Anda di halaman 1dari 7

PENGENDALIAN MIKROBIA

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Makhluk hidup memiliki ukuran yang berbeda-beda. Ukuran tersebut dalam kehidupannya dapat dilihat oleh mata telanjang dan ada yang tidak dapat langsung dilihat oleh mata telanjang. Oleh karena itu untuk melihat makhluk tersebut yaitu dengan menggunakan alat pembesar seperti mikroskop ataupun loop. Karena itulah makhluk yang dilihat dengan mikroskop tersebut disebut sebagai mikroorganisme dikarenakan ukurannya yang terlalu kecil. Tetapi biarpun ukurannya kecil, mikroorganisme juga memiliki kebutuhan layaknya makhluk hidup yang lain. Kebutuhan tersebut dapat berupa fisik maupun kimia. Selain itu, mikroorganisme juga melakukan proses perkembangbiakkan. Proses perkembangbiakkan dilakukan oleh mikroorganisme agar mereka tidak punah. Dalam pertumbuhan

mikroorganisme, mereka memiliki beberapa fase pertumbuhan sel dan pertumbuhan mikroorganisme dapat dikendalikan oleh beberapa cara. Dalam makalah ini akan dibahas khususnya tentang metode pengendalian pertumbuhan mikroba.

1.2.Tujuan Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk mengetahui metode pengendalian mikrobia.

1.3.Rumusan Masalah Adapaun rumusan masalah dari makalah ini adalah apa metode yang digunakan untuk pengendalian mikrobia.

BAB II PEMBAHASAN

Berbagai macam sarana proses fisik telah tersedia untuk mengendalikan populasi mikroba. Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan cara mematikan mikro-organisme, menghambat pertumbuhan dan metabolismenya, atau secara fisik menyingkirkannya. Cara pengendalian mana yang digunakan tergantung kepada keadaan yang berlaku pada situasi tertentu. Pemberian suhu tinggi/terutama pada uap bertekanan, merupakan salah satu cara yang paling efisien dan efektif untuk mensterilkan sesuatu bahan. Namun demikian bahan-bahan tertentu yang biasa digunakan di laboratorium, rumah-rumah penduduk, dan rumah-rumah sakit mudah rusak bila dikenai suhu tinggi. Prosedur sterilisasi pilihan seperti radiasi, penggunaan berkas elektron, atau penyaringan harus digunakan untuk mensterilkan bahanbahan yang akan rusak bila diberi suhu tinggi. Tersedia beribu-ribu zat kimia dipakai untuk mengendalikan mikroorganisme. Penting sekali memahami ciri-ciri pembeda masing-masing zat ini dan organisme yang dapat dikendalikannya serta bagaimana zat-zat tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya. Setiap zat kimia mempunyai keterbatasan dalam keefektifannya, bila digunakan dalam kondisi praktis keterbatasan-keterbatasan ini perlu di amati. Tujuan yang dikehendaki dalam hal pengendalian mikroorganisme tidak selalu sama. Pada beberapa kasus mungkin perlu mematikan semua organisme (sterilisasi) sedangkan pada kasus-kasus lain mungkin cukup mematikan sebagian mikroorganisme tetapi tidak semua (sanitasi). Dengan demikian pemilihan suatu bahan kimia untuk penggunaan praktis dipengaruhi juga oleh hasil antimikrobial yang diharapkan daripadanya. Cara kerja zat-zat kimia dalam menghambat atau mematikan mikroorganisme itu berbeda-beda, beberapa diantaranya mengubah struktur dinding sel atau membran sel yang lain menghambat sintetis komponen-komponen seluler yang vital atau yang mengubah keadaan fisik bahan selular. Pengetahuan mengenai perilaku khusus tentang bagaimana suatu zat kimia menghasilkan efek anti mikroba sangat berguna baik untuk mempertimbangkan kemungkinannya bagi penggunaan praktis maupun untuk mengusulkan perbaikan-perbaikan apa yang mungkin dilakukan untuk merancang bahan bahan kimia baru.

Pengendalian mikroba dilakukan untuk: 1. Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi. 2. Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi. 3. Mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme.

Kondisi yang mempengaruhi pengendalian mikroba adalah: Temperature Jenis mikroba Struktur fisiologis, dan Lingkungan.

Mikroorganisme dapat dikendalikan dengan beberapa cara, dapat dengan diminimalisir, dihambat dan dibunuh dengan sarana atau proses fisika atau bahan kimia. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara: Sterilisasi Proses pembinasaan seluruh bentuk kehidupan dari mikroba pada sebuah objek atau didalam suatu material. Disinfeksi Proses pembinasaan patogen vegetatif namun tidak termasuk endospora dan virus. Bakteri yang menghasilkan endospora contohnya Bacillus anthraxis. Bakteriostatis Suatu kondisi pertumbuhan bakteri dan multiplikasinya dihambat, namun bakteri tersebut tidak mati. Asepsis Kondisi ketiadaan patogen pada suatu obyek atau daerah. Teknik aseptik dirancang dengan tujuan untuk mencegah masuknya patogen ke dalam tubuh. Filtrasi udara, sinar UV, penggunaan masker, sarung tangan, dan sterilisasi peralatan merupakan keseluruhan faktor yang dibutuhkan untuk mencapai asepsis. Sanitasi Mengurangi patogen pada peralatan makan untuk mengamankan kesehatan masyarakat dengan cara pencucian secara mekanik/kimia. Status fisiologis Bakteri dalam pertumbuhan mudah terbunuh karena sel-sel belum tumbuh secara sempurna. Ketika mikroba telah membentuk endospora, endospora tersebut bersifat lebih resisten dibanding sel vegetati. Contohnya Endospora clostridiumbotulinom tahan dalam air mendidih selama berjam-jam. Umumnya Endospora clostridiumbotulinom tinggal dibawah tanah. Lingkungan Dengan menggunakan tingkat keasaaman Ph.

Kinerja dari agen-agen pembunuh mikroba target utamanya membran sel. Targetnya membran sel karena membran sebagai pelindung dan sebagai alat transpor. Agenagen ini merusak protein dan asam-asam nukleat sehingga bakteri baru tidak dapat berkembang. Kerusakan ikatan tersebut mengakibatkan denaturasi protein dan dapat terjadi kerusakan pada DNA dan RNA (DNA dan RNA merupakan pebawa pesan genetik). Metode-metode fisik dalam kontrol mikroba Panas Panas dibagi atas 2, yaitu: Bentuk panas basah (bersentuhan langsung dengan cair). Panas kering (terhadap uap air) Konsep titik mati panas Thermal Death Point: temperature terendah yang diperlukan untuk membunuh

mikroorganisme di dalam suatu supensi cair dalam 10 menit. Thermal Death Time: waktu minimum yang dibutuhkan untuk membunuh semua bakteri di dalam suatu medium cair pada suhu tertentu. Panas uap (1000C) Dengan menggunakan suhu rendah yaitu 63OC. Louis pasteur dengan melakukan percobaan yaitu pencegahan kerusakan bir dan anggur dengan menggunaka pemanasan yang cukup untuk mikroba. Dengan menggunakan suhu yang rendah saja karena jika dengan menggunakan suhu yang tinggi maka akan dapat merusak warna. HTST (High Temperature Short Time) Dengan menggunakan suhu 72 C dengan waktu 15 detik. LTLT (Long Temperature Long Time) Dengan menggunakan suhu 61 C dengan waktu 30 menit. UHT (Ultra High Temperature) Dengan menggunakan suhu 131 C dengan waktu 0,5 detik. Biasanya UHT ini digunakan pada produsen susu kemasan). Sterilisasi panas kering Pembakaran langsung (direct flaming) Pekerjaan di laboratorium mikrobiologi ketika mensterilkan loop inokulasi. Pasteurisasi

Sterilisasi udara panas Bahan-bahan yang akan disterilkan di tempatkan di dalam sebuah oven. Dengan menggunakan suhu 170C dengan waktu 2 jam.

Autolavisasi Digunakan untuk sterilisasi alat-alat filtrasi atau penyinaran mikroba. Temperatur yang digunakan rendah tergantung pada jenis mikroba dan intesitas aplikaisnya. Tekanan osmosis Penggunaan larutan garam dan gula berkonsentrasi tinggi dalam pengawetan makanan didasarkan pada efek tekanan osmosis. Radiasi ionisasi Contohnya : sinar gamma Metode ini dilakukan untuk menyeleksi disinfektan. Jenis-jenis disinfektan: Fenol dan fenolik Fenol (asam karbol) dengan konentrasi 1% fenol memiliki efek anti bakterial. Hologen Memiliki efektivitas antimikroba baik sendiri-sendiri ataupun dalam kombinasi: Clorine (C2) & Iodine (I2) Alohol untuk merusak protein. Contohnya etanol dan isopropanol. Kosentrasi optimum yang direkomendasikan untuk ethanol yaitu 70%. Ethanol bersifat kurang efektif dibanding larutan ethanol. Senyawa logam berat Contohnya: perak, merkuri, dan koper dapat bersifat germisidas atau antisptik. Silver digunakan sebagai antiseptik pada (1%) siver nitrate. Larutan ini bersifat baktericidal bagi sebagian besar organisme. Aldehida Formaldehida Formalin Agen oksidasi Agen-agen oksidatif, contohnya ozone (O3) Hidrogen peroksida digunakan pada industri makanan untuk pangepakan yang aseptik.

BAB III PENUTUP

1.1.Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah : Mikroba umumnya ada yang bersifat baik maupun buruk. Mikroba yang membawa dampak buruk tersebut harus dikendalikan perkembangannya. Sehingga tidak dapat menganggu makhluk hidup lainnya. Pengendalian pertumbuhan mikroba dilakukan dengan berbagai cara. Pengendalian tersebut memiliki 3 tujuan khusus, yaitu mencegah penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi mikrorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme. Dengan demikian, maka mikroorganisme tidak dapat mengganggu kelangsungan makhluk hidup lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Genetika dan Pengendalian Mikrobiologi. http://massofa.wordpress.com/2008/02/05/genetika-dan-pengendalian-mikrobiologi/ Diakses 18 Februari 2012

Anonim. 2006. Pengendalian Mikroorganisme. http://rachdie.blogsome.com/2006/10/14/pengendalian-mikroorganisme/ Diakses 18 Februari 2012

Anda mungkin juga menyukai