Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Asuhan Keperawatan Infeksi Traktus Genitalis

DI SUSUN OLEH :

Nama : Fifi Febrianti La Hani

NIM : 1420118082

Kelas : Ambon (Pagi)

Semester : Genap (IV)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MALUKU HUSADA
AMBON
2020

1
Kata Pengantar

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tentang
Asuhan Keperawatan Infeksi Traktus Genitalis. Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas
Maternitas II, Program Studi Keperawatan.

Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai layanan
internet dan buku cetak. Oleh karena itu, Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi untuk saya maupun untuk semuanya.

Namlea, 08 Juli 2020

Penulis

2
Daftar Isi

Cover..................................................................................................................................................... 1

Kata Pengantar..................................................................................................................................... 2

Daftar Isi................................................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................4

A. latar Belakang.................................................................................................................................. 4

B. Rumusan Penulisan......................................................................................................................... 4

BAB II ISI................................................................................................................................................ 5

A. Definisi.............................................................................................................................................. 5

B. Etiologi.............................................................................................................................................. 5

C. Klasifikasi......................................................................................................................................... 6

D. Manifestasi Klinis........................................................................................................................... 10

E. Pemeriksaan Penunjang................................................................................................................ 11

F. Penatalaksanaan............................................................................................................................ 11

G. Komplikasi...................................................................................................................................... 13

H. Prognosa........................................................................................................................................ 14

I. Diagnosa Keperawatan................................................................................................................... 14

J. Intervensi Keperawatan................................................................................................................. 14

BAB III PENUTUP................................................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................. 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan yang dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-
kira 6 minggu. Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah persalinan.

Menurit WHO diseluruh dunia setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi
yang terkait dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. Dengan kata lain, 1.400 perempuan meninggal
setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan, persalinan,
dan nifas.

Infeksi nifas merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pasca persalinan. Derajat komplikasi
masa nifas bervariasi. Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode masa nifas karena merupakan
masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60% kematian ibu karena kehamilan terjadi setelah
persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama pasca persalinan.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Untuk memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan infeksi nifas terutama
pada infeksi daerah genital.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui konsep dasar teori dari infeksi nifas.

b. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teoritis pada pasien dengan infeksi nifas yang meliputi
pengkajian, diagnosa dan intervensi keperawatan.

BAB II

4
ISI

A. Definisi
Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang-biaknya mikroorganisme dalam tubuh manusia
yang disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya (Zulkarnain Iskandar, 1998 ). Infeksi
pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah infeksi klinis pada saluran
genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau persalinan (Bobak, 2004). Infeksi
postpartum adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam
alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas (Sarwono Prawirohardjo, 2005:689). Infeksi
postpartum adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa
nifas (Mochtar Rustam, 1998 : 413).
B. Etiologi
1. Faktor Presipitasi Infeksi post partum
Penyebab dari infeksi postpartum ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob
patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari
luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus dan anaerob
yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang
sering menyebabkan infeksi postpartum antara lain :
a. Streptococcus haematilicus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari
penderita lain , alat alat yang tidak steril , tangan penolong , dan sebagainya.
b. Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab
infeksi di rumah sakit
c. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum , menyebabkan infeksi terbatas
d. Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
2. Faktor predisposisi infeksi post partum
a. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti perdarahan,
dan kurang gizi atau malnutrisi
b. Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama.
c. Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
d. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan dara
e. Anemia, higiene, kelelahan
f. Partus lamamacet, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang
g. baiknya proses pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan, dapat
h. berlanjut ke infeksi dalam masa nifas.
C. Klasifikasi
1. Infeksi uterus
a. Endometritis

5
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari
rahim). infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau
infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim (Anonym, 2008).
Endometritis adalah infeksi yang berhubungan dengan kelahiran anak,
jarang terjadi pada wanita yang mendapatkan perawatan medis yang baik dan
telah mengalami persalinan melalui vagina yang tidak berkomplikasi. Infeksi
pasca lahir yang paling sering terjadi adalah endometritis yaitu infeksi pada
endometrium atau pelapis rahim yang menjadi peka setelah lepasnya plasenta,
lebih sering terjadi pada proseskelahiran caesar, setelah proses persalinan yang
terlalu lama atau pecahnya membran yang terlalu dini. Juga sering terjadi bila
ada plasenta yang tertinggal di dalam rahim, mungkin pula terjadi infeksi dari
luka pada leher rahim, vagina atau vulva.
Tanda dan gejalanya akan berbeda bergantung dari asal infeksi, sedikit
demam, nyeri yang samar-samar pada perut bagian bawah dan kadang- kadang
keluar dari vagina berbau tidak enak yang khas menunjukkan adanya infeksi
pada endometrium. Pada infeksi karena luka biasanya terdapat nyeri dan nyeri
tekan pada daerah luka, kadang berbau busuk, pengeluaran kental, nyeri pada
perut atau sisi tubuh, gangguan buang air kecil. Kadang-kadang tidak terdapat
tanda yang jelas kecuali suhu tunbuh yang meninggi. Maka dari itu setiap
perubahan suhu tubuh pasca lahir harus segera dilakukan pemeriksaan.
Infeksi endometrium dapat dalam bentuk akut dengan gejala klinis yaitu
nyeri abdomen bagian bawah, mengeluarkan keputithan, kadang-kadang
terdapat perdarahan dapat terjadi penyebaran seperti meometritis (infeksi otot
rahim), parametritis (infeksi sekitar rahim), salpingitis (infeksi saluran tuba),
ooforitis (infeksi indung telur), dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar),
pembentukan pemanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur
(Anonym, 2008). Terjadinya infeksi endometrium pada saat persalinan, dimana
bekas implantasi plasenta masih terbuka, terutama pada persalinan terlantar
dan persalinan dengan tindakan pada saat terjadi keguguran, saat pemasangan
alat rahim yang kurang legeartis (Anonym, 2008). Kadang-kadang lokia tertahan
oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan
lokiametra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada endometritis
agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek.Pada endometritis yang
tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri perut pada hari-hari
pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi
dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu
minggu keadaan sudah normal kembali. Lokia pada endometritis, biasanya
bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini tidak boleh dianggap infeksinya
berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokia yang sedikit dan
tidak berbau.
Untuk mengatasinya biasanya dilakukan pemberian antibiotik, tetapi
harus segera diberikan sesegera mungkin agar hasilnya efektif. Dapat pula

6
dilakukan biakkan untuk menentukan jenis bakteri, sehingga dapat diberikan
antibiotik yang tepat.
b. Miometritis (infeksi otot rahim)
Miometritis adalah radang miometrium. Sedangkan myometrium
adalah tunika muskularis uterus. Gejalanya berupa demam, uterus nyeri tekan,
perdarahan vaginal dan nyeri perut bawah, lokhea berbau, purulen. Metritis
akut biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi postpartum. Penyakit ini
tidak brerdiri sendiri akan tetapi merupakan bagian dari infeksi yang lebih luas
yaitu merupakan lanjutan dari endometritis. Kerokan pada wanita dengan
endometrium yang meradang dapat menimbulkan metritis akut. Pada penyakit
ini myometrium menunjukkan reaksi radang berupa pembengkakan dan
infiltarsi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat
tromboflebitis dan kadang-kadang dapat terjadi abses.
Metritis kronik adalah diagnosa yang dahulu banyak dibuat atas dasar
menometroragia dengan uterus lebih besar dari bisa, sakit pnggang, dan
leukore. Akan tetapi pembesaran uterus pada multipara umumnya disebabkan
oleh pemanbahan jaringan ikat akibat kehamilan. Terapi dapat berupa antibiotik
spektrum luas seperti amfisilin 2gr IV per 6 jam, gentamisin 5 mg kg/BB,
metronidasol mg IV per 8 jam, profilaksi anti tetanus, efakuasi hasil konsepsi.
c. Parametritis (infeksi daerah di sekitar rahim).
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig latum. Radang
ini biasanya unilatelar. Tanda dan gejala suhu tinggi dengan demam tinggi, Nyeri
unilateral tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah. Penyebab
Parametritis yaitu :
a) Endometritis dengan 3 cara yaitu :
i. Per continuitatum : endometritis - metritis – parametitis
ii. Lymphogen
iii. Haematogen : phlebitis - periphlebitis – parametritis
b) Dari robekan serviks
c) Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD )
2. Syok bacteremia
Infeksi kritis, terutama yuang disebabkan oleh bakteri yang melepaskan
endotoksin, bisa mempresipitasi syok bakteremia (septic). Ibu hamil, terutama mereka
yang menderita diabetes mellitus atau ibu yang memakai obat imunosupresan, berada
pada tingkat resiko tinggi, demikian juga mereka yang menderita endometritis selama
periode pascapartum.
Demam yang tinggi dan mengigil adalh bukti patofisiologi sepsis yang serius. Ibu
yang cemas dapat bersikap apatis. Suhu tubuh sering kali sedikit turun menjadi
subnormal. Kulit menjadi dingin dan lembab. Warna kulit menjadi pucat dan denyut
nadi menjadi cepat. Hipotensi berat dan sianosis peripheral bisa terjadi. Begitu juga
oliguria.

7
Temuan laboratorium menunjukkan bukti-bukti infeksi. Biakan darah
menunjukian bakteremia, biasanya konsisten dengan hasil enteric gram negative.
Pemeriksaan tambahan bisa menunjukkan hemokonsentrasi, asidosis, dan koagulopati.
Perubahan EKG menugjukkan adanya perubahan yang mengind ikasikan insufisiensi
miokard. Bukti-bukti hipoksia jantung, paru-paru, ginjal, dan neurologis bisa ditemukan.
Penatalaksanaan terpusat pada antimicrobial, demikian juga dukungan oksigen
untuk menghilangkan hipoksia jaringan dan dukungan sirkulasi untuk mencegah kolaps
vascular. Fungsi jantung, usaha pernafasan, dan fungsi ginjal dipantau dengan ketat.
Pengobatan yang cepat terhadap syok bacteremia membuat prognosis menjadi baik.
Dan morbiditas dan mortilitas maternal diturunkan dengan mengendalikan distrees
pernafasan, hipotensi dan DIC (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).
3. Peritonitis
Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga
ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya,
ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga
peritoneum dan menyebabkan peritonitis. Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis
umum, terbatas pada daerah pelvis. Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada
peritonitis umum. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap
baik. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya
terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia posterior untuk
mencegah keluarnya melalui rektum atau kandung kencing.
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan
penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan
nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita, yang mula- mula kemerah-merahan,
menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies
hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi.
4. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi pada sekitar 10% wanita hamil, kebanyakan
terjadi pada masa prenatal. Mereka yang sebelumnya mengalami ISK memiliki
kecenderungan mengidap ISK lagi sewaktu hamil. Servisitis, vaginitis, obstruksi ureter
yang flaksid, refluks vesikoureteral, dan trauma lahir mempredisposisi wanita hamil
untuk menderita ISK, biasanya dari Escherichia coli. Wanita dengan PMS kronis, trutama
gonore dan klamidia, juga memiliki resiko. Bakteriuria asimptomatik terjadi pada sekitas
5% nsampai 15% wanita hamil. Jika tidak diobati akan terjadi pielonefritis pada kira-kira
30% pada wania hamil. Kelahiran dan persalinan premature juga dapat Iebih sering
terjadi
Biakan dan tes sensitivitas urin harus dilakukan di awal kehamilan, lebih disukai
pada kunjungan pertama, specimen diambil dari urin yang diperoleh dengan cara bersih.
Jika didiagnosis ada infeksi, pengobatan dengan antibiotic yang sesuai selama dua
sampai tiga minggu, disertai peningkatan asupan air dan obat antispasmodic traktus
urinarius.
5. Septicemia dan piemia

8
Pada septicemia kuman-kuman yang ada di uterus, langsung masuk ke
peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya septicemia dapat
dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah. Pada piemia terdapat
dahulu tromboflebitis pada vena-vena diuterus serta sinus-sinus pada bekas tempat
plasenta. Tromboflebitis ini menjalar ke vena uterine, vena hipogastrika, dan/atau vena
ovarii (tromboflebitis pelvika). Dari tempat-tempat thrombus itu embolus keil yang
mengandung kuman-kuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus masuk
keperedaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah ketempat-tempat lain,
antaranya ke paru-paru, ginjal, otak, jantung, dan sebagainya, dan mengakibatkan
terjadinya abses-abses ditempat-tempat tersebut. Keadaan ini dinamakan piemia.
Kedua-duanya merupakan infeksi berat namun gejala-gejala septicemia lebih
mendadak dari piemia. Pada septicemia, dari permulaan penderita sudah sakit dan
lemah. Sampai tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai
menggigil. Selanjutnya, suhu berkisar antara 39 - 40'C, keadaan umum cepat memburuk,
nadi menjadi cepat (140 - 160 kali/menit atau lebih). Penderita meninggal dalam enam
sampai tujuh hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi seperti piemia.
Pada piemia, penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri, dan
suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta
menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peredaran darah
umum. Suatu ciri khusus pada piemia ialah berulang-ulang suhu meningkat dengan
cepat disertai menggigil, kemudian dikuti oleh turunnya suhu. Ini terjadi pada saat
dilepaskannya embolus dari tromboflebitis pelvika. Lambat laun timbul gejala abses
pada paru-paru, pneumonia dan pleuritis. Embolus dapat pula menyebabkan abses-
abses di beberapa tempat lain.
D. Manifestasi Klinis
Rubor (kemerahan), kalor (demam setempat) akibat vasodilatasi dan tumor (benngkak) karena
eksudasi. Ujung syaraf merasa akan terangsang oleh peradangan sehingga terdapat rasa nyeri
(dolor). Nyeri dan pembengkan akan mengakibatkan gangguan faal, dan reaksi umum antara
lain berupa sakit kepala, demam dan peningkatan denyut jantung (Sjamsuhidajat, R. 1997).
1. Manifestasi klinis yang lain :
a. Peningkatan suhu
b. Takikardie.
c. Nyeri pada pelvis
d. Demam tinggi
e. Nyeri tekan pada uterus
f. Lokhea berbau busuk/ menyengat
g. Penurunan uterus yang lambat
h. Nyeri dan bengkak pada luka episiotomy
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g%
dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.

9
b. Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.
c. Pemeriksaan Mikroskopis Urine : guna pemeriksaan mikroskopis urine adalah
untuk melihat kelainan ginjal dan salurannya (stadium, berat ringannya
penyakit)
d. Pemeriksaan protein urine: Ditemukan protein dalam urine tetapi kelainan yang
terjadi tidak menandakan adanya indikasi penyakit. Normalnya tidak boleh
sampai + 1.
e. Pemeriksaan glukosa urin : Pada keadaan normal tidak ditemukan glukosa
disalam urine. Karena molekul glukosa besar dan ginjal akan menyerap kembali
hasil filtrasi dari glumerulus (Normal : 1 -25 mg/ dL)
F. Penatalaksanaan
1. Masa Persalinan
a. Hindari pemeriksaan dalam berulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilitas
yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
b. Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
c. Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama.
d. Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun
perabdominal dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
e. Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan dengan penderita
harus terjaga kesuci-hamaannya.
f. Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus
segera diganti dengan transfusi darah.
g. Masa Nifas
h. Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat
dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kndung kencing harus
steril.
i. Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak
bercampur dengan ibu sehat.
j. Tamu yang berkunjung harus dibatasi.
2. Masa Kehamilan
Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi
dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu. Pemeriksaan
dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula koitus pada
hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat
menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam
jalan lahir.
a. Pencegahan infeksi postpartum :
 Anemia diperbaiki selama kehamilan. Berikan diet yang baik. Koitus
pada kehamilan tua sebaiknya dilarang.
 Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama persalinan. Jaga
persalinan agar tidak berlarut-larut. Selesaikan persallinan dengan
trauma sesedikit mungkin. Cegah perdarahan banyak dan penularan

10
penyakit dari petugas dalam kamar bersalin. Alat-alat persalinan harus
steril dan lakukan pemeriksaan hanya bila perlu dan atas indikasi yang
tepat.
 Selama nifas, rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat
pasien dengan tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita sehat
yang berada dalam masa nifas.
b. Penanganan umum
 Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses
persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulitkomplikasi dalam
masa nifas.
 Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami
infeksi nifas.
 Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi
yang dikenali pada saat kehamilan ataupun persalinan.
 Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui.
 Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan
gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan
dengan segera.
 Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari
ibu yang mengalami infeksi pada saat persalinan. Dan Berikan hidrasi
oral/IV secukupnya.
c. Pengobatan secara umum
 Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dan sekret vagina, luka
operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika
yang tepat dalam pengobatan.,
 Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat.
 Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika
spektrum luas (broad spektrum) menunggu hasil laboratorium.
 Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau
transfusi darah diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi
yang dijumpai.
d. Penanganan infeksi postpartum :
 Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari.
 Berikan terapi antibiotik, Perhatikan diet. Lakukan transfusi darah bila
perlu, Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam
rongga perineum.
G. Komplikasi
a. Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)
b. Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan resiko terjadinya
emboli pulmoner.
c. Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di dalam darah.
Syok toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat dan bahkan kematian.

11
H. Prognosa
Prognosis infeksi intra partum sangat tergantung dari jenis kuman, lamanya infeksi
berlangsung, dapat/tidaknya persalinan berlangsung tanpa banyak perlukaan jalan lahir.
I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien
yang nyata (actual) dan kemungkinan akan terjadi (resiko) dimana pemecahannya dalam batas
wewenang perawat. Diagnosa yang mungkin muncul antara lain :
a. nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen, after pains, distensi kandung kemih.
b. Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan rauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi
nasokomial.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat, anoreksia, mual, muntah, dan pembatasan medis.
d. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan, retensi urine.
e. Aktivitas intoleran berhubungan dengan efek anesthesia, terpasang infus.
f. Kurang pengetahuan tentang cara perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang
informasi.
g. Cemas berhubungan dengan kurang informasi tentang status kesehatan bayi, peralihan
sebagai orang tua.
J. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan mata rantai penetapan kebutuhan pasien dan pelaksanaan
tindakan keperawatan. Dengan demikian rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis
yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap
pasien sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan, rencana asuhan
keperawatan pada klien post partum menurut (Dongoes, 1994 : 417).
a. nyeri berhubungan dengan luka insisi, distensi abdomen, after pains, distensi kandung
kemih.
Tujuan : Dalam waktu 3 hari, rasa nyeri berkurang atau hilang Kriteria evaluasi :
 Tanda-tanda vital normal (nadi 60-80 x/menit, respirasi 18-24 x/menit),
 Tidak meringis,
 Kegiatan tidak terganggu dengan rasa nyeri.
 Skala nyeri

Intervensi Rasional
1. Tentukan skala nyeri dan intensitas nyeri, 1. Untuk mengenal indikasi kemajuan atau
pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
setiap 4 jam 2. Relaksasi dan nafas dalam dapat mengurangi
2. Anjurkan klien untuk menggunakan teknik ketengangan otot dan menghamat rangsang
relaksasi dan nafas dalam serta teknik distrasi nyeri serta menamah pemasukan oksigen.
(untuk nyeri ringan dan sedang). Distraksi mengganggu stimulus nyeri tetapi
3. Anjurkan posisi tidur miring. tidak menguah intensitas nyeri, paling aik
4. brikan oat analgetik sesuai resep dokter untuk periode pendek.
3. Mempermudah pengeluaran gas
4. Analgetik bersifat menghabat reseptor nyeri,

12
sehingga persepsi nyeri berkurang/hilang.

b. Resiko Penyebaran Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan
infeksi nasokomial. Tujuan Dalam 3 hari setelah proses persalinan, infeksi tidak terjadi
Kriteria evaluasi :
 Tanda-tanda vital dalam batas normal (nadi 60-80 x/menit, suhu tidak lebih dari
38 'C),
 Insisi kering
 Lochea tidak berbau busuk
 Uterus tidak lembek
 Dolor ะ 1-2
 Kalor:36'5 - 37'2 C
 Rubbor : Normal
 Function laesa : normal

intervensi Rasional
1. Lakukan perawatan luka dengan teknik 1. Akan meminimalkan dan mencegah
aseptic dan anti septik kontaminasi dana tau masuknya
2. Observasi adanya tanda-tanda infeksi pada mikcroorganisme.
daerah luka : dolor, kolor, rubor, dan fucrion 2. Akan memudahkan intervensi lebih dini dan
laesa. intervensi selanjutnya.
3. Berikan anti biotik sesuai order dan 3. Antibiotic bersifat bakterisida dan adanya
kolaborasi untuk pemeriksaan leukosit. leukositosis merupakan sala satu tanda
infeksi.
4. Anjurkan untuk makan makanan tinggi 4. Protein dan vitamin C di butuhkan untuk
protein, vitamin dan zat besi. pertumbuhan jaringan dan zat besi untuk
pembentukan hemoglobin.

c. Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan retensi urine.


Tujuan :Dalam waktu 2 hari pola eliminasi urine tidak terganggu.
Kriteria Evaluasi :
1. Klien dapat Buang air kecil setelah diangkat kateter
2. Terhindar dari infeksi system urine.

Intervensi Rasional
1. Rawat perineum dan kateter secara rutin dan 1. Mencegah agar tidak mendukung
teratur. pertumbuhan bakteri.
2. Tempatkan kantung kencing bila dipasang 2. Untuk mencegah refluk, sehingga tidak
kateterlebih rendah dari pasien tumbuh bakteri.
3. Ajarkan teknik merangsang kencing setelah 3. Klien biasanya bisah buang air kecil setelah 6-
diangkat kateter seperti siram daerah 8 jam setelah pengangkatan kateter, posisi
kandung kemih dengan air dan anjurkan klien duduk dapat menimbulkan rasah penuh
duduk. sehingga klien terangsang untuk kencing.
4. Angkat kateter sesuai ketentuan biasanya 6- 4. Untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

13
12 jam post operasi

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Infeksi nifas adalah infeksi luka jalan lahir postpartum biasanya dari endometrium, bekas
insersi plasenta dan juga infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalis, terjadi sesudah
melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38° C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama
pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. Ini disebabkan oleh kuman aerob dan
anaerob. Infeksi bisa terjadi melalui tangan penderita, doplet infeksion, infeksi rumah sakit
(hospital infekction), dalam rumah sakit dan koitus karena ketuban pecah. Manifestasi yang sering
muncul tergantung tempat-tempat yang terinfeksi, ada infeksi yang terbatas pada perineim, vulva,
vagina, serviks, dan endometrium kemudian bisa menyebar melaluo tempat tersebut melalui
vena-vena, jalan limfe dan permukaan endometrium. Bila menyebar maka manofestasi yang
muncul juga dapat memperburuk keadaan penderita.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bobak M Irene, Deitra Leonasd Lowdermilk dkk. 2004. "Buku Ajaran Keperawatan Maternitas".
Jakarta. EGC v
Biomed M mitayani,S.ST. 2009."Asuhan keperawatan maternitas". Jakarta: Salemba Medika
Brunner and suddart.2002.Medical practical nursing, Ist edition, Jakarta : EGC
WWWSCRIB/infeksipostpartum.COM
http:/wwwy.lusa..web.idtag/infeksi-post-partum
http://ainicahavamata.wordpress.com/20 1 1/03/30/infeksi-postpartun

16

Anda mungkin juga menyukai