabetes disebabkan

terutama oleh neuropati (motorik, sensorik,otonom)

mengakibatkan terjadinya penurunan sensasi nyeri dan

pembentukan kalus serta peningkatan tekanan deformitas Atau

iskemik, Sering diperumit oleh infeksi serta berujung pada

amputasi.

b. Komplikasi mikrovaskuler

1) Retinopati diabetik

Retinopati diabetik adalah kondisi dimana terjadinya

kerusakan dipembuluh darah retina yang dapat

mengakibatkan kebutaan.
16

2) Nefropati diabetikum

Nefropati diabetikum merupaka diagnosis klinis

berbedasarkan pada deteksi proteinuria pada pasien

diapetes tanpa disertai penyebab lain yang jelas, seperti

infeksi.

c. Komplikasi glukogenesis

1) Ketoasidosis diabetikum

Ketoasidosis diabetikum (Diabetic Ketoacidosis, DKA) ada

suatu kondsi diabetes terkontrol yang kronik karena defisiensi

insulin. Kondisi tersebut ditandai dengan hiperglikemia,

hiperketonemia, dan asidosis metabolik.

2) Hiperglikemik hipersmolar

Status hiperglikemis hipersomolar ( hypersmolar

hyperglycaemic state, HHS). Merupakan istilah yang

digunakan untuk kondisi koma hiperglikemis nonketosis

hipersmolar .

3) Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah efek samping yang sering terjadi pada

pemberian terapi insulin dan obat antidiabetik oral.

7. Penatalaksanaan

Komponen utama pelaksanaan diabetes tipe 2 meliputi penyesuaian

diet, gaya hidup untuk menghindari atau mengatasi obesitas, strategi


17

farmakologis dan nonfarmakologis untuk menurunkan tekanan darah

dan kolestrol.

a. Terapi Nutrisi Medis (TMN)

TMN merupakan bagian pentinng dari penatalaksanaan DMT2

secara komprehensif (A). Kunci keberhasilannya adalah

keterlibatan secra menyeluruh dari anggota tim (Dokter, Ahli Gizi,

Petugas Kesehatan yang lain serta pasien dan keluarganya). Guna

mencapai sasaran terapi TNM secara diberikan sesuai dengan

kebutuhan setiap penyandang DM (A). Prinsip pengaturan makan

dan pada penyandang DM hampir sama dengan anjuran makan

masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai

dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu.

Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai keteraturan

jadwal makan, jenis dan jumlah kalori, terutama pada mereka yang

menngunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin atau terapi

insulin itu sendiri.

1) Komposisi makanan yang diajurkan terdiri dari:

a) Karbohidrat

(1) Karbohidrat yang dianjurkan sebesai 45-65% total

asupan energi. Terutama karbohidrat yang berserat

tinggi

(2) Pembatasan karbohidrat total < 130gr/hari tidak

dianjurkan
18

(3) Glukosa dalam bumbu diperbolehkan sehingga

penyandang diabetes dapat makan sama seperti

keluarga yang lain.

(4) Sukrosa tidak boleh >5% total asupan enregi

(5) Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti

glukosa, asal tidak melebihi batas aman konsumsi

harian (Accepted Daily Intake/ADI).

(6) Dianjurkan makan 3x sehari dan bila perlu dapat

diberikan makanan selingan seprti buat atau makanan

lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari

b) Lemak

(1) Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan

kalori, dan tidakdiperkenankanmelebihi30%

totalasupanenergi.

(2) Komposisiyang dianjurkan,

lemakjenuh<7%kebutuhankalori.Lemaktidakjenuhga

nda<10%.Selebihnyadarilemaktidak jenuh

tunggal.Bahanmakanan

yangperludibatasiadalahyangbanyakmengandunglema

kjenuhdanlemaktransantara lain:dagingberlemak

dansusufullcream.

Konsumsikolesteroldianjurkan<200 mg/hari.

c) Protein
19

(1) Kebutuhan protein sebesar 10– 20% total asupan

energi.

(2) Sumber protein yang baik adalahikan, udang,cumi,

dagingtanpalemak, ayam tanpakulit,produk

susurendahlemak,kacang-kacangan, tahu dan tempe.

(3) Pada pasien dengan nefropati diabetik perlu

penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg

BBperhari atau 10% dari kebutuhanenergi,dengan

65% diantaranya bernilai biologik tinggi. Kecuali

padapenderita DM yang sudah menjalani

hemodialisis asupan protein menjadi 1-1,2g/kgBB

perhari.

d) Natrium

(1) Anjuran asupan natriumuntuk penyandangDMsama

dengan orangsehatyaitu<2300mg perhari.

(2) PenyandangDMyangjugamenderita hipertensi perlu

dilakukan pengurangan natrium secara

individual(B).

(3) Sumber natriumantara

lainadalahgaramdapur,vetsin,soda, dan bahan

pengawet seperti natrium benzoat

dan natrium nitrit.

(4) Serat

(5) Pemanis Alternatif


20

d. Modifikasi gaya hidup

Kunci utama terapi diabetes tipe 2 adalah diet dan

modifikasi lain dari gaya hidup, seperti sering berolahraga dan

berhenti merokok. Tujuan utama terapy adalah menurunkan

berat badan pasien obesitas dan meningkatkan kontrol glikemik.

Selain itu, terapi dilakukan untuk mengurangi faktor resiko

penyakit kardiovaskular ( cardiovascular disease, CVD), seperti

hiperlipidemia dan dipertensi, yang berkontribusi terhadap 70%-

80% kematian akibat diabetes tipe 2.

e. Pendidikan kesehatan terstruktur

Beberapa program telah dikembangkan di eropa dan

amerika utara untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada

pasien mengenai diabetes. Sebagai contoh pendidikan diingris

untuk pasien diabetes tipe 2 meliputi program diabetes

education and self managenet for ogoing and newly diagnosed

(DESMOND).

f. Obat antidiabetes oral

1) Metformin

Metfosrmin meningkatkan kerja insulin meskipn

mekanismenya belum jelas. Selain itu, merformin juga

menurunka glukosa terutama dengan mengurangi haluaran

glukosa hepatik. Dosis awal metformin adalah 500 mg sekali

sehari atau dua kali sehari, dan ditingkaitkan menjadi 850 mg


21

tiga kali sehari. Efek samping utama dari metformin adalah

mual, anoreksia, atau diare, yang mengenai sepertiga pasien.

2) Sulfonilurea

Sulfonilurea bekerja merangsang insulin dengan cara

meningkatkan reseptor sulfonilurea (SU) (SUR-1) pada

membran plasma sel β yang mengarah pada penutupan saluran

K+ sensitif ATP (ATP-sensitive K+ channel), depolarisasi

membran pembukaan saluran kalsium, influks kalsium, dan

eksositosis granula insulin.

3) Tiazolidindion (TZD)

Mekanisme kerja TZD. Agens tersebut merangsang PPAR

y pada nukleus atau intisel, terutama dalam jaringan adiposa

(adiposit). Terkait dengan RXR, hal ini meningkatakan

transkripsi gen tertentu dan meningkatkan ekspresi GLUT-4,

protein mengangkut asam lemak (fatty acid transporter

protein, FATP). Protein terikat asam lemak dalam jaringan

adiposa (aP2), sintase koenzim A (CoA), dan enzim lain yang

berperan dalam lipgenesis.

B. Pengendalian kadar gula darah

1. Gula darah

Glukosa merupakan sumber energi utama bagi sel tubuh

manusia. Glukosa terbentuk dari karbohidrat yang dikonsumsi


22

melalui makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot.

Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh faktor endogen dan eksogen.

Faktor endogen yaitu humoral factor seperti hormon insulin, dan

kortisol sebagai reseptor di otot dan sel hati. Faktor eksogen antara

lain jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi serta aktivitas

yang dilakukan.

Kadar glukosa darah merupakan faktor penting bagi

kelancaran kerja tubuh. Apabila kadar gula darah dalam tubuh

meningkat sebagai akibat dari naiknya proses pencernaan dan

penyerapan karbohidrat, maka enzin-enzim tertentu akan merubah

glukosa menjadi glikogen dan disimpan di dalam hati. Proses ini

terjadi di dalam hati yang dikenal sebagai proses glikogenesis.

Sebaliknya, apabila kadar gula darah menurun, maka glikogen

akan diuraikan mejadi glukosa dan akan di sebarkan ke seluruh

tubuh. Proses ini dinamakan glikogenolisis, yang selanjutnya akan

mengalami proses katabolisme untuk menghasilkan energi

Adonesina Trifosfat (ATP). Menurut Buwono, hormon insulin

memiliki efek paling dominan pada metabolisme karbohidrat.

Hormon ini menurunkan kadar glukosa dan mendorong

penyimpanan zat-zat gizi (glikogenesis) Sekresi hormon insulin

bekerja sebagai respon terhadap naiknya kadar glukosa darah yang

menyebabkan timbulnya mekanisme umpan balik sebagai pengatur

besarnya kadar glukosa darah. Mekanisme peningkatan glukosa

darah akan meningkatkan sekresi insulin, dan insulin selanjutnya


23

akan meningkatkan transpor glukosa ke dalam hati, otot, dan sel

lain sehingga kadar glukosa darah kembali normal. Gangguan

metabolisme dalam darah akibat dari organ pankreas tidak mampu

untuk memproduksi hormon insulin dapat menyebabkan

peningkatan kadar gula darah. Hiperglikemia pada tubuh manusia

akan menyebabkan diabetes melitus. Keadaan hiperglikemia yang

kronik disertai dengan kelainan metabolik akan menyebabkan

komplikasi.

2. Pengertian pengendalian kadar gula darah

Pengertian pengendalian menurut kamus besar bahasa

indonesia (KBBI) adalah pengawasan atas kemajuan (tugas)

dengan membandingkan hasil dan sasaran secara teratur serta

menyesuaikan usaha (kegiatan) dengan hasil pengawasan.

Pengertian gula darah adalah bahan bakar tubuh yang dibutuhkan

untuk kerja otak, sistem saraf, dan jaringan tubuh yang lain. Gula

darah yang terdapat di dalam tubuh dihasilkan oleh makanan yang

mengandung karbohidrat, protein, dan lemak. Berdasarkan

pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengendalian kadar

gula darah adalah kondisi kadar gula darah dalam tubuh terkendali

serta terkontrol.

3. Nilai Normal Gula Darah

Nilai normal gula darah pada penderita DM berbeda dengan


orang bukan DM. Orang DM memiliki nilai normal pengendalian
gula darah antara 80-179 mg/dl, sedangkan orang bukan DM
memiliki nilai gula normal <110 mg/dl.
24

Tabel 2.1
Kadar gula darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaringan dan
diagnosis DM (mg/dl)
Pengukuran Jenis Bukan DM Belum pasti DM
DM
Kadar gula Plasma vena <110 110-199 ≥200
darah Darah kapiler <90 90-199 ≥200
sewaktu
(md/dl)
Kadar gula Plasma Vena <110 110-125 ≥126
darah puasa Darah <90 90-109 ≥110
(md/dl) Kapiler

Tabel 2.2 Kriteria pengendalian DM


Kadar baik Kadar sedang Kadar buruk
Gula darah 80-139 140-179 ≥180
sewaktu (GDS)
Gula Darah 80-109 110-125 ≥126
Puasa (GDP)
Gula Darah 2 80-144 145-179 ≥180
jam PP
Sumber: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia ( PERKENI ),

2015.

4. HBA1C (Glycated Hemoglobin atau Glycosylated Hemoglobin)

a. Definsi

Pada manusia hemoglobin terdiri dari HbA1, HbA2, HbF

(fetus). Hemoglobin A (HbA) terdiri dari 91-95% dari jumlah

hemoglobin total. Molekul glukosa berikatan dengan HbA1

yang merupakan bagian dari hemoglobin A.Proses pengikatan

ini disebut glikolisasi atau hemoglobin terglikolisasi. Pada


25

penderita DM, glikolisasi hemoglobin meningkat secara

proporsional dengan kadar rata-rata glukosa darah selama 120

hari terakhir, bila kadar glukosa darah berada dalam kisaran

normal selama 120 hari terakhir maka hasil hemoglobin A1c

akan menunjukan nilai normal. Hasil pemeriksaan hemoglobin

A1c merupakan pemeriksaan tunggal yang sangat akurat untuk

menilai status glikemik jangka panjang dan bergina pada semua

tipe DM.

Pembentukan HbA1c terjadi dengan lambat yaitu selama

120 hari yang merupakan rentang hidup sel darah merah. HbA1

terdiri dari tiga molekul yaitu HbA1a, HbA1b, HbA1c sebesar

70%. HbA1c dalam bentuk 70% terglikolisasi (mengabsorpsi

gula).

HBA1C (Glycated Hemoglobin atau Glycosylated

Hemoglobin) adalah test yang memberikan gambaran tentang

keadaan gula darah dalam 2-3 bulan terakhir. Oleh karena itu

dianjurkan cek HBA1C setiap 2- 3 bualan.Gula darah yang

tinggi akan diikat oleh molekul hemoglobin ( Hb ) dalam darah

dan akan bertahan dalam darah sesuai dengan usia hemoglobin

yaitu 2-3 bulan.Makin tinggi gula darah, makin banyak molekul

hemoglobin yang berikatan dengan gula. Test ini dipakai untuk

memantau pengobatan diabetes, serta menilai keberhasilan diet

dan olah raga yang dilakukan. HBA1c dikatakan terkendali

apabila nilainya di bawah 6,5 %.


26

Berdasarkan rekomendasi ADA digunakan batas cut-off

point kadar HbA1c ≥ 6,5% dalam mendiagnosis

diabetes.Pemeriksaan HbA1c dianjurkan untuk dilakukan secara

rutin pada pasien DM. Pemeriksaan pertama untuk mengetahui

keadaan glikemik pada tahap awal penanganan, pemeriksaan

selanjutnya merupakan pemantauan terhadap keberhasilan

pengendalian.

Tabel2.3
Tes laboratorium darah untuk diagnosis diabetes dan
prediabetes ( PERKENI, 2015 )
HBA1c (%) Glukosa darah Glukosa plasma 2 jam
Puasa ( mg/dl ) setelah TTGO ( mg/dl )

Diabetes ≥ 6,5 ≥ 126 mg/dl ≥ 200 mg/dl


Pre diabetes 5,7 - 6,4 100 – 125 140 – 199
Normal < 5,7 < 100 < 140

b. Metode pemeriksaan

Pengambilan sampel HbA1c pada penderita DM biasanya

dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel pemeriksaan

glukosa dengan sampel darah vena dan antikoagulan (EDTA,

heparin, oksalat). Metode pemeriksaan yang dipakai yaitu:

1) HPLC (High Performance Liquid Chromatography)

2) Imuno Turbidimetri (MenKes RI, 2004)

Pemeriksaan kadar HbA1c akan menjadi tidak akurat pada

beberapa kondisi, diantaranya:


27

1) Spesimen ikterik (kadar bilirubin > 5,0 mg/dl)

2) Warna kekuningan pada serum akibat penimbunan bilirubin

dalam tubuh yang menandakan terjadinya gangguan fungsi

dari hepar.

3) Spesimen hemolisis

Pada destruksi eritrosit, membran sel pecah sehingga Hb

keluar dari sel, hemolisis ini menunjukan destruksi eritrosit

yang terlalu cepat, baik kelainan intrinsik maupun ekstrinsik

terhadap eritrosit dan serum berwarna merah atau kemerahan.

4) Penurunan sel darah merah

Keadaan anemia, talasemia, kehilangan darah jangka

panjang akan menurunkan kadar HbA1c, karena pada anemia

akan terjadi penurunan Hb disertai penurunan eritrosit dan

hematokrit.

C. Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS)

1. Definisi program pengelolaan penyakit kronis

Program Pengelaan penyakit Kronis (prolanis) adalah suatu sistem

pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara

terintegrasi yang melibatkan Peserta, Fasilitas Kesehatan dan BPJS

Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS

Kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas


28

hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan

efisien (BPJS Kesehatan, 2014).

2. Tujuan Program Pengelolaan Penyakit Kronis

Mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas

hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung

ke Faskes Tingkat Pertama memiliki hasil “baik” pada pemeriksaan

spesifik terhadap penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi sesuai Panduan

Klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya (BPJS Kesehatan,

2014).

3. Sasaran Program Pengelolaan Penyakit Kronis

Seluruh Peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit kronis

(Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi). (BPJS Kesehatan, 2014).

4. Bentuk Pelaksanaan

Aktifitas dalam Prolanis meliputi aktifitas konsultasi

medis/edukasi, Home Visit, Reminder, aktifitas klub dan pemantauan

status kesehatan (BPJS Kesehatan, 2014).

a. Konsultasi medis

Konsultasi dilakukan dengan cara berkonsultasi antara

peserta Prolanis dengan tim petugas kesehatan, jadwal konsultasi

disepakati bersama antara peserta dengan fasilitas kesehatan. Saat

kegiatan konsultasi, juga dilakukan pemantauan status kesehatan

meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang kepada

peserta pada setiap kali kunjungan atau kontrol bulanan, pemberian

resep obat-obatan untuk terapi 30 hari, dan dua pencatatan laporan


29

perkembangan status kesehatan yaitu Medical Record yang

disimpan oleh FKTP dan buku monitoring status kesehatan peserta

yang dibawa oleh peserta (BPJS, 2015).

b. Home visit

Home visit adalah suatu kegiatan pelayanan kesehatan

dengan mengunjungi rumah peserta untuk pemberian informasi

/pendidikan kesehatan diri dan lingkungan bagi peserta Prolanis

dan keluarganya. Menurut penelitian Hosseini, Torkani and

Tavakol (2013) mengatakan bahwa program kunjungan rumah

memiliki pengaruh positif pada peningkatan self efficacy pada

lansia setelah dilakukannya kunjungan rumah jika dibandingakan

tanpa dilakukannya kunjungan rumah.

Kegiatan kunjungan rumah diyakini adalah metode yang

efektif untuk manajemen diabetes karena dengan melakukan

kujungan rumah sehingga mempengaruhi kontrol glikemik,

manajemendiabetes, serta kunjungan rumah memperbaiki kualitas

hidup, high-density lipoprotein, low-density lipoprotein, total

triglycerides dan self-management (Han et al., 2017). Selain itu,

kunjungan rumah juga berpengaruh pada pasien hipertensi dengan

dikombinasikan kegiatan komunikasi melalui telpon ditambah

dengan monitor tekanan darah di rumah dapat memberikan

hasilyang baik bagi pasien hipertensi (Gaudioso et al., 2012)

c. Reminder SMS gateway


30

Reminder SMS Gateway adalah kegiatan memotivasi

peserta untuk melakukan kunjungan rutin dan disiplin kontrol

bulanan kepada Faskes Pengelola melalui peringatan jadwal

konsultasi ke faskes Pengelola tersebut (BPJS, 2015). Menurut

penelitian Salameh (2012) mengatakan bahwa sistem sms gateway

sangat berguna pada penderita diabetes karena pasien merasa dekat

dengan dokternya serta meningkatkan rasa aman bagi mereka. Rasa

aman dan saling terhubung sangat penting dalam merawat pasien

kronis. Selain itu, reminder sms gateway juga berfungsi

mengingatkan pasien untuk mengingatkan agenda kegiatan yang

telah direncanakan sebelumnya didukung dalam penelitian Taylor

et al., (2012) mengatakan bahwa dengan menggunakan sms

pengingat dibandingkan tidak menggunakan sistem pengingat sms,

bisa mengurangi ketidak teraturan dalam kepatuhan melakukan

terapi fisik bagi pasien yang berobat pada tempat pelayanan

fasilitas kesehatan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam

kegiatan remider ini adalah:

1) Melakukan mencatatan nomor handphone peserta program

pengelolaan penyakit kronis atau keluarga peserta.

2) Memasukkan data nomor handphone peserta kedalam

aplikasi SMS Gateway.

3) Melakukan pengumpulan data kunjungan per peserta per

fasilitas kesehatan pengelola.


31

4) Mengumpulkan data jadwal kunjungan per peserta per

fasilitas kesehatan pengelola.

5) Memonitoring aktivitas reminder serta followup peserta yang

menerima reminder.

6) Melakukan analisa data berdasarkan jumlah peserta yang

mendapat reminder dengan jumlah kunjungan.

7) Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional (BPJS,

2015).

d. Aktifitas Klub

Kegiatan aktivitas klub Prolanis juga melakukan kegiatan

senam. Senam Prolanis dilaksankan rutin minimal dua kali sebulan

dan diupayakan dilakukan empat kali dalam sebulan. Dengan

pertimbangan keefektifan, setelah kegiatan senam bisa dilanjutkan

dengan kegiatan edukasi. Senam sangat berguna bagi peserta

Prolanis yaitu penyandang penyakit hipertensi dan diabetes.

Menurut penelitian Lumempouw, Wungouw and Polii (2016)

mengatakan bahwa pengaruh setelah dilakukan senam pada peserta

Prolanis, ditemukan bahwa terjadi penurunan bermakna terhadap

tekanan darah sistolik dan diastolik setelah senam.

5. Penanggung jawab

Penanggung jawab adalah kantor cabang BPJS kesehatan bagian

manajemen pelayanan primer. (BPJS Kesehatan, 2014).

6. Langkah Pelaksanaan

a. Melakukan identifikasi data peserta sasaran berdasarkan:

1) Hasil Skrining Riwayat Kesehatan dan atau


32

2) Hasil Diagnosa DM dan HT (pada Faskes Tingkat Pertama

maupun RS).

b. Menentukan target sasaran

c. Melakukan pemetaan Faskes Dokter Keluarga/ Puskesmas

berdasarkan distribusi target sasaran peserta.

d. Menyelenggarakan sosialisasi Prolanis kepada Faskes Pengelola

e. Melakukan pemetaan jejaring Faskes Pengelola (Apotek,

Laboratorium).

f. Permintaan pernyataan kesediaan jejaring Faskes untuk melayani

peserta program pengelolaan penyakit kronis

g. Melakukan sosialisasi program pengelolaan penyakit kronis kepada

peserta (instansi, pertemuan kelompok pasien kronis di RS, dan

lain-lain).

h. Penawaran kesediaan terhadap peserta penyandang Diabetes

Melitus Tipe 2 dan Hipertensi untuk bergabung dalam program

pengelolaan penyakit kronis.

i. Melakukan verifikasi terhadap kesesuaian data diagnosa dengan

form kesediaan yang diberikan oleh calon peserta program

pengelolaan penyakit kronis.

j. Mendistribusikan buku pemantauan status kesehatan kepada

peserta terdaftar program pengelolaan penyakit kronis.

k. Melakukan rekapitulasi data peserta terdaftar.

l. Melakukan entri data peserta dan pemberian flag peserta program

pengelolaan penyakit kronis.

m. Melakukan distribusi data peserta prolanis sesuai faskes pengelola


33

n. Bersama dengan Faskes melakukan rekapitulasi data pemeriksaan .

Bagi peserta yang belum pernah dilakukan pemeriksaan, harus

segera dilakukan pemeriksaan

o. Melakukan rekapitulasi data hasil pencatatan status kesehatan awal

peserta per Faskes pengelola (data merupakan luaran Aplikasi P-

Care).

p. Melakukan Monitoring aktifitas program pengelolaan penyakit

kronis PROLANIS pada masing-masing Faskes Pengelola.

1). Menerima laporan aktifitas program pengelolaan penyakit

kronis PROLANIS dari Faskes Pengelola

2). Menganalisa data

q. Menyusun umpan balik kinerja Faskes program pengelolaan

penyakit kronis.

r. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/ Kantor Pusat

( BPJS Kesehatan,2014).

D. Kepatuhan

1. Pengertian kepatuhan

Menurut NANDA International, pengertian perilaku kepatuhan adalah

aksi dalam diri sendiri dalam mengambil tindakan untuk meningkatkan

kesehatan, kesembuhan, dan rehabilitasi. Pengertian kepatuhan menurut

Haynes et al, adalah sejauh mana pasien mengikuti instruksi treatmen yang

diresepkan. Pengertian Kepatuhan medikasi menurut Cramer et al, adalah

sejauh mana pasien melaksanakan medikasi sesuai dengan dosis atau

aturan yang telah ditetapkan.

Konsep kepatuhan biasanya berhubungan dengan praktik keperawatan

untuk pada tindakan untuk masalah penyakit kronis pada kardiovaskuler


34

dan penyakit kronis lainnya. Kepatuhan dalam praktik keperawatan lebih

menekankan kepada kemampuan seseorang untuk tetap melaksanakan

tindakan medikasi atau terapi yang telah diberikan oleh penyedia layanan

kesehatan yang bertujuan untuk mencegah, memonitor, dan

menyembuhkan suatu penyakit. Kepatuhan dalam praktik keperawatan

sangat penting untuk penentuan, riwayat dari tingkah laku pasien,

menyediakan langkah efektif dari karakteristik tingkah laku

bahwaindividu menunjukkan respon dari aturan pengobatan yang

diberikan.

E. Kerangka teori

Skema 2.2 Kerangla Teori

Faktor kepatuhan
1. Pemahaman intruksi
2. Kualitas interaksi
3. Pendidikan dan pengetahuan Faktor pengendalian kadar gula
darah
4. Dukungan sosial keluarga dan
isolasi sosial 1. Pengetahuan

5. Keyakinan, sikap dan 2. Diet


kepribadian 3. Aktivitas dan latihan
4. Terapi farmakologi kepribadian

Kepatuhan

Prolanis

1. Konsultasi medis Pengendalian kadar gula darah


2. Home visite
3. Reminder sms gateway
4. Aktivitas kelompok

Patuh Tidak patuh


35

Sumber: Jurnal Keperawatan Aditya Primahuda;BPJS kesehatan (2014)


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah penjelasan tentang konsep-konsep yang

terkandung di dalam asumsi teoritis yang digunakan untuk

mengabstraksikan unsur-unsur yang terkandung dalam fenomena yang

akan diteliti dan menggambarkan bagaimana hubungan diantara konsep-

konsep tersebut. Secara operasional kerangka konsep dalam penelitian di

definisikan sebagai penjelasan tentang variable-variabel apa saja yang

akan diteliti yang diturunkan dari konsep-konsep terpilih, bagaimana

hubungan Antara variable-variabel tersebut (ali, 2017).Kerangka konsep

dalam proposal penelitian ini menggambarkan hubungan prolanis dengan

pengendalian kadar gula darah pasien diabetes melitus, yang digambarkan

sebagai berikut:

Skema 3.1 Kerangka Konsep

Variable Independen Variable Dependen

Kepatuhan Pelaksanaan
Program Pengelolaan Pengendalian Kadar
Penyakit Kronis Gula Darah pasien DM
(PROLANIS)

Keterangan:

: Variabel Independen

: Variabel Depenen

36
37

B. Hipotesis

Hipotesis adalah kesimpulan teoritis yang harus dibuktikan arannya

melalui analisis terhadap bukti-bukti empiris, (setiadi,2015) hipotesis dalam

proposal penelitian ini adalah:

Ho : Tidak ada hubungan kepatuhan pelaksanaan program pengelolaan

penyakit kronis (PROLANIS)dengan pengendalian kadar gula darah pasien

diabetes melitus di Puskesmas Bantargebang.


BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah model atau metode yang digunakan penelitan

untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalan nya

penelitian. (Dharma, 2019).

Jenis penelitian yang digunakan pada pnelitian ini adalah penelitian

kuantitatif dengan desain analitik, metode penelitian analitik yaitu peneliti

mencoba mencari hubungan antara variabel. Melalui pendekatan cross

sectional. Pendekatan cross sectional adalah dilakukan observasi data antara

variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu waktu dengan

melakukan kuesioner (Dharma, 2015).

B. Populasi, Sampel Dan Teknik Sampling.

1. Populasi

Populasi adalah unit dimana suatu hasil penelitian akan diterapkan

(digeneralisir). Idealnya penelitian dilakukan pada populasi, karena dapat

melihat gambaran seluruh populasi sebagai unit dimana hasil penelitian

akan diterapkan (Dharma, 2015).

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh

pasien Diabetes Melitus dengan penjamin BPJS kesehatan di Puskesmas

Bantargebang, Jumlah pasien yang terdata aktif mengikuti PROLANIS

diabetes pada berjumlah 29 orang.

38
39

2. Sampel

Sampel adalah sebagai unit yang lebih kecil atau sekelompok

individu yang merupakan bagian dari populasi terjangkau,dimana peneliti

langsung mengumpulkan data atau melakukan pengukuran pada unit ini.

Pada dasarnya penelitian ini dilakukan pada sampel yang terpilih dari

populasi terjangkau (Dharma, 2015).

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus yang

sesuai dengan keriteria inklusi yang berjumlah 20 respondendi Puskesmas

Bantargebang. Kriteria inklusi adalah kriteria yang harus di miliki oleh

individu dalam populasi untuk dapat dijadikaan sampel dalam penelitian.

Sedangkan kriteria eksklusi adalah kriteria yang tidak boleh ada atau tidak

boleh dimiliki oleh sampel yang akan digunakan untuk penelitian

(Dharma, 2019).

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu:

Tabel 4.1 kriteria inklusi dan ekslusi


Kriteria inklusi Kriteria ekslusi
a. Pasien diabetes melitus tipe 2 yang sudah a. Pasien diabetes melitus tipe 2 yang
mengalami diabetes melitus lebih dari 2 menolak menjadi responden.
tahun b. Pasien diabetes melitus tipe 2 yang
b. Pasien diabetes melitus tipe 2 dengan mengalami kelemahan fisik.
penjamin BPJS Kesehatan
c. Pasien diabetes melitus tipe 2 yang sudah
tergabung prolanis lebih dari 6 bulan
d. Pasien diabetes melitus yang dilakukan
pemeriksaan HbA1c
e. Pasien diabetes melitus tipe 2 yang
mampu membaca dan menulis
40

3. Teknik Sampling

Suatu cara yang ditetapkan peneliti untuk menentukan atau

memilih sejumlah sampel dan populasinya. Metode sampling digunakan

untuk hasil penelitian yang dilakukan pada sampel dapat mewakili

populasinya (Dharma, 2015).

Teknik pengambilan sampel atau sampling adalah suatu cara yang

ditetapkan untuk menentukan atau memilih jumlah sampel dari populasi

nya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah non-probability sampling, yaitu pengambilan sampel bukan secara

acak atau non-random, mencakup metode secara purposive sampling,

yaitu teknik penarikan sampel yang didasarkan pada inklusi dan eklusi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti, terdapat 20 responden jumlah

sample yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eklusi.

C. Variable peneltian

Variabel adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai

variasi nilai merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat

diteliti secara empiris atau ditentukan tingkatannya. Mengidentifikasi

suatu variabel untuk diteliti dalam suatu proyek riset mencakup

penagkapan hanya sebagian tentang yang dapat ditunjukan oleh konsep.

Peneliti harus memutuskan bagaimana menentukan variabel yang akan

diukur. (Setiadi, 2013).


41

1. Independen (bebas)

Variabel bebas (Independent Variabel) yaitu variabel yang

dimanipulasi oleh peneliti untuk menciptakan suatu dampak pada

variabel terkait (dependent variabel). Variabel ini sering disebut

sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent, variabel pengaruh,

variabel perlakuan, kuasa, treatment, risiko, atau variabel bebas.

(Setiadi, 2013). Variabel independen pada penelitian ini adalah

kepatuhan pelaksanaan program pengelolaan penyakit kronis

(PROLANIS).

2. Variabel Depeden

Variabel terkait (Dependent Variabel) adalah variabel

tergantung adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Variabel tergantung sering disebut sebagai variabel akibat, variabel

output, variabel efek, variabel terpengaruh, variabel terikat atau

variabel tergantung. (Setiadi, 2013). Variabel dependen pada

penelitian ini adalah pengendalian kadar gula darah pasien diabetes

melitus di Puskesmas Bantargebang.

D. Definisi Oprasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variable dan

istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga

akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna peneliti

(Setiadi, 2013).
42

Tabel 4.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Ukur
1. Kepatuhan Perilaku kepatuhan responden Kuisioner Kriteria: Nominal
pelaksanaan dalam mengikuti program (Jika nilai 51-80) :
program pengelolaan penyakit kronis Patuh = kode 1
pengelolaan (PROLANIS) yang meliputi Kriteria: (Jika nilai
penyakit kronis konsultasi medis, kunjungan 20-50) :
rumah, reminder SMS gateaway Tidak patuh = kode 2
dan aktivitaskelompok.
2. Pengendalian Upaya pengontrolan gula darah Rekam Kriteria: Nominal
Kadar Gula Darah yang dilakukan oleh responden medis (jika HbA1c <6,5%) :
Pasien DM yang dibuktikan dengan HbA1c Terkendali = kode 1
terkendalinya kadar HbA1c. (jika HbA1c ≥6,5%) :
Tidak
Terkendali =
kode 2

E. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih peneliti adalah Puskesmas Bantargebang.

F. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini yakni mulai 20 Juni 2019 sampai dengan 05 Juli 2019.

G. Prosedur penelitian

1. Jenis data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang didapatkan penelitian dari responden

secara langsung. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan

menggunakan kuisioner yang diberikan kepada Responden di

Puskesmas Bantargebang.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari lingkungan tempat

penelitian. Data sekunder ini didapatkan dari Puskesmas

Bantargebang, data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini


43

adalah data hasil pemeriksaan HBA1c terakhir responden yang

dilihat dari rekam medis responden.

2. Langkah pengumpulan data

a. Skripsi yang di ajukan telah di uji dan dinyatakan layak untuk

melanjutkan ketahap penelitian

b. Peneliti mengajukan surat pengajuan penelitian kepada kepala

Puskesmas Bantargebang dengan surat pengatar dari institusi yang

telah di lisensi.

c. Peneliti mengajukan surat pengajuan penelitian kepada kepala

Puskesmas Bantargebang dengan surat ijin penelitian dari institusi

yang telah di lisensi.

d. Peneliti mengajukan surat pengajuan penelitian kepada kepala Dinas

Kesehatan Kota Bekasi dengan surat ijin penelitian dari institusi

yang telah di lisensi

e. Setelah surat telah diterima, diizinkan dan mendapat surat balasan

dari dinas Kesehatan Kota bekasi barulah peneliti mulai melakukan

pengambilan data HbA1C.

f. Langkah pertama peneliti akan memilih responden, Responden yang

sesuai dan memenuhi kriteria inklusi an eklusi untuk mengisi

kuisioner

g. Responden yang terpilih akan diberikan lembar informed consent.


44

h. Peneliti memperkenalkan nama dan tujuan dari terapi serta prosedur

yang dilakukan.

i. Peneliti memberikan kuesioner penelitian.

3. Pengelolaan Data Dan Analisa Data

a. Pengolahan data

1) Editing

Pada penelitian ini setelah data terkumpul dilanjutkan

dengan kegiatan editing yaitu dengan memeriksa setiap

kuesioner yang diisi mengenai kebenaran data yang sesuai

dengan variabel, serta pemeriksaan terhadap ukuran/dimensi dan

dijelaskan data serta pembuktiaanya.

2) Coding (pengkodean)

Proses memberikan kode-kode pada jawaban-jawaban

responden dan ukuran-ukuran yang diperoleh dari unit analisis

sesuai dengan rancangan awal.

Untuk variable kepatuhan mengikuti program pengelilaan

penyakit kronis (PROLANIS)

Kode 1= patuhan

Kode 2= tidak patuh

Untuk variable pengendalian kadar gula darah

Kode1=Terkendali

Kode2=Tidak Terkendali

3) Entry
45

Mengelompokkan data ke dalam suatu tabel dalam program

komputer untuk diolah menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai

dengan tujuan penelitian. Paket program yang digunakan adalah

SPSS (Statistical Program for Social Science).

4) Cleaning (pembersihan data)

Pengecekan kembali data yang sudah diproses apakah ada

kesalahan, ketidaklengkapan, dan kemudian dilakukan koreksi.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh

penelitian untuk mengobservasi, mengukur atau menilai suatu fenomena

(Dharma, 2015). Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini

meliputi:kuisioner dan data rekam medis.

1. Uji Validitas

Validitas adalah kemampuan sebuat test untuk mengukur apa yang

harus diukur. Validitas merupakan ketepatan pengukuran suatu

instrument artinya suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen

tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur (Dharma, 2015).Untuk

menguji validitas dengan menggunakan SPSS .

Ketentuan dari hasil pengujiannya adalah apabila diperoleh nilai r

hitung >dari r tabel, maka item pertanyaan dikatakan valid. R tabel

dalam kuisioner ini yakni nilai df 20-2= 18 jadi nilai r tabel = 0,444,

Setiap butir pertanyaan memiliki hasil > 0,444 yang berarti dinyatakan

valid.
46

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana alat ukur

mampu menghasilkan nilai sama atau konsisten . Uji reliabilitas dapat

digunakan dengan Cronbach’s Alpha dimana reliabilitas yang baik

harus memiliki α>0,6 .Cronbach’s Alphapada penelitian ini adalah

0,766, dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan untuk

mengukur variabel diatas dapat dikatakan reabel dan dapat digunakan

berulang terhadap subjek dalam kondisi yang sama.

I. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan setiap

variable yang diteliti dalam penelitian, yaitu dengan melihat semua

distribusi variabel (Dharma, 2015). Dalam penelitian ini penelitian

univariat adalah variabel independen yaitu kepatuhan pelaksanaan

program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS) dan variabel

dependen yaitu pengendalian kadar gula darah pasien diabetes melitus.

2. .Analisis Bivariate

Analisis bivariat dalam penelitian ini adalah untuk menganalisa

hubungan pelaksanaan prolanis dengan pengendalian kadar gula darah

pasien diabetes melitus diPuskesmas Bantargebang. Uji statistik

dilakukan adalah uji analisis chi square, untuk mengetahui

homogenitas data, diolah dengan satistical product and service

solutuion (SPSS).
47

Hasil distribusi frekuensi diketahui bahwa responden yang patuh

melaksanakan prolanis sejumlah 14 responden (100%) dengan 11

responden (78,6%) yang memiliki kadar gula terkendali dan 3

responden lainnya (21,4%) memiliki kadar gula darah yang tidak

terkendali. Responden yang tidak patuh melaksanankan prolanis

berjumlah 6 responden (100%) dengan 5 responden (83,5%) yang

memiliki kadar gula darah tidak terkendali dan 1 responden (16,7%)

yang memiliki kadar gula darah terkendali.

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi squaredengan

nilai α< =0,05 yang berarti pada tingkat kepercayaan 95%didapatkan P

Value sebesar 0,018 (< =0,05)sehingga H0dinyatakan ditolak yang

berarti ada hubungan kepatuhan pelaksanaan prolanis dengan

pengendalian kadar gula darah pasien diabetes melitus di Puskesmas

Bantargebang.

J. Etika Penelitian

Peneliti yang melakukan suatu penelitian, perlu memperhatikan

etika penelitian antara lain:

1. Lembar persetujuan (informed consent)

Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada setiap responden

dengan lembar ini dapat melihat kesediaan responden sekaligus

memberikan informasi tentang hak dan kewajiban responden, serta

menjelaskan manfaat dari pelaksanaan Prolanis.

2. Kerahasiaan (confidentially)
48

Peneliti tidak menyebarkan atau melakukan publikasi yang

berlebihan sehingga tidak mengganggu rasa nyaman dari responden.

Kerahasiaan wajib dilakukan oleh peneliti karena tidak semua responden

mau berbagi informasi yang bersifat sangat rahasia bagi dirinya.

3. Keanoniman (Anonimity)

Keanoniman adalah suara jaminan kerahasiaan identitas dari

responden. Nama responden dan segala identitas diganti dengan kode

untuk menghindari obyektifitas penelitian.

4. Keadil (Justice)

Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil, untuk

memenuhi prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-

hati, professional, dan berperikemanusiaan.

5. Asas kemanfaatan (beneficence)

Peneliti secara jelas mengetahui manfaat dan resiko yang terjadi.

Penelitian dilakukan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari

pada risiko atau dampak negatif yang akan terjadi. Penelitian yang

dilakukan tidak membahayakan dan menjaga kesejahteraan manusia.

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna

mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subjek

penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi (beneficence)

(Nursalam, 2008).
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

1. Profil Puskesmas Bantar Gebang

Secara geografis, puskesmas bantar gebang terletak di Jl. Raya

Narogong No.454, Bantargebang, Kota Bks, Jawa Barat 17151 kecamatan

bantar gebang, bekasi timur, kota bekasi. Puskesmas bantar gebang di

pimpin oleh drg Andrizal Amir dan dibantu oleh staf yang terdiri dari

tenaga structural, dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, ahli gizi,

imunisasi, tata usha, administrasi,petugas laboraturium dan penjaga

puskesmas. Wilayah administrasi puskesmas bantar gebang meliputi

kecamatan bantar gebang yang terdiri dari empat keluraham yaitu;

bantar gebang, ciketing udik, cikiwul, dan Sumur Batu. Luas

keseluruhan mencapai 406,244 Ha da jumlah penduduk 105,123 jiwa

dengan kepadatan penduduk paling tinggi 5.656/km2 .batas wilayah

kerja puskesmas bantar gebang antara lain:

a. Sebelah Utara : Kelurahan Padurenan

b. Sebelah Timur : Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi

c. Sebelah Selatan : Kecamatan Culeungsi Kabupaten Bogor

d. Sebelah Barat : Kecamatan Rawalumbu

49
50

2. Visi dan Misi Puskesmas Bantar Gebang

a. Visi

“Terwujudnya Puskesmas Yang Berkualitas Dan Profesional

Menuju Bekasi Sehat”

b. Misi

Untuk  mewujudkan visi tersebut diatas diperlukan misi Pusat

Kesehatan Masyarakat Sleman sebagai berikut :

1) Memberikan Pelayanan yang berkualitas.

2) Menyediakan Sumber Daya yang Profesional.

3) Meningkatkan Peran Serta Masyarakat.

4) Mengelola lingkungan dengan baik.

5) Pengelolaan Manajemen Puskesmas Secara Efisien dan

Efektif.

6) Menyediakan Sarana dan Prasarana yang Memadai.

B. Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dalam penelitian ini menggunakan uji distribusi

frekuensi dan data akan disajikan dalam bentuk tabel yang berisi

frekuensi dan persentase data. Data yang dilakukan uji univariate

adalah distribusi frekuensi kepatuhan responden dalam mengikuti

program Prolanis dan distribusi frekuensi pengendalian kadar glukosa

darah responden.
51

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Kepatuhan Responden Dalam Melaksanakan

Prolanis Di Puskesmas Bantargebang Bekasi Tahun 2019

Kepatuhan Frekuensi (N) Persentase (%)


Patuh 14 70
Tidak Patuh 6 30
Total 20 100
(Sumber data: hasil komputerisasi Eva Riyanti, 2019)

Berdasarkan tabel5.2 hasil penelitian yang peneliti lakukan

menunjukan bahwa sebagian besar responden patuh (nilai kusisioner

51-80) dalam melaksanakan Program Pengelolaan Penyakit Kronis

(PROLANIS) dengan jumlah 14 responden (70%).

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Pengendalian Kadar Gula Darah Pasien DM Di

Puskesmas Bantargebang Bekasi Tahun 2019

Pengendalian Frekuensi (N) Persentase (%)


Terkendali 12 60%
Tidak Terkendali 8 40%
Total 20 100%
(Sumber data: hasil komputerisasi Eva Riyanti, 2019)

Berdasarkan tabel 5.3hasil penelitian yang peneliti lakukan

menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki kadar gula

darah yang terkendali (HbA1C<6,5%) sejumlah 12 responden (60%).


52

2. Analisa Bivariat

Darah Pasien Tabel 5.3

Hubungan Kepatuhan Program Pengelolaan Penyakit Kronis

(Prolanis) Dengan Pengendalian Kadar Gula Diabetes Melitus di

Puskesmas Bantargebang Bekasi Tahun 2019.

Pengendalian Kadar Gula Darah


Tidak Total P Value
Kepatuhan Terkendali
Terkendali
N % N % N %
78,6
Patuh 11 3 21,4 14 100
%
0,018
16,7
Tidak Patuh 1 5 83,5 6 100
%
Total 12 60% 8 40 20 100
(Sumber data: hasil komputerisasi Eva Riyanti, 2019)

Berdasarkan tabel 5.4 hasil analisa tabulasi silang (Cross

Tabulation) didapatkan data bahwa responden yang patuh

melaksanakan prolanis sejumlah 14 responden (100%) dengan 11

responden (78,6%) yang memiliki kadar gula terkendali dan 3

responden lainnya (21,4%) memiliki kadar gula darah yang tidak

terkendali. Responden yang tidak patuh melaksanankan prolanis

berjumlah 6 responden (100%) dengan 5 responden (83,5%) yang

memiliki kadar gula darah tidak terkendali dan 1 responden (16,7%)

yang memiliki kadar gula darah terkendali.

Hasil analisa statistik menggunakan uji chi squaredengan nilai α<

=0,05 yang berarti pada tingkat kepercayaan 95%didapatkan P Value

sebesar 0,018 (α< =0,05)sehingga H0dinyatakan ditolak yang berarti

ada hubungan kepatuhan pelaksanaan prolanis dengan pengendalian

kadar gula darah pasien diabetes melitus di Puskesmas Bantargebang.


53

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Interpretasi dan Diskusi Hasil

1. Kepatuhan melaksanakan prolanis

Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan menunjukan

bahwa sebagian besar responden patuh (nilai kusisioner 51-80) dalam

melaksanakan Program Pengelolaan Penyait Kronis (PROLANIS)

dengan jumlah 14 responden (70%).

Menurut NANDA International, pengertian perilaku kepatuhan

adalah aksi dalam diri sendiri dalam mengambil tindakan untuk

meningkatkan kesehatan, kesembuhan, dan rehabilitasi. Pengertian

kepatuhan menurut Haynes et al, adalah sejauh mana pasien mengikuti

instruksi treatmen yang diresepkan. Pengertian Kepatuhan medikasi

menurut Cramer et al, adalah sejauh mana pasien melaksanakan

medikasi sesuai dengan dosis atau aturan yang telah ditetapkan.

Konsep kepatuhan biasanya berhubungan dengan praktik

keperawatan untuk pada tindakan untuk masalah penyakit kronis pada

kardiovaskuler dan penyakit kronis lainnya. Kepatuhan dalam praktik

keperawatan lebih menekankan kepada kemampuan seseorang untuk

tetap melaksanakan tindakan medikasi atau terapi yang telah diberikan

oleh penyedia layanan kesehatan yang bertujuan untuk mencegah,

memonitor, dan menyembuhkan suatu penyakit. Kepatuhan dalam


54

praktik keperawatan sangat penting untuk penentuan, riwayat dari

tingkah laku pasien, menyediakan langkah efektif dari karakteristik

tingkah laku bahwaindividu menunjukkan respon dari aturan

pengobatan yang diberikan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian, Wahyuni Zyuli

Sholikatin (2017) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan

Kepatuhan Pasien Mengikuti Prolanis Dengan Tekanan Darah Pada

Pasien Hipertensi Di Puskesmas Mojo Surabaya” yang menyatakan

bahwaHasil: Program Prolanis berkorelasi dengan kepatuhan pasien

untuk bergabung dengan Prolanis (p = 0,027) dan Program prolanis

dapat memengaruhi kepatuhan pasien, sehingga meningkatkan

kepatuhan pasien yang dapat memengaruhi tekanan darah menjadi

normal.

Hasil penelitian lainnyayang sejalan dengan hasil peneliti yakni

penelitian Rahmi Syudzah (2017) dengan judul “Tingkat Kepatuhan

Mengikuti Kegiatan(PROLANIS) Pada Pasien Diabetes Tipe 2

Dengan HBA1C” Dari hasil analisis uji T tidak berpasangan didapatan

bahwa tingkat kepatuhan mengikuti prolanis pada pasien diabetes

melitus tipe 2 dengan kadar darah HBA1C memiliki hubungan yang

bermakna (p=0.013) kesimpulannya terdapat hubungan antaratingkta

kepatuhan mengikuti kegiatan PROLANIS pada pasien diabetes

melitus tipe 2 dengan kadar HBA1C.


55

2. Pengendalian kadar gula darah

Berdasarkan hasil penelitan yang peneliti lakukan menunjukan

bahwa sebagian besar responden memiliki kadar gula darah yang

terkendali (HbA1C<6,5%) sejumlah 12 responden (60%).

Kadar glukosa darah merupakan faktor penting bagi kelancaran

kerja tubuh. Apabila kadar gula darah dalam tubuh meningkat sebagai

akibat dari naiknya proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat,

maka enzin-enzim tertentu akan merubah glukosa menjadi glikogen

dan disimpan di dalam hati, proses ini terjadi di dalam hati yang

dikenal sebagai proses glikogenesis, Sekresi hormon insulin bekerja

sebagai respon terhadap naiknya kadar glukosa darah yang

menyebabkan timbulnya mekanisme umpan balik sebagai pengatur

besarnya kadar glukosa darah. Mekanisme peningkatan glukosa darah

akan meningkatkan sekresi insulin, dan insulin selanjutnya akan

meningkatkan transpor glukosa ke dalam hati, otot, dan sel lain

sehingga kadar glukosa darah kembali normal. Gangguan metabolisme

dalam darah akibat dari organ pankreas tidak mampu untuk

memproduksi hormon insulin dapat menyebabkan peningkatan kadar

gula darah, Pengendalian kadar gula darah adalah kondisi kadar gula

darah dalam tubuh terkendali serta terkontrol.

Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Musfirah

Ahmad yang berjudul “kolerasi antara pelaksanaan prolanis dengan

kadar gula adarah penderita Dm tipe 2 di puskesmas antang dan

pampang makasar” diperoleh hasil yakni terdapat hubungan antara


56

pelaksanaan PROLANIS dengan GDP pada Penderita DM Tipe 2 di

Puskesmas Antang dan Pampang Kota Makassar dengan nilai

signifikansi (p) 0.001 . Korelasi antara aktivitas PROLANIS yaitu

konsultasi medis, aktivitas kelompok, sms gateway, dan home visit

dengan GDP juga menunjukkan adanya korelasi (p= 0.001; 0.001;

0.001; dan 0.047) dengan arah korelasi negatif dan kekuatan korelasi

yang kuat dan sedang (r= 0.66; -0.68; -0.70; dan -0.39). Artinya

semakin maksimal pelaksanaan PROLANIS maka akan semakin

rendah kadar GDP penderita DM..

3. Hubungan kepatuhan program pengelolaan penyakit kronis

(prolanis) dengan kadar gula darah pasien diabetes melitus di

Puskesmas Bantargebang Bekasi 2019.

Berdasarkan hasil analisa tabulasi silang (Cross Tabulation)

didapatkan data bahwa responden yang patuh melaksanakan prolanis

sejumlah 14 responden (100%) dengan 11 responden (78,6%) yang

memiliki kadar gula terkendali dan 3 responden lainnya (21,4%)

memiliki kadar gula darah yang tidak terkendali. Responden yang

tidak patuh melaksanankan prolanis berjumlah 6 responden (100%)

dengan 5 responden (83,5%) yang memiliki kadar gula darah tidak

terkendali dan 1 responden (16,7%) yang memiliki kadar gula darah

terkendali.

Hasil analisa dapat disimpulkan bahwa pen

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi squaredengan

nilai α< =0,05 yang berarti pada tingkat kepercayaan 95%didapatkan P


57

Value sebesar 0,018 (< =0,05)sehingga H0dinyatakan ditolak yang

berarti ada hubungan kepatuhan pelaksanaan prolanis dengan

pengendalian kadar gula darah pasien diabetes melitus di Puskesmas

Bantargebang.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, bahwa kepatuhan prolanis

sangat berpengaruh pada pengendalian kadar gula darah pasien

diabetes melitus. Menurut asumsi peneliti, tingginya angka kepatuhan

dan terkontrolnya kadar gula darah pada peserta yang melaksanakan

prolanis merupakan bukti keberhasilan prolanis di area kerja

Puskesmas Bantargebang. Keberhasilan ini terwujud karena kegigihan

para petugas untuk terus memperbaiki kegiatan yang rutin

diselenggarakan serta sebagian besar peserta memiliki kesadaran akan

pentingnya mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh puskesmas.

Penelitian ini didukung oleh teori menurut L Juwita aktivitas fisik

dapat dilakukan sebagai salah satu upaya pencegahan dan

pengendalian kadar gula darah. Banyak penelitian telah membuktikan

bahwa dengan melakukan aktivitas fisik dapat memperbaiki kualitas

hidup dan mengendalikan kadar gula darah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Aditya P (2016)

yang berjudul “Hubungan Antara Kepatuhan Mengikuti Program

Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) Bpjs Dengan Stabilitas Gula

Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Di Puskesmas Babat

Kabupaten Laomgan” dengan menggunakan alat ukur kuisioner dan

GDS didapatkan Hasil uji statistik menggunakan uji alternatif fisher


58

exact menunjukkan p=0,000 < α (0,05) yang berarti terdapat hubungan

yang signifikan antara kepatuhan mengikuti PROLANIS dengan

stabilitas gula darah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi

tingkat kepatuhan maka semakin baik stabilitas gula darahnya.

Kesimpulannya adalah ada hubungan antara kepatuhan mengikuti

PROLANIS dengan stabilitas gula darah sehingga dapat digunakan

sebagai acuan diabetisi dalam meningkatkan kepatuhan pada 4 pilar

penatalaksanaan PROLANIS DM agar memiliki gula darah yang

stabil.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, diketahui bahwa terdapat 3

responden (21,4%) yang sudah patuh dalam mengikuti kegiatan

prolanis tetapi kadar gula darahnya masih tidak terkendali, dapat

disimpulkan bahwa ada faktor lain yang menyebabkan kadar gula

darah tidak terkendali. Peneliti berasumsi hal ini disebabkan karena

cakupan Prolanis hanya meliputi konsultasi medis, home visit,

reminder sms gateway dan aktivitas kelompok, prolanis tidak

memantau diet pasien secara intensif, sehingga kemungkinan pola diet

yang salah juga menjadi pemicu tingginya kadar gula darah pada

pasien.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Susanti (2018)

yang berjudul“Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada

Penderita Diabetes Mellitus” dengan hasil uji statistik Spearman Rho

p=0,000 (α=0,05) menunjukkan bahwa H0 ditolak sehingga dapat

disimpulkan ada hubungan antara pola makan dengan kadar gula darah
59

pada penderita Diabetes Mellitus di Puskesmas Tembok Dukuh

Surabaya.

Berdasarkan hasil penelitian diatas terdapat 1 responden (16,7%)

yang tidak patuh terhadap prolanis tetapi memiliki kadar gula darah

yang terkendali dapat disimpulkan bahwa ada faktor lain yang

menyebabkan kadar gula darah terkendali. Peneliti berasumsi hal ini

disebabkan karena penggunaan obat antidiabetik atau insulin yang

menjadi salah satu faktor terkendalinya kadar gula darah pasien

diabetes. Menurut dr. Kevin Andrian insulin membantu pengontrolan

kadar gula darah (glukosa) dalam tubuh.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Oryza Dwi

Nanda (2018) yang berjudul “ Hubungan Kepatuhan Minum Obat Anti

Diabetik Dengan Regulasi Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes

Melitus” dengan hasil uji chi square menunjukan terdapat hubungan

antara kepatuhan minum obat dengan regulasi kadar gula darah pada

pasien diabetes melitus dengan nilai p=0,015 (α<0,05) dan nilai OR

sebesar 14 dengan CI 95% (1,385-141,485) yang berarti responden

yang patuh dengan yang tidak patuh minum obat anti diabetik beresiko

14 kali mengalami regulasi gula darah yang buruk dibandingkan

dengan pasien yang patuh meminum obat anti diabetik.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Metode yang digunakan adalah cross sectional, penelitian ini tidak

dapat menggambarkan secara menyeluruh tentang kepatuhan pasien

dalam kegiatan program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS).


60

Masukan dari peneliti untuk penelitian selanjutnya cobalah

menggunakan metode lainnya agar dapat menggambarkan secara

menyeluruh tentang kepatuhan pasien dalam kegiatan program

pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS).

2. Pengisian kusioner dilakukan di ruang terbuka yang ramai sehingga

dapat mengganggu fokus responden dalam melakukan pengisian

kuesioner. Masukian yang peneliti berikan untuk peneliti selanjutnya

saat melakukan pengisian kuisioner sebaiknya didalam ruangan yang

tenang agar kondusif .


BAB VII

PENUTUP

Penelitian ini mengambil judul “Hubungan Kepatuhan Pelaksanaan Program

Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) Dengan Pengendalian Kadar Gula Darah

Pasien Dm Di Puskesmas Bantargebang 2019”. Adapun kesimpulan dan saran

dari penelitian ini yaitu:

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 20 juni 2019 sampai

dengan 5 juli 2019 mengenai “Hubungan Kepatuhan Pelaksanaan Program

Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) Dengan Pengendalian Kadar Gula

Darah Pasien Dm Di Puskesmas Bantargebang 2019” dapat disimpulkan

bahwa:

1. Distribusi frekuensi kepatuhan program pengelolaan penyakit kronis

menunjukan bahwa sebagian besar responden patuh dalam

melaksanakan Program Pengelolaan Penyait Kronis (PROLANIS)

dengan jumlah 14 responden (70%).

2. Distribusi Frekuensi kadar gula darah pasien dm menunjukan bahwa

sebagian besar responden memiliki kadar gula darah yang terkendali

dengan kadar Hba1c <6,5% sejumlah 12 responden (60%).

3. Ada hubungan Kepatuhan Pelaksanaan Program Pengelolaan Penyakit

Kronis (Prolanis) Dengan Pengendalian Kadar Gula Darah Pasien Dm

Di Puskesmas Bantar Gebang 2019” diperoleh Hasil analisa statistik

dengan menggunakan uji chi square didapatkan P Value sebesar 0,018

61
62

<α=0,05 dinyatakan H0 ditolak yang berarti ada hubungan kepatuhan

melaksanakan program pengelolaan penyakit kronis(prolanis) dengan

pengendalian kadar gula darah pasien dm di Puskesmas Bantargebang.

B. Saran

1. Bagi Puskesmas

Pemberian reward kepada pasien yang patuh dengan

melibatkannya menjadi kader agar menjadi motivasi untuk pasien-

pasien program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS) lainnya.

2. Bagi tenaga kesehatan (Perawat)

Pengkajian tentang kepatuhan pasien dalam melaksanakan 4

pilar PROLANIS perlu dilakukan mengingat pentingnya

pengontrolan kadar gula darah dan untuk mencegah terjadinya

komplikasi. Hal yang terpenting juga bagi perawat agar

menjelaskan informasi kepada pasien menggunakan bahasa yang

lebih mudah dimengerti untuk membantu pasien dalam

meningkatkan pengetahuannya.

3. Bagi institusi

Hasil pengelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi

atau bacaan baruyang digunakan dalam mengembangkan ilmu

pengetahuan khususnya mengenai program pengelolaan penyakit

kronis (PROLANIS) di institusi kampus STIKes Medistra

Indonesia.

4. Bagi peneliti selanjutya


63

Sebagai referensi bagi penulis selanjutnya untuk meneliti

dengan metode lain dan meneliti faktor-faktor yang

menghubungkan kepatuhan pelaksanaan program pengelolaan

penyakit kronis (PROLANIS) dengan pengendalian kadar gula

darah pasien diabetes melitus.

Anda mungkin juga menyukai