Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ANTIGEN DAN ANTIBODI

Sebagai Tugas Mata Kuliah Imunologi Kelas K


Insitut Sains dan Teknologi Nasional Semester Ganjil 2021/2022

Disusun Oleh Kelompok 3 Kelas K :

Dandy Rifaldy 19332011

Siti Faridah Farhah 19334012

Nurul Fazriah 19334014

Tri Soehartati 19334015

Hesti Apriyani 19334016

FAKULTAS FARMASI PROGRAM STUDI FARMASI INSTITUT SAINS


DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, taufiq,
hidayah dan karunia-Nya sehingga Makalah Antigen dan Antibodi dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mahasiswa terkait mata kuliah
Imunologi Kelas K. Dalam makalah ini penulis menyajikan: Pendahuluan, Tinjauan
pustaka, Rumusan Masalah, Isi dan Pembahasan, Kesimpulan serta penutup.
Penulis menyadari bahwa selama berlangsung penulisan, penyusunan sampai
tahap penyelesaian makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan tanpa batas kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun bagi pembaca sangat
penulis harapkan sebagai penyempurna. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi setiap pembaca dan rekan-rekan sebidang khususnya serta dapat
dijadikan sebagai referensi pembelajaran. Atas segala dukungannya, penulis ucapkan
terimakasih.

Penyusun

Bogor, Oktober 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................. 4
C. Tujuan Penulisan ................................................................. 4

BAB II ISI DAN PEMBAHASAN

A. Antigen ................................................................................ 6
B. Antibodi ………………………………………………………… 8
C. Mekanisme Pembentukan Antigen …………………………. 11
D. Mekanisme Pembentukan Antibodi ………………………… 12
E. Reaksi Antigen dan Antibodi ………………………………… 13
F. Mekanisme Interaksi Antigen dan Antibodi ......................... 15

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tubuh makhluk hidup memiliki suatu sistem pertahanan untuk melindungi

diri dari benda asing yang mungkin bersifat patogen. Sistem pertahanan tubuh

inilah yang disebut sistem imun. Sistem imun terdiri dari semua sel, jaringan, dan

organ yang membentuk imunitas, yaitu kekebalan tubuh terhadap infeksi atau

suatu penyakit. Sistem imun memiliki beberapa fungsi pada tubuh, yaitu penangkal

“benda” asing yang masuk ke dalam tubuh, menjaga keseimbangan fungsi tubuh,

sebagai pendeteksi adanya sel-sel yang tidak normal, termutasi, atau ganas dan

segera menghancurkannya

Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil

yang bisa masuk ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen

bila dia melekat pada protein tubuh kita. Substansi kecil yang bisa berubah menjadi

antigen tersebut dikenal dengan istilah hapten. Substansi-substansi tersebut lolos

dari barier respon non spesifik (eksternal maupun internal), kemudian substansi

tersebut masuk dan berikatan dengan sel limfosit B yang akan mensintesis

pembentukan antibodi. Contoh hapten diantaranya adalah toksin poison ivy,

berbagai macam obat (seperti penisilin), dan zat kimia lainya yang dapat

membawa efek alergik. Salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri

terhadap masuknya antigen adalah dengan cara meniadakan antigen tersebut,

secara non spesifik yaitu dengan cara fagositosis. Dalam hal ini, tubuh memiliki

sel-sel fagosit yang termasuk ke dalam 2 kelompok sel, yaitu kelompok sel
agranulosit dan granulosit. Kelompok sel agranulosit adalah monosit dan

makrofag, sedangkan yang termasuk kelompok sel granulosit adalah neutrofil,

basofil, eosinofil yang tergolong ke dalam sel PMN (polymorphonuclear). Respon

imun spesifik bergantung pada adanya pemaparan benda asing dan pengenalan

selanjutnya, kemudian reaksi terhadap antigen tersebut. Sel yang memegang

peran penting dalam sistem imun spesifik adalah limfosit. Limfosit berfungsi

mengatur dan bekerja sama dengan sel-sel lain dalam sistem fagosit makrofag

untuk menimbulkan respon immunologic

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Antigen?

2. Apa yang dimaksud dengan Antibodi ?

3. Bagaimanakah Mekanisme Pembentukan Antigen ?

4. Bagaimanakah Mekanisme Pembentukan Antibodi ?

5. Bagaimanakah Reaksi Antigen dan Antibodi ?

6. Bagaimanakah Mekanisme Interaksi Kerja Antigen dan Antibodi ?

C. Maksud dan Tujuan

1. Apa yang dimaksud dengan Antigen?

2. Apa yang dimaksud dengan Antibodi ?

3. Bagaimanakah Mekanisme Pembentukan Antigen ?

4. Bagaimanakah Mekanisme Pembentukan Antibodi ?

5. Bagaimanakah Reaksi Antigen dan Antibodi ?

6. Bagaimanakah Mekanisme Interaksi Kerja Antigen dan Antibodi ?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Antigen

Antigen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun dan dapat

bereaksi dengan antibodi. Macam-macam antigen antara lain imunogen adalah

bahan yang dapat merangsang respon imun dan hapten adalah bahan yang dapat

bereaksi dengan antibodi. Antigen tersusun atas epitop dan paratop. Epitop atau

determinan adalah bagian dari antigen yang dapat mengenal atau menginduksi

pembentukan antibodi, sedangkan paratop adalah bagian dari antibodi yang dapat

mengikat epitop. Klasifikasi antigen berdasarkan urutan kelas mereka yaitu

Antigen eksogen,antigen eksogen adalah antigen yang masuk ke dalam tubuh dari

luar, misalnya dengan inhalasi, menelan, atau injeksi. Respo sistem kekebalan

tubuh terhadap antigen oksigen sering subklinis. Degan endositosis atau

fagositosis, antigen oksigen yang dibawa ke atige peyajian sel (APC) da diolah

menjadi fragmen. APC kemudian penyajan fragmen sel T helper (CD4+) degan

meggunakan histokompatibilitas kelas II molekul pada permukaanya. Beberapa sel

T yang spesifik untuk peptida :kompleks MHC. Mereka mejadi aktif dan mulai

mengeluarkansitokin. Sitokin adalah zat yag dapat mengaktifkan limfosit T

sitotoksikCTL, antibodi mensekresi sel B, makrofag, dan partikel lainnya. Beberapa

antigen mulai keluar sebagai antigen oksigen dan kemudian menjadi

endogen(misalnya virus intraseluler).

5
Antigen intraseluler dapat dilepaskan kembali kedalam sirkulasi setelah

peghancura sel yang terinfeksi lagi. Antigen endogen, antigen endogen adalah

antigen yang telah telah dihasilkan dalam sel sebelumya normal sebagai akibat

dari sel normal metabolisme, atau karena virus atau bakteri intraseluler infeksi.

➢ Jenis antigen berdasarkan determinannya :

• Undeterminan, univalen, merupakan jenis epitop satu dan jumlahnya

satu

• Unideterminan, multivalen, merupakan jenis epitop satu, jumlah lebih

dari satu

• Multideterminan, univalen, merupakan jenis epitop lebih dari satu dan

jumlahnya satu

• Multideterminan, multivalen, merupakan jenis epitop lebih dari satu,

jumlah lebih dari satu.

➢ Jenis antigen berdasarkan spesifiktasnya :

• Heteroantigen → dimiliki banyak spesies

• Xenoantigen → dimiliki spesies tertentu

• Alloantigen → dimiliki satu spesies

• Antigen organ spesifik → dimiliki oragan tertentu

• Autoantigen → berasal dari tubuhnya sendiri

➢ Jenis antigen berdasarkan ketergantungan pada sel T :

➢ T dependen adalah tentang antigen yang perlu pengenalan terhadap sel

T dan sel B untuk merangsang antibodi

6
➢ T independen adalah tentang antigen yang dapat merangsang sel B

tanpa mengenal sel T dahulu.

➢ Jenis antigen berdasarkan kandungan bahan kimianya:

• Karbohidrat merupakan imunogenik

• Lipid: tidak imunogenik merupakan hapten

• Asam nukleat merupakan antigen yang tidak imunogenik

• Protein merupakan imunogenik

Apabila ada antigen masuk ke dalam tubuh maka tubuh akan terangsang dan

memunculkan suatu respon awal yang disebut sebagai respon imun primer.

Respon ini memerlukan waktu lebih lama untuk memperbanyak limfosit dan

membentuk ingatan imunologik berupa sel-sel limfosit yang lebih peka terhadap

antigen. Kalau antigen yang sama memasuki tubuh kembali maka respon yang

muncul dari tubuh berupa respon imun sekunder. Respon ini muncul lebih cepat ,

lebih kuat dan berlangsung lebih lama daripada respon imun primer.

7
B. Antibodi

Antibodi adalah protein serum yang mempunyai respon imun (kekebalan)

pada tubuh yang mengandung Imunoglobulin (Ig). Ig dibentuk oleh sel plasma

(poloferasi sel B) akibat kontak atau dirangsang oleh antigen. Macam

Imunoglobulin: Ig G, Ig A, Ig M, Ig E dan Ig D.

• Imunoglobulin G Terbanyak dalam serum (75%). Dapat menembus

plasenta membentuk imunitas bayi sampai berumur 6 sampai dengan 9

bulan. Mempunyai sifat opsonin berhubungan erat dengan fagosit,

monosit dan makrofag. Berperan pada imunitas seluler yang dapat

merusak antigen seluler berinteraksi dengan komplemen, sel K, eosinofil

dan neutrofil.

• Imunoglobulin A Sedikit dalam serum. Banyak terdapat dalam saluran

pernapasan, pencernaan, kemih, air mata, keringat, ludah dan air susu.

Fungsinya menetralkan toksin dan virus, mencegah kontak antara toksin

atau virus dengan sel sasaran dan menggumpalkan atau mengganggu

gerak kuman yang memudahkan fagositosis.

• Imunoglobulin M Tidak dapat menembus plasenta, dibentuk pertama kali

oleh tubuh akibat rangsangan antigen sifilis, rubela, toksoplasmosis.

Fungsinya mencegah gerakan mikroorganisme antigen memudahkan

fagositosis dan aglutinasi kuat terhadap antigen.

• Imunoglobulin E Jumlah paling sedikit dalam serum. Mudah diikat oleh

sel mastosit, basofil dan eosinofil. Kadar tinggi pada kasus alergi, infeksi

cacaing, skistosomiasis, trikinosis. Proteksi terhadap invasi parasit

seperti cacing.

8
• Imunoglobulin D Sedikit ditemukan dalam sirkulasi. Tidak dapat mengikat

komplemen. Mempunyai aktifitas antibodi terhadap makanan dan

autoantigen.

Struktur Molekul Antibodi :

Gambar 1. Semua antibodi disusun dengan cara yang sama dari pasangan

polipeptida rantai berat dan ringan dan secara umum protein itu

dinamakan imunoglobulin. Secara umum imunoglobulin dibagi menjadi

lima kelas yang berbeda yakni: IgM, IgD, IgG, IgA, dan IgE yang dapat

dibedakan pada bagian konstannya (C region)

Antibodi merupakan reseptor sel B yang disekresi, sehingga identik

dengan reseptor sel B itu sendiri kecuali pada C-terminal dari bagian konstan

rantai berat. Pada reseptor sel B, C-terminal pada membran berupa squence

yang bersifat hidrofobik, dan pada antibodi C terminal berupa squence yang

bersifat hidrofilik yang memungkinkan terjadinya sekresi molekul tersebut.

9
Antibodi bersifat terlarut dan disekresi dalam jumlah yang besar sehingga

mudah diperoleh dan mudah dipelajari. Molekul antibodi secara garis besar

digambarkan sebagi huruf ”Y”. Tiga skema struktur antibodi yang diperoleh dari

sinar-X kristalografi

Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil yang

bisa masuk ke dalam tubuh. Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen bila

dia melekat pada protein tubuh kita. Substansi kecil yang bisa berubah menjadi

antigen tersebut dikenal dengan istilah hapten. Substansi-substansi tersebut

lolos dari barier respon non spesifik (eksternal maupun internal), kemudian

substansi tersebut masuk dan berikatan dengan sel limfosit B yang akan

mensintesis pembentukan antibodi.

10
C. Mekanisme Pembentukan Antigen

Berikut merupakan Mekanisme Pembentukan Antigen :

• Sel Limfosit T akan melakukan scan atau deteksi terhadap karakteristik

maupun jenis dari antigen.

• Sel limfosit T akan melakukan proses reaksi yang sangat cepat dengan

menggunakan cara mengikat terhadap antigen yang telah melewati

permukaan dari reseptornya.

• Sel limfosit T akan membelah dan hasilnya terbentuklah klon.

• Bagian permukaan membrannya akan menciptakan immunoglobulin

monomeric.

• Molekul antigen dan juga molekul akan saling melakukan ikaytan yang

nantinya akan diletakkan pada bagian makrofaga.

• Makrofaga akan menghasilkan antigen yang berada pada sel Limfosit B

• Sel Limfosit B akan melakukan poliferasi dan tumbuh menjadi dewasa.

• Dengan demikian, sel limfosit B akan mampu melakukan pembentukan

antibody yang nantinya bias digunakan oleh masing-masing antigen.

11
D. Mekanisme Pembentukan Antibodi

Berikut merupakan Mekanisme Pembentukan Antigen :

• Antibodi terbentuk secara alami di dalam tubuh manusia dimana substansi

tersebut diwariskan dari ibu ke janinnya melalui intraplasenta. Antibodi yang

dihasilkan pada bayi yang baru lahir masih sangat rendah, dan nanti

antibodi tersebut berkembang seiring perkembangan seseorang

• Pembentukan antibodi karena keterpaparan dengan antigen yang

menghasilkan reaksi imunitas, dimana prosesnya adalah: Misalnya bakteri

salmonella. Saat antigen (bakteri salmonella) masuk ke dalam tubuh, maka

tubuh akan meresponnya karena itu dianggap sebagai benda asing. karena

bakteri ini sifatnya interseluler maka dia tidak sanggup untuk di hancurkan

dalam makrofag karena bakteri ini juga memproduksi toksinsebagai

pertahanan tubuh. Oleh karena itu makrofag juga memproduksi APC yang

berfungsi mempresentasikan antigen terhadap limfosit.agar respon imun

berlangsung dengan baik.Ada dua limfosit yaitu limfosit B dan limfosit T.

• Ketertarikan antigen dengan pembentukan antibodyAntigen yang masuk ke

dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor sel limfosit B.

• Pengikatan tersebut menyebabkan sel limfosit B berdiferensiasi menjadi sel

plasma. Sel plasma kemudian akan membentuk antibody yang mampu

berikatan dengan antigen yang merangsang pembentukan antibody itu

sendiri. Tempat melekatnya antibody pada antigen disebut epitop,

sedangkan tempat melekatnya antigen pada antibodi disebut variabel.

12
E. Reaksi Antigen dan Antibodi

• Primer

Interaksi tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya antigen

dengan antibody pada situsi dentik yang kecil, bernama epitop.

• Sekunder

Interaksi tingkat sekunder terdiri atas beberapa jenis interaksi, di

antaranya:

• Netralisasi

Adalah jika antibody secara fisik dapat menghalangi sebagian antigen

menimbulkan effect yang merugikan. Contohnya adalah dengan

mengika toksin bakteri, antibody mencegah zat kimia ini berinteraksi

dengan sel yang rentan.

• Aglutinasi

Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfuse

darah yang tidak cocok berikatan bersama-sama membentuk gumpalan

• Presipitasi

Adalah jika komplek antigen-antibodi yang terbentuk berukuran terlalu

besar, sehingga tidak dapat bertahan untuk terus berada di larutan dan

akhirnya mengendap.

• Fagositosis

Adalah jika bagian ekor antibodi yang berikatan dengan antigen mampu

mengikat reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan

fagositosis korban yang mengandung antigen tersebut.

13
• Sitotoksis

Adalah saat pengikatan antibody ke antigen juga menginduksi serangan

sel pembawa antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan natural

killer cell kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh

antibody sebelum dapat dihancurkan melalui proses lisis membrane

plasmanya..

• Tersier

Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologic dari

interaksi antigen-antibodi yang dapat berguna atau merusak bagi

penderitanya. Pengaruh menguntungkan antara lain: aglutinasi bakteri,

lisis bakteri, immnunitas mikroba, dan lain-lain. Sedangkan pengaruh

merusak antara lain: edema, reaksi sitolitik berat, dan defisiensi yang

menyebabkan kerentanan terhadap infeksi.

14
F. Mekanisme Interaksi Antigen dan Antibodi

Interaksi Antigen-Antibodi Melibatkan Banyak Energi dan Interaksi antara

antibodi dengan antigennya dapat diganggu dengan konsentrasi asam yang tinggi,

pH ekstrim, detergen, dan juga oleh kompetisi epitopnya sendiri. Ikatan antibodi

dengan antigen bersifat reversibel dan ikatannya berbentuk non-kovalen. Interaksi

elektrostatik terjadi antara rantai asam amino bermuatan, sebagai bentuk jembatan

garam. Interaksi juga terjadi antara muatan listrik yang mempunyai dua kutup

berbeda, seperti pada ikatan hidrogen, atau dapat melibatkan ikatan van der

Waals. Konsentrasi garam yang tinggi dan pH yang ekstrim dapat mengganggu

ikatan antigen antibodi dengan cara melemahkan interaksi elektrostatik dan atau

melemahkan ikatan hidrogen.

Pengetahuan ini diperoleh pada pemurnian antigen menggunakan antibodi

yang diikat pada kolom, atau sebaliknya pemurnian antibodi. Interaksi hidrofobik

terjadi ketika dua permukaan hidrofobik ada secara bersama-sama untuk

menghindari air. Kekuatan interaksi hidrofobik sebanding dengan daerah

permukaan yang tersembunyi dari air. Untuk beberapa antigen, interaksi hidrofobik

dapat menggambarkan besarnya energi ikatan. Dalam suatu hal, molekul air

terperangkap pada kantungkantung pada bidang pemisah antara antigen dan

antibodi. Molekul air yang terperangkap itu berkontribusi pada terjadinya ikatan

antigenantibodi, terutama antara kutup residu asam amino. Kontribusi energi pada

keseluruhan interaksi sangat tergantung dengan antibodi dan antigen yang terlibat.

15
Perbedaan yang menyolok antara interaksi antibodi:antigen dan interaksi

protein:protein yang lain adalah bahwa antibodi mempunyai banyak asam amino

aromatik pada ABS-nya, sedangkan pada interaksi protein:protein yang lain tidak

demikian. Asam amino aromatik ini terutama berperan pada interaksi van der

Waals dan hidrofobik, dan terkadang berperan pada ikatan hidrogen. Secara

umum, ikatan van der Waals dan hidrofobik bekerja pada kisaran yang sangat

pendek dan berperan untuk menarik secara bersama dua permukaan molekul

yang saling komplementer satusama lain. Jika yang satu merupakan celah yang

lain harus bentukan pengisi celah itu agar terjadi ikatan yang cocok. Sebaliknya,

interaksi elektrostatik antara sisi rantai yang bermuatan, dan ikatan hidrogen yang

menghubungkan atom oksigen dan atau nitrogen mengakomodasi sifat khusus

atau menghasilkan gugus reaktif dan menguatkan interaksi antigen dan antibodi.

16
Sel-sel kunci dalam respon antigen-antibodi adalah sel limfosit. Terdapat dua

jenis limfosit yang berperan, yaitu limfosit B dan T. Keduanya berasal dari sel tiang

yang sama dalam sumsum tulang. Pendewasaan limfosit B pada mamalia terjadi

di hati fetus, tonsil, usus buntu dan jaringan limfoid dalam dinding usus.

Pendewasaan limfosit T terjadi di organ timus. Sistim kebal atau imun terdiri dari

dua macam, yaitu sistim kebal humoral dan seluler. Limfosit B bertanggung jawab

terhadap sistim kebal humoral. Apabila ada antigen masuk ke dalam tubuh, maka

limfosit B berubah menjadi sel plasma dan menghasilkan antibodi humoral.

Antibodi humoral yang terbentuk di lepas ke darah sebagai bagian dari fraksi

γ globulin. Antibodi humoral ini memerangi bakteri dan virus di dalam darah.

Sistem humoral merupakan sekelompok protein yang dikenal sebagai

imunoglobulin (Ig) atau antibodi (Ab).

Limfosit T bertanggung jawab terhadap kekebalan seluler. Apabila ada antigen

di dalam tubuh, misalnya sel kanker atau jaringan asing, maka limfosit T akan

berubah menjadi limfoblast yang menghasilkan limphokin (semacam antibodi),

namun tidak dilepaskan ke dalam darah melainkan langsung bereaksi dengan

antigen di jaringan. Sistim kekebalan seluler disebut juga “respon yang

diperantarai sel”. Apabila ada antigen masuk ke dalam tubuh maka tubuh akan

terangsang dan memunculkan suatu respon awal yang disebut sebagai respon

imun primer. Respon ini memerlukan waktu lebih lama untuk memperbanyak

limfosit dan membentuk ingatan imunologik berupa sel-sel limfosit yang lebih peka

terhadap antigen. Kalau antigen yang sama memasuki tubuh kembali maka respon

yang muncul dari tubuh berupa respon imun sekunder. Respon ini muncul lebih

cepat , lebih kuat dan berlangsung lebih lama daripada respon imun primer.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uarain tersebut dapat disimpulkan bahwa Antigen adalah bahan

yang dapat merangsang respon imun dan dapat bereaksi dengan antibodi.

Macam-macam antigen antara lain imunogen adalah bahan yang dapat

merangsang respon imun dan hapten adalah bahan yang dapat bereaksi dengan

antibodi. Antigen tersusun atas epitop dan paratop. Epitop atau determinan adalah

bagian dari antigen yang dapat mengenal atau menginduksi pembentukan

antibodi, sedangkan paratop adalah bagian dari antibodi yang dapat mengikat

epitop. Antibodi adalah protein serum yang mempunyai respon imun (kekebalan)

pada tubuh yang mengandung Imunoglobulin (Ig). Ig dibentuk oleh sel plasma

(poloferasi sel B) akibat kontak atau dirangsang oleh antigen. Macam

Imunoglobulin: Ig G, Ig A, Ig M, Ig E dan Ig D. Patogen adalah antigen yang mampu

untuk menyebabkan kerugian pada hostnya. Salah satu antigen yang patogen

ialah Avian Influenza dan New Castle Disease. Interaksi antara antibodi dengan

antigennya dapat diganggu dengan konsentrasi asam yang tinggi, pH ekstrim,

detergen, dan juga oleh kompetisi epitopnya sendiri. Ikatan antibodi dengan

antigenbersifat reversibel dan ikatannya berbentuk non-kovalen.

18
Apabila ada antigen masuk ke dalam tubuh ternak maka tubuh akan

terangsang dan memunculkan suatu respon awal yang disebut sebagai respon

imun primer. Respon ini memerlukan waktu lebih lama untuk memperbanyak

limfosit dan membentuk ingatan imunologik berupa sel-sel limfosit yang lebih peka

terhadap antigen. Kalau antigen yang sama memasuki tubuh kembali maka respon

yang muncul dari tubuh berupa respon imun sekunder. Respon ini muncul lebih

cepat , lebih kuat dan berlangsung lebih lama daripada respon imun primer.

B. Saran

Kami sebagai penyusun sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan

karena kami memiliki keterbatasan-keterbatasan yang tidak dapat saya pungkiri,

untuk itu kami harapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

19
20

DAFTAR PUSTAKA

Charlton, B. R. (ed). 2006. Pathogenesis of Virulent ND in Chickens, Journal of Veterinary

Medical Assosiation. 161: 169-179.

George H. Fried, Ph.D and George J. Hademenos, Ph.D. 2005. Schaum’s Outlines of

Theory and Problems of BIOLOGY – Second Edition. By The McGraw-Hill

Companies (Original ISBN: 0-07-022405-6). Jakarta: Erlangga

MACKENZIE, D. 2006. The bird flu threat. New Scientist. i -vii. Specia Sup, 7 January.

Stoane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula (Anatomy and physiology: an

easy learner) ISBN 979-448-622-1. Jakarta: EGC

Abul K. Abbas, Andrew H. Lichtman, Shiv Pillai. Cellular and Molecular Imunology 7th

Edition. Elsevier

David Male, Jonathan Brostoff, David B. Roth, Ivan Roitt. Imunology 8th Edition. Elsevier

Anda mungkin juga menyukai