Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA IBU INTRANATAL : ATONIA UTERI

Disusun Oleh :
Kelompok 9

Tantri Sheria Muri Afsari PO7120122083


Cahya Ramadhani PO7120122084
Desty Angraini PO7120122085

Tingkat : 2 B

Mata Kuliah : Keperawatan Maternitas


Dosen Pengampu : Dr. Rosnani, M.Kep, Sp.Mat

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


D-III KEPERAWATAN PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan
penyusunan Asuhan Keperawatan Maternitas Atonia Uteri dengan tepat pada
waktunya. Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan
didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam
penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi
para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah
ini. Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini
dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-
makalah selanjutnya.

Palembang, Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................1

1.1. Definisi Atonia Uteri ......................................................................1

1.2. Etiologi Atonia Uteri ......................................................................1

1.3. Manifestasi Klinis Atonia Uteri .....................................................4

1.4. Komplikasi Atonia Uteri ................................................................5

1.5. Patofisiologi....................................................................................6

1.6. Pemeriksaan Penunjang ..................................................................7

1.7. Penatalaksanaan ..............................................................................7

1.8. WOC ...............................................................................................9

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN ...............................................................10

2.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................10

2.2 Diagnosis Keperawatan ..........................................................20

3.3 Intervensi Keperawatan ..........................................................21

3.4 Implementasi Keperawatan ....................................................32

3.5 Evaluasi Keperawatan .............................................................40

BAB III PENUTUP ..............................................................................................43

3.1 Kesimpulan .................................................................................43

3.2 Saran ...........................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................44

LAMPIRAN ..........................................................................................................45

iii
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi Atonia Uteri


Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.

Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat


berkontrakti dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat
melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali.

1.2. Etiologi Atonia Uteri


Kasus atonia uteri penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Namun
demikian ada beberapa faktor predisposisi yang biasa dikenal :

a. Peregangan uterus yang berlebihan


Otot-otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu, setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi. Penyebab peregangan
uterus yang berlebihan antara lain :
1) Kehamilan ganda ( gemeli)., didefinisikan sebagai suatu kehamilan dimana
terdapat dua atau lebih embrio atau janin sekaligus.
2) Polihidramnion., adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih
banyak dari normal, biasanya lebih dari 2000 cc.
3) Makrosomia janin ( janin besar)., adalah bayi yang berat badannya pada saat
lahir lebih dari 4.000 gram.

Peregangan uterus yang berlebihan karena sebab-sebab tersebut akan


mengakibatkan uterus tidak mampu berkontraksi segera setelah plasenta lahir.

1
b. Umur

Umur individu terhitung mulai saat dilahirkan hingga waktu umur


tersebut dihitung ( Oxort, 2010). Umur reproduksi terbagi :

1) Masa menunda kehamilan yakni umur < 20 tahun


2) Masa menjarangkan kehamilan yakni umur 20-35 tahun
3) Masa mengakhiri kehamilan yakni umur > 35 tahun

Seorang ibu hamil/bersalin dikatakan berisiko jika < 19 tahun atau > 35
tahun (Manuaba, 2012). Remaja berumur antara 15 sampai 19 tahun memiliki
kemungkinan lebih besar mengalami anemia dan berisiko lebih tinggi memiliki
janin yang pertumbuhannya terhambat, persalinan prematur, dan angka
kematian bayi yang tinggi. Ibu hamil yang berumur 35 tahun atau lebih,
mengalami perubahan pada alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi.

Menurut Puji Rochyati dan Hebert (2010), umur ibu hamil atau bersalin
yang termasuk risiko tinggi yaitu primipara muda kurang dari 16 tahun dan
primipara tua berusia lebih dari 35 tahun. Bertambahnya usia wanita
berhubungan dengan menurunnya fungsi dan kemampuan adaptasi organorgan
tubuh secara keseluruhan sehingga meningkatkan risiko timbulnya kelainan-
kelainan seperti : hipertensi, diabetes melitus, tromboembolisme, perdarahan
post partum primer yang secara keseluruhan akan meningkatkan risiko
morbiditas dan mortalitas ibu selama kehamilan dan persalinan.

c. Paritas
Paritas adalah keadaan seorang wanita sehubungan dengan kelahiran
anak yang dapat hidup. Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan
janin hidup atau mati, bukan jumlah janin yang dilahirkan. Paritas adalah
jumlah kehamilan yang mencapai usia viabilitas dan bukan jumlah janin yang
dilahirkan. Paritas adalah seorang perempuan yang pernah melahirkan bayi
yang dapat hidup atau viable.
Beberapa tingkatan paritas adalah :
1) Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi viable.

2
2) Primipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi viable
sebanyak satu kali.
3) Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi viable
sebanyak 2 kali atau lebih.
4) Grandemultipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi viable
lebih dari empat kali.

Paritas seorang ibu hamil/bersalin dikatakan berisiko tingi berdasarkan


komplikasi obstetri yaitu primipara primer atau sekunder dan grandemultipara.
Pada kehamilan seorang ibu yang berulang kali, maka uterus juga akan berulang
kali teregang. Hal ini akan menurunkan kemampuan berkontraksi dari uterus
segera setelah plasenta lahir. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi angka kematian
maternal, karena kasus perdarahan meningkat dengan bertambahnya jumlah
paritas. Ibu-ibu dengan kehamilan lebih dari satu kali atau yang termasuk
multipara mempunyai resiko lebih tinggi terhadap terjadinya perdarahan pasca
persalinan dibanding ibu-ibu yang termasuk golongan primipara.

Primipara dan paritas tinggi (grande multipara) mempunyai angka


kejadian perdarahan pasca persalinan lebih tinggi. Pada paritas yang rendah
(primipara), ketidaksiapan ibu dalam menghadapi persalinan yang pertama
merupakan faktor penyebab ketidakmampuan ibu hamil dalam menangani
komplikasi yang terjadi selama kehamilan, persalinan dan nifas. Sedangkan
pada paritas tinggi (grande multipara), fungsi reproduksi mengalami penurunan
sehingga kemungkinan terjadi perdarahan pasca persalinan menjadi lebih besar.

d. Jarak Persalinan
Jarak persalinan yang kurang dari 2 tahun mengakibatkan kelemahan
dan kelelahan otot rahim, sehingga cenderung akan terjadi perdarahan post
partum. Bila jarak kelahiran dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun,
kondisi rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik, sehingga cenderung
mengalami partus lama, atau perdarahan post partum. Disamping itu, persalinan
berturut-turut dalam jarak waktu singkat mengakibatkan uterus menjadi
fibrotik, sehingga mengurangi daya kontraksi dan retraksi uterus. Kondisi
seperti ini yang berakibat terjadinya perdarahan post partum.

3
e. Partus lama
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam. Pada
primigravida persalinan dikatakan lama bila berlangsung 24 jam dan lebih dari
18 jam untuk multigravida yang disertai komplikasi ibu maupun janin .
Penyebab persalinan lama adalah kelainan letak janin, kelainan panggul,
kelainan kekuatan his dan mengejan, terjadi ketidakseimbangan sefalopelvik,
pimpinan persalinan selama proses persalinan yang salah dan primipara primer
atau sekunder berusia tua. Lamanya persalinan menyebabkan adanya gangguan
yang terjadi pada kekuatan his yang lemah, frekuensi his yang berkurang,
lamanya kekuatan his berlangsung, koordinasi tidak teratur. Sehingga dampak
dari kegagalan his tersebut menyebabkan persalinan berjalan lambat dan lama
serta menyebabkan terjadinya kelelahan pada otot uterus untuk berkontraksi.

1.3. Manifestasi Klinis Atonia Uteri


1. Uterus tidak berkontraksi dan lembek.
2. Perdarahan segera setelah anak lahir (post partum primer) Gejala klinis umum
yang terjadi ialah kehhilangan darah dalam jumlah banyak > 500 ml ), nadi
lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih dan dapat
terjadi syol hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.

Gejala klinis berdasarkan penyebab pada atonia uteri ialah uterus tidak
berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan post
partum primer). Perdarahan post partum dapat terjadi karena terlepasnya sebagian
plasenta dari rahim dan sebagian lagi belum, karena perlukaan pada jalan lahir atau
karena atonia uteri. Atonia uteri merupakan sebab terpenting perdarahan post
partum. Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang lama, pembesaran
rahim yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada hamil kembar atau janin
besar, persalinan yang serin (multiparitas) atau anestesi yang dalam.

Atonia uteri juga dapat terjadi bila ada usaha mengeluarkan plasenta dan
mendorong rahim ke bawah sementara plasenta belum lepas dari rahim.

4
Perdarahan yang banyak dalam waktu pendek dapat segera diketahui. Tapi
bila ada perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa disadari penderita telah
kehilangan banyak darah sebelum tampak pucat dan gejala lainnya. Pada
perdarahan atonia uteri, rahim membesar dan lembek.

Terapi terbaik adalah pencegahan. Anemia pada kehamilan harus diobati


karena perdarahan yang normal pun dapat membahayakan seorang ibu yang telah
mengalami anemia. Bila sebelumnya pernah mengalami perdarahan post partum,
persalinan berikutnya harus di rumah sakit. Pada persalinan yang lama diupayakan
agar jangan sampai terlalu lelah. Rahim jangan dipijat dan didorong kebawah
sebelum plasenta lepas dari dinding rahim.

Pada perdarahan yang timbul setelah janin lahir dilakukan supaya


penghentian perdarahan sepecap mungkin dan mengatasi akibat perdarahan. Pada
perdarahan yang disebabkan atonia uteri dilakukan massage rahim dan suntikan
ergometrin ke dalam pembuluh balik. Bila tidak memberi hasil yang diharapkan
dalam waktu singkat dilakukan kompresi baimanual pada rahim, bila perlu
dilakukan tamponade utero vaginal, yaitu dimasukkan tampon kasa ke dalam rahim
sampai rongga rahim terisi penuh. Pada perdarahan postpartum ada kemungkinan
dilakukan pengikatan pembuluh nadi yang mensuplai darah ke rahim atau
pengangkatan rahim.

1.4. Komplikasi Atonia Uteri


Atonia uteri adalah komplikasi yang menjadi penyebab terbanyak pada
kasus perdarahan pasca melahirkan. Perdarahan ini biasanya terjadi setelah plasenta
berhasil dikeluarkan. Beberapa komplikasi dari atonia uteri antara lain adalah
sebagai berikut:

a. Hipotensi ortostatik dengan gejala pusing karena rendahnya tekanan darah


b. Anemia
c. Kelelahan
d. Peningkatan risiko perdarahan pasca-melahirkan pada kehamilan berikutnya

5
Anemia dan kelelahan setelah melahirkan juga dapat meningkatkan risiko
seorang ibu mengalami depresi postpartum. Komplikasi yang paling serius dari
atonia uteri adalah terjadinya syok akibat perdarahan yang hebat. Kondisi ini
bahkan dapat mengancam nyawa ibu.

1.5. Patofisiologi
Perdarahan obstetri sering disebabkan oleh kegagalan uterus untuk
berkontraksi secara memadai setelah pelahiran. Pada banyak kasus, perdarahan
postpartum dapat diperkirakan jauh sebelum pelahiran. Contoh-contoh ketika
trauma dapat menyebabkan perdarahan postpartum anatara lain pelahiran janin
besar, pelahiran dengan forseps tengah, rotasi forseps, setiap manipulasi intrauterus,
dan mungkin persalinan pervaginam setelah seksio sesarea (VBAC) atau insisi
uterus lainnya. Atonia uteri yang menyebabkan perdarahan dapat diperkirakan
apabila digunakan zat-zat anestetik berhalogen dalam konsentrasi tinggi yang
menyebabkan relaksasi uterus.

Uterus yang mengalami overdistensi besar kemungkinan besar mengalami


hipotonia setelah persalinan. Dengan demikian, wanita dengan janin besar, janin
multipel, atau hidramnion rentan terhadap perdarahan akibat atonia uteri.
Kehilangan darah pada persalinan kembar, sebagai contoh, rata-rata hampir 1000
ml dan mungkin jauh lebih banyak. Wanita yang persalinannya ditandai dengan his
yang terlalu kuat atau tidak efektif juga dengan kemuungkinan mengalami
perdarahan berlebihan akibat atonia uteri setelah melahirkan.

Demikian juga, persalinan yang dipicu atau dipacu dengan oksitosin lebih
rentan mengalami atonia uteri dan perdarahan postpartum. Wanita dengan paritas
tinggi mungkin berisiko besar mengalami atonia uteri. Menurut Fucs dkk. (2015)
hasil akhir pada hampir 5800 wanita para 7 atau lebih, mereka melaporkan bahwa
insiden perdarahan postpartum sebesar 2,7 persen pada para wanita ini meningkat
empat kali lipat dibandingkan dengan populasi obstetri umum. Babinszki dkk.
(2019) melaporkan insiden perdarahan postpartum sebesar 0,3 persen pada wanita
dengan paritas rendah, tetapi 1,9 persen pada mereka dengan para 4 atau lebih.

6
Risiko lain adalah wanita yang bersangkutan perbah mengalami perdarahan
postpartum. Akhirnya, kesalahan penatalaksanaan persalinan kala tiga berupa
upaya untuk mempercepat pelahiran plasenta selain dari pada mengeluarkannya
secara manual. Pemijatan dan penekanan secara terus menerus terhadap uterus yang
sudah berkontraksi dapat mengganggu mekanisme fisiologis pelepasan plasenta
sehingga pemisahan plasenta tidak sempurna dan pengeluaran darah meningkat.

1.6. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang pada atonia uteri penting untuk memantau keadaan
umum dan mewaspadai terjadinya syok dan komplikasi lainnya. Pemeriksaan
golongan darah dapat dilakukan untuk pencocokan silang bila sewaktu-waktu
pasien memerlukan transfusi darah.

a. Pemeriksaan darah lengkap dilakukan untuk mengetahui bila ada penurunan


hemoglobin ataupun hematokrit, juga bila terjadi peningkatan jumlah sel darah
putih.
b. Waktu pembekuan darah dan waktu perdarahan penting untuk menyingkirkan
diagnosis faktor trombin sebagai penyebab timbulnya perdarahan pascasalin.
Pemeriksaan ini dapat juga digunakan untuk melihat adanya komplikasi
koagulopati intravaskular diseminata.
c. Hal ini juga dapat dilakukan dengan melakukan pengecekan terhadap faktor
koagulasi seperti trombosit dan fibrinogen. Klinisi perlu berhati-hati bila
ditemukan peningkatan degradasi produk fibrin (d-Dimer). Penurunan kadar
fibrinogen dapat menunjukkan masa tromboplastin parsial diaktivasi.

1.7. Penatalaksanaan
1. Masase uterus, berikan oksitosin dan ergometrin intravena, bila ada perbaikan
dan perdarahan berhenti, oksitosin dilanjutkan perinfus.
2. Bila tidak ada perbaikan dilakukan kompresi bimanual, dan kemudian dipasang
tampon uterovaginal padat. Kalau cara ini berhasil, dipertahankan selama 24
jam.

7
3. Kompresi bimanual eksternal, menekan uterus melalui dinding abdomen
dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak tangan yang melingkupi
uterus. Pantau aliran darah yang keluar. Bila perdarahan berkurang, kompresi
diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi. Bila belum
berhasil dilakukan kompresi bimanual internal.
4. Kompresi bimanual internal, uterus ditekan diantara telapak tangan pada
dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk menjepit pembuluh
darah didalam miometrium (sebagai pengganti mekanisme kontraksi).
Perhatikan perdarahan yang terjadi. Pertahankan kondisi ini bla perdarahan
berkurang atau berhenti, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali. Apabia
perdarahan tetap terjadi, coba kompresi aorta abdominalis.
5. Kompresi aorta abdominalis, raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri,
pertahankan posisi tersebut, genggam tangan kanan kemuadian tekankan pada
daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna
vertebralis. Penekanan yang tepat akan menghentikan atau sangat mengurangi
denyut arteri femoralis. Lihat hasil kompresi dengan memperhatikan
perdarahan yang terjadi.
6. Dalam keadaan uterus tidak respon terhadap oksitosin/ergometrin, bisa dicoba
prostaglandin F2a (250 mg) secara intramuskular atau langsung pada
miometrium (transabdominal). Bila perlu pemberiannya dapat diulang dalam 5
menit dan tiap 2 atau 3 jam sesudahnya.
7. Laparotomi dilakukan bila uterus tapi lembek dan perdarahan yang terjadi
tetap>200 ml/jam. Tujuan laparotomi adalah meligasi arteri uterina atau
hipogastrik (khusus untuk penderita yang belum punya anak atau muda sekali).
8. Bila tidak berhasil, histerektomi adalah langkah terakhir.

8
1.8. WOC

9
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

Ny. H dengan usia 32 tahun, didapatkan bahwa Ny. H mengalami pusing


kepala, merasakan nyeri pada genitalia dengan skala 5 karena robekan perineum
3 cm x 1 cm x 1 cm tidak beraturan ruptur perineum derajat 2, terdapat 3 jahitan pada
perineum, perineum tampak edema, karena terdapat darah yang menempel pada
pakaian bawah dan perlak yang dipakainya sehingga Ny. H menggunakan pembalut
yang berisi darah merah segar hingga ke seluruh pakaian bawah Ny. H juga tampak
meringis, dan gelisah saat bergerak.

2.1 Pengkajian Keperawatan


Tanggal :
Jam :

1. Identitas Klien
Nama : Ny. H
Usia : 33 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 12 Agustus 1990
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Mojowarno, Jombang
Diagnosa Medis : Atonia Uteri
No. Reg : 12356

2. Identitas Penanggung Jawab Klien


Nama : Tn. M
Usia : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Mojowarno, Jombang
Hubungan : Suami klien

10
3. Keluhan Utama :
Ny. H mengalami pusing kepala, merasakan nyeri pada genitalia dengan skala
5 karena robekan perineum 3 cm x 1 cm x 1 cm tidak beraturan ruptur perineum
derajat 2, terdapat 3 jahitan pada perineum, perineum tampak edema, karena
terdapat darah yang menempel pada pakaian bawah dan perlak yang dipakainya,
Ny. H juga tampak meringis, dan gelisah saat bergerak.
4. Riwayat Penyakit Saat Ini :
Ny. H mengatakan bahwa ia mengalami pusing kepala, merasakan nyeri pada
genitalia, perineum tampak edema, karena terdapat darah yang menempel pada
pakaian bawah dan perlak yang dipakainya, Ny. H juga tampak meringis, dan
gelisah saat bergerak. Suami klien mengatakan, bahwa klien terkadang sulit tidur
tiap kali merasakan nyeri.
5. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengatakan bahwa ia tidak memiliki penyakit terdahulu, pasien juga
mengatakan tidak memiliki alergi obat dan alergi makanan

6. Riwayat Ginekologi dan Obstetric :


a. Riwayat menstruasi
Pertama kali menstruasi umur 16 tahun, siklus haid teratur 28 hari, mengalami
haid selama 6 hari pasien mengatakan tidak ada masalah menstruasi.
b. Riwayat Obstetri
Klien mengatakan, pernah hamil dan 3 kali melahirkan sebelumnya dengan
persalinan spontan.
c. Riwayat Persalinan
Persalinan terakhir dipimpin pada jam 12.20 WIB dan bayi keluar adalah laki-
laki pada jam 12.35 menit, jumlah darah 450 cc, tekanan darah 130/95 mmHg,
nadi 89x/ menit, suhu 36°C, respirasi 24 kali/menit, his teratur, robekan
perineum 3 cm x 1 cm x 1 cm tak beraturan. Jumlah bayi yang dilahirkan 1
orang. Status obstetri : P3A0
d. Riwayat Kontrasepsi

Klien mengatakan “Menggunakan alat kontrasepsi suntik selama 4 tahun dari


anak yang terakhir dilahirkan sebelumnya”.

11
7. Pola Kebiasaan Klien
a. Pola Nutrisi
1) Intake Nutrisi
1. Sebelum Hamil;
Klien mengatakan sebelum hamil makan 3 kali sehari dengan
satu porsi penuh dengan nasi, lauk dan sayur. Klien
mengatakan tidak setiap hari makan sayur dan kadang-kadang
makan buah. Klien mengatakan tidak ada kesulitan untuk
menelan dan tidak ada pantangan untuk makan. Klien
mengatakan kadang makan-makanan camilan bila tidak ada
kerjaan.
2. Selama Hamil;
Selama hamil klien mengatakan makan tidak menentu dalam
sehari dengan porsi sedang dengan lauk, nasi dan kadang-
kadang dengan sayur. Klien mengatakan selama hamil lebih
banyak makan camilan,berupa kue-kue kering dan jarang
makan sayur. Klien mengatakan tidak ada pantangan untuk
konsumsi makanan dan tidak ada diet khusus.
2) Intake Cairan
1. Sebelum Hamil;
Klien mengatakan sebelum hamil setiap hari minum 1500cc air putih
dan kadang-kadang minum teh dan susu. Klien mengatakan tidak ada
kesulitan untuk minum.
2 Selama Hamil;
Klien mengatakan setiap hari klien minum 2000cc air putih perhari dan
klien kadang-kadang minum susu. Klien mengatakan tidak ada
gangguan untuk minum.

b. Pola Eliminasi
Kondisi Sebelum Hamil Selama Hamil
BAK 4-6 kali / hari berwarna 10-12 kali / hari, berwarna
kuning dan berbau khas kuning dan berbau khas
urin. Tidak ada kesulitan urin.
dalam BAK

12
Kondisi Sebelum Hamil Selama Hamil
BAB 1 kali / hasi dengan 4 hari sekali, dengan
konsistensi lunak, konsistensi keras berbentuk
berbentuk, berwarna berwarna kecoklatan.
kecoklatan. Tidak ada
kesulitan dalam BAB

c. Pola Tidur dan Istirahat


Sebelum Hamil Selama Hamil
Frekuensi tidur dalam
Lebih sering tidur, 8-9
sehari (durasi waktu 7-8 jam sehari
jam sehari
istirahat tidur)
Gangguan istirahat Tidak ada gangguan Tidak ada gangguan
tidur dan alasannya dalam tidur dalam tidur
Klien tidur dengan Klien mengatakan suka
Posisi tidur berbaring dan tidur dengan posisi
dengan posisi miring terlentang dan miring.
Klien mengatakan setelah merasakan nyeri tersebut, klien sulit tidur
karena rasa nyeri.

d. Pola Aktivitas
a. Sebelum hamil;
klien mandiri dalam melakukan aktivitasnya makan, minum,
mandi, toileting, berpakaian, dapat dilakukan klien sendiri
b. Selama hamil;
Klien mengatakan selama hamil klien lebih banyak tidur. Klien
mengatakan setiap seminggu sekali klien mengikuti senam ibu
hamil. Klien tidak mengalami gangguan aktivitas selama hamil,
klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri tanpa bantuan
orang lain. Klien mengatakan mengurangi aktivitas yang terlalu
berat seperti mengepel dan mencuci yang terlalu banyak dan lebih
sering duduk karena klien mudah lelah.

13
e. Pola Persepsi Diri
Klien mengatakan seorang ibu yang sedang hamil dan seorang istri.

f. Pola Peran Hubungan


Hubungan klien dengan orang sekitarnya baik. Klien berhubungan
baik dengan keluarganya dan dengan lingkungan sekitar.

g. Pola managemen koping


Klien mengatakan sering menceritakan keadaan kehamilannya
kepada suami dan ibu klien. Klien mengatakan selalu menceritakan
masalahnya kepada orang lain dan tidak suka memendam
masalahnya.

h. Pola Seksualitas
Selama hamil klien mengatakan jarang melakukan hubungan suami-
istri karena klien takut berhubungan pada saat hamil. Klien
mengatakan merasakan ada sesuatu yang kurang dengan pola
seksualitasnya dan klien ingin mengetahui metode alternatif dalam
berhubungan selama kehamilan.

8. Konsep Diri
a. Identitas diri
Klien dapat menyebutkan namanya yaitu Ny H. Klien menyadari
dirinya seorang perempuan dan berpenampilan selayaknya ibu hamil.
b. Harga diri
Klien mengatakan mengikuti kegiatan-kegiatan rutin PKK atau
arisan.
c. Gambaran diri
Klien mensyukuri kehamilannya saat ini walaupun bukan kehamilan
yang direncanakan. Klien mengatakan sangat berhati- hati dengan
kehamilannya.

14
d. Intelektual
Klien mengatakan mengetahui tentang kehamilan, proses persalinan
dan masa nifas.
e. Hubungan interpersonal
Klien mengatakan hubungan dengan keluarga,suami,dan masyarakat
baik..
f. Support system
Klien mengatakan mendapat dukungan penuh dengan kehamilannya
dari suami dan keluarga klien.
g. Ideal diri
Klien mengatakan ingin melahirkan dengan normal tanpa masalah.
Klien mengatakan tetap mensyukuri apapun jenis kelamin anaknya
nanti dan akan tetap merasa bahagia.
h. Peran diri
Klien menyadari bahwa perannya sebagai ibu dari putrinya dan bagi
calon buah hatinya serta istri bagi suaminya.
i. Aspek sosial
Klien berbicara dengan bahasa Indonesia dan kadang bercampur
dengan bahasa Jawa. Klien berbicara dengan jelas dan menjawab
pertanyaan yang diajukan dengan baik.
j. Aspek Budaya
Klien mengatakan berasal dari Jawa Timut tepatnya di Jombang.
Klien mengikuti budaya yang ada di sana seperti adat 7 bulanan dan
selapanan. Menurut klien budaya tersebut tidak memberatkan karena
klien juga melakukan budaya tersebut.
k. Aspek spiritual
Klien mengatakan menjalankan kewajiban sholat 5 waktu. Klien
selalu berdoa setelah sholat untuk kelancaran kehamilan dan proses
kelahirannya nanti.

15
9. Pemeriksaan Fisik

i. Keadaan Umum / Kesadaran


- kesadaran komposmentis
ii. Status Gizi
BB setelah hamil : 65 kg
BB sebelum hamil : 53 kg
TB : 153 cm
iii. Tanda-tanda Vital :
TD : 110 / 80 mmHg
N : 96 kali /menit, denyut nadi cepat dan kuat
RR : 20 kali / menit
S : 36°C
iv. Pemeriksaan Head to Toe :
a. Kepala :
Bentuk mesocephal, rambut klien cukup bersih, warna hitam, rambut
menyebar merata. Tidak ada nyeri tekan dan benjolan di daerah kepala.
b. Mata :
Mata berfungsi secara normal (dapat melihat dengan jelas). Konjungtiva
anemis, mata simetris, sklera tak ikterik, pupil isokor.
c. Telinga :
Kedua telinga klien masih baik. Keadaan telinga klien bersih dan tidak ada
kotoran.
d. Hidung :
Hidung masih berfungsi secara normal atau masih dapat membau berbagai
bau-bauan. Pernafasan tidak menggunakan cuping hidung. Hidung klien
terlihat bersih.
e. Mulut :
Klien berbicara dengan jelas, tidak luka atau sariawan, mulut dan gigi klien
terlihat bersih, dan tidak berbau.
f. Leher :
Leher tegak, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, warna kulit sama dengan
warna sekitar. Tidak ada nyeri tekan.

16
g. Dada :
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada lesi, ekspansi dada simetris.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada massa pada dada klien
Perkusi : Suara perkusi dada resonan pada bagian paru-paru dan pekak
jantung pada interkosta 4 sinistra.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler. Detak jantung cepat dan kuat. Bunyi
jantung S1-S2 murni (tidak ada bunyi jantung tambahan )
h. Abdomen :
Inspeksi : Tidak ada asites, tidak ada luka, warna sawo matang dan
tidak ada rambut.
Auskultasi : Suara peristaltik usus terdengar pada semua kuadran, suara
peristaltik usus 18 x/ menit.
Perkusi : Suara redup pada kuadran kiri atas dan kiri bawah, suara
timpani pada kuadran kanan atas dan kanan bawah.
Palpasi : Lingkar Perut : 94 cm
Leopold 1 : TFU: 25 cm
Leopold 2 : Punggung janin berada di perut kanan Ibu.
Leopold 3 : Posisi terbawah janin adalah kepala.
Leopold 4 : Kepala janin sudah masuk pintu atas panggul
i. Ekstremitas :
Atas : Simetris, tidak ada edema, turgor kulit baik, tidak ada luka.
Lila : 31,5
Bawah : Simetris, tidak ada edema, tugor kulit sedang, tidak ada luka.

17
8. Data Fokus
Data Subjektif Data Objektif
1. Ny. H mengeluh 1. Ny. H tanpak meringis
2. Ny. H tanpak gelisah saat bergerak
merasakan nyeri pada
3. Ny. H memiliki robekan di perenium
bagian perenium akibat 4. robekan perineum 3 cm x 1 cm x 1 cm
5. perenium Ny.H tanpak memiliki edema
robek
6. ruptur perineum derajat 2
2. Ny. H mengeluh 7. Ny. H mengatakan terganggu dalam tidur,
dikarenakan rasa nyeri
merasakan pusing
8. Nadi : 96 x/ menit, denyut nadi cepat dan kuat
9. Tekanan Darah : 110/ 80 mmHg
10. Nadi : 20 x/ menit
11. Suhu : 36° C
12. Berat Badan setelah hamil : 65 kg
13. Berat Badan sebelum hamil : 53 kg
14. Tinggi Badan : 153 cm
15. Skala nyeri 6

9. Analisis Data
Data Etiologi Masalah
DS :
1. Klien mengatakan nyeri Agen pencedera Nyeri Akut
2. Munculnya nyeri saat fisik (D.0077)
bergerak (muncul-hilang)
3. Munculnya nyeri akibat
robekan di perenium
DO :
1. Klien tampak meringis
2. Klien bersikap protektif
(miss. Waspada,
menghindari posisi nyeri)
3. Klien tampak gelisah tiap
merasakan nyeri
4. Klien sulit tidur karena
nyeri
5. Skala nyeri 5

Tanda-tanda vita
- Nadi : 96 kali / menit,
denyut nadi cepat dan
kuat
- Nadi : 20 kali / menit
- Suhu : 36° C

18
- Berat badan sebelum
hamil : 53 kg
- Berat badan setelah hamil
: 65 kg
- Tinggi badan : 153
DS :
1. Klien mengatakan Kelembaban Gangguan
merasakan nyeri integritas kulit
DO : (D.0129)
1. Kerusakan lapisan kulit
(robekan pada perenium)
2. Klien mengalami
pendarahan
3. Robekan perenium tak
beraturan, dengan lebar 3
cm x 1 cm x 1 cm.
4. Terdapat striae di bagian
bawah abdomen yang
berwarna abu-abu
kehitaman.

DS :
1. Klien merasakan nyeri Ketidakadekuatan Risiko Infeksi
pada bagian genetalianya pertahanan tubuh (D.0142)
dengan skala 5 (0-10). primer (kerusakan
DO : integritas kulit)
1. Perineum tampak edema
2. Terdapat 4 jahitan pada
perineum
3. Tampak pembalut yang
berisi darah merah segar
hingga keseluruh pakaian
bawah dan perlak yang
dipakai klien

19
2.2 Diagnosis Keperawatan
Hasil pengkajian mengangkat diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas
masalah yang ditemukan yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dibuktikan dengan mengeluh
nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah dan sulit tidur. (D. 0077)
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor kelembaban dibuktikan
dengan kerusakan jaringan kulit (robekan perenium), nyeri, dan perdarahan.
( D.0129)
3. Risiko Infeksi dibuktikan dengan ketidakadekuatan pertahan tubuh primer
(kerusakan integritas kulit) (D.0142)
Sumber : PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik (1 ed.). Jakarta: DPP PPNI

20
3.3 Intervensi Keperawatan
Nama : Ny. H Ruangan : Melati/01
Umur : 33 Tahun No Reg : 12356
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. 4. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama : Intervensi Utama :
berhubungan keperawatan selama 3x24 I. Manajemen Nyeri (I.08238) I. Manajemen Nyeri (I.08238)
dengan agen jam diharapkan tingkat Observasi Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristi,
1. Agar mengetahui lokasi,
pencedera fisik nyeri menurun dengan durasi, frekuensi, kualitas, itensi karakteristi, durasi, frekuensi,
dibuktikan dengan kriteria hasil (L.08066) nyeri kualitas, itensi nyeri
2. Identifikasi skala nyeri 2. Agar mengetahui skala nyeri
mengeluh nyeri, 1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi respon nyeri non 3. Untuk mengetahui respon nyeri
tampak meringis, 2. Meringin menurun verbal non verbal
4. Identifikasi faktor yang
4. Untuk mengetahui faktor yang
bersikap protektif, 3. Sikap protektif menurun memperberat dan memperingan memperberat dan memperingan
gelisah dan sulit 4. Gelisah menurun nyeri nyeri
5. Identifikasi pengaruh nyeri pada 5. Untuk mengetahui pengaruh
tidur. (D. 0077) 5. Kesulitan tidur menurun kualitas hidup nyeri pada kualitas hidup
5. 6. Monitor keberhasilan terapi
6. Untuk mengetahui tingkat
komplementer yang sudah keberhasilan terapi
diberikan komplementer yang sudah
diberikan
7. Monitor efek samping pengunaan 7. Untuk mengetahui efek samping
analgetik pengunaan analgetik

21
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Teraupetik Teraupetik
1. Berikan teknik nonfarmakologi 1. Untuk mengurangi rasa nyeri
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. Hypnosis, akupresur, terapi
music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain).
2. Control lingkungan yang 2. Untuk mengkontrol lingkungan
memperberat rasa nyeri (mis. yang memperberat rasa nyeri
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur 3. Agar pasien nyaman saat
istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber 4. Agar tidak memperburuk rasa
nyeri dalam pemilihan strategi nyeri
meredakan nyeri

Edukasi Edukasi
1. Jelaskan penyebab, priode, dan 1. Agar pasien tau penyebab,
pemicu nyeri priode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri 2. agar pasien dapat meredakan
nyeri mandiri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara 3. Agar pasien dapat memonitor
mandiri nyeri secara mandiri

22
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
4. Anjurkan teknik nonfarmakologi 4. Agar pasien dapat mengurangi
untuk mengurangi rasa nyeri rasa nyeri

Kalaborasi Kalaborasi
1. Kalaborasi pemberian analgetik, 1. Agar pasien mendapatkan
jika perlu analgetik, jika perlu

II. Pemberian Analgesik (I.08243) II. Pemberian Analgesik (I.08243)


Observasi Observasi
1. Identifikasi karakteristik nyeri 1. Agar mengetahui karakteristik
(mis. Pencetus, pereda, kualitas, nyeri
lokasi, intensitas, frekuensi,
durasi)
2. Identifikasi riwayat obat 2. Agar mengetahui riwayat obat
3. Identifikasi kesesuaian jenis 3. Agar bisa menyesuaikan jenis
analgetik (mis. Narkotika, analgetik
NSAID) dengan keparahan nyeri
4. Monitor tanda-tanda vital sebelum 4. Untuk mengetahui tanda-tanda
dan sesudah pemberian analgesic vital sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
5. Monitor efektifitas analgesic 5. Agar bisa mengetahui efek
samping dari pemberian
analgesic

23
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Terapeutik Terapeutik
1. Diskusikan jenis analgesic yang 1. Agar mengetahui jenis analgesic
disukai untuk mencapai analgesic yang tepat untuk mencapai
optimal jika perlu analgesic optimal jika perlu
2. Pertimbangkan pengunaan infuse 2. Untuk mengetahui apakah di
kontinu, atau bolus oploid untuk perlukan pengunaan infuse
mempertahankan kadar dalam kontinu, atau bolus oploid untuk
serum. mempertahankan kadar dalam
serum
3. Tetapkan target efektifitas 3. Agar mendapatkan hasil yang
analgesic untuk mengoptimalkan terbaik saat pengunaan analgesic
respon pasien. untuk mengoptimalkan respon
pasien.
4. Dokumentasikan respon terhadap 4. Dokumentasikan respon terhadap
efek analgesic dan efek yang tidak efek analgesic dan efek yang
diinginkan tidak diinginkan

Edukasi Edukasi
1. Jelaskan efek terapi dan efek 1. Untuk mengetahui efek terapi dan
samping pengunaan obat efek samping pengunaan obat

Kalaborasi Kalaborasi
1. Kalaborasi pemberian dosis jenis 1. Untuk mempercepat kesembuhan
analgesic sesuai indikasi pasien

24
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Intervensi Pendukung Intervensi Pendukung

III. Latihan Pernafasan ( I.01007) III. Latihan Pernafasan ( I.01007)


Observasi Observasi
1. Identifikasi indikasi dilakukan 1. Untuk mengetahui indikasi
latihan pernafasan dilakukan latihan pernafasan
2. Monitor frekuensi, irama, dan 2. gar mengetahui frekuensi, irama,
kedalaman nafas sebelum dan dan kedalaman nafas sebelum
sesudah latihan dan sesudah latihan

Taraupetik Taraupetik
1. Sediakan tempat yang tenang 1. Agar pasien merasa tenang
2. Posisikan pasien nyaman dan 2. Agar paien dalam posisi nyaman
rileks dan rileks
3. Tempatkan satu tangan di dada 3. Agar pasien merasa nyaman dan
dan satu tangan di perut rileks
4. Pastikan tangan di dada mundur 4. Agar pasien dapat menarik nafas
kebelakang dan telapak tangan di dengan baik
perut maju kedepan saat menarik
nafas.
5. Ambil nafas dalam secara 5. Agar pasien dapat ambil nafas
perlahan melalui hidung dan dalam secara perlahan melalui
tahan selama tujuh hitungan. hidung dan tahan selama tujuh
hitungan

25
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
6. Hitung ke delapan hembuskan 6. Agar pasien hembuskan nafas
nafas melalui mulut dengan melalui mulut dengan perlahan
perlahan.

Edukasi Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur 1. Agar pasien memahami tujuan
latihan pernafasan. dan prosedur latihan pernafasan.
2. Anjurkan mengulangi latihan 4-5 2. Agar pasien paham akan latihan
kali tersebut
2. 6. Gangguan Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama Intervensi Utama
IV. Perawatan Intergritas Kulit IV. Perawatan Intergritas Kulit
integritas kulit keperawatan selama 3x24
(I.11353) (I.11535)
berhubungan jam diharapkan integritas Observasi Observasi
1. Identifikasi penyebab ganguan 1. Agar mengetahui penyebab
dengan faktor kulit dan jaringan intergitas kulit kulit (mis. ganguan intergitas kulit kulit
kelembaban meningkat dengan kriteria Perubahan sirkulasi, perubahan (mis. Perubahan sirkulasi,
status nutrisi, penurunan perubahan status nutrisi,
dibuktikan dengan hasil (L.14125)
kelembabpan, suhu lingkungan penurunan kelembabpan, suhu
kerusakan jaringan 1. Kerusakan jaringan menurun ekstrem, penurunan mobilitas) lingkungan ekstrem, penurunan
mobilitas)
kulit (robekan 2. Kerusakan lapisan kulit Teraupetik Teraupetik
perenium), nyeri, menurun 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah 1. Agar pasien tidak mengalami
berbaring intergitas kulit
dan perdarahan.
2. Lakukan pemijatan pada area 2. Agar pasien merasa nyaman pada
7. ( D.0129) penonjolan tulang jika perlu area penonjolan tulang jika perlu

26
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
8. 3. Bersihan prenial dengan ar hangat 3. Agar daerah prenial tetap bersih
terutama selama periode diare
4. Gunakan produk berbahan 4. Agar kulit pasien kulit kering
petroleum dan minyak pada kulit
kering
5. unakan produk berbahan ringan,
alami dan hipoalergik pada kulit 5. Agar kulit tidak iritasi
sensitif
6. Hindari produk berbahan dasar 6. Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering alkohol pada kulit kering

Edukasi Edukasi
1. Anjurkan pengunaan pelembab 1. Agar kulit pasien tidak kering
(mis. Lotion serum)
2. Anjurkan minum air yang cukup 2. Agar apsien tidak dehidrasi
3. Anjurkan meningkatkan asupan 3. Agar pasien kembali pulih
nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan 4. Anjurkan meningkatkan asupan
buah dan sayur buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari suhu 5. Agar kulit pasien tidak bertambah
ekstrem parah
6. Anjurkan mengunakan tabir surya 6. Agar kulit pasien tidak terbakar
SPF minimal 30 saat berada di luar sinar matahari
rumah

27
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
7. Anjurkan mandi dan mengunakan 7. Agar kulit pasien tidak
sabun secukupnya mengalami iritasi

V. Perawata Luka (I.14564) V. Perawata Luka


Observasi Observasi
1. Monitor karakteristik luka (mis. 1. Agar mengetahui karakteristik
Drainase, warna, ukuran, bau) luka (mis. Drainase, warna,
ukuran, bau)
2. Monitor tanda-tanda infeksi 2. Agar mengetahui tanda-tanda
infeksi
Terapeutik Terapeutik
1. Lepaskan balutan dan plaster 1. Lepaskan balutan dan plaster
secara perlahan secara perlahan
2. Cukur rambut di sekitar daerah 2. Cukur rambut di sekitar daerah
luka jika perlu luka jika perlu
3. Bersihkan dengan cairan NaCl dan 3. Bersihkan dengan cairan NaCl
pemberisih nontoksik sesuai dan pemberisih nontoksik sesuai
kebutuhan kebutuhan
4. Bersihkan jaringan nekrotik 4. Agar jaringan nekrotik bersih
5. Berikan salep sesuai kulit jika 5. Berikan salep sesuai kulit jika
perlu perlu
6. Pasang balutan sesuai luka 6. Pasang balutan sesuai luka
7. Pertahankan teknik steril saat 7. Pertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka melakukan perawatan luka

28
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
8. Ganti nalutan sesuai eksudat dan 8. Anti nalutan sesuai eksudat dan
drainase drainase
9. Jadwalkan perubahan posisi setiap 9. Jadwalkan perubahan posisi
2 jam atau sesuai kondisi pasien setiap 2 jam atau sesuai kondisi
pasien
10. Berikan diet dengan kalori 30-35 10. Berikan diet dengan kalori 30-35
Kkal/KgBB/hari dengan protein Kkal/KgBB/hari dengan protein
1,25-1,5 g/KgBB/hari) 1,25-1,5 g/KgBB/hari)
11. Berikan suplemen vitamin dan 11. Berikan suplemen vitamin dan
mineral sesuai idikasi mineral sesuai idikasi
12. Berikan terapi TENS (stimulus 12. Berikan terapi TENS (stimulus
saraf trabskutaneous) jika perlu saraf trabskutaneous) jika perlu

Edukasi Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
1. Agar pasien mengetahui tanda
infeksi
2. Anjurkan mengonsumsi makanan 2. Agar pasien mengonsumsi
tinggi kalori dan protein makanan tinggi kalori dan protein
3. Ajarkan prosedur perawatan luka 3. Agar pasien dapat merawatan
secara mandiri luka secara mandiri

Kalaborasi Kalaborasi
1. Kalaborasi prosedur debridement 1. kalaborasi prosedur debridement
(Mis. Enzimatik, biogis,
mekanisme, autolitik) Jika perlu

29
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
2. Kalaborasi pemberian antibiotic 2. kalaborasi pemberian antibiotic
jika perlu jika perlu
3. Risiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan Intervensi Utama Intervensi Utama
VI. Pencegahan Infeksi (I.14539) VI. Pencegahan Infeksi (I.14539)
dibuktikan dengan keperawatan selama 3x24
Observasi Observasi
ketidakadekuatan jam diharapkan tingkat 1. Monitor tanda dan gejala infeksi 1. Agar mengetahui tanda dan gejala
lokal dan sistematik infeksi lokal dan sistematik
pertahan tubuh infeksi menurun dengan
primer (kerusakan kriteria hasil (L.08066) Terapeutik Terapeutik
1. Batasi jumlah pengunjung 1. Agar pasien merasa nyaman
integritas kulit) 1. Keluhan nyeri menurun
2. Berikan perawatan kulit pada area 2. Agar area edema cepat membaik
(D.0142) 2. Meringis menurun edema
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah 3. Agar kebersihan tetap terjaga dan
a. 3. Sikap protektif menurun kontak dengan pasien dan tidak terinfeksi jika ada virus
b. 4. Gelisah menurun lingkungan pasien menular
4. Pertahan kan teknik aseptic pada 4. Agar virus atau bakteri tidak
5. Kesulitan tidur menurun pasien beresiko tinggi menular pada perawat, dokter
serta keluarga
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 1. Agar pasien mengetahui tanda
dan gejala infeksi
2. Ajarakan car mencuci tangan 2. Agar pasien mencuci tangan
dengan benar dengan benar
3. Ajarkan etika batuk 3. Agar pasien bisa batuk efektif

30
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi 4. Agar pasien bisa memeriksa
luka atau luka oprasi kondisi luka atau luka oprasi
5. Ajarkan meningkatkan asupan 5. Agar pasien cepat sembuh
nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan 6. Agar pasien tidak dehidrasi
cairan

Kalaborasi Kalaborasi
1. Kalaborasi pemberian imunisasi 1. Untuk meningkatkan imunitas
jika perlu pasien

31
3.4 Implementasi Keperawatan
Waktu No Jam Tindakan Keperawatan dan Respon Pasien Paraf
Pelaksanaan DP

Senin, 17 Juli 07.00 Identifikasi lokasi, karakteristi, durasi, frekuensi, kualitas, itensi nyeri (Nama
2023 Respon pasien: pasien merasakan nyeri pada genitalia dengan skala 5, nyeri Pelaksana)
hilang timbul disebabkan karena robekan perineum 3 cm x 1 cm x 1 cm tidak
beraturan ruptur perineum derajat 2, terdapat 4 jahitan pada perineum, perineum
tampak edema. Tampak pembalut yang berisi darah merah segar hingga
keseluruh pakain bawah dan perlak yang dipakai klien.

07.10 Identifikasi skala nyeri


Respon pasien: pasien mengatakan nyeri seperti perasaan menusuk tetapi
nyeri hilang timbul, pasien merasakan nyeri saat melakukan gerakan yang
konstan dan terus menerus, skala nyeri 5

07.15 Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Respon pasien : pasien mengatakan bahwa ia lebih nyaman pada ruangan
dengan pencahayaan redup dan suhu yang rendah

07.25 Jelaskan penyebab, priode, dan pemicu nyeri


Respon pasien : Pasien mendengarkan penjelasan dari perawat dan mengerti

07.35 Jelaskan strategi meredakan nyeri


Respon pasien : pasien mendengarkan dengan seksama dan mengerti penjelasan
dari perawat

32
Waktu No Jam Tindakan Keperawatan dan Respon Pasien Paraf
Pelaksanaan DP

07.40 Anjurkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri


Respon pasien : pasien ingin mengunakan teknik nonfarmakolgi untuk
mengurangi rasa sakit

07.50 Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (mis. Hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain) dalam hal ini pasien di ajari
teknik nafas dalam
Respon pasien : pasien bisa mempraktikan kembali pengarahan dari perawat
cara teknik nafas dalam

07.50 Jelaskan tujuan dan prosedur latihan pernafasan


Respon pasien : pasien mendengarkan dengan seksama

08.10 Pasien mendengarkan dengan seksama


Respon pasien : Pasien mengerti dan melakukan anjuran perawat

14.00 Identifikasi penyebab ganguan intergitas kulit kulit (mis. Perubahan sirkulasi,
perubahan status nutrisi, penurunan kelembabpan, suhu lingkungan ekstrem,
penurunan mobilitas)
Raspon pasien : intergitas kulit pasien diakibatkan robekan perineum 3 cm x 1
cm x 1 cm tidak beraturan ruptur perineum derajat 2, terdapat 4 jahitan pada
perineum, perineum tampak edema.

33
Waktu No Jam Tindakan Keperawatan dan Respon Pasien Paraf
Pelaksanaan DP

14.10 Anjurkan minum air yang cukup


Respon pasien : pasien mengikuti anjuran dari perawat

14.12 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi


Respon pasien : pasien mengerti dan ingin mengikuti anjuran dari perawat

14.14 Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur


Respon pasien : pasien mengerti dan ingin mengikuti anjuran dari perawat

14.15 Anjurkan mandi dan mengunakan sabun secukupnya


Respon pasien : pasien mengerti dan ingin mengikuti anjuran dari perawat

14.16 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistematik


Respon pasien : pasien tampak mengalami edema di daerah perineum

14.20 Berikan perawatan kulit pada area edema


Respon pasien : Pasien mengeluh nyeri saat dilakukan perawatan pada area
edema

14.40 Jelaskan tanda dan gejala infeksi


Respon pasien : pasien tampak memerhatikan dengan seksama

14.50 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka oprasi


Respon pasien : pasien tampak memerhatikan dengan seksama

34
Waktu No Jam Tindakan Keperawatan dan Respon Pasien Paraf
Pelaksanaan DP

Selasa, 18 Juni 07.00 Identifikasi lokasi, karakteristi, durasi, frekuensi, kualitas, itensi nyeri
2023 Respon pasien: pasien merasakan nyeri pada genitalia dengan skala 5, nyeri
hilang timbul disebabkan karena robekan perineum 3 cm x 1 cm x 1 cm tidak
beraturan ruptur perineum derajat 2, terdapat 4 jahitan pada perineum, perineum
tampak edema. Tampak pembalut yang berisi darah merah segar hingga
keseluruh pakain bawah dan perlak yang dipakai klien.

07.10 Identifikasi skala nyeri


Respon pasien: pasien mengatakan nyeri seperti perasaan menusuk tetapi
nyeri hilang timbul, pasien merasakan nyeri saat melakukan gerakan yang
konstan dan terus menerus, skala nyeri 4

07.15 Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Respon pasien : pasien mengatakan bahwa ia lebih nyaman pada ruangan
dengan pencahayaan redup dan suhu yang rendah

07.25 Jelaskan penyebab, priode, dan pemicu nyeri


Respon pasien : Pasien mendengarkan penjelasan dari perawat dan mengerti

07.35 Jelaskan strategi meredakan nyeri


Respon pasien : pasien mendengarkan dengan seksama dan mengerti penjelasan
dari perawat

35
Waktu No Jam Tindakan Keperawatan dan Respon Pasien Paraf
Pelaksanaan DP

07.40 Anjurkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri


Respon pasien : pasien ingin mengunakan teknik nonfarmakolgi untuk
mengurangi rasa sakit

07.43 Batasi jumlah pengunjung


Respon pasien : Pasien nyaman saat tidak banyak orang disekitarnya

07.50 Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (mis. Hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain) dalam hal ini pasien di ajari
teknik nafas dalam
Respon pasien : pasien bisa mempraktikan kembali pengarahan dari perawat
cara teknik nafas dalam

07.50 Jelaskan tujuan dan prosedur latihan pernafasan


Respon pasien : pasien mendengarkan dengan seksama

08.10 Anjurkan mengulangi latihan 4-5 kali


Respon pasien : Pasien mengerti dan melakukan anjuran perawat

14.00 Identifikasi penyebab ganguan intergitas kulit kulit (mis. Perubahan sirkulasi,
perubahan status nutrisi, penurunan kelembabpan, suhu lingkungan ekstrem,
penurunan mobilitas)

36
Waktu No Jam Tindakan Keperawatan dan Respon Pasien Paraf
Pelaksanaan DP

Raspon pasien : intergitas kulit pasien diakibatkan robekan perineum 3 cm x 1


cm x 1 cm tidak beraturan ruptur perineum derajat 2, terdapat 4 jahitan pada
perineum, perineum tampak edema.

14.10 Anjurkan minum air yang cukup


Respon pasien : pasien mengikuti anjuran dari perawat

14.12 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi


Respon pasien : pasien mengerti dan ingin mengikuti anjuran dari perawat

14.14 Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur


Respon pasien : pasien mengerti dan ingin mengikuti anjuran dari perawat

14.15 Anjurkan mandi dan mengunakan sabun secukupnya


Respon pasien : pasien mengerti dan ingin mengikuti anjuran dari perawat

14.16 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistematik


Respon pasien : pasien tampak mengalami edema di daerah perineum

14.20 Berikan perawatan kulit pada area edema


Respon pasien : Pasien mengeluh nyeri saat dilakukan perawatan pada area
edema

14.40 Jelaskan tanda dan gejala infeksi


Respon pasien : pasien tampak memerhatikan dengan seksama

37
Waktu No Jam Tindakan Keperawatan dan Respon Pasien Paraf
Pelaksanaan DP

14.50 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka oprasi


Respon pasien : pasien tampak memerhatikan dengan seksama

Rabu, 19 Juni 1 07.00 Identifikasi lokasi, karakteristi, durasi, frekuensi, kualitas, itensi nyeri
2023 Respon pasien: pasien merasakan nyeri pada genitalia telah mulai hilang tapi
kadang masih terasa hilang timbul saat ibu melakukan gerakan tiba-tiba dengan
skala nyeri.

07.03 Batasi jumlah pengunjung


Respon pasien : pasien nyaman saat tidak banyak orang disekitar nya

07.05 Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (mis. Hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain) dalam hal ini pasien di ajari
teknik nafas dalam
Respon pasien : pasien bisa mempraktikan kembali pengarahan dari perawat
cara teknik nafas dalam

07.15 Anjurkan mengulangi latihan 4-5 kali


Respon pasien : Pasien mengerti dan melakukan anjuran perawat

07.25 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistematik


Respon pasien : pasien tampak mengalami edema di daerah perineum

38
Waktu No Jam Tindakan Keperawatan dan Respon Pasien Paraf
Pelaksanaan DP

07.40 Berikan perawatan kulit pada area edema


Respon pasien : Pasien mengeluh nyeri saat dilakukan perawatan pada area
edema

08.00 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka oprasi


Respon pasien : pasien mengerti dan mendengarkan dengan seksama

39
3.5 Evaluasi Keperawatan

Hari /
Jam Catatan Perkembangan
Tanggal
Hari ke 1 07.00 S:
Senin, 17 1. Pasien mengatakan mengalami nyeri seperti ditusuk-tusuk
Juli 2023 2. Pasien mengatakan nyeri hilang timbul
3. Pasien mengatakan nyeri pada daerah robekan genetalia
O:
1. Perineum tampak edema.
2. Terdapat 4 jahitan pada perineum.
3. Tampak pembalut yang berisi darah merah segar hingga
keseluruh pakain bawah dan perlak yang dipakai klien.
4. Robekan perineum 3 cm x 1 cm x 1 cm.
5. Robekan perineum tak beraturan.
6. Nadi : 96 x/ menit, denyut nadi cepat dan kuat
7. Tekanan Darah : 110/ 80 mmHg
8. Nadi : 20 x/ menit
9. Suhu : 36° C
10. Berat Badan setelah hamil : 65 kg
11. Berat Badan sebelum hamil : 53 kg
12. Tinggi Badan : 153 cm
13. Skala nyeri 5

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan
IV.1, IV.7, IV.8, IV.9, V.1, V.2, V.13, VI.1, VI.2, VI.13

14.00 S : Pasien mengatakan nyeri pada daerah robekan genetalia


O:
1. Pasien tampak meringis kesakitan
2. Perineum tampak edema.
3. Terdapat 4 jahitan pada perineum.
4. Tampak pembalut yang berisi darah merah segar hingga
keseluruh pakain bawah dan perlak yang dipakai klien.
5. Robekan perineum 3 cm x 1 cm x 1 cm.
6. Robekan perineum tak beraturan.
7. Nadi : 96 x/ menit, denyut nadi cepat dan kuat
8. Tekanan Darah : 110/ 80 mmHg
9. Nadi : 20 x/ menit
10. Suhu : 36° C
11. Berat Badan setelah hamil : 65 kg
12. Berat Badan sebelum hamil : 53 kg
13. Tinggi Badan : 153 cm
14. Skala nyeri 5

40
Hari /
Jam Catatan Perkembangan
Tanggal
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan :
I.1, I.2, I.8, I.9, I.11, I.12, I.13, II.1, III.1, III.2, III.3, III.4, III.5,
III.6, III.7 IV.1, IV.7, IV.8, IV.9, V.1, V.2, V.13, VI.1, VI.2, VI.13

Hari ke 2 07.00 S:
Selasa, 1. Pasien mengatakan mengalami nyeri seperti ditusuk-tusuk
17 Juli 2. Pasien mengatakan nyeri hilang timbul
2023 3. Pasien mengatakan nyeri pada daerah robekan genetalia
O:
1. Perineum tampak edema.
2. Terdapat 4 jahitan pada perineum.
3. Tampak pembalut yang berisi darah merah segar hingga
keseluruh pakain bawah dan perlak yang dipakai klien.
4. Robekan perineum 3 cm x 1 cm x 1 cm.
5. Robekan perineum tak beraturan.
6. Nadi : 96 x/ menit, denyut nadi cepat dan kuat
7. Tekanan Darah : 110/ 80 mmHg
8. Nadi : 20 x/ menit
9. Suhu : 36° C
10. Berat Badan setelah hamil : 65 kg
11. Berat Badan sebelum hamil : 53 kg
12. Tinggi Badan : 153 cm
13. Skala nyeri 4

A : Masalah belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan :
IV.1, IV.7, IV.8, IV.9, V.1, V.2, V.13, VI.1, VI.2, VI.13

14.00 S : Pasien mengatakan nyeri pada daerah robekan genetalia


O:
1. Pasien tampak meringis kesakitan
2. Perineum tampak edema.
3. Terdapat 4 jahitan pada perineum.
4. Tampak pembalut yang berisi darah merah segar hingga
keseluruh pakain bawah dan perlak yang dipakai klien.
5. Robekan perineum 3 cm x 1 cm x 1 cm.
6. Robekan perineum tak beraturan.
7. Nadi : 96 x/ menit, denyut nadi cepat dan kuat
8. Tekanan Darah : 110/ 80 mmHg
9. Nadi : 20 x/ menit
10. Suhu : 36° C

41
Hari /
Jam Catatan Perkembangan
Tanggal
11. Berat Badan setelah hamil : 65 kg
12. Berat Badan sebelum hamil : 53 kg
13. Tinggi Badan : 153 cm
14. Skala nyeri 4

A : Masalah teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan :
I.1, II.1, III.1, III.2, III.3, VI.1, VI.2, VI.13

Hari ke 3 07.00 S :
Selasa, 1. Pasien mengatakan nyeri pada daerah robekan genetalia
18 Juli 2. Pasien mengatakan nyeri hilang timbul namun nyeri bisa di
2023 toleransi
O:
1. Perineum tampak edema.
2. Terdapat 4 jahitan pada perineum.
3. Robekan perineum 3 cm x 1 cm x 1 cm
4. Robekan perineum tak beraturan.
5. Nadi : 75 x/ menit, denyut nadi normal.
6. Tekanan Darah : 110/ 80 mmHg
7. Nadi : 20 x/ menit
8. Suhu : 36 C
9. Berat Badan setelah hamil : 65 kg
10. Berat Badan sebelum hamil : 53 kg
11. Tinggi Badan : 153 cm
12. Skala nyeri 3

A : Masalah teratasi sebagian


P : Intervensi dilanjutkan di rumah
I.1, II.1, III.1, III.2, III.3, VI.1, VI.2, VI.13

42
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi
plasenta setelah bayi dan plasenta lahir. Perdarahan oleh karena atonia uteri dapat
dicegah dengan melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita
yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden pendarahan pasca persalinan
akibat atonia uteri. Pemberian misoprostol peroral 2 – 3 tablet (400 – 600 µg) segera
setelah bayi lahir.
Regangan rahim berlebihan karena gemeli, polihibramnion, atau anak terlalu
besar. Kelelahan karena persalinan lama atau persalina kasep. Kehamilan grande-
multipara. Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderita penyakit
menahun. Mioma uteri yang menggangu kontraksi rahim. Infeksi intrauterin
(korioamnionitis). Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya. Berdasarkan tabel
catatan perkembangan Ny.H dapat disimpulkan bahwa masalah keperawatan Antonia
uteri pada Ny.H sudah sudah teratasi sebagian pada 3 hari, dan intervensi dilanjutkan
di rumah.

3.2 Saran
Diharapkan perawat serta tenaga kesehatan lainnya mampu meminimalkan
faktor risiko dari atonia uteri demi mempertahankan dan meningkatkan status derajat
kesehatan ibu dan anak. Selain itu, mahasiswa dengan latar belakang medis sebagai
calon tenaga kesehatan mampu menguasai baik secara teori maupun skil untuk dapat
diterapkan pada masyarakat secara menyeluruh.

43
DAFTAR PUSTAKA

Majid Khan, Shazia et al. 2014. “Uterine Atony; Association of Low Serum Vitamin
D.” Professional Med J 21(6): 1117–21.

Nurhalizah, Faurisa Adelia. 2021. “Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Komprehensif


Pada Ny. R G4P3A0 Dengan Atonia Uteri di PMB Bidan I Kabupaten Karawang
tahun 2021.” Bab I: 1–16.

Penatalaksanaan, Bagaimana, dan Atonia Uteri. 2015. “Atonia Uteri : Pemeriksaan


Penunjang , Penatalaksanaan , Komplikasi , dan Prognosis.” : 1–5.

Rachman, Tahar. 2021. “Hubungan Preeklamsia Dengan Kejadian Perdarahan


Postpartum Di Rsud Panembahan Senopati Bantul Tahun 2019.” Angewandte
Chemie International Edition, 6(11), 951–952.: 10–27.

Saputri, L. 2020. “Atonia Uteri.” Repository Poltekkes Tjk (July): 1–23.

PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik (1st ed.). Jakarta : DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.

44
LAMPIRAN

45

Anda mungkin juga menyukai