8l
82 BAG IAN sATu PENDAHULUAN PATOLOGI UMUM: MEKANISME PENYAKIT
Mekanisme-mekanisme ini dapat disebut sebagai Molekul MHC kelas II ditemukan di monosit, makrofag
imunitas tubuh, yaitu suatu keadaan perlindungan dan sel sistem imun lainnya dan aktif selAma proses
(terutama terhadap infeksi) yang ditandai dengan fagositosis. FungsimolekulMHC kelas I,II, danIII dan
daya ingat dan spesifisitas. Daya ingat adalah fagositosis akan dibahas secara lebih rinci dalam bab
meningkatnya kemampuan suatu organisme untuk ini.
berespons terhadap suatu nntigen (suatu sel atau Sistem penentuan diri sendiri versus asing pada
molekul yang memicu respons imun, juga dikenal tubuh manusia melibatkan banyak mekanisme, yang
sebagai imunogen) karena pernah terpajan ke antigen sebagian di antaranya dilaksanakan oleh sistem
tersebut. Spesifisitas adalah sifat yang diperlihatkan Iimfoid. Sistem limfoid mempertahankan tubuh dari
oleh sel-sel sistem imun sebagai kemampuan untuk agen penginvasi melalui dua lengan: imunitas selular
bereaksi terhadap hanya satu determinan antigen. dan imunitas humoral. Imunitas selular adalah
Imunitas memiliki tiga fungsi utama: (1) perannya respons imun yang terutama dilaksanakan oleh-
dalam pertahanan adalah menghasilkan resistensi limfosit T, atau sel T. Saat tubuh terpajan ke suatu
terhadap agen penginvasi seperti mikroorganisme; (2) patogen, maka sel-sel T berproliferasi, dan terjadi
perannya dalam suraeilans adalah mengidentifikasi interaksi selular langsung yang spesifik terhadap an-
dan menghancurkan sel-sel tubuh sendiri yang tigen yang memicu respons tersebut. Suatu epitop
bermutasi dan berpotersi menjadi neoplasma (tumor); (determinan antigen) adalah suatu gugus kimia kecil,
dan (3) perannya dalam homeostasis adalah mem- biasanya terdiri dari lima asam amino atau gula, pada
bersihkan sisa-sisa sel dan zat-zatbuangan sehingga antigen yang memicu pembentukan dan bereaksi
tipetipe sel tetap seragam dan tidakberubah. dengan suatu imr"rnoglobulin (antibodi). Imunitas yang
diperantarai oleh antibodi, di pihak lain, adalah
imunitas spesifik yang diperantarai oleh produksi
Diri Sendiri Versus Asing imunoglobulin oleh limfosit B sebagai respons
terhadap suatu epitop.
Suatu kunci penting bagi kemampuan tubuh untuk
membedakan diri sendiri dari asing adalah kompleks
histokompatibilitas mayor (MHC), suatu kelompok gen Peran Antigen (lmunogen)
di lengan pendek kromosom keenam. Kelompok gen
MHC mengendalikan produksi satu rangkaian Walaupun kata antigen dan imunogen sering diperhrkar-
molekul khusus yang berfungsi sebagai antigen sel, kan, namun keduanya memiliki sedikit perbedaan.
"petanda-diri" untuk menunjukkan bahwa semua sel Antigen adalah suatu molekul atau sel yang bereaksi
milik satu organisme tertentu. Antigen-antigen dengan sntibodi (juga dikenal sebagai imunoglobulin,
permukaan ini diwariskan dan khas untuk setiap yaitu glikoprotein plasma yang disekresikan oleh
orang, dan berfungsi sebagai label sel; pengenalan limfosit B aktif). Imunoglobulin mampu berikatan
antigen MHC oleh sistem imun tubuh menyebabkan dengan antigen spesifik yang memicu pembentukan-
terbentukny a toler nnsi- dirl (kemampuan sistem imun nya. Suatu imunogen adalah molekul atau sel yang
menahan diri untuk tidak menyerang sel-sel tubuh menginduksi respons imun. Umumnya kedua kata
sendiri). Pada manusia, antigen-antigen MHC sering (antigen atau imunogen) sudah memadai kecuali
disebvt antigen leukosit manusia (HLA) karena pertama apabila molekul yang terlibat adalah suafii hapten
kali ditemukan di sel-sel darah putih (SDP). (sebuah antigen yang bukan imunogen kecuali apabila
Molekul-molekul MHC ditemukan di permukaan berikatan dengan molekul pembawa yang lebih besar).
hampir semua selberinti dan dibagi menjadi tiga kelas. Dengan demikian, hapten tidak dapat memicu respons
Dua akan dibahas secara singkat di sini dan yang imunogenik sendirian; hapten adalah antigen tetapi
ketiga di bagian mengenai Komplemen. Molekul MHC bukan imunogen. Penisilin G adalah suatu contoh obat
kelas I, yang ditemukan di permukaan semua sel yang berfungsi sebagai hapten dan menyebabkan
berinti dantrombosit (kecuali spermatozoa dan ovum), reaksi alergi yang parah pada sebagian orang. Hap-
berinteraksi dengan sel-sel yang terinfeksi oleh virus. ten lain adalah toksin dan hormon tertentu. Walaupun
Apabila suatu sel terinfeksi oleh virus, maka molekul sebagian besar hapten adalah molekul kecil, namun
kelas I berinteraksi dengan mikroorganisme yang sebagian asam nukleat berberat molekul tinggi juga
bereplikasi di dalam sel dan membantu menirnbulkan merupakan hapten.
destruksi pada sel yang terinfeksi. Molekul MHC kelas Beberapa ciri yang terdapat pada suatu, molekul
II berperan dalam tipe-tipe reaksi selular yang berasal menentukan kemampuan molekul tersebut memicu
dari patogen yangbereplikasi di luar sel, sepertibakteri. respons imun. Molekul yang asing jelas berbeda dari
Respons Tubuh Terhcdop Tontongcn lr,rLrnologik BAB s 83
Sel bakal
Trombosit pluripotensial
hematopoietik
GRANULOSIT
r\
""Fffo
Megakariosit
Lffi:.,\
l:.::w::::t
6
\ S*dF.:.:f
U Er::7
E
i$
Sel mast
Gbr. 5-2 Semua sel yang berperan dalam respons sistem imun berasal dari sel-sel bakal pluripotensial hematopoietik di sumsum tulang.
Sel-sel bakal menghasilkan dua turunan utama: sel limfoid dan sel mieloid. Progenitor limfoid bersama berdiferensiasi menjadi sel T atau
sel B; progenitor mieloid berdiferensiasi menjadi sel-sel yang diperlihatkan di sisi kiri. lstilah granulosit kadang-kadang digunakan untuk
neutrofil, eosinofil, dan basofil. Perhatikan: Sel bakal pluripotensial adalah sel embrionik yang dapat membentuk beragam sel hematopoietik.
Sel progenitor adalah sel induk, atau nenek moyang (Ih, sel T penolong; Ic, sel T sitotoksik; NK sel natural killer).
turunan limfosit berasal, berdiferensiasi, mengalami tiation (CD) membantu membedakan ketiga jenis sel
pematangan, dan tersangkut. Semua sel darah berasal ini. Protein-protein CD digunakan unhrk membedakan
dari prekursorbersama, yailu sel bakal pluripotensial. sel T, sel NK, dan sel B satu sama lain dan juga ber-
Sel baknl pluripotensial adalah sel-sel embrionik yang manfaat untuk mengetahui subset-subset sel T.
dapat membentuk bermacarn-macarn sel hematopoietik
dan dapat membelah diri. Sel-sel ini ditemukan di
sumsum tulang dan jaringan hematopoietik lain serta Organ Limfoid Primer
menghasilkan semua komponen darah (misalnya,
eritrosit, trombosit, granulosit, monosit, limfosit) (lihat Walaupun terdapat di semua bagian tubuh, namun
Bab 16). Sel-sel bakal berdiferensiasi dan mengalami limfosit cenderung terkonsentrasi di beberapa organ
pematangan menjadi sel darah spesifik (Gbr. 5-2) di limfoid, termasuk sumsum tulang, timus, limpa,
bawah tuntunan berbagai faktor perangsang koloni kelenjar getah bening, dan di jaringan limfoid terkait-
(sekelompok zat yang meningkatkan produksi organ (Gbr. 5-3). Sumsum tulang dan timus dianggap
berbagai tipe sel hematopoietik) dan faktor sebagai organ limfoid primer. Pada tahap-tahap awal
pertumbuhan yang berasal dari sel. Terdapat tiga jenis perkembangan limfosit dari sel bakal di sumsum
limfosit yang berasal dari sel bakal limfosit T (dikenal tulang, limfosit tidak menghasilkan reseptor untuk
sebagai sel T),limfosit B (dikenal sebagai sel B), dan sel bereaksi dengan imunogen. Seiring dengan proses
natural klller (NK) (Tabel5-1). SeI NK kadang-kadang pematangan karena pengaruh faktor-faktor perang-
diklasifikasikan sebagai sel T karena keduanya sang koloni, limfosit mulai mengekspresikan (yaitu,
memiliki beberapa kesamaan. Petanda-petanda pro- menyajikan di permukaan selnya) reseptor imunogen
tein di permukaan sel yang disebut clusters of dffiren' dan menjadi peka terhadap rangsangan imunogenik;
ResponsTubuhTerhodopTontongonlmunologik BAB 5 85
TipeLimlosit
q'. 3ei T "i iL%iltirt
:6si6h t6lal::,:,,.,-..
Tipe Selular
:" : :,:
Humoral Nonspesifik ,
imunqtas '
:
:.
Subpbpulasi,., CD4 (penolong),:.:. . ', Sel plasma Tidakada :
,
CDB (sitotoksik), Sel B pengingat :1, . l
,,'.: : l:
CDB (penekan),
,, " ,',,':,,' sel T pengingat
Produk ':,. Limfokin lmunoglobulin, Perforin (zat kimia yang
tL-2, lL-3, lL-4, lL-5, lL-6, Limfokin: lL-6 menyebabkan perforasi
tl-g, tL-10, sel)
lnterferon gamma,
Faktor perangsang koloni,
TNF
Perforin
Perlind terhadap Virus (intrasel), Bakteri Virus (ekstrasel),
1,1Oan
Fungus Virus $eltumor
Parasit otonrut ., ,r
Sel tumor
Alograf (jaringan transplantasi)
Kaiaktbiistik lain ....:, ,
',::,Fl6septor imunogen di :' Ya tu, Tidak : :'
:':
, P9fi'Dukaan':' : " .
BALf , bronchus-associated lymphold tlssue (jaringan limfoid terkait-bronkus) cALT, gul-associated lymphoid tissue (jaringan limfoid terkait-usus);
lL, interleukin; NK, natural kil/ef TNF, tumor necrosis factor (faklot nekrosis tumo0.
sel-sel ini juga berkembang menjadi tiga subkelas yang masa dewasa dan usia lanjut, timus mengalami
berbeda. Sel-sel T bermigrasi dari sumsum tulang ke involusi sampaiberabrya kurang dari 15% ukuran saat
kelenjar timus untuk proses pematangan Iebih lanjut pubertas. Timus adalah organ yang memiliki banyak
dan dianggap limfosit yang "dependen-timus". Sel B pembuluh darah dan pembuluh limfatik yang
kemungkinan besar tetap berada di sumsum tulang mengalirkan isinya ke kelenjar-kelenjar getah bening
dan dianggap limfosit yang "independen-timus". Sel mediastinum. Timus memiliki korteks di sebelahluar
NK adalah limfosit yang memiliki sebagian petanda dan medula di sebelah dalam (Gbr. 5-a). Korteks
sel T. Namun, perbedaan utama antara sel NK dan sel mengandun gbanyaktimoslf (limfosit T yang ditemukan
T adalah bahwa sel NK bersifat "pratimus"; yaitu, sel di timus), sedangkan medula lebih jarang terisi oleh
ini tidak melewati timus untuk menjadi matang. sel. Badnn Hasssll, yaitu kelompok-kelompok sel epitel
Timus adalah sebuah organ berlobus dua yang yang tersusun rapat yang mungkin merupakan tempat
terletak di mediastinum anterior dan di atas iantung. degenerasi sel, ditemukan di medula. Timosit adalah
Saat lahir, berat timus adalah 10 sampai 15 g dan limfosit T yang datang dari sumsum tulang melalui
meningkat ukurannya sampai maksimum pada saat aliran darah dan berada dalam berbagai stadium
pubertas, saat beratnya sampai sebesar 40 g. Selama perkembangan.
86 BAG IAN SATU PENDAHULUAN PATOLOGI UMUM : MEKANISME PENYAKIT
Pembuluh darah
Eladan Hassall
Tonsil
Timus.
Jaringan limfoid
terkait-bronkus
(BALT)
lh=
:::aa:.:::a
Sumsum
tulang ir#'1ri
limfoid Kelenjar
S timus
(GALT; bercak Peyer)
Sinus vena
di pulpa merah
Zona
marginalis
Pembuluh arteri
yang berakhir
or zona margrnalts
Folikel sekunder
dengan sentrum
Arteria sentralis germinativum
Folikel orimer (daerah sel B)
(daerah'sel B)
Zona limfoid
marginal
Limfoid
(daerah sel T) Kapiler arterial
Sinus pulpa
Korda pulpa
Gambar 5-5 Struktur limpa. A. Pulpa putih terdiri dari selubung limfoid periarteriol (PALS), yang mengandung sentrum-sentrum
germinativum disedai zona-zona mantel. Pulpa merah mengandung sinus-sinus vena yang dipisahkan oleh genjel-genjel lien. B. Di pulpa
putih, daerah sel B adalah folikel primer dan sekunder dan zona limfoid marginal, sedangkan daerah sel T adalah sel-sel limfoid di sekitar
folikel dan kapiler arterial. (B digambar ulang dari Videback A et al. Ihe Spleen in Health and Disease. Chicago, Mosby, 1982).
aktif ini, sel-sel B membelah, berproliferasi, dan meng- terminal sehingga limf dapat mengalir keluar dari
alami pematangan pesat menjadi sel-sel penghasil kelenjar limfe danmasuk ke sirkulasi limfatik umum.
imunoglobulin. Sel-sel T dan makrofag terutama meng- Terdapat beberapa jaringan limfoid tidak-berkapsul
huriparakorfeks, atau korteks bagian dalam. Makrofag, di dalam tubuh. Jaringan ini, yang sering disebut se-
sel fagositik lain, dan sel B juga dikenal sebagai sel bagai jaringan limfoid terknit-mukosa (MALT), tersusun
penyaji antigen (APC) karena sel-sel ini menelan dan membentuk kelompok-kelompok sel atau nodus difus
menguraikan imunogen dan menyajikan epitop- yang mengandung sentrum germinativum (folikel
epitopnya di permukaan sel untuk mengaktifkan sekunder) mirip denganyang terdapat dilimpa. MALT
limfosit T. Parakorteks adalah suatu bagian penting berfungsi sebagai penjaga untukmelindungi tubuh di
tempat imunogen disajikan oleh makrofag untuk beberapa tempat masuk submukosa di saluran GI,
mengaktifkan sel T. Medula, bagian terkecil pada napas/ dan GU serta kulit. MALT dibagi-bagi lagi ber-
kelenjar getah bening, mengandung sel B dan T. Sinus- dasarkan let akny a. J aringan limfoid terknit-usus (GALT)
sinus medula mengalirkan isinya ke dalam sinus-sinus mencakup tonsil, yang memiliki letak strategis untuk
88 BAGIAN sATU PENDAHULUANPATOLOGIUMUM:MEKANISMEPENYAKIT
Daerah medula
Trabekula
'r,,.t Daerah
Gbr. 5-7 Struktur sebuah kelenjar getah bening. parakorteks
Kelenjar getah bening terbagi menjadi tiga daerah
utama: korteks di getah bening luar, tempat sel,sel B W? ?.);N';! -.-
berproliferasi dan mengalami pematangan;
parakorteks di sebelah dalam, yang terutama
ditempati oleh makrofag dan sel T; dan medula di
bagian dalam, yang mengandung sel B dan sel T. \;1,3
Makrofag, sel B, dan sel T saling berinteraksi, sering Pembuluh \'. i
dengan keberadaan antigen yang tersaring melalui limfatik eferen
kelenjar yang menyebabkan terjadinya fase induksi \
respons imun.
terutama dilakukan oleh salah satu subset sel T, sel T epitop antigenik. Peran protein CD4 dan CD8 pada sel
penolong (juga dikenal sebagai sel CD4 karena petanda T matang adalah untuk menstabilkan interaksi antara
cluster of dffirentiation di permukaan sel diberi nomor sel T dan sel lain (Gbr. 5-9). Dengan demikian, sel T
4). Sel-sel CD4 mengeluarkan molekul yang dikenal matang yang meninggalkan timus memiliki reseptor
dengan nama sitokin (protein berberat molekul rendah untuk mengikat suatu epitop dan protein CD4 (menye-
yang disekresikan oleh sel-sel sistem imun) untuk me- babkannya menjadi sei T CD4, atau dikenal sebagai sel
laksanakan fungsi regulatornya. Sitokin-sitokin dari T penolong) atau protein CD8 (menyebabkannya
sel CD4 mengendalikan proses-proses imun seperti
menj adi sei T CD 8, atau s el T s it o t oksik atau p en ekan).
pembentukan imunoglobulin oleh sel B, pengaktivan
Apabila sel T harus siap melaksanakan fungsinya
sel T lairr, dan pengaktifan makrofag. Fungsi efektor
saat meninggalkan timus, maka sel tersebut pertama-
dilakukan oleh sel T sitotoksik(dahulu dikenal sebagai
tama perlu mengenai epitop-epitop asing dan kedua
sel T pembunuh tetapi jangan dikacaukan dengan sel
memiliki protein CD4 atau CD8 yang fungsional.
NK; saat ini dikenal sebagai sel CD8 karena cluster of
Dengan demikian, pendidikan di timus menghasilkan
dffirentiation diberi nomor 8). Sel-sel CD8 mampu
sel T CD4 atau CD8 dengan fungsi berikut: (1) sel yang
mematikan sel yang terinfeksi oleh virus, sel tumor,
dan jaringan transplantasi dengan meny-untikkan zat mengenali sel diri lainnya dari antigenMHC dan tidak
kimia yang disebutperforlzr ke dalam sasaran " asing" . berikatan dengan sel tersebut (yaitu, reseptor protein
sel T tidak akan "cocok" dengan sel diri lainnya); (2)
sel yang menandai sel asing sebagai penyerang; dan
Pendidikan Timus (3) sel yang dapat berikatan dengan sel asing dengan
Baik sel CD4 maupun CD8 menjalani "pendidikan protein CD4 atau CD8 fungsional untukmenstabilkan
timus" di kelenjar timus untuk belajar mengenai fungsi. interaksi antara dua sel (lihat Gbr.5-9). Sel-sel yang
Teori delesi klonal memberikan salah satu penjelasan berpotensi reaktif terhadap antigen-diri dar komponen
bagaimana cara sel T mempelajari fungsinya. Saat MHC juga mungkin dihasilkan tetapi di timus sel-sel
mencapai timus, sel-sel T imatur tidak memiliki tersebut dihilangkan; sel ini mungkin dibunuh oleh
reseptor pengikat epitop dan protein CD4 atau CD8. sel lain atau dibuat mengalarniapoptosls (kematian sel
Peran reseptor epitop di sel T imatur adalah mengikat telprogram).
90 BAG IAN sATu PENDAHULUAN PATOLOGI UMUM: MEKANISME PENYAKIT
Fungsi Regulator Sel CD4 dan sel limfoid ini adalah suatu keterkaitan esensial
yang memungkinkan tubuh bertahan terhadap
Sel-sel CD4 terutama terdapat di medula timus, tonsil, serangan benda asing. Interaksi antara sel fagositik
dan darah, membentuk sekitar 65'/' dari seluruh dan sel limfoid menyatukan dua sistem tubuh yang
limfosit T yang beredar. Sel CD4 memiliki empat fungsi kuat, menjadi suatu sistem pertahanan yang melin-
utama: (1) sel CD4 memiliki fungsi regulatorik yang dungi diri dari asing seumur hidup orang yang
mengaitkan sistem monosit-makrofag ke sistem limfoid; bersangkutan. Interaksi antara APC dan sel CD4
(2) sel CD4berinteraksi dengan APC untuk mengen- menghasilkan fungsi regulator tambahan. Sel-sel CD4
dalikan pembentukan imunoglobulin; (3) sel CD4 dalam reaksi ini mengeluarkan interferon-gama (y)
menghasilkan sitokin-sitokin yang memungkinkan sel (suatu sitokin) setelah APC dan sel CD4 menyatu.
CD4 dan CD8 tumbuh, dan (4) sel CD4 berkembang Pengeluaran interferon-y oleh sel CD4 menarik
menjadi sel pengingat. makrofag lain ke lokasi, mengaktifkan makrofag-
Salah satu fungsi regulatorik esensial pada selCD4 tersebut, dan memperkuat reaksi jaringan terhadap
adalah perannya mengaitk an sistem monosit-makrofag antigen asing.
(sistem pertahanan tubuh yang mengandung SDP Sel-sel CD4 memiliki fungsi regulatorik penting
fagositik seperti monosit dan makrofag) dengan sistem lainnya, terutama berkaitan dengan pembentukan
limfoid. Apabila makrofag menelan suatu imunogen imunoglobulin. Saat menyajikan epitop, APC ber-
misalnya bakteri, maka makrofag tersebut akan interaksi dengan selCD4 dan mengaktifkannya. Sel-
menguraikan imunogen melalui proses-proses yang sel CD4 yang sudah diaktifkan akan menghasilkan
diterangkan di Bab 4. Epitop-epitop bakteri adalah zal-zat kimia atau limfokin misalnya interleukin 2, 4,
salah satu produk destruksi bakteri tersebut. Sebuah dan 5 (IL-2, IL-4, IL-5). Sitokin-sitokin ini dan berbagai
epitop berikatan dengan antigen MHC makrofag interaksi lain merangsang sel B untuk membelah dan
(MHC kelas II), yang menyebabkan berkibarnya berdiferensiasi menjadi sel plasma, yaitu sel B matang
kompleks MHC-epitop "seperti bendera" di permu- yang mampu menghasilkan imunoglobulin. Dengan
kaan sel makrofag. "Bendera" ini mengaktifkan sel demikian, sel CD4 esensial untuk merangsang sel B
CD4, yang reseptor antigennya juga berikatan dengan menghasilkan imunoglobulin. Selain itu, pola sitokin
kompleks epitop-MHC. Interaksi antara sel fagositik
Jantung
Gbr. 5-8 Lalu-lintas limfosit di dalam tubuh. (Dimodifikasi dari Mudge-Groui CL. lmmunologic disorders, St. Louis, 1 992, Mosby).
ResponsTubuhTerhodcpTontongon lmunologik BAB 5 9l
Epitop virus
M,tlm
D8
iifcR
Epitop virus
TCR
I
-O
7.
Granzyme
Granula yang mengandung
Apoptosis sel perforin, granzymes,
dan kemokin
Sel ierinfeksi virus Sel T sitotoksik
Gbr.5-10 Mekanisme destruksi sel target yang terinfeksi virus oleh sel T sitotoksik (pemusnah) (Tc). (1) Sewaktu virus bereplikasi di
dalam sel pejamu, proteosom menguraikan sebagian dari protein virus menjadi epitop-epitop peptida; (2) epitop virus kemudian masuk ke
retikulum endoplasma (RE) tempat epitop berikatan dengan molekul MHC-1; (3) molekul MHC-1 yang berikatan dengan epitop virus
kemudian dipindahkan ke membran sel pejamu, (4) sel Tc aktit berikatan dengan molekul MHC-1 yang mengikat epitop virus melalui molekul
CDB-TCR; (5) pengikatan sel Tc ke sel yang terinfeksi memicu sel Tc mengeluarkan perforin (protein pembentuk pori-pori) dan enzim-
enzim proteolitik yang disebut gra nzymes;(6) granzryesmasuk melalui pori-pori dan mengaktifkan enzim-enzim yang akhirnya menyebabkan
apoptosis (kematian sel terprogram atau bunuh diri) sel yang terinfeksi melalui destruksi sitoskeleton struktural dan degradasi kromosom.
Akibatnya sel terpecah menjadi kepingan-kepingan yang kemudian dibersihkan melalui fagositosis (ICfl reseptor sel T; CDB, petanda
pada sel T sitotoksik).
serupa terjadi terhadap sel tumor. Seiring dengan memengaruhi jaringan secara langsung, tetapi juga
tumbuhnya tumor, sering terbentuk imunogen-imuno- mengaktifkan sel lain seperti APC
gen baru (berbeda dari komponen diri sel tubuh 3. Sel T memiliki kemampuan untuk mengingat . SelT
normal) di permukaan sel tumor. Epitop yang relevan pengingat memungkinkan akselerasi respons imun
akan dikenali oleh sel CD8, yang membentuk suatu apabila tubuh terpajan untuk kedua kalinya ke
klona untuk melakukan surveilans terhadap tumor, imunogen yang sama walaupun dalam interval
yang idealnya dapat mematikan neoplasma saat yang lama dari pajanan awal.
neoplasma tersebut terbentuk. 4. Sel T juga memiliki peran penting dalam regulasi
atau pengendalian. Sel CD4 dan CD8 meningkatkan
atau menekan (atau keduanya) respons imun
Fungsi Utama Imunitas Selular selular dan humoral.
Secara singkat, imunitas selular memiliki empat fungsi
yang sering dikutip:
SelNatural Killer
1. Sel T CD8 memiliki fun gsi sitotoksik. Sel CD8 menye-
babkan kematian secara langsung sel sasaran Walaupun bukan sel T sejati, namun sel NK juga
seperti sel yang terinfeksi virus atau sel tumor. Sel melaksanakan fungsi-fungsi efektor yang penting. Sel
CD8 melakukan fungsi ini dengan mengikat sel NK mengkhususkan diri menghancurkan sel yang
yang terinfeksi virus atau sel tumor dan mengeluar- terinfeksi virus dan neoplasma dengan mengeluarkan
kan perforin yang mematikan sel sasaran. perforin yang serupa dengan yang dihasilkan oleh sel
2. Sel T juga menyebabkanreaksihipersensitiaitas tipe CDS.Selnnturalkiller diberi nama demikian karena sel
Iambat saat menghasilkan berbagai limfokin yang ini aktif tanpa perlu terlebih dahulu "disensitisasi"
menyebabkan peradangan. Limfokin tidak saja oleh epitop; sel NK mengenali sel asing melalui cara-
ResponsTubuhTerhodopTontongonlmunologik BAB 5 93
cara nonimunologik misalnya muatan listrik yang pertama pematangan sel B bersifat independen-antigen.
tidak lazim di permukaan sel. Perbedaan utama antara Pada fase ini, yang mungkinberlangsung di sumsum
sel CD8 dan sel NK adalah bahwa sel NK tidak spesifik tulang, sel bakal mula-mula berkembang menjadi sel
untuk epitop dan tidak bertambah kuat oleh pajanan pra-B dan kemudian menjadi sel B yang memperlihat-
sebelumnya. Namun, sel NKmelakukan suatu fungsi kan imunoglobulin M (IgM) di permukaannya.
penting; sel-sel ini selalu ada untuk menyerang sel-sel Pembentukan IgM permukaan ini tidak bergantung
yang memperlihatkan petanda-petanda "asing" tanpa pada imunogen (yaitu, bukan merupakan hasil dari
perlu mengalami sensitisasi dan kemungkinan me- reaksi dengansuatu epitop). Baik IgM maupunimuno-
matikan sel-sel asing ini sebelum imunitas selular globulin D (IgD) di permukaan sel B dapat merupakan
benar-benar teraktifkan. reseptor epitop.
Sekitar 5% sampai 15'k dari semua limfosit dalam Pada fase kedua, atau fase dependen-antigen, selB
sirkulasi adalah sel NK. Walaupun memiliki beberapa berinteraksi dengan suatu imunogen, menjadi aktif,
petanda sel T, namun lirnfosit ini tidak melewati timus danmembentuk sel plasma yang mampu mengeluar-
untuk menjalani pematangan, tidak memiliki ingatan kan antibodi. Seleksi klonnl adalah suatu teori yang
imunologik, dan tidak memiliki reseptor selT. menjelaskan bagaimana imunoglobulin diproduksi.
Setiap orang memiliki sekitar 107 sel B, masing-masing
memiliki IgM atau IgD di permukaannya yang dapat
bereaksi dengan salah satu imunogen (atau kelompok
lmunitas Humoral imunogen yang berkaitan erat). Suatu imunogen
Sel B memiliki dua fungsi esensial: (1) berdiferensiasi bereaksi dengan sel B yang imunoglobulin permukaan-
menjadi sel plasma yang menghasilkan imuno- nya paling "pas" dengan imunogen tersebut. Saat
globulin, dan (2) merupakan salah satu kelompok APC. diaktifkan oleh reaksi ini, sel B terangsang untuk ber-
Pada masa janiry prekursor sel B pertama kali ditemu- proliferasi dan membentuk suatu klona sel. Sel-sel
kan di hati kemudian bermigrasi ke dalam sumsum klona ini mengalami pematangan menjadi sel plasma,
tulang. SelB mengalamipematangan dalam dua tahap yang mengeluarkan imunoglobulin yang spesifik
tetapi, tidak seperti selT, tidakmatang di timus. Fase untuk imunogen yang pertama kali memicu perubahan
ini. Pada fase kedua (dependen-antigen) ini, sel B ber-
interaksi dengan suatu imunogen, menjadi aktif, dan
Tempat pengikatan membentuk sel plasma yang mampu menghasilkan
aniigen
Rantai berat
imunoglobulin.
t Kompleks imunogen-imunoglobulin permukaan
.o sel B juga dapat mengalami endosifosls (ingesti benda
G
t! asing oleh sel). Sel B kemudian menyajikan epitop di
c Rantai ringan
o
E
clt
permukaannya di celah pengikatan antigen MHC.
g Kompleks epitop-MHC dikenali oleh sel T CD4 (T
L
penolong), yang menghasilkan interleukin untuk
I merangsang pertumbuhdan dan diferensiasi sel B.
Daerah engsel
t Terbentuk sebuah klona sel B yang menghasilkan
o imunoglobulin yang spesifik bagi epitop tersebut.
lJ-
co Tempat pengikatan Selain itu, sebagian sel B yang sudah diaktifkan
komplemen
E
o) berubah menjadi sel B pengingat, yangberada dalam
d
L keadaan inaktif selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun sampai kembali terpajan ke imunogen yang
{ sama. Sebagian besar respons sel B memerlukan
bantuan sel T.
Gbr.5-11 Struktur sebuah molekul antibodi yang memperlihatkan
dua rantai polipeptida ringan (L) dan dua rantai polipeptida berat
(H) yang disatukan oleh ikatan disulfida (SS). Molekul memiliki Imunoglobulin
bagian variabel fy), konstan (C), dan regio engsel yang fleksibel,
yang pada eksperimen dapat diputuskan oleh enzim papain. Bagian Imunoglobulirz (antibodi), yang membentuk sekitar 20%
variabel atau regio pengikat antigen (Fab)berikalan dengan epitop dari semua protein dalam plasma darah, adalah
antigen. Bagian ini juga disebut sebagai ujung-N imunoglobulin. produk utama sel plasma. Selain di plasma darah,
Regio konstan atau ujung-C imunoglobulin disebut f ragmen Fc dan
berfungsi sebagai tempat untuk beragam interaksi nonspesifik, imunoglobulin juga ditemukan di dalam air mata; air
misalnya fiksasi komplemen dan pengikatan reseptor sel. liur; sekresi mukosa saluran napas, cema, dan kemih-
94 BAG IAN SATU PE NDAHU LUAN PATOLOGI UMUM : MEKANISME PENYAKIT
Rantai J
lgA sekretorik
(dimer dengan
secretory piece)
(monomer)
Rantai
lgD
(monomer)
Gambar 5-12 Struktur lima kelas imunoglobulin. lgG, lgD, dan lgE adalah monomer. Sebagai suatu pentamer yang disatukan oleh
sebuah rantai J, lgM adalah imunoglobulin terbesar. lgA memiliki beberapa bentuk. lgA serum adalah monomer, tetapi lgA yang terdapat
dalam sekresi (lgA sekretorik) dapat berupa suatu dimer atau trimer yang disatukan oleh rantai J. Secretory piece yangheiingiari dimer
lgA berperan dalam transportasi antibodi ini ke dalam sekresi dan melindunginya dari serangan enzim proieolitik.
kelamin; serta kolostrum. Banyak imunoglobulin memiliki satu bagian variabel dan tiga bagian konstan.
spesifik-epitop diperlukan untuk mengikat beragam Tabel 5-2 meringkaskan karakteristik dan fungsi
epitop; dengan demikian, harus diproduksi berbagai kelima kelas imunoglobulin, dan Gbr. 5-12 memper-
imunoglobulin dengan bagian variabel yang berbeda- lihatkan struktur imunoglobulin.
beda untuk mengikat jutaan epitop yang berlainan. Bagian variabel pada struktur Ig (di "puncak"
Imunoglobulin bereaksi dengan imunogen spesifik struktur Y) terdiri dari sekuensi asam amino tertentu
yang merangsang pembentukannya. Walaupun yang membentuk tempat mengikat epitop. Bagian ini
imunoglobulin dari semua kelas tidak memiliki memiliki variabilitas molekular karena spesifisitas
struktur yang persis sama, namun banyak yang sistem imun. Tubuh memerlukan sejumlah besar
memiliki strukfur dasar serupa dengan yang diperlihat- im unoglobulin spesifik-epitop untuk dapat mengikat
kan di Gbr. 5-11, dengan bentuk khas seperti huruf Y. jutaan epitop yang berlainan; dengan demikian, harus
Imunoglobulin tersusun oleh rantai polipeptida berat dihasilkan beragam imunoglobulin untuk menghadap
molekul rendah (L) dan berat molekul tinggi (H). jutaan epitop yang berlainan. Bagian variabel pada
Walaupun terdapat beberapa perbedaan, namun imunoglobulin merupakan salah satu aspek spesifisi-
semua imunoglobulin memiliki dua rantai H dan dua tas sistem imun karena besamya variasi sekuensi asam
rantai L yang disatukan secara bervariasi oleh ikatan amino. Bagian konstan memiliki sekuensi asam amino
disulfida. Rantai L biasanya memiliki satu bagian yang konsisten di antara antibodi-antibodi yang spesi-
variabel dan satu bagian konstan; rantai H biasanya fisitas pengikatannya berbeda-beda. Bagian variabel
Respons Tubuh Terhodop Tontongon lmunologik BA Bs 95
dan bagian konstan yang membentuk masing-masing miliki fleksibilitas fisik yang besar. Lengan-lengan
lengan bentuk Y tersebut disebuty'rzgmen Fab, yang imunoglobulin dapat berputar sampai 180 derajat
fungsinya adalah mengikat epitop. untuk mengikat sebuah imunogen.
Bagian bawah imunoglobulin penting untuk
bermacam-macam fungsi biolo grk, misalnya mengikat
reseptor sel dan memfiksasi komplemen. Bagian dasar
Fungsi Imunoglobulin
struktur Y disebutfragmen Fc dan terbentuk dari empat Imunoglobulin memilikr lima ftrngsi efektor:
bagian konstan. Terdapat suatu regio engsel fleksibel 1. Imunoglobulin menyebabkan sitotoksisitas yang
(regio Hi) di perpotongan antara fragmen Fab dan diperantarai oleh sel yang dependen antibodi
fragmen Fc yang menyebabkan imunoglobulin me- (ADCC).
Klasifika5i lmunoglobulin
fsA 10e/q*154/q; 1 70*280 lg utama dalam Monomer dalam serum (Y Menetralisasikan toksin dalam darah
!.:: mddl sekresi; tunggal) tetapi berbentuk Pertahanan primer terhadap invasi di
kolostrum, air dimer (ganda) atau trimer selapui lendir; mencegah
: liur, air mata, (tripel) dalam sekresi melekatnya bakteri dan virus ke, :
w <1ol9'...,:.: Seqrn ,, Ditemukan dalam konsentrasi Fungsi tidak jelasl:, mungkin berf ungsi
lI:fi9/d Permykaan sel B sangat rendah dalam darah sebagai reseptor imunogen atau
,, dalam dife'iensiasi sel :B :
j ,:,:,:::
@ <1%i,,;;:::,;: Serum ':i,, ' " Mampu berikatan dengan Bekerja sebagai reseftor untuk ],,
,kl mg/dl Cairan reseptor di sel mast dan alergen saat tubuh melakukan
. interstisium basofil respons alergi; memicu pelepasan
Sekresi eksokrin histamin dan mediatorlain selama
respons alergi
Terlibat dalam hipersensitivitas tipe I
Pertahanan terhadap, infeksi paiasit
Molekul toksin
{{
co)
.9
{{
c {}
Determinan
+ + antigen
+
$&
E \"/ tY tr4 {L ,ttrA
r
-o
kWtu Krtu M
C
+ +
E (\
o \\ A,
@
OC
-o-9
EC
:o
E-\
;r
t4
\_
r
v.s,
C
(!
Gbr. 5-13 Metode untuk menghancurkan agen penginvasi. Antibodi dapat menetralkan eksotoksin bakteri, menetralkan virus, dan
menyebabkan opsonisasi bakteri.
2. Imunoglobulin memungkinkan terjadinya imuni- Proses lain yang terjadi dengan keberadaan imuno-
sasi pasif (timbulnya imunitas karena menerima globulin antara lain adalah aglutinasi, netralisasi, dan
imunoglobulin yang sudah terbentuk). lisis. Aglutinssi adalah proses yang menyebabkan
3. Imunoglobulin meningkatkan opsonisasi (pengen- imunoglobulin dan imunogen menggumpal. Imuno-
dapan komplemen pada suatu antigen sehingga globulin dapat secara langsung menyerang imunogen
kontak lekat dengan sel fagositik menjadi lebih. dengan aglutinasi, suatu proses yang dapat menyebab-
stabil). kan netralisasi (inaktivasi) dan lisis imunogen.
4. Imunoglobulin mengaktifkan komplemen (kum- Imunoglobulin juga dapat menyebabkan netrslisasi
pulan glikoprotein serum). toksin (racun) yang dikeluarkan oleh bakteri dengan
5. Imunoglobulin juga dapat menyebabkan ana- mengikat toksin tersebut. Toksin dan imunoglobulin
filaksis. berikatan, suatu proses yang menyebabkan toksin
Terikatnya imunoglobulirq yang ditujukan kepada tidak dapat mengikat sel jaringan dan menimbulkan
sel sasaran misalnya sel yang terinfeksi virus, dengan efek merugikan. Apabila telah terbentuk kompleks,
reseptor sel NK dapat membunuh sel pada proses maka kompleks tersebut mengalami presipitasi (suatu
ADCC. Dalam proses ini, sel NK menimbulkan proses yang menyebabkan kompleks mengendap
kematian melalui apoptosis. Imunitas pasif adalah dalam larutan). Sel-sel fagositik menghancurkan
resistensi relatif yang bergantung pada produksi produk dari semua proses ini, dan pengikatan
imunoglobulin orang atau pejamu lain. Imunitas pasif imunoglobulin meningkatkan proses penguraian ini.
dapat terjadi secara alami saat IgG ibu masuk ke janin Proses opsonisnsi adalah fungsi penting lain
atauneonatus mendapat IgA melalui kolostrum. imunoglobulin. Opsonin adalah suatu bahan yang
Respons Tubuh Terhcdop Tontongon lmunologik BA B 5 97
menyebabkan bakteri "terasa lebih lezat" bagi sel Jalur Klasik Jalur Alternatif
fagositik, yang sering memiliki reseptor permukaan cl c3
,.,. :
untuk mengikat IgG. Setelah imunoglobulin (terutama AKivator ::.::- t lit HrO
IgG) melapisi bagian eksterior suatu imunogen dengan
mengikat epitop-epitop permukaan imunogen tersebut,
maka fagosit dapat dengan mudah menelan imunogen.
Imunoglobulin juga dapat mengaktifkan jenjang c4, c2
l-Till li.--Tl
Permukaan
komplemen (C). Metode destruksi antigen oleh imuno- yang mengaKifkan
C4a, C2b faktor B, faKor D
globulin digambarkan pada Gbr. 5-13.
Imunoglobulin dapat mengaktifkan anafilaksis IFffiffi'I
(reaksi alergi sistemik pada individu yang pernah I cgusu I
tersensitisasi) dengan membebaskan histamin dan c3 ii
c3
mediator proinflamasi lainnya ke dalam cairan
jaringan di sekitarnya dan darah setelah pejamu C3a .. C3a
c6, c7
Struktur dan Fungsi Komplemen c8, c9
yang dibebaskan kemudian menyebabkan peningkat- untuk memicu jalur klasik belum terbenhrk. Baik jalur
an permeabilitas vaskular dan kontraksi otot polos. klasik maupun alternatif menyebabkan terbentuknya
Karena perubahan-perubahan ini mirip dengan efek molekul C sentral, C3b, yang memiliki dua fungsi
jaringan setelah reaksi dependen-IgE seperti ana- penting: opsonisasi dan pembentukan MAC.
filaksis, maka fragmen-fragmen C tersebut sering
disebut s eb a gat an afil a toksin.
Fungsi ketiga sistem C adalah opsonisasi. Sel-sel KOM PLE KS H ISTOKOM PATI BI LITAS
fagositik sering lebih mampu menelan bahan apabila
bahan imunogen ini dilapisi oleh komplemen (ter- MAYOR
utama C3b). Banyak sel fagositik memiliki reseptor C3b
di permukaan selnya. Apabila imunogen dilapisi oleh MHC, yang juga dikenal sebagai kompleks HLA, ber-
komplemen, maka reseptor sel fagositik untuk komple- gantung pada suafu regio di lengan pendek kromosom-
men dapat mengikat imunogen dan fagositosis dapat 6 (Cbr. 5-15). Setiap orang memiliki dua set gen ini
berlangsung cepat. (haplotipe): satu dari kromosom ibu dan sahr dari ayah.
Kelompok gen ini bertanggun g jaw ab menghasilkan
Pengaktivan Komplemen aloantigen (antigen yang membedakan organisme-
organisme dari spesies yang sama), yang sebagian di
Sistem C dapat diaktifkan melalui dua cara. Peng- antaranya ditemukan di permukaan semua sel berinti.
aktivan dapat terjadi karena terbentuknya kompleks Aloantigen-aloantigen ini mengidentif ikasi setiap sel
imunogen-imunoglobulin IgG atau IgM (j alur klasik) berinti dalam tubuh seseorang sebagai sel diri.
atau karena berbagai molekul (j tilur tilternntifl , misalnya
endotoksin (lipopolisakarida bakteri Gram-negatif),
dinding sel fungus, dan selubung luar virus. Dari Kelas Antigen MHC
kedua jalur ini, jalur alternatif lebih penting bagi
pertahanan pejamu saat pertama kali seseorang Protein yang dikode oleh MHC umumnya dibagi
terinfeksi karena imunoglobulin yang diperlukan menjadi tiga kelas: antigen MHC kelas I, kelas II, dan
\---v-
Antigen kelas ll Antigen Antigen
kelas lll kelas I
Gbr. 5-15 Kompleks histokompatibilitas mayor (MHC), atau kompleks antigen leukosit m anusia (HLA),lerletak di lengan pendek kromosom
6. lni adalah tempat gen-gen yang mengkode antigen HLA. Kompleks gen ini penting untuk pengenalan imun, interaksi antarsel, dan
pengkodean antigen histokompatibilitas permukaan sel yang penting untuk memicu respons imun. Antigen-aniigen kompleks HLA dibagi
menjadi tiga kelompok. Antigen kelas I (lokus: HLA A, B, dan Q ditemukan di permukaan sebagian besar sel di tubuh dan penting dalam
pengenalan imun, penolakan tandur jaringan, dan eliminasi sel yang terinleksi virus. Antigen kelas ll ditemukan di sel-sel imunokompeten
(sel B, sel T, makrofag, monosit) dan penting untuk komunikasi antara sel-sel ini. Antigen kelas lll berperan dalam jalur klasik dan alternatif
pada sistem komplemen.
ResponsTubuhTerhodopTontongonlmunologik BAB s 99
Bakteri, virus, dan obat dilaporkanberkaitan dengan mencerminkan reaksi yang diperantarai imuno-
penyebab perubahan jaringan yang memicu peng- globulin yang menyebabkan aglutinasi, presipitasi,
aktifan sel T dan B untuk menyerang sel-sel tubuh netralisasi, opsonisasi, dan pengaktivan enzim-enzim
sendiri. C dan lisis sel. Sel T dan B pengingat terbentuk untuk
Istilah mimikri molekzl digunakan untuk menjelas- menyebabkan respons yang lebih cepat terhadap
kan situasi ini. Bakteri atau virus pemicu sangat mirip imunogen bila bertemu di kemudian hari.
dengan suatu komponen tubuh sehingga serangan
imun malah ditujukan kepada komponen tersebut dan
bukan bakteri atau virus pemicu. Banyak penyakit Cabang Aferen dan Eferen
autoimun memperlihatkan insiden familial yang tinggi
(predisposisi genetik) yangdapat dikaitkan dengan an- Respons lmun
tigen MHC. Penyakit autoimun yang dapat disebabkan
oleh fenomena mimikri molekul antara lain adalah Respons imun dapat dijelaskan dalam dua fase:
penyakit jantung rematik, lupus eritematosus sistemik, cabang aferen dan cabang eferen. Cabang aferen juga
artritis rematoid, diabetes melitus tipe 1, miastenia dikenal sebagaifase induksi, adalah bagian dari respons
gravis, sklerosis multipel, dan penyakit Graves. Bab imun yang menghasilkan pengenalan imunologik dan
12 membahas mekanisme-mekanisme lain yang dapat
pembentukan unsur-unsur responsif. Sel-sel yang
memicu autoimunitas. berperan pada tahap ini adalah limfosit (sel T dan B)
dan APC, yang berproliferasi selama cabang aferen.
Cabang eferen, yang juga dikenal sebagaifase efektor,
terjadi saat sel-sel imunokompeten dan antibodi reaktif
RANGKUMAN: RESPONS IMUN sudah tersebar ke seluruh tubuh. Peran komponen
respons imun yang menetap dan beredar ini adalah
Respons imun adalah suatu interaksi kompleks (Gbr. untuk bereaksi dengan imunogen dan menyebab-
5-17) antara APC, sel-sel sistem imun, dan protein lain kannya inaktif. Sel-sel efektor atau molekul imuno-
seperti sistem C dan sejumlah sitokin (protein berberat globulin ikut serta pada cabang eferen di hampir
molekul rendah yang dikeluarkan oleh sel yang ikut seluruh tubuh.
serta dalam respons irnun). Tubuh memiliki beberapa
mekanisme untuk meningkatkan fagositosis imunogen
asing. Walaupun APC dapat menelan bakteri atau Respons lmun Primer dan Sekunder
virus tanpa opsonisasi, namun apabila suatu imuno-
gen dilapisi oleh komplemen atau imunoglobulin, Perbedaan penting terakhir pada respons imun adalah
maka proses fagositosis menjadi lebih kuat. Apabila sudahberapa kali tubuh "bertemu" dengan imunogen.
suatu APC atau sel yang terinfeksi virus menyajikan Saat tubuh pertama kali bertemu dengan suatu
sebuah epitop di permukaan sel, maka sel T akan imunogen, terjadi proses imunologik yang disebut
mengikat epitop tersebut sehingga terjadi pengaktivan respons primer. Munculnya antibodi spesifik biasanya
sel T. Antigen MHC kelas I dan kelas II sangat penting terjadi dalam 7 sampai 10 hari, yang mencerminkan
untuk menyajikan epitop dan menstabilkan interaksi produksi oleh suatu klona sel B dan sel plasma untuk
antarsel, yang menyebabkan terbenbuknya klona sel T imunogen tertentu tersebut. Kadar imunoglobulin
CD8 atau CD4. Antigen MHC kelas I menstabilkan spesifik dalam serum terus meningkat selama sekitar
reaksi dengan sel yang terinfeksi virus dan sel T CD8 4 minggu dan kemudian menurun secara bertahap.
(sitotoksik), sedangkan antigen MHC kelas II Imunoglobulin yang pertama kali muncul adalah IgM,
menstabilkan reaksi dengan APC dan sel T CD4 diikuti oleh IgG dan IgA (Gbr. 5-18).
(penolong). APC menghasilkan IL-1 untuk membantu Beberapa bulan atau bahkan tahun setelah indi-
pengaktivan sel T, dan sel T, sebaliknya, menghasilkan vidu terpajan ke imunogen, apabila terjadi pajanan
interleukin lain untuk memicu diferensiasi dan kedua, individu yang bersangkutan mengalami re spons
proliferasi sel T. Interleukin juga merangsang sel B sekunder. Respons sekunder berlangsung lebih cepat
untuk menghasilkan imunoglobulin dan meme- daripada respons primer karena adanya sel-sel peng-
ngaruhi tipe imunoglobulin yang dihasilkan. ingat dari kontak pertama dengan imunogen. Sel-sel
Komplemen memperkuat respons untuk membanhr pengingat berproliferasi untuk membentuk klona sel
lisis dan destruksi imunogen. Imunogen "penginvasi" dalam jumlahbesar yang mampu menghasilkan IgM
dihancurkan karena efek sitotoksik langsung dari sel seperti pada respons primer. Namun, produksi IgG
T CD8. Destruksi dan netralisasi juga dapat jauh lebih banyak daripada yang terjadi pada respons
ResponsTubuhTerhodopTontongonlmunologik BAB s t0t
VirusB
(imunogen)
o -e 15"? r'
x$$Itakroras
TCR I Pengolahan
antigen
f
Epitop
virus
IL-2R
Sitotoksin
..l{t-z X-/ -- Penolons
!Selr"ou' {*ilre".",
"i
\*yAv,"*
t [:l";')]tco+
.;\ I
sitotoksik*.
{ lgM 1}f+
:J Kematian
AI
sel
ffi*,, "}ilonomer
/\/{roHiion"'
oi"d,il.,
)+\t
cD8
{rnk
ily"
/ Diferensiasi
Proliferasi
\
Sel Tc
pengingat 16" e.
}Yffln1.n'' * nn*ooi
Gbr, 5-17 Gambaran singkat proses induksi respons imun selular dan humoral.
primer, dan kadar imunoglobulin ini cenderung terjangkit penyakit yang spesifik untuk spesies lain,
bertahan lebih lama daripada saat pertama kali ber- seperti sapi, babi, dan kuda.
kontak dengan imunogen. Selain itu, imunoglobulin Imunitns didnpat terjadi setelah tubuh terpajan ke
cenderungsecara lebih kuat mengikat imunogen dan suatu imunogen setelah lahir. Imunitas didapat dapat
lebih efektif menginaktifkan atau membersihkarulya bersifat aktif atau pasif. Imunitas aktif adalahresistensi
dari tubuh dibandingkan dengan saat kontak pertama. terhadap suatu imunogen yang terjadi akibat kontak
dengan imunogen asing. Kontak dapat terjadi dalam
bentuk infeksi, imunisasi dengan imunogen hidup
atau yang sudah dimatikan, pajanan ke produkbakteri
TIPE IMUNITAS misalnya endotoksin atau eksotoksin, atau trans-
plantasi sel atau organ asing. Pada imunitas aktif,
Sepanjang hidup seseorang terdapat beberapa tipe individu secara aktif menghasilkan imunoglobulin
imunitas yang bergantung pada usia dan penanganan atau limfosit peka atau keduanya sebagai respons
penyakit, Imunitas alnmi (natiae immunity, resistensi terhadap imunogen spesifik. Keunggulan utama imu-
bawaan) adalah potensi untuk menolak " agen" asing nitas aktif adalah resistensi bersifat jangka-panjang;
tanpa pernah berkontak. Imunitas alami dianggap kekurangan utamanya adalah bahwa imunitas aktif
"nonspesifik" karena dipertahankan oleh sel NK, memiliki awitan yang relatif lambat. Imunitas aktif
jenjang C, interferon, serta kulit dan selaput lendir terjadi apabila seseorang berkontak dengan suatu virus
tanpa bergantung pada mekanisme imun spesifik. seperti virus penyebab cacar air; virus merangsang
Proses-proses di dalam tubuh seperti fagositosis dan respons yang menyebabkan orang tersebut kemudian
peradangan juga berperan menghasilkan imunitas resisten atau kebal terhadap pajanan berikutnya.
alami. Imunitas dependen-spesies juga merupakan Sebagian atau seluruh virus yang dilemahkan atau
salah satu aspek imunitas alami. Manusia tidak dimatikan, produk-produk toksiknya, atau antigen
t02 BAG IAN sATu PENDAHULUAN PATOLOGI UMUM: MEKANISME PENYAKIT
+ +
o
cn
tr
z
-
1
f
a
HARI
Gbr.5-18 Respons imun primer dan sekunder. lntroduksi antigen memicu suatu respons yang didominasi oleh dua kelas antibodi, lgM
dan lgG. lgM merupakan imunoglobulin yang predominan dan pertama kali muncul pada respons primer, sedangkan lgG muncul belakangan.
Setelah sistem imun pejamu tersensitisasi, pajanan ke antigen yang sama akan memicu respons sekunder; pada keadaan ini diproduksi
sedikit lgM tetapi sejumlah besar lgG.
yang direkayasa secara genetis misalnya antigen per- imun adapbif ini adalah bahwa interaksi imunoglobulin
mukaan hepatitis B juga dapat menimbulkan imunitas atau sel T dengan imunogen kadang-kadang dapat
aktif melalu i vaksinasi. menyebabkan cedera pada tubuh. Reaksi yang merugi-
Imunitas pasif adalah resistensi relatif yang ber- kan ini disebut sebagai reaksi hipersensitiaitas. Kata
gantung pada produksi imunoglobulin oleh orang atau alergi juga digunakan untuk menjelaskan reaksi hiper-
pejamu lain. Imunitas pasif dapat terjadi secara sensitivitas tertentu yang sering dijumpai pada manusia.
alamiah saat IgG ibu masuk ke janin atau neonatus Dahulu, reaksi hipersensitivitas yang diperantarai
menerima IgA dari kolostrum. Imunitas pasif juga oleh imunoglobulin disebut reaksi hipersensitivitas f lpe
dapat diinduksi secara buatan dengan serum imun cepat (atauhumornl), sedangkan yang diperantarai oleh
untuk mencegah atau mengobati infeksi (misal, cacar, mekanisme imun selular disebut reaksi hiper-
rabies, campak) atau untuk menetralkan toksin (misal, sensitivitas tipe Inmbat (atav cell-mediated). Walaupun
difteria, tetanus, botulisme, bisa ular). Keunggulan istilah-istilah ini masih digunakan saat ini, namun
utama imunitas pasif adalah dapat segera ditimbulkan adanya tumpang tindih yang cukup banyak dalam
dengan memberikan sejumlah besar imunoglobulin. kecepatan munculnya berbagai reaksi menyebabkan
KekurangarL utamanya adalah bahwa imunitas pasif ketepatan kedua istilah menjadi berkurang. Klasifikasi
memiliki umur yang singkat dan dapat menimbulkan cedera imunologik yang lebih bermanfaat yang
reaksi alergi, terutama apabila berasal dari sumber- dikembangkan oleh Gel danCoombs membagi reaksi
sumber bukan manusia. ilI, dan IV
hipersensitivitas menjadi reaksi tipe I, II,
(Tabel 5-3).
antara imllnogen dengan antibodi yang sudah melekat Rangkaian kejadian ini disebabkan oleh pembebasan
ke sel mast menyebabkan pelepasan secara mendadak berbagai mediator dari sel mast yang kemudian
dan besar-besaran zat-zat proinflamasi, seperti memengarllhi otot polos vaskular dan jalan napas.
histamin, yang terkandung di dalam sel-sel tersebut. Reaksi yang lebih ringan mencakup rinitis alergi (hay
Apabila jumlah imunogen yang masirk sedikit dan di fever), angioedema, dan urtikaria (biduran).
daerah yang terbatas, maka pelepasan mediatornya
lokal. Pada siLr-rasi ini, akibah-rya adalah terjadinya
jr-rga
vasodilatasi lokal disertai peningkatan permeabilitas Reaksi Tipe ll (Sitotoksik)
danpembengkakan. Reaksi ini juga menjadi dasarbagi
Renksi tipe ll bersifat sitotoksik. IgG atau lgM dalam
uji kulit oleh para ahli alergi. Namun, apabila
imunogen masuk daiam jumlah lebih besar dan secara darah berikatan dengan epitop di permukaan imuno-
intravena ke dalam orang yang sudah peka, maka gen atau antigen MHC yang disajikan di permukaan
pelepasan mediator-mediator dapat sangat banyak sel. Akibat dari interaksi ini mungkin adalah perce-
dan meluas dan menimbulkan reaksi anafilaktik. Yang patan fagositosis sel sasaran atau lisis sel sasaran
sering menjadi penyebab reaktivitas tipe I adalah bisa setelah terjadi pengaktivan sistem C. Apabila sel
serangga, serbuk sari, alergen hewan, jamur, obat, dan sasaran adalah agen penginvasi, misalnya bakteri,
makanan. maka hasil akhir dari reaksi ini bermalfaat bagi tubuh.
Contoh klasik reaksi anafilaktik tipe generalisata Apabila sel sasaran adalah sel rubuh sendiri, misaklya
ini dijumpai saat seseorang yang sudah tersensitisasi erihosit, maka akibahrya mungkin adalah suatubentuk
mendapat infus intraveua suattt alergen seperti anemia hemolitik. Jenis lain reaksi tipe II adalah sito-
penisilin. Tanda-tanda distres muncttl dalam beberapa toksisitas yang diperantarai oleh sel yang dependen-
menit atau kurang, dan orang tersebut dapat meninggal antigen (ADCC). Pada reaksi tipe ini, imunoglobulin
dengan cepat setelah mengalami serangan agitasi, yang ditujukan terhadap antigen-antigen permukaan
kejang, bronkospasme, atall kolaps sirkulasi. Reaksi suatu sel berikatan dengan sel tersebut. Leukosit seperti
anafilaktik seperti ini terjadi karena obstruksi bronkus, neutrofil dan makrofag yang memiliki reseptor untuk
yang menyebabkan terperangkapnya udara inhalasi bagian tertentu (bagian Fc) molekul imunoglobulin
di dalam paru, gagal napas, dan defisit okgigen atau tersebut kemudian berikatan dengan sel dan
karena faktor-faktor misalnya hipotensi berat, menghancurkannya. Contoh yang umum unLuk reaksi
pembengkakan laring, atalL ganggr-ran irama jantung. tipe Il adalah destruksi eritrosit sewaktu transfusi
TABEL 5-3
Ringkasan Reaksi Hipersensitivitas
,'::.+t':::::a.... -:::
Meka n isrne .r.",.
:.
::.: :::,r,,llir::,=
:.. ;.::
jiir,,l:rr,.:=:::# Contoh
.ia . ."
*.W "&
1,l1lr,]1,-;s1;;Gt.ri4 n;&i. ^.;
' :": r Tipe l: Analilaktik Antigen bereaksi dengan antibodi lgE yang terikat Uji gores alergi yang positif
ke permukaan sel mast; menyebabkan pelepasan Anafilaksis
mediator dan efek mediator Alergi saluran napas
Bisa serangga
Tipe ll:Sitotoksik Antibodi berikatan dengan antigen yang merupakan Anemia hemolitik imun
bagian dari sel atau jaringan tubuh; teriadi Sindrom Goodpasture
pengaktivan komplemen; atau fagositosis sel '
sasaran dan mungkin sitotoksisitas yang
diperantarai oleh sel yang dependen-antibodi ' :
Tipe lll: Kompleks imun Penyatuan antigen dan antibodi membentuk suatu Serum sickness
''
kompleks yang mengaKifkan komplemen, menarik Beberapa bentuk glomorulonefritis
rleukosit, dan menyebabkan kerusakan jaringan Lesi pada lupus eritemalosus slst6mik
oleh produk-produT leukosit
l, ,,,,,- ,
..,
Tipe lVr Diperantarai sel Reaksi limfosit T dengan antigen menyebabkan D"rmutilskonrakatergi ',:::':1r.'t ii ii'
pelepasan limfokin, sitotoksisitas langsung, dan Penotat<an alograf : .-:..r':; ,' .'.1,,.
pengerahan sel-sel reaktff Lesi/uji kulit tuberkulosis
/gE lmunoglobulin E
t04 BAG IA N sATU PENDAHULUAN PATOLOGI UMUM: MEKANISME PENYAKIT
kian parah sehingga mematikan. Pola infeksi ber- melalui trarsfer IgG menembus plasenta sebelum lahir.
gantung pada tipe defisiensi spesifik. Mekanisme protektif lain untuk neonatus' adalah
Defisiensi imunologik dapat bersifat primer atau besarnya jumlah IgA dalam kolostrum, yang melin-
sekund er. D efi si en si imu n ol o gik pr im er memiliki dasar dungi neonatus dari infeksi saluran napas dan GL
genetik, dan berbagai bagian dari sistem imun dapat Namun, pada usia 3 sampai 6 buian, hanya sedikit
terlibat. Salah satu contoh defek pada imunitas hu- IgG ibu yang tersisa, dan risiko infeksi meningkat.
moral adalah ngamnglobulinemia terknit-X yang ]anin dan neonatus memang memiliki kemampuan
disebabkan oleh defisiensi sel B. Penyakit ini menye- untuk menghasilkan imunoglobulin. Janin dapat
babkan pasien hampir sama sekali tidak memproduksi menghasilkan IgM sebagai respons terhadap imuno-
imunoglobulin, dengan konsekuensi infeksi rekuren gen tertentu, misalnya organisme yang menyebabkan
atau kronik yangpaling sering disebabkan olehbakteri sifilis kongenital. Segera setelah lahir, neonatus juga
piogenik misalnya Haemophilus influenzae, Str ep tococ- mulai menghasilkan IgG dan IgA, dan kadar imuno-
cus pneumoniae, dan stafllokokus. Imunodefisiensi hu- globulin-imunoglobulin ini meningkat secara
moral dapat hanya mengenai imunoglobulin tertentr-r, progresif setelah 4 sampai 6 bulan.
misalnya defisiensi lgA terisolasl; individu dengan Pada orang berusia lanjut, kemampuan menghasil-
penyakit ini memperlihatkan peningkatan angka kan respons imun umumnya menurun oleh sebab-
infeksi saluran napas dan GI dan mungkin mengalami sebab yang belum jelas. Timus, yang ukurannya men-
reaksi anafilaksis berat apabila ditransfusi dengan capai maksimum saat pematangan seksuaf mengalami
darah normal (karena mereka mungkin memiliki involusi dan pada usia 50 memiliki ukuran hanyaT5'/.
antibodi terhadap IgA dalam jumlah cukup besar). dari ukuran maksimumnya. Kadar hormon timus juga
Defisiensi primer sistem sel T (misalnya, sindrom menurun, dan timus tidak mampu memerantarai
DiGeorge) atau bahkan seaere combined immunodeficiency diferensiasi sel T. Selain invoiusi timus, orang berusia
disesse (SCID) juga dapat terjadi. SCID melibatkan lanjut mengalami penurunan kemampuan menghasil-
gangguan fungsional imunitas humoral dan selular. kan IgG sebagai respons terhadap imunogen; mereka
Bayi dengan penyakit ini rentan terhadap infeksi juga memiliki lebih sedikit sel T dan mengalami
bakteri, fungus, dan virus dan sering meninggal dalam perlambatan atau hilangnya respons hipersensitivitas.
tahun pertama kehidupannya. Kelainan komplemen Riset-riset mengisyaratkan bahwa vaksinasi kurang
adalah kategori lain imunodefisiensi (sebagian dari efektif pada orang berusia lanjut. Yang lebih mem-
penyakit imunodefisiensi primer dibahas di Bab 14). perumit keadaan, orang berusia lanjut memperlihatkan
peningkatan kadar imunoglobulin darah yang
dituiukan kepada antigen diri (autoantibodi).
Orang berusia lanjut mengalami penurunan fungsi
FAKTOR USIA surveilans sistem imun. Apabila sel T dan sel NK
kurang mampu mengidentifikasi dan menghancurkan
Kemampuan untuk mempertahankan fungsi sistem se1 yang bermutasi, maka sel-sel tumor dapat berpro-
imun berkurang pada awal dan akhir rentang liferasi dan risiko kanker meningkat. Karena ifu, infeksi
kehidupan. Walaupun timbul pertanyaan-pertanyaan pada neonatus atau usia lanjut memperlihatkan
mengenai respons imun yang relatif rendah pada peningkatan frekuensi dan keparahan. Orang berusia
neonatus, namun ftrngsi sel T tampaknya adekuat. lanjut juga berisiko lebih tinggi mengalami keganasan
Neonatus terutama mengandalkan imunitas pasif agar dan neoplasma dibandingkan dengan periode lain
tetap sehat. Antibodi terutama diberikan oleh ibu dalam rentang kehidupan.
t06 BAGIAN SATU PEN DAHULUAN PATCLOGI U MU M : MEKANISME PE NYAKIT
*(olrstP KUNcr
SetT memiliki kemampuan menghasilkan sel ini dapat menimbulkan respons peradangan:
pengingat. Sel T pengingat memungkinkan Jenjang komplemen dapat diaktif kan melaluijalur
terjadinya akselerasi respons imun apabila tubuh klasik (lgG atau lgM) atau jalur alternatif
terpajan imunogen yang sama untuk kedua Beberapa efek dari komponen komplemen adalah
kalinya yang sering terjadi lama setelah pajanan kemotaksis (CSa; C5b67); anafitatoksin atau
pertama. (4) Sel T juga memiliki peran penting pelepasan histamln (C3a; CSa, C4a); opsonisasi
dalam pengendalian atau kontrol. SelCD4 dan (C3b); sitolisis sel sasaran oleh membrane at-
CD8 memfasilitasi dan/atau menekan respons tack complex (C5-C9)
imun selular dan humoral. lgA dapat berada dalam bentuk monomer, dimer,
Sel n atu rat ki tt er (NK) men g kh ususkan di ri dalam atau trimer dan memiliki sebuah secretory piece.
menghancurkan sel yang terinfeksi virus dan lgA terutama terdapat dalam sekresi tubuh:
neoplasma dengan mengeluarkan perforin seperti kolostrum, air mata, air liur, dan dalam sekresi
yang dihasilkan oleh selCD8. Perbedaan utama saluran napas, Gl, dan GU. Fungsi utama lgA
antara sel CD8 dan sel NK adalah bahwa yang adalah mempertahankan permukaan mukoia
terakhir tidak spesifik untuk epitop tertentu dan terhadap invasi oleh bakteri atau virus.
tidak bertambah kuat oleh pajanan sebelumnya. lgE adalah suatu lg sitofilik dan terutama
Se/ f siiotaksik (sel CDB) dapat mengenali ditemukan melekat ke sel mast dan basofil. lgE
hanya antigen yang berikatan dengan molekul terlibat dalam reaksi hipersensitivitas tipe L
MHC kelas I lmunoglobulin memiliki lima fungsi efektor utama:
Set T penotong (sel CD4) dapat mengenali hanya (1) imunoglobulin menyebabkan ADCC; (2)
antigen yang berikatan dengan molekul MHC imunoglobulin memungkinkan terjadinya imuni-
kelas ll sasi pasif (akuisisi imunitas karena mendapat
Respons imun humoral bersifat tidak langsung imunoglobulin yang sudah terbentuk); (3) imuno-
dan dilaksanakan oleh imunoglobulin spesifik globulin meningkatkan opsonisasi (pengendapan
(antibodi) yang dihasilkan oleh sel B aktif (sel komplemen pada suatu antigen, yang mendo-
plasma) rong kontak lekat stabil dengan sel fagositik);
Struktur dasar suatu imunoglobulin memiliki (4) imunoglobulin mengaktifkan komplemen
bentuk Y khas (dua rantai polipeptida berat dan (sekelompok gli koprotein serum); dan (5) imuno-
dua rantai ringan yang disatukan oleh ikatan globulin juga dapat menyebabkan anafilaksis.
disulfida). Regio variabel atau pengikat antibodi Kompleks MHC atau HLA adalah sekelompok
(Fab) di ujung Y mengikat epitop antigen. Regio gen yang terletak di lengan pendek kromosom
konstan atau fragmen Fc di batang Y penting 6 yang mengkode antigen-antigen HLA. Antigen
untuk memfiksasi komplemen dan merupakan HLA dibagi menjaditiga kelompok: Antigen kelas
tempat lgE mengikat basofilatau selmast. I (HLA lokus A, B, dan C) ditemukan di
lgG (globulin gama)adalah imunoglobulin yang permukaan sebagian besar sel didalam tubuh;
paling banyak ditubuh serta banyak dijumpai di antigen kelas ll (lokus DR, DQ, DP)ditemukan
dalam darah. lgG adalah satu-salunya lg yang terutama di permukaan sel imunokompeten,
menembus plasenta dan penting untuk termasuk monosit, makro{ag, sel B, dan selT.
melindungi tubuh dari serangan bakteri Antigen kelas I dan ll penting untuk menentukan
lgM adalah imunoglobulin paling besar, beredar kecocokan jaringan yang ditransplantasikan.
sebagaipentamer, dan bertanggung jawab dalam Antigen kelas lll berperan dalam jalur klasik dan
respons imun primer alternatif pada jenjang komplemen.
lmunitas humoralyang melibatkan lgG atau lgM Respons imun primer terjadi setelah pajanan
dapat dibantu oleh sistem komplemen, suatu awal ke suatu antigen; respons berlangsung
sistem amplifikasi yang menuntaskan kerja lambat dan pada awalnya yang mendominasi
imunoglobulin dan menyebabkan lisis patogen adalah lgM diikutioleh lonjakan ringan lgG. Pada
dan seltertentu. pajanan kedua ke antigen yang sama, sel
Komplemen adalah sekelompok protein (yang plasma menghasilkan terutama lgG dan respons
terdiri dari 9 atau iebih protein) yang dalam yang l;*5u' jauh lebih kuat dan lebih cepat
keadaan normal beredar dalam darah dalam dibandingkan dengan pajanan pertama karena
bentuk inaKif. Apabila diaktifkan, protein-protein adanya sel-sel B pengingat
108 BAGIAN sATu PENDAHULUANPATOLOGIUMUM; MEKANISMEPFNYAKIT
Terdapat dua kelompok besar imunitaS didapat: berlangsung perlahan dan memerlukan waktu
1. lmunitas didapat alami: (a) aktif : antibodi beberapa minggu untuk timbultetapi bertahan
dihasilkan setelah mengidap dan sembuh dan lama (tetapi mungkin memerlukan "boosted'
penyakit (misalnya, cacar air) atau (b) pasif: atau penguat); imunitas pasil bersifat segera
antibodiyang sudah jadi diperoleh bayi dari tetapi temporer, bertahan hanya beberapa
ibu melalui plasenta atau kolostrum bulan.
2. lmunitas didapat artifisial: (a) aktif: pem- Penyakit imunologik dapat dibagi menjadi tiga
bentukan antibodi secara aKif oleh individu kelas: (1) penyakit imunode{isiensi: primer atau
setelah vaksinasi (mis. organisme hidup yang sekunder (misalnya, AIDS); (2) penyakit hiper-
::' sudah dilemahkan, misalnya rabies, campak, sensitivitas (misalnya, alergi); dan (3) penyakit
'",' gondongan; organisme yang'sudah mati, autoimun (misalnya, lupus eritemalosus
misalnya tifoid, pertusis, vaksin polio Salk; sistemik).
modif ikasi eksotoksin, misalnya toksoid teta- Penyakit hipersensitivitas dibagi menjadi empat
:nus); atau (b) pasif: peminjaman imunitas tipe: reaksi tipe I (anafilaktik); reaksi tipe ll
yang sudah jadi melalui penyuntikan serum (sitotoksik); reaksitipe lll (kompleks imun); dan
imun (mis. antitoksin tetanus). lmunitas aktif reaksitipe lV (diperantarai oleh sel).
prnrnruYAAN
Beberapa contoh pertanyaan untuk bab initercantum di sini. Kunjungi http://www.mosby.com/MERLIN/PriceWilson/ untuk
pertanyaan tambahan,
Kolom A Kolom B
1. Regio Fab a. Hanya diaktifkan oleh kompleks imun
2. Regio Fc lgE dengan lgG dan lgM
J. Jalur klasik pengaktivan Tidak memerlukan reaksi anttgen-
komplemen antibodi untuk mengaKrfkannya (mrsalnya,
Jalur altematif pen gaktivan dapat diaktifkan oleh endotoksrn bakeri)
komplemen c. Tempat mengikat antibodi pada interaksi
antigen-antibodi
Reseptor membran sel terdapat di sel
mast dan basofil darah
Kolom A Kolom B
6 lgA a. lg paling primitif dan paling besar;
o. lsD berperan dalam respons imun primer
7. lgE b. Memperantarai anaf ilaksis
8. lgG Fungsitidak jelas
o lgM d. lg paling banyak di dalam darah;
berperan dalam respons imun sekunder
e. lg utama dalam sekresi misalnya air mata,
air liur, serta sekresi saluran Gl dan GU
ResponsTubuhTerhodopTontongonlmunologik BAB 5 t09
10. Sebuldan jelaskan semua komponen 12. Bandingkan paling sedikit lima perbedaan
dan respons sistenn imun, sefia sebutkan antara sistem imun humoraldan selular.
tiga fungsinya. 13. Sebutkan tiga kelas penyakit imunologik.
11. Sebutkan fungsi imunoglobulin (anti- 14. Sebutkan empat tipe reaksi hipersen-
bodi). Sebutkan lima tipe dan masing- sitivitas, sistem imun yang terlibat,
masing fungsinya. kemungkinan mekanisme imun yang
memerantarai reaksi, dan satu contoh
prototipe penyakit bagi masing-masing
tipe.