Anda di halaman 1dari 13

IMUNOSUPRESAN

MAKALAH ILMIAH FARMAKOLOGI III


DOSEN PENGASUH :
Apt. YUNIAR, S.Si.,M.Farm.,

Oleh :

KHOIRUNNISA SARI
NIM : 180101160

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI


BHAKTI PERTIWI
PALEMBANG
2021
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur selalu penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul: “Imunosupresan”Sebagai salah satu tugas
yang diberikan pada mata kuliah Farmkologi III.
Berkat bantuan dan motivastai berbagai pihak maka segala kesulitan dan
hambatan ini dapat diatasi dan tentunya dengan izin Allah SWT. Dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
terutama kepada:
1. Drs. H. Noprizon, M.kes.,Apt sebagai Ketua yayasan STIFI Bhakti
Pertiwi Palembang..
2. Dosen dan Karyawan STIFI Bhakti Pertiwi Palembang.
3. Teman-teman sekalian sebagai pendukung dan pemberi inspirasi dalam
pembuatan makalah ini
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan
memiliki keterbatasan dan kekurangan, untuk itu saran dan kritik untuk para
pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Demikian pula
penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.

Palembang,22 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang....................................................................................1
1.2. Rumusan Makalah..............................................................................1
1.3. Tujuan Makalah..................................................................................2
1.4. Manfaat Makalah................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Imunosupresan...................................................................3
2.2. Sistem Imunitas...................................................................................3
2.3. Respon Imun........................................................................................3
2.4. Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Imunitas.....................................4
2.5. Prinsip Umum Terapi Imunosupresan.................................................5
2.6. Gangguan Sistem Pertahanan Tubuh...................................................5
2.7. Indikasi Imunosupresan.......................................................................6
2.8. Obat Imunosupresan............................................................................7
2.8.1. Kortikosteroid...................................................................................7
2.8.2. Penghambat Kalsineurin : Siklosporin dan Takrolimus...................8
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan..........................................................................................9
3.2. Saran....................................................................................................9
DAFAR PUSTAKA........................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh makhluk hidup memiliki berbagai sistem yang berfungsi didalam
proses perkembangan, pertumbuhan, daya tahan dan lain sebagainya, dalam
menghadapi serangan dari patogen penyebab penyakit tubuh di bekali dengan yang
dinamakan imunitas atau kekebalan tubuh, yang berfungsi dalam menghalau
ataupun membunuh patogen perusak tubuh, sistem imun bagaikan sinyal
pemberitahu adanya gangguan yang masuk ke tubuh dengan tujuan merusak atau
pun mengganggu sistem-sistem perkembangan dan pertumbuhan didalam tubuh
makhluk hidup.
Secara umum sistem imun dibagi menjadi dua lini: imunitas alamiah dan
imunitas adaptif. Imunitas alamiah (innate) adalah pertahanan lapis pertama,
berupa mekanisme non-spesifik (antigenindependent) untuk melawan dan
mengatasi patogen yang menerobos masuk ke dalam tubuh kita. Imunitas adaptif
bersifat spesifik terhadap antigen (antigen-dependent), dan memiliki memori
sehingga tubuh kita mampu bereaksi dengan lebih cepat serta lebih efisien pada
saat terpapar ulang dengan antigen yang sama.
Imunosupresi adalah berkurangnya kapasitas sistem kekebalan tubuh untuk
merespon antigen asing secara efektif, termasuk antigen permukaan pada sel
tumor. Imunosupresi dapat disebabkan oleh terbunuhnya sel efektor imun atau dari
penyumbatan jalur intraseluler yang penting untuk pengenalan antigen atau elemen
lain dari respons imun, sedangkan obat imunosupresan adalah obat yang menekan
sistem imun atau menurunkan respon tubuh. Dengan demikianlah dibuatlah
makalah ini dengan maksud untuk menerangkan lebih lanjut bagaimana
imusupresan bekerja dan mempengaruhi tubuh makhluk hidup.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Imunosupresan?
2. Apa itu sistem imun?
3. Faktor apa yang mempengaruhi penurunan sistem imun?
4. Apa saja gangguan sistem kekebalan?

1
5. Bagaimana proses farmakologi imunosupresan?
6. Apa saja obat obat dari golongan imunosupresan?

1.3 Tujuan Makalah

1. Menjelaskan definisi imunosupresan.


2. Menjelaskan definisi serta faktor yang mempengaruhi sistem imunita.
3. Memahami farmakologi dari obat imunosupresan.
4. Menjelaskan apa saja obat dari golongan imunosupresan.

1.4 Manfaat Makalah

1. Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai sistem kekebalan tubuh.


2. Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai imunosupresan baik
farmakologi dan obat dari golongan imunosupresan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Imunosuppresan


Imunosupresi adalah berkurangnya kapasitas sistem kekebalan tubuh
untuk merespon antigen asing secara efektif, termasuk antigen permukaan
pada sel tumor. Imunosupresi dapat disebabkan oleh terbunuhnya sel efektor
imun atau dari penyumbatan jalur intraseluler yang penting untuk pengenalan
antigen atau elemen lain dari respons imun, sedangkan obat imunosupresan
adalah obat yang menekan sistem imun atau menurunkan respon tubuh. Obat
immunosupresan biasanya digunakan untuk mengobati berbagai penyakit
seperti glomurelonephitis, myasthenia gravis, arthritis, lupus dan sebagainya.
Obat imunosupresan terdiri dari 5 golongan diantaranya glukokortokoid,
sitostatika, antibodi, obat yang bekerja pada imunofilin, dan obat lainnya.

2.2 Sistem Imunitas


Secara umum sistem imun dibagi menjadi dua lini: imunitas alamiah
dan imunitas adaptif. Imunitas alamiah (innate) adalah pertahanan lapis
pertama, berupa mekanisme non-spesifik (antigenindependent) untuk
melawan dan mengatasi patogen yang menerobos masuk ke dalam tubuh kita.
Imunitas adaptif bersifat spesifik terhadap antigen (antigen-dependent), dan
memiliki memori sehingga tubuh kita mampu bereaksi dengan lebih cepat
serta lebih efisien pada saat terpapar ulang dengan antigen yang sama.

2.3 Respon Imun


Masuknya organisme atau benda asing ke dalam tubuh akan menimbulkan
berbagai reaksi yang bertujuan menghancurkan atau menyingkirkan benda
pengganggu tersebut. Pada makhluk hidup tingkat tinggi seperti vertebrata dan
manusia, terdapat dua sistem pertahanan (imunitas), yaitu imunitas
nonspesifik dan imunitas spesifik.

3
Imunitas nonspesifik merupakan mekanisme pertahanan terdepan yang
meliputi komponenfisik berupa keutuhan kulit dan mukosa; komponen
biokimiawi seperti asam lambung, lisozim, komplemen, dan komponen seluler
nonspesifik seperti netrofil dan makrofag. Netrofil dan Makrofag melakukan
fagositasis terhadap benda asing dan memproduksi berbagai mediator untuk
menarik sel-sel inflamasi lain ke daerah infeksi. Selanjutnya benda asing akan
dihancurkan dengan mekanisme inflamasi.
Imunitas spesifik memiliki karakteristik khusus, antara lain kemampuannya
untuk bereaksi secara spesifik dengan antigen tertentu; kemampuan
membedakan antigen asing dengan antigen sendiri dan kemampuan bereaksi
lebih cepat dan lebih efisien terhadap antigen yang sudah dikenal sebelumnya.
Respon sistem imun spesifik terdiri dari dua sistem imunitas utama, yaitu
imunitas seluler dan imunitas humoral. Imunitas seluler melibatkan sel
limfosit T dan imunitas humoral melibatkan sel limfosit B dan sel plasma
yang berfungsi memproduksi antibodi.

2.4 Faktor yang mempengaruhi sistem imunitas


1. Genetika (keturunan).
Seseorang yang memiliki riwayat penyakit menurun seperti diebetes
mellitus akan beresiko menderita penyakit tersebut dalam hidupnya.
2. Fisiologis tubuh.
Fungsi organ yang terganggu akan mempengaruhi kerja organ yang lain
seperti berat badan yang berlebihan akan menyebabkan sirkulasi darah
kurang lancar sehingga dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit.
3. Tidur.
Kadar sitokinin yang sistem kerjanya sangat dipengaruhi oleh pola tidur
seseorang ketika kadar hormone ini berubah-ubah dapat mempengaruhi
imunitas selular sehingga kekebalan tubuh akan melemah.
4. Penggunaan obat-obatan.

4
Konsumsi obat antibiotik yang berlebihan akan menyebabkan bakteri
menjadi lebih resistan, sehingga ketika bakteri menyerang lagi maka sistem
kekebalan tubuh akan gagal melawannya.

2.5 Prinsip umum terapi imunosupresan


Prinsip umum penggunaan imunosupresan untuk mencapai hasil terapi yang
optimal ada;ah sebagai berikut:
1. Respon imun primer lebih mudah dikendalikan dan ditekan
dibandingkan dengan resppons imun sekunder, tahap awal respon imun
primer pengolahan antigen oleh APC, sintesis limfokin, proliferasi dan
diferensiasi sel-sel imun, tahap ini merupakan yang paling sensitif
terhadap obat imunosupresan, sebaliknya begitu terbentuk sel memori,
maka efektivitas obat imunosupresan akan lebih berkurang.
2. Obat imunosupresan memberikan efek yang berbeda terhadap antigen
yang berbeda. Dosis yang dibutuhkan untuk menekan respon imun
terhadap suatu antigen berbeda dengan dosis untuk antigen lain.
3. Penghambat respon imun lebih berhasil bila obat imunosupresan
diberikan sebelum paparan antigen, sayangnya, hampir semua penyakit
autoimun baru bisa dikenal setelah autoimunitas berkembang sehingga
relatif sulit diatasi.

2.6 gangguan sistem pertahanan tubuh.


1. Hipersensitivitas (alergi).
Adalah peningkatan reaksi terhadap antigen tertentu. Antigen yang
menyebabkan alergi disebut allergen. Terkena allergen dapat membuat
tubuh sensitif sehingga ketika terkena lagi akan mengakibatkan reaksi
alergi. Gejala alergi dapat berupa gatal-gatal, ruam kemerahan dikulit, mata
merah atau kesulitan bernapas.
2. Penyakit autoimun.

5
Penyakit ini adalah kegagalan sistem imunitas untuk membedakan sel
tubuh dengan sel asing sehingga sistem imunitas menyerang tubuh sendiri.
Contohnya penyakit lupus
3. Imunodefisiensi.
Menurunnya keefektifan sistem imunitas atau ketidakmampuan sistem
imunitas untuk merespon sehingga dapat mengganggu sistem kerja dari
pertahanan tubuh. Penurunan sistem kekebalan tubuh dapat disebabkan
oleh antara lain obesitas, pengguna alkohol, narkoba, kekurangan nutrisi,
dan virus yang menyerang tubuh (seperti virus HIV yang menyebabkan
AIDS).

2.7 Indikasi Imunosupresan


Imunosupresan digunakan untuk tiga indikasi utama yaitu, transplantasi
organ, penyakit autoimun, dan pencegahan hemolisis Rhesus pada neonatus.
1. Transplantasi Organ.
Imunosupresan sangat diperlukan untuk mencegah
penolakan transplantasi. Pada awalnya obat yang digunakan adalah
sitotoksik nonspesifik (Azatioprin dan siklofosfamid) dan
kortikosteroid selanjutnya ditemukan siklosporin, takrolimus, dan
yang lebih baru lagi, mikofenolat mofetil.
Obat sitotoksik nonspesifik menimbulkan efek
imunosupresan dengan cara menghambatt proliferasi limfosit.
sayangnya, obat-obat ini juga menean pertumbuhan sel-sel yang
cepat berembang seperti sumsum tulang dan mukosa saluran cerna,
hal ini dapat menyebabkan efek sampingseperti meningkatkan
infeksi dan supresi sumsum tulang. Penambahan kortikosteroid
akan menambahkan resiko infeksi dan resiko infeksi lainnya.
Siklosporin dan takrolimus memiliki efek samping yang jauh lebih
ringan dari imunosupresan jenis sitotoksik. Siklosporin sangat
membantu meningkatkan keberhasilan transplantasi.

6
2. Penyakit Autoimun.
Pengobatan penyakit autoimun berkembang bila sistem imun
mengalami sensitisasi oleh protein endogen dan menganggapnya
sebagai protein asing. Hal ini merangsang pembentukan antibodi
atau perkembangan sel T yang dapat bereaksi dengan antigen
endogen ini. Efektivitas terapi imunosupresan bervariasi tergantung
dari jenis penyakit, dan umumnya kurang efektif dibandingkan
dengan pencegahan saksi transplantasi atau pencegahan reaksi
hemolisis Rhesus. Berbagai penyakit autoimun seperti ITP
( idiopathic thrombocytopenic purpura), anemia hemolitik
autoimun, dan glomerulonefritis akut, umunya memberi respons
cukup baik terhadap pemberian prednison saja. Untuk kasus berat
diperlukan penambahan obat sitotoksik.
3. Pencegahan hemolisis rhesus pada neonatus.
Eritroblastosis fetalis terjadi bila seorang ibu rhesus negatif
mengandung bayi rhesus positif. Darah bayi yang mengandung
antigen D dapat masuk ke sirkulasi ibu pada waktu persalinan atau
bila ada solusio plasenta, atau kehamilan ektopik. Proses ini akan
menyebabkan ibu membentuk antibodi terhadap eritrosit Rh(+).
Pada kehamilan selanjutnya antibodi terhadap Rh(+) akan semakin
meningkat dengan resiko transfer antibodi ke sirkulasi janin
terutama pada trimester akhir dan menyebabkan hemolisis pada
janin. Untuk pencegahan eritroblastosis fetalisis, antibodi Rh(D)
diberikan pada ibu Rh(-) dalam waktu 72 jam setelah melahirkan.

2.8 Obat Imunosupresan.


2.8.1 Kortikosteroid
Kortikosteroid (glukokortikoid) digunakan sebagai obat tunggal atau dalam
kombinasi dengan imunosupresan lain untuk mencegah reaksi penolakan
tranplantasi dan untuk mengatasi penyakit autoimun. Prednison dan
prednisolon merupakan golongan glukortikoid yang sering digunakan,

7
- Mekanisme kerja : glukokortikoid dapat menurunkan jumlah limfosit
secara cepat, terutama bila diberi dosis besar, efek ini yang berlangsung
beberapa jam, diduga terjadi akibat redistribusi limfosit, setelah 24 jam
jumlah limfosit dalam sirkulasi biasanya kembali ke nilai sebelumnya.
- Penggunaan Klinik : kortikosteroid biasanya digunakan bersama
imunosupresan lain dalalm mencegah penolakan transplantasi organ,
kortikosteroid juga dapat digunakan untuk mengurangi reaksi alergi
diakibatkan pemberian antibodi monoklonal atau antibodi antilimfosit.
- Toksisitas : Penggunaan jangka panjang sering menimbulkan efek
samping seperti meningkatkan resiko infeksi, ulkus
lambung/duodenum, hiperglikemia, dan osteoporosis.
2.8.2 Penghambat Kalsineurin : Siklosporin dan Takrolimus
- Mekanisme Kerja : siklosporin dan takrolimus berkerja dalam
menghambat kalsineurin akibat hambatan tersebut berakibat
menghambanya transkripsi gen-gen tersebut.
- Farmakokinetik
Siklosporin : sedian intravena terdapat dalam bentuk larutan dalam
minyak etanol pilooksitilad kastor dengan kadar 50 mg/ml, dan sediaan
oral berupa kapsul lunak 25-100 mg dan larutan 100 mg/ml untuk
pemberian oral absorpsi lambat dan tidak lengkap.
Takrolimus : dapat diberikan secara intravena dan peroral, setelah
pemberian IV selama 2-4 jam, kadar takrolimus mula-mula menurun,
selanjutnya menunjukkan waktu paruh yang panjang yaitu 11,7 jam
pada pasien transplantasi hati dan 21,2 jam pada orang sehat. Pada
sediaan peroral bioavebilitasnya bervariasi antara 6 % sampai 56%,
takrolimus sebagian besar mengalami etebolisme di hati oleh sitokrom
P-450 dan hanya 1 % diekskresikan utuh dalam urin.
- Penggunaan Klinis : Siklisporin sangat berperan meningkatkan
keberhasilan transplastasi, obat ini digunakan secara rutin dengan obat
imunosupresan lainnya.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan.
Imunosupresi adalah berkurangnya kapasitas sistem kekebalan tubuh untuk
merespon antigen asing secara efektif, termasuk antigen permukaan pada sel
tumor. Imunosupresi dapat disebabkan oleh terbunuhnya sel efektor imun atau
dari penyumbatan jalur intraseluler yang penting untuk pengenalan antigen
atau elemen lain dari respons imun, sedangkan obat imunosupresan adalah
obat yang menekan sistem imun atau menurunkan respon tubuh.
Imunosupresan digunakan untuk tiga indikasi utama yaitu, transplantasi organ,
penyakit autoimun, dan pencegahan hemolisis Rhesus pada neonatus.
Obat-obat dalam golongan imunosupresan antaralain golongan
kortikosteroid yaitu prednison dan presnisolon, untuk golongan penghambat
kalsineurin yaitu siklosporin dan takrolimus, obat-obat inilah yang berperan
dalam proses terapi transplantasi organ, penyakit-penyakit autoimun, hemolisis
rhesus pada neonatus.

3.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami sampaikan. kami sadar bahwa makalah ini
belum sempurna, baik dari segi penulisan maupun materi yang disampaikan. oleh
karena itu, kami sangat berharap akan saran dan kritik dari pembaca demi
menciptakan sebuah makalah yang baik. Dan juga penulis mengharapkan sebagai
generasi penerus bangsa mari kita meng-kritisi setiap perkembangan yang terjadi
di sekitar kita. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan khususnya bagi
para pembaca

9
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Sulistia Gan, dkk. (2016) Farmakologi Dan Terapi Edisi 6 .


Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran. Universitas
Indonesia : Jakarta

10

Anda mungkin juga menyukai