Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

“MIKROBIOLOGI”

OLEH:

TRANSFER A
KELOMPOK 4

Asisten Laboratorium: Ilham Paputungan

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan
makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat
digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat
viral bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk
mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri (Mulia,
2005).
Pencemaran mikroorganisme dalam air beberapa bakteri, virus,
protozoa, dan parasit sering mencemari air. Kuman tersebut masuk ke
dalam air berasal dari buangan limbah rumah tangga maupun buangan
dari industri peternakan, rumah sakit, tanah pertanian dan lain
sebagainya. Pencemaran dari kuman penyakit ini merupakan penyebab
utama terjadinya penyakit pada orang yang terinfeksi. Penyakit yang
disebabkan oleh pencemaran air ini disebut water-borne disease dan
sering ditemukan pada penyakit tifus, kolera, dan disentri (Erma
Suryani,2012)
Analisis cemaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
menguraikan suatu bahan menjadi senyawa-senyawa penyusunnya.
Dalam ilmu kimia, analisa di gunakan untuk menentukan komposisi suatu
bahan atau zat. Contoh bidang yang paling terkenal dengan kegiatan
analisanya adalah bidang Teknologi Makanan (pengamatan, percobaan)
(Peter, 2002).
Mikroba merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat
kecil. Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk
melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat dapat mengalami
pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya.
Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena
mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri
yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan
menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula (Kusnadi, dkk,
2003).
Antibakteri adalah senyawa yang digunakan untuk mengendalikan
pertumbuhan bakteri yang bersifat merugikan. Pengendalian
pertumbuhan mikroorganisme bertujuan untuk mencegah penyebaran
penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang
terinfeksi, dan mencegah pembusukan serta perusakan bahan oleh
mikroorganisme (Sulistyo, 1971).
Media merupakan sarana pertumbuhan yang mengandung nutrisi
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme sebagai makanannya.
Mikroorganisme dalam pertumbuhannya membutuhkanunsur logam
seperti natrium, kalium, kalsium, magnesium, mangan, besi, seng,
tembaga, fosfor, cobalt, hidrogen, oksigen dansulfur (Nofriana,2019)
Kapang merupakan sekumpulan mikroorganisme yang heterogen.
Mikroorganisme ini mempunyai ciri-ciri hewan dan tumbuhan. Fase
vegetatif atau somatik yang aselular dan merayap jelas mempunyai
struktur dan fisiologi seperti binatang; struktur reproduktifnya seperti
tumbuhan, yaitu menghasilkan spora yang terbungkus dinding yang
nyata. Gabungan fase seperti binatang dan tumbuhan dalam satu daur
merupakan ciri pembeda kapang lendir (Pelczar dan Chan, 1986).
Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak
bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri.
Jamur hidup dengan cara mengambil zat-zat makanan seperti selulosa,
glukosa, lignin, protein dan senyawa pati dari organisme lain. Zat-zat
nutrisi tersebut biasanya telah tersedia dari proses pelapukan oleh
aktivitas mikroorganisme (Dewi, 2009).
I.2. Maksud dan Tujuan Percoban
Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari
macam-macam Teknik sterilisasi dan aseptis, pembuatan media
pertumbuhan mikroba dan mengetahui pertumbuhan bakteri dengan
menggunakan teknik tuang, sebar dan gores, inolukasi dan isolasi serta
cemaran mikroba dari suatu produk.
I.3. Prinsip
Mengenal bermacam-macam alat dan cara penggunaannya secara
benar pada praktikum mikrobiologi.

BAB II
DASAR TEORI
II.1. Sterilisasi
Sterilisasi adalah penghilangan atau membunuh mikroorganisme
(protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) dalam benda/peralatan
untuk menjaga peralatan dilaboratorium tetap bersih/steril, serta
mencegah terjadinya kontaminasi. Peralatan laboratorium yang akan
disterilisasi memerlukan bahan pengemas (Nurmina, 2002).
Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan suatu cara untuk
mematikan dan menghilangkan semua organisme yang terdapat pada
suatu benda. Pemindahan biakan bakteri secara aseptik menggunakan
salah satu cara sterilisasi, yaitu pembakaran. Namun, ada pula
beberapa peralatan dan media yang menjadi rusak apabila dibakar.
Tiga cara utama yang biasa dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan
panas, bahan kimia, dan penyaringan atau filtrasi (Cahyani, 2014).
II.1.1 Pengujian Sterilisasi
Macam-macam pengujian sterilisasi adalah sebagai berikut
(Cahyani, 2014):
1. Sterilisasi Mekanik (Filtrasi)
Sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi) yaitu teknik sterilisasi
dengan menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil yang
berukuran 0,22 mikron atau 0,45 mikron. Cairan yang akan disterilisasi
dilewatkan ke suatu saringan sehingga mikroba tertahan pada
saringan tersebut. Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk
mensterilisasi bahan yang mudah rusak jika terkena panas dan bahan
yang tidak tahan panas, misalnya larutan enzim antibiotik.

2. Sterilisasi Fisika
Sterilisasi fisika dapat dilakukan dengan cara pemanasan dan
penyinaran.
a. Pemanasan
1) Pemijaran (dengan api langsung), yaitu membakar alat pada api
secara langsung. Contoh alat: jarum inokulum (jarum ose),
pinset, batang L.
2) Panas kering, yaitu sterilisasi dengan oven kira-kira 60-180⁰C.
Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca,
seperti erlenmeyer, tabung reaksi, cawan.
3) Uap air panas, merupakan sterilisasi dengan konsep mirip
dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat
menggunakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
4) Uap air panas bertekanan, yaitu sterilisasi menggunakan
autoklaf.
b. Radiasi
1) Sinar Ultra Violet (UV) dapat digunakan untuk proses sterilisasi,
misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada
permukaan interior Biological Safety Cabinet (BSC) atau Laminar
Air Flow (LAF) dengan disinari lampu UV.
2) Gamma bersumber dari Cu60 dan Cs137 dengan aktivitas
sebesar 50-500 kilo curie serta memiliki daya tembus sangat
tinggi. Dosis efektifitasnya adalah 2,5 MRad. Gamma digunakan
untuk mensterilkan alat-alat yang terbuat dari logam, karet serta
bahan sintesis seperti pulietilen.
3. Sterilisasi Kimia
Sterilisasi kimiawi merupakan sterilisasi menggunakan senyawa
desinfektan. Desinfektan adalah suatu bahan kimia yang dapat
membunuh sel-sel vegetatif dan jasad renik, bersifat merusak jaringan.
Contoh desinfektan adalah alkohol, fenol, dan halogen.
II.2 Media yang digunakan
Media adalah kumpulan zat-zat anorganik maupun organik yang
digunakan untuk menumbuhkan bakteri dengan cara tertentu dalam
pemeriksaan laboratorium mikrobiologi. Penggunaan media ini sangat
penting yaitu untuk isolasi, identifikasi maupun diferensiasi (Jawetz et al.,
2005).
Susunan dan kadar nutrisi dalam suatu media harus seimbang untuk
mendapatkan pertumbuhan bakteri yang optimal. Hal ini perlu
diperhatikan karena banyak senyawa-senyawa yang menjadi
penghambat atau menjadi racun bagi bakteri kalau kadarnya terlalu tinggi
(misalnya garam-garam dari asam lemak, gula dan lain-lain) (Jawetz et
al., 2005).
Media biakan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme
dalam bentuk padat, semi-padat dan cair. Media padat diperoleh dengan
penambahan agar. Agar berasal dari ganggang merah. Agar digunakan
sebagai pemadat karena tidak dapat diuraikan oleh mikroba dan
membeku pada suhu diatas 450C. Kandungan agar sebagai bahan
pemadat dalam media adalah 1,5- 2,0% (Waluyo, 2006).
II.2.1 Macam-macam Media
II.2.1.1 Berdasarkan Komposisi Kimia
Berdasarkan komposisi kimiawi komponen penyusun medium,
maka medium dibedakan menjadi 2 kategori yaitu (Rakhmawati,
2012):
1. Medium kompleks (complex)
Medium kompleks tersusun atas bahan-bahan dengan macam dan
komposisi tidak semua diketahui dengan pasti. Contoh medium
kompleks adalah Nutrient Agar (NA) yang mengandung beef extract
dan pepton.
2. Sintetik (defined).
Medium sintetik tersusun atas bahan macam dan komposisinya
diketahui dengan pasti. Misalnya medium untuk menumbuhkan E.
Coli mengandung komponen-komponen sebagai berikut (gr/l) :
glukosa (1,0); Na2HPO4 (16,4); KH2PO4 (1,5); (NH4)2SO4 (2,0);
MgSO4.7H20 (0,2); CaCl2 (0,01); dan FeSO4.7H20 (0,0005).
II.2.1.2 Berdasarkan Konsistennya
Adapun macam-macam medium pertumbuhan yang digunakan
untuk kultur mikroba berdasarkan bentuk adalah (Haribi, 2008):
1. Media Cair (Liquid Media), yaitu media yang berbentuk cair seperti
Nutrient Broth (NB), Brain Heart Infusion (BHI), Alkali Pepton Water
(APW), dll.
2. Semi Solid Media. Media ini digunakan untuk uji motilitas, karena
teksturnya yang setengah padat akan memudahkan pergerakan
bakteri. Media ini dibuat di tabung dengan posisi tegak.
3. Media Padat, yaitu media yang berbentuk padat, media ini dapat
berbentuk media organic, contohnya Blood Agar Plate (BAP), Mac
Conkey (MC), Salmonella Shigella Agar (SSA), Nutrien Agar (NA),
dll.
II.2.1.3 Berdasarkan Kegunaannya
Medium menurut kegunaannya dibedakan menjadi 3 yaitu
(Rakhmawati, 2012) :
1. Media selektif
Medium selektif merupakan medium yang ditambah zat kimia tertentu
bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme lain
sehingga hanya mikroorganisme tertentu yang dapat tumbuh
contohnya medium MacConkey Agar untuk mendeteksi E. Coli.
2. Media diferensial
Medium diferensial merupakan medium yang dapat digunakan untuk
membedakan jenis mikroorganisme yang satu dengan yang lain
ditandai dengan adanya suatu reaksi atau ciri khas misalnya Blood
Agar.
3. Media pengayaan (Enrichment Medium)
Media pengayaan merupakan medium yang ditambah zat-zat tertentu
(serum, darah, ekstrak tumbuh-tumbuhan, dll) sehingga dapat
digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme tertentu.
II.2.2 Contoh Media dan Kegunaan
1. Media NA (Nutrient Agar)
Merupakan media yang berbentuk serbuk berwarna putih kekuningan
dan apabila setelah digunakan akan berbentuk padat karena terdapat
kandungan agar sebagai pemadatnya. Bermanfaat untuk isolasi
kultur murni, perhitungan mikroba, dan seleksi galur yang diinginkan.
Komposisi yang terpenting dalam media ini adalah karbohidrat dan
protein yang terdapat pada ekstrak daging dan pepton sesuai dengan
kebutuhan sebagian besar bakteri. (Nofriana,2019).
2. Trypticse Soy Broth (TSB)
Nutrient Broth merupakan media untuk mikroorganisme yang
berbentuk cair. Intinya sama seperti nutrient agar. Trypticse Soy
Broth (TSB) adalah media broth diperkaya untuk tujuan umum, untuk
isolasi, dan penumbuhan berbagai macam mikroorganisme. TSB
mengandung pepton kedelai dan kasein yang menyediakan asam
amino dan substansi nitrogen lainnya yang membuatnya menjadi
media bernutrisi untuk bermacam mikroorganisme. Dekstrosa adalah
sumber energy dan natrium klorida mempertahankan keseimbang an
osmotic. (Lay,1994)
3. Potato Dextrose Agar (PDA)
Digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan
kapang. PDA dapat juga digunakan untuk enumerasi yeast dan
kapang dalam suatu sampel. PDA mengandung sumber karbohidrat
dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2%
glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi
kurang baik untuk pertumbuhan bakteri (Lay, 1994).
Jenis Media Fungsi Contoh
Media Padat Digunakan untu Blood Agar Plate
kultur/pertumbuhan bakteri atau (BAP), Mac Conkey
mempelajari koloni bakteri dalam (MC), Salmonella
bentuk padat, dapat diletakan di Shigella Agar (SSA),
petri disk ataupun tabung. Nutrien Agar (NA),

Media Cair Digunakan untuk perbenihan / Nutrient Broth (NB),


memperkaya sebelum dikultur Brain Heart Infusion
pada media padat. Media ini tidak (BHI), Alkali Pepton
dapat digunakan untuk Water (APW),
mempelajari koloni.

Media Semi Media ini digunakan untuk uji Media yang


Solid motilitas, karena teksturnya yang mengandung agar
setengah padat akan sebesar 0.5 %
memudahkan pergerakan bakteri.
Media Selektif Mencegah pertumbuhan MacConkey Agar
mikroorganisme lain sehingga untuk mendeteksi E.
hanya mikroorganisme tertentu Coli.
yang dapat tumbuh
Media Digunakan untuk membedakan Blood agar
Diferensial jenis mikroorganisme yang satu
dengan yang lain ditandai dengan
adanya suatu reaksi atau ciri khas
Media Medium yang ditambah zat-zat Blood agar , chocolate
Pengayaan tertentu (serum, darah, ekstrak agar, loeffler serum
tumbuh-tumbuhan, dll) sehingga slope
dapat digunakan untuk
menumbuhkan mikroorganisme
tertentu.
Media Digunakan untuk kebutuhan Nutrient Agar (NA)
kompleks nutrisi dari beberapa bakteri yang yang mengandung
idak diketahui. beef extract dan
pepton.
Media Sintetik Digunakan dalam penelitian Medium untuk
mengenai uji metabolism suatu menumbuhkan E. Coli
mikroorganisme. mengandung
komponen-komponen
sebagai berikut (gr/l) :
glukosa (1,0);
Na2HPO4 (16,4);
KH2PO4 (1,5);
(NH4)2SO4 (2,0);
MgSO4.7H20 (0,2);
CaCl2 (0,01); dan
FeSO4.7H20 (0,0005).
II.2.3 Mikroorganisme
II.2.3.1 Pengertian Mikroorganisme
Mikroba merupakan organisme yang berukuran kecil (mikro), dapat
melakukan aktifitas untuk hidup, dapat tergolong dalam prokaryot
seperti bakteri dan virus, dan eukaryot seperti alga, protozoa. Mikroba
sangat berperan dalam kehidupan (Nester, Anderson, Robert, Nester,
2009).
Mikroba terdiri dari bakteri, jamur, dan virus. Secara umum, tiap
mikroba mempunyai morfologi dan struktur anatomi yang berbeda
(Waluyo, 2004).
Peranan utama mikroba adalah sebagai (pengurai) bahan-bahan
organik. Selain merugikan, mikroba juga mempunyai banyak
keuntungan bagi manusia. Mikroba tidak perlu tempat yang besar,
mudah ditumbuhkan dalam media buatan, dan tingkat pembiakannya
relatif cepat. Oleh karena itu, setiap mikroba memiliki peran dalam
kehidupan (Darkuni, 2001).
II.2.3.2 Macam-Macam Bakteri
1. Bakteri berbentuk kokus (bulat)
a. Bakteri kokus gram positif
Aerobik: Micrococcus, Staphylococcus, Streptococcus, Leuconostoc
Anaerobik: Methanosarcina, Thiosarcina, Sarcina, Ruminococcus
b. Bakteri kokus gram negatif
Aerobik: Neisseria, Moraxella, Acinetobacter, Paracoccus
Anaerobik: Veillonella, Acidaminococcus, Megasphaera.
2. Bakteri berbentuk batang
a. Bakteri gram positif
1) Bakteri gram positif tidak membentuk spora Aerobik: Lactobacillus,
Listeria, Erysipelothrix, Caryophanon.
2) Bakteri Coryneform dan actinomycetes
Aerobik Coryneform: Corynebacterium, Arthrobacter,
Brevibacterium, Cellulomonas, Propionibacterium, Eubacterium,
Bifidobacterium. Aerobik Actinomycetes: Mycobacterium,
Nocardia, Actinomyces, Frankia, Actinoplanes, Dermatophilus,
Micromonospora, Microbispora,Streptomyces, Streptosporangium.
Actinomycetes dapat membentuk miselium yang sangat halus dan
bercabangcabang. Miselium vegetatif tumbuh di dalam medium,
dan miselium udara ada di permukaan medium. Bakteri ini dapat
berkembang biak dengan spora, secara fragmentasi dan
segmentasi, dengan chlamydospora, serta dengan bertunas.
Bakteri ini umumnya mempunyai habitat pada lingkungan dengan
pH yang tinggi. Cara hidupnya ada yang bersifat saprofit,
simbiosis dan beberapa sebagai parasit. Frankia adalah
actinomycetes yang mampu menambat nitrogen dan dapat
bersimbiosis dengan tanaman.
3) Bakteri pembentuk endospora
Aerobik: Bacillus, Sporolactobacillus, Sporosarcina,
Thermoactinomyces Anaerobik : Clostridium, Desulfotomaculum,
Oscillospira.
b. Bakteri gram negatif
1) Bakteri gram negatif aerobik
Aerobik: Pseudomonas, Xanthomonas, Zoogloea, Gluconobacter,
Acetobacter, Azotobacter, Azomonas, Beijerinckia, Derxia,
Rhizobium, Agrobacterium, Alcaligenes, Brucella, Legionella,
Thermus. Bakteri Azotobacter, Beijerinckia, Derxia, Rhizobium
termasuk diazotroph yang dapat menambat nitrogen dari udara.
Azotobacter, Beijerinckia, dan Derxia cara hidupnya bebas tidak
bersimbiosis, Rhizobium hidupnya dapat bersimbiosis dengan akar
tanaman leguminosa dengan membentuk bintil akar.
2) Bakteri gram negatif aerobik khemolitotrofik
Aerobik: Nitrobacter, Nitrospira, Nitrococcus, Nitrosomonas,
Nitrosospira, Nitrosococcus, Nitrosolobus. Bakteri bakteri tersebut
umumnya berperan dalam proses nitrifikasi di dalam tanah.
Thiobacillus, Sulfolobus, Thiobacterium, Thiovolum, yang
merupakan bakteri yang berperan dalam proses oksidasi sulfur di
alam.
3) Bakteri berselubung
Aerobik: Sphaerotilus, Leptothrix, Cladothrix, Crenothrix. Bakteri
Sphaerotilus biasanya hidup di saluran-saluran air. Leptothrix,dan
Cladothrix merupakan bakteri yang mampu mengoksidasi besi atau
penyebab korosi.
4) Bakteri gram negatif fakultatif anaerobik
Fakultatif anaerobik: Escherichia coli, Klebsiella, Enterobacter,
Salmonella, Shigella, Proteus, Serratia, Erwinia, Yersinia, Vibrio,
Aeromonas, Photobacterium.
5) Bakteri gram negatif anaerobik
Sangat Anaerobik: Bacteroides, Fusobacterium, Leptotrichia.
6) Bakteri Methanogens dan arkaebakteria
Sangat Anaerobik: Methanobacterium, Methanothermus,
Methanosarcina, Methanothrix, Methanococcus. Bakteri ini
merupakan pembentuk metan (CH4) dari hasil perombakan bahan
organik secara anaerobik. Aerobik: Halobacterium, Halococcus,
Thermoplasma. Bakteri ini ada yang tahan hidup pada kadar garam
tinggi dan dan ada yang tahan pada suhu tinggi. Anaerobik:
Thermoproteus, Pyrodictium, Desulforococcus.
3. Bakteri berbentuk lengkung
a. Bakteri gram negatif spiril dan lengkung
Aerobik: Spirillum, Aquaspirillum, Azospirillum, Oceanospirillum,
Campylobacter, Bdellovibrio, Microcyclus, Pelosigma. Bakteri
Azospirillum termasuk bakteri penambat nitrogen yang dapat
berasosiasi dengan tanaman gramineae termasuk tanaman padi.
Bakteri Bdellovibrio adalah bakteri yang dapat hidup sebagai parasit
pada sel bakteri lain (parasit bakteri).
b. Bakteri gram negatif lengkung anaerobik
Anaerobik: Desulfovibrio, Succinivibrio, Butyrivibrio, Selenomonas.
Bakteri Desulfovibrio merupakan salah satu bakteri yang mampu
mereduksi sulfat.
c. Spirochaeta Aerobik dan anaerobik: Spirochaeta, Cristispira,
Treponema, Borrelia, Leptospira. Bakteri ini berbentuk benang tipis
dan terulir. Dinding sel tipis dan lentur. Bakteri ini dapat bergerak
dengan cara kontraksi sel menurut garis sumb selnya. Selnya
berukuran 0,1-3 µ x 4-8 µ.
4. Bakteri yang termasuk kelompok khusus
a. Bakteri yang merayap (meluncur)
Bakteri ini dapat merayap walaupun tidak berflagela. Bakteri ini selalu
bersifat gram negatif. Dalam kelompok ini termasuk beberapa
ganggang biru, beberapa bakteri khemoorganotrof dan beberapa
bakteri belerang (sulfur). Kelompok bakteri yang menjadi anggota
bakteri merayap (meluncur) sebagai berikut:
1) Bakteri yang mengandung sulfur intraselular, berbentuk benang.
Contoh : Beggiatoa, Thiothrix, Achromatium.
2) Bakteri bebas sulfur, membentuk trikoma (bulu). Contoh:
Vitreoscilla, Leucothrix,Saprospira.
3) Bakteri uniselular, bentuk batang pendek. Contoh: Cytophaga,
Flexibacter,Myxobacteria.
4) Bakteri fototrof yang bergerak merayap. Contoh: Chloroflexus
5) Cyanobacteria yang bergerak merayap. Contoh: Oscillatoria.
Myxobacteria. Bakteri yang termasuk myxobacteria mempunyai
dinding sel sangat tipis dan lentur. Bakteri ini bersifat gram negatif,
dan dapat bergerak meluncur. Bentuk sel umumnya memanjang
(spoel) dengan ujung runcing. Dalam siklus hidupnya dapat
membentuk badan buah, yang merupakan kumpulan sel yang
berdifrensiasi.Ukuran badan buah kurang dari 1 mm. Contoh:
Chondromyces, Myxococcus.
b. Bakteri bertangkai atau bertunas
Bakteri ini mempunyai struktur mirip tangkai atau tunas yang
merupakan tonjolan dari sel, atau hasil pengeluaran lendir. Contoh:
Hypomicrobium, Caulobacter,Prosthecomicrobium, Ancalomicrobium,
Gallionella, Nevskia.
c. Bakteri parasit obligat: Rickettsiae dan Chlamydiae Merupakan bakteri
yang berukuran paling kecil, tetapi lebih besar dari virus, yaitu 0,3x2µ.
Bentuk sel pleomorfik, dapat berupa batang, kokus, atau filamen.
Bakteri ini cara hidupnya sebagai parasit sejati (parasit obligat) di
dalam sel jasad lain dan bersifat patogen. Hidupnya intraselular di
dalam sitoplasma dan inti sel binatang dan manusia. Oleh karena itu
bakteri kelompok ini merupakan penyebab penyakit, yang biasanya
ditularkan oleh vektor serangga. Contoh: Rickettsia prowazekii,
Chlamydia trachomatis, Coxiella burnetii.
d. Mycoplasma (klas Mollicutes) Mycoplasma disebut juga PPLO
(Pleuropneumonia Like Organisms). Cirinya yaitu tidak mempunyai
dinding sel, atau merupakan bentuk L dari bakteri sejati (Eubakteria)
atau bentuk speroplas sel eubakteria, sehingga sifatnya mirip bakteri
sejati. Mycoplasma berukuran 0,001-7µ. Umumnya lebih besar dari
Rickettsiae dan dapat dicat dengan cat anilin. Ukuran koloni mencapai
10-600µ. Selnya berbentuk kokus, filamen, roset, dan sangat
pleomorfik. Selnya dapat memperbanyak diri dengan pembelahan
biner, fragmentasi, dan perkecambahan. Cara hidupnya sebagai
saprofit atau patogen. Contoh: Mycoplasma mycoides, M. homonia, M.
orale, Acholeplasma,Spiroplasma.
e. Bakteri anaerobik anoksigenik fototrofik Bakteri ini mempunyai ciri
berpigmen fotosintetik. Ada yang berbentuk kokus, batang, dan
lengkung. Berdasarkan sifat fisiologinya dapat dibagi menjadi:
1) Familia Thiorhodaceae (bakteri sulfur ungu). Contoh: Thiospirillum
sp., Chromatium sp.
2) Familia Athiorhodaceae/Rhodospirillaceae (bakteri sulfur non-
ungu). Contoh:Rhodospirillum, Rhodopseudomonas.
3) Familia Chlorobiaceae (bakteri sulfur hijau). Contoh: Chlorobium,
Chloropseudomonas, Chlorochromatium.
f. Bakteri aerobik oksigenik fototrofik: Cyanobacteria
Bakteri ini termasuk Myxophyceae atau Cyanophyceae. Sifatnya yang
mirip bakteri adalah dinding selnya terdiri mukokompleks, tidak
berdinding inti, tidak ada mitokondria dan kloroplas. Sifatnya yang
berbeda adalah dapat berfotosintesa mirip tumbuhan tingkat tinggi,
dan menghasilkan O2. Bakteri ini mempunyai klorofil a dan fikobilin
(fikosianin dan fikoeritrin). Bentuk selnya tunggal (uniselular), koloni,
dan benang-benang (filamen). Selnya dapat bergerak meluncur tetapi
sangat lambat (250 µ per menit), meskipun tidak berflagela. Cara
hidupnya bebas, dan berasosiasi simbiosis. Umumnya dapat
menambat nitrogen dari udara, dan bersifat fotoautotrof obligat.
Contoh: Gloeobacter, Gloeocapsa, Dermocarpa, Spirulina, Nostoc,
Anabaena, Oscillatoria, Calothrix, Cylindrospermum. Anabaena
azollae dapat bersimbiosis dengan tanaman paku air Azolla sp. dan
Nostoc bersimbiosis dengan jamur membentuk Lichenes.
II.3 Metode Isolasi Teknik Gores
Isolasi mikroorganisme mengandung arti proses pengambilan
mikroorganisme dari lingkungannya untuk kemudian ditumbuhkan dalam
suatu medium di laboratorium. Proses isolasi ini menjadi penting dalam
mempelajari identifikasi mikrobia, uji morfologi, fisiologi, dan serologi.
Sedangkan pengujian sifat-sifat tersebut di alam terbuka sangat mustahil
untuk dilakukan. Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu
jenis mikroba dengan mikroba lain yang berasal dari campuran
bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan
menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan membentuk
koloni sel yang tetap pada tempatnya (Pelczar, 1986).
Prinsip kerja isolasi bakteri cukup sederhana yakni dengan
menginokulasikan sejumlah kecil bakteri pada suatu medium tertentu
yang dapat menyusung kehidupan bakteria. Sejumlah kecil bakteri ini
didapat dari bermacam-macam tempat tergantung dari tujuan inokulasi.
Dalam kajian mikrobiologi yang berhubungan dengan sumber bakteri
adalah mikrobia tanah, air, makanan dan udara (Talaro, 1999).
Tujuan dari pemindahan biakan untuk menguasai teknik pemindahan
biakan bakteri dari satu wadah ke wadah lain secara aseptik, sehingga
hanya biakan murni yang diharapkan yang tumbuh. Hal ini sangat penting
dalam tahap awal pekerjaan isolasi mikroba terutama yang berasal dari
stok kultur (bukan dari substrat). Kegagalan dalam hal pemindahan
biakan dapat menyebabkan kontaminasi dari pertumbuhan mikroba yang
tidak diharapkan (Dwidjoseputro, 1990).
II.3.1 Macam-macam Teknik Isolasi
Beberapa cara atau metode yang dikenal untuk memperoleh biakan
murni dari suatu biakan campuran. Dua diantaranya yang paling sering
digunakan adalah metode cawan gores dan metode cawan tuang.
Metode tersebut didasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud
untuk memperoleh spesies individu, dengan anggapan bahwa setiap
koloni dapat terpisah dari satu jenis sel yang dapat diamati
(Dwidjoseputro, 1990).
1. Teknik Piringan Goresan (Streak plate method)
Medium agar dicairkan, didinginkan pada suhu 450C, dituang ke
dalam cawan petri steril (cawan gelas dengan garis tengah sekitar tiga
inci) dan dibiarkan sampai menjadi padat. Kemudian menginokulasi
biakan dilakukan dengan jarum ose pada permukaan atas agar yang
penuh dengan biakan campuran (misalnya specimen ludah atau bahan
lain). Ada beberapa metode penggoresan yang berbeda, namun
kesemua metode bertujuan untuk meletakkan sebagian besar
organisme pada beberapa goresan pertama. Apabila sebaran
dilakukan dengan menggerakkan jarum ose bergantian dari satu
bagian ke bagian lain cawan petri, bakteri yang tertinggal pada jarum
ose semakin berkurang. Jika dilakukan secara sempurna, goresan
akhir akan meninggalkan bakteri individual cukup terpisah satu sama
lain, sehingga setelah mengalami pertumbuhan, koloni yang berasal
dari bakteri individual akan benar-benar terpisah satu sama lain.
Kemudian koloni tunggal dapat ditinggalkan kemedium steril, dan akan
tumbuhlah biakan murni (Hadioetomo, 1993).
Ada beberapa teknik goresan yang biasa dipakai yaitu:
a. Goresan Sinambung
Prosedur kerjanya adalah inokulum loop (ose) disentuhkan pada
koloni bakteri dan gores secara kontinyu sampai setengah
permukaan agar. Lalu petridish diputar 180o dan dilanjutkan
goresan sampai habis. Goresan sinambung umumnya digunakan
bukan untuk mendapatkan koloni tunggal, melainkan untuk
peremajaan ke cawan atau medium baru.
b. Goresan T
Prosedur kerjanya adalah petridish dibagi menjadi 3 bagian
menggunakan spidol dan daerah tersebut diinokulasi dengan streak
zig-zag. Ose dipanaskan dan didinginkan, lalu distreak zig-zag pada
daerah berikutnya.
c. Goresan Kuadran (Streak quadrant)
Hampir sama dengan goresan T, namun berpola goresan yang
berbeda yaitu dibagi empat. Daerah 1 merupakan goresan awal
sehingga masih mengandung banyak sel mikroorganisma. Goresan
selanjutnya dipotongkan atau disilangkan dari goresan pertama
sehingga jumlah semakin sedikit dan akhirnya terpisah-pisah
menjadi koloni tunggal.
II.4 Metode Tuang (pour-plate method)
Terdiri atas penginokulasian biakan campuran kedalam tabung uji
yang mengandung agar cair yang telah didinginkan pada suhu 45 0 C
isinya diaduk untuk memencarkan bakteri keseluruh medium. Campuran
itu kemudian ditungkan kedalam cawan petri steril dan dibiarkan padat
pertumbuhan koloni terjadi baik dalam medium tujuan pada kedua proses
ialah untuk memisahkan bakteri satu sama lain sehingga sel-sel itu akan
tumbuh menjadi koloni-koloni yang terpisah didalam medium yang padat.
Kemudian dapat diambil sel-sel dari satu koloni untuk mendapatkan
biakan murni. Piringan kedua dalam praktek sering digores kembali
dengan organisme yang berasal dari koloni yang diidolasi untuk
menjamin bahwa hasil yang diperoleh adalah biakan murni  (Hadioetomo,
1993).

 Gambar 2.2 Metode Pour Plate


II.5 Teknik Sebar (spread plate)
Metode cawan sebar (spread plate) adalah suatu teknik di dalam
menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara
menuangkan stok kultur bakteri atau mengapuskannya di atas media
agar yang telah memadat. Bedanya dengan pour plate adalah,
pencampuran stok kultur bakteri dilakukan setelah media agar memadat
sedangkan pour plate kultur dicampurkan ketika media masih cair (belum
memadat). Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme yang tumbuh
dapat tersebar merata pada bagian permukaan media agar (Hadioetomo,
1993).
II.6 Uji Cemaran
Uji cemaran mikroba adalah menentukan cemaran mikrobiologi yang
terkandung tidak melebihi batas yang telah ditetapkan sehingga dapat
diketahui kualitas dan keamanan dari bahan baku yang akan di jadikan
sediaan farmasi. Cemaran mikroba yang tinggi dapat menyebab efek
yang buruk bagi kesehatan (Cikal farah,2020).
Berikut merupakan metode analisis pengujian cemaran
a. Uji Angka Kapang Khamir
Prinsip uji angka kapang khamir pada makanan dan minuman
sesuai metode analisis mikrobiologi (MA PPOM 62/MIK/06) yaitu
pertumbuhan kapang/khamir setelah cuplikan diinokulasi pada media
yang sesuai dan diinkubasi pada suhu 20-25oC. Pada uji ini digunakan
aquadest steril sebagai larutan pengencer, PDA yang ditambahkan
kloramfenikol (100 mg/L) (0,01%) sebagai media pertumbuhannya
(Bintaro,2008)
b. Angka lempeng total (ALT)
ALT merupakan salah satu cara untuk mempermudah dalam
pengujian mikroorganisme dari suatu produk, dan angka ALT
menunjukkan adanya mikroorganisme patogen atau non patogen yang
dilakukan pengamatan secara visual atau dengan kaca pembesar
pada media penanaman yang diteliti, kemudian dihitung berdasarkan
lempeng dasar untuk standart test terhadap bakteri (BPOM, 2008).
c. Uji Coliform
Uji Coliform dengan menggunakan metode Most Probable Number
(MPN) yang terdiri dari presumptive test dengan menggunakan media
Lactose Broth (LB) dengan metode 3 tabung, confirmative test dengan
menggunakan media Brillian Green Lactose Broth (BGLB). Apabila
presumptive tes positif, maka dilakukan uji berikutnya yaitu MPN
confirm tes. Namun apabila presumptive tes negatif, pengujian sampel
selesai (Selian et al., 2014).
d. Uji Mikroskopik Langsung
Pengamatan karakter mikroskopik langsung dilakukan melalui
pewarnaan gram, isolat bakteri dioleskan pada gelas objek dengan
menggunakan jarum ose. Setelah merata dan kering, difiksasi di atas
bunsen sebanyak tiga kali, kemudian ditetesi pewarna kristal violet dan
dibiarkan selama 60 detik, lalu dibilas dengan air mengalir dan
dikeringanginkan. Gelas objek ditetesi dengan larutan iod dan
dibiarkan selama 60 detik, setelah itu dibilas dengan air mengalir dan
dikeringanginkan. Gelas objek lalu ditetesi dengan alkohol 96% dan
dibiarkan selama 30 detik sampai warna ungu menghilang lalu dibilas
dengan air mengalir dan dikeringanginkan. Setelah itu slide ditetesi
dengan pewarna safranin dan dibiarkan selama 30 detik, lalu dibilas
dengan air mengalir dan dikeringanginkan, kemudian diamati di bawah
mikroskop. Bakteri gram positif akan berwarna ungu sedangkan
bakteri gram negatif berwarna merah (Waluyo, 2008).
II.7 Uji Aktivitas Antibakteri
Pengujian terhadap aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan dua
metode pokok yaitu dilusi dan difusi. Penting sekali menggunakan
metode standar untuk mengendalikan semua faktor yang mempengaruhi
aktivitas antimikrobia (Jawetz et al., 2005).
1. Metode Dilusi
Metode ini menggunakan antimikroba dengan kadar yang menurun
secara bertahap, baik dengan media cair atau padat. Kemudian media
diinokulasi bakteri uji dan dieramkan. Tahap akhir dari metode dilusi
adalah antimikrobia dilarutkan dengan kadar yang menghambat atau
mematikan. Uji kepekaan dengan cara dilusi agar memiliki kelemahan
yaitu membutuhkan waktu yang lama dan penggunaannya dibatasi
pada penggunaan tertentu saja. Uji kepekaan cara dilusi cair dengan
menggunakan tabung reaksi, tidak praktis dan jarang dipakai; namun
kini ada cara yang lebih sederhana dan banyak dipakai, yakni
menggunakan microdilution plate. Keuntungan uji mikrodilusi cair
adalah bahwa uji ini memberi hasil kuantitatif yang menunjukkan
jumlah antimikrobia yang dibutuhkan untuk mematikan bakteri (Jawetz
et al., 2005).
2. Metode Difusi
Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar.
Cakram kertas saring berisi sejumlah tertentu obat ditempatkan pada
permukaan medium padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri
uji pada permukaannya. Setelah inkubasi, diameter zona hambatan
sekitar cakram dipergunakan mengukur kekuatan hambatan obat
terhadap organisme uji. Metode ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
fisik dan kimia, selain faktor antara obat dan organisme (misalnya sifat
medium dan kemampuan difusi, ukuran molekular dan stabilitas obat).
Meskipun demikian, standardisasi faktor-faktor tersebut
memungkinkan melakukan uji kepekaan dengan baik (Jawetz et al.,
2005).
Interpretasi terhadap hasil uji difusi baru didasarkan pada
perbandingan terhadap metode dilusi. Beberapa data perbandingan
bisa digunakan sebagai standar referensi. Grafik regresi linier dapat
menunjukkan hubungan antara log KHM (Konsentrasi Hambat
Minimum) pada cara dilusi dan diameter zona hambatan pada cara
difusi cakram (Jawetz et al., 2005).
Penggunaan cakram tunggal pada setiap antibiotik dengan
standardisasi yang baik, bisa menentukan apakah bakteri peka atau
resisten dengan cara membandingkan zona hambatan standar bagi
obat yang sama. Daerah hambatan sekitar cakram yang berisi
sejumlah antimikroba tertentu tidak mencerminkan kepekaan pada
obat dengaan konsentrasi yang sama per milliliter media, darah atau
urin (Jawetz et al., 2005).
BAB III
METODE KERJA
III.1 Sterilisasi
Alat-alat yang digunakan disterilkan terlebih dahulu. Alat-alat dari
gelas dicuci dan dikeringkan. Untuk alat plastik dan kaca yang memiliki
skala disterilkan menggunakan autoklaf pada suhu 121 C
̊ selama 15
menit, alat yang terbuat dari kaca yang tidak memiliki skala disterilkan
menggunakan oven pada suhu 180 ̊C selama 2 jam, dan ose bulat
disterilkan dengan cara dipijarkan menggunakan lampu spritus.
III.2 Alat dan Bahan
III.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Bunsen, cawan petri,
cawan porselin, inkubator, Laminar Air Flow, ose bulat, ose lurus, oven,
pinset, rak tabung, spoit 10 ml, tabung reaksi dan vacuum rotary
evaporator.
III.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada peraktikum ini adalah aquades, bakteri
Escherichia coli, ekstrak rimpang kunyit 5% &10%, nutrien agar, papper
disk blank, papper disk tetrasiklin, potato dexstrose agar air galon dan air
kerang.
III.3 Cara Kerja
III.3.1 Metode Sebar dan Tuang
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dimasukkan medium padat 10 mL kedalam cawan petri, sambil
dipijarkan.
3. Ditambhakan 1 mL sampel cair sambil dipijarkan, lalu disebarkan
secara merata hingga memadat.
4. Kemudian diinkubasi 1 x 24 jam pada suhu 37 oC
III.3.2 Metode Gores
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dimasukkan medium padat 10 mL kedalam cawan petri, sambil
dipijarkan.
3. Diambil satu ose sampel.
4. Digoreskan pada medium yang sudah padat sambil dipijarkan.
5. Kemudian diinkubasikan dalam inkubutor selama 1 x 24 jam pada
suhu 37oC atau 3 x 24 jam pada suhu 25oC.
III.3.3 Metode Inokulasi
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dimasukkan medium 5 ml didiamkan cawan porselin sambil dipijarkan
kemudian didiamkan sampai memadat.
3. Diambil bakteri mengguanakan ose bulat sambil dipijarkan.
4. Digoreskan pada medium yang telah dipadatkan.
5. Kemudian diinkubasikan dalam inkubutor selama 1 x 24 jam pada
suhu 37oC atau 3 x 24 jam pada suhu 25oC.
III.3.4 Metode Cemaran
Pengenceran 1 dan 2 NA 3 dan 4 PDA
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Diencerkan sampel yang telah disiapkan sebanyak 4 kali
menggunakan NaCl, sambil dipijarkan.
3. Dimasukkan medium padat 10 mL PDA pada cawan petrin pertama
dan kedua, sambil dipijarkan.
4. Dimasukkan medium padat 10 mL Na pada cawan petrin ketiga dan
keempat, sambil dipijarkan.
5. Kemudian diinkubasikan dalam inkubutor selama 1 x 24 jam pada
suhu 37oc atau 3 x 24 jam pada suhu 25oC.
III.3.5 Metode Uji Aktivitas
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Suspense bakteri kemudian dimasukkan kedalam botol tabung reaksi.
3. Sebanyak 10 ml medium NA ditambahkan kedalam tabung reaksi
dihomogenkan kemudian dituangkan ke cawan petri.
4. Setelah medium memadat paper disc dimasukkan kedalam cawan
petri dengan jarak yang telah diatur agar tidak saling berdekatan.
5. Kemudian diinkubasikan dalam inkubutor selama 1 x 24 jam pada
suhu 37oC atau 3 x 24 jam pada suhu 25oC.
6. Diamati zona hambatan yang terbentuk dan diukur diamternya dengan
tiga kali pengukuran yang berbeda (vertical, horizontal, diagonal)
dengan menggunakan jangka sorong.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.1.1 Sterilasi Alat
Sterilisasi Uap Bertekanan (Otoklaf)
Autoklaf merupakan tehnik sterilisasi yang paling efisien, karena ada
nya uap panas akan memperbesar penetrasi uap air ke dalam sel mikrob
a dan distribusi panas lebih merata sehingga terjadi koagulasi protein yan
g mempercepat kematian mikroba. Umumnya digunakan untuk sterilisasi
media mikrobiologi, kapas, kertas maupun alat gelas tertentu.
IV.1.2 Pembuatan Media
1. Timbang media sesuai prosedur di kemasan. (Catatan : Buatlah media
sesuai kebutuhan masing-masing/sesuai instruksi dari Dosen/Penang
gung jawab praktikum).
2. Serbuk media dimasukkan secara hati-hati ke dalam erlenmeyer.
3. Tambahkan aquades dan aduk sampai merata dengan batangpengad
uk
4. Untuk media yang perlu dipanaskan, gunakan pemanas sampai media
tercampur
5. homogen (kuning dan jernih), hati-hati jangan sampai media mendidih
dan meluap, panaskan dengan hati-hati menggunakan penangas/ele
men
6. Untuk pembuatan media agar miring NA, sebelum di autoklaf, tuangka
n media NA untuk agar miring sejumlah kurang lebih 5 ml ke dalam ta
bung reaksi. Agar miring ini aka digunakan untuk kultur atau pembiak
an bakteri. Sisa media NA biarkan dalam erlenmeyer.
7. Untuk media cair (PDF dan MCB) masukkan sejumlah 9 ml ke dalam t
abung reaksi, PDF sebanyak 10 tabung, dan MCB sebanyak 30 tabu
ng.
8. Tutup erlenmeyer dan tabung reaksi yang berisi media dengan kapas
penutup tabung.
Jenis Nama Fungsi
Agar nutrisi Untuk mempelajari koloni
(Nutrient Agar) bakteri

Padat Potato Detrose Agar


(PDA) Digunakan untuk identifikasi
pertumbuhan jamur/fungi

IV.1.3 Isolasi Tuang dan Sebar


No
Isolasi Mikroorganisme
.

1. Hasil
Pengamatan

2. Sampel Air Keran Air Galon


3. Metode Sebar Tuang

4. Media PDA PDA


5. Bentuk Koloni Bundar Bundar
6. Elevasi Flat Flat
7. Tepi Entire Entire
IV.1.4 Inokulasi Teknik Miring
No Media Pengenceran Hasil Sebelum Inkubas Setelah Inkubasi

Metode Agar
1 NA E. coli
Miring

IV.1.5 Isolasi Teknik Gores


No
Isolasi Mikroorganisme
.

1. Hasil
Pengamatan

2. Sampel Air Keran Air Galon


3. Metode Teknik Gores Teknik Gores

4. Media NA PDA
5. Bentuk Koloni Sirkuler Sirkuler
6. Elevasi Flat Flat
7. Tepi Entire Entire
IV.1.6 Uji Cemaran
No Isolasi Mikroorganisme
1. Hasil Pengamatan

2. Sampel Air Kran

3. Metode Sebar

4. Media PDA (Potato Dextrose Agar)


5. Jumlah AKK 20,2 x 102

IV.1.7 Uji Aktivitas


No Isolasi Mikroorganisme

1. Hasil Pengamatan

2. Bakteri Uji Escherichia Coli

3. Metode Difusi Agar

4. Ekstrak Sediaan Rimpang Kunyit 5% & 10%


5. Kontrol Positif (+) Papper Disk Tetrasiklin

6. Kontrol Negatif (-) Aquades Steril


Hasil Penghambatan Control
Mikroba Uji Replikasi Ekstrak (mm) (mm)
5% 10% + -
Escherichia. Coli 1 8,79 9,06 35,39 6
2 9,23 8,75 34,55 6
3 8,82 8,81 33,57 6
Rata-rata 8,94 8,81 34,50 6

Grafik Pengukuran Ekstrak Rimpang Kunyit


40
35
30
25
20
15
10
5
0
5% 10% + -

1 2 3

E. Coli 1

5% 10% + -
IV.2 Pembahasan
IV.2.1 Isolasi Sebar dan Tuang
Pada percobaan kali ini dilakukan isolasi mikroorganisme dengan
menggunakan metode tuang dan sebar. Pada pengujian menggunakan
metode sebar terdiri dari penginokulasian bakteri biakan murni dalam
hal ini digunakan bakteri dari air keran di Laboratorium. Pada metode
tuang digunakan media Potato Dextrose Agar (PDA). Metode tuang
(Pou Plate) suatu metode yang dilakukan dengan cara setetes inokolum
diletakkan diletakkan dalam sebuah medium agar nutrien dalam cawan
petri dish dan dengan menggunakan batang kaca yang bengkok dan
steril.kelemahan dari metode ini adalah membutuhkan waktu dan bahan
yang banyak dan lama, akan tetapi tidak memerlukan keterampilan
yang tinggi(Angelia, 2020). Biakan campuran diencerkan terlebih dahulu
kedalam medium agar. Setalah itu dimasukkan kedalam cawan petri
dan dihomogenkan dengan cara digesek membentuk angka delapan
ataupun memutar secara perlahan-lahan dan dibiarkan hingga
memadat. Setelah memadat dilakukan inkubasi pada suhu 37°C selama
1 x 24 jam hingga nampak koloni yang tertanam pada media agar.
Inkubasi dilakukan dengan kondisi cawan dalam keadaan terbalik untuk
mencegah air terkondensasi jatuh diatas permukaan sehingga dapat
terjadinya penyebaran koloni tujuannya adalah memisahkan sel-sel
bakteri satu sama lain sehingga terbentuk menjadi koloni-koloni yang
terpisah dalam medium yang padat.
Metode spread plate (cawan sebar) adalah suatu teknik di dalam
menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara pat
menuangkan stok kultur bakteri di atas media yang telah padat
(Damayanti, 2020). Kelebihan dari metode ini adalah mikroorganisme
yang tumbuh dapat tersebar merata pada bagian permukan agar.
Perlakuan dari metode ini tidak jauh berbeda dengan metode tuang
dimana sampel sebanyak 1 mL dimasukkan kedalam media yang telah
memadat. Media yang digunakan adalah PDA (Potato Dextrose Agar).
Kemudian sampel yang berada dipermukaan media disebar
menggunakan batang drugal yang telah disterilkan dengan tujuan agar
koloni tumbuh merata pada permukaan media. Setelah itu diinkubasi
pada suhu 37°C selama 1 x 24 jam.Dari percobaan yang telah
dilakukan diperoleh hasil tetesan-tetesan air pada media karena pada
saat diinkubasi cawan disimpan tidak dalam keadaan terbalik sehingga
koloni tersebut tidak tersebar merata. Hal ini tidak sesuai dengan literaur
karena adanya tetesan-tetesan air pada media.
Dari pengujian yang telah dilakukan diperoleh hasil pengamatan
pada metode tuang dengan media PDA dengan sampel air keran
diperoleh ukuran koloni kecil dengan bentuk koloni bundar. Elevasi
pertumbuhan koloni bakteri adalah flat (ketinggian tidak terukur) dan
tepi entire (tepian rata). Pada media metode sebar dengan media PDA
dengan sampel air keran diperoleh ukuran koloni yang kecil dengan
bentuk koloni bundar elevasi flat dan tepinya entire (tepian rata).
IV.2.2 Isolasi Teknik Gores
Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba
dengan mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam
mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam
media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni sel yang tetap
pada tempatnya. Beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan
murni dari suatu biakan campuran. Salah satu diantaranya yang paling
sering digunakan adalah metode cawan gores (Afrianto, 2004). Metode
gores adalah metode dengan menggoreskan jarum ose secara
menyilang-nyilang atau zig-zag pada medium agar padat (Yusmaniar
dkk, 2017). Metode cawan gores dalam isolasi bakteri bertujuan untuk
membuat garis sebanyak mungkin pada permukaan medium biakan
menggunakan jarum ose (Irianto, 2012)
Pada praktikum kali ini, dilakukan isolasi bakteri (mikroorganisme)
dengan cara metode gores dengan menggunakan media NA dan PDA
dengan sampel uji air keran dan air galon. Langkah awal media NA dan
PDA disiapkan terlebih dahulu. Kemudian media di tuangkan ke dalam
cawan petri steril yang telah dikenakan pada api bunsen, dengan
menggunakan dispo steril 10cc. Setelah itu diambil jarum ose/ cutton
swab dicelupkan pada media bakteri. Kemudian digoreskan pada
permukaan agar dalam cawan petri, selama menggores tutup cawan
dibuka secukupnya dan didekatkan pada api Bunsen. Salah satu cara
menggoreskan mikroba pada agar cawan ialah dengan goresan
kuadran. Cawan petri dibagi menjadi 4 bagian, digoreskan beberapa
garis berbentuk zig zag pada ¼ bagian pertama, kemudian digoresan
berikutnya ¼ bagian kedua beberapa garis zigzag menyambung di
goresan pertama, dimana di akhir goresan pertama digunakan sebagai
awal goresan kedua (Yunilas, 2017). Penggoresan yang sempurna
akan menghasilkan koloni yang terpisah. Bakteri yang memiliki flagella
seringkali membentuk koloni yang menyebar terutama bila digunakan
lempengan yang basah. Untuk mencegah hal itu harus digunakan
lempengan agar yang benar-benar kering permukaannya (Lay, 1994).
Cawan petri dibalik lalu di bungkus, diinkubasi 1x24 jam pada suhu
37°C. Kemudian diamati pertumbuhan bakteri. Setelah inkubasi maka
pada bekas goresan akan tumbuh koloni-koloni terpisah yang mungkin
berasal dari 1 sel mikroba (Jutono dkk, 1980).
Hasil pengamatan menunjukan pada metode gores dengan media
NA dengan sampel air keran diperoleh ukuran koloni kecil dengan
bentuk koloni sirkuler (bulat bertepi). Elevasi pertumbuhan koloni bakteri
adalah flat (ketinggian tidak terukur) dan tepi entire (tepian rata). Pada
media PDA dengan sampel air gallon diperoleh ukuran koloni yang kecil
dengan bentuk koloni sirkuler elevasi flat dan tepinya entire (tepian
rata).
IV.2.3 Inokulasi Tabung Reaksi
Pada inokulasi mikroorganisme praktikum ini hanya dilakukan
inokulasi dengan metode gores pada medium miring menggunakan
medium NA dengan sampel bakteri E.coli yang diambil dari suspensi
biakan bakteri. Bentuk koloni yang dihasilkan dan inokulasi bakteri pada
agar miring adalah echinulate. Bakteri E. coli tumbuh diatas media NA
sesuai dengan bentuk dan arah goresan yang digoreskan diatas
permiukaan agar NA dan beberapa bakteri yang tembus ke permukaan
medium NA. Jadi dapat dikatakan bakteri E.coli bersifat anaerob
fakultatif yang artinya bakteri E.coli dapat hidup dengan ada atau
tidaknya oksigen tetapi lebih memilih menggunakan oksigen.
IV.2.4 Uji Cemaran
Pada praktikum kali ini penanaman mikroorganisme pada media
PDA (Potato Dextrose Agar) dengan menggunakan metode tabur (pour
plate) dengan sampel air keran di Laboratorium Mikrobiologi. Media
steril cair dituang pada cawan petri yang sudah berisi suspensi sampel
kemudian didinginkan hingga mengeras. Selanjutnya petri yang berisi
agar tersebut diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 25°C. Suhu
inkubasi kapang/khamir adalah 25°C dengan posisi terbalik karena
Kapang/Khamir bersifat mesofilik yang dapat tumbuh pada suhu 25-
30°C.
Pada pengujian ini inkubasi dilakukan selama 5 hari karena koloni
jamur tumbuh lebih lambat dibanding dengan koloni bakteri, sehingga
dibutuhkan waktu sampai beberapa hari sampai tumbuh koloni yang
dapat dilihat dipermukaan agar (Cappucino,2008). Tetapi pada
pengerjaan hanya diamati selama 1 x 24 jam karena keterbatasan
waktu . Suhu yang dipilih 25°C, karena pada kondisi ini merupakan
suhu yang baik untuk pertumbuhan kapang/khamir. Inkubasi terbalik
dilakukan agar uap air yang terbentuk selama inkubasi tidak menetes ke
media dan mempengaruhi pertumbuhan kapang/khamir. Untuk
mengetahui sterilitas media dan pelarut serta mengetahui keaseptisan
dalam bekerja digunakan media (PDA). Petumbuhan kapang mudah
dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas.
Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora telah
timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung jenis kapang.
Sedangkan khamir berbentuk bulat, bulat telur atau seperti silinder.
Koloni yang dihitung yaitu koloni khamir yang berbentuk bulat, berwarna
putih dan terpisah serta koloni kapang yang memiliki serabut putih
seperti kapas tanpa membedakan tiap warna koloni serta tunggal. Jika
terdapat koloni yang bertumpuk maka dianggap sebagai 1 koloni (Radji,
2010).
Hasil pengamatan setelah diinkubasi selama 1 x 24 jam
didapatkan banyak koloni pada pengenceran 10 -1, jika pada tingkat
pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni lebih besar dari
dua kali jumlah koloni pada pengenceran dibawahnya maka dipilih
tingkat pengenceran terendah (PPOMN, 2006). Dengan begitu
pengenceran yang diambil pada pengujian ini yaitu pada pengenceran
10-2. Pada pengenceran 10-2 didapatkan sebanyak 101 koloni sehingga
nilai AKK yang didapatkan pada sampel sebesar 20,2 x 10 2, nilai AKK
yang diperoleh kurang dari standar persyaratan mutu air di pasaran
yakni sebesar 1,0 x 105 (SNI, 2003). Dengan begitu air kran di
Laboratorium Mikrobiologi masih memenuhi syarat untuk digunakan
sehari-hari.
IV.2.5 Uji Aktivitas
Pada praktikum kali ini dilakukan uji aktivitas ekstrak rimpang kunyit
pada bakteri E. Coli dengan menggunakan metode difusi agar. Ekstrak
rimpang kunyit dibagi dalam dua konsentrasi yaitu 5% dan 10%.
Penggunaan beberapa konsentrasi tersebut dimaksudkan agar dapat
dibuktikan ada tidaknya efek farmakologi yang dimiliki ekstrak
berdasarkan konsentrasi yang berbeda. Kontrol negatif yang digunakan
adalah aquades steril dan kontrol positif yang digunakan adalah papper
disk tetrasiklin. Penggunaan tetrasiklin sebagai standar antibiotik karena
tetrasiklin termasuk antibiotik dengan spectrum luas yang dapat
menginhibisi hamper semua bakteri gram negatif maupun gram positif.
Disamping itu tetrasiklin merupan antibiotik yang umum digunakan
dalam pengobatan.
Pengamatan pada bakteri E. Coli terlihat bahwa aquades sebagai
kontrol negatif tidak memiliki daya hambat. Ini ditunjukkan dengan tidak
adanya zona hambat disekitar disk aquades. Hal ini berbanding terbalik
dengan disk tetrasiklin sebagai kontrol positif yang menunjukkan zona
hambat yang besar dan sangat menonjol dibandingkan disk rimpang
kunyit terlihat bahwa aquades sebagai kontrol negatif tidak memiliki
daya hambat. Ini ditunjukkan dengan tidak adanya zona hambat
disekitar disk aquades. Hal ini berbanding terbalik dengan disk
tetrasiklin sebagai kontrol positif yang menunjukkan zona hambat yang
besar dan sangat menonjol dibandingkan disk rimpang kunyit 5% dan
10%. Rata-rata diameter zona hambat pada tetrasiklin yaitu 34,50 mm.
Disk rimpang kunyit 5% menunjukkan adanya zona hambat dengan
rata-rata diameter zona hambatnya adalah 8,94 mm. Sedangkan pada
konsentrasi 10% menunjukkan adanya zona hambat dengan rata-rata
diametr zona hambatnya adalah 8,81 mm. dari kedua konsentrasi
tersebut terlihat bahwa pada konsentrasi 5% memiliki diameter zona
hambat paling tinggi dibandingkan konsentrasi 10%. Namun pada
penelitian yang telah dilakukan oleh Pangemanan, dkk (2016)
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar
zona hambatnya. Tetapi pada praktikum ini berbanding terbalik. Hal ini
mungkin terjadi karna factor kesalahan yang mungkin dilakukan
praktikan pada saat praktikum.
Dengan adanya zona hambat pada disk ekstrak rimpang kunyit
sudah menunjukan bahwa adanya efek antibakteri terhadap bakteri E.
Coli. Hal ini disebabkan dengan adanya zat aktif yang terkandung
dalam ekstrak rimpang kunyit yang kemungkinan dapat menghambat
pertumbuhan bakteri yaitu kurkuminoid (meliputi kurkumin,
desmetoksikurmin dan bisdes metoksi-kurmin) dimana dari ketiga
senyawa tersebut kurkumin merupakan komponen terbesar. Kurkumin
mempunyai efek antimikroba, antiinflamasi, antioksidan & antikanker
(Cahyono, dkk., 2011).
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan dan Saran
V.1.1 Kesimpulan
Dari pembahasan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada pengamatan isolasi metode tuang dengan media PDA dengan
sampel air kran diperoleh ukuran koloni kecil dengan bentuk koloni
bundar. Elevasi pertumbuhan koloni bakteri adalah flat (ketinggian
tidak terukur) dan tepi entire (tepian rata). Pada media metode sebar
dengan media PDA dengan sampel air keran diperoleh ukuran koloni
yang kecil dengan bentuk koloni bundar elevasi flat dan tepinya entire
(tepian rata).
2. Pada metode gores dengan media NA dengan sampel air kran
diperoleh ukuran koloni kecil dengan bentuk koloni sirkuler (bulat
bertepi). Elevasi pertumbuhan koloni bakteri adalah flat (ketinggian
tidak terukur) dan tepi entire (tepian rata). Pada media PDA dengan
sampel air gallon diperoleh ukuran koloni yang kecil dengan bentuk
koloni sirkuler elevasi flat dan tepinya entire (tepian rata).
3. Pada inokulasi mikroorganisme dengan metode gores menghasilkan
bentuk koloni dan inokulasi bakteri pada agar miring adalah
echinulate.
4. Pada pengamatan analisis cemaran Pada pengenceran 10 -2
didapatkan sebanyak 101 koloni sehingga nilai AKK yang didapatkan
pada sampel sebesar 20,2 x 10 2, nilai AKK yang diperoleh kurang dari
standar persyaratan mutu air di pasaran yakni sebesar 1,0 x 10 5.
Dengan begitu air kran di Laboratorium Mikrobiologi masih memenuhi
syarat untuk digunakan sehari-hari.
5. Pada pengamatan uji aktivias adanya zona hambat pada disk ekstrak
rimpang kunyit menunjukan bahwa adanya efek antibakteri terhadap
bakteri E. Coli. Hal ini disebabkan dengan adanya zat aktif yang
terkandung dalam ekstrak rimpang kunyit yaitu Kurkumin yang
mempunyai efek antimikroba, antiinflamasi, antioksidan & antikanker.
V.1.2. Saran
Diharapkan untuk seluruh praktikan, asisten maupun dosen
pengajar tetap menerapkan 3M yaitu Mencuci tangan, Memakai
Masker, dan Menjaga Jarak baik di dalam maupun luar Laboratorium.
V.1.2.1 Saran Untuk Lab
Saran untuk laboratorium diharapkan alat dan bahan lebih
diperlengkap lagi dan lebih diperbaharui.
V.1.2.2 Saran Untuk Asisten
Saran untuk asisten lebih mendalami pengetahuan agar lebih
banyak berbagi kepada praktikan.
V.1.2.3 Saran Untuk Dosen
Saran untuk dosen untuk lebih memberi toleransi kepada
praktikkan perihal pembawaan alat dan bahan dan mengadakan
evaluasi serta penjelasan yang lebih mendetail.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, L., 2004, Menghitung Mikroba Pada Bahan Makanan, Cakrawala


(Suplemen Pikiran Rakyat untuk Iptek), Farmasi FMIPA ITB. Bandung
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). 2008. Pengujian
Mikrobiologi Pangan. Infopom 9(2): 1-11.
Bintoro, 2008, Teknologi Pengolahan Daging dan Analisis Produk,
Universitas
Diponegoro, Semarang.
Cahyani, VR. 2014. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Pangan. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret
Cappucino, J.G., and Nathaie S., 2008, Microbiology a Laboratory Manual,
eight edition. Pearson Education. USA.
Cikal Farah,2020 Uji Cemaran Mikroba pada Daun Mimba (Azadiractha
Indica A. Juss) Sebagai Standarisasi Bahan Obat Herbal Fakultas
Kedokteran Hewan: Universitas Udayana
Dr. Ir. Yunilas, M.P. 2017. Mikrobiologi. Fakultas Farmasi. Sumatera Utara
Dra. Yusmaniar, M. Biomed., Wardiyah, MSi, Apt., Khairun Nida, S.Si., M.
Biomed., Apt. 2017. Mikrobiologi dan Parasitologi. Kemenkes RI
Dwidjoseputro, S. 1990. Mikrobiologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Erma Suryani Sahabuddin,2012 Cemaran Air dan Tercapainya Lingkungan
Sumber Daya Alam Berkelanjutan.Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan: UNM
Hadioetomo. Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta:
P.T. Gramedia Pustaka Utama.
Haribi, Ratih. 2008. Mikrobiologi Dasar Jilid 1. Semarang: UNIMUS
Jawetz, Melnick & Adelberg. 2005. Mikrobiologi Kedokteran (Medical
Microbiology) Jilid 1. Jakarta: Salemba Medika
Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi. JICA. Malang.
Lay, B., 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Mulia, Ricky.M. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Edisi pertama,
Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Nofriana maria,2019 Pemanfaatn Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Sebagai
Media Alternatif NA (Nutrient Agar) UNTUK PERTUMBUHAN
BAKTERI Escherichia coli. Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
Kemenkes Surabaya Jalan Karang Menjangan No. 18A:
Surabaya
Nurminah, M. 2002. Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan Plastik dan
Kertas serta Pengaruhnya terhadap Bahan yang Dikemas,
Fakultas Pertanian, Jurusan Teknologi Pangan, Universitas
Sumatera Utara.
Pangemanan, Anindita, Agista, Pratiwi. 2016. Uji Daya Hambat Ekstrak Daun
Sirsak (Annona murcuta L.) Terhadap Pertumbuhan Jamur
Candida albicans. Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT.
Pelczar, Michael, J., E.C.S Chan. 1986. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta:
UI Press.
Peter, F., D. Stephen, A. Michael, dan B. William. 2002. Bacteriological
Analytical Manual (BAM) 4: Enumeration of Eschericia coli and
the Coliform Bacteria
PPOMN. 2006. Uji Angka Kapang/Khamir dalam Obat Tradisional 96/MIK/00.
Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional, Badan POM.
Radji, M., 2010. Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Standar Nasional Indonesia. 2003. Air Minum Dalam Kemasan. Badan
Standarisasi Nasional.
Rakhmawati, Anna. 2012. Penyiapan Media Mikroorganisme. Universitas
Negri Yogyakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
Talaro K.P. and A. Talaro, 1999. Foundation in Microbiology Third Edition.
McGraw Hill Company. Boston, p.61.
Waluyo, Lud. 2006. Mikrobiolpgi Umum. Malang: UMM Press
LAMPIRAN

Perhitungan nilai AKK


Diket :
Jumlah koloni : 101
f (Pengenceran) : 102
V. Pengenceran : 1 ml
Faktor Pengenceran :2
n (Jumlah mikroorganisme) :
Perhitungan
101 x 2 = 202
AKK = V. n . f
= 1 . 202 . 102
= 20,2 x 102 koloni/ml

Anda mungkin juga menyukai