Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum Ke 3 Hari/Tanggal : Selasa, 11 Februari 2020

Mikrobiologi Nutrisi Tempat Praktikum : Laboratorium


Fisiologi (Biokimia Fisiologi daan
Morfologi)
Nama Asisten :
Syarifah Aini (D24160007)

PEMBUATAN MEDIA DAN STERILISASI

Suci Eko Pertiwi


D24170056
Kelompok 1/ G1

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri


daricampuran zat-zat makanan atau nutrisi yangdiperlukan oleh
mikroorganismeuntuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi di
dalam mediaberupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun
komponen sel.Dengan media, pertumbuhan dapat dilakukan dengan isolasi
mikroorganismemenjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media
pertumbuhannya.Bahan dasar adalah air (H2O) sebagai pelarut dari agar-agar
(rumput laut) dimanaagar-agar tersebut berfungsi sebagai pemadat media (Suhardi
2013).
Dalam melakukan diagnosa Mikrobiologi sterilisasi sangat
diutamakan baik alat maupun medianya. Suatu alat dikatakan steril apabila alat
atau bahan bebas dari mikroba baik dalam bentuk vegetative maupun spora.
Untuk itusebagai pemula dalam Mikrobiologi sangat perlu mengenal teknik
sterilisasi, pembuatan media serta teknik penanaman (Dwidjoseputro, 1994).
Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan semua organism
yangteradapat pada suatu benda. Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3
macam,yaitu penggunaan panas (pemijaran dan udara panas); penyaringan;
penggunaan bahan kimia (etilena oksida,asam perasetat, formaldehida dan
glutaraldehidaalkalin) (Mirsadiq 2013). Sterilisasi dengan uap air panas, bahan
yang mengandung cairan tidak dapatdidterilkan dengan oven sehingga digunakan
alat ini. alat ini disebut Arnold steamsterilizer dengan su hu 100 0C dalam
keadaan lembab. Secara sederhana dapat puladigunakan dandang. Mula-mula
bahan disterilkan pada suhu 1000C selama 30menit untuk membunuh sel-sel
vegetatif mikrobia. kemudian disimpan pada suhukamar 24 jam untuk memberi
kesempatan spora tumbuh menjadi sel vegetatif, laludipanaskan lagi 100 0C 30
menit. dan diinkubasi lagi 24 jam dan disterilkan lagi, jadi ada 3 kali sterilisasi.
Banyak bakteri berspora belum mati dengan cara inisehingga dikembangkan cara
berikutnya yaitu uap air bertekanan (Machmud 2015).

Tujuan

Praktikum ini bertujuan mempelajari dan mempraktikan pembuatan media


dan sterilisasi. Dengan demikin praktikan dapat mengetahui macam-macam cara
pembuatan media tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA

Media Aerob

Media aerob merupakan media untuk menumbuh kembangkan mikroba


yang bersifat aerob. Komponen utama yang digunakan untuk pembuatan media ini
adalah pati. Sumber pati yang utama yang sering digunakan adalah pati yang
bersumber dari tanaman kentang. Mikroba aerob adalah mikroba yang
membutuhkan O2 untuk pertumbuhannya Aerob adalah keadaan dimana
lingkungan media terdapat oksigen. Media aerob membutuhkan oksigen serta
memiliki fungsi untuk mengembangbiakan mikroba, karena miktoba aerob tidak
dapat berkembang tanpa adanya oksigen. Pembuatan media aerob tidak
membutuhkan perlakuan khusus seperti karbondioksida. Media aerob biasanya
digunakan juga untuk penelitian mikroorganisme yang dapat bertahan hidup
kondisi aerob seperti jamur dan kapang (Vasanthakumari 2007).

Media Anaerob

Media anaerob merupakan media yang digunakan untuk menumbuhkan


bakteri yang bersifat anaerobik karena memberikan lingkungan yang lebih
memungkinkan untuk bakteri jenis tersebut untuk hidup (tidak membutuhkan O 2).
Media anerob sebagai tempat isolasi bakteri dan upaya agar tetap bertahan hidup.
Media anaerob menggunakan bantuan gas karbondioksida dan penutupan seluruh
media agar oksigen dari lingkungan luar tidak masuk kedalam media (Lund et al
2000). Untuk menumbuhkan materi mikroorganisme pada keadaan anaerob maka
perlu adanya pengosongan oksigen yang dilakukan dengan cara memasukan
karbondioksida pada media. Media anaerobik mempunyai karakteristik yang
hampir sama dengan media aerobik. Media anaerobik lebih banyak digunakan
untuk menumbuhkan bakteri yang bersifat anaerobik karena memberikan
lingkungan yang lebih memungkinkan untuk bakteri jenis tersebut untuk hidup.
Anaerob artinya yaitu “hidup tanpa udara”. Perkembangan bakteri anaerob ini
terjadi pada tempat-tempat yang sedikit atau sama sekali tidak mengandung
oksigen

Bakteri Aerob

Bakteri aerob adalah mikroorganisme yang melakukan metabolisme


dengan bantuan oksigen.Bakteri aerob merupakan bakteri yang membutuhkan O2
untuk pertumbuhannya. Sistem enzimnya membutuhkan O2 sebagai elektron
aseptor pada proses fosforilasi oksidatifnya (Puspitasari 2012). Contoh bakteri
areob adalah Bacillus sp., Escherichia coli, dan Streptococcus Bakteri anaerob
hanya tergolong kedalam aerob obligat, yaitu bakteri yang harus membutuhkan
oksigen untuk kelangsungan hidupnya (mis: M. tuberculosis). Berdasarkan
identifikasi bakteri dengan pewarnaan Gram, maka didapatkan bakteri Gram
positif dan Gram negatif. Bakteri yang termasuk dalam Gram positif yaitu genus
Staphylococcus, Streptococcus, dan lain-lain. (Vasanthakumari, 2007).

Bakteri Anaerob

Bakteri anaerob merupakan bakteri yang tidak dapat tumbuh dalam


suasana O2 atau zat asam karena dalam suasana ini akan terbentuk H 2O2 yang
bersifat toksik terhadap bakteriBakteri anaerob dibagi lagi menjadi anaerob
obligat, anaerob fakultatif dan beberapa bakteri mikroaerofilik. Bakteri anaerob
obligat artinya adalah bakteri tersebut harus dalam kondisi bebas dari oksigen
untuk dapat hidup, dan akan mati ketika ada oksigen (mis: Clostridium). Bakteri
anaerob fakultatif adalah bakteri yang dapat hidup dengan kondisi lingkungan
terdapat roksigen maupun tidak. Untuk istilah mikroaerofilik artinya bahwa
bakteri jenis ini bisa tumbuh di lingkungan dengan konstentrasi oksigen yang
rendah namun akan mati jika konsentrasi oksigennya tinggi (Alfvin Fox 2011).
Bakteri anaerob sering menyebabkan ulkus pada penderita diabetes, gangren,
infeksi yang merusak lapisan kulit sebelah dalam dan jaringan serta luka infeksi
akibat gigitan. Susunan saraf pusat. Bakteri anaerob menyebabkan pembentukkan
abses pada otak dan susunan saraf pada tulang belakang aliran darah. Bakteri
anaerob dapat ditemukan di dalam aliran darah penderita yang sakit (keadaan ini
disebut bakteremia).

Media Gliserol

Komposisi media perbanyakan yang digunakan akan mempengaruhi lama


hidup agens hayati pada formula biofungisida selama penyimpanan sehingga
berpengaruh pada tingkat penekanannya terhadap patogen. Untuk memperpanjang
daya simpan formula biofungisida dapat digunakan bahan tambahan seperti
gliserol. Gliserol merupakan jenis senyawa untuk melindungi sel atau jaringan
dari kerusakan sehingga digunakan untuk menjaga viabilitas mikroorganisme
selama penyimpanan. Gliserol termasuk jenis Cryoprotectans yang efektif sebagai
pelindung atau pertahanan sel jamur baik intraseluler maupun ekstraseluler.
Keberadaannya pada media cair (liquid nitrogen) dapat mencegah kontaminasi
dan memperpanjang umur simpan biakan (Amaria 2016).

Media Pengencer Putih (Anaerob)

Bakteri sama halnya dengan makhlukmhidup yang memerlukan nutrisi


untuk hidup. Tujuan penambambahan senyawa K2HPO4, NaCl, (NH4)2SO4,
7H2O, glukosa, selobios, dan sistein HCl, H2O berfungsi sebagai sumber protein,
nitrogen, mineral, vitamin, dan karbohidrat bagi bakteri. Selain itu penambahan
Na2CO3 yang berfungsi sebagai buffer untuk mempertahankan pH pada media.
Bakteri dikultifikasi pada media dapat terjadi perubahan pH akibat munculnya
senyawa asam atau basa yang dihasilkan selama pertumbuhan. Pergeseran pH ini
dapat sedemikian benar sehingga menghambat pertumbuhan bakteri. Kombinasi
garam fosfat seperti K2HPO4, KH2PO4 digunakan dalam media bakteriologis.
Bahan nutrisi media seperti pepton mempunyai kapasitas larutan penyangga.
Larutan pengangga bergantung kepada penggunaan dan batasan oleh kapasitas
penyangga yang dimiliki oleh senyawa yang digunakan. (Pelezar dan Chan 2010).

Media Pengencer Aerob

Media Pengencer yang digunakan akan menentukan keakuratan


pengukuran populasi bakter darii satu jenis sampel. Jenis pelarut atau pengencer
yang digunakan yaitu larutan fisiologis (NaCl 0.85 %) yang sangat memengaruhi
pertumbuhan bakteri. Penyimpanan larutan garam fisiologis lebih mudah dan
sederhana, serta lebih ekonomis. Manfaat bahan pengencer adalah untuk
mengurangi aktivitas dan dapat memperpanjang hidup serta menjaga kualitas
bakteri pada proses penyimpanan (Nurjanna dan Fajrihanif 2010).

Toge

Kecambah adalah tumbuhan kecil yang baru tumbuh dari biji


kacangkacangan yang disemaikan atau melalui perkecambahan. Kecambah yang
dibuat dari biji kacang hijau disebut tauge. Vitamin yang ditemukan dalam tauge
adalah vitamin C, thiamin,riboflavin, niasin, asam pantothenik, vitamin B6, folat,
kolin, ßkaroten, vitamin A, vitamin E (atokoferol), dan vitamin K. Mineral yang
ditemukan dalam tauge adalah kalsium (Ca), besi (Fe), magnesium (Mg), fosfor
(P), potasium (K), sodium (Na), zinc (Zn), tembaga (Cu), mangan (Mn), dan
selenium (Se). Asam amino esensial yang terkandung dalam tauge, antara lain:
triptofan, treonin, fenilalanin, metionin, lisin, leusin, isoleusin, dan valin. Dalam
proses perkecambahan adanya proses katabolik yang menyediakan zat gizi
penting. Dengan proses germinasi kecambah nilai daya cerna kacang kacangan
akan meningkat. Pada saat berkecambah terjadi hidrolisis karbohidrat, protein dan
lemak menjadi sederhana sehingga mudah dicerna. Selama proses tersebut terjadi
peningkatan protein dan vitamin namun terjadi penurunan kadar lemak (Hairunnsa
2016).

Agar

Agar adalah hasil ekstraksi rumput laut yang digunakan dalam berbagai
macam produk pangan sebagai bahan pembentuk gel (gelling agent). Agar
merupakan polimer agarobiosa. Agarobiosa adalah suatu disakarida yang terdiri
dari D-galaktosa dan 3,6-anhidro-L-galaktosa. Agar murni digunakan untuk media
kultur bakteri, jaringan seluler, dan untuk DNA fingerprinting (Muchtadi 2011).
Agar-agar adalah polisakarida kompleks yang menyusun dinding sel beberapa
jenis rumput laut, khususnya rumput laut merah (red algae). Agar-agar
mempunyai sifat mencair pada suhu 85°C (saat dimasak) dan memadat dengan
membentuk jel pada suhu 32-40°C. Agar-agar hanya dapat diperoleh dari jenis
rumput laut merah kelompok Rhodophyceae. Agar-agar produk swallow berasal
dari rumput laut jenis Gracilaria sp. yang mengandung banyak nutrisi yang dapat
menurunkan kadar kolesterol darah serta mengurangi resiko penyakit diabetes
atau gula darah. Agar-agar dengan tingkat kemurnian yang tinggi tidak dapat larut
air pada suhu 25°C. Pada suhu 39°C tepung agar-agar akan memadat dan larut
pada suhu 80°C. Fungsi utamanya adalah sebagai pengontrol, penstabil, serta
sebagai emulsi bagi industri permen serta jenis makanan lainnya.

MATERI DAN METODE

Materi

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tabung reaksi, autoclave,
pipet, bulb, alumunium foil, labu elenmeyer, timbangan analitik, kapas, kompor,
tabung gas CO2, plastik tahan panas, panfix, dan karet gelang. Bahan yang
dibutuhkan untuk membuat media aerob yaitu ekstrak tauge, agar swallow dan
aquades. Sedangkan untuk membuat media pengencer aerob dibutuhkan NaCl dan
aquades. Pembuatan media anaerob membutuhkan bahan antara lait yaitu larutan
mineral I (K2HPO4 dan aquades), larutan mineral II (NaCl, (NH4)2SO4, KH2PO4,
MgSO4, 7H2O, CaCl dan aquades), Na2CO4, cysteine, HCl, resazurin, aquades,
serbuk BHI, glukosa, pati, CMC 1%, dan hermin 0.05%.

Metode

Pembuatan Media BHI


Langkah pertama yang dilakukan yaitu dengan melakukan penimbangan
pada bahan-bahan untuk pembuatan media BHI. Bahan yang harus ditimbang di
timbangan analitik yaitu serbuk BHI 3.7 gram, glukosa 0.05 gram, pati 0.05 gram,
Cystein 0.1 gram, dan HCl 0.1 gram. Pati, HCl dan glukosa yang telah ditimbang
kecuali Cystein HCl, dimasukkan ke dalam labu elenmeyer. Sedangkan serbuk
BHI di larutkan dengan aquades terlebih dahulu. Kemudian BHI yang sudah
dilarutkan, dimasukkan kedalam labu elenmeyer dan diaduk hingga homogen.
Pengadukan dilakuakn dengan cara menggoyang-goyangkan labu elenmeyer.
Setelah dipastikan homogen, larutan tersebut kemudian ditambahi dengan larutan
indikator resazurin sebanyak 0.1 ml, larutan hemin 0.5 ml dan CMC 0.5 ml.
Aquades dimasukkan kedalam labu elenmeyer sampai volumenya mencapai 100
ml kemudian digoyang-goyangkan kembali hingga homogen. Larutan yang sudah
homogen, dipanaskan ke kompor hingga berwarna kuning keemasan. Cistein yang
telah ditimbang sebelumnya, ditambahkan ke dalam larutan kemudian ditutup
dengan aluminum foil dan dialirkan CO2 hingga terasa dingin. Larutan
dimasukkan ke dalam tabung hungate sebanyak 5 ml dan ditambahkan bakto agar
0.9 gram. Kemudian larutan dipanaskan, hingga bakto agar larut dan berwarna
kuning. Tutup tabung dengan alumunium fuil sambil dialirkan CO 2, hingga beku
dan ditutup denagn sumbat karet dan panfix. Larutan yang sudah beku kemiudian
di masukkan kedalam autoclave dengan suhu 1210C selama 15 menit untuk
dilakukan sterilisasi.

Pembuatan Media Aerob


Pembuatan ekstrak tauge dilakukan denagn cara memasak tauge sebanyak
200 gram dengan 1 liter aquades hingga mendidih. Saat air mendidih, volume air
tidak boleh berkurang dari 1 liter (ditambah saat proses memasak). Setelah itu air
hasil rebusan disaring dan dimasukkan kedalam wadah. Agar swallow ditimbang
sebanyak 1.5 gram. Ekstrak tauge yang telah didiamkan, dimasukkan ke dalam
labu elenmeyer sebanyak 100 ml dan ditambah denagn agar swallow. Kemudian
diaduk hingga homogen. Air campuran ekstrak tauge dan agar dimasak dengan air
mendidih hingga warnanya berubah menjadi lebih muda. Larutan tersebut
kemudian dimasukkan ke dalam tiga tabung reaksi dengan cepat. Setelah itu,
tabung reaksi disumbat denagn kapas dan ditutup denagn alumunium foil. Tabung
reaksi yang sudah tertutupi alumunium foil tersebut dimasukkan kedalam plastik
tahan panas dan diikat denagn karet gelang, kemudian dimasukkan kedalam
autoclave denagn suhu 1210C selama 15 menit.

Pembuatan Media Pengencer


Pembuatan larutan garam fisiologis dilakukan dengan cara Kristal NaCl
ditimbang sebanyak 0.9 gram. Kemudian aquades ditambahkan sebanyak 100 ml
dan diaduk hingga homogen. Larutan NaCl diambil menggunakan pipet mohr
sebanyak 9 ml dan masing-masing dipindahkan ke dalam tiga tabung reaksi.
Setelah itu, masing-masing tabung ditutup dengan alumunium foil sampai tertutup
rapat dan dimasukkan kedalam plastik tahan panas serta diikat dengan karet
gelang. Ketiga tabung tersebut kemudian dimasukkan kedalam autoclave dengan
suhu 1210C selama 15 menit.

Pembuatan Media Gliserol


Na2CO3 dan cystein ditimbang masing-masing sebanyak 0.3 gram dan 0.1
gram. Kedua bahan tersebut dimasukkan kedalam labu elenmeyer untuk kemudian
dilarutkan dengan larutan mineral I, larutan mineral II, resazurin, dan aquades.
Larutan dihimogenkan dan dialiri dengan CO2 hingga bening, kemudian
dimasukkan kedalam tabung hungute sebanyak 3.3 ml dan ditambahkan gliserol
sebanyak 0.2 ml. tabung ditutupi dengan alunium foil sambil tetap dialirkan CO 2.
Setelah homogeny dan bening, tabung ditutup dengan sumbat karet dan panfix
kemudian dillakukan sterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 1210C selama
15 menit.

Sterilisasi
Proses sterilisasi terdiri dari sterilisasi kering dan sterilisasi basah.
Langkah awal sebelum proses sterilisasi yaitu memeriksa kondisi air pada bagian
dalam autoclave dan pada bagian luar (drigen). Selanjutnya dengan menyemprot
tangan dan ruangan sekitas seperti meja dengan menggunakan alkohol. Sedangkan
aelat-alat di sterilkan dengan bunsen. Setelah itu alat atau media dibungkus
dengan menggunakan plastic burang dan dilipat denagn rapat. Alat yang sudah
terbungkus, dilapisi dengan plastic tahan panas atau alumunium foil. Setelah
terbungkus rapat, kemudian dimasukkan kedalam autoclave. Pintu autoclave
ditutup dan dikunci dengan memutar kran sampai terasa terkunci. Seluruh saluran
udara harus tertutup. Kemudian mengantur temperature (121 0C). Autoclave
dihubungkan dengan listrik dan diatur waktunya (15 menit). Setealah proses
sterilisasi selesai, alarm pada autoclave akan berbunyi, kemudian dimatikan alarm
dengan menekan sedikit tekanan pada tombol tomer. Autoclave dibuka dengan
perlahan untuk mengambil alat yang telah di sterilisasi dan ditutup kembali.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri


daricampuran zat-zat makanan atau nutrisi yangdiperlukan oleh
mikroorganismeuntuk pertumbuhannya. Berikut ini adalah gambar hasil dari
pembuatan media.

Gambar 1 Media aerob Gambar 2 Media gliserol

Gambar 3 Media penggencer putih Gambar 5 Media BHI

Setelah proses pembuatan media selesai dilakuakn, maka media tersebut


akan dilakukan sterilisasi di autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit. Proses
sterilisasi tersebut bertujuan agar media yang telah dibuat terhidar dari
kontaminasi bakteri-bakteri. Berikut adalah gambar urutan proses sterilisasi
media.
Pembahasan

Medium merupakan bahan yang digunakan untuk menumbuhkan


mikroorganisme di atas atau di dalamnya, medium tersebut harus memenuhi
syarat-syarat antar lain adalah harus mengandung semua zat hara yang mudah
digunakan oleh mikroba, harus mengandung semua zat hara yang mudah
digunakan oleh mikroba, harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan
dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang akan ditumbuhkan, tidak
mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba, yang
ditumbuhkan dalam tumbuh dengan baik (Hadioetomo 1993). Media aerob
merupakan media untuk menumbuh kembangkan mikroba yang bersifat aerob.
Salah satu mikroorganisme yang sering ditumbuhkan pada media jenis ini adalah
kapang. Komponen utama yang digunakan untuk pembuatan media ini adalah
pati. Sumber pati yang utama yang sering digunakan adalah pati yang bersumber
dari tanaman kentang. Untuk menumbuhkan materi mikroorganisme pada keadaan
anaerob maka perlu adanya pengosongan oksigen yang dilakukan dengan cara
memasukan karbondioksida pada media. Media anaerobik mempunyai
karakteristik yang hampir sama dengan media aerobik. Media anaerobik lebih
banyak digunakan untuk menumbuhkan bakteri yang bersifat anaerobik karena
memberikan lingkungan yang lebih memungkinkan untuk bakteri jenis tersebut
untuk hidup. Media aerob dan anaerob adalah media yang berfungsi untuk
membedakan bakteri yang dapat tumbuh dengan adanya oksigen atau dengan
ridak adanya oksigen. Bakteri aerob adalah bakteri yang membutuhkan oksigen
untuk hidupnya. Jika tidak ada oksigen,maka bakteri ini akan mati. Bakteri aerob
menggunakan glikosa atau zat organik lainnya seperti etanol untuk
dioksidasimenjadi CO2, H2, O2 dan sejumlah energy. Bakteri anaerob adalah
bakteri yangtidak membutuhkan oksigen untuk hidupnya. Bakteri anaerob terdiri
atas dua yaituanaerob fakultatif dan anerob obligat. Bakteri anaerob fakultatif
adalah bakteri yang hidup dnegan baik dengan adanya oksigen atau tidak.
Sedangkan bakteri anaerob fakultatif adalah bakteri yang sama sekali tidak
membutuhkanoksigen dalam hidupnya. Media Pengencer yang digunakan akan
menentukan keakuratan pengukuran populasi bakter darii satu jenis sampel. Jenis
pelarut atau pengencer yang digunakan yaitu larutan fisiologis (NaCl 0.85 %)
yang sangat memengaruhi pertumbuhan bakteri. Penyimpanan larutan garam
fisiologis lebih mudah dan sederhana, serta lebih ekonomis. Manfaat bahan
pengencer adalah untuk mengurangi aktivitas dan dapat memperpanjang hidup
serta menjaga kualitas bakteri pada proses penyimpanan (Nurjanna dan Fajrihanif
2010). Pembuatan media pengencer tidak jauh berbeda dengan pembuatn media
lain namun media pengencer pembuatannya tidak dialiri denagn CO 2.
Sterilisasi yang dilakukan bertujuan untuk menghindari
kontaminasi, yaitu masuknya mikroorganisme yang tidak diinginkan. Sterilisasi
merupakan suatu proses (kimia dan fisika) yang membunuh semua bentuk hidup
terutama mikroorganisme (Suriawiria 2005). Sterilisasi merupakan proses untuk
mematikan semua mikroorganisme yang hidup. Sterilisasi merupakan suatu
proses untuk mematikan semua organism yangteradapat pada suatu benda. Proses
sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3 macam,yaitu penggunaan panas (pemijaran
dan udara panas); penyaringan; penggunaan bahan kimia (etilena oksida,asam
perasetat, formaldehida dan glutaraldehidaalkalin) (Mirsadiq 2013). Proses
sterilisasi ada yang sterilisasi kering dan sterilisasi basah. Sterilisasi dilakukan
dengan menggunakan autoclave suhu 1210C selama 15 menit.
Resazurin merupakan senyawa aktif dari Alamar Blue yang diketahui
merupakan indikator reaksi reduksi oksidasi (redoks) yang digunakan untuk
menilai fungsi metabolism sel sejak lama. Resazurin juga dikenal sebagai diazol-
resorcinol, azoresorcin, resazoin, resazurine, yang larut dalam air, tidak beracun,
dan mudah masuk kedalam membransel (Syahputra 2015). Resazurin merupakan
anaerob indikator yang akan membentuk warna merah pada media yang dibuat
jika kontak dengan oksigen. Jika oksigen dalam media semakin banyak maka
warna merah yang terbentuk juga akan semakin pekat. Resazurin digunakan
sebagai jenis pewarna untuk uji reduksi warna dengan prinsip seperti biru metilen,
namun waktu reduksi yang dibutuhkan lebih cepat daripada biru metilen (Turoski
2001).
Media anaerob dibagi menjadi tiga yaitu media BHI, media pengencer
putih, dan media gliserol. Hasil praktikum menunjukkan bahwa media BHI
memiliki warna kuning. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Warsiki (2016) yang
mengatakan bahwa penambahan BHI sebagi indikator perubahan warna dari
merah ke kuning dalam mendekati bakteri. Dengan demikian pembuatan media
BHI sudah tepat. Media pengencer putih dan gliserol memiliki hasil yang hamper
sama yaitu bening tidak berwarna. Hal tersebut dikasrenakan bahan-bahan yang
digunakan dalam pembuatan media sama, hanya berbeda pada media gliserol
dilakukan penambahan larutan gliserol. Sedangkan hasil dari pembuatan media
aerob yang berbahan dasar ekstrak tauge dan agar-agar menghasilkan warna
kemerahan. Warna tersebut berasal dari warna agar. Penggunaan ekstrak tauge
bertujuan untuk menyediakan nutrisi bagi media sedangkan penggunaan agar-agar
bertujuan sebagai abhan pemadatmedia (Munandar 2016).
Setelah pembuatan media, masing-masing media sesudah dialirkan pada
CO2 akan dilakuakn sterilisasi kedalam autoclave pada suhu 1210C selama 15
menit. Sebelum media masuk autoclave, saat sterilisasi baik tempat, alat maupun
tangan kita harus benar-benar dalam keadaan steril. Pensetrilan alat yaitu dengan
menggunakan spirtus. Sedangkan untuk tangan kita, tempat sekitar proses
sterilisasi, maupun media atau bahan harus disterilisasi menggunakan alcohol.
Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membunuh mikroorganisme sampai ke
spora-sporanya, yang terdapat di dalam bahan makanan. Proses ini dilakukan
dengan cara memanaskan makanan sampai temperatur 121 oC, selama watu 15
menit. Sterilisasi media autoklaf dilakukan dengan cara memanfaatkan uap air
panas.

SIMPULAN

Media pertumbuhan mikroorganisme terdiri dari media aerob dan media


anaerob. Media anaerob dibagi menjadi tiga yaitu media BHI, media pengencer
putih, dan media gliserol. Sedangkan media anerob menggunakan ekstrak tauge
dan agar-agar. Dalam pembuatan media anaerob pembuatannya dialiri dengan
CO2, sedangkan media aerob tidak. Sterilisasi merupakan suatu proses yang
membunuh semmua bentuk hidup terutama mikroba. Sterilisasi dilakukan
bertujian untuk menghindari kontaminasi, yaitu masuknya mikroorganisme yang
tidak diinginkan,
DAFTAR PUSTAKA

Amaria W, Ferry Y, Samsudin, Harni R. 2016. Pengaruh penambahan gliserol


pada media perbanyakan terhadap daya simpan biofungisida Trichoderma.
J. TIDP. 3(3): 159-166.
Dwidjoseputro D. (1994). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta (ID): Djambatan.
Fox, Alvin 2011, Enterobacteriaceae, Virbio, Campylobacter, and Helicobacter,
viewed 21 December 2011.
Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek : Teknik dan
Prosedur Dasar Laboratorium.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hairunnisa O, Sulistyowati E, Suherman D. 2016. Pemberian kecambah kacang
hijau (tauge) terhadap kualitas fisik dan uji organoleptik bakso ayam. Jurnal
Sain Peternakan Indonesia. 11(1): 39- 47.
Hendrawati TY dan Utomo S. 2017. Optimasi suhu dan waktu sterilisasi pada
kualitas susu segar di Kabupaten Boyolali. Jurnal Teknologi. 9(2): 98-102.
Machmud, M. 2013. T e k n i k P e n y i m p a na n d a n P e m e l i h a r a a n
M i k r o b a . Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan. Bogor.
Mirsadiq, Lucky. 2013. Laporan Praktikum Migrobiologi Pertanian. Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
Muchtadi, D. 2011. Karbohidrat Pangan dan Kesehatan.Alfabeta, Bandung.
Munandar K. 2016. Pengenalan Laboratprium IPA-BIOLOGI Sekolah. Bandung
(ID): Refika Aditama
Nurjannah dan Fajrihanif A. 2010. Penentuan bakteri Sulfat Reducing Bacteria
(SBR) dan Sulfur Oxidazing Bacteria (SOB). Dengan menggunakan pelarut
yang berbeda. Media Akuakultur. 5(1): 47-50.
Pelczar MJ, Chan ECS. 2010. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jilid 1. Hadioetomo
RS, Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL, Penerjemah; Jakarta: UI Pr.
Terjemahan dari: Elements Of Microbiology.
Puspitasari FD, Shovitri M, Kuswytasari ND. 2012. Isolasi dan karakterisasi
bakteri aerob proteolitik dari tangki septik. Jurnal Sains dan Seni ITS. 1(1):
1-4.
Suhardi, S.H., Koesnandar,D. K. Indriani, H. Arnaldo 2015. Biosafety: Pedoman
Keselamatan Kerja di Laboratorium Mikrobiologi dan Rumah Sakit. PT.
Multazam Mitra Prima.
Suriawiria U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Papas Sinar Sinanti.
Syahputra G. 2015. Resazurin si indikator aktivitas sel. BioTrenz Journal. 6(2):
26-28.
Turoski V, Richardson SD, Plude J. 2001. Paper: A new method for monitoring
toxicity using stock culture or indigenouss biomss. division of enviromental
chemistry. American Chemistry Society. Vol 41 No 1.
Vasanthakumari R. (2007) Textbook of Microbiology. New Delhi: BI Publicati.
Warsiki E. 2016. Meida berindikator warna sebagai pendeteksi Salmonella
typhimurium. Jurnal Teknologi Pertanian. 26(3): 276-283.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai