Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH HISTOKIMIA & IMUNOHISTOKIMIA

“ANTIBODI”

RAHMANIAR
NIM :B1D119004

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI, TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu wata’ala karena
berkat rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Antibodi”. Makalah
ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah “Histokimia & Imunohistokimia”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa lainnya dan


bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan pengikatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.

Makassar, 24 Maret 2020

Penyusun

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………....................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Imun................................................................................................................6
1. Pengertian Sistem Imun........................................................................................6
2. Fungsi Sistem Imun..............................................................................................6
B. Antibodi......................................................................................................................7
1. Pengertian Antibodi..............................................................................................7
2. Struktur Antibodi..................................................................................................7
3. Klasifikasi Antibodi..............................................................................................9
4. Mekanisme Antibodi...........................................................................................11
5. Antibodi Monoklonal..........................................................................................12
6. Produksi Antibodi Monoklonal………………………………………...............14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan…………………………………………….……...................................15
B. Saran………………….……………………………….............................................15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemampuan makhluk hidup untuk mempertahankan kehidupan tergantung pada


banyak faktor, seperti kondisi lingkungan, kecukupan nutrisi dan kesanggupan bertahan dari
invasi organisme predator. Makhluk hidup tingkat tinggi terutama manusia, memiliki
mekanisme pertahanan yang baik. Pertahanan ini bertujuan untuk melindungi manusia dari
benda asing yang dapat bersifat infeksius ataupun tidak.

Lingkungan di sekitar manusia mengandung bermacam-macam unsur yang bersifat


pathogen misalnya bakteri, virus fungus, protozoa dan parasit yang dapat menyebabkan
infeksi pada manusia. Infeksi yang terjadi pada manusia umumnya tidak berlangsung lama,
dan setelah sembuh jarang menimbulkan kerusakan permanen. Hal ini disebabkan karena
tubuh manusia memiliki pertahanan yang merupakan sistem imun untuk melindungi tubuh
dari unsur-unsur patogen tersebut.

Apabila terpapar oleh antigen asing maka akan terjadi respon imun yang
diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu respon imun spesifik (respon imun yang didapat
atau adaptif yang timbul terhadap unit-unit kecil dari mukroorganisme yang disebut sebagai
antigen) dan respon imun non-spesifik yang merupakan imunitas alamiah bawaan.
Mekanisme efektor dari respon imun spesifik terdiri dari imunitas seluler dan imunitas
humoral. Imunitas seluler ditengahi oleh sekelompok limfosit yang berdeferensiasi dibawah
pengaruh timus, sehingga disebut limfosit T. Sedangkan imunitas humoral ditengahi oleh
sekelompok limfosit yang berdeferensiasi pada sum-sum tulang, dan disebut sebagai limfosit
B. Limfosit B berdeferensiasi menjadi sel plasma yang akan memproduksi antibodi.
Antobodi mempunyai kemampuan untuk bereaksi dengan benda asing yang merangsang
pembentukannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sitem imun?
2. Apa fungsi dari sistem imun?
3. Apa yang dimaksud dengan antibodi?
4. Bagaimana struktur dari antibodi?
5. Ada berapa jenis antibodi dan bagaimana mekanisme kerja antibodi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sistem imun.
2. Untuk mengetahui fungsi dari sistem imun.
3. Untuk mengetahui pengertian antibodi.
4. Untuk mengetahui struktru dari antibodi.
5. Untuk mengetahui jenis dan mekanisme kerja antibodi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Imun
1. Pengertian Sitem Imun
Sistem imun merupakan sistem yang sangat komplek dengan berbagai peran ganda
dalam usaha menjaga keseimbangan tubuh. Seperti halnya sistem indokrin, sistem imun
yang bertugas mengatur keseimbangan, menggunakan komponennya yang beredar di
seluruh tubuh, supaya dapat mencapai sasaran yang jauh dari pusat. Untuk melaksanakan
fungsi imunitas, di dalam tubuh terdapat suatu sistem yang disebut dengan sistem
“limforetikuler”. Sistem ini merupakan jaringan atau kumpulan sel yang letaknya
tersebar di seluruh tubuh, misalnya di dalam sumsum tulang, kelenjar limfe, limfa, timus,
sistem saluran napas, saluran cerna dan beberapa organ lainnya. Jaringan ini terdiri atas
bermacam-macam sel yang dapat menunjukkan respons terhadap suatu rangsangan
sesuai dengan sifat dan fungsinya masing-masing.
Bila sistem imun terpapar oleh zat yang dianggap asing, maka akan terjadinya dua
jenis respons imun, yaitu respons imun non spesifik dan respons imun spesifik.
Walaupun kedua respons imun ini prosesnya berbeda, namun telah dibuktikan bahwa
kedua jenis respons imun di atas saling meningkatkan efektivitasnya. Respon imun yang
terjadi sebenarnya merupakan interaksi antara sutu komponen dengan komponen lain
yang terdapat di dalam sistem imun. Intraksi tersebut berlangsung bersama-sama
sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu aktivitas biologic yang seirama dan serasi.

2. Fungsi Sistem Imun


Sistem imun mempunyai tiga fungsi utama yaitu pertahanan (defense),
homeostasis, dan pengawasan (survaillane).
a. Pertahanan
Fungsi pertahanan adalah pertahanan tubuh melawan invasi mikroorganisme,
ditengahi oleh elemen seluler. Bila elemen-elemen ini hiperaktif, akan timbu tanda-
tanda alergi atau hipersensitivitas. Sebaliknya, bila elemen-elemen ini hipoaktif
maka kerentanan terhadap infeksi ulang akan bertambah, seperti terlihat pada
penyakit defisiensi imun.
b. Homeostasis
Fungsi homeostasis memenuhi segala kebutuhan untuk mempertahankam
keseragaman dari jenis sel tertentu. Homeostasis ini memperhatikan fungsi
degenerasi dan katabolik normal tubuh dengan cara menyingkirkan sel-sel yang
rusak seperti eritrosit dan leukosit dalam sirkulasi. Penyimpanan dari fungsi
homeostasis adalah autoimunitas.
c. Pengawasan
Fungsi pengawasan adalah pengawasan dini untuk memonitor pengenalan
jenis-jenis sel yang abnormal yang secara rutin selalu timbul dalam tubuh. Sel
abnormal seperti sel mutan yang dikenal juga sebagai sel tumor dapat terjadi secara
spontan atau disebabkan pengaruh virus tertentu dan zat-zat kimia.

B. Antibodi
1. Pengertian Antibodi
Antibodi merupakan immune system related proteins yang dapat berperan sebagai
membran plasma yang terikat reseptor antigen pada permukaan limfosit B. Sedangkan
antibodi bebas dalam cairan seluler berfungsi untuk mengeliminasi antigenic
determinant/epitope.
Antibodi adalah fraksi protein dalam cairan tubuh yang terbentuk atas rangsangan
masuknya antigen yang berasal dari manusia luar, dan terjadi secara spesifik. Antibodi
sudah ada pada manusia sejak lahir yaitu yang ditransfer oleh ibu melalui plasenta dari
ibu ke janin. Respon imun yang spesifik dihubungkan dengan respon imun acquired
(respon imun yang didapatkan). Antibodi ini merupakan antibody non spesifik yang
disebut innate.
Landsteiner, seorang peneliti di bidang fraksi protein menggunakan teknologi
imunoelektroforesis yaitu metode di bidang kimia yang memisahkan fraksi-fraksi protein
dalam tubuh dengan cara melewatkan ke medan listrik atas dasar kandungan listrik pada
protein.
Porter dan Edelman melakukan percobaan dengan mempergunakan toxin
diphteriae untuk merangsang sistem imun mencit sehingga mencit hanya mendapat satu
antigen. Dengan rangsangan satu jenis antigen, akan terbentuk satu macam antibodi
dalam serum. Bila serum mencit tersebut dicampur dengan toxin diphteriae dan
didiamkan semalam, akan terlihat bahwa antibodi terdapat pada fraksi g globulin. Dari
sinilah berasal kata immunoglobulin. Pada penelitian lanjutan diketahui bahwa pada b
globulin juga terdapat antibodi.
Sebagaimana dibahas sebelumnya respon imunitas dapat dibagi menjadi dua sistem
yaitu sistem imunitas humoral dan selular. Sistem imunitas humoral dilakukan oleh suatu
molekul glikoprotein yang sangat luar biasa spesifiknya. Molekul antibodi ini dihasilkan
oleh sel limfosit B dan membentuk immunoglobulin.
2. Struktur Antibodi
Fungsi antibodi dalam pertahanan hospes terhadap infeksi mikroorganisme
berhubungan dengan struktur antibody itu sendiri. Antibodi terdiri dari 2 light chain
(lambda/kappa) dan 2 heavy chain (alpha, delta, gamma, epsilon/mu), membentuk 4
rantai polipeptida yang terikat dalam ikatan kovalen disulfide (-S-S-) dan bergabung
membentuk molekul yang menyerupai huruf “Y”

Gambar 1. Antibodi
Light chain tersusun dari 220 residu asam amino, sedangkan heavy chain tersusun dari
440-550 asam amino, dimana setiap chain mempunyai region constant dan variable.

Gambar 2. Struktur Antibodi


a. Variable Region
Region ini tersusun dari 110-130 asam amino yang menunjukkan spesifitas
antibodi untuk pengikatan antigen. Variable region akhir dari light chain dan heavy
chain, serta mengandung amino (NH2) terminal end of the polypeptide dengan
menggunakan enzim protease, dan menghasilkan Fab (fragmen antigen binding).

Gambar 3. Pemotong variable region dengan enzim protease

b. Hypervariable region
Hypervariable region disebut juga dengan hypervariable/HV
region/complementary region/CDRs framework/FR region. HV region ditemukan
dalam light dan heavy chain pada variable region (merupakan bagian dari variable
region).
Bagian ini berfungsi untuk memfasilitasi pengenalan dan pengikatan antigen
secara spesifik serta secara langsung berhubungan dengan permukaan antigen.

c. Constant Region
Bagian ini berfungsi dalam menentukan mekanisme penghancuran antigen.
Struktur dan fungsi imunologis dari constant region merupakan dasar untuk
klasifikasi antibodi/Ig. Constant region tersusun dari 11-220 asam amino.

3. Klasifikasi Antibodi/Ig
Berdasarkan susunan Fab-nya, Ig dapat diklasifikasikan menjadi 5 kelas, yaitu IgM,
IgG, IgD, IgA, dan IgE.
a. Imuno globulin M (IgM)
IgM merupakan antibodi yang pertama kali dibentuk secara T-cell
independent. Jumlahnya adalah 5-10% dari total immune-globulin. IgM ini
mempunyai half-life selama 5 hari. IgM termasuk dalam kategori pentameric
molecule (molekul besar) yang dapat mengikat 10 antigen sekaligus, dapat dijumpai
hanya di dalam darah, dapat mengaktivasi kompleme, dan kemampuan penetrasi ke
jaringan rendah.

b. Imuno globulin G (IgG)


IgG adalah imunoglobulin berukuran kecil dan mempunyai kemampuan
penetrasi ke jaringan dan plasenta. Jumlahnya sekitar 85% dari total imunoglobulin
pada individu dewasa. Penentuan Ig ini bersifat T-cell independent dengan half-life
selama 23 hari. IgG merupakan antibodi utama dalam respon anamnestic/booster. Ig
ini berperan sebagai opsinon (membantu mempermudah proses fagositosis) dan
berperan dalam proses kemotaksis.

c. Imuno globulin A (IgA)


IgA sebagian besar dapat dijumpai di mukosa sebagai secretory IgA yang
berperan dalam imunitas local. Selain itu, IgA juga terdapat dalam kolostrum,
traktus intestinal, dan sistem respiratori. Jumlah IgA adalah 5-15% dari total
imunoglobulin. Ig ini mempunyai half-life selama 6 hari.

d. Imuno globulin E (IgE)


IgE merupakan Ig dengan jumlah terkecil, yaitu ˂1% dari total imunoglobulin.
IgE mempunyai half-life selama 2.5 hari. Ig ini selain berperan sebagai reseptor
allergen dan antigen parasite, juga berperan pada anaphylactic hypersensitivity
(rapid allegic reactions). IgE mempunyai reseptor yang terdapat di mast cell.

e. Imuno globulin D (IgD)


Selain IgE, IgD juga merupakan imunoglobulin dengan jumlah yang sedikit,
yaitu ˂1% dari serum imunoglobulin. IgD ini terutama terdapat sebagai IgD
membrane/reseptor.
4. Mekanisme Kerja Antibodi
Beberapa peran antibodi salah satunya adalah sebagai opsonin yang membantu
mempermudah proses fagositosis dan killing oleh sel fagosit (terutama diperankan oleh
IgG). Dalam proses neutralisasi, antibodi dapat mencegah terjadinya perlekatan bakteri,
toksin, dan virus pada sel target. Antibodi juga memainkan peran pada aglutinasi bakteri,
sehingga akhirnya akan melakukan clearing terhadap bakteri yang menginfeksi.
Selain itu, antibodi juga dapat mengubah organisme motil menjadi non-motil.
Antibodi juga mempunyai peranan dalam mengaktivasi komplemen, dimana pada respon
inflamasi, antibodi akan meningkatkan konsentrasi fagosit dan antibody di lokasi infeksi,
membentuk membrane attact complex (MAC) untuk melisiskan sel terinfeksi.
Interaksi antigen-antibodi terjadi melalui bagian yang dikenal sebagai antigenic
determinant/epitope, yaitu suatu struktur khas bagian dari antigen yang mempunyai
respin imunologis dengan pembentukan antibodi. Interaksi antigen-antibodi dapat
distabilkan dengan ikatan hydrogen. Sedangkan untuk interaksi yang lebih lemah dengan
menggunakan ikatan Van der Waals, hidrofobik, dan elektrostatik, sehingga dapat
meningkatkan spesifitas dan afinitas ikatan antigen-antibodi. Dapat dikatakan bahwa
ikatan antara antigen dan antibodi dipengaruhi oleh ikatan hidrogen, daya elektrastatis,
ikatan Van der Waals, dan ikatan hidrofobik.
Ikatan diantara antigen dan antibodi bersifat spesifik dan tidak mutlak. Hal tersebut
berarti merskipun ikatan keduanya dapat diibaratkan seperti “lock and key”, namun dapat
juga terjadi reaksi silang dengan struktur molekul antigen lain yang mirip dengan
pasangannya. Dapat diartikan bahwa spesifitas antibodi dan tingkat kemurnian antigen.
Jadi, antibodi yang sangat spesifik adalah antibodi yang mempunyai binding site yang
hanya dapat mengikat antigen dengan struktur yang khas saja. Sebaiknya, antibodi yang
tidak spesifik adalah antibody yang dapat mengikat berbagai macam antigen yang
menunjukkan struktur yang berbeda.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka dikenal juga istilah “valensi antibody
yaitu jumlah binding yang potensial dari antibodi terhadap antigen spesifik. Valensi dari
antibodi minimal sebanyak 2 buah. Jadi, sebagian besar antibodi adalah
bivalen/multivalent, akan tetapi apabila antibodi tersebut digunakan dalam konsentrasi
yang sangat kecil (dengan pengenceran yang sangat besar), maka antibodi tersebut dapat
bereaksi sebagai komponen monovalent.
Selain itu, dikenal juga istilah “adivitas antibodi”, yaitu besarnya kemampuan
antibodi untuk mengikat antigen. Aviditas merupakan refleksi dan afinitas (besarnya
daya ikat) dan jumlah binding site (valensi). Jadi, antibodi dengan aviditas yang besar
akan menunjukkan tendensi untuk mengikat antigen yang banyak.
Fungsi antibodi dalam mengeliminasi antigen ada yang tidak tergantung pada
isotope/kelas Ig, dan ada yang tergantung pada isotope Ig. Pada eliminasi antigen yang
tidak tergantung isotope Ig, mencerminkan kapasitas molekul antigen binting
site/variable dan hypervariable regions (idiotypic). Contohnya adalah antibodi mungkin
berikatan dengan toksin dan mencegah toksin tersebut masuk ke sel hospes. Sedangkan
pada eliminasi antigen yang tergantung isotope Ig, fungsi ini terdiri dari molekum
constant regions. Contohnya adalah hanya IgG dan IgM yang mempunyao kemampuan
berinteraksi dengan menginisiasi complement cascade; dan hanya molekul IgG yang
dapat berikayan dengan permukaan makofag melalui Fc reseptor untuk melakukan
fagositosis.
Sistem imun mempunyai kapasitas untuk mengenali dan merespon sekitar 10 7
antigen yang berbeda. Kemampuan seperti inilah yang dikenal sebagai “diversitas
antibodi”. Diversitas antibodi ini dapat dibentuk melalui 3 cara, yaitu multiple gene
dalam germ line DNA, rekombinasi variable selama diferensiasi sel germ line menjadi
sel B, dan mutasi selama diferensiasi sel germ line menjadi sel B.

5. Antibodi Monoklonal
Antibodi monklonal adalah antibodi mono-spesifik yang dapat meningkat 1 epitop
saja. Antibodi ini merupakan sel hibridoma, yaitu fusi sel dan sel yang dapat dihasilkan
dengan teknik hibridoma.
Antibodi monoklonal secara artifisial diproduksi terhadap antigen spesifik untuk
mengikat target antigen mereka. Produksi antibodi monoklonal yang dihasilkan hanya
berasal dari 1 sel saja, yang berarti bahwa setiap antibodi yang dihasilkan oleh sel adalah
sama.
Antibodi monoklonal “menarget” berbagai protein yang mempengaruhi aktivitas sel
seperti pada reseptor atau protein lain yang biasanya dapat ditemukan baik pada sel
normal maupun sel-sel kanker. Pada jenis antibodi monoklonal yang lebih spesifik, lebih
memungkinkan untuk mengikat sel-sel kanker dengan sepasang zat sitotoksik seperti
radioaktif untuk mencari dan menghancurkan sel-sel kanker, tetapi tetap dengan tidak
merusak sel lain yang tidak membahayakan kesehatan.
Perpaduan sel myeloma dengan sel limpa dapat mengakibatkan sel
hibrida/hibridoma yang menghasilkan antibodi monoklonal dalam jumlah yang besar.
Fusi sel menghasilkan 2 jenis sel, di mana jenis pertama mempunyai kemampuan untuk
terus tumbuh, dan yang lainnya mempunyai kemampuan untuk menghasilkan sejumlah
besar dari antibodi murni. Sel hibrida hanya menghasilkan 1 antibodi yang lebih murni
daripada antibodi yang dihasilkan dengan teknik konvensional.
Hampir semua ilmuwan berpendapat bahwa antibodi monoklonal jauh lebih efektif
menyembuhkan penyakit dibanding dengan metode yang lainnya, mengingat remedi
menyembuhkan penyakit dengan menyerang zat asing/smaping yang kompleks,
sedangkan antibodi monoklonal hanya melawan antigen/organisme berbahaya tanpa
merusak/hanya menimbun efek samping ringan bagi tubuh penderita.
Kehadiran sejumlah besar antibodi monoklonal yang spesifik dalam darah
kemungkinan dapat menandakan adanya protein yang abnormal. Protein ini biasanya
dapat terdeteksi selama pemeriksaan fisik dan dapat diidentifikasi dengan menggunakan
screening test yang dikenal dengan “elektroforesis protein”. Sumber produksi yang
abnormal dari antibodi monoklonal dapat juga disebabkan oleh sejumlah kecil sel plasma
pada bagian sumsum tulang (bone marrow).

6. Produksi Antibodi Monoklonal


Sel-sel hibridoma memproduksi antibodi monoklonal spesifik yang awalnya hanya
diproduksi oleh sel lomfosit B. Sel B akan menghasilkan antibodi monoklonal tergantung
pada jenis antigen yang telah diidentifikasi sebelumnya. Contohnya, jika seseorang
diketahui mengidap virus MERS, maka tubuhknya akan segera merespon dan
mengistruksikan sel B untuk menghasilkan jenis antibodi yang akan digunakan untuk
melawan serangan virus tersebut.
Pembuatan sel hibridoma terdiri dari 3 tahapan utama, yaitu imunisasi, foma, dan
cloning. Imunisasi dapat dilakukan dengan imunisasi konvensional, imunisasi sekali
suntik intralimpa, maupun imunisasi in vitro. Fusi sel ini menghasilkan sel hibrid yang
mampu menghasilkan antibodi seperti pada sel limpa dan dapat secara terus menerus
dibiakkan seperti sel myeloma. Frekuensi terjadinya fusi sel ini relatif rendah, sehingga
sel induk yang tidak mengalami fusi dihilangkan agar sel fusi dapat tumbuh.
Secara garis besarnya, langkah pertama pembuaran antibodi monoklonal adalah
dengan menginjeksikan antigen ke dalam tubuh tikus/kelinci percobaan, kemudiaan
limpanya dipisahkan. Sel-sel pembentuk antibodi pada limpa dilebur/fusi dengan sel-sel
myeloma (sel kanker). Sekitar 1% dari sel limpa adalah sel yang menghasilkan antibodi,
sedangkan 10% sel hibridoma akhir terdiri dari sel-sel yang menghasilkan antibodi.
Setiap hibridoma hanya dapat menghasilkan 1 antibodi saja.
Teknik seleksi kemudian dikembangkan untuk mengidentifikasi sel tersebut,
kemudian dilakukan pengembangan/pengklonan selanjutnya. Klon yang diperoleh dari
hibridoma berupa antibodi monoklonal, yang dapat disimpan beku kemudian dapat
diinjeksikan ke dalam tubuh hewan atau dibiakkan dalam suatu kultur untuk
menghasilkan antibodi dalam jumlah yang besar.
Frekuensi fusi sel dapat diperbanyak dengan menggunakan polietilen glikol (PEG),
DMSO, dan penggunaan medan listrik. PEG berfungsi untuk membuka membrane sel
sehingga mempermudah proses fusi. Sel hybrid kemudian ditumbuhkan pada media
pertumbuhan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem imun merupakan sistem yang sangat komplek dengan berbagai peran ganda
dalam usaha menjaga keseimbangan tubuh. Seperti halnya sistem indokrin, sistem imun yang
bertugas mengatur keseimbangan, menggunakan komponennya yang beredar di seluruh
tubuh, supaya dapat mencapai sasaran yang jauh dari pusat.
Antibodi adalah fraksi protein dalam cairan tubuh yang terbentuk atas rangsangan
masuknya antigen yang berasal dari manusia luar, dan terjadi secara spesifik. Berdasarkan
susunan Fab-nya, Ig dapat diklasifikasikan menjadi 5 kelas, yaitu IgM, IgG, IgD, IgA, dan
IgE. Peran antibodi yaitu membantu mempermudah proses fagositosis dan killing oleh sel
fagosit (terutama diperankan oleh IgG). Dalam proses neutralisasi, antibodi dapat mencegah
terjadinya perlekatan bakteri, toksin, dan virus pada sel target. Antibodi juga memainkan
peran pada aglutinasi bakteri, sehingga akhirnya akan melakukan clearing terhadap bakteri
yang menginfeksi.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang
diharapkan. Olehnya itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Antari L Arlita. 2017. Imunologi Dasar. Yogyakarta: Deepublish.

Darwin Eryanti. 2006. Imunologi dan Infeksi. Yogyakarta: Andalas University Press.

Suardana Bagus Kade Ida. 2017. Sistem Imun. Diktat Imunologi Dasar: Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana Denpasar

Anda mungkin juga menyukai