“MIKROBIOLOGI”
OLEH:
TRANSFER A
KELOMPOK 4
BAB II
DASAR TEORI
II.1. Sterilisasi
Sterilisasi adalah penghilangan atau membunuh mikroorganisme
(protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) dalam benda/peralatan
untuk menjaga peralatan dilaboratorium tetap bersih/steril, serta
mencegah terjadinya kontaminasi. Peralatan laboratorium yang akan
disterilisasi memerlukan bahan pengemas (Nurmina, 2002).
Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan suatu cara untuk
mematikan dan menghilangkan semua organisme yang terdapat pada
suatu benda. Pemindahan biakan bakteri secara aseptik menggunakan
salah satu cara sterilisasi, yaitu pembakaran. Namun, ada pula
beberapa peralatan dan media yang menjadi rusak apabila dibakar.
Tiga cara utama yang biasa dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan
panas, bahan kimia, dan penyaringan atau filtrasi (Cahyani, 2014).
II.1.1 Pengujian Sterilisasi
Macam-macam pengujian sterilisasi adalah sebagai berikut
(Cahyani, 2014):
1. Sterilisasi Mekanik (Filtrasi)
Sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi) yaitu teknik sterilisasi
dengan menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil yang
berukuran 0,22 mikron atau 0,45 mikron. Cairan yang akan disterilisasi
dilewatkan ke suatu saringan sehingga mikroba tertahan pada
saringan tersebut. Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk
mensterilisasi bahan yang mudah rusak jika terkena panas dan bahan
yang tidak tahan panas, misalnya larutan enzim antibiotik.
2. Sterilisasi Fisika
Sterilisasi fisika dapat dilakukan dengan cara pemanasan dan
penyinaran.
a. Pemanasan
1) Pemijaran (dengan api langsung), yaitu membakar alat pada api
secara langsung. Contoh alat: jarum inokulum (jarum ose),
pinset, batang L.
2) Panas kering, yaitu sterilisasi dengan oven kira-kira 60-180⁰C.
Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca,
seperti erlenmeyer, tabung reaksi, cawan.
3) Uap air panas, merupakan sterilisasi dengan konsep mirip
dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat
menggunakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
4) Uap air panas bertekanan, yaitu sterilisasi menggunakan
autoklaf.
b. Radiasi
1) Sinar Ultra Violet (UV) dapat digunakan untuk proses sterilisasi,
misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada
permukaan interior Biological Safety Cabinet (BSC) atau Laminar
Air Flow (LAF) dengan disinari lampu UV.
2) Gamma bersumber dari Cu60 dan Cs137 dengan aktivitas
sebesar 50-500 kilo curie serta memiliki daya tembus sangat
tinggi. Dosis efektifitasnya adalah 2,5 MRad. Gamma digunakan
untuk mensterilkan alat-alat yang terbuat dari logam, karet serta
bahan sintesis seperti pulietilen.
3. Sterilisasi Kimia
Sterilisasi kimiawi merupakan sterilisasi menggunakan senyawa
desinfektan. Desinfektan adalah suatu bahan kimia yang dapat
membunuh sel-sel vegetatif dan jasad renik, bersifat merusak jaringan.
Contoh desinfektan adalah alkohol, fenol, dan halogen.
II.2 Media yang digunakan
Media adalah kumpulan zat-zat anorganik maupun organik yang
digunakan untuk menumbuhkan bakteri dengan cara tertentu dalam
pemeriksaan laboratorium mikrobiologi. Penggunaan media ini sangat
penting yaitu untuk isolasi, identifikasi maupun diferensiasi (Jawetz et al.,
2005).
Susunan dan kadar nutrisi dalam suatu media harus seimbang untuk
mendapatkan pertumbuhan bakteri yang optimal. Hal ini perlu
diperhatikan karena banyak senyawa-senyawa yang menjadi
penghambat atau menjadi racun bagi bakteri kalau kadarnya terlalu tinggi
(misalnya garam-garam dari asam lemak, gula dan lain-lain) (Jawetz et
al., 2005).
Media biakan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme
dalam bentuk padat, semi-padat dan cair. Media padat diperoleh dengan
penambahan agar. Agar berasal dari ganggang merah. Agar digunakan
sebagai pemadat karena tidak dapat diuraikan oleh mikroba dan
membeku pada suhu diatas 450C. Kandungan agar sebagai bahan
pemadat dalam media adalah 1,5- 2,0% (Waluyo, 2006).
II.2.1 Macam-macam Media
II.2.1.1 Berdasarkan Komposisi Kimia
Berdasarkan komposisi kimiawi komponen penyusun medium,
maka medium dibedakan menjadi 2 kategori yaitu (Rakhmawati,
2012):
1. Medium kompleks (complex)
Medium kompleks tersusun atas bahan-bahan dengan macam dan
komposisi tidak semua diketahui dengan pasti. Contoh medium
kompleks adalah Nutrient Agar (NA) yang mengandung beef extract
dan pepton.
2. Sintetik (defined).
Medium sintetik tersusun atas bahan macam dan komposisinya
diketahui dengan pasti. Misalnya medium untuk menumbuhkan E.
Coli mengandung komponen-komponen sebagai berikut (gr/l) :
glukosa (1,0); Na2HPO4 (16,4); KH2PO4 (1,5); (NH4)2SO4 (2,0);
MgSO4.7H20 (0,2); CaCl2 (0,01); dan FeSO4.7H20 (0,0005).
II.2.1.2 Berdasarkan Konsistennya
Adapun macam-macam medium pertumbuhan yang digunakan
untuk kultur mikroba berdasarkan bentuk adalah (Haribi, 2008):
1. Media Cair (Liquid Media), yaitu media yang berbentuk cair seperti
Nutrient Broth (NB), Brain Heart Infusion (BHI), Alkali Pepton Water
(APW), dll.
2. Semi Solid Media. Media ini digunakan untuk uji motilitas, karena
teksturnya yang setengah padat akan memudahkan pergerakan
bakteri. Media ini dibuat di tabung dengan posisi tegak.
3. Media Padat, yaitu media yang berbentuk padat, media ini dapat
berbentuk media organic, contohnya Blood Agar Plate (BAP), Mac
Conkey (MC), Salmonella Shigella Agar (SSA), Nutrien Agar (NA),
dll.
II.2.1.3 Berdasarkan Kegunaannya
Medium menurut kegunaannya dibedakan menjadi 3 yaitu
(Rakhmawati, 2012) :
1. Media selektif
Medium selektif merupakan medium yang ditambah zat kimia tertentu
bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme lain
sehingga hanya mikroorganisme tertentu yang dapat tumbuh
contohnya medium MacConkey Agar untuk mendeteksi E. Coli.
2. Media diferensial
Medium diferensial merupakan medium yang dapat digunakan untuk
membedakan jenis mikroorganisme yang satu dengan yang lain
ditandai dengan adanya suatu reaksi atau ciri khas misalnya Blood
Agar.
3. Media pengayaan (Enrichment Medium)
Media pengayaan merupakan medium yang ditambah zat-zat tertentu
(serum, darah, ekstrak tumbuh-tumbuhan, dll) sehingga dapat
digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme tertentu.
II.2.2 Contoh Media dan Kegunaan
1. Media NA (Nutrient Agar)
Merupakan media yang berbentuk serbuk berwarna putih kekuningan
dan apabila setelah digunakan akan berbentuk padat karena terdapat
kandungan agar sebagai pemadatnya. Bermanfaat untuk isolasi
kultur murni, perhitungan mikroba, dan seleksi galur yang diinginkan.
Komposisi yang terpenting dalam media ini adalah karbohidrat dan
protein yang terdapat pada ekstrak daging dan pepton sesuai dengan
kebutuhan sebagian besar bakteri. (Nofriana,2019).
2. Trypticse Soy Broth (TSB)
Nutrient Broth merupakan media untuk mikroorganisme yang
berbentuk cair. Intinya sama seperti nutrient agar. Trypticse Soy
Broth (TSB) adalah media broth diperkaya untuk tujuan umum, untuk
isolasi, dan penumbuhan berbagai macam mikroorganisme. TSB
mengandung pepton kedelai dan kasein yang menyediakan asam
amino dan substansi nitrogen lainnya yang membuatnya menjadi
media bernutrisi untuk bermacam mikroorganisme. Dekstrosa adalah
sumber energy dan natrium klorida mempertahankan keseimbang an
osmotic. (Lay,1994)
3. Potato Dextrose Agar (PDA)
Digunakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan
kapang. PDA dapat juga digunakan untuk enumerasi yeast dan
kapang dalam suatu sampel. PDA mengandung sumber karbohidrat
dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2%
glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi
kurang baik untuk pertumbuhan bakteri (Lay, 1994).
Jenis Media Fungsi Contoh
Media Padat Digunakan untu Blood Agar Plate
kultur/pertumbuhan bakteri atau (BAP), Mac Conkey
mempelajari koloni bakteri dalam (MC), Salmonella
bentuk padat, dapat diletakan di Shigella Agar (SSA),
petri disk ataupun tabung. Nutrien Agar (NA),
1. Hasil
Pengamatan
Metode Agar
1 NA E. coli
Miring
1. Hasil
Pengamatan
4. Media NA PDA
5. Bentuk Koloni Sirkuler Sirkuler
6. Elevasi Flat Flat
7. Tepi Entire Entire
IV.1.6 Uji Cemaran
No Isolasi Mikroorganisme
1. Hasil Pengamatan
3. Metode Sebar
1. Hasil Pengamatan
1 2 3
E. Coli 1
5% 10% + -
IV.2 Pembahasan
IV.2.1 Isolasi Sebar dan Tuang
Pada percobaan kali ini dilakukan isolasi mikroorganisme dengan
menggunakan metode tuang dan sebar. Pada pengujian menggunakan
metode sebar terdiri dari penginokulasian bakteri biakan murni dalam
hal ini digunakan bakteri dari air keran di Laboratorium. Pada metode
tuang digunakan media Potato Dextrose Agar (PDA). Metode tuang
(Pou Plate) suatu metode yang dilakukan dengan cara setetes inokolum
diletakkan diletakkan dalam sebuah medium agar nutrien dalam cawan
petri dish dan dengan menggunakan batang kaca yang bengkok dan
steril.kelemahan dari metode ini adalah membutuhkan waktu dan bahan
yang banyak dan lama, akan tetapi tidak memerlukan keterampilan
yang tinggi(Angelia, 2020). Biakan campuran diencerkan terlebih dahulu
kedalam medium agar. Setalah itu dimasukkan kedalam cawan petri
dan dihomogenkan dengan cara digesek membentuk angka delapan
ataupun memutar secara perlahan-lahan dan dibiarkan hingga
memadat. Setelah memadat dilakukan inkubasi pada suhu 37°C selama
1 x 24 jam hingga nampak koloni yang tertanam pada media agar.
Inkubasi dilakukan dengan kondisi cawan dalam keadaan terbalik untuk
mencegah air terkondensasi jatuh diatas permukaan sehingga dapat
terjadinya penyebaran koloni tujuannya adalah memisahkan sel-sel
bakteri satu sama lain sehingga terbentuk menjadi koloni-koloni yang
terpisah dalam medium yang padat.
Metode spread plate (cawan sebar) adalah suatu teknik di dalam
menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara pat
menuangkan stok kultur bakteri di atas media yang telah padat
(Damayanti, 2020). Kelebihan dari metode ini adalah mikroorganisme
yang tumbuh dapat tersebar merata pada bagian permukan agar.
Perlakuan dari metode ini tidak jauh berbeda dengan metode tuang
dimana sampel sebanyak 1 mL dimasukkan kedalam media yang telah
memadat. Media yang digunakan adalah PDA (Potato Dextrose Agar).
Kemudian sampel yang berada dipermukaan media disebar
menggunakan batang drugal yang telah disterilkan dengan tujuan agar
koloni tumbuh merata pada permukaan media. Setelah itu diinkubasi
pada suhu 37°C selama 1 x 24 jam.Dari percobaan yang telah
dilakukan diperoleh hasil tetesan-tetesan air pada media karena pada
saat diinkubasi cawan disimpan tidak dalam keadaan terbalik sehingga
koloni tersebut tidak tersebar merata. Hal ini tidak sesuai dengan literaur
karena adanya tetesan-tetesan air pada media.
Dari pengujian yang telah dilakukan diperoleh hasil pengamatan
pada metode tuang dengan media PDA dengan sampel air keran
diperoleh ukuran koloni kecil dengan bentuk koloni bundar. Elevasi
pertumbuhan koloni bakteri adalah flat (ketinggian tidak terukur) dan
tepi entire (tepian rata). Pada media metode sebar dengan media PDA
dengan sampel air keran diperoleh ukuran koloni yang kecil dengan
bentuk koloni bundar elevasi flat dan tepinya entire (tepian rata).
IV.2.2 Isolasi Teknik Gores
Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba
dengan mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam
mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam
media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni sel yang tetap
pada tempatnya. Beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan
murni dari suatu biakan campuran. Salah satu diantaranya yang paling
sering digunakan adalah metode cawan gores (Afrianto, 2004). Metode
gores adalah metode dengan menggoreskan jarum ose secara
menyilang-nyilang atau zig-zag pada medium agar padat (Yusmaniar
dkk, 2017). Metode cawan gores dalam isolasi bakteri bertujuan untuk
membuat garis sebanyak mungkin pada permukaan medium biakan
menggunakan jarum ose (Irianto, 2012)
Pada praktikum kali ini, dilakukan isolasi bakteri (mikroorganisme)
dengan cara metode gores dengan menggunakan media NA dan PDA
dengan sampel uji air keran dan air galon. Langkah awal media NA dan
PDA disiapkan terlebih dahulu. Kemudian media di tuangkan ke dalam
cawan petri steril yang telah dikenakan pada api bunsen, dengan
menggunakan dispo steril 10cc. Setelah itu diambil jarum ose/ cutton
swab dicelupkan pada media bakteri. Kemudian digoreskan pada
permukaan agar dalam cawan petri, selama menggores tutup cawan
dibuka secukupnya dan didekatkan pada api Bunsen. Salah satu cara
menggoreskan mikroba pada agar cawan ialah dengan goresan
kuadran. Cawan petri dibagi menjadi 4 bagian, digoreskan beberapa
garis berbentuk zig zag pada ¼ bagian pertama, kemudian digoresan
berikutnya ¼ bagian kedua beberapa garis zigzag menyambung di
goresan pertama, dimana di akhir goresan pertama digunakan sebagai
awal goresan kedua (Yunilas, 2017). Penggoresan yang sempurna
akan menghasilkan koloni yang terpisah. Bakteri yang memiliki flagella
seringkali membentuk koloni yang menyebar terutama bila digunakan
lempengan yang basah. Untuk mencegah hal itu harus digunakan
lempengan agar yang benar-benar kering permukaannya (Lay, 1994).
Cawan petri dibalik lalu di bungkus, diinkubasi 1x24 jam pada suhu
37°C. Kemudian diamati pertumbuhan bakteri. Setelah inkubasi maka
pada bekas goresan akan tumbuh koloni-koloni terpisah yang mungkin
berasal dari 1 sel mikroba (Jutono dkk, 1980).
Hasil pengamatan menunjukan pada metode gores dengan media
NA dengan sampel air keran diperoleh ukuran koloni kecil dengan
bentuk koloni sirkuler (bulat bertepi). Elevasi pertumbuhan koloni bakteri
adalah flat (ketinggian tidak terukur) dan tepi entire (tepian rata). Pada
media PDA dengan sampel air gallon diperoleh ukuran koloni yang kecil
dengan bentuk koloni sirkuler elevasi flat dan tepinya entire (tepian
rata).
IV.2.3 Inokulasi Tabung Reaksi
Pada inokulasi mikroorganisme praktikum ini hanya dilakukan
inokulasi dengan metode gores pada medium miring menggunakan
medium NA dengan sampel bakteri E.coli yang diambil dari suspensi
biakan bakteri. Bentuk koloni yang dihasilkan dan inokulasi bakteri pada
agar miring adalah echinulate. Bakteri E. coli tumbuh diatas media NA
sesuai dengan bentuk dan arah goresan yang digoreskan diatas
permiukaan agar NA dan beberapa bakteri yang tembus ke permukaan
medium NA. Jadi dapat dikatakan bakteri E.coli bersifat anaerob
fakultatif yang artinya bakteri E.coli dapat hidup dengan ada atau
tidaknya oksigen tetapi lebih memilih menggunakan oksigen.
IV.2.4 Uji Cemaran
Pada praktikum kali ini penanaman mikroorganisme pada media
PDA (Potato Dextrose Agar) dengan menggunakan metode tabur (pour
plate) dengan sampel air keran di Laboratorium Mikrobiologi. Media
steril cair dituang pada cawan petri yang sudah berisi suspensi sampel
kemudian didinginkan hingga mengeras. Selanjutnya petri yang berisi
agar tersebut diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 25°C. Suhu
inkubasi kapang/khamir adalah 25°C dengan posisi terbalik karena
Kapang/Khamir bersifat mesofilik yang dapat tumbuh pada suhu 25-
30°C.
Pada pengujian ini inkubasi dilakukan selama 5 hari karena koloni
jamur tumbuh lebih lambat dibanding dengan koloni bakteri, sehingga
dibutuhkan waktu sampai beberapa hari sampai tumbuh koloni yang
dapat dilihat dipermukaan agar (Cappucino,2008). Tetapi pada
pengerjaan hanya diamati selama 1 x 24 jam karena keterbatasan
waktu . Suhu yang dipilih 25°C, karena pada kondisi ini merupakan
suhu yang baik untuk pertumbuhan kapang/khamir. Inkubasi terbalik
dilakukan agar uap air yang terbentuk selama inkubasi tidak menetes ke
media dan mempengaruhi pertumbuhan kapang/khamir. Untuk
mengetahui sterilitas media dan pelarut serta mengetahui keaseptisan
dalam bekerja digunakan media (PDA). Petumbuhan kapang mudah
dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas.
Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora telah
timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung jenis kapang.
Sedangkan khamir berbentuk bulat, bulat telur atau seperti silinder.
Koloni yang dihitung yaitu koloni khamir yang berbentuk bulat, berwarna
putih dan terpisah serta koloni kapang yang memiliki serabut putih
seperti kapas tanpa membedakan tiap warna koloni serta tunggal. Jika
terdapat koloni yang bertumpuk maka dianggap sebagai 1 koloni (Radji,
2010).
Hasil pengamatan setelah diinkubasi selama 1 x 24 jam
didapatkan banyak koloni pada pengenceran 10 -1, jika pada tingkat
pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni lebih besar dari
dua kali jumlah koloni pada pengenceran dibawahnya maka dipilih
tingkat pengenceran terendah (PPOMN, 2006). Dengan begitu
pengenceran yang diambil pada pengujian ini yaitu pada pengenceran
10-2. Pada pengenceran 10-2 didapatkan sebanyak 101 koloni sehingga
nilai AKK yang didapatkan pada sampel sebesar 20,2 x 10 2, nilai AKK
yang diperoleh kurang dari standar persyaratan mutu air di pasaran
yakni sebesar 1,0 x 105 (SNI, 2003). Dengan begitu air kran di
Laboratorium Mikrobiologi masih memenuhi syarat untuk digunakan
sehari-hari.
IV.2.5 Uji Aktivitas
Pada praktikum kali ini dilakukan uji aktivitas ekstrak rimpang kunyit
pada bakteri E. Coli dengan menggunakan metode difusi agar. Ekstrak
rimpang kunyit dibagi dalam dua konsentrasi yaitu 5% dan 10%.
Penggunaan beberapa konsentrasi tersebut dimaksudkan agar dapat
dibuktikan ada tidaknya efek farmakologi yang dimiliki ekstrak
berdasarkan konsentrasi yang berbeda. Kontrol negatif yang digunakan
adalah aquades steril dan kontrol positif yang digunakan adalah papper
disk tetrasiklin. Penggunaan tetrasiklin sebagai standar antibiotik karena
tetrasiklin termasuk antibiotik dengan spectrum luas yang dapat
menginhibisi hamper semua bakteri gram negatif maupun gram positif.
Disamping itu tetrasiklin merupan antibiotik yang umum digunakan
dalam pengobatan.
Pengamatan pada bakteri E. Coli terlihat bahwa aquades sebagai
kontrol negatif tidak memiliki daya hambat. Ini ditunjukkan dengan tidak
adanya zona hambat disekitar disk aquades. Hal ini berbanding terbalik
dengan disk tetrasiklin sebagai kontrol positif yang menunjukkan zona
hambat yang besar dan sangat menonjol dibandingkan disk rimpang
kunyit terlihat bahwa aquades sebagai kontrol negatif tidak memiliki
daya hambat. Ini ditunjukkan dengan tidak adanya zona hambat
disekitar disk aquades. Hal ini berbanding terbalik dengan disk
tetrasiklin sebagai kontrol positif yang menunjukkan zona hambat yang
besar dan sangat menonjol dibandingkan disk rimpang kunyit 5% dan
10%. Rata-rata diameter zona hambat pada tetrasiklin yaitu 34,50 mm.
Disk rimpang kunyit 5% menunjukkan adanya zona hambat dengan
rata-rata diameter zona hambatnya adalah 8,94 mm. Sedangkan pada
konsentrasi 10% menunjukkan adanya zona hambat dengan rata-rata
diametr zona hambatnya adalah 8,81 mm. dari kedua konsentrasi
tersebut terlihat bahwa pada konsentrasi 5% memiliki diameter zona
hambat paling tinggi dibandingkan konsentrasi 10%. Namun pada
penelitian yang telah dilakukan oleh Pangemanan, dkk (2016)
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar
zona hambatnya. Tetapi pada praktikum ini berbanding terbalik. Hal ini
mungkin terjadi karna factor kesalahan yang mungkin dilakukan
praktikan pada saat praktikum.
Dengan adanya zona hambat pada disk ekstrak rimpang kunyit
sudah menunjukan bahwa adanya efek antibakteri terhadap bakteri E.
Coli. Hal ini disebabkan dengan adanya zat aktif yang terkandung
dalam ekstrak rimpang kunyit yang kemungkinan dapat menghambat
pertumbuhan bakteri yaitu kurkuminoid (meliputi kurkumin,
desmetoksikurmin dan bisdes metoksi-kurmin) dimana dari ketiga
senyawa tersebut kurkumin merupakan komponen terbesar. Kurkumin
mempunyai efek antimikroba, antiinflamasi, antioksidan & antikanker
(Cahyono, dkk., 2011).
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan dan Saran
V.1.1 Kesimpulan
Dari pembahasan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada pengamatan isolasi metode tuang dengan media PDA dengan
sampel air kran diperoleh ukuran koloni kecil dengan bentuk koloni
bundar. Elevasi pertumbuhan koloni bakteri adalah flat (ketinggian
tidak terukur) dan tepi entire (tepian rata). Pada media metode sebar
dengan media PDA dengan sampel air keran diperoleh ukuran koloni
yang kecil dengan bentuk koloni bundar elevasi flat dan tepinya entire
(tepian rata).
2. Pada metode gores dengan media NA dengan sampel air kran
diperoleh ukuran koloni kecil dengan bentuk koloni sirkuler (bulat
bertepi). Elevasi pertumbuhan koloni bakteri adalah flat (ketinggian
tidak terukur) dan tepi entire (tepian rata). Pada media PDA dengan
sampel air gallon diperoleh ukuran koloni yang kecil dengan bentuk
koloni sirkuler elevasi flat dan tepinya entire (tepian rata).
3. Pada inokulasi mikroorganisme dengan metode gores menghasilkan
bentuk koloni dan inokulasi bakteri pada agar miring adalah
echinulate.
4. Pada pengamatan analisis cemaran Pada pengenceran 10 -2
didapatkan sebanyak 101 koloni sehingga nilai AKK yang didapatkan
pada sampel sebesar 20,2 x 10 2, nilai AKK yang diperoleh kurang dari
standar persyaratan mutu air di pasaran yakni sebesar 1,0 x 10 5.
Dengan begitu air kran di Laboratorium Mikrobiologi masih memenuhi
syarat untuk digunakan sehari-hari.
5. Pada pengamatan uji aktivias adanya zona hambat pada disk ekstrak
rimpang kunyit menunjukan bahwa adanya efek antibakteri terhadap
bakteri E. Coli. Hal ini disebabkan dengan adanya zat aktif yang
terkandung dalam ekstrak rimpang kunyit yaitu Kurkumin yang
mempunyai efek antimikroba, antiinflamasi, antioksidan & antikanker.
V.1.2. Saran
Diharapkan untuk seluruh praktikan, asisten maupun dosen
pengajar tetap menerapkan 3M yaitu Mencuci tangan, Memakai
Masker, dan Menjaga Jarak baik di dalam maupun luar Laboratorium.
V.1.2.1 Saran Untuk Lab
Saran untuk laboratorium diharapkan alat dan bahan lebih
diperlengkap lagi dan lebih diperbaharui.
V.1.2.2 Saran Untuk Asisten
Saran untuk asisten lebih mendalami pengetahuan agar lebih
banyak berbagi kepada praktikan.
V.1.2.3 Saran Untuk Dosen
Saran untuk dosen untuk lebih memberi toleransi kepada
praktikkan perihal pembawaan alat dan bahan dan mengadakan
evaluasi serta penjelasan yang lebih mendetail.
DAFTAR PUSTAKA