“ANTIBODI”
RAHMANIAR
NIM :B1D119004
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu wata’ala karena
berkat rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Antibodi”. Makalah
ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah “Histokimia & Imunohistokimia”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi sempurnanya makalah ini.
Penyusun
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................................5
A. Sistem Imun................................................................................................................6
1. Pengertian Sistem Imun........................................................................................6
2. Fungsi Sistem Imun..............................................................................................6
B. Antibodi......................................................................................................................7
1. Pengertian Antibodi..............................................................................................7
2. Struktur Antibodi..................................................................................................7
3. Klasifikasi Antibodi..............................................................................................9
4. Mekanisme Antibodi...........................................................................................11
5. Antibodi Monoklonal..........................................................................................12
6. Produksi Antibodi Monoklonal………………………………………...............14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apabila terpapar oleh antigen asing maka akan terjadi respon imun yang
diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu respon imun spesifik (respon imun yang didapat
atau adaptif yang timbul terhadap unit-unit kecil dari mukroorganisme yang disebut sebagai
antigen) dan respon imun non-spesifik yang merupakan imunitas alamiah bawaan.
Mekanisme efektor dari respon imun spesifik terdiri dari imunitas seluler dan imunitas
humoral. Imunitas seluler ditengahi oleh sekelompok limfosit yang berdeferensiasi dibawah
pengaruh timus, sehingga disebut limfosit T. Sedangkan imunitas humoral ditengahi oleh
sekelompok limfosit yang berdeferensiasi pada sum-sum tulang, dan disebut sebagai limfosit
B. Limfosit B berdeferensiasi menjadi sel plasma yang akan memproduksi antibodi.
Antobodi mempunyai kemampuan untuk bereaksi dengan benda asing yang merangsang
pembentukannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sitem imun?
2. Apa fungsi dari sistem imun?
3. Apa yang dimaksud dengan antibodi?
4. Bagaimana struktur dari antibodi?
5. Ada berapa jenis antibodi dan bagaimana mekanisme kerja antibodi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sistem imun.
2. Untuk mengetahui fungsi dari sistem imun.
3. Untuk mengetahui pengertian antibodi.
4. Untuk mengetahui struktru dari antibodi.
5. Untuk mengetahui jenis dan mekanisme kerja antibodi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Imun
1. Pengertian Sitem Imun
Sistem imun merupakan sistem yang sangat komplek dengan berbagai peran ganda
dalam usaha menjaga keseimbangan tubuh. Seperti halnya sistem indokrin, sistem imun
yang bertugas mengatur keseimbangan, menggunakan komponennya yang beredar di
seluruh tubuh, supaya dapat mencapai sasaran yang jauh dari pusat. Untuk melaksanakan
fungsi imunitas, di dalam tubuh terdapat suatu sistem yang disebut dengan sistem
“limforetikuler”. Sistem ini merupakan jaringan atau kumpulan sel yang letaknya
tersebar di seluruh tubuh, misalnya di dalam sumsum tulang, kelenjar limfe, limfa, timus,
sistem saluran napas, saluran cerna dan beberapa organ lainnya. Jaringan ini terdiri atas
bermacam-macam sel yang dapat menunjukkan respons terhadap suatu rangsangan
sesuai dengan sifat dan fungsinya masing-masing.
Bila sistem imun terpapar oleh zat yang dianggap asing, maka akan terjadinya dua
jenis respons imun, yaitu respons imun non spesifik dan respons imun spesifik.
Walaupun kedua respons imun ini prosesnya berbeda, namun telah dibuktikan bahwa
kedua jenis respons imun di atas saling meningkatkan efektivitasnya. Respon imun yang
terjadi sebenarnya merupakan interaksi antara sutu komponen dengan komponen lain
yang terdapat di dalam sistem imun. Intraksi tersebut berlangsung bersama-sama
sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu aktivitas biologic yang seirama dan serasi.
B. Antibodi
1. Pengertian Antibodi
Antibodi merupakan immune system related proteins yang dapat berperan sebagai
membran plasma yang terikat reseptor antigen pada permukaan limfosit B. Sedangkan
antibodi bebas dalam cairan seluler berfungsi untuk mengeliminasi antigenic
determinant/epitope.
Antibodi adalah fraksi protein dalam cairan tubuh yang terbentuk atas rangsangan
masuknya antigen yang berasal dari manusia luar, dan terjadi secara spesifik. Antibodi
sudah ada pada manusia sejak lahir yaitu yang ditransfer oleh ibu melalui plasenta dari
ibu ke janin. Respon imun yang spesifik dihubungkan dengan respon imun acquired
(respon imun yang didapatkan). Antibodi ini merupakan antibody non spesifik yang
disebut innate.
Landsteiner, seorang peneliti di bidang fraksi protein menggunakan teknologi
imunoelektroforesis yaitu metode di bidang kimia yang memisahkan fraksi-fraksi protein
dalam tubuh dengan cara melewatkan ke medan listrik atas dasar kandungan listrik pada
protein.
Porter dan Edelman melakukan percobaan dengan mempergunakan toxin
diphteriae untuk merangsang sistem imun mencit sehingga mencit hanya mendapat satu
antigen. Dengan rangsangan satu jenis antigen, akan terbentuk satu macam antibodi
dalam serum. Bila serum mencit tersebut dicampur dengan toxin diphteriae dan
didiamkan semalam, akan terlihat bahwa antibodi terdapat pada fraksi g globulin. Dari
sinilah berasal kata immunoglobulin. Pada penelitian lanjutan diketahui bahwa pada b
globulin juga terdapat antibodi.
Sebagaimana dibahas sebelumnya respon imunitas dapat dibagi menjadi dua sistem
yaitu sistem imunitas humoral dan selular. Sistem imunitas humoral dilakukan oleh suatu
molekul glikoprotein yang sangat luar biasa spesifiknya. Molekul antibodi ini dihasilkan
oleh sel limfosit B dan membentuk immunoglobulin.
2. Struktur Antibodi
Fungsi antibodi dalam pertahanan hospes terhadap infeksi mikroorganisme
berhubungan dengan struktur antibody itu sendiri. Antibodi terdiri dari 2 light chain
(lambda/kappa) dan 2 heavy chain (alpha, delta, gamma, epsilon/mu), membentuk 4
rantai polipeptida yang terikat dalam ikatan kovalen disulfide (-S-S-) dan bergabung
membentuk molekul yang menyerupai huruf “Y”
Gambar 1. Antibodi
Light chain tersusun dari 220 residu asam amino, sedangkan heavy chain tersusun dari
440-550 asam amino, dimana setiap chain mempunyai region constant dan variable.
b. Hypervariable region
Hypervariable region disebut juga dengan hypervariable/HV
region/complementary region/CDRs framework/FR region. HV region ditemukan
dalam light dan heavy chain pada variable region (merupakan bagian dari variable
region).
Bagian ini berfungsi untuk memfasilitasi pengenalan dan pengikatan antigen
secara spesifik serta secara langsung berhubungan dengan permukaan antigen.
c. Constant Region
Bagian ini berfungsi dalam menentukan mekanisme penghancuran antigen.
Struktur dan fungsi imunologis dari constant region merupakan dasar untuk
klasifikasi antibodi/Ig. Constant region tersusun dari 11-220 asam amino.
3. Klasifikasi Antibodi/Ig
Berdasarkan susunan Fab-nya, Ig dapat diklasifikasikan menjadi 5 kelas, yaitu IgM,
IgG, IgD, IgA, dan IgE.
a. Imuno globulin M (IgM)
IgM merupakan antibodi yang pertama kali dibentuk secara T-cell
independent. Jumlahnya adalah 5-10% dari total immune-globulin. IgM ini
mempunyai half-life selama 5 hari. IgM termasuk dalam kategori pentameric
molecule (molekul besar) yang dapat mengikat 10 antigen sekaligus, dapat dijumpai
hanya di dalam darah, dapat mengaktivasi kompleme, dan kemampuan penetrasi ke
jaringan rendah.
5. Antibodi Monoklonal
Antibodi monklonal adalah antibodi mono-spesifik yang dapat meningkat 1 epitop
saja. Antibodi ini merupakan sel hibridoma, yaitu fusi sel dan sel yang dapat dihasilkan
dengan teknik hibridoma.
Antibodi monoklonal secara artifisial diproduksi terhadap antigen spesifik untuk
mengikat target antigen mereka. Produksi antibodi monoklonal yang dihasilkan hanya
berasal dari 1 sel saja, yang berarti bahwa setiap antibodi yang dihasilkan oleh sel adalah
sama.
Antibodi monoklonal “menarget” berbagai protein yang mempengaruhi aktivitas sel
seperti pada reseptor atau protein lain yang biasanya dapat ditemukan baik pada sel
normal maupun sel-sel kanker. Pada jenis antibodi monoklonal yang lebih spesifik, lebih
memungkinkan untuk mengikat sel-sel kanker dengan sepasang zat sitotoksik seperti
radioaktif untuk mencari dan menghancurkan sel-sel kanker, tetapi tetap dengan tidak
merusak sel lain yang tidak membahayakan kesehatan.
Perpaduan sel myeloma dengan sel limpa dapat mengakibatkan sel
hibrida/hibridoma yang menghasilkan antibodi monoklonal dalam jumlah yang besar.
Fusi sel menghasilkan 2 jenis sel, di mana jenis pertama mempunyai kemampuan untuk
terus tumbuh, dan yang lainnya mempunyai kemampuan untuk menghasilkan sejumlah
besar dari antibodi murni. Sel hibrida hanya menghasilkan 1 antibodi yang lebih murni
daripada antibodi yang dihasilkan dengan teknik konvensional.
Hampir semua ilmuwan berpendapat bahwa antibodi monoklonal jauh lebih efektif
menyembuhkan penyakit dibanding dengan metode yang lainnya, mengingat remedi
menyembuhkan penyakit dengan menyerang zat asing/smaping yang kompleks,
sedangkan antibodi monoklonal hanya melawan antigen/organisme berbahaya tanpa
merusak/hanya menimbun efek samping ringan bagi tubuh penderita.
Kehadiran sejumlah besar antibodi monoklonal yang spesifik dalam darah
kemungkinan dapat menandakan adanya protein yang abnormal. Protein ini biasanya
dapat terdeteksi selama pemeriksaan fisik dan dapat diidentifikasi dengan menggunakan
screening test yang dikenal dengan “elektroforesis protein”. Sumber produksi yang
abnormal dari antibodi monoklonal dapat juga disebabkan oleh sejumlah kecil sel plasma
pada bagian sumsum tulang (bone marrow).
A. Kesimpulan
Sistem imun merupakan sistem yang sangat komplek dengan berbagai peran ganda
dalam usaha menjaga keseimbangan tubuh. Seperti halnya sistem indokrin, sistem imun yang
bertugas mengatur keseimbangan, menggunakan komponennya yang beredar di seluruh
tubuh, supaya dapat mencapai sasaran yang jauh dari pusat.
Antibodi adalah fraksi protein dalam cairan tubuh yang terbentuk atas rangsangan
masuknya antigen yang berasal dari manusia luar, dan terjadi secara spesifik. Berdasarkan
susunan Fab-nya, Ig dapat diklasifikasikan menjadi 5 kelas, yaitu IgM, IgG, IgD, IgA, dan
IgE. Peran antibodi yaitu membantu mempermudah proses fagositosis dan killing oleh sel
fagosit (terutama diperankan oleh IgG). Dalam proses neutralisasi, antibodi dapat mencegah
terjadinya perlekatan bakteri, toksin, dan virus pada sel target. Antibodi juga memainkan
peran pada aglutinasi bakteri, sehingga akhirnya akan melakukan clearing terhadap bakteri
yang menginfeksi.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang
diharapkan. Olehnya itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Darwin Eryanti. 2006. Imunologi dan Infeksi. Yogyakarta: Andalas University Press.
Suardana Bagus Kade Ida. 2017. Sistem Imun. Diktat Imunologi Dasar: Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana Denpasar