Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

MIKROBIOLOGI

Disusun : KELOMPOK 3

M.ARIF FADHLURRAHMAN 1815041039


RIFKI AMIRUL HAKIM 1815041027
RISTIANY JANUARTI 1815041063
VALERIE IXION 1815041043

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
LAMPUNG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari organisme yang berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang melainkan harus menggunakan bantuan mikroskop. Organisme yang sangat
kecil ini disebut sebagai mikroorganisme, atau sering disebut mikroba ataupun jasad renik. Saat ini,
mikrobiologi sangat berkembang luas pada berbagai bidang ilmu pengetahuan, misalnya pertanian, industri,
kesehatan, lingkungan hidup, bidang pangan, bahkan bidang antariksa (Waluyo, 2009).

Dalam mikrobiologi, dibutuhkan suatu teknik khusus untuk mempelajari mikroorganisme. Di laboratorium
mikrobiologi dan bakteriologi untuk menumbuhkan dan mempelajari sifat-sifat mikroorganisme seperti
bakteri diperlukan suatu media sebagai tempat pertumbuhan mikroorganisme (Collyn and Lyne, 1987).
Pengembangan media kultur bakteri memegang peranan yang sangat penting di bidang mikrobiologi. Dengan
mengisolasi suatu bakteri dan menumbuhkanya dengan media buatan kita dapat mengidentifikasi, dan
mempelajari sifat suatu bakteri.

Isolasi ke dalam kultur murni dan identifikasi mikroorganisme penyebab penyakit sangat membantu dalam
memastikan diagnosa suatu penyakit. Kultur merupakan proses yang dilakukan untuk memperbanyak
organisme dengan menyediakan kondisi lingkungan yang tepat bagi pertumbuhan bakteri. Media kultur
organisme dapat digunakan untuk menumbuhkan suatu organisme tertentu yang diinginkan dan menghambat
pertumbuhan bakteri lain yang tidak
diinginkan, media ini disebut media selektif. Media diferensial digunakan untuk membedakan kelompok
mikroorganisme tertentu yang tumbuh pada media biakan
(Lay, 1994).
BAB II
ISI

2.1 Definisi Mikrobiologi

Kata mikrobiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu micros yang berarti kecil, bios yang berarti hidup,
dan logos yang berarti pengetahuan. Sehingga secara singkat dapat diartikan bahwa mikrobiologi adalah ilmu
biologi yang mempelajari tentang makhluk-makhluk hidup yang kecil-kecil. Makhluk kecil-kecil tersebut
disebut juga mikroorganisme, mikroba, atau jasad renik. Objek kajiannya biasanya adalah semua makhluk
(hidup) yang perlu dilihat dengan mikroskop, khususnya bakteri, fungi, alga mikroskopik, protozoa,
dan Archaea. Virus sering juga dimasukkan walaupun sebenarnya tidak sepenuhnya dapat dianggap sebagai
makhluk hidup.

Gambar 2.1. Mikroorganisme


Mikrobiologi adalah studi tentang kehidupan kecil atau mikroba. Mikrobiologi sangat penting untuk
bidang medis di dalam memerangi penyakit. Mikroba berbahaya yang dapat membuat orang sakit disebut
pathogen. Mikrobiologi mempelajari pathogen dan bagaimana untuk melawan dan mencegah infeksi. Para
ilmuan membuat antibody dan vaksin dari bentuk lemah mikroba untuk mengobati dan mencegah penyakit.
Beberapa mikroba penting untuk proses pencernaan dll. Juga digunakan untuk membuat keju dan yogurt.
Memiliki lingkungan kerja yang bersih sangat penting untuk mempelajari mikroba dan juga dalam
pengaturan laboratorium, seperti di laboratorium penelitian atau laboratorium medis. Kontaminan dalam
laboratorium dapat menyebabkan banyak masalah. Jika seorang peneliti inocules atau menstransfer bakteri
tidak benar, maka mencemari mikroba dan dapat membahyakan hasil. Kontaminan seperti pathogen di dalam
lingkungan dimana mereka dapat tumbuh dalam jumlah tinggi, pathogen bisa menyebabkan peneliti menjadi
sakit.
Mikrobiologi industry adalah pertumbuhan mikoorganisme dalam jumlah besar, yang terkendali
bertujuan untuk menghasilkan produk yang bernilai ekonomi dan bermanfaat (Pelczar dan Chan:2012).
Menurut (Hidayat,N,.Pandaga.MC dan Shartini,S,2006:3) mikrobiologi industri merupakan suatu usaha
memanfaatkan mikroba sebagai komponen untuk industry atau mengikutsertakan mikroba dalam proses.
Di laboratorium mikrobiologi kita menggunakan teknik aseptis untuk mencegah kontaminasi
mikrobiologi dan mencegah kontaminasi ruangan dan personil dengan mikroorganisme. Banyak
mikroorganisme di laboratorium dan diketahui pathogen. Sehingga kita menggunakan teknik aseptis untuk
keselamatan semua personil laboratorium.
Salah satu teknik dasar dalam analisa mikrobiologi adalah teknik aseptis (suatu metoda atau teknik di
dalam memindahkan atau menstranfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak
terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur). Teknik ini sangat esensial dan kunci keberhasilan
prosedur microbial yang diketahui oleh seseorang yang hendak melakukan analisis mikrobiologi.
Pengambilan sampel harus dilakukan secara acak (random sampling). Selain itu digunakan teknik aseptic
selama pengambilan sampel agar tidak terjadi pencemaran. Alat-alat yang digunakan harus steril. Bahan
makanan cair diambil dengan pipet steril, makanan padat menggunakan pisau, garpu, sendok atau penjepit
yang steril (Rachdie, 2006).
Teknik aseptis adalah suatu metode atau teknik didalam memindahkan atau menstranfer kultur
bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke
dalam kultur. Teknik transfer aseptis ini sangat esensial dan kunci keberhasilan prosedur microbial yang harus
diketahui oleh seorang yang hendak melakukan analisis mikrobiologi (Pelzcar, M.J. Chan, 2007).
Teknik aseptic sangat diperlukan untuk menghindarkan mikroorganisme dari kontaminan yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba. Teknik aseptic digunakan sepanjang kegiatan berlangsung baik alat,
bahan, lingkungan sekitar maupun praktikannya, untuk alat dan bahan praktikum dapat diterapkan metode
sterilitas. Penguasaan teknik aseptic ini sangat diperlukan dalam keberhasilan laboratorium mikrobiologi dan
hal tersebut merupakan salah satu metode permulaan yang dipelajari oleh ahli mikrobiologi (Oram, 2001).
Mikrobiologi dimulai sejak ditemukannya mikroskop dan menjadi bidang yang sangat penting
dalam biologi setelah Louis Pasteur dapat menjelaskan proses fermentasi anggur (wine) dan
membuat vaksin rabies Perkembangan biologi yang pesat pada abad ke-19 terutama dialami pada bidang ini
dan memberikan landasan bagi terbukanya bidang penting lain: biokimia.
Mikrobiologi dibagi menjadi dua bidang besar, yaitu:

a. Mikrobiologi dasar
Bidang mikrobiologi dasar mempelajari berbagai struktur fisik dan reaksi kimia mikroorganisme. Banyak
proses biokimia pada mikroorganisme juga terjadi pada organisme multiseluler, sehingga mikroorganisme
dapat menjadi modal dalam mempelajari proses biokimia, dan genetik pada organisme lainnya. Hal ini juga
didukung oleh kemampuan reproduksi mikroorganisme yang tinggi.

b. Mikrobiologi terapan
Bidang mikrobiologi terapan mempelajari penggunaan ilmu mikrobiologi dalam memecahkan masalah praktis
dalam kedokteran, pertanian dan industri. Berbagai penyakit infektif pada manusia, hewan, dan tumbuhan,
disebabkan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme juga berperan penting dalam memproduksi antibiotik dan
protein. Sebagai bagian dari ekosistem, mikroorganisme juga banyak berperan dalam siklus energi dan
kondisi lingkungan.

Pengertian Mikroorganisme Menurut Para Ahli

 Menurut Darwis (1992)

Mikroorganisme makhluk hidup sangat kecil, mikroorganisme diklasifikasikan ke dalam kelas protista
terdiri dari bakteri, jamur, protozoa, dan algae.

 Menurut Fardiaz (1989)

Semua mikroorganisme yang tumbuh pada bahan-bahan tertentu memerlukan bahan organik untuk
pertumbuhan dan proses metabolisme. Mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang dalam suatu material
dapat menyebabkan perubahan dalam komposisi fisik dan kimia, seperti perubahan warna, kekeruhan, dan
bau asam.

Jenis-Jenis Mikroorganisme

 Bakteri

Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini milik
prokariota dan domain yang sangat kecil (mikroskopik), dan memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi.
Bakteri biasanya menyebabkan penyakit pada manusia. Contoh: Salmonella, Eccerecia Coli, Staphylococcus
dan Difteri bacilus. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahluk hidup lain yaitu :

1. Organisme multiselluler
2. Prokariot (tidak memiliki membran inti sel )
3. Umumnya tidak memiliki klorofil
4. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron umumnya memiliki
rata-rata 1 s/d 5 mikron.Epulopiscium fishelsoni berukuran diameter 80 μm dan panjang 200
500 μm (0,2-0,5 mm) yang hidup pada ikan. Bakte ini ditemukan hidup di usus ikan sekitar
Lizard, Queensland, Australia. Thiomargarita namibiensis berukuran diameter 100-750 μm (0,1
0,75 mm). Bakteri ini ditemukan di sebuah pantai di Namibia, Afrika.
5. Memiliki bentuk tubuh yang beraneka ragam
6. Hidup bebas atau parasit
7. Hidup secara sendiri-sendiri (soliter) atau berkelompok (koloni)
8. Hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,kawah atau gambut dan hidup di
kita, mulai dari daerah tropis hingga kutub, dataran rendah hingga pegunungan dan juga pada
kita
dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan
9. Termasuk jenis organisme yang jumlahnya melimpah
10. Hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya mengandung peptidoglikan

Gambar 2.2 Bakteri


 Virus

Virus adalah parasit mikroskopik yang menginfeksi sel-sel dalam organisme biologis. Virus adalah parasit
obligat, itu karena virus hanya dapat bereproduksi dengan menyerang material dan memanfaatkan sel-sel
hidup karena mereka tidak memiliki mesin selular untuk bereproduksi sendiri. Biasanya sejumlah kecil asam
nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang dikelilingi oleh beberapa bentuk bahan
pelindung yang terdiri dari protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi dari ketiganya.Ciri-ciri virus adalah:

a. aseluler, yaitu tidak memiliki sel

b. berukuran antara 20-300 milimikron (lebih kecil dari bakteri)

c. hanya memiliki satu macam asam nukleat, DNA saja atau RNA saja

d. bentuknya oval, silinder, polihedral, atau kompleks

e. asam nukleat diselubungi oleh selubung protein yang disebut kapsid

f. hanya dapat hidup di dalam sel hidup

g. tubuhnya dapat dikristalkan.

 Parasit

Parasit adalah hewan mikroskopis yang dapat mengurangi produktivitas hewan inang. Parasit dapat
menginfeksi manusia dan hewan, seperti menyerang kulit manusia. Parasitoid adalah parasit dari organisme
lain yang menggunakan jaringan untuk kebutuhan gizi mereka sampai orang-orang yang menunggang
meninggal karena kehilangan jaringan atau nutrisi yang dibutuhkan. Parasitoid juga dikenal sebagai
necrotroph.

 Jamur

Jamur di sini dimaksudkan adalah jamur dengan kategori jamur. Jamur ini biasanya tidak menyebabkan
penyakit, tetapi menyebabkan kerusakan makanan. Misalnya, jamur yang ditemukan pada permukaan daging,
daging dapat dibuang bagian tanpa harus membuang semua daging.

Dalam dunia mikrobia, jamur termasuk divisi Mycota (fungi). Mycota berasal dari kata mykes (Bahasa
Yunani), disebut juga fungi (Bahasa Latin). Ada beberapa istilah yang dikenal untuk menyebut jamur:

a. Mushroom
Jamur yang dapat menghasilkan badan buah besar, termasuk jamur yang dapat dimakan.
b. Kapang (Mold)
Kapang adalah mikroba yang tergolong dalam fungi memiliki lebih dari satu sel berupa benang benang halus
yang disebut hifa, kumpulan hifa disebut miselium, dan berkembang biak dengan spora. Kapang termasuk
mikroba yang penting dalam mikrobiologi pangan karena selain brperan penting dalam industri makanan,
kapang juga banyak menjadi penyebab kerusakan
pangan.

Gambar 2.3 Jamur Kapang (Mold)

c. Khamir
Jamur bersel satu yang mikroskopik, tidak berflagela. Beberapa genera membentuk flamen (pseudomiselium).
Cara hidupnya sebagai saprofit dan parasite. Hidup di dalam tanah atau debu di udara, tanah, daun-daun,
nectar bunga, permukaan buah-buahan, di tubuh serangga, dan cairan yang mengandung gula seperti sirup,
madu, dll. (Sri Sumarsih, 2003).

Gambar 2.4 Jamur Khamir


Jamur merupakan jasad eukariotik, yang berbentuk benang atau sel tunggal, multiseluler atau uniseluler.
Sel-sel jamur tidak berklorofil, dinding sel tersusun dari khitin, dan belum ada diferensiasi jaringan. Jamur
bersifat khemoorganoheterotrof karena memperoleh energy dari oksidasi senyawa organik. Jamur
memerlukan oksigen untuk hidupnya (bersifat aerobik). (Sri Sumarsih, 2003).

Habitat (tempat hidup) jamur terdapat pada air dan tanah. Cara hidupnya bebas atau bersimbiosis, tumbuh
sebagai saprofit atau parasite pada tanaman, hewan dan manusia. (Sri Sumarsih, 2003).

 Ragi

Ragi atau Fermen adalah zat yang menyebabkan fermentasi. Ragi biasanya mengandung mikroorganisme
yang memfermentasi dan media kultur untuk mikroorganisme. Medium kultur ini bisa dalam bentuk butiran
kecil atau nutrisi cair. Ragi umumnya digunakan dalam industri makanan untuk membuat makanan dan
minuman fermentasi seperti acar, tempe, tape, roti, dan bir.

2.2. Perkembangan Mikrobiologi


Sejarah perkembangan mikrobiologi sebelum ilmu pengetahuan dapat dibagi menjadi empat periode.
Periode pertama, dimulai dengan terbukanya rahasia suatu dunia mikroorganisme melalui pengamatan
Leeuwenhoek pada tahun 1675. Hal ini menimbulkan rasa ingin tahu di kalangan para ilmuwan mengenai
asalmula kehidupan. Namun baru kurang lebih pada pertengahan tahun 1860an, ketika teori generatio
spontanea dibuktikan ketidakbenarannya dan prinsip biogenesis diterima, pengetahuan mengenai
mikroorganisme tidak lagi bersifat spekulatif semata-mata.
Selama periode berikutnya antara tahun 1860 dan tahun 1900, banyak dilakukan penemuan dasar yang
penting. Perkembangan teori nutfah panyakit dalam tahun1876, hal ini secara tiba-tiba menimbulkan minat
terhadap prosedur laboratoris untuk mengisolasi dan mencirikan mikroorganisme. Didalam periode ini
ditemukan banyak mikroorganisme penyebab penyakit serta metode-metode untuk mencegah dan
mendiagnosis serta mengobati penyakit-penyakit tersebut.
Penemuan-penemuan di bidang mikrobiologi kedokteran membawa perombakan yang besar dan cepat
di dalam praktik kedokteran. Periode terakhir tahun 1910-sekarang ditandai dengan dipergunakannya banyak
metode dan peralatan mutakhir, seperti mikroskop elektron dan komputer.
Dalam sejarah kehidupan, mikroorganisme telah banyak sekali memberikan peran sebagai bukti
keberadaannya. Mulai dari pembentukan minyak bumi di dasar-dasar samudera sampai proses pembuatan
tempe, semuanya merupakan pekerjaan mikroorganisme. Selain itu, sekarang mikroorganisme telah
digunakan dalam pembuatan antibiotik, berbagai bahan makanan, sampai pada teknik rekayasa genetika
modern. Begitu banyak dan dominannya
peranan mikroorganisme dalam kehidupan ini menjadi salah satu unsur dalam cakupan mikrobiologi
(Ali, Iqbal, 2008).
Perkembangan mikrobiologi ditandai oleh beberapa peristiwa penting, yaitu:
a. Penemuan mikroskop

Penemuan mikroskop Pada tahun 1664 Robert Hooke berhasil menggambarkan struktur kapang
menggunakan mikroskop temuannya. Namun Antonie van Leeuwenhoek dari Belanda dianggap sebagai
orang yang pertama kali dapat melihat mikroorganisme secara detail pada tahun 1682. Menggunakan
mikroskop temuannya dengan lensa pembesaran 300 kali, Leeuwenhoek mengamati air hujan, air laut, air vas
dan kotoran gigi.
Leeuwenhoek menyebut makhluk yang dilihatnya sebagai animalcule (hewan kecil) dan melaporkannya ke
Royal Society of London pada tahun 1684

Gambar 2.5 Robert Hooke penemu mikroskop


b. Jatuhnya teori Generatio Spontanea / Abiogenesis
Menurut teori abiogenesis, makhluk hidup berasal dari benda tidak hidup atau dengan kata lain makhluk
hidup ada dengan sendirinya. Oleh karena makhluk itu ada dengan sendirinya maka teori ini dikenal juga
dengan teori Generatio Spontanea. Generatio spontanea berarti penciptaan yang terjadi secara spontan.
Artinya bahwa kehidupan berasal dari benda tak hidup yang terjadi secara spontan.
Aristoteles merupakan salah satu pelopor teori ini, teori ini diajukan oleh Aristoteles pada tahun 384–322
SM. Aristoteles menyatakan bahwa kehidupan berasal dari benda tak hidup yang terjadi secara spontan. Teori
ini dikemukakan oleh Aristoteles berdasarkan pengamatan adanya larva lalat yang muncul secara tiba-tiba
pada daging yang busuk. Aristoteles berkesimpulan bahwa larva lalat tersebut berasal dari daging yang busuk.

Gambar 2.6 Pengamatan Aristoteles

Pendukung lain teori Abiogenesis adalah Nedham, seorang ilmuwan dari Inggris. Pada tahun 1713-
1781 John Needham melakukan percobaan dengan mengisi beberapa labu tertutup dengan kaldu daging,
kemudian dipanaskan tetapi tidak sampai mendidih. Selanjutnya labu tersebut ditutup dan disimpan pada suhu
kamar. Setelah beberapa hari, ternyata semua labu menjadi keruh yang menunjukkan bahwa di dalam labu
sudah berisi mikrobia. Berdasarkan hasil percobaannya, Needham
menyimpulkan bahwa mikrobia yang menyebabkan kekeruhan dalam labu berasal dari kaldu daging yang
disiapkan. Berdasarkan percoban tersebut, dapat disimpulkan bahwa kehidupan berasal dari benda mati

Gambar 2.7 Pengamatan Nedham

Setelah ditemukan mikroskop, Antonie van Leeuwenhoek melihat adanya mikroorganisme


(animalculus) di dalam air rendaman jerami. Temuan ini seolah-olah menguatkan teori Abiogenesis. Para
pendukung teori Abiogenesis menyatakan bahwa mikroorganisme itu berasal dari jerami yang membusuk.
Akan tetapi, Leeuwenhoek menolak pernyataan itu dengan mengemukakan bahwa mikroorganisme itu berasal
dari udara.

Gambar 2.8 Mikroskop Leeuwenhoek


Para penganut abiogenesis tersebut di atas dalam menarik kesimpulan sebenarnya terdapat kelemahan,
yaitu belum mampu melihat benda yang sangat kecil (bakteri, kista, ataupun telur cacing) yang terbawa dalam
materi percobaan yang digunakan. Hal ini karena pada zaman Aristoteles belum ditemukan mikroskop.
Walaupun ada kelemahan pada percobaan, tetapi cara berpikir dalam mencari jawaban mengenai asal usul
kehidupan di bumi ini sudah mengacu pada pola metode ilmiah. Tidak semua orang puas dengan teori yang
dikemukakan oleh para penganut paham abiogenesis. Oleh karena itu, ada orang yang mulai menyelidiki asal-
usul makhluk hidup melalui berbagai percobaan. Walaupun bertahan beratus-ratus tahun, teori Abiogenesis
akhirnya goyah dengan adanya penelitian tokoh-tokoh yang tidak puas dengan paham Abiogenesis. Tokoh-
tokoh ini antara lain: Francesco Redi (Italia, 1626 - 1697), Lazzaro Spallanzani (Italia, 1729 - 1799), dan
Louis Pasteur (Perancis, 1822 - 1895)

c. Bukti Teori Biogenesis


Teori Biogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk hidup. Tokoh pendukung teori ini
antara lain Francesco Redi, Lazzaro Spallanzani, dan Louis Pasteur. Francesco Redi merupakan orang
pertama yang melakukan penelitian untuk membantah teori Abiogenesis.
Francesco Redi melakukan penelitian menggunakan 8 tabung yang dibagi menjadi 2 bagian. Empat tabung
masing-masing diisi dengan daging ular, ikan, roti dicampur susu, dan daging. Keempat tabung dibiarkan
terbuka. Empat tabung yang lain diperlakukan sama dengan 4 tabung pertama, tetapi tabung ditutup rapat.
Setelah beberapa hari pada tabung yang terbuka terdapat larva yang akan menjadi lalat. Berdasarkan hasil
percobaannya, Redi menyimpulkan bahwa ulat bukan berasal dari daging, tetapi berasal dari telur lalat yang
terdapat dalam daging dan menetas menjadi larva. Penelitian ini ditentang oleh penganut teori Abiogenesis
karena pada tabung yang tertutup rapat, udara dan zat hidup tidak dapat masuk sehingga tidak memungkinkan
untuk adanya suatu kehidupan. Bantahan itu mendapat tanggapan dari Redi. Redi melakukan percobaan yang
sama, namun tutup diganti dengan kain kasa sehingga udara dapat masuk dan ternyata dalam daging tidak
terdapat larva.

Gambar 2.9 Percobaan F. Redi

Lazzaro Spallanzani pada tahun 1765 melakukan percobaan untuk menyanggah kesimpulan yang
dikemukakan oleh Nedham. Lazzaro Spallanzani melakukan percobaan dengan memanaskan 2 tabung kaldu
sehingga semua organisme yang ada di dalam kaldu terbunuh. Setelah didinginkan kaldu tersebut dibagi
menjadi 2, satu tabung dibiarkan terbuka dan satu tabung yang lain ditutup. Ternyata pada tabung yang
terbuka terdapat organisme, sedangkan pada tabung yang tertutup tidak terdapat organisme.
Percobaan Spallanzani ini pada prinsipnya sama dengan percobaan Redi, tetapi bahan yang digunakan adalah
air kaldu.
Labu 1 : diisi 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15º C dan dibiarkan terbuka.
Labu 2 : diisi 70 cc air kaldu, kemudian ditutup rapat dengan sumbat gabus, lalu dipanaskan dan pada daerah
pertemuan gabus dengan mulut labu dapat diolesi lilin agar lebih rapat.
Kedua labu itu ditempatkan di tempat terbuka dan didinginkan. Setelah beberapa hari kemudian, hasil
percobaan menunjukkan bahwa:
Labu 1 : terjadi perubahan, air kaldu menjadi keruh dan berbau tidak enak, serta banyak mengandung mikroba.
Labu 2 : tidak ada perubahan sama sekali, air tetap jernih dan tanpa mikroba. Tetapi, bila dibiarkan terbuka
lebih lama terdapat banyak mikroba.

Gambar 2.1.1 Percobaan L. Spallanzani

Dengan mikroskop tampak bahwa pada kaldu yang berasal dari labu 1 dan labu 2 terdapat
mikroorganisme. Spallanzani menyimpulkan bahwa timbulnya kehidupan hanya mungkin jika telah ada
kehidupan sebelumnya. Jadi, mikroorganisme tersebut telah ada dan tersebar di udara. Pendukung abiogenesis
menyatakan keberatan terhadap hasil eksperimen Spallanzani, sebab udara diperlukan untuk berlakunya
generation spontanea. Sedangkan, paham biogenesis beranggapan bahwa udara itu merupakan sumber
kontaminasi.
Orang yang memperkuat teori Biogenesis dan menumbangkan teori Abiogenesis hingga tak
tersanggahkan lagi adalah Louis Pasteur (1822 - 1895) seorang ahli biokimia berkebangsaan Perancis.
Pasteur melakukan percobaan penyempurnaan dari percobaan yang dilakukan Spallanzani. Louis Pasteur
melakukan percobaan menggunakan labu leher angsa. Pertama-tama kaldu direbus hingga mendidih,
kemudian didiamkan. Setelah beberapa hari, air kaldu tetap jernih dan tidak mengandung mikroorganisme.
Adanya leher angsa memungkinkan udara dapat masuk ke dalam tabung, tetapi mikroorganisme udara akan
terhambat masuk karena adanya uap air pada pipa leher. Namun, apabila tabung dimiringkan hingga air kaldu
sampai ke permukaan pipa, air kaldu tersebut akan terkontaminasi oleh mikroorganisme udara. Akibatnya
setelah beberapa waktu, air kaldu akan keruh karena terdapat mikroorganisme. Kesimpulan percobaan Pasteur
adalah mikroorganisme yang ada pada air kaldu bukan berasal dari cairan (benda tak hidup), melainkan dari
mikroorganisme yang terdapat di udara. Mikroorganisme yang ada di udara masuk ke dalam labu bersama-
sama dengan debu.

Gambar 2.1.2 Percobaan Louis Pasteur

d. Penemuan Bakteri Berspora

John Tyndall (1820-1893), dalam suatu percobaannya juga mendukung pendapat Pasteur. Cairan bahan
organik yang sudah dipanaskan dalam air garam yang mendidih selama 5 menit dan diletakkan di dalam
ruangan bebas debu, ternyata tidak akan membusuk walaupun disimpan dalam waktu berbulan-bulan, tetapi
apabila tanpa pemanasan maka akan terjadi pembusukan. Dari percobaan Tyndall ditemukan adanya fase
termolabil (tidak tahan pemanasan, saat bakteri melakukan pertumbuhan) dan termoresisten pada bakteri
(sangat tahan terhadap panas). Dari penyelidikan ahli botani Jerman yang bernama Ferdinand Cohn, dapat
diketahui secara mikroskopis bahwa pada fase termoresisten, bakteri dapat membentuk endospora.

Dengan penemuan tersebut, maka dicari cara untuk sterilisasi bahan yang
mengandung bakteri pembentuk spora, yaitu dengan pemanasan yang terputus dan diulang beberapa kali atau
dikenal sebagai Tyndallisasi. Pemanasan dilakukan pada suhu 100°C selama 30 menit, kemudian dibiarkan
pada suhu kamar selama 24 jam, cara ini diulang sebanyak 3 kali. Saat dibiarkan pada suhu kamar, bakteri
berspora yang masih hidup akan berkecambah membentuk fase pertumbuhan / termolabil, sehingga dapat
dimatikan pada pemanasan berikutnya.

e. Penemuan Kehidupan Anaerob


Selama meneliti fermentasi asam butirat, Pasteur menemukan adanya proses kehidupan yang tidak
membutuhkan udara. Pasteur menunjukkan bahwa jika udara dihembuskan ke dalam bejana fermentasi butirat,
proses fermentasi menjadi terhambat, bahkan dapat terhenti sama sekali. Dari hal ini kemudian dibuat 2 istilah
yaitu :
(1) kehidupan anaerob, untuk mikroba yang tidak memerlukan Oksigen,
(2) kehidupan aerob, untuk mikroba yang memerlukan Oksigen.
Secara fisiologis adanya fermentasi dapat digunakan untuk mengetahui beberapa hal. Oksigen umumnya
diperlukan mikroba sebagai agensia untuk mengoksidasi senyawa organik menjadi CO2. Reaksi oksidasi
tersebut dikenal sebagai “respirasi aerob”, yang menghasilkan tenaga untuk kehidupan jasad dan
pertumbuhannya. Mikroba lain dapat memperoleh tenaga dengan jalan memecahkan senyawa organik secara
fermentasi anaerob, tanpa memerlukan Oksigen.

Beberapa jenis mikroba bersifat obligat anaerob atau anaerob sempurna. Jenis lain bersifat fakultatif anaerob,
yaitu mempunyai dua mekanisme untuk mendapatkan energi. Apabila ada Oksigen, energi diperoleh secara
respirasi aerob, apabila tidak ada Oksigen energi diperoleh secara fermentasi anaerob. Pasteur mendapatkan
bahwa respirasi aerob adalah proses yang efisien untuk menghasilkan energi.

f. Penemuan Virus
Iwanowsky menemukan bahwa filtrat bebas bakteri (cairan yang telah disaring dengan saringan bakteri) dari
ekstrak tanaman tembakau yang terkena penyakit mozaik, ternyata masih tetap dapat menimbulkan infeksi
pada tanaman tembakau yang sehat. Dari kenyataan ini kemudian diketahui adanya jasad hidup yang
mempunyai ukuran jauh lebih kecil dari bakteri (submikroskopik) karena dapat melalui saringan bakteri, yaitu
dikenal sebagai virus.
Untuk membuktikan penyakit yang disebabkan oleh virus, dapat digunakan postulat River (1937), yaitu:
1. Virus harus berada di dalam sel inang.
2. Filtrat bahan yang terinfeksi tidak mengandung bakteri atau mikroba lain yang dapat ditumbuhkan di dalam
media buatan.
3. Filtrat dapat menimbulkan penyakit pada jasad yang peka.
4. Filtrat yang sama yang berasal dari hospes peka tersebut harus dapat menimbulkan
kembali penyakit yang sama.

Virus ukurannya sangat kecil dan dapat melalui saringan (filter) bakteri. Ukuran virus umumnya
0,01-0,1µ. Virus tidak dapat diendapkan dengan sentrifugasi biasa. Untuk melihat virus diperlukan mikroskop
elektron.
Virus memiliki sifat-sifat khas dan tidak merupakan jasad yang dapat berdiri sendiri. Virus
memperbanyak diri dalam sel jasad inang (parasite obligat) dan menyebabkan sel-sel itu mati. Sel inang
adalah sel manusia, hewan, tumbuhan, atau pada jasad renik yang lain. Sel jasad yang ditumpangi virus dan
mati itu akan mempengaruhi sel-sel sehat yang ada didekatnya, dan karenanya dapat mengganggu seluruh
kompleks sel (bercak-bercak daun nekrotik dan sebagainya). (Sri Sumarsih, 2003).

g. Pembusukan disebabkan oleh mikroorganisme (germ theory of fermentation)


Salah satu alasan Louis Pasteur membuktikan kekeliruan generatio spontanea didasarkan pada
keyakinannya bahwa produk fermentasi buah anggur (minuman beralkohol) 5 merupakan hasil kerja
mikroorganisme, bukan sebaliknya, fermentasi menghasilkan mikroorganisme. Sari buah anggur digunakan
oleh mikroorganisme untuk melakukan serangkaian proses metabolisme, yang menghasilkan senyawa yang
memberikan rasa dan aroma baru sehingga menjadi minuman anggur. Proses yang dilakukan mikroorganisme
disebut dengan fermentasi.
Pada tahun 1950, Pasteur diminta membantu industri anggur Perancis, yang memiliki masalah kualitas
minuman anggur yang tidak sama. Menurut Pasteur, beberapa mikroorganisme dapat terlibat dalam
pembuatan anggur yang kadang-kadang menghasilkan asam laktat, bukan etanol. Adanya asam laktat dalam
minuman anggur menurunkan kualitas produksi. Untuk mengatasinya, Pasteur memanaskan sari buah anggur
dengan suhu 50 – C dengan tujuan membunuh mikroorganisme yang tidak dikehendaki. Setelah itu baru60 6
ditambahkan minuman anggur yang mengandung mikroorganisme tertentu, sehingga kualitas minuman
anggur menjadi terjaga. Proses pemanasan serupa digunakan oleh industri makanan modern sekarang ini, dan
dikenal dengan pasteurisasi. Teknik pengendalian mikroorganisme lainnya baik pada bahan maupun proses
tertentu berkembang terus dan dikenal dengan sterilisasi
Penelitian Louis Pasteur selanjutnya berkembang pada peranan mikroorganisme pada bidang kedokteran,
dengan dikembangkannya vaksin antraks, kolera dan rabies. Penemuan ini memberikan dasar bagi
pemahaman teori yang muncul kemudian, yaitu bahwa penyakit dapat disebabkan oleh mikroorganisme
tertentu.

h. Penyakit disebabkan oleh bibit penyakit (germ theory of desease)


Teori yang menyebutkan bahwa mikroorganisme dapat menimbulkan penyakit dirumuskan setelah
berbagai penelitian yang dilakukan oleh Robert Koch (1843 – 1910). Koch mempelajari bahwa penyakit
antraks, penyakit pada hewan yang dapat menular pada manusia, disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis.
Koch menemukan bakteri B. anthracis selalu ada pada darah hewan yang menunjukkan gejala penyakit
antraks.
Selanjutnya jika darah hewan yang menderita antraks diinjeksikan ke tubuh hewan lain yang sehat,
maka hewan tersebut akan menderita antraks. Koch juga berhasil mengembangbiakan bakteri B anthracis di
luar tubuh hewan dengan menggunakan cairan nutrisi. Berdasarkan berbagai hasil penelitiannya, Robert Koch
merumuskan postulat Koch, untuk membuktikan bahwa 7 mikroorganisme tertentu merupakan penyebab
penyakit tertentu, sebagai berikut :
1. Mikroorganisme selalu ditemukan pada tubuh semua penderita penyakit dan tidak ditemukan pada tubuh
yang sehat
2. Mikroorganisme tersebut dapat diisolasi dari orang yang terinfeksi dan ditumbuhkan dalam biakan murni
3. Jika mikroorganisme dari biakan murni tersebut diinokulasikan ke tubuh yang sehat, maka menimbulkan
gejala penyakit yang sama
4. Jika mikroorganisme itu diisolasi lagi dari hewan yang diinfeksi secara percobaan, maka menunjukkan ciri
serupa dengan mikroorganisme yang pertama kali diperoleh dari penderita
i. Peran Mikroba dalam Transformasi Bahan Organik
Suatu bahan yang ditumbuhi oleh mikroba akan mengalami perubahan susunan kimianya. Perubahan
kimia yang terjadi ada yang dikenal sebagai fermentasi (pengkhamiran) dan pembusukan (putrefaction).
Fermentasi merupakan proses yang menghasilkan alkohol atau asam organik, misalnya terjadi pada bahan
yang mengandung karbohidrat. Pembusukan merupakan proses peruraian yang menghasilkan bau busuk,
seperti pada peruraian bahan yang mengandung protein.
Pada tahun 1837, C. Latour, Th. Schwanndon, dan F. Kutzing secara terpisah menemukan bahwa zat gula
yang mengalami fermentasi alkohol selalu dijumpai adanya khamir. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
perubahan gula menjadi alkohol dan CO2 merupakan fungsi fisiologis dari sel khamir tersebut. Teori biologis
ini ditentang oleh Jj. Berzelius, J. Liebig, dan F. Wahler. Mereka berpendapat bahwa fermentasi dan
pembusukan merupakan reaksi kimia biasa.
Hal ini dapat dibuktikan pada tahun 1812 telah berhasil disintesa senyawa organik urea dari senyawa
anorganik.
Pasteur banyak meneliti tentang proses fermentasi (1875-1876). Suatu saat perusahaan pembuat
anggur dari gula bit, menghasilkan anggur yang masam. Berdasarkan pengamatannya secara mikroskopis,
sebagian dari sel khamir diganti kedudukannya oleh sel lain yang berbentuk bulat dan batang dengan ukuran
sel lebih kecil. Adanya sel-sel yang lebih kecil ini ternyata mengakibatkan sebagian besar proses fermentasi
alkohol tersebut didesak oleh proses fermentasi lain, yaitu fermentasi asam laktat. Dari kenyataan ini,
selanjutnya dibuktikan bahwa setiap proses fermentasi tertentu disebabkan oleh aktivitas mikroba tertentu
pula, yang spesifik untuk proses fermentasi tersebut. Sebagai contoh fermentasi alkohol oleh khamir,
fermentasi asam laktat oleh bakteri Lactobacillus, dan fermentasi asam sitrat oleh jamur Aspergillus.
j. Penemuan Enzim
Menurut Pasteur, proses fermentasi merupakan proses vital untuk kehidupan. Pendapat tersebut ditentang oleh
Bernard (1875), bahwa khamir dapat memecah gula menjadi alkohol dan CO2 karena mengandung katalisator
biologis dalam selnya. Katalisator biologis tersebut dapat diekstrak sebagai larutan yang tetap dapat
menunjukkan kemampuan fermentasi, sehingga fermentasi dapat dibuat sebagai proses yang tidak vital lagi
(tanpa sel). Pada tahun 1897, Buchner dapat membuktikan gagasan Bernard, yaitu pada saat menggerus sel
khamir dengan pasir dan ditambahkan sejumlah besar gula, terlihat dari campuran tersebut dibebaskan CO2
dan sedikit alkohol. Penemuan ini membuka jalan ke perkembangan biokimia modern. Akhirnya dapat
diketahui bahwa pembentukan alkohol dari gula oleh khamir, merupakan hasil urutan beberapa reaksi kimia,
yang masing-masing dikatalisir oleh biokatalisator yang spesifik atau dikenal sebagai enzim.

k. Mikrobiologi Tanah
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mikrobia berperan atas perubahan
kimiawi yang terjadi di dalam tanah. Peranan mikrobia dalam beberapa siklus unsur hara yang penting, seperti
siklus Karbon, Nitrogen, Sulfur, ditunjukkan oleh Winogradsky dan Beijerinck. Winogradsky menemukan
bakteri yang mempunyai fisiologis khusus, yang disebut bakteri autotrof. Bakteri ini dapat tumbuh pada
lingkungan yang seluruhnya anorganik. Energi diperoleh dari hasil oksidasi senyawa anorganik tereduksi, dan
menggunakan CO2 sebagai sumber Karbon. Bakteri autotrof dapat dicirikan dari kemampuannya
menggunakan sumber anorganik tertentu. Sebagai contoh, bakteri Belerang dapat mengoksidasi senyawa
Belerang anorganik. Penemuan lain bersama Beijerinck adalah adanya bakteri penambat Nitrogen
nonsimbiotik dan simbiotik, yang dapat memanfaatkan Nitrogen dalam bentuk gas N2.
l. Penggunaan Mikroba
1. Penggunaan mikroba untuk proses-proses klasik, seperti khamir untuk membuat anggur dan roti, bakteri asam
laktat untuk yogurt dan kefir, bakteri asam asetat untuk vinegar, jamur Aspergillus sp. untuk kecap, dan jamur
Rhizopus sp. untuk tempe.
2. Penggunaan mikroba untuk produksi antibiotik, antara lain penisilin oleh jamur Penicillium sp., streptomisin
oleh actinomysetes Streptomyces sp.
3. Penggunaan mikroba untuk proses-proses baru, misalnya karotenoid dan steroid oleh
jamur, asam glutamat oleh mutan Corynebacterium glutamicum, pembuatan enzim
amilase, proteinase, pektinase, dan lain-lain.
4. Penggunaan mikroba dalam teknik genetika modern, seperti untuk pemindahan gen
dari manusia, binatang, atau tumbuhan ke dalam sel mikrobia, penghasilan hormon,
antigen, antibodi, dan senyawa lain misalnya insulin, interferon, dan lain-lain.
5. Penggunaan mikroba di bidang pertanian, misalnya untuk pupuk hayati (biofertilizer),
biopestisida, pengomposan, dan sebagainya.
6. Penggunaan mikroba di bidang pertambangan, seperti untuk proses leaching di tambang emas, desulfurisasi
batubara, maupun untuk proses penambangan minyak
bumi.
7. Penggunaan mikroba di bidang lingkungan, misalnya untuk mengatasi pencemaran
limbah organik maupun anorganik termasuk logam berat dan senyawa xenobiotik
2.3. Mikrobiologi Keteknikan
Mikrobiologi berasal dari bahasa Yunani (micros, kecil, bios , hidup, dan logos, pengetahuan)
sehingga secara singkat dapat diartikan bahwa mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mahluk-
mahluk hidup yang kecil-kecil. Mahluk-mahluk hidup yang kecil-kecil tersebut disebut juga dengan
mikroorganisme, mikrobia, mikroba, atau jasad renik.

Definisi dan Pengertian Teknik

Teknik yang sering juga disebut dengan rekayasa merupakan penerapan ilmu dan teknologi untuk
menyelesaikan permasalahan manusia. Seperti yang telah dijelaskan di atas, teknik membuat segala sesuatu
yang ada dalam kehidupan manusia menjadi jauh lebih mudah, lebih ringan, dan juga jauh lebih cepat. Teknik
adalah sekumpulan gagasan yang didapatkan dari studi tertentu yang sengaja dibuat demi kemudahan manusia
dalam menjalankan aktivitasnya.

Teknik biakan murni


Secara kebetulan seorang para Jerman melihat bahwa koloni yang tumbuh pada kentang yang telah
direbus pada akhirnya dapat menemukan jalan untuk memisah menjadi individu-individu. Caranya; mereka
mengembangkan media spesifik untuk menumbuhkan mikroorganisma. Media adalah substansi yang
memenuhi kebutuhan nutrisi mikroorganisma. Koch dan koleganyanya juga menunjukkan bahwa senyawa
dari alga yang disebut agar dapat membuat media menjadi padat. Richard J.Petri (1852 – 1921) membuat
piringan kaca bertutup untuk menempatkan media agar alat tersebut selanjutnya disebut Petri dish yang masih
digunakan sampai sekarang. Pada tahun 1892, dengan menggunakan teknik biakan murni Koch dan
anggotanya menemukan agen-agen penyebab typus, dipteri, tetanus, pneumonia dan lain sebagainya. Koch
mengenalkan penggunaan binatang model untuk penyakit manusia dengan cara menginjeksikan bakteri ke
dalam menit, kelinci, babi atau domba. Ia bahkan menempelkan kamera pada mikroskopnya untuk mengambil
gambar dan menggunakannya sebagai bukti untuk menghilangkan keraguan. (Agus Krisno : 2010 )

Postulat Koch Pada tahun 1880, Koch memanfaatkan kemajuan metoda laboratorium danmenentukan
kriteria yang diperlukan untuk membuktikan bahwa mikroba spesifik merupakan penyebab penyakit tertentu.
Kriteria ini dikenal dengan postulat Koch yaitu:
1. Mikroorganisma tertentu selalu ditemukan berasosiasi dengan penyakit yang
ditimbulkan.
2. Mikroorganisma dapat diisolasi dan ditumbuhkan sebagai biakan murni di
laboratorium.
3. Biakan murni tersebut bila diinjeksikan pada binatang yang sesuai dapat
menimbulkan penyakit.
4. Mikroorganisma tersebut dapat diisolasi kembali dari hewan yang telah
terinfeksi tersebut.
Adanya kriteria tersebut menjadi jalan ditemukannya berbagai bakteri penyebab berbagai penyakit
dalam waktu yang cukup singkat (kurang dari 30 tahun). Penemuan virus, adanya bakteri yang dapat
menimbulkan berbagai penyakit serta adanya penyakit tertentu yang ditimbulkan oleh lebih dari 1
mikroorganisma memerlukan modifikasi dari postulat Koch. Pada tahun 1892 Dimitri
Ivanovski menunjukkan bahwa agen yang menyebabkan penyakit mosaik pada tembakau dapat ditularkan
melalui ekstrak tanaman yang sakit. Ekstrak terebut disaring dengan filter yang ditemukan oleh kawan-kawan
Pasteur dimana filter tersebut diketahui dapat menyaring bakteri. Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa
agen tersebut mempunyai ukuran yang jauh lebih kecil dari bakteri. Yellow fever merupakan penyakit
pertama pada manusia yang diketahui disebabkan oleh virus. Pada tahun 1900 seorang ahli bedah
bernama Walter reed (1851-1902) dengan menggunakan manusia sebagai volunteer membuktikan bahwa
virus tersebut dibawa oleh nyamuk tertentu lainnya membawa protozoa penyebab malaria. Salah satu cara
penting untuk mencegah penyakit tersebut adalah mengurus air yang tergenang yang digunakan nyamuk
untuk tempat berkembang biak. (Agus Krisno : 2010 )

Peranan Bakteri yang Menguntungkan dalam Bidang Industri

Bakteri digunakan dalam skala industri untuk menghasilkan berbagai macam untuk zat kimia, enzim,
asam amino, vitamin, dan substansi lain (Tiniew, 2012).

Peranan bakteri yang menguntungkan dalam bidang industri dapat dilihat pada tabel berikut (Intan,
2012):

Bakteri Produk Kegunaan

Clostridium Aseton-Butanol Pelarut :


asetobutylicum Pembuatan
bahan kimia
Bacillus Buthanedhiol Pelembab
polymyxa intermediat
kimia
Enterobacter
aerogenes

Gluconobacter Dihidroksiaseto Bahan Kimia


suboxydans n halus

Pseudomonas sp Asam-2 Intermediet


Ketoglekunat untuk asam D-
araboaskorbat

Gluconobacter Asam 5- Intermediet


suboxydans ketoglukonat asam tartat

Lactobacillus Asam Laktat Produk


delbrueckii pangan, tekstil,
dan
pe\mbuatan
bahan kimia,
menghilangkan
kapur dari kulit
binatang

Bacillus Amilase bakteri Memodifikasi


subtillis pati,
merekatkan
kertas,
melepaskan
perekat pada
tekstil

Bacillus subtilis Protase bakteri Memperhalus


struktur dan
urat kulit
binatang,
melepaskan
serat,
penghilang
noda,
pengempuk
daging

Leuconostoc Dekstran Stabilisator


mesenteroides dalam produk
pangan,
pengganti
plasma darah

Gluconobacter Sarbose Pembuatan


suboxydans asam askorbat

Streptomycesali Kobalamin Pengobatan


vaceus anemia
pernisiosa,
Propionibacteri pelengkap
um makanan, dan
makanan
Freudenreichii
ternak

Di dalam bidang industri juga terdapat bakteri yang menguntungkan dalam bidang ini. Terutama
dalam bidang industri pangan. Terdapat beberapa kelompok bakteri yang mampu melakukan
proses fermentasi dan hal ini telah banyak diterapkan pada pengolahan berbagi jenis makanan. Bahan
pangan yang telah difermentasi pada umumnya akan memiliki masa simpan yang lebih lama, juga dapat
meningkatkan atau bahkan memberikan cita rasa baru dan unik pada makanan tersebut (Pratiwi, 2012).
Dalam bidang industri kimia peranan mikroorganisme sangat dibutuhkan karena pada dasarnya
mikroorganisme tidak hanya bersifat sebagai parasit akan tetapi ada yang menguntungkan, sebagai contoh
bakteriEscherichia coli yang berperan dalam proses produksi terutama fermentasi. Selain itu peran lain dari
mikroorganisme khususnya bakteri adalah dalam penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut dan
penguraian zat-zat yang bersifat toksik di sungai atau laut. Selain bakteri juga ada jamur dan khamir yang
akan diuraikan peranannya dalam bidang industri khususnya industri kimia. Cabang ilmu bioteknologi yang
mempelajari industri khususnya mengenai pengembangan dan produksi senyawa baru ataupun sumber energi
yang terbarukan dengan menggunakan mikroorganisme seperti jamur, khamir, bakteri serta dibantu oleh
enzim tertentu untuk memudahkan pengolahan limbah dan proses produksi industri disebut bioteknologi putih
atau abu-abu (Fadma, 2013)

1. Peragian Alkohol oleh Ragi (Khamir) dan Bakteri

Penggunaan khamir dalam industri seperti pada fermentasi alkohol, industri biomassa dan bahan baku
karbohidrat Fadma, 2013).

Pada kondisi anaerob pada tumbuhan dan beberapa fungi terjadi penimbunan alkohol khususnya etanol.
Penghasil alkohol (etanol) adalah ragi terutama dari Saccharomyces cerevisiae. Seperti halnya fungi, ragi
bernafas aerob dalam lingkungan terisolasi dari udara, ragi akan meragikan karbohidrat menjadi etanol dan
karbondioksida. Pada beberapa bakteri anaerob termasuk anaerob fakultatif pada peragian heksosa dan
pentosa menghasilkan alkohol sebagai produk utama. Gay-lussac merumuskan proses pengubahan glukosa
menjadi etanol dalam reaksi sebagai berikut Fadma, 2013):

C6H12O6 2 CO2 + 2 C2H5OH

Peragian dari glukosa menjadi etanol dan karbondioksida oleh ragi Saccharomyces
cerevisiae berlangsung melalui alur fruktosa difosfat. Piruvat didekarboksilasi menjadi asetaldehid oleh
piruvat dekarboksilase dengan bantuan tiamin pirofosfat. Asetaldehid oleh alkohol dehidrogenase direduksi
dengan NADH2 menjadi etanol (Fadma, 2013).

2. Pembentukan Etanol Oleh Bakteri

Bakteri Zymomonas mobilis menguraikan glukosa melalui alur 2-keto-3-deoksi-6-fosfoglukonat dan


memecah piruvat dengan bantuan enzim piruvat dekarboksilase menjadi asetaldehid dan karbondioksida.
Asetaldehid kemudian direduksi menjadi etanol. Etanol dan karbon dioksida dan asam laktat dalam jumlah
kecil adalah produk peragian yang khas. Etanol dalam minuman keras agave berasal dari atom C 2 dan 3 dan
juga dari C 5 dan 6 dari glukosa sedangkan etanol ragi berasal dari atom-C 1, 2, 5 dan 6. Pada peragian daari
beberapaEnterobacteriace dan Clostridium, etanol sebagai produk samping peragian. Prastadium etanol yaitu
asetaldehid tidak langsung dibebaskan oleh piruvat dekarboksilase dari piruvat tetapi direduksi oleh asetil-
koA. Alkohol dibentuk melalui alur lain oleh bakteri asam laktat yang heterofermentatif seperti Leuconostoc
mesenteroides. Glukosa diuraikan melalui tahap pertama dari alur pentosa fosfat menjadi pentosa fosfat
fosfoketolase bekerja terhadap xilulosa-5-fosfat dengan reaksi sebagai berikut (Fadma, 2013):

xilulosa-5-fosfat + Pi asetilfosfat + gliserinaldehid-3-fosfat

Asetilfosfat yang terbentuk kemudian direduksi menjadi etanol oleh asetaldehid dehidrogenase dan
alkohl dehidrogenase. Produk lain yaitu gliserin-aldehid-3-fosfat direduksi menjadi laktat melalui piruvat
(Fadma, 2013).

3. Pelapisan Bijih Logam

Beberapa bakteri asidofil pengoksidasian besi dan belerang memiliki kemampuan untuk mengubah bijih
logam sulfida dan unsur belerang menjadi sulfat logam berat yang dapat larut dalam air dapat dimanfaatkan
untuk melepaskan bijih logam bernilai rendah dan untuk mendapatkan tembaga, seng, molibden, uranium dan
nikel (Fadma, 2013).

Pelepasan bijih logam atau disebut juga leaching processes telah dikerjakan secara besar-besaran untuk
memperoleh bijih logam dari timbunan tanah di atas mineral dan kemungkinan dapat digunakan pada
penambangan dalam tanah. Air dibiarkan merembes melalui tumpukan tinggi lapisan-lapisan bebatuan yang
mengandung bijih logam yang telah ditumbuk halus sebagai contoh yang mengandung pirit FeS2 dan sulfida-
sulfida logam yang m enyertainya seperti kalkozit (Cu2S), CuS, ZnS, NiS, MoS2, Pb2S3, Sb2S3, CoS, dan
larutan yang mengandung garam sulfat ditampung. Dari larutan ini, logam dapat diperoleh dengan
menguapkan atau dengan cara mengendapkan larutan. Peleburan sulfida logam berat dapat terjadi melalui
beberapa proses oksidasi oleh bakteri dari senyawa-senyawa belerang tereduksi dengan reaksi kimia (Fadma,
2013):

FeS2 + 3 ½ O2 + H2O FeSO4 + H2SO4

atau belerang unsur menjadi asam sulfat dengan reaksi kimia (Fadma, 2013):
S + 1 ½ O2 + H2O H2SO4

serta dari Fe2+ menjadi Fe3+ dengan reaksi kimia (Fadma, 2013):

2 FeSO4 + ½ O2 + H2SO4 Fe2(SO4)3 + H2O

maupun oleh oksidasi secara kimia dari garam-garam logam berat yang tidak larut menjadi sulfat logam yang
dapat larut dan belerang dengan reaksi (Fadma, 2013):

MeS + 2 Fe3+ Me2+ + 2 Fe2+ + S

Penyediaan asam belerang dan regenerasi dilakukan oleh bakteri dari Fe3+. Komponen ini dipakai pada
pelepasan bijih logam. Pengubahan ini dilakukan oleh bakteri Thiobacillus thiooxidans dan T. ferrooxidans.
Dalam proses ini juga dibantu oleh stam Sulfolobus pengoksidasi belerang dan besi. Semua komponen yang
terlibat mempengaruhi kadar Cu2+, Co2+, Zn2+, ZNi2+ dan ion-ion logam berat lainnya yang tersedia (Fadma,
2013).

Beberapa bakteri seperti Gallionella ferruginea dan Leptothrix ochracea dapat ditemukan di dalam pipa-
pipa air buangan dan sungai pegunungan diantara gumpalan-gumpalan atau lapisan tebal besi oksida.
BakteriLeptothrix discophorus berperan untuk mengoksidasi mangan yaitu merubah Mn2+ menjadi
Mn4+ (Fadma, 2013).

4. Pemisahan Logam Berat oleh Bakteri

Bakteri yang berperan dalam proses pemisahan logam berat adalah Thiobacillus
ferroxidans dan Thiobacillus oxidans. Kedua bakteri ini termasuk khemolitotrof artinya bakteri pemakan
batuan yang tumbuh subur di tempat pertambangan ataupun dalam lingkungan tanpa ada zat organik dan
berperan untuk mengekstraksi berbagai jenis logam. Energi dapat diperoleh bakteri dari oksidasi zat
anorganik(besi dan belerang). Bakteri ini dapat mengekstrak karbondioksida secara langsung menjadi karbon
(Fadma, 2013).

Adapun beberapa cara pemisahan logam berat oleh bakteri adalah sebagai berikut :

 Bioleaching

Bioleaching adalah suatu proses pelarutan/pelepasan logam atau pengambilan (ekstraksi) logam dari
sedimen (limbah) atau bijih logam menjadi bentuk yang larut dengan menggunakan bantuan mikroorganisme.
Pada metode bioleaching tidak mempersoalkan tentang pelarut yang digunakan, jadi boleh menggunakan
pelarut yang tidak selektif terhadap logam tertentu. Faktor penting yang dapat mempengaruhi kualitas dan
kuantitas bioleaching logam dari limbah padat (sedimen) atau bijih logam adalah jenis limbah padat yang
akan diolah, ukuran partkel bijih, persen padatan, laju pengadukan yang paling optimal, pemilihan jenis
mikroorganisme, waktu ekstraksi, persen ekstraksi, serta pH medium dan temperatur. (Kurniawan dkk, 2009)

Jenis padatan logam yang daat digunakan untuk aplikasi bioleaching dapat berupa bijih dengan
kandungan logam yang rendah ataupun limbah padat yang mengandung logam, seperti: emas, timbal, seng,
nikel, tembaga, krom dan sebagainya. Pemilihan mikroorganisme yang akan digunakan harus memiliki
selektifitas terhadap logam-logam tertentu. Mikroorganisme yang umumnya digunakan dalam proses
bioleaching bisa dari golongan bakteri dan fungi. Golongan bakteri seperti Thiobacillus ferooxsidans,
thiobasillus thiooxidans, Escherechia Coli dan sebagainya, sedang golongan fungi seperti Aspergillus niger,
dan penicillium simplicissium. (Kurniawan dkk, 2009)
Pengembangbiakan mikroorganisme dilakukan dengan mengambil sampel mineral dengan kondisi yang
belum dilakukan perlakuan apapun. Sampel masih dalam kondisi terkemas tepat sebelum dilakukan
pengambilan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya interaksi dengan mikroorganisme yang tidak
diharapkan, dengan kata lain untuk menjaga orisinalitas sampel. Mikroorganisme dikembangbiakan didalam
media dan nutrisi tertentu. Media yang akan digunakan adalah media 9K+ yang mengandung (NH4)SO4, KCl,
MgSO4.7H2O, FeSO4.7H2O. Nutrisi untuk bakteri atau sumber energi didapat dari sulfur dan besi. Sulfur
dapat bersumber dari senyawa pirit (FeS2) atau sulfur elemental dalam bentuk bubuk. Nutrisi lain seperti
karbon, oksigen dan nitrogen dapat diperoleh dari atmosfer dan limbah industri tahu dan tempe yang kaya
akan unsur-unsur ini. (Kurniawan dkk, 2009)
Penentuan temperatur bioleaching disesuaikan dengan kondisi pertumbuhan optimum dari
mikroorganisme yang digunakan agar didapatkan yield konsentrasi logam yang maksimal. Dibawah ini
merupakan skema alat utama yang digunakan dalam proses bioleaching (Kurniawan dkk, 2009)
Skema Alat Bioleaching

Gambar 3.1 Skema Alat Bioleaching

(Kurniawan dkk, 2009)

Keterangan

A. Shaker

B. Water Batch

C. Termometer

D. Regulator Temperatur

E. Labu Erlemeyer

Bioleaching dilakukan dengan metode shaking (kocok) menggunakan shaker yang kecepatan
putarnya dapat diatur-atur

Tahap Pemisahan Logam dengan Bioleaching

(Kurniawan dkk, 2009)

Mempersiapkan bahan baku spent catalyst


(pengecilan ukuran menjadi 30-40 mesh)

menimbang bahan baku spent catalyst dengan


massa 100 g

Mempersiapkan mikroorganisme Mempersiapkan nutrisi


yang telah dinokulasi mikroorganisme

Jumlah mikroorganisme yang Nutrisi yang ditambahkan


ditambahkan adalah 10% dari total adalah 10 ml
medium cair 200 ml

Mencampur semua bahan dalam labu erlemeyer dan menambahkan


aqua DM sebanyak 170 ml

Melakukan proses bioleaching secara aerob pada temperatur


370C untuk bakteri dan fungi, pada waktu bioleaching yang
telah ditentukan
Melakukan dekantasi kemudian mengambil 25 ml
sampel rafinat pada setiap variasi waktu yang telah
ditentukan

Melakukan analisis konsetrasi logam pada 25 Padatan sisa yang diperoleh dibuang
ml sampel rafinat yang diperoleh karena tidak dipergunakan lagi

Melakukan kembali percobaan sesuai dengan variasi jenis limbah,


waktu bioleaching, dan jenis mikroorganisme

Pada percobaan bioleaching, medium cair terdiri dari aqua DM, nutrisi, dan kultur mikroorganisme.
Medium cair yang mengandung asam organik inilah yang berperan sebagai solvent untuk melarutkan logam
ke dalam rafinat. Jika kandungan logam dalam bahan baku relatif besar, maka volume medium cair yang
diumpankan juga harus besar. Hal ini bertujuan untuk memperbesar yield logam dan juga menjamin
mikroorganisme tetap hidup , karena jika volume medium cair kecil sedanngkan kandungan logam dalam
bahan baku besar, maka hal ini dapat bersifat toxic bagi mikroorganisme sehingga kemungkinan
mikroorganisme akan menjadi non aktif lebih cepat. (Kurniawan dkk, 2009)

Selama bioleaching berlangsung pertumbuhan mikroorganisme untuk memperbanyak diri tidak terlalu
besar, karena mikroorganisme ini akan lebih berkonsentrasi pada aktivitas metabolismenya dengan
mengkonsumsi makanan. Aktivitas metabolisme yang dilakukan mikroorganism yaitu glikolisis. Dalam hal
ini glukosa sebagai sumber karbon berasal dari medium nutrisi mikroorganisme yang ikut diumpankan
bersama mikroorganisme. Dengan pertimbangan bahwa bioleaching akan dilangsungkan dalam waktu yang
cukup lama, maka dibutuhkan nutrisi yang cukup untuk menunjang aktivitas metabolisme mikroorganisme
untuk menghasilkan asam organik secara kontinyu. (Kurniawan dkk, 2009)

Aktivitas glikolisis yang terjadi berlangsung pada suasana aerobik. Asam piruvat yang dihasilkan dari
aktivitas tersebut selanjutnya dikonversi oleh mikroorganisme dari nutrisi menjadi senyawa asam organik,
seperti asam asetat dan asam sitrat. Asam organik yang dihasilkan berperan sebagai agen leaching yang
melarutkan solut logam menuju fasa cair (Kurniawan dkk, 2009)

Pada saat logam mengalami pelarutan, maka reaksi yang berlangsung adalah difusi, dimana driving
forcenya adalah perbedaan konsentrasi logam. Reaksi ini merupakan reaksi antara atom-atom pada lapisan
permukaan kristal logam dengan larutan asam organik reaktif yang berada di luar kristal. Waktu bioleaching
sangat berpengaruh terhadap perolehan logam dalam rafinat. Perolehan logam akan maksimal ketika tercapai
kondisi kesetimbangan yaitu ketika tidak terjadi lagi pelarutan logam ke dalam rafinat. Pada umumnya proses
pelarutan dipengaruhi oleh temperatur, dimana semakin tinggi temperatur maka pelarutan solut dari padatan
ke dalam fasa cair (rafinat) juga akan semakin besar, maka pada proses bioleaching temperatur juga
berpengaruh (Kurniawan dkk, 2009).

 Bioremoval
Bioremoval didefinisikan sebagai terakumulasinya dan terkonsentrasinya zat pencemar dari suatu cairan
oleh bahan biologi, selanjutnya melalui proses recovery bahan tersebut dapat dibuang dan ramah terhadap
lingkungan. Proses tersebut meliputi pemilihan strain yang sesuai, metode kulturisasi dan kondisi fisik
biomassa. Mikroorganisme dimasukkan, ditumbuhkan dan selanjutnya dikontakkan dengan air yang tercemar
ion-ion logam berat. (Kurniawan dkk, 2009)
Proses pengontakkan dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang bertujuan agar biomassa terikat
dengan ion logam. Semakin lama logam dikontakkan dengan permukaan sel, maka akan semakin banyak
permukaan sel yang menjadi aktif dan melakukan penyerapan terhadap logam. Setelah jangka waktu tertentu
kemampuan penyisihan logam oleh biomassa menjadi menurun sampai mendekati konstan. Pada kondisi
konstan mengindikasikan tidak ada lagi permukaan sel yang dapat menjadi aktif untuk membentuk ikatan
dengan logam. Kemudian Ion logam yang telah terikat tersebar pada permukaan sel, pengikatan ini
didasarkan pada kemampuan daya afnitas yang dimilikiya (Droste, 2007), kemudian Ramadhan dan Marissa
(2012) menambahkan Penyerapan logam pada dinding sel terjadi akibat adanya berbagai senyawa pembangun
dinding sel seperti senyawa-senyawa polysaccharides dan protein serta ligan-ligan ionik seperti asam
karboksil, amino dan posfat . Senyawa-senyawa ini yang dianggap sebagai komponen aktif dalam proses
biosopsi dengan membentuk senyawa kompleks dengan logam. (Kurniawan dkk, 2009)
Setelah terikat biomassa tersebut dipisahkan dari cairan. Biomassa yang terikat dengan ion logam
diregenerasi untuk digunakan kembali atau kemudian dibuang ke lingkungan. Kemudian Pembuangan limbah
merupakan aspek yang terpenting dari suatu proses bioremoval, pertama logam yang berikatan dapat di elute
dan biomassa dapat digunakan kembali untuk beberapa siklus proses dan kedua biomassa yang berikatan
dengan logam berat dapat direduksi dengan menggunakan sistem pengeringan. (Kurniawan dkk, 2009)

Skema pemisahan dengan metode Bioremoval

(Droste, 2007)

pemilihan strain

metode kulturisasi dan kondisi


fisik biomassa

Mikroorganisme dimasukkan

Mikroorganisme ditumbuhkan

Mikroorganisme dikontakkan dengan


limbah logam berat

Logam dan Biomassa dipisahkan dari cairan

Biomassa yang terikat dengan ion logam


diregenerasi untuk digunakan kembali

logam di elute

Cairan tanpa logam dibuang ke lingkungan.

Proses bioremoval ion logam berat umumnya melalui dua mekanisme yaitu yang melibatkan proses
active uptake dan passive uptake. (Kurniawan dkk, 2009)

a. Passive Uptake (Biosorpsi)


Passive uptake dikenal dengan istilah biosorpsi. Bisorpsi merupakan salah satu proses penyerapan
logam berat dari limbah dengan menggunakan biomassa organisme. Proses tersebut terjadi ketika ion logam
berat mengikat dinding sel dengan dua cara yang berbeda, yaitu :
i. pertukaran ion yang ion monovalen dan divalen seperti Na, Mg, dan Ca pada dinding sel digantikan oleh ion-
ion logam berat,
ii. Pembentukan kompleks antara ion-ion logam berat dengan gugus fungsi seperti karbonil, amino, thiol,
hidroksi, phosfat, dan hidroksi karboksil yang berada pada pada dinding sel. Sebagian besar mikroorganisme
mempunyai suatu muatan elektrik negatif yakni yang terdapat pada gugus bermuatan negatif dari atom
membran sel dan dinding sel. Selanjutnya kelompok bermuatan atau ligan contohnya phosphoryl (PO4-),
carboxyl (COO-), dan hidroksil (OH-) bertanggung jawab untuk adsorpsi ion-ion logam bermuatan positif
dalam larutan (Kurniawan dkk, 2009)
Proses biosorpsi bersifat bolak balik dan cepat tidak tergantung terhadap faktor kinetik bioremoval bila
dikaitkan dengan penyebaran sel. Proses bolak balik ikatan ion logam berat di permukaan sel tersebut dapat
terjadi pada sel mati dan sel hidup dari suatu biomassa. Proses bisorpsi dapat lebih efektif dengan kehadiran
pH tertentu, karena pH dapat mempengaruhi titik isolistrik permukaan biomassa. Pada pH rendah, permukaan
sel akan bermuatan negatif. dan kehadiran ion-ion lainnya di media dimana logam berat dapat terendapkan
sebagai garam yang tidak larut. (Tortora, 2011)
Biosorpsi dapat didefinisikan sebagai kemampuan dari materi biologi untuk mengakumulasi logam berat
dari limbah melalui metabolically mediated atau adsorpsi fisika-kimia dari materi biologi tersebut.
(Kurniawan dkk, 2009)
b. Actve uptake
Active Uptake dapat terjadi pada berbagai sel hidup. Mekanisme tersebut secara simultan terjadi sejalan
dengan konsumsi ion logam untuk pertumbuhan mikroorganisme atau/dan akumulasi intraseluler ion logam
tersebut. logam berat dapat juga diendapkan pada proses metabolisme dan ekresi tingkat dua. Proses tersebut
tergantung pada energi yang terkandung, dan sentitifitasnya terhadap parameter-parameter yang berbeda
seperti suhu, kekuatan ikatan ionik, dan cahaya. Proses tersebut dapat dihambat oleh suhu rendah, tidak
tersedianya sumber energi dan penghambat-penghambat metabolisme sel. Biosorpsi logam berat dengan sel
hidup terbatas karena akumulasi ion yang menyebabkan racun terhadap mikroorganisme. Hal tersebut dapat
menghalangi pertumbuhan mikroorganisme pada saat keracunan terhadap ion logam tercapai. Kemampuan
bertahan mikoorganisme terhadap efek racun dari ion logam bergantung pada jenis mikroorganisme. (Glik
dan Pasternak, 2011)
Kedua mekanisme tersebut dapat berjalan serentak pada sel hidup Mikroorganisme yang digunakan
umumnya untuk kedua mekanisme diatas adalah adalah sel biomassa mati, karena lebih menguntungkan
daripada menggunakan biomassa hidup. Dengan sel biomassa mati ketoksikan ion logam yang diserap tidak
mempengaruhi sel, tidak memerlukan nutrien tambahandan prosesnya relatif cepat dan efisien. (Kurniawan
dkk, 2009)

5. Produksi Asam-asam Organik

Banyak asam organik dalam skala besar di bidang industri kimia dihasilkan dengan cara oksidasi tidak
sempurna dengan bantuan dari mikroorganisme. Asam-asam organik tersebut salah satunya asam-asam amino.
Contoh asam organik lain seperti asam sitrat, asam glukonat, asam apel dan asam itakonat dalam proses
pembuatannya dibantu dengan fungi (jamur). Pada pembuatan asam cuka dan asam glukonat dapat dihasilkan
dengan bantuan bakteri. Saat ini, dalam bidang industri kimia digunakan bakteri sebagai pembentuk asam-
asam amino (Fadma, 2013).

a.) Pembentukan Asam Oleh Fungi (Jamur)

Metabolisme fungi adalah oksidatif ketat, hal ini berarti bahwa fungi tidak menguraikan karbohidrat
secara anaerob dan meragikannya akan tetapi pada kondisi anaerob tidak terjadi pertumbuhan yang terus
berlangsung. Produk peragian yang dihasilkan adalah etanol dan asam laktat, sedangkan asam-asam organik
lain dihasilkan pada kondisi anaerob (Fadma, 2013).

Pada pembentukan berbagai jenis asam yang diekskresi oleh fungi pada pengubahan glukosa dengan
reaksi dari siklus asam sitrat dapat dihasilkan asam malat, asam suksinat, asam fumarat dan asam sitrat. Asam
oksalat terjadi oleh hidrolisis oksaloasetat dengan perantaraan oksaloasetat hidrolase. Pembentukan asam
itakonat dari asam cis-akonitat dengan dekarboksilasi yang mengakibatkan pergeseran elektron dalam
kerangka karbon dan menggeser ikatan rangkap dari kedudukan 2,3 ke 3,4 (Fadma, 2013).

b.) Asam Laktat

Asam laktat diekskresikan oleh mocorales (Rhizopus nodosus, Rhizopus oryzae, Rhizopus arrhizus,
Rhizopus nigricans) dan fikomiset lain seperti Allomyces, Saprolegnia, Blastocladiella. Pada bakteri-bakteri
homofermentatif asam laktat dihasilkan pula produk samping asam tartrat, asam fumarat, asam format, asam
asetat, asam apel dan etanol dalam jumlah yang sedikit. Asam laktat dapat dihasilkan dalam jumlah
maksimum apabila tersedia oksigen. Jamur tidak membutuhkan larutan biak yang kompleks sebagai sumber
nitrogen karena sudah dicukupi dengan adanya ureum sehingga pemisahan asam laktat dapat diperoleh dalam
bentuk yang murni tanpa menimbuklan kesulitan seperti pada proses peragian asam laktat oleh Lactobacillus
(Fadma, 2013).

c.) Asam Glukonat

Produksi asam glukonat berdasarkan enzimatik dari glukosa dengan bantuan Glukosa oksidase.
Glukosa oksidase diekskresi oleh fungi ke dalam medium. Asam glukonat dibentuk oleh Aspergilli dan
Penicillia. Proses tersebut dapat berlangsung dalam larutan glukosa 30 – 35 % dengan hasil yang lebih
banyak apabila asam dinetralkan dengan CaCO3 (kalsium karbonat) dengan dibantu Aspergillus niger.
Glukosa oksidase merupakan suatu enzim yang mengandung FAD sebagai gugus prostetik. Pada oksidasi
glukosa dihasilkan β-D-glukono-δ-lakton sebagai produk oksidasi primer. Produk tersebut oleh enzim
glukonolaktonase dirubah menjadi glukonat dengan mengabil air. Glukosa oksidase yang tereduksi
memindahkan hidrogennya pada oksigen udara dengan membentuk hidrogen peroksida kemudian oleh
katalase dipecah menjadi air dan oksigen (Fadma, 2013).
d.) Asam Oksalat

Asam oksalat diekskresi oleh banyak fungi. Dalam produksi asam oksalat dibantu oleh reaksi alkali
dari larutan biak (Fadma, 2013).

e.) Asam Sitrat

C Wehmer menemukan asam sitrat dalam biak Penicillia ( Citromyces pfefferianus). Kemudian Currie
dengan menggunakan dasar penemuan C.Wehmer dapat menghasilkan asam sitrat dalam industri. Ia
menyimpulkan bahwa Aspergillus niger dalam larutan biak dengan pH aawal 2,5 – 3,5 dapat tumbuh dengan
subur sambil mengekskresi asam sitrat dalam jumlah yang banyak. pH awal yang rendah dimaksudkan agar
tidak terjadi pencemaran oleh bakteri. Dengan adanya peningkatan pH maka akan dihasilkan pula asam
glukonat dan akhinya asam oksalat (Fadma, 2013).

b. Produksi Asam-Asam Amino oleh Bakteri

Asam amino dapat dibentuk oleh Corynebacterium glutamicum dan Brevibacterium divaricatum.
Kedua bakteri tersebut mampu mengekskresi asam L-glutamin dengan adanya biotin. Kadar biotin ini agar
terjadi penimbunan asam dalam jumlah 2,5 ϥg biotin/L sehingga optimum. Apabila kadar lebih rendah
pertumbuhan akan berkurang dan asam glutamin yang dihasilkan menurun. Untuk memproduksi asam-asam
amino lain dapat disertakan mutan auksatrof dari Corynebacterium glutamicum. Mutan-mutan yang
memerlukan homoserin pada kondisi tertentu akan mengekskresi 20 gram lisin/L larutan biak. Mutan-mutan
lain dariCorynebacterium glutamicum, Enterobacteriaceae dan Pseudomonadaceae memproduksi L-
homoserin, L-valin, L-isoleusin, L-triptopan dan asam amino lainnya (Fadma, 2013).

6. Pengolahan Air Limbah

Untuk menguraikan zat organik menjadi anorganik yang stabil diperlukan mikroba aerob. Bakteri
anaerob dapat memecah gula menjadi air, karbondioksida dan juga energi. Agar dapat bekerja secara
maksimal, bakteri anaerob memerlukan suhu yang tinggi dan pada pH 6,5 – 8,5 (Fadma, 2013).

Cara pengolahan air limbah ini mencakup 3 cara yaitu (Fadma, 2013):

1.Cara Aerobik

Pengolahan air limbah secara aerobik, bakteri aerob memerlukan udara dalam proses pengolahan air
limbah sehingga diperlukan aerator atau kolam aerob. Adanya aerator ini agar bakteri tetap hidup pada waktu
proses penguraian karena oksigen dapat disuplai dari lingkungan melalui aerator. Contoh penggunaan cara
aerobik ini seperti pada bending air sungai yang tercemar (Fadma, 2013).

2.Cara Anaerobik

Pada pengolahan air limbah secara aerobik, pada saat proses penguraian bakteri dapat hidup dengan
sedikit oksigen atau tanpa oksigen akan tetapi dalam proses pengolahannya memakan waktu yang lebih lama
dan menimbulkan bau. Contoh penggunaan cara anaerobik seperti pada septic tank (Fadma, 2013).

3.Cara Fakultatif

Pengolahan air limbah dengan cara fakultatif ini melibatkan dua cara sebelumnya, yakni sebagian
proses dengan cara aerob kemudian dilanjutkan dengan cara anaerob. Contoh penerapan cara fakultatif
misalnya pada IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) (Fadma, 2013).

Ada 2 macam metode yang dapat digunakan dalam pengolahan limbah yaitu (Fadma, 2013).:

1. Metode Lumpur Aktif

Bakteri yang berperan dalam proses pengolahan air limbah dengan metode lumpur aktif berasal dari
genusPseudomonas, Flavobacterium, Alcaligenes, Bacillus, Achromobacter, Corynebacterium, Comomonas,
Brevibacterium, Acinetobacter, Sphaerotilus, Beggiatoa dan Vitreoscilla. Dalam lumpur aktif
terdapat 108CFU/mg lumpur. Bakteri yang diisolasi sebagian besar berasal dari spesies Comamonas-
Psudomonas danCaulobacter. Dalam flok lumpur aktif juga terdapat bakteri autotrofik misalnya bakteri nitrit
sepertiNitrosomonas dan Nitrobacter yang berperan mengubah amonia menjadi nitrat serta bakteri fototrofik
seperti Rhodospilrillaceae yang berperan penting dalam penurunan nilai BOD dalam lumpur aktif (Fadma,
2013).

2.Metode Saringan Tetes

Pengolahan limbah cair dengan metode saringan tetes menggunakan biofilum. Biofilum merupakan
lapisan mikroorganisme yang menutupi hamparan saringan pada dasar bak limbah. Hamparan saringan ini
berupa tumpukan arang, plastik, dan kerikil. Penguraian secara anaerob dapat dilihat pada proses biologis gas
metana (CH4) (Fadma, 2013).

7. Produksi Senyawa Hidrokarbon

a.Naftalena, Antrasena dan senyawa Poliaromatik lain

Beberapa bakteri mampu menguraikan senyawa hidrokarbon polisiklik seperti naftalena, antrasena dan
fenantrena. Bakteri akan dirumbuhkan dalam salah satu larutan biak tersebut kemudian akakn diekskresi
salisilat. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa hidrokarbon alamiah apat diubah oleh mikroorganisme
maupun dioksidasi sebagian atau seluruhnya. Aspal dalam kondisi lingkungan yang menguntungkan dapat
diuraikan meskipun prosesnya berlangsung lambat. Grafit dapat dioksidasi dalam tanah yang didalamnya
terdapat mikroorganisme(Fadma, 2013).

Pada pencemaran tanah dengan minyak bumi, hidrokarbon dalam tanah yang didalamnya terdapat
mikroorganisme dan diudarai dapat diuraikan secara cepat dan sempurna. Minyak bumi yang tumpah pada air
laut merupakan bahaya besar bagi flora dan fauna. Tumpahan minyak bumi ini dapat diuraikan pula oleh
bakteri akan tetapi meskipun telah diuraikan akan tetap tertinggal dalam waktu yang lama karena pengaruh
biologik. Zat alkana berantai panjang, senyawa hidrokarbin aromatik dan campuran menyerupai
aspal (Fadma, 2013).

b. Metana

Metana dapat diolah dan dioksidasi oleh bakteri yang tidak mampu memecah hidrokarbon berantai
panjang. Hanya bakteri tertentu pengolah metana yang memakan hidrokarbon yaitu kelompok bakteri yang
ekstrim dalam pengolahan senyawa C1. Oleh karena itu bakteri pengolah metana dikelompokkan bersama
dengan semua bakteri dan ragi yang mengolah metanol, amina termetilasi, formiat, dimetileter, dan
formaldehid sebagai kelompokm organisme metilotrof. Bakteri yang mengandung metana sebagai sumber
karbon dan energi berasal dari genus:Methylomonas, Methylococcus dan Methylosinus. Gas metana berguna
sebagai sumber energi alternatif sebagai contoh gas elpiji untuk keperluan rumah tangga dan pembakaran
untuk menghasilkan listrik (Fadma, 2013).

Pengolahan metanol oleh bakteri dimulai oleh metanol dehidrogenase. Ditemukan gugus prostetik yang
disebut metoksatin atau pirolkhinolinkhinon (PQQ) di dalam enzim tersebut. Metosaktin sebagai komponen
alkohol dehidrogenase yang terikat membran dan terdapat dalam bakteri. Pada pengolahan metana dengan
metode saringan tetes, proses pengolahan dilakukan dengan memasukkan bakteri ke dalam bak berisi limbah
yang telah diberi lubang untuk masuknya udara (aerator). Limbah akan terurai dan dapat dibuang ke
lingkungan yang airnya sudah dipisahkan dari endapannya. Misalnya limbah logam berat yaitu chromium,
limbah tersebut dapat direduksi oleh bakteri Enterobacter cloaceae (Fadma, 2013).

Di Berlin telah diisolasi dari biak pengkayaan dengan fraksi hidrokarbon sebagai sumber energi dua
ragi:Candida lipolytica dan Candida tropicalis. Candida lipolytica mengolah mulai dari panjang rantai 15
atom-C semua homolog yang lebih panjang. Kebanyakan jenis candida mengoksidasi hidrokarbon. Hasilnya
dengan karbohidrat sebagai substrat harga Y hanya 0,5 akan tetapi hidrokarabon yang dihasilkan 0,7 – 1
(Fadma, 2013).

Banyak Pseudomonas yang mengoksidasi hidrokarbon secara sempurna, hanya Acinetobacter


calcoaceticussaja mengekskresi produk oksidasi dan Nocardia menimbunnya di dalam sel (Fadma, 2013).

Beberapa contoh bakteri metanogen yang diklasifikasikan secara taksonomi (Fadma, 2013):

1. Methanobacterium thermoaautotrophicum

2. Methanobacterium aboriphilicum

3. Methanobacterium formicicum

4. Methanobacterium ruminantium

5. Methanobacterium mobile

6. Methanococcus vannielii

7. Methanosarcina barkeri

8. Methanosarcina marzei

9. Methanospirillum hungatii

10. Methanothrix soehngenii


Bakteri-bakteri metana dapat mengaktivasi hidrogen dan menghubungkan oksidasi hidrogen dengan
reduksi CO2. CO2 diolah sebagai akseptor hidrogen dan metana diproduksi untuk memperoleh energi (Fadma,
2013).

Selain bakteri-bakteri metanogen di atas, bakteri Escherichia coli juga berperan penting dalam
pembentukan bahan bakar karena Escherichia coli mampu menyintesa dan memproduksi enzim hemiselulosa
yang berguna untuk menguraikan selulosa menjadi gula kemudian gula akan diubah menjadi asam lemak
untuk membentuk membran sel. Gen bakteri ini direkayasa dengan memberikan arus pendek. Hal ini
bertujuan untuk dapat memproduksi molekul asam lemak secara maksimum. Asam lemak ini nantinya akan
diubah menjadi bahan bakar dan senyawa kimia lainnya (Fadma, 2013).

Peranan Bakteri yang Merugikan dalam Bidang Industri

Peranan bakteri yang merugikan dalam bidang industri dapat dilihat dalam tabel
berikut : (Tiniew,2012).

Bahan Aksi Mikroorganisme


mikroorganisme penyebab

Kertas Lendir, noda, Bakteri


pemucatan berkapsul,
warna,
melunakan, dan
menghancurkan
serat

Perkembangan dan Pencegahan penyakit


Epidemik adalah penyakit tertentu yang menyerang banyak daerah misalnya penyakit bubon yang
dikenal dengan penyakit hitam yang mematikan yang disebabkan oleh bakteri terjadi di Eropa selama perioda
1347 – 1350. Sepertiga sampai setengah populasi di Eropa meninggal karena penyakit tersebut. Hewan
pengerat, terutama tikus, berperan sebagai sumber bakteri bacillus dan ditransmisikan/ditularkan ke manusia
melalui lalat. Slama 1917 – 1919 malaria telah(Agus Krisno : 2010 )

membunuh setengah juta penduduk Amerika dan 21 manusia di seluruh dunia. Jumlah tersebut
mencapai 3 kali jumlah manusia yang terbunuh selama perang dunia I. Jadi mikroba terbukti lebih mematikan
dibanding peluru. Dengan pengetahuan bahwa mikroorganisma dapat merupakan penyebab penyakit ilmuwan
lebih memusatkan perhatiannya pada cara pencegahan dan perlakuannya. (Agus Krisno : 2010 )

Beberapa bakteri penyebab penyakit antara lain sebagai berikut : (Mawar Pratiwi : 2009)

No. Bakteri Penyakit Yang Ditimbulkan


1. Escherichia coli kolera, tipus, disentri, diare,
dan penyakit cacing
2. Klebsiella nosocomial infection,
pneumonia meningitis, dan pneumonia
3. Proteus infeksi tractus urinarius pada
vulgaris nosocomial infection
4. Salmonella typhus abdominalis
typhi
5. Shigella disentri basiler
dysenteriae
6. Pasteurella penyakit yang menyerang
pestis (Yersenia binatang pengerat, tetapi dapat
pestis) menular pada manusia dengan
perantaraan gigitan kutu tikus
yang disebut Xenopsylla
cheopis
7. Haemophilus menimbulkan penyakit tractus
influenza respiratorius, system saraf dan
system skelet
8. Streptococcus penyakit pneumonias,
pneumonia sinusitis, otitis media,
mastoiditis, conjuctivis,
meningitis, endocarditis, dsb.

Penemuan antiseptik
Secara umum septis berati efek toksis dari mikroorganisma penyebab penyakit pada tubuh selama
infeksi. Antiseptik; ukuran-ukuran yang menghentikan efek tersebut dengan pencegahan infeksi. Tahun 1861,
Lister jadi ahli bedah di rumah sakit Kerajaan Glasgow, kedudukan yang dijabatnya selama delapan tahun. Di
rumah sakit ini Lister mendapat tugas di blok baru barak operasi. Di sini dia dikejutkan oleh tingginya angka
kematian. Infeksi serius seperti kelumpuhan bagian anggota badan karena kekurangan penyaluran darah
merupakan kejadian umum setelah operasi berlangsung. Lister mencoba menjaga agar barak senantiasa dalam
keadaan bersih, namun angka kematian masih tetap tinggi. Banyak dokter menganggap uap udara tak sehat
yang keluar dari tanah "miasmas" (noxious vapors) yang berada di sekitar rumah sakitlah yang menjadi
penyebabnya. Pendapat ini tidak memuaskan Lister.(Agus Krisno :2010)

Pada tahun 1865 Lister membaca sebuah makalah yang diterbitkan oleh kimiawan Perancis, Louis
Pasteur yang pembusukan dan fermentasi makanan disebabkan oleh mikroorganisme yang ada di udara.
Pasteur menyarankan tiga metode untuk menghilangkan mikro-organisme yang merusak yakni dengan:
filtrasi, paparan panas, atau paparan kimia. Lister memahami kesimpulan Pasteur dengan bereksperimen
sendiri dan memutuskan untuk menggunakan temuannya untuk mengembangkan teknik "antiseptik" untuk
luka. dari ketiga metode yang pasteur sarankan, Lister bereksperimen dengan yang ketiga. Friedlieb Runge
(1797-1867) menemukan "creosote", yang kemudian diolah menjadi Carbolik acid (asam karbol). Meskipun
Runge tidak memiliki pemahaman tentang bagaimana dekomposisi terjadi, namun asam karbol telah
digunakan untuk mengobati kayu yang digunakan untuk menghubungan kereta api dan kapal untuk
melindungi kayu dari pembusukan. Kemudian digunakan untuk mengobati limbah di Inggris, Belgia dan
Belanda. Bahan kimia yang sama juga digunakan untuk melawan parasit dan mengurangi bau selama wabah
kolera dan wabah ternak.(Agus Krisno :2010)

Carbolik acid (asam karbol) yang ditemukan oleh Friedlieb Runge, dicoba Lister dengan
menyemprotkannya pada instrumen, sayatan bedah, dan pakaian. Lister menemukan bahwa larutan asam
karbol yang diseka pada luka sangat mengurangi kejadian gangren, infeksi. Pada bulan Agustus 1865, Lister
merendam sepotong benang yang dicelupkan dalam larutan asam karbol untuk diseka ke luka dari seorang
anak sebelas tahun di Glasgow Infirmary, yang telah menderita patah tulang. Setelah empat hari, ia
menemukan bahwa tidak ada infeksi yang berkembang pada luka tersebut, dan enam minggu dia kagum
karena tulang anak itu telah menyatu kembali. Hasil percoban Lister tentang antiseptik dalam pembedahan
diterbitkan dalam The Lancet dalam serangkaian 6 artikel, berjalan dari bulan Maret sampai Juli 1867. Ia
memerintahkan ahli bedah di bawah tanggung jawabnya untuk memakai sarung tangan bersih dan mencuci
tangan mereka sebelum dan setelah operasi dengan 5% larutan asam karbol. Instrumen juga dicuci dalam
larutan yang sama dan asisten disemprotkan dalam ruang operasi. Salah satu saran tambahan adalah untuk
berhenti menggunakan bahan-bahan alami berpori dalam pembuatan pegangan instrumen medis. Pada tahun
1869 Lister meninggalkan Glasgow, kembali ke Edinburgh sebagai pengganti Syme sebagai Profesor Bedah
di University of Edinburgh dan terus mengembangkan metode peningkatan antisepsis dan asepsis.
Ketenarannya telah menyebar pada saat itu, dan tak kurang dari 400 orang sering datang untuk mendengar
kuliahnya.(Agus Krisno :2010)

Imunisasi
Tahun 1880, Pasteur menggunakan teknik dari Konch untuk mengisolasi dan membiakkan bakteri
yang menyebabkan kolera pada ayam. Untuk membuktikan penemuannya, Pasteur membuat demonstrasi
dihadapan publik tentang percobaannya yang telah dilakukan berulang kali di laboratorium. Dia
menginjeksikan biakkan bakteri kolera pada ayam sehat dan menunggunya sampai ayam tersebut
menunjukkan gejala penyakit. Akan tetapi hasilnya membuat Pasteur mendapat malu karena ayamnya tetap
hidup dan sehat. Pasteur kemudian mengevaluasi langkah-langkah yang menyebabkan demonstrasi tersebut
gagal. Dia menemukan bahwa secara kebetulan dia menggunakan biakan tua seperti yang telah dilakukan
sebelumnya, dan satu kelompok adalah ayam yang tidak pernah di inokulasi. Selanjutnya kedua kelompok
ayam tersebut diinjeksi dengan biakan segar. Hasilnya, kelompok ayam yang kedua mati sedang kelompok
ayam yang pertama tetap sehat. Pertama hal ini membuatnya bingung, tetapi Pasteur segera menemukan
jawabannya. Pasteur menemukan bahwa, bakteri jika dibiarkan tumbuh menjadi biakan tua menjadi avirulen
yaitu kehilangan virulensinya atau kemampuan untuk menyebabkan penyakit. Tetapi bakteri avirulen ini
masih dapat menstimulasikan sesuatu dalam tubuh host dan pada infeksi berikutnya manjadi imun atau tahan
terhadap penyakit. Pasteur selanjutnya menerapkan prinsip imunisasi untuk mencegah anthrax. Pasteur
menyebut bakteri yang telah avirulen tersebut engan vaccin dari bahasa latin vaccayang artinya sapi dan
imunisasi dengan biakan tersebut dikenal dengan vaksinasi. (Agus Krisno : 2010 )

Dengan vaksinasi tersebut Pasteur mengenali atau mengetahui hasil kerja sebelumnya yang dilakukan
oleh Edward Jenner (1749 – 1823) yang telah sukses memfaksinasikan para pekerjanya di peternakan yang
telah terkena copox dari ternak sapinya tetapi tidak pernah berkembang menjadi serius. Jenner menduga
bahwa karena terbiasa menghadapi cowpox akan mencegahnya dari serangan smallpox. Untuk membuktikan
hipotesisnya ini Jener menginokulasi James Phipps pertama dengan materi yang menyebabkan cowpox yang
diambil dari luka, kemudian dengan agen smallpox. Anak laki-laki tersebut tidak menunjukkan gejala
smallpox. Nama Pasteur selanjutnya dikenal dimana-mana dan oleh banyak orang dianggap sebagai peneliti
tentang mikroorganisma yang ajaib. Untuk itu ia diminta membuat vaccin pencegah hidrofobia atau rabies,
penyakit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan anjing, kucing, atau binatang yang terinfeksi lainnya.
Pasteur adalah seorang ahli kimia, bukan dokter dan Pasteur tidak biasa memperlakukan manusia. Disamping
kenyataan bahwa penyebab penyakit rabies adalah belum diketahui, tetapi Pasteur mempunyai keyakinan
yang kuat bahwa itu adalah mikroorganisma. Ia dapat membuat kelinci terkena penyakit setelah diinokulasi
dengan saliva anjing. Selanjutnya Pasteur dan asistennya mengambil otak dan tulang belakang kelinci tersebut
dan mengeingkannya dan membuatnya menjadi larutan. Anjing yang diinokulasi dengan campuran tersebut
dapat terhindar dari rabies. Akan tetapi vaksinasi terhadap anjing sangat berbeda dengan manusia.Pada bulan
Juli 1885, seorang anak laki-laki bernama Joseph Meister digigit oleh serigala dan keluarganya membujuk
Pasteur untuk menginokulasi anak tersebut. Kekawatiran Pasteur dan orang-orang menjadi berkurang setelah
anak laki-laki tersebut tidak mati. Selanjutnya Pasteur menjadi terkenal dan memperoleh banyak dana yang
kemudian digunakan untuk mendirikan Institute Pasteur di Paris yang sangat terkenal. (Agus Krisno : 2010 )
Kemoterapi
Kemoterapi telah dilakukan selama ratusan tahun. Misalnya; merkuri telah digunakan untuk
mengobati syilis pada tahun 1495 dan kulit kayu pohon kina (cinchona) digunakan untuk mengobati malaria.
Orang tahu bahwa tumbuhan berperan sebagai sumber bahan untuk chemoterapi. Paul Erlich meulai
chemoterapi modern dengan membuat ‘magig bullet’ senyawa kimia yang dapat membunuh mikroba spesifik
penyebab sifilis tanpa membahayakan orangnya. Ia menyebut camouran tadai dengan ‘salvarsan’ yang
terbukti sangat efektif membasmi bakteri penyebab sifilis. Untuk penemuan tersebut Ia mendapat Nobel tahun
1908. Alexander Fleming (1881 – 1955) menemukan penicilin, senyawa kimia yang dihasilkan
mikroorganisma jamur Peniceliium notatum. Fleming menduga bahwa jamur tersebut menghasilkan sesuatu
yang menghambat pertumbuhan bakteri. Tulisannya mengenai hal tersebut tidak mendapat perhatian sampai
10 tahun kemudian saat peneliti dari Universitas Oxford mencoba menemukan senyawa antibakteri yang
berasal dari mikroorganisma. Sebagian dari riset ini untuk mengobati korban perang dunia kedua dan penyakit
ternak. Peneliti yang dipimpin oleh Howard W.Florey dan Ernst Chain melakukan pengobatan dengan
penicilin yang hasilnya sangat memuaskan. Penicilin selanjutnya dianggap sebagai ‘miracle drug’. Dan
bertiga, Florey, Chain dan Fleming mendapat Nobeluntuk penemuan tersebut. (Agus Krisno : 2010 )
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
Mikrobiologi adalah ilmu yang memperlajari tentang mikroba yang berukuran mikroskopis.
Mikrobiologi didalamnya terdapat istilah yaitu mikroba pantogen dan infeksi, mikroba pantogen yaitu
mikroba yang dapat menyebabkan penyakit atau infeksi terdiri atas bakteri, virus, jamur, dan prion.
Sedangkan infeksi merupakan adanya pertumbuhan mikroba didalam tubuh.
Mikroba itu sendiri tidak semua merugikan, mikroba dapat dimanfaatkan dengan menggunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sedangkan mikroba yang dapat merugikan dapat dimanfaatkan dengan cara
menghilangkan sifat pantogenesisnya salah satu contoh nya vaksin, dengan menghilangkan sifat pantogennya
dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit yang disebabkan oleh
bakteri atau virus, sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau liar
(wikipedia :2018)
Daftar Pustaka :
Haryono. 2009. Sejarah perkembangan mikrobiologi. wrghar.blogspot.com/2009/11/sejarah-
mikrobiologi.html. Diakses pada 21 Agustus 2018
Mukhlas, Fadhlan. 2009. Sejarah perkembangan mikrobiologi.
https://crocodilusdaratensis.wordpress.com/2009/12/12/sejarah-perkembangan-mikrobiologi/. Diakses pada
21 Agustus 2018
Yusriana. 2009. Perkembangan mikrobiologi.
b_yusriana.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/42795/1PerkembMikro.pdf. diakses pada 21 Agustus 2018

Krisno Budiyanto, Agus. 2011. Upaaya mempertahankan viabilitas mikroorganisme akibat pengaruh
lingkungan.
https://www.google.co.id/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&ved=2ahUKEwi2qJ7ZlP7cAhU
lTo8KHSmCCO8Qjxx6BAgBEAI&url=https%3A%2F%2Faguskrisnoblog.wordpress.com%2F2011%2F12
%2F30%2Fupaya-mempertahankan-viabilitas-mikroorganisme-akibat-pengaruh-
lingkungan%2F&psig=AOvVaw34KsQlQzyFZ06a4lk5qRuT&ust=1534941427233537. Diaakses pada 21
Agustus 2018

Kurniawan, Aris. 2015. Jenis, Pengertian mikroorganisme menurut para ahli beserta contohnya.
http://www.gurupendidikan.co.id/jenis-pengertian-mikroorganisme-beberapa-ahli-beserta-contohnya/.
Diakses pada 23 Agustus 2018

_____.______.Teori Asal Usul Kehidupan (Teori Abiogenesis, Biogenesis, Kosmozoan, Penciptaan, Evolusi
Biokimia, dan Evolusi Biologi Lengkap) - Biomagz
www.biomagz.com › Biology. Diakses pada 24 Agustus 2018

Chaidir. 2013. Peranan mikroba dalam industri. http://aquaqulturechaidir.blogspot.com/2013/12/peranan-


mikroba-dalam-bidang-industri.html?m=1. Diakses pada 24 Agustus 2018

Krisno budiyanto, Agus. 2011. Sejarah mikrobiologi dan pengaruhnya dalam membangun peradaban manusia
sejahtera.https://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/13/sejarah-mikrobiologi-dan-pengaruhnya-dalam-
membangun-peradaban-manusia-sejahtera/. Diakses pada 25 Agustus 2018

_____.______Ciri - Ciri Virus. PDFwww.erlangga.co.id › materi-belajar › sma. Diakses pada 26 Agustus


2018

_____,2010. ciri-ciri bakteri. http://biologipedia.blogspot.com/2010/10/ciri-ciri-bakteri.html?m=1. Diakses


pada 26 Agustus 2018

Anda mungkin juga menyukai