”PROSES IMUNITAS”
DOSEN PENGAMPU:
Eva Susanti, S.Kep, Ns,M.Kep
Disusun Oleh:
Alin Rofiah
PO7120122059
Tingkat 1.B
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Makalah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat.
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap
semoga makalah tentang Proses Imunitas ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
2
ii
DAFTAR ISI
JUDUL............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................5
A. Definisi Sistem Imunitas..............................................................................5
B. Fungsi Sistem Imun......................................................................................5
C. Lapisan dalam Imunitas Tubuh.................................................................5
D. Macam-Macam Sistem Imunitas Tubuh...................................................5
E. Jenis-Jenis Sistem Imun...............................................................................8
F. Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh........................................................8
G. Respon Sistem Imun....................................................................................9
H. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Imunitas Tubuh...........................12
I. Difusi Sistem Imun........................................................................................13
J. Contoh Penyakit Akibat Ketidakseimbangan Sistem Imun.....................13
BAB III PENUTUP.......................................................................................................15
A. Kesimpulan...................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................16
iii
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung
mikroba pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit
infeksi pada manusia. Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks.
Oleh karena itu respon imun tubuh manusia terhadap berbagai macam
mikroba patogen juga berbeda. Umumnya gambaran biologic spesifik mikroba
menentukan mekanisme imun mana yang berperan untuk proteksi. Begitu juga respon
imun terhadap bakteri khususnya bakteri ekstraseluler atau bakteri intra seluler
mempunyai karakteriskik tertentu pula.
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi
matahari, dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah
tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita dilindungi oleh
system pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan cukup
lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negatif,
bagaimanapun, dapat menekan system pertahanan tubuh, system kekebalan tubuh, dan
mengakibatkan berbagai penyakit fatal.
Respon imun yang alamiah terutama melalui fagositosis oleh neutrofil,monosit
serta makrofag jaringan. Lipopoli sakarida dalam dinding bakteri Gram negative dapat
mangativasi komplemen jalur alternative tanpa adanya antibody. Kerusakan jaringan
yang terjaddi ini adalah akibat efek samping dari mekanisme pertahanan tubuh
untuk mengeliminasi bakteri. Sitokin juga merangsang demamdan sintesis protein.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Proses Imunitas?
C. Tujuan
1. Bagaimana Proses imunitas?
2. Mahasiswa mampu mendiskusikan proses imunitas?
3. Mahasiswa mampu memahami proses imunitas?
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Sistem
Imunitas
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi.Gabungan
sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadapinfeksi disebut
sistem imun. Reaksi yang dikoordinasi sel-sel, molekul-molekulterhadap mikroba dan
bahan lainnya disebut respons imun. Sistem imundiperlukan tubuh untuk
mempertahankan kebutuhannya terhadap bahaya yangdapat ditimbulkan berbagai
vahan dalam lingkungan hidup.
6
kali muncul akan segera dikenali dan terjadi sensitisasi sel-sel sistem imun tersebut.
Benda asing yang sama, bila terpajang ulang akan dikenal lebih cepat dan kemudian
dihancurkan.
1. Respon sistem imun spesifik lebih lambat karena dibutuhkan sensitisasi oleh
antigen namun memiliki perlindungan lebih baik terhadap antigen yang sama. Sistem
imun ini diperankan oleh Limfosit B dan Limfosit T yang berasal dari sel progenitor
limfoid.
Karakteristik : kemampuan merespon berbagai antigen,
membedakanantigen asing dengan antigen diri, merespon antigen yang
ditemukansebelumnya dengan memulai respon memori. Yang beperan dalam
Sistemimun Spesifik ini adalah Sel Limfosit. Sistem imun akan terbentuk jika
ada benda asing.
a. Imunitas Humoral (Humoral Immunity) Limfosit B atau sel B berperan dalam
sistem imun spesifik humoral yang akan menghasilkan antibodi. Antibodi dapat
ditemukan di serum darah, berasal dari sel B yang mengalami proliferasi dan
berdiferensiasi menjadi sel plasma. Fungsi utama antibodi sebagai pertahanan
terhadap infeksi ekstraselular, virus dan bakteri serta menetralisasi toksinnya. 1 Sel B
memiliki reseptor yang spesifik untuk tiap-tiap molekul antigen dan dapat dideteksi
melalui metode tertentu melalui marker seperti CD19,CD21 dan MHC II.
Limfosit B, terdiferensiasi menjadi :
a). Sel limfosit B memori : menyimpan mengingat antigenyang pernah masuk ke
dalam tubuh.
b). Sel limfosit plasma : sel pembentuk antibody
c). Sel limfosit B pembelah : menghasilkan sel limfosit Bdalam jumlah banyak dan
cepat.
Dilaksanakan oleh antibodi atau imunoglobin
Macam-macam Immuno globulin (lg)
a) Immuno globulin A/IgA : untuk mencegah masuknya bakteri/virus melalui
jaringan epithel (air liur, air mata, kolustrum &susu).
b) Immuno globulin D/IgD : untuk memicu deferensiasi jaringan limfosit B menjadi
sel plasma dan limfosit B memori.
c) Immuno globulin E/IgE : untuk merespon reaksi alergi. Hanya ditemukan pada
mammalia, dapat merespon cacing parasit.
d) Immuno globulin G/IgG : untuk menembus placenta membawakekebalan dari ibu
ke janin yaitu pada masa 20 minggu pertama.
e) Immuno globulin M/IgM : merupakan antibodi pertama yang menyerang antigen.
2. Imunitas Seluler (Celullar Immunity).
Limfosit T berperan pada sistem imun spesifik selular. Pada orang dewasa, sel
T dibentuk di sumsung tulang tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi di kelenjar
timus. Persentase sel T yang matang dan meninggalkan timus untuk ke sirkulasi
hanya 5-10%. Fungsi utama sistem imun spesifik selular adalah pertahanan terhadap
bakteri intraselular, virus, jamur, parasit dan keganasan. Sel T terdiri atas beberapa
7
subset dengan fungsi yang berbeda-beda yaitu sel Th 1, Th 2, Td th, CTL atau Tc,
Th3 atau Ts atau sel Tr. CD4+ merupakan penanda bagi sel T helper dan CD8
merupakan penanda dari CTL yang terdapat pada membran protein sel.
1. Limfosit T, terdiferensiasi menjadi :
a). Sel limfosit T sitotoksik/Killer T cells : menyerang seltubuh yang terinfeksi
patogen.
b). Sel limfosit T penolong/Helper T Cells : mengatursistem imun dan mengontrol
kualitas sistem imun.
c). Sel limfosit T supresor/Supressor T Cells : mengurangirespon imun jika infeksi
berhasil diatasi.
E. Jenis- jenis Sistem Imun
1. Aktifa
a. Dibentuk oleh tubuh karena adanya infeksi antigen
b. Macamnya :
a). Alami : bila terserang antigen.
b). Buatan : bila memasukkan antigen yang dilemahkan.
2. Pasifa.
a. Diperoleh dari luar tubuh
b. Macamnya :
a). Alami : bila bayi mendapatkan imunitas dari ibunya.
b). Buatan : bila menyuntikan serum, anti bisa, immune globin lainnya dari
darah orang yang telah kebal. Hanya bertahan beberapa minggu.
8
Sedangkan sel T merupakan tentara yang bias menghancurkan ketika sel B sudah
mengidentifikasi keberadaan mereka.
Jika terdapat antigen (benda asing yang masuk ke dalam tubuh) terdeteksi, maka
beberapa tipe sel bekerjasama untuk mencari tahu siapa mereka danmemberikan
respons. Sel-sel ini memicu limfosit B untuk memproduksi antibodi, suatu protein
khusus yang mengarahkan kepada suatu antigen spesifik. Anti bodi sendiri bisa
menetralisir toksin yang diproduksi dari berbagai macam organisme,dan juga antibodi
bisa mengaktivasi kelompok protein yang disebut komplemen yang merupakan
bagian dari sistem imun dan membantu menghancurkan bakteri,virus, ataupun sel
yang terinfeksi.
9
a) Peningkatan ekspresi MHC kelas I
b) Aktivasi sel NK dan makrofag
c) Menghambat replikasi virus.
Ada juga yang menyatakan bahwa IFN menghambat penetrasi virus ke dalam sel
maupun budding virus dari selyang terinfeksi. Seperti halnya pada infeksi dengan
mikro organisme lain, sel T-sito toksik selain bersifat protektif juga dapat merupakan
penyebab kerusakan jaringan, misalnya yang terlihat pada infeksi dengan
virus LCMV (LympocyteChoriomeningitis Virus) yang menginduksi inflamasi pada
selaput susunan saraf pusat.
2. Respon Imun terhadap Bakteria. Bakteri Ekstra seluler Respons imun terhadap
bakteri ekstra seluler bertujuan untuk menetralkan efek toksin dan mengeliminasi
bakteri. Respons imun alamiah terutama melalui fagositosis oleh neutrofil, monosit
serta makrofag jaringan. Lipopolisa karida dalam dinding bakteri Gram negatif dapat
mengaktivasi komplemen jalur alternatif tanpa adanya antibodi. Hasil aktivasi ini
adalah C3b yang mempunyai efek opsonisasi, lisis bakteri melalui serangan kompleks
membran dan respons inflamasi akibat pengumpulan serta aktivasi leukosit.
Endotoksin juga merangsang makrofag dan sel lain seperti endotel vaskular untuk
memproduksi sitokin seperti TNF, IL-1, IL-6 dan IL-8.Sitokin akan menginduksi
adesi neutrofil dan monosit pada endotel vaskular pada tempat infeksi, diikuti dengan
migrasi, aku mulasi lokal serta aktivasi selin flamasi. Kerusakan jaringan yang terjadi
adalah akibat efek samping mekanisme pertahanan untuk eliminasi bakteri. Sitokin
juga merangsang demam dan sintesis protein fase akut.
b. Bakteri Intraseluler
Bakteri intraseluler terbagi atas dua jenis, yaitu bakteri intra seluler fakultatif
dan obligat. Bakteri intraseluler fakultatif adalah bakteri yang mudah difagositosis
tetapi tidak dapat dihancurkan oleh sistem fagositosis. Bakteri intraseluler obligat
adalah bakteri yang hanya dapat hidup
dan berkembang biak di dalam sel hospes. Hal ini dapat terjadi karena bakteri tidak
dapat dijangkau oleh antibodi dalam sirkulasi, sehingga mekanisme respons imun
terhadap bakteri intraseluler juga berbeda dibandingkan dengan bakteri ekstraseluler.
Beberapa jenis bakteri seperti basil tuberkel dan
leprosi,dan organisme Listeria dan Brucella menghindari perlawanan sistem imun
dengan cara hidup intraseluler dalam makrofag, biasanya fagositmono nuklear,
karena sel tersebut mempunyai mobilitas tinggi dalam tubuh. Masuknya bakteri
dimulai dengan ambilan fagosit setelah bakteri mengalami opsonisasi. Namun setelah
di dalam makrofag, bakteri tersebut melakukan perubahan mekanisme pertahanan.
Bakteri intraseluler memiliki kemampuan mempertahankan diri melaluitiga
mekanisme, yaitu :
1
2) lipid mikobakterial seperti lipoarabinomanan menghalangi pembentukan ROI
(reactive oxygen intermediate) seperti anion superoksida,radikal hidroksil dan
hidrogen peroksida dan terjadinya respiratory burst,
3) Menghindari perangkap fagosom dengan menggunakan lisin sehingga
tetaphidup bebas dalam sitoplasma makrofag dan terbebas dari
proses pemusnahan selanjutnya
3. Respon Imun terhadap Parasit
Bila tubuh kemasukkan parasit, baik itu golongan protozoa maupun metozoa,
maka infeksi dengan parasit tersebut akan berlanjut menimbulkan penyakit dengan
berbagai macam simtom. Keluhan-keluhan obyektif maupun kelainan klinik yang
ditimbulkan tergantung dari pada lokalisasi parasit,selama dan sesudah
perkembangan siklusnya. Setelah respon imun di dalam tubuh hospes dapat
dibangkitkan, maka akan timbul reaksi antara komponen-komponen efektor imunitas
dengan komponen-komponen
antigen parasit dengan maksud hendak mengenyahkannya. Namun para ahli telah ber
hasil menemukan bukti-bukti, bahwa kelainan-kelainan yang ditimbulkan karena
infeksi dengan parasit ini, seperti splenomegali, hepatomegali,glumerulunefritis,
proses peradangan kronik, kerusakan jaringan yang lanjut serta berbagai reaksi
hipersensitivitas, bukanlah ulah parasit itu sendiri melainkan akibat mekanisme
imunologik tubuh. Kerusakan jaringan akibat proses imunologik telah lama diketahui,
dan Coombs dan Gell (26) telah mengklasifikasikannya ke dalam empat tipe,yaitu :
a. Reaksi Tipe I atau Reaksi Tipe Anafilaktik
b. Reaksi Tipe II atau Reaksi Tipe Sitotoksik
c. Reaksi Tipe III atau Reaksi Tipe Kompleks-toksikd.
Reaksi Tipe IV atau Reaksi Seluler.Reaksi tipe I hingga III adalah reaksi yang
dibawakan oleh imunitas humoral sedangkan reaksi Tipe IV oleh imunitas seluler.
1
a.Penderita penyakit metabolik/ pengobatan
b.Rentan terhadap infeksi
4. Stres
Stres dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh karena melepas hormon
seperti neuro-endokrin, glukokortikoid dan katekolamin. Stres bahkan bisa
berdampak buruk pada produksi antibody.
5. Lingkungan dan nutrisi
mudah infeksi karena:
a. Eksposur
b. Berkurang daya tahan karena malnutrisi
6. Anatomis: pertahanan terhadap invasi : kulit, mukosa
7. Hormone
Pada saat sebelum masa reproduksi, sistem imun lelaki dan perempuan adalah
sama, tetapi ketika sudah memasuki masa reproduksi, sistem imunan tara keduanya
sangatlah berbeda. Hal ini disebabkan mulai adanya beberapa hormone
yang muncul. Pada wanita telah diproduksi hormone estrogen yang mempengaruhi
sintesis IgG dan IgA menjadi lebih banyak(meningkat). Dan peningkatan produksi
IgG dan IgA menyebabkan wanita lebih kebal terhadap infeksi. Sedangkan pada pria
telah diproduksi hormoneandrogen yang bersifat imunosupresan sehingga
memperkecil resiko penyakit autoimun tetapi tidak membuat lebih kebal terhadap
infeksi.Oleh karenanya, wanita lebih banyak terserang penyakit autoimun dan pria
lebih sering terinfeksi.
8. Olahraga berlebihan
Olahraga berlebihan bisa membakar lebih banyak oksigen dalam
tubuh.Pembakaran yang berlebihan menghasilkan radikal bebas yang menyerang sel
sistem kekebalan tubuh dan menurunkan jumlahnya.
9. Tidur
Studi yang dilakukan oleh Michael Irwin dari Universitas California
menunjukkan bahwa kurang tidur menyebabkan perubahan dalam jaringan sitokin.
10. Fisiologis
a. cairan lambung
b. silia trakt.respon
c. aliran urin
d. sekresi kulit bersifat bakteriside, enzimf, antibody.
11. Mikrobial
1
2. Autoimun : hilangnya toleransi terhadap sistem imun diri sendiri. Misalnya
diabetes melitus (menyerang sel beta pad pankreas), Addison disease (menyerang
kelenjar adrenalin), lupus eritemateus (menganggap jaringan sebagai antigen),
myasthenia gravis (menyerang sel otot lurik)
3. Defisiensi imun: berkurangnya respon sistem imun. Penyebabnya :
obesitas, pengguna alkohol, narkoba, kekurangan nutrisi
4. Defisiensi imun dapatan : chronic granulomatous disease yaitu kemampuan fagosit
berkurang. Akibat dari penyakit AIDS atau beberapa tipe kanker
1
antigen atau menghancurkannya. Akhirnya Limfosit T segera memicu pembengkakan
pada jaringan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1
DAFTAR PUSTAKA
Baratawidjaja, Karnen Garna dan Renggani Iris. 2010. Imunolog Dasar Edisi ke Sembilan.
Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran.
Munasir, Zakiudin. 2001. Respons Imun terhadap Bakteri. Sari Pediatri,Vol. 2, No. 4,
Maret 2001. Diambil dari:http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/2-4-4.pdf (31 Januari 2019).