Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sehat adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Undang-
Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, dalam P2PTM Kemenkes 2019).
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) disebabkan oleh human
immunodeficiency virus (HIV) yang menyebabkan melemahnya sistem kekebalan tubuh
seseorang, membuatnya lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sulit sembuh dari
berbagai penyakit infeksi oportunistik dan bisa menyebabkan kematian. Pada umumnya
penularan HIV disebabkan karena hubungan heteroseksual, penggunaan jarum suntik
bersama pada pengguna narkoba suntik (Penasun), penularan dari ibu ke bayi selama
periode kehamilan, kelahiran dan menyusui, tranfusi darah yang tidak aman dan praktek
tatoo (Riskesdas, 2013). Indonesia telah digolongkan sebagai negara tingkat epidemik
dengan jumlah penderita AIDS di Indonesia yang semakin lama semakin meningkat.
Menurut Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
Depkes RI, dalam triwulan Juli sampai dengan September 2014 dilaporkan, jumlah orang
dengan infeksi HIV adalah 22.869 orang sementara AIDS 1.876 orang. Secara kumulatif
kasus HIV dan AIDS pada 1 April 1987 sampai dengan 30 September 2014 adalah HIV
sebanyak 150.296 orang sementara AIDS sebanyak 55.799 dengan total kematian 9.796
orang (Depkes RI, 2014). Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2014, kasus
HIV/AIDS di Provinsi Jawa Barat terus meningkat dan termasuk dalam 4 provinsi dengan
kasus HIV/AIDS terbesar di Indonesia. Menurut data Dinas Kesehatan Jawa Barat,
sampai dengan September 2014, tercatat secara kumulatif, ada 17.698 kasus yang terdiri
dari 13.507 kasus HIV dan 4.191 kasus AIDS. Kasus AIDS pertama ditemukan di kota
Bandung tahun 1989 (2 tahun sesudah kasus pertama di Indonesia, ditemukan di Bali
tahun 1987). Jumlah kumulatif penderita HIV/AIDS di Jawa Barat sebanyak 17.698
orang, sedangkan jumlah kumulatif penderita HIV/AIDS tertinggi di Jawa Barat adalah
kota Bandung.
Menurut kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan Dinas
Kesehatan Kota Bandung penderita HIV AIDS di kota Bandung terus meningkat sampai

1
September 2015 ada 3.625 penderita HIV AIDS. Sedangkan di Kabupaten Bandung pun
terbilang cukup tinggi, data Dinkes Kabupaten Bandung jumlah penderita HIV AIIDS
mencapai 93 orang pendataan dilakukan sejak awal 2013 hingga September 2014 lalu
dengan melibatkan 5 Puskesmas di Kabupaten Bandung (Dinkes Provinsi Jawa Barat,
2014) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dalam
riset kesehatan dasar (RISKESDAS) melaporkan bahwa sikap menerima anggota
keluarga yang terinfeksi HIV meliputi, 47,4 persen bersikap bersedia membicarakan
dengan anggota keluarga lain, 43,5 persen bersikap bersedia merawat anggota keluarga
yang terinfeksi virus HIV di rumah, dan sebesar 53,9 persen bersikap akan mencari
konseling dan pengobatan apabila ada anggota keluarga terinfeksi virus HIV. Sikap
diskriminatif terhadap anggota keluarga yang terinfeksi HIV masih cukup tinggi yaitu
yang bersikap "merahasiakan' apabila ada anggota keluarga terinfeksi HIV sebesar 21,7
%, sedangkan penduduk yang bersikap "mengucilkan' sebesar 7,1%. (Riskesdas, 2010).
Tingginya angka penderita HIV/AIDS, tentunya membutuhkan peran serta masyarakat
untuk turut mencegah dan menangani kasus HIV/AIDS tersebut terutama kelompok
masyarakat yang paling kecil yaitu keluarga. Keluarga menjadi pusat utama yang penting
dan keluargalah yang menjadi kelompok bagi setiap individu. Untuk menyatakan kembali
peran keluarga, unit keluarga menempati suatu posisi antara individu dan masyarakat.
Keluarga merupakan konteks yang paling vital bagi pertumbuhan dan perkembangan
yang sehat. Keluarga memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap pembentukan
identitas seorang individu dan perasaan harga diri. (Marilyn M. Friedman, 2010).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan pada sub populasi penyakit menular (HIV/AIDS).

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada sub populasi penyakit menular
(HIV/AIDS).
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi kebijakan mengenai program kesehatan untuk penyakit
menular (HIV/AIDS)

2
2. Mengidentifikasi penyakit yang perlu diwaspadai untuk penyakit-penyakit
menular (HIV/AIDS)
3. Mengidentifikasi implikasi keperawatan pada penyakit menular (HIV/AIDS).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Menular


2.1.1 Rantai Infeksi
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan (berpindah dari
orang yang satu ke orang yang lain, baik secara langsung maupun melalui
perantara). Penyakit menular ini ditandai dengan adanya (hadirnya) agen atau
penyebab penyakit yang hidup dan dapat berpindah.
Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang lain
ditentukan oleh 3 faktor tersebut diatas, yakni :
1. Agen (penyebab penyakit)
2. Host (induk semang)
3. Route of transmission (jalannya penularan)
Apabila diumpamakan berkembangnya suatu tanaman, dapat
diumpamakan sebagai biji (agen), tanah (host) dan iklim (route of transmission).
1. Agen-Agen Infeksi (Penyebab Infeksi)
Makhluk hidup sebagai pemegang peranan penting didalam
epidemiologi yang merupakan penyebab penyakit dapat dikelompokkan
menjadi :
1) Golongan virus, misalnya influenza, trachoma, cacar dan sebagainya.
2) Golongan riketsia, misalnya typhus.
3) Golongan bakteri, misalnya disentri.
4) Golongan protozoa, misalnya malaria, filaria, schistosoma dan sebagainya.
5) Golongan jamur, yakni bermacam-macam panu, kurap dan sebagainya.
6) Golongan cacing, yakni bermacam-macam cacing perut seperti ascaris
(cacing gelang), cacing kremi, cacing pita, cacing tambang dan
sebagainya.

3
Agar supaya agen atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup
(survive) maka perlu persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
a) Berkembang biak
b) Bergerak atau berpindah dari induk semang
c) Mencapai induk semang baru
d) Menginfeksi induk semang baru tersebut.

2. Macam-Macam Penularan (Mode of Transmission)


Mode penularan adalah suatu mekanisme dimana agen / penyebab
penyakit tersebut ditularkan dari orang ke orang lain atau dari reservoar
kepada induk semang baru. Penularan ini melalui berbagai cara antara lain :
a. Kontak (Contact)
Kontak disini dapat terjadi kontak langsung maupun kontak tidak langsung
melalui benda-benda yang terkontaminasi. Penyakit-penyakit yang
ditularkan melalui kontak langsung ini pada umumnya terjadi pada
masyarakat yang hidup berjubel. Oleh karena itu lebih cenderung terjadi di
kota daripada di desa yang penduduknya masih jarang.
b. Inhalasi (Inhalation)
Yaitu penularan melalui udara / pernapasan. Oleh karena itu ventilasi
rumah yang kurang, berjejalan (over crowding) dan tempat-tempat umum
adalah faktor yang sangat penting didalam epidemiologi penyakit ini.
Penyakit yang ditularkan melalui udara ini sering disebut air borne
infection (penyakit yang ditularkan melalui udara).
c. Infeksi
Penularan melalui tangan, makanan dan minuman.
d. Penetrasi pada Kulit
Hal ini dapat langsung oleh organisme itu sendiri. Penetrasi pada kulit
misalnya cacing tambang, melalui gigitan vektor misalnya malaria atau
melalui luka, misalnya tetanus.
e. Infeksi Melalui Plasenta
Yakni infeksi yang diperoleh melalui plasenta dari ibu penderita penyakit
pada waktu mengandung, misalnya syphilis dan toxoplasmosis.

4
3. Faktor Induk Semang (Host)
Terjadinya suatu penyakit (infeksi) pada seseorang ditentukan pula
oleh faktor-faktor yang ada pada induk semang itu sendiri. Dengan perkataan
lain penyakit-penyakit dapat terjadi pada seseorang tergantung / ditentukan
oleh kekebalan / resistensi orang yang bersangkutan.Tiga Kelompok utama
penyakit menular

1) Penyakit yang sangat berbahaya karena angka kematian sangat tinggi


2) Penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan kematian dan cacat,
walaupun akibatnya lebih ringan dari yang pertama
3) Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian dan cacat tetapi
dapat mewabah yang menimbulkan kerugian materi.
Tiga Sifat Utama Aspek Penularan Penyakit Dari Orang Ke Orang
a. Waktu Generasi (Generation Time)
Masa antara masuknya penyakit pada pejamu tertentu sampai masa
kemampuan maksimal pejamu tersebut untuk dapat menularkan penyakit.
Hal ini sangat penting dalam mempelajari proses penularan. Perbedaan
masa tunas ditentukan oleh masuknya unsur penyebab sampai timbulnya
gejala penyakit sehingga tidak dapat ditentukan pada penyakit dengan
gejala yang terselubung, sedangkan waktu generasi untuk waktu masuknya
unsur penyebab penyakit hingga timbulnya kemampuan penyakit tersebut
untuk menularkan kepada pejamu lain walau tanpa gejala klinik /
terselubung.
b. Kekebalan Kelompok (Herd Immunity)
Kekebalan kelompok adalah kemampuan atau daya tahan suatu kelompok
penduduk tertentu terhadap serangan/penyebaran unsur penyebab penyakit
menular tertentu didasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota
kelompok tersebut. Herd immunity merupakan factor utama dalam poses
kejadian wabah di masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu
kelompok penyakit tertentu. Wabah terjadi karena 2 keadaan

5
1. Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika
agent penyakit infeksi masuk ke dalam suatu populasi yang tidak
pernah terpapar oleh agen tersebut / kemasukan suatu agen penyakit
menular yang sudah lama absent dalam populasi tersebut.
2. Bila populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat
tertutup dan mudah terjadi kontak langsung masuknya sejumlah orang-
orang yang peka terhadap penyakit tertentu dalam populasi tersebut.

c. Angka Serangan (Attack Rate)


Adalah sejumlah kasus yang berkembang atau muncul dalam satu satuan
waktu tertentu dikalangan anggota kelompok yang mengalami kontak serta
memiliki resiko / kerentanan terhadap penyakit tersebut. Angka serangan
ini bertunjuan untuk menganalisis tingkat penularan dan tingkat
keterancaman dalam keluarga, dimana tata cara dan konsep keluarga,
system hubungan keluarga dengan masyarakat serta hubungan individu
dalam kehidupan sehari-hari pada kelompok populasi tertentu merupakan
unit Epidemiologi tempat penularan penyakit berlangsung.

2.1.2 Pencegahan
Secara umum, pencegahan penyakit menular dapat dilakukan melalui
langkah-langkah Eliminasi Reservoir (Sumber Penyakit). Eliminasi reservoir
manusia sebagai sumber penyebaran penyakit dapat dilakukan dengan :
1) Mengisolasi penderita (pasien), yaitu menempatkan pasien di tempat yang
khusus untuk mengurangi kontak dengan orang lain.
2) Karantina adalah membatasi ruang gerak penderita dan menempatkannya
bersama-sama penderita lain yang sejenis pada tempat yang khusus didesain
untuk itu. Biasanya dalam waktu yang lama, misalnya karantina untuk
penderita kusta.
3) Memutus Mata Rantai Penularan

6
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan higiene perorangan adalah merupakan
usaha yang penting untuk memutus hubungan atau mata rantai penularan
penyakit menular.
4) Melindungi Orang-Orang (Kelompok) yang Rentan
Bayi dan anak balita adalah merupakan kelompok usia yang rentan terhadap
penyakit menular. Kelompok usia yang rentan ini perlu lindungan khusus
(specific protection) dengan imunisasi baik imunisasi aktif maupun pasif.
Obat-obat profilaksis tertentu juga dapat mencegah penyakit malaria,
meningitis dan disentri baksilus. Pada anak usia muda, gizi yang kurang akan
menyebabkan kerentanan pada anak tersebut. Oleh sebab itu, meningkatkan
gizi anak adalah juga merupakan usaha pencegahan penyakit infeksi pada
anak.

Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih


dahulu sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah untuk pencegahan,
haruslah didasarkan pada data / keterangan yang bersumber dari hasil analisis
epidemiologi atau hasil pengamatan. Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan
penyakit secara umum yakni :
1. Pencegahan primer
Sasaran pencegahan tingkat pertama dapat ditujukan pada factor
peyebab, lingkungan serta factor penjamu.
a. Sasaran yang ditujukan pada factor penyebab yang bertujuan untuk
mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh penyebab serendah
mungkin dengan usaha antara lain : desinfeksi, pasteurisasi, yang bertujun
untuk menghilangkan mikro-organisme penyebab penyakit,
penyemprotan/insektisida dalam rangka menurunkan dan menghilangkan
sumber penularan maupun memutuskan rantai penularan, di samping
karantina dan isolasi yang juga dalam rangka memutuskan rantai
penularan. Selain itu usaha untuk mengurangi/menghilangkan sumber
penularan dapat dilakukan melalui pengobatan penderita serta pemusnahan
sumber yang ada (biasanya pada binatang yang menderita), serta

7
mengurangi/menghindari perilaku yang dapat meningkatkan resiko
perorangan dan masyarakat.
b. Mengatasi / modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik
seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan dan perumahan serta
bentuk pemukiman lainnya, perbaikan dan peningkatan lingkungan
biologis seperti pemberantasan serangga dan binatang pengerat, serta
peningkatan lingkungan social seperti kepadatan rumah tangga, ubungan
antar individu dan kehidupan social masyarakat.
c. Meningkatkan daya tahan penjamu yang meliputi perbaikan status gizi,
status kesehatan umum dan kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi
serta berbagai bentuk pencegahan khusus lainnya, peningkatan status
psikologis, persiapan perkawinan serta usaha menghindari pengaruh factor
keturunan, dan peningkatan ketahanan fisik melalui peningkatan kualitas
gizi, serta olah raga kesehatan.

2. Pencegahan sekunder
Sasaran pencegahan ini terutama ditujukan pada mereka yang
menderita atau dianggap mendrita(suspek) atau yang terancam akan
menderita(masa tunas). Adapun tujuan usaha pencegahan tingkat kedua ini
yang meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dapat dicegah
meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah, serta untuk segera
mencegah terjadinya akibat samping atau komplikasi.
a. Pencarian penderita secara dini dan aktif mlalui peninkatan usaha
surveillans penyakit tertentu, pemeriksaan berkala serta pmeriksaan
kelompok tertentu (calon pegawai, ABRI, mahasiswa dan lain
sebagainya), penyaringan (screenin) untuk pnyakit tertentu secara umum
dalam masyarakat, serta pengobatan dan perawatan yang efektif.
b. Pemberian chemoprophylaxis yang terutama bagi mereka yang dicurigai
berda pada proses prepatogenesis dan pathogenesis penyakit tertentu.
3. Pencegahan tersier

8
Sasaran pencegahan tingkat ke tiga adalah penderita penyakit tetentu
dengan tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan
permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mncegah
kematian akibat penaykit tersebut. Berbagi usaha dalam mencegah proses
penyakit lebih lanjut seperti pada penderita diabetes mellitus, penderita
tuberculosis paru yang berat, penderita penyakit measles agar jangan terjadi
komplikasi dan lain sebagainya.
Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah
terjadinya akibat samping dari penyembuhan suatu penyakit tertentu.
Rehabilitasi adalah usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis dan social
seoptimal mungkin yng meliputi rehabilitasi fisik atau medis, rehabilitasi
mental/psikologis serta rehbilitasi social.

2.1.3 Peran Perawat


Dewasa ini walaupun isolasi penderita beberapa penyakit menular tentu
masih dilakukan demikian pula berbagai usaha membebas hamakan benda atau
alat, akan tetapi dalam usaha penanggulangan penyakit menular pada umumnya
lebih diarahkan pada kemungkinan penyebaran organisme penyebab dalam
masyarakat. Penderita tanpa gejala klinik memegang perana penting karena
mereka merupakan sumber utama penyebaran penyakit menular tertentu di
masyarakat (Noor N, 2006).
Dengan adanya perbedaan manifestasi klinis pada berbagai jenis penyakit
menular maka tidak semua penderita atau kejadian penyakit menular dalam
masyarakat dapat tercatat dengan baik oleh petugas kesehatan (perawat). Pada
umumnya penyakit dengan manifestasi penyakit yang berat yang akan tercatat
sebagai penderita rawat inap di rumah sakit. Sedangkan penderita dengan gejala
klinik ringan atau sedang, mungkin sebagian besar akan pergi ke pusat pelayanan
kesehatan atau kedokter untuk berobat sehingga dapat tercatat pada lapora
kejadian penyakit. Sedangkan penyakit tanpa gejala klinik umumnya tidak tercatat
dan tidak di laporkan. Oleh sebab itu, pada penyakit tertentu akan terjadi
pelaporan peristiwa kejadian infeksi lebih rendah dari sebenarnya, sedangkan
untuk penyakit yang manifestasi klinik berat, akan menghasilkan angka kematian
(CFR) lebih tinggi dari yang sebenarnya. Dengan demikian, maka analisis

9
penyakit menular dalam masyarakat harus ditetapkan pula kriteria diagnosa yang
digunakan (Noor N, 2006).
Sebagai seorang perawat komunitas dalam hal ini, peran dan tugas sebagai
perawat komunitas tetap kita laksanakan yakni:
1. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan oleh perawat
dengan mempertahan keadaan kebutuhan dasar manusiayang dibutuhkan
melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnose keperawatan agar bias
direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat
kebutuhan manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.
Asuhan keperawatan yang diberikan dari hal yang sederhana sampai kompleks.
2. Peran sebagi advokad
Peran ini dilakukan perawat dalam meembantu klien, keluarga dalam
mnginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi
lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindkan keperawatan yang
diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi
hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya, hak atas
informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan
nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3. Peran sebagai educator
Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan ,
sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setalah dilakukan pendidikan
kesehatan.
4. Peran sebagai coordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorgaisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien
5. Peran sebagai kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri
dari: dokter, fisioterrfis dan lainnya dengan berupaya mengidentifikasi

10
pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat
dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
6. Peran sebagai kosultan
Sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang
tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap
informasi tentang tujuan peayanan keperawatan yang diberikan.
7. Peran sebagai pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,
kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan.

2.2 Konsep Penyakit HIV/ AIDS


2.2.1 Pengertian HIV / AIDS
Menurut Sudoyo (2006), AIDS atau Acquired Acquired Immune Deficiency
Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system
kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam Bahasa Indonesia dapat
dialih katakana sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.
Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan
Immune : Sistem kekebalan tubuh
Deficiency : Kekurangan
Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit

11
Kerusakan progresif pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan ODHA
(orang dengan HIV/AIDS) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam
penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan
akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal
Definisi lain dari AIDS :
a. AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan
daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh faktor luar (bukan dibawa sejak lahir)
(Smetlzer, 2001).
b. AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus
yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Immunodefciency
Virus (HIV) (Mansoer, 2002).
c. Kesimpulannya AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV,
mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang
nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan berbagai infeksi
yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang
terjadi.

2.2.2 Etiologi HIV /AIDS


AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II,
LAV, RAV. Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency
Immunodeficiency Virus (HIV) yang berupa agen viral yang dikenal dengan
retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap
limfosit T (Sudoyo, 2006).

2.2.3 Patofisiologi HIV / AIDS


Tubuh mempunyai suatu mekanisme untuk membasmi suatu infeksidari benda
asing, misalnya: virus, bakteri, bahan kimia, dan jaringan asingdari binatang
maupun manusia lain. Mekanisme ini disebut sebagai tanggapkebal (immune
response) yang terdiri dari 2 proses yang kompleks yaitu: Kekebalan humoral dan
kekebalan cell-mediated. Virus AIDS (HIV) mempunyai cara tersendiri sehingga
dapat menghindari mekanisme pertahanan tubuh. “ber-aksi” bahkan kemudian
dilumpuhkan.

12
Virus AIDS (HIV) masuk ke dalam tubuh seseorang dalam keadaan bebas
atau berada di dalam sel limfosit. Virus ini memasuki tubuh dan terutama
menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4. Sel-sel CD4-positif(CD4+)
mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4 helper. Saat virus memasuki tubuh,
benda asing ini segera dikenal oleh sel T helper (T4), tetapi begitu sel T helper
menempel pada benda asing tersebut, reseptor sel T helpe

2.2.4 Fase HIV /AIDS


a. Fase Pertama
Pada fase pertama belum terlihat adanya infeksi HIV meskipun dengan tes
darah karena pada fase ini masih belum terbentuk antibodi terhadap HIVtetapi
pada fase ini orang yang terinfeksi HIV sudah dapat menularkan virus HIV
pada orang lain
b. Fase Kedua
Fase kedua berlangsung sekitar dua sampai sepuluh tahun setelah terinfeksi
HIV. Hasil tes pada fase ini akan menunjukkan hasil positif tetapi belum
menampakkan gejala sakit.
c. Fase Ketiga
Pada fase ketiga sudah mulai terlihat adanya penurunan sistem kekebalan
tubuh ini sudah mulai muncul gejala awal penyaki seperti keringat berlebihan
pada malam hari, diare terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening,
flu yang tak kunjung sembuh, nafsu makan berkurang sehingga menyebabkan
penurunan berat badan.

d. Fase Keempat
Pada fase keempat hasil tes menunjukkan positf AIDS. Pada fase ini
sudahmuncul penyakit yang disebut dengan infeksi oportunistik seperti
kanker, infeksi paru, infeksi usus dan infeksi otak.

2.2.5 Tanda dan Gejala HIV / AIDS

13
Seorang dewasa (> 12 tahun) dianggap AIDS apabila menunjukan tes HIV
positif dengan srategi pemeriksaan yang sesuai dengan sekurang-kurangnya
didapatkan dua gejala mayor yang berkaitan satu gejala minor, dan gejala ini
bukan disebabkan oleh keadaan lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV
(Mansoer, 2001).
Smeltzer (2001) membagi tanda dan gejala kedalam gejala mayor, dan gejala
minor.
a. Gejala Mayor
1. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam satu bulan
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari satu bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari satu bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
b. Gejala Minor
1. Batuk menetap lebih dari satu bulan
2. Dermatitis generalisata
3. Adanya herpeszoster multisegmen dan herpeszoster berulang
4. Candidiasis orofaringeal
5. Limpadenopati genralisata
6. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.

2.2.6 Cara Penularan HIV / AIDS


Virus AIDS atau HIV terdapat dalam darah dan cairan tubuh seseorang yang
telah tertular walaupun orang tersebut belum menunjukkan keluhan atau gejala
penyakit. HIV hanya dapat ditularkan bila terjadi kontak langsung dengan cairan
tubuh atau darah. Dosis virus memegang peran penting. Makin besar jumlah
virusnya, makin besar kemungkinan terinfeksi.
Jumlah virus yang banyak terdapat pada darah, sperma, cairan vagina dan
servik serta cairan otak. Dalam saliva, air mata, urien, keringat, dan air susu hanya
ditemukan dalam jumlah sedikit sekali (Smeltzer, 2001)
Menurut Sudoyo (2006), terdapat 3 cara penularan HIV, yaitu :
a. Hubungan seksual, baik secara vagina, oral, maupun anal dengan seorang
pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi, meliputi 80-90 % dari
total kasus sedunia. Penularan lebih mudah terjadi apabila terdapat lesi

14
penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan seperti harves
genatalis, sirvilis, gonorea, kelamidia. Resiko pada seks anal lebih besar
dibanding seks vagina.
b. Kontak langsung dengan darah atau produk darah/jarum suntik
1. Transfusi darah/produk darah yang tercemar HIV, resikonya sangat tinggi
sampai 90%. Ditemukan sekitar 3%-5% dari total kasus sedunia.
2. Pemakaian jarum tidak steril/pemakain bersama jarum suntil dan
sempritnya pada para pencandu narkotika suntik. Resikonya sekitar 0,5%-
1% dan terdapat 5%-10% dari total kasus sedunia.
3. Secara vertikal dari ibu hamil dari pengidap HIV kepada bayinya, baik
secara hamil, saat melahirkan, atau setelah melahirkan. Resiko sekitar
25%-40% dan terdapat 0.1% dari total kasus sedunia.

2.2.7 Komplikasi
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakiaoral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
2. Neurologik
a. Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia,
danisolasi social.
b. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek: sakit
kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
c. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi sistemik, dan
maranik endokarditis.
d. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
3. Gastrointestinal

15
a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma,
dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia,
demam, malabsorbsi, dan dehidrasi
b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,
demam atritis.
c. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal
yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri
rectal, gatal-gatal dan diare.
4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri,
hipoksia, keletihan, gagal nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal,
rasa terbakar, infeksi skunder dan sepsis.
6. Sensorik
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
Pendengaran : Otitis eksternal akut

2.2.8 Pemeriksaan Diagnostik


1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
ELISA
Western blot
P24 antigen test
Kultur HIV
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.
Hematokrit
LED
CD4 limfosit
Rasio CD4/CD limfosit
Serum mikroglobulin B2

16
Hemoglobulin

2.2.9 Penatalaksanaan HIV / AIDS


Menurut Sudoyo (2006), tatalaksana pada klien dengan HIV/AIDS
berdasarkan aspek-aspek sebagai berikut:
1. Asuhan Keperawatan Respons Biologis (Aspek Fisik)
Aspek fisik pada pasien HIV adalah pemenuhan kebutuhan fisik sebagai
akibat dari tanda dan gejala yang terjadi. Aspek perawatan fisik meliputi:
a. Universal precautions
Selama sakit, penerapan universal precautions oleh perawat , keluarga
dan pasien sendiri sangat penting. Hal ini ditujukan untuk mencegah
terjadinya penularan virus HIV. Prinsip-prinsip universal precautions
meliputi:
1) Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh. Bila menangani
cairan tubuh pasien gunakan alat pelindung, seperti sarung tangan,
masker, kaca mata pelindung, penutup kepala, apron, sepatu boot.
Penggunaan alat pelindung disesuaikan dengan jenis tindakan yang
dilakukan.
2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, termasuk
setelah melepas sarung tangan.
3) Dekontaminasi cairan tubuh pasien.
4) Memakai alat kedokteran sekali pakai atau sterilisas semua alat
kedokteran yang dipakai (tercemar). Jangan memakai jarum suntik
lebih dari satu kali, dan jangan dimasukkan ke dalam penutup jarum
atau dibengkokkan.
5) Memelihara kebersihan tempat pelayanan Kesehatan.
6) Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara benar.
b. Pengobatan Infeksi Sekunder dan Pemberian ARV
1) Memperoleh khasiat yang lebih lama untuk memperkecil kemungkinan
terjadinya resistensi.
2) Menghentikan replikasi HIV
3) Memulihkan system imun dan mengurangi terjadinya infeksi
opurtunistik

17
4) Meningkatkan efektifitas dan lebih menekan aktivitas virus
5) Memperbaiki kualitas hidup
6) Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV
c. Pemberian Nutrisi
Pasien dengan HIV/AIDS (ODHA) sangat membutuhkan beberapa unsur
vitamin dan mineral dalam jumlah yang lebih banyak dari apa yang
biasanya diperoleh dalam makanan sehari-hari. Sebagian besar ODHA
akan mengalami mengalami defisiensi defisiensi vitamin sehingga
memerlukan makanan tambahan (New Mexico AIDS Infonet, 2004).
d. Aktifitas dan istirahat.
2. Asuhan Keperawatan Respons Adaptif Psikologis (Strategi Koping) menurut
Sudoyo (2006).
a. Strategi Koping (Cara Penyelesaian Masalah), terbagi atas 2 strategi
koping yaitu:
1) Koping yang negative
Terdiri dari : penyangkalan (avoidance), mencari informasi, meminta
dukungan emosional, pembelajaran perawatan diri, menetapkan tujuan
kongkrit dan terbatas, mengulangi hasil alternatif, menemukan makna
dari penyakit.
2) Koping yang positif (Teknik koping)
Ada 3 teknik koping yang ditawarkan dalam mengatasi stress:
pemberdayaan sumber daya psikologis (potensi diri): Pikiran yang
positif tentang dirinya (harga diri), mengontrol diri sendiri.
Rasionalisasi (Teknik Kognitif)
Upaya memahami dan mengiterpretasikan secara spesifik terhadap
stres dalam mencari arti dan makna stres (neutralize its stressfull).
Teknik Perilaku
Teknik perilaku dapat dipergunakan untuk membantu individu
dalam mengatasi situasi stress. Beberapa individu melakukan
kegiatan yang bermanfaat dalam menunjang kesembuhannya.
Misalnya, pasien HIV akan melakukan aktivitas yang dapat
membantu meningkatan daya tubuhnya dengan tidur secara teratur,
makan seimbang, minum obat anti retroviral dan obat untuk infeksi

18
sekunder secara teratur, tidur dan istirahat yang cuku, dan
menghindari konsumsi obat-obat yang memperparah keadaan
sakitnya.
3. Asuhan Keperawatan Respons Sosial (Keluarga dan Peer Group) menurut
Sudoyo (2006). Terdiri dari:
a. Konsep Dukungan Sosial
b. Pengertian Dukungan Sosial
c. Jenis dukungan sosial : Dukungan emosional, dukungan penghargaan,
dukungan instrumental, dukungan informatif.
d. Hubungan Dukungan Sosial dengan Kesehatan.
Peran perawat : Dukungan sosial sangat diperlukan terutama pada PHIV yang
kondisinyasudah sangat parah. Dukungan sosial dapat berupa dukungan
emosional, membuat pasien merasa nyaman, dihargai, dicintai,dan
diperhatikan. Dukungan informasi, meningkatnya pengetahuan dan
penerimaan pasien terhadap sakitnya. Dukungan material, bantuan/kemudahan
akses dalam pelayanan kesehatan pasien.
4. Asuhan Keperawatan Respons Spiritual menurut Sudoyo (2006)
Asuhan keperawatan yang dapat diberikan adalah:
a. Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien terhadap kesembuhan
b. Pandai mengambil hikmah
c. Ketabahan hati
Peran perawat dalam hal ini adalah mengingatkan dan mengajarkan kepada
pasien untuk selalu berfkiran positif terhadap semua cobaan yang dialaminya.
Dibalik semua cobaan yang dialami pasien, pasti ada maksud dari Sang
Pencipta. Pasien harus difasilitasi untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang
Pencipta dengan jalan melakukan ibadah secara terus menerus.

2.2.10 Pengobatan HIV / AIDS


Pengobatan HIV/AIDS dapat dibagi dalam :
1. Pencegahan penularan
Sebelum ditemukan vaksin yang efektif, pencegahan penularan HIV
dengan cara menghilangkan atau mengurangi perilaku berisiko merupakan
tindakan sangat penting. Upaya pencegahan primer meleui pendidikan yang

19
efektif amat penting untuk pengendalian dan pencegahan penyakit AIDS tidak
ditularkan lewat kontak secara kebetulan. Bukti epidemiologi menunjukkan
bahwa peyakit hanya ditularkan melalui hubungan seks yang intim.
Pajanan parenteral dengan darah atau produk darah dan penularan perinatal
dari ibu kepada bayi yang dikandungnya. Penelitian terhadap kontak
nonseksual pasien AIDS dalam rumah tangga, kontak nonseksual antar
individu yang umumnya terjadi ditempat kerja tidak memperlihatkan
resiko penularan AIDS. Membran mukosa dan kulit yang tidak utuh dari
petugas kesehatan terhadap mikrioorganisme patogen dri semua penderita
tanpa mempedulikan status HIV tersebut. Meskipun HIV pernah diisolasi dari
semua tipe cairan tubuh namun resiko penularan pada petugas kesehatan dari
feses sekret hidung, sputum, keringat, air susu ibu, air mata, urine dan muntah
lebih kecil, kecuali jika cairan tubuh ini mengandung darah yang nyata.
CDC menganjurkan agar tindakan kewaspadaan universal diterapkan pada
darah cairan serebrospinal, sinofial, pleural, peritoneal, perikardial, amnion
dan vaginal. Sistem ini menawarkan strategi pengisolasian yang lebih luas
untuk mengurangi resiko penularan kepada petugas kesehatan tidak perlu
mengenali jenis cairan tubuh.Unsur-unsur pada pengisolasion substansi tubuh
tercantum dalam pedoman 50-2. M. Tubercolusis yang berkaitan dengan HIV
cenderung terjadi diantara para pemakai obat bius IV dan kelompok lain
dengan prevalensi infeksi tubercolusis yang sebelumnya sudah tinggi. Berbeda
dengan infeksi oportunis lainnya, penyakit tubercolusis (TB) cenderung
terjadi secara dini didalam perjalanan infeksi HIV dan biasanya
mendahului mendiagnosis AIDS. Terjadi tubercolosis secara dini ini akan
disertai pembentukan granuloma yang mengalami pengkijuan (kasiasi)
sehingga timbul kecurigaan kearah diagnosis TB. Pada stadium ini penyakit
TB akan bereaksi dengan baik terhadap terapi anti tubercolosis. Penyakit TB
yang terjadi kemudian dalam perjalanan infeksi HIV ditandai dengan tidak
terdapatnya respon tes kulit tuberkulin karena sistem kekebalan yang sudah
terganggu tidak mampu lagi bereaksi terhadap anti gen TB. Dalam
stadium infeksi HIV yang lanjut, penyakit TB yang disertai penyebaran
ketempat-tempat ekstra pulmoner seperti sistem saraf pusat, tulang,
perikardium, lambung, peritonium, dan skrotum.Strain multipel basil TB

20
yang resisten obat kini bermunculan dan kerap kali berkaitan dengan
ketidakpatuhan pasien dalam menjalani pengobatan anti tubercolosis. Hindari
kontak dengan seorang yang mempunyai TB Aktif, hindari penggunaan
alat-alat seseorang yang mengalami riwayat TB, seperti piring, sendok pakaian
dan sebagainya. (Brunner & Suddart, 2002).
2. Pengobatan supportif
Tujuan pengobatan supportif adala untuk meningkatkan keadaan umum
penderita. Pengobatan ini terdiri atas pemberian gizi yang sesuai, obat
sistematik, serta vitamin. Disamping itu perlu di upayakan dukungan
psikososial agar penderita dapat melakukan aktifitas semula. Pengobatan
supportif ini penting dan pada umumnya dapat dilaksanakan di rumah dan
layanan kesehatan yang sederhana.
3. Pengobatan infeksi opportunistic
Pengobatan opportunistik terjadi karena kekebalan tubuh yang amat
menurun. Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroba yang semula bersifat
komersial (misalnya kandidiasis), reaktivasi kuman atau parasit yang telah
ada dalam tubuh ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). (misalnya : TBC,
toksoplasma dan sitomegalo atau infeksi baru).
Terapinya :
a. Kandidiasis esofaguf yaitu flunazol
b. Tuberkulosis yaitu ripamfisin, INH, etambutol, piramizid, strptomosin.
c. MAC (Micobacterium Avium Kompleks) yaitu klaritomisin, etambutol,
rifabutin, siprofloksasin.
d. Toksoplasmosis yaitu pirimetamin, sulfadiazin, asam folat, klindamisin.
4. Pengobatan anti retroviral
Obat ART bermanfaat menurunkan morbiditas dan mortalitas dini
akibat infeksi HIV. ODHA menjadi lebih sehat dan dapat bekerja normal dan
produktif.
Teknik yang canggih dan bisa dipercaya untuk menghitung HIV di
dalam darah saat ini sudah didapatkan yaitu penghitung viral load dengan
teknik PCR (Polymerase Chalin Reaction), cara ini memudahkan dalam
memantau efektifitas obat ART. (Arif Mansjoer,2000)
5. Obat-obat untuk infeksi yang berhubungan dengan HIV

21
Infeksi umum trimetoprim-sullfamettoksazol , yang disebut pula
TMP-SMZ (Bactrim, septra), merupakan preparat anti bakteri untuk
mengatasi berbagai mikro organisme yang menyebabkan tidak memberikan
keuntungan apapun penderita. Penderita AIDS yang diobati dengan TMP-
SMZ dapat mengalami efek yang merugikan dengan insiden tinggi yang
terjadi lazim terjadi, seperti demam, ruam, leukopenia, trombsitopenia, dan
gangguan fungsi renal. Akhir-akhir ini telah dilakukan terapi desentisisasi
dengan hasil yang baik.

22
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses


keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, dan memulihkan kesehatan.
Proses keperawatan adalah susunan metode pemecahan masalah yang meliputi
pengkajian keperawatan, identifikasi/analisa masalah (diagnosa keperawatan),
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Doenges, E. Marylyn (1998) yang masing-masing
berkesinambungan serta memerlukan kecakapan keterampilan yang profesional bagi tenaga
keperawatan.
A. Tahap pelaksanaan
Pengkajian dilakukan di RT 06/RW 08 kelurahan tanjung proik, Jakarta Utara pada hari
Senin, 07 November 2022 dan 17 November 2022 dengan cara observasi lingkungan dan
wawancara.Wawancara dilakukan oleh mahasiswa dengan Ketua RW, Ketua RT, Kader
dan Ibu-ibuPKK di RT06/RW08 kelurahan tanjung priok, Jakarta Utara. Selain
wawancara, mahasiswa juga melakukan pengkajian secara observasi dengan mengamati
lingkungan yang ada di RT06/RW08.
B. Hasil pengkajian dan Analisa data
Jumlah Penduduk :  529 jiwa
Jumlah KK : 137KK
1. Berdasarkan jenis kelamin
No. Jenis Kelamin RT 02 %
1 Laki-laki 258 49
2 Perempuan 271 51
Total 529 100

Berdasarkan tabel diatas distribusi jenis kelamin, menunjukan bahwa sebagian besar
penduduk berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 271 orang (51%), dan laki-laki
258 0rang ( 49%). Hal ini dikarenakan banyak laki-laki yang bekerja diluar Daerah.

23
2. Berdasarkan kelompok usia
No Umur/ tahun RT 02 %
1 Bayi / balita (0-5) 19 4
2 Anak – anak                      60 11
3 Remaja 69 13
4 Dewasa    343 65
5 Lansia 38 7
Total 529 100

Berdasarkan tabel distribusi umur, menunjukkan bahwa kelompok umur tertinggi


yaitu dewasa berjumlah 343 orang (65%) , sedangkan kelompok umur yang terendah
adalah kelompok umur 0-5 tahun berjumlah 19 orang (4%).
3. Berdasarkan agama
Distribusi penduduk berdasarkan agama
No Agama RT 02 %
1 Islam 459 87
2 Kristen 35 7
3 Katolik 29 5
4 Hindu 6 1
5 Budha 0 0
Total 529 100
Berdasarkan hasil wawancara penduduk berdasarkan agama, menunjukkan bahwa
yang beragama islam yaitu 459 orang (87%) sedangkan yang beragama katolik 29
orang (5%), Kristen 35 orang (7%) , hindu 6 orang (1%), budha tidak ada.
4. Pendidikan
No. Pendidikan Frekuensi Persen
%
1 Tidak tamat SD 80 15
2 SD 102 19
3 SMP 100 19
24
4 SMA 180 34
5 Tidak tamat D1,D2,D3 10 2
6 Tamat S1 32 6
7 >S1 6 1
8 Belum sekolah 19 4
Total 529 100

Analisa Data : Berdasarkan table distribusi tingkat pendidikan terakhir diketahui


bahwa tingkat pendidikan terakhir tertinggi yaitu SMA sebanyak 180 orang (34%),
sedangkan yang terendah yaitu >S1 sebanyak 6 orang (1%).

5. Data status kesehatan


a. Kesehatan ibu dan anak
Jumlah ibu hamil : 3 orang
1) Pemeriksaan kehamilan
Teratur :3 orang           (100%)
Tidak teratur : -  orang          (0%)
2) Kelengkapan imunisasi TT
Lengkap : 19 orang          (100%)
Belum lengkap : - orang          (0%)
Jumlah balita :  19 orang
3) Pemeriksaan balita ke posyandu/puskesmas
Teratur :16 orang         (84,2 %)
Tidak teratur : 3 orang          (15,8 %)
4) Kelengkapan imunisasi sesuai usia balita
Lengkap : 16 orang        (84,2%)
Belum lengkap : 3 orang          (15,8 %)
Analisa Data :
DS: Hasil wawancara dengan orang tua balita menyatakan 3 orang balita tidak
teratur dibawa ke posyandu dan imunisasi belum lengkap (pada usia yang
seharusnya sudah lengkap) dan tidak teratur karena takut dengan efek
imunisasi yaitu demam dan merasa rumit untuk mengurus semuanya
5) Status gizi balita berdasar KMS

25
Garis hijau : 10orang         (52,6  %)
Garis kuning : 9 orang          (47,4  %)
Garis merah : -  orang          (0%)  
DS : Dari hasil wawancara dengan orang tua balita , mengatakan tidak ada
balita yang pernah berada di garis merah pada status gizinya
6) Pemberian ASI ekslusif
Ya : 15 orang (78.9%)
Tidak : 4 orang (21.1%)
DS : Hasil wawancara dengan orang tua balita mengatakan 4 orang balita tidak
diberikan ASI ekslusif karena ASI tidak keluarga
b. Keluarga berencana
1) Jumlah PUS : 69 orang
2) Keikutsertaan PUS pada program KB
Ikut program KB : 48 orang        (69,5%)
Belum ikut program KB :  21  orang      (30,5%)
3) Jenis kontrasepsi yang diikuti
IUD : 4 orang          (5,8%)
PIL : 10 orang        (14,5%)
Kondom : 5 orang          (7,2%)
Suntik : 29 orang        (42%)
Tidak KB :  21 orang       (30,5%)
Analisa Data :
DS: Dari hasil wawancara dengan warga, 21 orang dari PUS tidak ikut KB
karena takut dengan efek/dampak dari kontrasepsi itu sendiri. Alasan lain
karena ingin memiliki anak lagi, serta malas melakukan KB karena merasa
rumit
DO: Dari jumlah PUS tersebut 30,5% kurang mengerti tentang KB dan 69,5%
cukup mengerti tentang KB
c. Kesehatan anak-anak
1) Jumlah penduduk anak-anak : 60 0rang
2) Keadaan kesehatan anak-anak
Ada masalah : 25 orang (41.6%)
HIV/AIDS : 18 orang (72%)

26
Hepatitis : 5 orang (20%)
TBC : 1 orang (4%)
Asma : 1 orang (4%)
Tidak ada masalah : 35 orang (58.4%)

Analisa Data :
DS: dari hasil wawancara usia dewasa yang menderita HIV/AIDS tidak tau
bagaimana cara penularan HIV/AIDS. Mayoritas yang terinfeksi HIV/AIDS
tidak tahu tentang pencegahan HIV/AIDS.
DO: Usia dewasa dengan masalah kesehatan ada 25 orang dan penyakit
HIV/AIDS adalah yang terbanyak pada Usia dewasa sebanyak 18 orang (72%)
dan diikuti Hepatitis sebanyak 5 orang (20%)

d. Kesehatan remaja
1) Jumlah penduduk remaja : 69 orang
2) Jenis kegiatan penduduk remaja mengisi waktu luang
Kumpul-kumpul : 4 orang        ( 5,9 %)
Kursus : 22  orang       ( 31,9 %)
Olahraga : 20 orang       ( 28,9%)
Remaja masjid/gereja : 13  orang         (18,8 %)
Lain-lain (di rumah) : 10 orang        ( 14,5 %)
Analisa Data :
DO: hasil survey dari 69 orang remaja untuk mengisi waktu luang menunjukan 4
remaja kumul-kumpul, 22 remaja mengikuti kursus, 20 remaja mengikuti
olahraga, 13 remaja mengikuti kegiatan remaja di Masjid/Gereja, dan 10 remaja
dirumah.
e. Kesehatan lansia
1) Jumlah penduduk lansia :38 orang
2) Keadaan kesehatan lansia
Ada masalah : 27orang         (71%)
Hipertensi : 11 orang (40,7%)
Jantung : 3 orang (11,1%)
Diabetes : 4 orang (14,9%)
Asma : 1 orang (3,7%)
27
Gagal ginjal : 1 orang (3,7%)
Otot Dan Tulang : 3 orang (11,1%)
Katarak : 1 orang (3,7%)
TBC : 3 orang (11,1%)
Tidak ada masalah : 11orang (29%)

Analisa Data :
DS: Lansia yang menderita Hipertensi jarang untuk memeriksakan/mengontrol
kesehatannya ke puskesmas. Mayoritas lansia tidak tahu tentang bahaya
Hipertensi jika tidak terkontrol yang dapat menyebabkan penyakit stroke. Lansia
belum pernah diadakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit Hipertensi.
DO: Lansia dengan masalah kesehatan ada 38 orang dan penyakit Hipertensi
adalah yang terbanyak pada lansis sebanyak 11 orang (40,7%).

f. Distribusi penyakit di masyarakat


Tidak memiliki masalah kesehatan : 455 orang (86%)
Memiliki masalah kesehatan : 74 orang (14%)
1) HIV/AIDS : 23 orang (31%)
2) Hepatitis : 6 orang (8,1%)
3) Hipertensi : 20 orang (27,1%)
4) Diabetes : 6 orang (8,1%)
5) Asma : 2 orang (2,7%)
6) TBC : 4 orang (5,4%)
7) Jantung : 3 orang (4,1%)
8) Otot Dan Tulang : 6 orang (8%)
9) Hipotensi : 1 Orang (1,4%)
10) Katarak : 1 Orang (1,4%)
11) Gagal Ginjal : 2 orang (2,7%)
Analisa Data :
DS : Masyarakat yang menderita HIV/AIDS tidak memeriksakan/mengontrol
kesehatannya ke puskesmas. Mayoritas masyarakat tidak tahu tentang pencegahan
HIV/AIDS sehingga mereka kadang-kadang tidak ada pengkhususan alat
kontrasepsi (kondom) penderita dengan orang yang sehat.
28
DO: Dari data masyarakat yang memiliki penyakit 74 orang yang mengidap
HIV/AIDS sebanyak 23 orang. dan masyarakat yang tidak ada masalah kesehatan
sebanyak 455 orang.

g. Jumlah keluarga yang mempunyai Asuransi kesehatan dari 137KK


Ya : 107KK
Tidak : 30KK
Jenis Asuransi Kesehatan yang dimiliki oleh 98KK yang memiliki Asuransi
Kesehatan

Jenis Asuransi Jumlah


BPJS 78
Asuransi swasta 29
Analisa Data :
DO: hasil survey menunjukan bahwa sekitar 107KK memiliki asuransi kesehatan,
diantaranya 78KK yang memiliki BPJS Kesehatan dan 29KK yang memiliki
Asuransi swasta.

C. Data Subsystem meliputi


1. Lingkungan Fisik
a. Sumber air dan air minum
1) Penyediaan air bersih
PAM : 136 KK (99,3%)                    
Sumur : 1 KK (0,7%)
2) Penyediaan air minum
Galon isi ulang : 75 KK (54,7%)                     
Aqua : 62 KK (45,3%)   
Analisa Data :
DO : hasil survey menunjukan bahwa sekitar 136KK menggunakan air PAM dan
1 KK menggunakan air sumur. Untuk penyediaan air minum 75 KK
menggunakan galon isi ulang, sedangkan 62 KK menggunakan Aqua
b. Pengolahan bahan dan makanan
1. Makanan
Masak sendiri : 132 KK (96.3%)
29
Beli diluar : 5 KK (3,7%)
2. Pengolahan Bahan makanan
Dicuci lalu diolah : 124 KK (93,9%)
Tidak dicuci langsung diolah : 8 KK (6,1%)

Analisa Data :
DO: hasil survey menunjukan bahwa sekitar 132KK masak sendiri dan 8KK
pengolahan bahan makanan tidak dicuci langsung diolah, lalu 5KK beli makan
diluar
c. Saluran pembuangan air/ sampah
1) Kebiasaan membuang sampah
Diangkut petugas : 137 KK (100%)
2) Pembuangan air limbah
Got : 137  KK (100%)
3) Keadaan pembuangan air limbah
Meluber kemana-mana : 10 KK (7,3%)
Lancar : 127 KK (92,7%)
Analisa Data :
DO: dari hasil survey menunjukan bahwa sekitar 10 KK (7,3%) keadaan
pembuangan limbah meluber kemana-mana
d. Kandang ternak
1) Kepemilikan kandang ternak
Ya : - KK  (0%)
Tidak : 137 KK (100%)
2) Letak kandang ternak
Diluar rumah : - KK (100%)
e. Jamban
1) Kepemilikan jamban
Memiliki jamban : 137 KK (100%)                       
2) Macam jamban yang dimiliki
Septi tank : 137 KK (100%)
Sumur cemplung : - KK (0%)
3) Keadaan jamban

30
Bersih : 130  KK (94.9%)          
Kotor : 7 KK  (5.1%)
Analisa Data :
DO: dari hasil survey menunjukan bahwa sekitar 7 KK (5,1%) keadaan
jamban masih kotor

4) Bila tidak mempunyai jamban berak di


WC umum : -KK              
Jamban tetangga : -KK              
Sungai : -KK              
Sawah : -KK              
f. Keadaan rumah
1) Type rumah
Type A (tembok)                    : 134 KK         (97,8%)          
Type B ( ½ tembok)               : 3 KK             (2,2%)            
2) Status rumah
Milik Rumah sendiri              : 87 KK (63,5%)          
Kontrak                                   : 50 KK (36,5%)            
3) Lantai Rumah
Tegel / semen : 137 KK (100%)
4) Ventilasi
Ada : 90  KK (65,7%)
Tidak ada : 47  KK (34,3%)
Analisa Data :
DS: dari hasil wawancara menunjukan bahwa sebanyak 65,7% dari warga 
yang memiliki ventilasi
5) Luas kamar tidur
Memenuhi syarat : 115  KK (83,9%)
Tidak memenuhi syarat : 22 KK (16,1%)
6) Penerangan rumah oleh matahari
Baik : 70 KK (51,1%)
Cukup : 23 KK (16,8%)

31
Kurang : 44 KK (32,1%)
Analisa Data :
DO: dari hasil survey menunjukan bahwa sekitar 32,1% rumah warga kurang
pencahayaan sehingga tampak gelap dan ruangan di dalam rumah tampak
gelap
7) Halaman rumah
Kepemilikan pekarangan
Memiliki : 18 KK (13,1%)
Tidak memiliki : 119 KK (86,9%)
Pemanfaatan pekarangan
Ya : 18 KK (100%)
Jenis pemanfaatan pekarangan rumah
Tanaman : 18 KK (100%)
Keadaan pekarangan
Bersih : 18 KK (100%)
2. Fasilitas Umum Dan Kesehatan
a. Fasilitas umum
Sarana Pendidikan Formal
1. jumlah TK                    : -Buah
2. Jumlah SD/sederajat : -Buah
3. Jumlah SLTP/sederajat           : -Buah
4. Jumlah SMU/sederajat : - Buah
5. Jumlah PT/sederajat :- Buah
b. Fasilitas kegiatan kelompok
Karang taruna : 1 Kelompok
Pengajian : 1 Kelompok
Ceramah Agama : 2 X/Bulan
PKK : 2 X / Bulan
Analisa Data :
DO : Berdasarkan hasil survey beberapa warga mengikuti kegiatan kelompok
c. Sarana ibadah
Jumlah masjid : 1 Buah
Mushola : - Buah              

32
Gereja : - Buah
Pura/vihara : - Buah
Analisa Data :
DO: dari hasil survey menunjukan memiliki 1 sarana ibadah yaitu Masjid
d. Sarana olahraga
Lapangan sepak bola : - Buah
Lapangan bola voli : - Buah
Lapangan bulu tangkis : - Buah
Lain-lain : - Buah

Analisa Data :
DO: dari hasil survey menunjukan tidak ada fasilitas sarana olahraga
e. Fasilitas kesehatan
Jenis fasilitas kesehatan
Puskesmas : - Buah
Rumah sakit : - Buah
Praktek Dokter Swasta : - Buah
Praktek Bidan : - Buah
Praktek Kesehtan Lain : - Buah
Tukang gigi : - Buah
Analisa Data :
DO: dari hasil survey menunjukan tidak ada fasilitas kesehatan
3. Sosial Ekonomi
a. Status pekerjaan penduduk > 18 tahun < 65 tahun
1) Penduduk bekerja : 218 jiwa (52,9%)
2) Penduduk tidak bekerja : 194  jiwa (47,1%)
b. Karakteristik pekerjaan
Jenis pekerjaan
1) PNS / ABRI : 39 jiwa (17,9%)
2) Pegawai swasta : 41  jiwa (18,8%)
3) Wiraswasta : 28 jiwa (12,8%)
4) Buruh pabrik : 110 jiwa (50,5%)
c. Pusat kegiatan ekonomi

33
1) pasar tradisional : - buah
2) Pasar swalayan : - buah
3) Pasar kelontong : - buah
4) Mini market : - buah
d. Penghasilan rata – rata perbulan
e. Penghasilan rata-rata perbulan :
< Rp 2.500.000 : 8 KK
Rp 2.600.000-4.500.000 : 42KK
> RP 4.600.000-6.000.000 : 87KK
UMP = upah minimum profinsi

f. Pengeluaran rata – rata perbulan                       


1) Rp1.500.000 : 6 KK             
2) 3.000.000-4.500.000 : 27 KK         
3) >Rp 5.000.000/bulan : 104 KK

4. Keamanan dan transportrasi


a. Keamanan
Sarana keamanan
1) Poskamling :  1Buah
2) Pemadam Kebakaran :  Buah
3) Instansi Polisi :  Buah
DO: dari hasil survey menunjukan memiliki 1 buah sarana keamaanan yaitu
poskamling
b. Transportasi
Fasilitas Tranportasi                                      
1) Jalan raya : 500 m
2) Jalan tol : -m
3) Jalan setapak : 300 m
Alat transportasi yang dimiliki
1) Tidak Punya :  12 KK
2) Mobil :  21 KK
3) Sepeda Motor :  104 KK

34
Penggunaan sarana transportasi oleh masyarakat
1) Angkutan / kendaraan umum :  12 KK
2) Kendaraan pribadi :  125 KK
DO: hasil survey menunjukan bahwa 12 KK tidak memiliki alat transportasi, 21
KK mempunyai mobil, dan 104 KK memiliki sepeda motor.

5. Komunikasi
a. Fasilitas komunikasi yang ada di masyarakat
TV : 137 KK
Telepon/ HP : 450 jiwa
b. Teknik penyampaian komunikasi kepada masyarakat
Papan pengumuman dan media utism (HP) (100%)

6. Rekreasi
a. Tempat Wisata Alam :- Buah
b. Kolam Renang :- Buah
c. Taman Kota :- Buah
d. Bioskop :- Buah
DO: dari hasil survey menunjukan tidak ada fasilitas rekreasi

35
A. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah

36
1. Ds : Penyakit HIV AIDS Risiko gangguan
yang diderita interaksi sosial
-Tokoh masyarakat Rt 06 Rw 08
masyarakat Rt masyarakat Rt 06
kelurahan tanjung priok mengatakan
setempat Rw 08 kelurahan
masyarakatnya malu dengan mereka.
tanjung priok
- ketua RT 06 Rw 08 kel.tanjung priok berhubungan dengan
setempat mengatakan masyarakat RT penyakit HIV/AIDS
lain tidak mau berinteraksi dengan yang di derita
masyarakat RT setempat karena masyarakat setempat
takut dengan penyakit HIV/AIDS.
- ketua RT 06 kel tanjung priok
setempat mengatakan masyarakat
RT 06 takut untuk berinteraksi
dengan masyarakat RT yang lain
karena malu dengan penyakit
mereka.
Do :
- Masyarakat Rt 06 kelurahan tanjung
priok malu saat ditanya mengenai
penyakit mereka.
- Masyarakat RT 06 kelurahan tanjung
priok tampak tidak mau
berkomunikasi dengan masyarakat
Rt lain yang dekat dengan RT
mereka.
- Masyarakat RT 03 Kelurahan
tanjung priok tampak mengurung
diri didalam rumah dan tidak mau
berinteraksi dengan masyarakat RT
lain.

No Data Etiologi Masalah


1. Ds : Kurangnya Risiko penyebaran
37
- Masyarakat Rt 06 kelurahan tanjung pengetahuan penyakit HIV/AIDS
priok mangatakan tidak tahu apa itu masyarakat RT 06 berhubungan dengan
HIV/AIDS. kelurahan tanjung kurangnya
priok tentang pengetahuan
- Masyarakat Rt 06 kelurahan tanjung
pencegahan masyarakat RT 06
priok mengatakan takut tertular
penularan HIV/AIDS kelurahan tanjung
penyakit HIV/AIDS
priok tentang
Do : pencegahan
penularan
- Masyarakat cemas tentang penyakit HIV/AIDS.
HIV/AIDS
- Masyarakat bertanya-tanya tentang
penyakit HIV/AIDS.
- Masyarakat tampak bingung saat
ditanya mengenai cara penularan
HIV/AIDS.

B. Diagnosa keperawatan
1. Risiko gangguan interaksi sosial masyarakat Rt 06 Rw 08 kelurahan tanjung priok
berhubungan dengan penyakit HIV/AIDS yang di derita masyarakat setempat.
2. Risiko penyebaran penyakit HIV/AIDS berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
masyarakat RT 06 kelurahan tanjung priok tentang pencegahan penularan HIV/AIDS.

C. Rencana Asuhan keperawatan Komunitas

38
N Diagnosa Tujuan Rencana Evaluasi
o keperawatan kegiatan
Umum Khusus Strategi Intervensi Strategi Intervensi
1. Risiko Masyarakat 1. Masyarakat 1. Peningkatan 1. Berikan S: 1. Memperta
gangguan Rt 06 kel setempat tidak kesadaran penyuluhan Perencanaa hankan hal-
interaksi sosial tanjung malu dengan masyarakat pada n kegiatan hal yang
masyarakat RT priok dapat penyakit tentang masyarakat di yang memberikan
06 kelurahan berinteraksi HIV/AIDS HIV/AIDS Rt setempat terstruktur, dampak
tanjung priok dengan tentang adanya positif dari
2. Masyarakat 2. Bekerjasama
berhubungan masyarakat pentingnya dukungan kegiatan
RT 03 kel ddengan ketua
dengan RT lain interaksi dan lansung dari yang
tanjung priok RW dan ketua
penyakit komunikasi pihak pihak dilakukan.
tidak malu RT dan kader
HIV/AIDS yang baik yang
berinteraksi yang ada di 2. Meminim
yang diderita dengan terlibat
dengan lingkungan alisasikan
masyarakat RT masyarakat dalam
lingkungan tersebut. adanya
setempat RT lain yang kegiatan
sekitarnya. kelemahan
3. Sosialisasi dekat dengan
W: Biaya dari
3. Masyarakat pentingnya Rt setempat
yang tidak kegiatan
RT 03 kel interaksi
2. Lakukan memadai. yang akan
tanjung priok dengan
kegiatan dilakukan.
tidak masyarakat O: Adanya
kunjungan Rt
mengurung untuk respon yang
lain yang
diri didalam meningkatkan baik dari
dekat dengan
rumah lagi. kualitas hidup masyarakat
RT setempat
masyarakat setempat.
setempat 3. Jalin kerja
T:
sama dengan
Masyarakat
RT setempat
tidak mau
untuk
terlibat
mengadakan
dalam
kegiatan yang
kegiatan
melibatkan
yang telah
semua
di
masyarakat
rencanakan
misalnya
kegiatan
kerja
bakti,atau doa
bersama

39
N Diagnosa Tujuan Rencana Evaluasi
o keperawatan kegiatan
Umum Khusus Strategi Intervensi Strategi Intervensi
2 Risiko Masyarakat 1. Masyarakat 1. Peningkatan 1. Berikan S: fasilitas 1. Memperta
penyebaran dapat menunjukkan kesadaran penyuluhan yang hankan hal-
penyakit memahami sikap masyarakat pada memadai hal yang
HIV/AIDS dan pencegahan tentang masyarakat serta memberikan
berhubungan mengetahui penularan pentingnya RW setempat dukungan dampak
dengan cara penyakit pemahaman tentang dari pihak positif dari
kurannya penularan HIV/AIDS. dan pentingnya yang kegiatan
pengetahuan penyakit pengetahuan pemahaman terlibat yang
2. Masyarakat
masyarakat Rt HIV/AIDS tentang cara dan dalam dilakukan.
dapat
06 kelurahan pencegahan pengetahuant kegitan
menunjukkan 2. Meminim
tanjung priok penularan entang cara tersebut.
sikap mau alisasikan
tentang penyakit pencegahan
melakukan W: biaya adanya
pencegahan HIV/AIDS. dan
cara yang tidak kelemahan
penularan penularan
pencegahan 2. Bekerjasama memadai. dari
HIV/AIDS penyakit
penularan dengan ketua kegiatan
HIV/AIDS O:
HIV/AIDS RT dan kader yang akan
peningkatan
yang ada 2. Lakukan dilakukan.
3. Masyarakat pengetahua
dilingkungan pendekatan
mengetahui n dan 3. Memodifi
tersebut. dan diskusi
cara dan kesadaran kasi
kepada
pencegahan 3. Sosialisasi dari lingkungan
masyarakat
penularan tentang masyarakat untuk
tentang
HIV/AIDS. HIV/AIDS meningkat. meminimali
penyakit
untuk sasi
HIV/AIDS T: tidak
meningkatkan kejenuhan
adanya
pengetahuan 3. Berikan masyarakat
respon dari
masyarakat penyuluhan terhadap
masyarakat
tentang pada kegiatan
terhadap
penyakit masyarakat yang
kegiatan
tersebut RT setempat dilakukan.
yang akan
tentang
di
penyakit
rencanakan.
HIV/AIDS

40
Kesimpulan

HIV/AIDS menjadi masalah serius karena bukan hanya merupakan masalah Kesehatan

atau persoalan pembangunan, tetapi juga masalah ekonomi, sosial, dan lain-lain.

Berdasarkan sifat dan efeknya, sangatlah unik karena AIDS mematikan kelompok yang

paling produktif dan paling efektif secara reproduksi dalam masyarakat, yang kemudian

berdampak pada mengurangi produktivitas dan kapasitas dari masyarakat. Dampak yang

ditimbulkan AIDS terhadap masyarakat dapat bersifat permanen atau setidaknya

berjangka sangat panjang. AIDS secara sosial tidak terlihat (invisible) meski demikian

kerusakan yang ditimbulkannya sangatlah nyata. HIV/AIDS karena sifatnya yang sangat

mematikan sehingga menimbulkan rasa malu dan pengucilan dari masyarakat yang

kemudian akan mengiring pada bentuk-bentuk pembungkaman, penolakan, stigma, dan

diskriminasi pada hampir semua sendi kehidupan. Keluarga menjadi pusat utama yang

penting dan keluargalah yang menjadi kelompok bagi setiap individu. Untuk menyatakan

kembali peran keluarga, unit keluarga menempati suatu posisi antara individu dan

masyarakat. Keluarga merupakan konteks yang paling vital bagi pertumbuhan dan

perkembangan yang sehat. Keluarga memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap

pembentukan identitas seorang individu dan perasaan harga diri.

41
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada penelitian ini yaitu:
1. Bagi Rumah Sakit dan Tenaga Kesehata
a. Rumah sakit diharapkan dapat membantu meminimalisir stigma dan
diskriminasi yang berkembang di masyarakat dengan mensosialisasikan
pentingnya kepedulian dan memberikan dukungan terhadap ODHA. 81
b. Tenaga kesehatan diharapkan memberikan penanganan pada penderita
HIV/AIDS secara menyeluruh dengan memperhatikan aspek psikologis agar
dapat mencegah timbulnya depresi. Pencegahan dapat dilakukan dengan
melakukan deteksi gejala-gejala depresi pada penderita HIV/AIDS secara
berkala kemudian diberikan pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara penanganan
stressor berupa terapi relaksasi serta teknik lainnya dalam mencegah munculnya
gejala depresi.
c. Tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan dukungan secara optimal dan
mampu melibatkan keluarga dan orang-orang terdekat ODHA dalam
manajemen pengobatan. Hal ini bertujuan agar keluarga dapat termotivasi untuk
senantiasa memberikan dukungan kepada ODHA sehingga akan mempengaruhi
kualitas hidupnya.

2. Bagi ODHA
a. Untuk mengurangi terjadinya depresi, ODHA diharapkan untuk tetap berusaha
meminimalisir segala hal yang bisa memperburuk kesehatannya, misalnya
dengan menjaga asupan nutrisi yang baik bagi tubuh, melakukan olahraga
secara rutin, teratur melakukan pengobatan, lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan dan melakukan manajemen stres dengan belajar berpikir positif maupun
dengan melakukan hal-hal yang digemari demi mengurangi stres itu sendiri.
b. ODHA diberikan penyuluhan atau sosialisasi mengenai penanganan HIV/AIDS
baik secara fisik maupun psikologis.

42
c. ODHA diharapkan mendapat dukungan dari keluarga baik moral, spiritual
maupun materi, serta tidak mengucilkan ODHA sehingga ODHA merasa
termotivasi untuk melakukan pengobatan dan menjalani kehidupan sebaik
mungkin.
d. ODHA diharapkan dapat mengkomunikasikan dengan sebaik mungkin
mengenai kondisi dan penyakit yang dideritanya kepada keluarga dan orang-
orang terdekat dan tenaga kesehatan. Hal ini bertujuan agar ODHA
mendapatkan dukungan dan memperoleh informasi yang dibutuhkan mengenai
kondisi yang sedang dialami, sehingga ODHA lebih merasa percaya diri dalam
menghadapi penyakit yang dideritanya.

43
DAFTAR PUSTAKA

Arif, M. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Media Aesculapiuus.


http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/unduh/251848.

Aru W, S. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. jakarta: http://repository.maranatha.edu /


Departemen Ilmu Penyakit Dalam.

Brunner, &. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. jakarta: Waluyo Agung., Yasmin Asih.,
Juli., Kuncara., I.made karyasa, / http://eprints.ums.ac.id.

DEPARTEMENT , K. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.


http://repository.maranatha.edu/22971/9/1410035_References.pdf.

DINAS KESEHATAN, (. (2013). Laporan Nasional Riskesdas 2013. www.dinkes.pulangpisaukab.go.id.

Marilyn M, F. (1998). Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. https://onesearch.id/Author/Home?


author=Marilyn+M.+Friedman.

MENTRI KESEHATAN, (. (2009). UNDANG UNDANG TENTANG KESEHATAN.


http://p2ptm.kemkes.go.id/.

Noor , N. (2006). Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: http://repository.unimus.ac.id /


PT Rineka Cipta.

Smeltzer,, S. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Jakarta:
https://eprints.umk.ac.id / .

44

Anda mungkin juga menyukai