2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, taufiq,
hidayah dan karunia-Nya sehingga Makalah Antigen dan Antibodi dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa terkait mata kuliah
Imunologi Kelas K. Dalam makalah ini penulis menyajikan: Pendahuluan, Tinjauan
pustaka, Rumusan Masalah, Isi dan Pembahasan, Kesimpulan serta penutup.
Penulis menyadari bahwa selama berlangsung penulisan, penyusunan sampai
tahap penyelesaian makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan tanpa batas kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun bagi pembaca sangat
penulis harapkan sebagai penyempurna. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi setiap pembaca dan rekan-rekan sebidang khususnya serta dapat
dijadikan sebagai referensi pembelajaran. Atas segala dukungannya, penulis ucapkan
terimakasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Antigen ................................................................................ 6
B. Antibodi ………………………………………………………… 8
C. Mekanisme Pembentukan Antigen …………………………. 11
D. Mekanisme Pembentukan Antibodi ………………………… 12
E. Reaksi Antigen dan Antibodi ………………………………… 13
F. Mekanisme Interaksi Antigen dan Antibodi ......................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
diri dari benda asing yang mungkin bersifat patogen. Sistem pertahanan tubuh
inilah yang disebut sistem imun. Sistem imun terdiri dari semua sel, jaringan, dan
organ yang membentuk imunitas, yaitu kekebalan tubuh terhadap infeksi atau
suatu penyakit. Sistem imun memiliki beberapa fungsi pada tubuh, yaitu penangkal
“benda” asing yang masuk ke dalam tubuh, menjaga keseimbangan fungsi tubuh,
sebagai pendeteksi adanya sel-sel yang tidak normal, termutasi, atau ganas dan
segera menghancurkannya
yang bisa masuk ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen
bila dia melekat pada protein tubuh kita. Substansi kecil yang bisa berubah menjadi
dari barier respon non spesifik (eksternal maupun internal), kemudian substansi
tersebut masuk dan berikatan dengan sel limfosit B yang akan mensintesis
berbagai macam obat (seperti penisilin), dan zat kimia lainya yang dapat
membawa efek alergik. Salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri
secara non spesifik yaitu dengan cara fagositosis. Dalam hal ini, tubuh memiliki
sel-sel fagosit yang termasuk ke dalam 2 kelompok sel, yaitu kelompok sel
agranulosit dan granulosit. Kelompok sel agranulosit adalah monosit dan
imun spesifik bergantung pada adanya pemaparan benda asing dan pengenalan
peran penting dalam sistem imun spesifik adalah limfosit. Limfosit berfungsi
mengatur dan bekerja sama dengan sel-sel lain dalam sistem fagosit makrofag
B. Rumusan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Antigen
Antigen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun dan dapat
bahan yang dapat merangsang respon imun dan hapten adalah bahan yang dapat
bereaksi dengan antibodi. Antigen tersusun atas epitop dan paratop. Epitop atau
determinan adalah bagian dari antigen yang dapat mengenal atau menginduksi
pembentukan antibodi, sedangkan paratop adalah bagian dari antibodi yang dapat
Antigen eksogen,antigen eksogen adalah antigen yang masuk ke dalam tubuh dari
luar, misalnya dengan inhalasi, menelan, atau injeksi. Respo sistem kekebalan
fagositosis, antigen oksigen yang dibawa ke atige peyajian sel (APC) da diolah
menjadi fragmen. APC kemudian penyajan fragmen sel T helper (CD4+) degan
T yang spesifik untuk peptida :kompleks MHC. Mereka mejadi aktif dan mulai
5
Antigen intraseluler dapat dilepaskan kembali kedalam sirkulasi setelah
peghancura sel yang terinfeksi lagi. Antigen endogen, antigen endogen adalah
antigen yang telah telah dihasilkan dalam sel sebelumya normal sebagai akibat
dari sel normal metabolisme, atau karena virus atau bakteri intraseluler infeksi.
satu
dari satu
jumlahnya satu
6
➢ T independen adalah tentang antigen yang dapat merangsang sel B
Apabila ada antigen masuk ke dalam tubuh maka tubuh akan terangsang dan
memunculkan suatu respon awal yang disebut sebagai respon imun primer.
Respon ini memerlukan waktu lebih lama untuk memperbanyak limfosit dan
membentuk ingatan imunologik berupa sel-sel limfosit yang lebih peka terhadap
antigen. Kalau antigen yang sama memasuki tubuh kembali maka respon yang
muncul dari tubuh berupa respon imun sekunder. Respon ini muncul lebih cepat ,
lebih kuat dan berlangsung lebih lama daripada respon imun primer.
7
B. Antibodi
pada tubuh yang mengandung Imunoglobulin (Ig). Ig dibentuk oleh sel plasma
Imunoglobulin: Ig G, Ig A, Ig M, Ig E dan Ig D.
dan neutrofil.
pernapasan, pencernaan, kemih, air mata, keringat, ludah dan air susu.
sel mastosit, basofil dan eosinofil. Kadar tinggi pada kasus alergi, infeksi
seperti cacing.
8
• Imunoglobulin D Sedikit ditemukan dalam sirkulasi. Tidak dapat mengikat
autoantigen.
Gambar 1. Semua antibodi disusun dengan cara yang sama dari pasangan
polipeptida rantai berat dan ringan dan secara umum protein itu
lima kelas yang berbeda yakni: IgM, IgD, IgG, IgA, dan IgE yang dapat
dengan reseptor sel B itu sendiri kecuali pada C-terminal dari bagian konstan
rantai berat. Pada reseptor sel B, C-terminal pada membran berupa squence
yang bersifat hidrofobik, dan pada antibodi C terminal berupa squence yang
9
Antibodi bersifat terlarut dan disekresi dalam jumlah yang besar sehingga
mudah diperoleh dan mudah dipelajari. Molekul antibodi secara garis besar
digambarkan sebagi huruf ”Y”. Tiga skema struktur antibodi yang diperoleh dari
sinar-X kristalografi
Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil yang
bisa masuk ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen bila
dia melekat pada protein tubuh kita. Substansi kecil yang bisa berubah menjadi
lolos dari barier respon non spesifik (eksternal maupun internal), kemudian
substansi tersebut masuk dan berikatan dengan sel limfosit B yang akan
10
C. Mekanisme Pembentukan Antigen
• Sel limfosit T akan melakukan proses reaksi yang sangat cepat dengan
monomeric.
• Molekul antigen dan juga molekul akan saling melakukan ikaytan yang
11
D. Mekanisme Pembentukan Antibodi
dihasilkan pada bayi yang baru lahir masih sangat rendah, dan nanti
tubuh akan meresponnya karena itu dianggap sebagai benda asing. karena
bakteri ini sifatnya interseluler maka dia tidak sanggup untuk di hancurkan
pertahanan tubuh. Oleh karena itu makrofag juga memproduksi APC yang
12
E. Reaksi Antigen dan Antibodi
• Primer
• Sekunder
antaranya:
• Netralisasi
• Aglutinasi
Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfuse
• Presipitasi
besar, sehingga tidak dapat bertahan untuk terus berada di larutan dan
akhirnya mengendap.
• Fagositosis
Adalah jika bagian ekor antibodi yang berikatan dengan antigen mampu
13
• Sitotoksis
sel pembawa antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan natural
killer cell kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh
plasmanya..
• Tersier
merusak antara lain: edema, reaksi sitolitik berat, dan defisiensi yang
14
F. Mekanisme Interaksi Antigen dan Antibodi
antibodi dengan antigennya dapat diganggu dengan konsentrasi asam yang tinggi,
pH ekstrim, detergen, dan juga oleh kompetisi epitopnya sendiri. Ikatan antibodi
elektrostatik terjadi antara rantai asam amino bermuatan, sebagai bentuk jembatan
garam. Interaksi juga terjadi antara muatan listrik yang mempunyai dua kutup
berbeda, seperti pada ikatan hidrogen, atau dapat melibatkan ikatan van der
Waals. Konsentrasi garam yang tinggi dan pH yang ekstrim dapat mengganggu
ikatan antigen antibodi dengan cara melemahkan interaksi elektrostatik dan atau
yang diikat pada kolom, atau sebaliknya pemurnian antibodi. Interaksi hidrofobik
permukaan yang tersembunyi dari air. Untuk beberapa antigen, interaksi hidrofobik
dapat menggambarkan besarnya energi ikatan. Dalam suatu hal, molekul air
antibodi. Molekul air yang terperangkap itu berkontribusi pada terjadinya ikatan
antigenantibodi, terutama antara kutup residu asam amino. Kontribusi energi pada
keseluruhan interaksi sangat tergantung dengan antibodi dan antigen yang terlibat.
15
Perbedaan yang menyolok antara interaksi antibodi:antigen dan interaksi
protein:protein yang lain adalah bahwa antibodi mempunyai banyak asam amino
aromatik pada ABS-nya, sedangkan pada interaksi protein:protein yang lain tidak
demikian. Asam amino aromatik ini terutama berperan pada interaksi van der
Waals dan hidrofobik, dan terkadang berperan pada ikatan hidrogen. Secara
umum, ikatan van der Waals dan hidrofobik bekerja pada kisaran yang sangat
pendek dan berperan untuk menarik secara bersama dua permukaan molekul
yang saling komplementer satusama lain. Jika yang satu merupakan celah yang
lain harus bentukan pengisi celah itu agar terjadi ikatan yang cocok. Sebaliknya,
interaksi elektrostatik antara sisi rantai yang bermuatan, dan ikatan hidrogen yang
atau menghasilkan gugus reaktif dan menguatkan interaksi antigen dan antibodi.
16
Sel-sel kunci dalam respon antigen-antibodi adalah sel limfosit. Terdapat dua
jenis limfosit yang berperan, yaitu limfosit B dan T. Keduanya berasal dari sel tiang
yang sama dalam sumsum tulang. Pendewasaan limfosit B pada mamalia terjadi
di hati fetus, tonsil, usus buntu dan jaringan limfoid dalam dinding usus.
Pendewasaan limfosit T terjadi di organ timus. Sistim kebal atau imun terdiri dari
dua macam, yaitu sistim kebal humoral dan seluler. Limfosit B bertanggung jawab
terhadap sistim kebal humoral. Apabila ada antigen masuk ke dalam tubuh, maka
Antibodi humoral yang terbentuk di lepas ke darah sebagai bagian dari fraksi
γ globulin. Antibodi humoral ini memerangi bakteri dan virus di dalam darah.
di dalam tubuh, misalnya sel kanker atau jaringan asing, maka limfosit T akan
diperantarai sel”. Apabila ada antigen masuk ke dalam tubuh maka tubuh akan
terangsang dan memunculkan suatu respon awal yang disebut sebagai respon
imun primer. Respon ini memerlukan waktu lebih lama untuk memperbanyak
limfosit dan membentuk ingatan imunologik berupa sel-sel limfosit yang lebih peka
terhadap antigen. Kalau antigen yang sama memasuki tubuh kembali maka respon
yang muncul dari tubuh berupa respon imun sekunder. Respon ini muncul lebih
cepat , lebih kuat dan berlangsung lebih lama daripada respon imun primer.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
yang dapat merangsang respon imun dan dapat bereaksi dengan antibodi.
merangsang respon imun dan hapten adalah bahan yang dapat bereaksi dengan
antibodi. Antigen tersusun atas epitop dan paratop. Epitop atau determinan adalah
antibodi, sedangkan paratop adalah bagian dari antibodi yang dapat mengikat
epitop. Antibodi adalah protein serum yang mempunyai respon imun (kekebalan)
pada tubuh yang mengandung Imunoglobulin (Ig). Ig dibentuk oleh sel plasma
untuk menyebabkan kerugian pada hostnya. Salah satu antigen yang patogen
ialah Avian Influenza dan New Castle Disease. Interaksi antara antibodi dengan
detergen, dan juga oleh kompetisi epitopnya sendiri. Ikatan antibodi dengan
18
Apabila ada antigen masuk ke dalam tubuh ternak maka tubuh akan
terangsang dan memunculkan suatu respon awal yang disebut sebagai respon
imun primer. Respon ini memerlukan waktu lebih lama untuk memperbanyak
limfosit dan membentuk ingatan imunologik berupa sel-sel limfosit yang lebih peka
terhadap antigen. Kalau antigen yang sama memasuki tubuh kembali maka respon
yang muncul dari tubuh berupa respon imun sekunder. Respon ini muncul lebih
cepat , lebih kuat dan berlangsung lebih lama daripada respon imun primer.
B. Saran
Kami sebagai penyusun sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan
untuk itu kami harapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
19
20
DAFTAR PUSTAKA
George H. Fried, Ph.D and George J. Hademenos, Ph.D. 2005. Schaum’s Outlines of
MACKENZIE, D. 2006. The bird flu threat. New Scientist. i -vii. Specia Sup, 7 January.
Stoane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula (Anatomy and physiology: an
Abul K. Abbas, Andrew H. Lichtman, Shiv Pillai. Cellular and Molecular Imunology 7th
Edition. Elsevier
David Male, Jonathan Brostoff, David B. Roth, Ivan Roitt. Imunology 8th Edition. Elsevier