Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH IMUNOLOGI

ANTIGEN dan ANTIBODI


Dosen Pembimbing : Dr. dr. Ibrahim Edy Sapada,. M.kes

Disusun Oleh:
Nama : Yusmelinda
Nim : 51704049
Semester : VI A

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SITI KHADIJAH


PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Imunologi
dengan judul “Antigen dan Antibody”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Demikian, semoga laporan ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Palembang, April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pengetian Antigen dan Antibodi...............................................................3
2.2 Klasifikasi Antigen....................................................................................3
2.3 Struktur dan Kelas-Kelas Antibodi...........................................................6
2.4 Karakteristik dan Sifat-Sifat Antigen......................................................8
2.5 Mekanisme Masuknya Antigen Dalam Tubuh Serta Mekanisme Sistem
Kerjanya Imunitas..............................................................................................10
2.6 Manfaat Pengetahuan Mengenai Antigen Dalam Bidang Kesehatan13
2.7 Sistem Pertahanan Antibodi....................................................................15
BAB III PENUTUP..............................................................................................22
3.1 Kesimpulan..............................................................................................22
3.2 Saran........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia memiliki sistem pertahanan tubuh yang berperan untuk
melindungi dirinya dari serangan agen-agen penyebab penyakit. Sistem ini
disebut sebagai sistem kekebalan tubuh atau sistem imun. Sistem kekebalan
merupakan suatu jaringan yang melibatkan banyak molekul dan sel dengan
satu tujuan untuk membedakan antara unsur dirinya sendiri dan unsur asing.
Fungsi utamanya adalah melindungi manusia terhadap mikroorganisme
(virus, bakteri dan parasit) (Stryer, 2000).

Sistem imun merupakan suatu sistem dalam tubuh yang terdiri


dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama
secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti
kuman-kuman penyakit ataupun racun yang masuk ke dalam tubuh
yang disebut antigen.

Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul


kecil yang bisa masuk ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi
antigen bila dia melekat pada protein tubuh kita. Substansi kecil yang bisa
berubah menjadi antigen tersebut dikenal dengan istilah hapten. Substansi-
substansi tersebut lolos dari barier respon non spesifik (eksternal maupun
internal), kemudian substansi tersebut masuk dan berikatan dengan sel
limfosit B yang akan mensintesis pembentukan antibodi. Contoh hapten
diantaranya adalah toksin poison ivy, berbagai macam obat (seperti
penisilin), dan zat kimia lainnya yang dapat membawa efek alergik.

Salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap


masuknya antigen adalah dengan cara meniadakan antigen tersebut, secara
non spesifik yaitu dengan cara fagositosis. Dalam hal ini, tubuh memiliki

1
sel-sel fagosit yang termasuk ke dalam 2 kelompok sel, yaitu kelompok sel
agranulosit. Kelompok sel agranulosit adalah monosit dan makrofag,
sedangkan yang termasuk kelompok sel granulosit adalah neutrofil, basofil,
eosinofil yang tergolong ke dalam sel PMN (polymorphomuclear). Respon
imun spesifik bergantung pada adanya pemaparan benda asing dan
pengenalan selanjutnya, kemudian reaksi terhadap antigen tersebut. Sel
yang memegang peran penting dalam sistem imun spesifik adalah limfosit.
Limfosit berfungsi mengatur dan bekerja sama dengan sel-sel lain dalam
sistem fagosit makrofag untuk menimbulkan respon immunologik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud antigen dan antibodi?
2. Apa saja klasifikasi antigen?
3. Bagaimana struktur dan kelas-kelas antibodi?
4. Bagaimana karakteristik serta sifat-sifat dari antigen?
5. Bagaimana mekanisme masuknya antigen dalam tubuh serta
mekanisme sistem kerjanya immunitas?
6. Bagaimana pemanfaatan pengetahuan mengenai antigen dalam
bidang kesehatan?
7. Bagaimana sistem pertahanan antibodi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian antigen dan antibodi.
2. Mengetahui klasifikasi antigen.
3. Mengetahui struktur dan kelas-kelas antibodi.
4. Mengetahui karakteristik serta sifat-sifat dari antigen.
5. Mengetahui mekanisme masuknya antigen dalam tubuh serta
mekanisme sistem kerjanya imunitas.
6. Mengetahui pemanfaatan pengetahuan mengenai antigen dalam
bidang kesehatan.
7. sistem pertahanan antibodi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengetian Antigen dan Antibodi

Antigen biasanya adalah suatu zat asing terhadap inang yang


mula-mula dihadapi oleh faktor-faktor alamiah diikuti oleh
pengaktifan HI atau CMI. Zat ini terikat pada reseptor permukaan
antigen spesifik koloni sel-sel-T atau sel-sel-B. (Julius, 2011)

Antigen ditemukan dipermukaan seluruh sel, tetapi dalam


keadaan normal, sistem kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap
sel-selnya sendiri. Sehingga dapat dikatakan antigen merupakan
sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun, terutama dalam
produksi antibodi. Antigen biasanya protein atau polisakarida, tetapi
dapat juga berupa molekul lainnya. Permukaan bakteri mengandung
banyak protein dan polisakarida yang bersifat antigen, sehingga
antigen bisa merupakan bakteri, virus, protein, karbohidrat, sel-sel
kanker, dan racun.

Secara fungsional antigen terbagi menjadi tiga yaitu imunogen,


hapten dan superantigen (supermitogen).

Antibodi (immunoglobulin) adalah protein yang di sintesis oleh hewan


atau manusia sebagai respon terhadap substansi asing (antigen). Antibodi
ini disekresi oleh sel plasma yaitu sel yang diturunka dari sel limfosit B

3
(sel B). Protein yang larut ini merupakan elemen pengenalan pada respon
kekebalan humoral. Tiap antibodi mempunyai afinitas spesifik terhadap
materi asing yang memicu sintesis antibodi itu. (Styer, 2000)

2.2 Klasifikasi Antigen


A. Klasifikasi Antigen
1. Pembagian antigen menurut epitop :
a. Unideterminan, univalen : hanya satu jenis determinan/epitop
pada satu molekul.
b. Unideterminan, multivalen : hanya satu jenis determinan
tetapi dua atau lebih determinan tersebut pada satu
molekul.
c. Multideterminan, univalen : banyak epitop yang bermacam-
macam tetapi hanya satu dari setiap macamnya (kebanyakan
protein).
d. Multideterminan, multivalen : banyak macam determinan
dan banyak dari setiap macam pada satu molekul.
2. Pembagian antigen menurut spesitisitas :
a. Heteroantinogen, yang dimiliki oleh banyak spesies
b. Xenoantinogen, yang hanya dimiliki oleh banyak spesies
tertentu.
c. Aloantinogen, yang spesifik untuk individu dalam satu
spesies
d. Antigen organ spesifik, yang hanya dimiliki organ tertentu.
e. Autoantigen, yang dimiliki alat tubuh sendiri
3. Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T :
a. T dependen, yang memerlukan pengenalan sel T terlebih
dahulu untuk dapat menimbulkan respon antibodi.
b. T independen, yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan
sel T untuk membentuk antibodi.
4. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi :
a. Hidrat arang (polisakarida)

4
b. Lipid
c. Asam Nukleat
5. Protein Cara masuk dalam tubuh :
a. Parental : Melalui pembuluh darah (jarum suntik)
b. Oral : Makanan
c. Kontak Mukosa : Berhubungan badan
d. Kontak Kulit
6. Produk Bakteri :
a. Toksin
b. Virus
c. Parasit
d. Obat dengan BM meningkat (ex. Insulin, penicillin, dll)
B. Contoh Antigen
1. Bakteri
Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan
lebih tersebar luas dibandingkan makhluk hidup yang lain. Bakteri
memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan
dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang
menguntungkan tetapi ada juga yang meerugikan. Bakteri adalah
organisme uniseluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki
klorofil dan berukuran renik.
2. Virus
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel
organisme biologis. Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-
partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota. Virus bersifat parasit
obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat
bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan
memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki
perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri.
3. Sel darah yang asing

5
Sel darah yang asing dapat diperoleh dari pendonoran darah.
Transfusi darah merupakan jenis transplantasi yang paling sering
dilakukan. Dan apabila darah yang masuk ke dalam tubuh resipien
tidak kompatibel maka tubuh akan mengenalinya sebagai antigen.
4. Sel-sel dari transplantasi organ
Transplantasi adalah pemindahan sel, jaringan maupun organ hidup
dari seseorang kepada orang lain dengan tujuan mengembalikan
fungsi yang telah hilang. Namun sel-sel tersebut dapat menjadi
antigen ketika sel tidak cocok dengan tubuh resipien.
5. Toksin
Toksin adalah segala bentuk zat yang memiliki efek destruktif
bagi fungsi sel dan struktur sel tubuh. Beberapa jenis toksin
bersifat fatal, dan beberapa jenis lain bersifat lebih ringan.

2.3 Struktur dan Kelas-Kelas Antibodi


A. Struktur Antibodi
Antibodi terdiri dari unit efektor dan unit pengikatan yang berbeda.
Dalam suatu penelitian mengenai Imunoglobulin G yang merupakan
antibodi utama dalam serum dipecah menjadi fragmen-fragmen yang
tetap mempunyai. Pada tahun 1959 Rodney Porter menunjukkan
bahwa immunoglobulin G dapat dipecah menjadi tiga fragmen aktif
yaitu 2 Fab dan 1 Fc. Dua diantara fragmen di atas mengikat antigen.
Keduanya disebut Fab (F untuk fragmen dan ab singkatan untuk
pengikatan antigen atau “antigen binding”). Tiap Fab mengandung satu
situs pengikatan untuk antigen. Fragmen I lainnya yaitu Fc yang tidak
mengikat antigen tetapi dapat berfungsi sebagai efektor.
Selanjutnya, pada struktur antibodi terdapat dua rantai ringan
(light chain) dan dua rantai berat (heavy chain). Tiap rantai L
(ringan) terikat pada rantai berat (H) dengan suatu ikatan disulfida dan
ratai H saling berikatan dengan paling sedikit satu ikatan disulfida.
Panjang rantai H yang mengandung 446 residu asam amino, kira-kira
dua kali panjang rantai L. Analisis menunjukkan bahwa semua

6
perbedaan urutan asam amino terdapat pada 108 residu di ujung amino
terminal. Jadi rantai panjang, seperti juga rantai pendek, terdiri dari
bagian yang variabel dan bagian yang konstan. Bagian variabel pada
rantai panjang mempunyai panjang yang sama dengan yang di rantai
pendek, sedang bagian yang konstan kira-kira tiga kali panjang bagian
konstan pada rantai pendek (Stryer, 2000). Struktur antibodi dapat
digambarkan sebagai berikut:

7
B. Kelas-Kelas Antibodi

Pada sel B tertentu, antibodi-antibodi yang dihasilkan berbeda dari


reseptor sel B hanya dalam wilayah konstan (C) dari rantai berat.
Sebagai ganti dari wilayah transmembrane dan ekor sitoplasmik,
rantai berat mengandung sekuens-sekuens yang menentukan tempat
antibodi didistribusikan dan bagaimana antibodi tersebut
memerantarai pembuangan antigen. Kelima tipe utama wilayah C
rantai berat menentukan lima kelas utama antibodi. (Campbel, 2010).
Rantai panjang pada immunoglobulin G disebut rantai γ, sedangkan
pada immunoglobulin A,M,D dan E disebut α, μ, δ, dan δ berurutan
(Styer,2000). Berikut gambaran ke lima kelas antibodi :

8
2.4 Karakteristik dan Sifat-Sifat Antigen
A. Karakteristik Antigen
Karakteristik antigen meliputi bentuk, ukuran, rigiditas, lokasi
determinan dan struktur tersier.
1. Ukuran, antigen lengkap (imunogen) biasanya mempunyai berat
molekul yang besar. Tetapi molekul kecil dapat bergabung
dengan protein inang sehingga dapat bersifat imunogen dengan
membentuk kompleks kecil (hapten) dan protein inang (carrier).
2. Bentuk, bentuk determinan sangat penting sebagai komponen
utama, seperti DNP dalam DNP-L-lisin yang memberi bentuk
molekul yang tidak dapat ditemukan dalam homolog primer.

9
3. Rigiditas, Gelatin yang mempunyai berat molekul yang sangat
besar, hampir semuanya non imunogenik. Kespesifitasnya dari
produksi antigen secara langsung diangkut ke gelatin.
4. Lokasi determinan, bagian protein yang terdenaturasi
mengindikasikan determinan antigen yang penting yang dapat
dimasukkan oleh molekul besar.
5. Struktur tersier, struktur tersier dari protein penting dalam
mendeterminasi kespesifikasn dari respon suatu antibodi. Produksi
antibodi rantai A dari insulin tidak bereaksi dengan molekul
alami. Reduksi dan reoksidasi dari ribonuklease di bawah kondisi
kontrol diproduksi dari campuran molekul protein yang berbeda
hanya dalam struktur tiga dimensi. Jika katabolisme terjadi,
struktur tersier dari imunogen akan dihancurkan.
B. Sifat- Sifat Antigen
Antigen memiliki beberapa sifat-sifat yang khas sebagai berikut :
1. Keasingan
Kebutuhan utama dan pertama suatu molekul untuk memenuhi
syarat sebagai imunogen adalah bahwa zat tersebut secara
genetik asing terhadap hospes.
2. Sifat-sifat Fisik
Agar suatu zat dapat menjadi imunogen, ia harus mempunyai
ukuran minimum tertentu, yaitu mempunyai berat molekul
>40.000 dalton, respon terhadap hospes minimal, umumnya
berupa protein asing, alergen bersifat stabil (tahan bila
dipanaskan, sukar dipecahkan), mampu merangsang terbentuknya
AB serta antigen poten alamiahnya berupa makromolekul dan
kompleks polisakarida, serta fungsi zat tersebut sebagai hapten
sesudah bergabung dengan protein-protein jaringan.
Hapten dapat merangsang terjadinya respon imun yang kuat jika
bergabung proten pembawa dengan ukuran sesuai.
3. Kompleksitas

10
Faktor-faktor yang mempengaruhi kompleksitas imunogen
meliputi sifat fisik dan kimia molekul.
4. Bentuk-bentuk (Conformation)
Tidak adanya bentuk dari molekul tertentu yang imunogen.
Polipeptid linear atau bercabang, karbohidrat linear atau
bercabang, serta protein globular, semuanya mampu merangsang
terjadinya respon imun.
5. Muatan (Charge)
Imunogenitas tidak terbatas pada molekuler tertentu, zat-zat yang
bermuatan positif, negatif, dan netral dapat imunogen. Namun
demikian imunogen tanpa muatan akan memunculkan antibodi
yang tanpa kekuatan.
6. Kemampuan Masuk
Kemampuan masuk suatu kelompok determinan pada sistem
pengenalan akan menentukan hasil respon imun.

2.5 Mekanisme Masuknya Antigen Dalam Tubuh Serta Mekanisme


Sistem Kerjanya Imunitas
A. Mekanisme masuknya antigen dalam tubuh

Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi


bermolekul kecil yang bisa masuk ke dalam tubuh. Substansi kecil
tersebut bisa menjadi antigen bila dia melekat pada protein tubuh
kita. Substansi kecil yang bisa berubah menjadi antigen tersebut
dikenal dengan istilah hapten. Substansi-substansi tersebut lolos
dari barier respon non spesifik (eksternal maupun internal),
kemudian substansi tersebut masuk dan berikatan dengan sel
limfosit B yang akan mensintesis pembentukan antibodi. Contoh
hapten diantaranya adalah toksin poison ivy, berbagai macam
obat (seperti penisilin), dan zat kimia lainya yang dapat membawa
efek alergik.

11
Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan
reseptor sel limfosit B. Pengikatan tersebut menyebabkan sel
limfosit B berdiferensiasi menjadi sel plasma. Sel plasma kemudian
akan membentuk antibodi yang mampu berikatan dengan antigen
yang merangsang pembentukan antibodi itu sendiri. Tempat
melekatnya antibodi pada antigen disebut epitop, sedangkan tempat
melekatnya antigen pada antibodi disebut variabel.

Secara garis besar, interaksi antigen-antibodi adalah seperti berikut:

 Antigen/hapten masuk ke tubuh melalui makanan, minuman, udara,


injeksi, atau kontak langsung.
 Antigen berikatan dengan antibody.
 Histamine keluar dari sel mast dan basofil.
 Timbul manifestasi alergi.

Terdapat berbagai kategori Interaksi antigen-antibodi, kategori


tersebut antara lain:

1. Primer

Interaksi tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya


antigen dengan antibodi pada situs identik yang kecil, bernama
epitop.

2. Sekunder
Interaksi tingkat sekunder terdiri atas beberapa jenis interaksi, di
antaranya:
a. Netralisasi
Adalah jika antibodi secara fisik dapat menghalangi sebagian

12
antigen menimbulkan effect yang merugikan. Contohnya adalah
dengan mengikat toksin bakteri, antibody mencegah zat kimia
ini berinteraksi dengan sel yang rentan.
b. Aglutinasi
Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau
transfusi darah yang tidak cocok berikatan bersama-sama
membentuk gumpalan.
c. Presipitasi
Adalah jika komplek antigen-antibodi yang terbentuk berukuran
terlalu besar, sehingga tidak dapat bertahan untuk terus berada
di larutan dan akhirnya mengendap.
d. Fagositosis
Adalah jika bagian ekor antibodi yang berikatan dengan antigen
mampu mengikat reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga
memudahkan fagositosis korban yang mengandung antigen
tersebut.
e. Sitotoksis
Adalah saat pengikatan antibodi ke antigen juga menginduksi
serangan sel pembawa antigen oleh killer cell (sel K). Sel K
serupa dengan natural killer cell kecuali bahwa sel K
mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh antibodi sebelum dapat
dihancurkan melalui proses lisis membran plasmanya.
f. Tersier
Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologik
dari interaksi antigen-antibodi yang dapat berguna atau merusak
bagi penderitanya. Pengaruh menguntungkan antara lain:
aglutinasi bakteri, lisis bakteri, immnunitas mikroba,dan lain-
lain. Sedangkan pengaruh merusak antara lain: edema, reaksi
sitolitik berat, dan defisiensi yang menyebabkan kerentanan
terhadap infeksi.
B. Mekanisme sistem kerjanya imunitas

13
Hewan terus menerus diserang oleh patoghen, agen-agen
penginfeksi yang menyebabkan penyakit. Bagi pathogen, tubuh hewan
adalah habitat yang nyaris ideal, karena menawarkan sumber nutrient
yang siap digunakan., tempat yang terlindung untuk pertumbuhan dan
reproduksi serta transport ke inang dan lingkungan baru. Dalam
sebagian besar, patoghen itu berupa virus, bakteri, protista, dan fungi.
Menginfeksi berbagai jenis hewan termasuk manusia. Sebagai
respons, hewan menyerang kembali patoghen dalam berbagai cara.
Sel-sel kekebalan khusus menjaga cairan-cairan tubuh, mencari, dan
mengahancurkan sel-sel asing. Bentuk pertahanan tubuh pada hewan
dan manusia disebut dengan system kekebalan (immune system).

2.6 Manfaat Pengetahuan Mengenai Antigen Dalam Bidang


Kesehatan

Pengetahuan tentang antigen, imunogenitas, imunogen, dan epitop


sangat penting dalam aplikasi klinik, khususnya untuk imunisasi
dengan tujuan pencegahan terhadap penyakit-penyakit infeksi tertentu.

Pengetahuan mengenai antigen juga dimanfaatkan untuk membuat


vaksin.

1. Vaksin Bakteri
a. Diphteria, Pertussis dan Tetanus (DPT)
DPT merupakan vaksin polivalen yang mengandung toksoid dari
Corynebacterium diphteriae dan Closteridium tetani dengan
dibubuhi bakteri Bordetella pertussis (penyebab batuk rejang)
yang telah dimatikan. Toksoid adalah toksin yang telah
dihilangkan toksisitasnya, tetapi masih bersifat sebagai
imunogen.
b. Haemophilus influenzae tibe b (Hib)

14
Vaksin ini terdiri atas polisakarida berasal dari Haemophilus
influenzae tipe b yang dikonjugasikan dengan toksoid atau
protein membran luar dari meningocococcus yang digunakan
untuk mencegah meningitis (radang selaput otak) oleh
Haemophilus influenzae. Tetapi karbohidrat yang dimurnikan
tersebut kurang imunogenik pada anak-anak berumur dibawah 2
tahun. Polisakarida tersebut hanya akan memiliki imunogenisitas
jika secara kimiawi dikaitkan dengan molekul protein sebagai
carrier.
c. Neiseria meniitis
Vaksin ini digunakan untuk mencegah penyakit meningitis. Vaksin
ini terdiri atas karbohidrat yang berasal dari kapsul meningococcus
dari galur A, C, Y dan W-135.
d. Polisakharida pneumococcus
Vaksin ini dipersiapkan dari kapsul polisakharida dari 23 tipe
antigenik Streptococcus pmeumoniae. Vaksin ini akan dilindungi
terhadap 90 % galur pneumococcus yang menyerang manusia.
e. Baccili Calmette-Guerin (BCG)
Vaksin ini mengandung bakteri hidup yang telah dilemahkan dari
galur Mycobacterium bovis yang digunakan untuk melindungi
terhadap infeksi tbc manusia.
1. Vaksin virus
a. Rubella
Vaksin rubella mengandung virus hidup yang telah dilemahkan
yang dibiakkan dalam jaringan hewan atau sel-sel diploid
manusia.
b. Virus influenza
Mengandung virus influenza tipe A dan B secara utuh yang
dibiakkan dalam embrio ayam dan dinonaktifkan dengan
formalin.
c. Poliomyelitis

15
Vaksin terhadap poliomyelitis tersedia dalam 2 bentuk.
 Vaksin salk (inactivated polio vaccine = IPV) diperoleh dari
virus yang dibiakkan dalam jaringan (ginjal kera) kemudian
dinonaktifkan dengan formalin atau sinar UVIOL.
Pemberian vaksin melalui suntikan.
 Vaksin Sabin atau OPV (Oral polio vaccine) dipersiapkan
dari virus yang ditumbuhkan dalam jaringan (ginjal kera).
Pemberian vaksin dengan cara tetesan melalui mulut.
d. Hepatitis B
Vaksin hepatitis B terdiri dari partikel antigen permukaan virus
hepatitis B (HbsAg) yang diperoleh dari plasma manusia
penyandang carrier.
e. Varicella
Vaksin varicella digunakan untuk mencegah terhadap infeksi
cacar air.
f. Hepatitis A
Vaksin yang mengandung virus hepatitis A yang
dinonaktifkan.
g. Rabies
Vaksin rabies tersedia dalam dua bentuk :
a) Virus rabies yang telah dimatikan untuk vaksinisasi
manusia
 Virus yang dibiakkan dalam sel embrio itik
 Virus yang ditumbuhkan dalam sel-sel diploid manusia,
lebih aman daripada vaksin pertama.
b) Virus rabies hidup yang dilemahkan untuk vaksinisasi
hewan piaraan.

2.7 Sistem Pertahanan Antibodi


Sistem pertahanan spesifik merupakan sistem pertahanan tubuh yang
memliki kemampuan untuk mengenali benda asing oleh tubuh. Sistem

16
imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenali benda yang
dianggap asing. Benda asing yang pertama kali muncul akan segera
dikenali dan terjadi sensitisasi sel-sel sistem imun tersebut. System
pertahanan spesifik seringkali mampu memberikan perlindungan yang
kuat. System ini hanya daoat mengenali benda yang sudah pernah masuk
ke dalam tubuh sebelumnya. Oleh karena itu disebut sistem pertahanan
spesifik. Sistem pertahanan ini sangat efektif dalam memberantas infeksi
serta mengingat agen infeksi tertentu sehingga dapat mencegah terjadinya
penyakit di kemudian hari. Sistem imun spesifik terdiri atas sistem
humoral dan sistem seluler. Respon imun spesifik terdiri dari respon imun
seluler (cell-mediated immunity) dan respon imun humoral. Perbedaan
kedua respon imun tersebut terletak pada molekul yang berperan dalam
melawan agen infektif, namun tujuan utamanya sama yaitu untuk
menghilangkan antigen (Coico, 2003 :75). Respon imun seluler diperlukan
untuk melawan mikroba yang berada di dalam sel (intraseluler) seperti
virus dan bakteri. Respon ini dimediasi oleh limfosit T (sel T) dan
berperan mendukung penghancuran mikroba yang berada di dalam fagosit
dan membunuh sel yang terinfeksi. Beberapa sel T juga berkontribusi
dalam eradikasi mikroba ekstraseluler dengan merekrut leukosit yang
menghancurkan patogen dan membantu sel B membuat antibodi yang
efektif (Abbas et al., 2005: 89).

Sistem pertahanan spesifik merupakan sistem pertahanan tubuh yang


memiliki kemampuan untuk mengenali benda asing oleh tubuh. Sistem
imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenali benda yang
dianggap asing. Benda asing yang pertama kali muncul akan segera
dikenali dan terjadi sensitisasi sel-sel sistem imun tersebut. System
pertahanan spesifik seringkali mampu memberikan perlindungan yang
kuat. Sistem ini hanya dapat mengenali benda yang sudah pernah masuk
ke dalam tubuh sebelumnya (Nurcahyo 2013 : 25). Oleh karena itu disebut
sistem pertahanan spesifik. Respon sistem imun spesifik lebih lambat

17
karena dibutuhkan sensitisasi oleh antigen namun memiliki perlindungan
lebih baik terhadap antigen yang sama. Sistem imun ini diperankan oleh
Limfosit B dan Limfosit T yang berasal dari sel progenitor limfoid.

Sistem pertahanan spesifik disebut pula dengan sistem imun yang


didapat (adaptive immunity), dimana sel-sel imun yang berperan penting
adalah sel limfosit B dan limfosit T. Substansi yang dapat merangsang
respon imun spesifik disebut dengan antigen. Sedangkan respon tubuh
terhadap masuknya antigen tersebut adalah dengan pembentukan antibodi.
Antibodi adalah suatu protein yang dihasilkan oleh sel limfosit B sebagai
respon terhadap adanya antigen. Antibodi bersifat spesifik terhadap jenis
tertentu dari suatu antigen. Sistem pertahanan spesifik dibagi menjadi dua
yaitu sistem pertahanan humoral dan selular.

1. Sistem pertahanan humoral


Imunitas humoral adalah sistem yang diperankan oleh sel limfosit
B dengan atau tanpa bantuan sel imun kompeten lainnya. Di dalam
imunitas humoral yang berperan adalah limfosit B atau lebih dikenal
dengan sel B. fungsi utamanya adalah mempertahankan tubuh terhadap
reaksi bakteri, virus, dan melakukan netralisasi toksin. Dibuat di
sumsum tulang yaitu sel batang yang sifatnya pluripitensi (pulipotent
stem cells) dan dimatangkan di sumsum tulang (bine marrow). limfosit
B menyerang antigen yang ada cairan antar sel .
Imunitas humoral diperantarai oleh antibodi serum, yang
merupakan protein yang disekresi oleh sel B. Sel B yang diaktifkan,
akan mensekresi antibodi, setelah pengikatan antigen ke membran
molekul imunoglobulin (Ig), yaitu reseptor sel B (BCR), yang
diekspresikan oleh sel B tersebut. Sudah diperkirakan bahwa setiap sel
B mengekspresikan sampai 105 BCR dari spesifisitas yang sama. Sekali
diikat, sel B menerima signal untuk memulai mensekresi bentuk
imunoglobulin ini, yang merupakan suatu proses yang menginisiasi

18
respon antibodi yang optimal dengan maksud untuk mengeliminasi
antigen dari hospes.
2. Sistem pertahanan seluler
Imunitas seluler, terutama diperantarai oleh sel T. Tidak seperti sel
B, yang memproduksi antibodi larut yang disirkulasi untuk mengikat
antigen spesifik, setiap sel T, mengekspresikan beberapa reseptor
antigen yang identik, yang dinamakan T cellreceptors (TCR),
bersirkulasi langsung di sisi aktif antigen dan membentuk fungsinya,
apabila berinteraksi dengan antigen.
Respon imun selular merupakan fungsi dari limfosit T. Antigen
akan menyebabkan proliferasi dan diferensiasi sel T menjadi beberapa
subpopulasi. Subpopulasi sel T yang disebut sel T-helper (Th) akan
mengenali antigen pada permukaan sel makrofag atau sel yang
terinfeksi melalui T-cell receptors (TCR) dan molekul major
histocompatibility complex (MHC) kelas-II. Sinyal yang diberikan oleh
sel terinfeksi akan menginduksi limfosit untuk memproduksi berbagai
jenis limfokin yang dapat membantu menghancurkan antigen tersebut.
Subpopulasi sel T lain yang disebut sel T-cytotoxic (Tc) akan
menghancurkan antigen melalui MHC kelas-I dengan cara kontak
langsung dengan sel (cell to cell contact).
a. Sel T
Sel T mempunyai dua peranaan penting dalam sistem kekebalan.
Regulator sel T adalah sel yang merancang respon sistem kerja sama
diantara beberapa beberapa tipe sel imun. Helper sel T yang disebut
juga “CD4 positif T cells” CD4+ T cells) memperingatkan sel B
untuk mulai membentuk antibodi. CD4+ sel T juga dapat
mengaktifkan sel T dan sistem imun yang disebut sel makrofag yang
mempengaruhi sel B untuk menentukan antibodi yang diproduksi.
Sel T tertentu yang disebut “CD8 positif T cells” (CD8+ T cells),
dapat menjadi sel pembunuh sel asing dengan menyerang dan
menghancurkan sel yang menginfeksi tersebut. Pembunuh sel T (T

19
cells killer) juga disebut “cytotoxic T cells” atau CTLs (Cytotoxic
lymphocytes). Progenitor asal sumsum tulang yang bermigrasi ke
timus berdiferensiasi menjadi sel T. Sel T merupakan imunitas
selular yang berperan pada sistem imun spesifik. Sel T terdiri atas sel
CD4+, CD8+, sel T naif, NKT, dan Tr/Treg/Ts/Th3. Sel T naif yang
yang terpajan dengan kompleks antigen MHC dan dipresentasikan
APC atau rangsangan sitokin spesifik, akan berkembang menjadi
subset sel T berupa CD4+ dan CD8+ dengan fungsi efektor yang
berlainan. Dari timus, sel T naif dibawa darah ke organ limfoid
perifer.2 Sel naif yang terpajan dengan antigen akan bekembang
menjadi sel Th0 yang dipengaruhi oleh mekanisme autokrin dari IL-
2 untuk berproliferasi yang akan berdiferensiasi menjadi Th1 dan
Th2.8 Sel efektor Th1 yang berperan pada infeksi dan Th2 yang
berperan pada alergi.
b. Sel Th1
Diferensiasi Th1 terutama dipacu oleh sitokin IL-12 dan IFN-γ
dan terjadi sebagai respon terhadap mikroba yang mengaktifkan sel
dendritik, makrofag, dan sel NK.9 Proses diferensiasi Th1
melibatkan reseptor sel T, IL-2 dan T-bet, STAT1, STAT4 sebagai
faktor transkripsi.8 IL-12 yang dilepas makrofag dan sel dendritik
menginduksi perkembangan Th1 melalui jalur yang STAT4
dependen. Faktor transkripsi T-bet yang diproduksi sebagai respons
terhadap IFN-γ meningkatkan respons Th1.2 Sitokin terpenting yang
dihasilkan sel Th1 pada fase efektor adalah IFN- γ. IFN -γ akan
memacu aktifitas pembunuhan mikroba sel-sel fagosit dengan
meningkatkan destruksi intrasel pada mikroba yang difagositosis.
Fungsi pokok efektor Th1 adalah sebagai pertahanan infeksi dimana
proses fagositosis sangat diperlukan. Th1  juga mengeluarkan IL-2
yang berfungsi sebagai faktor pertumbuhan autokrin dan memacu
proliferasi dan diferensiasi sel T CD8+. Jadi Th1 berfungsi sebagai
pembantu (helper) untuk pertumbuhan sel limfosit T sitotoksik yang

20
juga meningkatkan imunitas terhadap mikroba intrasel. Sel-sel Th1
memproduksi LT yang meningkatkan pengambilan dan aktifasi
neutrofil.3 Fungsi utama Th1 sebagai pertahanan dalam melawan
infeksi terutama oleh mikroba intraseluler, mekanisme efektor ini
terjadi melalui aktivasi makrofag, sel B, dan sel neutrofil
(Baratawidjaja, 2000 : 165)

c. Sel Th2
Atas pengaruh sitokin IL-4, IL-5, IL-10, IL-13 yang dilepas sel mast
yang terpajan dengan antigen, Th0 berkembang menjadi sel Th2
yang merangsang sel B untuk meningkatkan produksi antibodi.2
Diferensiasi Th2 muncul sebagai respon terhadap alergi dan parasit,
melibatkan reseptor sel T, IL-4, faktor transkripsi GATA-3 dan
STAT6. IL-4 menstimulasi produksi IgE   17 yang berfungsi dalam
opsonisasi parasit.8 Sehingga Th2 adalah mediator untuk reaksi
alergi dan pertahanan infeksi terhadap parasit. Th2 juga
memproduksi sitokin seperti IL-4, IL-13, dan IL-10 yang bersifat
antagonis terhadap IFN-γ dan menekan aktivasi makrofag. Jadi Th2
kemungkinan berfungsi sebagai regulator fisiologis pada respon
imun dengan menghambat efek yang mungkin membahayakan dari

21
respon Th1. Pertumbuhan yang berlebihan dan tak terkontrol dari
Th2 berhubungan dengan berkurangnya imunitas seluler terhadap
infeksi mikroba intraseluler (Coico, 2003 :234). Pada beberapa
kondisi, seperti infeksi cacing, IL-4 yang diproduksi sel mast dibawa
ke organ limfoid dan eosinofil, yang ikut terlibat dalam
perkembangan Th2. Kemungkinan lain adalah antigen yang
menstimulasi sel CD4+ mensekresi sejumlah kecil IL-4 dari aktivasi
awal sel tersebut. Jika antigen tetap ada dan dengan konsentrasi yang
tinggi, maka konsentrasi lokal IL-4 berangsur-angsur akan
meningkat. Jika antigen tidak memicu inflamasi dengan disertai
produksi IL-12, maka akan menghasilkan peningkatan diferensiasi
sel ke subset Th2. Apabila sel Th2 telah berkembang, maka IL-4
akan memperkuat reaksi dan menghambat perkembangan sel Th1
dan sel Th1.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Antigen adalah suatu zat asing terhadap inang yang mula-mula


dihadapi oleh faktor-faktor alamiah diikuti oleh pengaktifan HI atau
CMI. Zat ini terikat pada reseptor permukaan antigen spesifik
koloni sel-sel-T atau sel-sel-B. (Julius, 2011)
2. Antibodi (immunoglobulin) adalah protein yang di sintesis oleh hewan
atau manusia sebagai respon terhadap substansi asing (antigen). (syer,
2002)
3. Klasifikasi antigen berdasarkan pembagian antigen menurut epitop :
Unideterminan univalen, Unideterminan multivalen, Multideterminan
univalen, Multiderminan multivalen. Kemudian berdasarkan pembagian
antigen menurut spesitisitas yaitu Heteroantinogen, Xenoantinogen,
Aloantinogen, Antigen organ spesifik, Autoantigen. Selanjutnya
pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel T adalah T
dependen dan T independen. Pembagian antigen menurut sifat kimiawi
yaitu Hidrat arang (polisakarida), Lipid, Asam Nukleat.
4. Struktur antibodi terdapat dua rantai ringan (light chain) dan dua rantai
berat (heavy chain).

23
5. Karakteristik antigen meliputi bentuk, ukuran, rigiditas, lokasi
determinan dan struktur tersier.
6. Substansi molekul kecil masuk ke dalam tubuh bisa menjadi antigen
bila dia melekat pada protein. Substansi kecil yang bisa berubah
menjadi antigen disebut hapten. Substansi-substansi tersebut lolos dari
barier respon non spesifik (eksternal maupun internal). Antigen yang
masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor sel limfosit B.
Pengikatan tersebut menyebabkan sel limfosit B berdiferensiasi
menjadi sel plasma. Sel plasma kemudian akan membentuk antibodi
yang mampu berikatan dengan antigen yang merangsang
pembentukan antibodi itu sendiri. Tempat melekatnya antibodi pada
antigen disebut epitop, sedangkan tempat melekatnya antigen pada
antibodi disebut variabel.
7. Sistem pertahanan spesifik merupakan sistem pertahanan tubuh yang
memliki kemampuan untuk mengenali benda asing oleh tubuh.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang
diharapkan, karena masih terbatasnya pengetahuan penulis. Olehnya itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Makalah
ini perlu dikaji ulang agar dapat sempurna dan makalah ini harus digunakan
sebagaimana mestinya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A.K. & Lichtman, A.H. 2005. Cellular and Molecular Immunology 5th
Edition. Elsevier Publisher : Philadelphia.

Baratawidjaja, K.G. 2000.  Imunologi Dasar Edisi 4. Balai Penerbit Fakultas


Kedokteran : Universitas Indonesia Jakarta.

Campbell, Reece. 2010. Biologi. Jakarta : Erlangga

Coico R., Sunshine G. Benjamini E. 2003 . Imunology. Edisi ke-5. Wiley- Liss
Publication : states of America.

Karp, Gerald. 2005. Cell and Molekular Biologi. United States of America :
Willey International Edition.

Nurcahyo, Heru. 2013. Hand Out Molekul Hormon & Molekul Immunoglobulin.
UNY : Yogyakarta.

Stryer, Lubert. 2000. Biokimia Vol.1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

25

Anda mungkin juga menyukai