Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN MATA KULIAH MIKROBIOLOGI PASCAPANEN (PP2201)

PENYIAPAN DAN STERILISASI MEDIA MIKROBA

Tanggal Praktikum : Senin, 15 Februari 2021


Tanggal Pengumpulan : Senin, 15 Februari 2021

Disusun oleh:
Husnaa Yumn Sinaga
11919049
Kelompok 1

Asisten:
Angela Calista
11918006

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PASCAPANEN


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
JATINANGOR
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................... 5
1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 5
1.2. Tujuan ................................................................................................................ 6
1.3. Hipotesis............................................................................................................. 6
BAB II TEORI DASAR .................................................................................................................. 7
2.1. Jenis-jenis Medium ............................................................................................ 7
2.2. C-N Ratio ........................................................................................................... 8
2.3. Fungsi dan Komposisi NA, NB, PDA, PDB ...................................................... 8
2.4. Autoklaf.............................................................................................................. 9
2.5. Chloramphenicol dan Mycomycin ................................................................... 10
2.6. Millipore, Filter Membran Nitroselulosa ......................................................... 11
BAB III METODOLOGI .............................................................................................................. 12
3.1. Cara Kerja ........................................................................................................ 12
3.2. MSDS ............................................................................................................... 16
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN .................................................................. 19
4.1. Hasil pengamatan ............................................................................................. 19
4.2. Pembahasan ...................................................................................................... 26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................ 29
5.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 29
5.2. Saran ................................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 30

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.4 Prinsip kerja autoklaf


Gambar 4.1.1 NB racik
Gambar 4.1.2 NB instan
Gambar 4.1.3 NA miring
Gambar 4.1.4 NA instan
Gambar 4.1.5 NA racik
Gambar 4.1.6 PDB instan
Gambar 4.1.7 PDB racik
Gambar 4.1.8 PDA racik
Gambar 4.1.9 PDA instan
Gambar 4.1.10 Kultur mikroba pada NA yang diberi mycomycin (0 jam)
Gambar 4.1.11 Kultur mikroba pada NA yang diberi mycomycin (24 jam)
Gambar 4.1.12 Kultur mikroba pada NA yang diberi mycomycin (48 jam)
Gambar 4.1.13 Kultur mikroba pada PDA yang diberi chloramphenicol 0,1% (0 jam)
Gambar 4.1.14 Kultur mikroba pada PDA yang diberi chloramphenicol 0,1% (24 jam)
Gambar 4.1.15 Kultur mikroba pada PDA yang diberi chloramphenicol 0,1% (48 jam)

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Material Safety Data Sheet/Pathogen Safety Data Sheet


Tabel 4.1 Hasil pengamatan

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Media merupakan campuran unsur hara atau nutrien yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Media tanam selain mikroba juga dibutuhkan
untuk isolasi dan inokulasi mikroba serta untuk uji fisiologis dan biokimia mikroba.
Media yang baik untuk pertumbuhan mikroba sesuai dengan lingkungan untuk
pertumbuhan mikroba yaitu komposisi bahan pangan dimana media tersebut harus
mengandung air untuk menjaga kelembaban dan untuk pertukaran zat atau
metabolisme, juga mengandung sumber karbon, mineral, vitamin dan gas, tekanan
osmosa harus isotonik, derajat keasaman/pH umumnya netral tetapi ada juga yang
bersifat basa, suhu harus sesuai dan steril.
Media harus mengandung segala kebutuhan pertumbuhan mikroba, yaitu sumber
energi seperti gula, sumber nitrogen, serta ion anorganik penting dan kebutuhan
khusus, seperti vitamin. Ciri media benih yang ideal mampu memberikan pertumbuhan
yang baik bila ditanami mikroba, mendorong pertumbuhan cepat, murah, mudah
bereproduksi, dan mampu menunjukkan ciri mikroba yang diinginkan. (Yusmaniar et.
al, 2017)
Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan suatu proses untuk membunuh semua
organisme yang ada pada suatu benda. Misalnya, hal pertama yang dilakukan ketika
melakukan kultur aseptik bakteri adalah sterilisasi dengan cara dibakar. Hal ini
dikarenakan bahan atau peralatan yang hendak digunakan harus bebas dari
mikroorganisme yang tidak diinginkan yang sekiranya dapat merusak media atau
koloni dari mikroorganisme yang sedang tumbuh. (Hadioetomo, 1985)
Oleh karena itu, penting mengetahui tentang media yang digunakan oleh suatu
mikroba serta sterilisasinya agar tidak terjadinya kontaminasi yang berakibatkan
pembacaan positif yang salah (false-positive reading) ketika akan mengamati
pertumbuhan atau pengembangbiakkan mikroba tersebut.

5
1.2.Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum Penyiapan dan Sterilisasi Media Mikroba
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan fungsi medium Nutrient Broth (NB), Nutrient Agar (NA), Potato
Desxtrose Agar (PDA), dan Potato Dextrose Broth (PDB).
2. Menentukan fungsi autoklaf dalam proses sterilisasi media atau peralatan
laboratorium.
3. Menentukan pengaruh penggunaan membran nitroselulosa 0,2 µm terhadap
sterilisasi antibiotik.
4. Menentukan pengaruh penambahan antibiotik terhadap pertumbuhan
mikroorganisme pada medium PDA dan NA.
1.3. Hipotesis
Hipotesis dari pelaksanaan praktikum Penyiapan dan Sterilisasi Media Mikroba
adalah sebagai berikut:
1. Medium Nutrient Agar (NA), Nutrient Broth (NB), Potato Dextrose Agar
(PDA), dan Potato Dextrose Broth (PDB) merupakan medium yang digunakan untuk
pertumbuhan dan pengembangbiakkan mikroba.
2. Autoklaf meruapakan suatu mesin yang digunakan dalam proses sterilisasi
untuk membunuh mikroba, terkhusus endosporanya.
3. Membran nitroselulosa digunakan untuk sterilisasi dengan filtrasi agar jumlah
partikel yang lolos pada produk sterilisasi menurun.
4. Penggunaan antibiotik pada medium PDA dan NA adalah untuk membunuh
dan menghambat pertumbuhan mikroba.

6
BAB II
TEORI DASAR

2.1. Jenis-jenis Medium


Medium merupakan suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara
(nutrient) yang digunakan untuk membiakka mikroba. Terdapat berbagai macam
medium yang dapat digunakan untuk isolasi, perbanyakan, pengujian, perhitungan
jumlah hingga transport specimen mikroba. Dalam mikrobiologi, medium merupakan
hal yang penting dan dapat membuat mikroba tetap hidup serta identifikasi mikroba
apakah benar itu mikroba yang hendak digunakan atau bukan.
Berdasarkan sifat fisiknya, medium mikroba dibedakan menjadi tiga yaitu
medium padat, medium cair, dan medium semisolid. Medium cair digunakan untuk
pembenihan diperkaya sebelum mikroba disebarkan ke media padat, contohnya seperti
Nutrient Broth (NB), Pepton Dilution Fluid (PDF), Lactose Broth (LB), dan
sebagainya. Medium ini tidak cocok untuk isolasi dan tidak dapat digunakan untuk
mempelajari kuman yang berkoloni. Medium semisolid atau semi padat merupakan
media yang mengandung 0,5% agar. Medium ini biasanya digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan suatu mikroba ataupun motilitas suatu bakteri. Lalu yang
terakhir adalah medium padat, merupakan medium yang mengandung komposisi agar
sebesar 15%, contohnya seperti Nutrient Agar (NA), Potato Dextrose Agar (PDA),
Plate Count Agar (PCA), dan sebagainya. Medium ini biasanya digunakan untuk
mepelajari kuman yang berkoloni, isolasi, dan memperoleh biakan yang murni.
Berdasarkan kegunaannya medium dibedakan menjadi enam, yaitu medium
umum, medium isolasi, medium diperkaya, medium transport, medium selektif, media
diferensial, dan media kombinasi. Medium umum merupakan medium padat yang
mengandung bahan-bahan semi alamiah dan tidak mengandung unsur penghambat
tertentu. Medium transport merupakan medium yang digunakan untuk membawa suatu
specimen dari satu tempat ke tempat lain (transport specimen). Medium isolasi
merupakan medium yang mengandung unsur penting dalam pertumbuhan mikroba
saja. Medium diperkaya merupakan medium yang mengandung bahan dasar

7
pertumbuhan mikroba dan zat-zat tambahan untuk mempercepat pertumbuhan mikroba
seperti contohnya serum, kuning telur, dan lain-lain. Medium selektif merupakan
medium yang mendukung pertumbuhan jenis mikroba tertentu dan menghambat
pertumbuhan organisme campuran lain. Medium diferensial merupakan medium yang
mengandung unsur yang dapat membantu dalam identifikasi mikroba. Sedangkan yang
terakhir, medium kombinasi dapat berupa medium yang tidak diperkaya. (Yusmaniar
et. al, 2017)
2.2. C-N Ratio
Rasio C:N merupakan rasio massa karbon terhadap massa nitrogen dalam suatu
zat. Menurut Radji (2011), mikroba dapat memecah senyawa karbon sebagai sumber
energi dan menggunakan nitrogen untuk sintesis protein. Maka dari itu C/N rasio bisa
digunakan untuk menggambarkan nutrisi yang tersedia bagi mikroorganisme dalam
suatu medium. Secara umum, mikroorganisme membutuhkan sekitar 30-40 unit karbon
untuk setiap unit nitrogen yang digunakan untuk proses produksi protein. Namun,
mikroba jenis bakteri lebih suka nitrogen daripada jamur karena selnya dapat
menyimpan nitrogen untuk mempercepat laju sintesis protein, sedangkan jamur lebih
suka karbon karena selnya dapat menyimpan karbon untuk mempercepat
pertumbuhannya. (Lucitawati et. al, 2018)
2.3. Fungsi dan Komposisi NA, NB, PDA, PDB
Nutrient Agar (NA) merupakan medium berbentuk padat berupa perpaduan
antara bahan alamiah dan senyawa kimia. NA terbuat dari campuran ekstrak daging,
ekstrak ragi, pepton, natrium klorida, dan agar. Pepton sebagai sumber n-organik,
natrium klorida, sebagai pengatur tekanan osmotis dan halofil, ekstrak ragi sebagai
stimulasi pertumbuhan mikroba, ekstrak daging sebagai sumber C dan C, dan agarnya
sebagai pemadat karena memiliki sifat mudah beku serta mengandung karbohidrat.
Oleh karena itulah NA adalah medium yang tidak mudah diurai oleh mikroba. Medium
ini merupakan medium yang biasanya digunakan sebagai medium menumbuhkan
bakteri. (Octavia & Wantini, 2017)
Nutrient Broth (NB) merupakan medium berbentuk cair yang bahan dasarnya
terbuat dari ekstrak daing, ekstrak ragi, natrium klorida, agar, dan pepton. Susunan

8
kimia dan fungsi kimia dari NB kurang lebih sama dengan NA, bersifat sintetik dan
sebagai medium umum. Medium ini merupakan medium yang memiliki kegunaan
sebagai medium menumbuhkan bakteri, sama seperti medium NA. (Wahyuningish &
Zulaika, 2018)
Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan medium semisintesis yang terbuat dari
kentang dan agar serta sering digunakan untuk menumbuhkan dan
mengembangbiakkan yeast dan kapang. Komposisi PDA terbuat dari kentang,
dekstrosa, aquadest, dan agar. Kentang sebagai sumber karbohidrat, mineral, protein,
dekstrosa sebagai sumber gula dan nutrisi, dan agar sebagai pemadat. PDA memiliki
pH yang rendah sehingga menghambat pertumbuhan bakteri dalam lingkungan netral
(pH 7,0). (Octavia & Wantini, 2017)
Potato Dextrose Broth (PDB) merupakan medium yang terbuat dari ekstrak
kentang dan glukosa dengan dekstrosa. PDB memiliki komposisi yang sama seperti
PDA, hanya saja tidak memiliki agar-agar. Medium ini juga memiliki fungsi yang sama
dengan PDA yaitu sebagai medium pertumbuhan dan pengembangbiakkan yeast dan
kapang. (Wahyuningish & Zulaika, 2018)
2.4. Autoklaf
Autoklaf adalah bejana tertutup yang berisi uap panas bertekanan tinggi. Suhu
di dalamnya dapat berkisar dari 115 °C hingga 125 °C, dan tekanan uapnya berkisar
antara 2 – 4 atm. Alat ini terdiri dari ruang uap berdinding rangkap yang terisi dengan
uap jenuh bebas udara dan ditahan pada suhu dan tekanan tertentu dalam waktu
tertentu. Waktu yang umumnya dibutuhkan untuk sterilisasi tergantung pada jenis
bahan yang hendak disterilkan, khususnya jenis wadah dan volume bahan tersebut.
Kondisi sterilisasi yang biasanya digunakan adalah pada tekanan 15 Psi atau sekitar 2
atm dan suhu 121°C selama 15 menit. Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan
benda adalah 15 pon tiap inchi2 (15 Psi = 15 pounds per square inch). Saat dinyalakan,
air di dalam mesinnya akan mendidih dan uap airnya akan mendesak udara di
dalamnya. Ketika udara habis tergantikan oleh uap air, autoklaf akan tertutup oleh
katup agar tekanan di dalamnya semakin bertambah. Ketika tekanan mulai menaikkan

9
suhu hingga sampai ke titik yang diinginkan, proses sterilisasi dimulai hingga selesai.
(Syah, 2016)

Gambar 2.4 Prinsip kerja autoklaf


Sumber: ibs.co.id
2.5. Chloramphenicol dan Mycomycin
Chloramphenicol (C11H12Cl2N2O5) merupakan antibiotik berspektrum luas
yang efektif terhadap beberapa jenis bakteri dan kuman anaerob. Chloramphenicol
berbentuk seperti jarum atau lempeng memanjang, berwarna putih sampai putih kelabu
atau putih kekuningan, tidak berbau, dan rasanya sangat pahit. Chloramphenicol
mudah larut dalam air, etanol (95%), dan propilenglikol P; sukar larut dalam kloroform
P dan eter. Dapat menyerap sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 278 nm. (Dian,
et. al) Dalam kultivasi mikroba, dosis chloramphenicol yang digunakan adalah sekitar
0,1%. Hal ini dikarenakan dosis tersebut adalah dosis dimana jamur dapat tumbuh
dengan optimal sedangkan bakteri pertumbuhannya terhambat.

10
Mycomycin (C3H10O2) merupakan antibiotik yang diproduksi oleh fermentasi
terendam dari kultur jamur, dan termasuk dalam keluarga poliasetilen alenik.
Mycomycin mengalami penataan ulang yang tidak biasa pada kalium hidroksida berair
normal pada suhu 27 oC yang melibatkan isomerisasi alena menjadi asetilen disertai
dengan migrasi ikatan asetilenat yang ada. (Lee et. al, 2020) Dalam kultivasi mikroba,
dosis mycomycin yang digunakan adalah sekitar 0,5%. Hal ini dikarenakan dosis
tersebut adalah dosis dimana bakteri dapat tumbuh dengan optimal sedangkan jamur
pertumbuhannya terhambat.
2.6. Millipore, Filter Membran Nitroselulosa
Teknik filter Millipore membrane nitroselulosa adalah metode yang relatif baru
untuk penyaringan, pembuangan, ataupun penghitungan mikroorganisme dari
sejumlah cairan atau udara. Singkatnya, membran filter berbentuk cakram setipis kertas
melingkar kecil berdiameter 2 inci yang berisi sekitar 500 juta lubang pori. Meskipun
membrannya terlihat seperti kertas, ia tidak memiliki struktur serat dan tidak
mengandung bahan pengikat. Membran ini akan menyaring dan mengumpulkan semua
bakteri di permukaannya yang ada dalam cairan yang dipaksa melewatinya, biasanya
dengan bantuan alat hisap. (Susilowati et. al, 2007)

11
BAB III
METODOLOGI

3.1. Cara Kerja


3.1.1 Medium kaldu nutrisi (nutrient broth)

NB racik

− Disiapkan 0,25 g pepton; 0,25 g NaCl; 0,1 g ekstrak ragi; dan 0,05
g ekstrak daging.

NB instan

− Dilarutkan 0,65 gr bubuk ke dalam 50 ml aquadest

NB racik & NB instan

− Keduanya dilarutkan satu per satu ke dalam 50 ml aquadest pada


Erlenmeyer 250 ml di atas pemanas listrik
− Diaduk hingga semua melarut
− Ditutuplah Erlenmeyer menggunakan kapas dan kertas kemudian
diikat dengan karet

Medium siap disterilkan

3.1.2. Medium agar nutrisi (nutrient agar)

NA racik

− Disiapkan 0,25 g pepton; 0,25 g NaCl; 0,1 g ekstrak ragi; dan 0,05
g ekstrak daging.
− Ditambahkan 2 g agar, lalu diaduk sambil dipanaskan hingga agar
larut (medium menjadi jernih).

NA instan

− Dilarutkan 1,4 gr bubuk ke dalam 50 ml aquadest.


− Dipanaskan hingga larut sempurna.

12
− Keduanya dituang sejumlah 5 ml ke dalam tabung reaksi bersih
− Ditutuplah Erlenmeyer menggunakan kapas dan kertas kemudian
diikat dengan karet

Medium siap disterilkan

3.1.3 Medium agar miring

NA dan PDA hasil autoklaf

− Dituang masing-masing sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi


− Keduanya ditutup dengan kapas
− Diletakkan dengan posisi miring hingga medium memadat

3.1.4 Medium kaldu kentang dekstrosa (potato dextrose broth)

Kentang

− Disiapkan yang telah bersih sebanyak 25 g dan dipotong dadu.


− Disiapkan juga 2 g dekstrosa dan 100 ml aquadest.
− Direbus dalam 100 ml aquadest selama 2 jam sejak mendidih,
usahakan volume aquadest tetap.
− Diambil air rebusan dengan cara menyaring potongan-potongan
kentang menggunakan penyaring teh atau kain kasa.

Dekstrosa

− Ditambahkan ke dalam air rebusan kentang


− Diaduk hingga merata.
− Dimasukkan ke dalam 5 ml tabung reaksi bersih, mulut tabungnya
disumbat dengan kapas lemak, dilapisi kertas, lalu diikat dengan
karet

Medium siap disterilkan

3.1.5 Medium agar kentang dekstrosa (potato dextrose agar)

Kentang

13
− Disiapkan yang telah bersih sebanyak 25 g dan dipotong dadu.
− Disiapkan juga 2 g dekstrosa dan 100 ml aquadest.
− Direbus dalam 100 ml aquadest selama 2 jam sejak mendidih,
usahakan volume aquadest tetap.
− Diambil air rebusan dengan cara menyaring potongan-potongan
kentang menggunakan penyaring teh atau kain kasa.

Agar

− Ditambahkan sebanyak 2 g sambil diaduk dan dipanaskan hingga


melarut sempurna dan medium berwarna bening
− Dimasukkan ke dalam cawan petri sebanyak 15-17 ml, tutup bagian
pinggirnya menggunakan seal

Medium siap disterilkan

3.1.6 Mengatur pH medium

Medium yang akan diukur

− Dinyalakan pH meter kemudian ditunggu sampai stabil


− Dikeluarkan probe dari larutan buffer
− Dicuci dengan aquadest dan dikeringkan menggunakan tisu
− Diukur pH medium menggunakan probe pH meter
− Ditetesi menggunakan HCl 0,1 M untuk membuat medium lebih
asam atau NaOH 0,1 M untuk membuat medium lebih basa secara
sedikit-sedikit
− Diukur kembali pH medium untuk memastikan bahwa pH-nya
sesuai dengan yang diinginkan. (Catatan: setiap akan kembali
menaruh pH meter ke dalam larutan buffer, selalu bilas probe
dengan aquadest)
3.1.7 Sterilisasi dengan autoklaf

Autoklaf

14
− Diisi dengan aquadest hingga batas yang ditentukan
− Dimasukkan medium atau peralatan yang akan disterilkan
− Ditutup rapat-rapat
− Dinyalakan, diatur suhu, tekanan, dan waktu digunakannya. Untuk
sterilisasi, suhu, tekanan, dan waktu yang digunakan adalah pada
121 oC, tekanan uap 15 lbs, dan waktu 15-20 menit. Sedangkan
untuk melakukan pasteurisasi suhu diatur menjadi 63 oC selama 30
menit
− Dibuka setelah kondisi tekanan uap mencapai nol kembali,
kemudian medium yang telah steril diambil. Jangan buka autoklaf
bila tekanan uap belum turun mencapai angka nol, untuk
memastikan dapat dicek dari suhu apakah sudah di bawah 100 oC
atau belum
3.1.7 Sterilisasi dengan autoklaf

Medium PDA dan NA

− Ditambahkan chloramphenicol pada medium PDA dan mycomycin


pada medium NA.
− Dikocok sampai homogen
− Disimpan dalam suhu kamar
− Tangan diletakkan pada medium PDA + chloramphenicol (0,1%)
dan medium NA + mycomycin (0,5%) selama 10 detik
− Diamati selama 1x24 jam dan 2x24 jam

Hasil pengamatan

3.1.7 Sterilisasi dengan filtrasi

Chloramphenicol dan falcon steril

− Disiapkan chloramphenicol dan falcon steril


− Dilakukan penyaringan dengan membrane nitrocellulose 0,45 μm

15
Filtrat

− Diwadahkan dalam falcon steril

3.2. MSDS
Tabel 3.1. Material Safety Data Sheet
MSDS
Nama kimia: Chloramphenicol Nama kimia: Nutrient Broth
Rumus kimia: C11H12Cl2N2O5 Sifat fisis dan kimia: bentuknya padat,
Sifat fisis dan kimia: berbentuk padatan berwarna cokelat-kelabu, berbau seperti
kristal, berwarna putih, sedikit berbau pepton
Bahaya: jika terkena mata Bahaya: jika terkena mata, jika terkena
Cara pencegahan: gunakan alat kulit, jika tertelan, jika terhirup
pelindung, hindari formasi debunya Cara pencegahan: pakai sarung tangan
Cara penanganan: pelindung/pakaian pelindung
1. Jika terhirup: hirup udara segar. Cara penanganan:
2. Jika kontak dengan kulit: cuci dengan 1. Jika kontak dengan mata: bilaslah
dengan air mengalir yang banyak. dengan air yang banyak.
3. Jika kontak dengan mata: bilaslah 2. Jika tertelan: beri air minum kepada
dengan air mengalir yang banyak korban (paling banyak 2 gelas).
selama 15 menit. 3. Jika kontak dengan kulit: lepas semua
4. Jika tertelan: cuci mulut denganair pakaian yang terkontaminasi
dan jangan dimuntahkan kecuali kemudian bilas kulit dengan air
anjuran personal medis. Jangan beri 4. Jika terhirup: hirup udara segar.
apapun melalui mulut

16
Nama kimia: Hydrochloric acid Nama kimia: Potato Dextrose Agar
Rumus kimia: HCl Sifat fisis dan kimia: bentuknya padat,
Sifat fisis dan kimia: bentukya cair, tidak berwarna cokelat-kelabu, berbau seperti
berwarna, tidak berbau, larut dalam air pepton
Bahaya: jika terkena mata, jika terkena Bahaya: jika terkena mata, jika terkena
kulit kulit, jika tertelan, jika terhirup
Cara pencegahan: gunakan alat Cara pencegahan: pakai sarung tangan
pelindung pelindung/pakaian pelindung
Cara penanganan: Cara penanganan:
1. Jika terhirup: hirup udara segar. 1. Jika kontak dengan mata: bilaslah
2. Jika kontak dengan kulit: segera lepas dengan air yang banyak.
alat pelindung yang terkontaminasi. 2. Jika tertelan: beri air minum kepada
3. Jika kontak dengan mata: cuci secara korban (paling banyak 2 gelas).
hati-hati dengan air mengalir yang 3. Jika kontak dengan kulit: lepas semua
banyak selama beberapa menit. pakaian yang terkontaminasi
4. Jika tertelan: cuci mulut dengan air kemudian bilas kulit dengan air
dan jangan dimuntahkan kecuali 4. Jika terhirup: hirup udara segar.
anjuran personal medis. Jangan beri
apapun melalui mulut

Nama kimia: Mycomycin Nama kimia: Potato Dextrose Broth


Rumus kimia: C15H18N4O5 Sifat fisis dan kimia: bentuknya padat,
Sifat fisis dan kimia: bentuknya padat, berwarna cokelat-kelabu, berbau seperti
Bahaya: jika tertelan, dapat pepton
menyebabkan kanker Bahaya: jika terkena mata, jika terkena
Cara pencegahan: pakai sarung tangan kulit, jika tertelan, jika terhirup
pelindung/pakaian pelindung, jauhkan Cara pencegahan: pakai sarung tangan
dari panas pelindung/pakaian pelindung
Cara penanganan: Cara penanganan:

17
1. Jika kontak dengan mata: bilaslah 1. Jika kontak dengan mata: bilaslah
dengan air yang banyak selama 15 dengan air yang banyak.
menit. 2. Jika tertelan: beri air minum kepada
2. Jika tertelan: basuh mulut korban (paling banyak 2 gelas).
menggunakan air. 3. Jika kontak dengan kulit: lepas semua
3. Jika kontak dengan kulit: basuh kulit pakaian yang terkontaminasi
dengan air yang banyak dan sabun kemudian bilas kulit dengan air
selama 15 menit. 4. Jika terhirup: hirup udara segar.
4. Jika terhirup: hirup udara segar.
Nama kimia: Nutrient Agar
Sifat fisis dan kimia: bentuknya padat,
berwarna cokelat-kelabu, berbau seperti
pepton
Bahaya: jika terkena mata, jika terkena
kulit, jika tertelan, jika terhirup
Cara pencegahan: pakai sarung tangan
pelindung/pakaian pelindung
Cara penanganan:
5. Jika kontak dengan mata: bilaslah
dengan air yang banyak.
6. Jika tertelan: beri air minum kepada
korban (paling banyak 2 gelas).
7. Jika kontak dengan kulit: lepas semua
pakaian yang terkontaminasi
kemudian bilas kulit dengan air
8. Jika terhirup: hirup udara segar.

18
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil pengamatan


Tabel 4.1. Hasil pengamatan

1. Pembuatan NB

Medium: Nutrient Broth


Komposisi: pepton, NaCl, ekstrak ragi,
dan ekstrak daging
Kultur: -
Keterangan: berwarna bening
kecokelatan, berwujud cair

Gambar 4.1.1 NB Racik

Gambar 4.1.2 NB Instan

19
2. Pembuatan NA

Medium: Nutrient Agar


Komposisi: pepton, NaCl, ekstrak ragi,
ekstrak daging, dan agar
Kultur: -
Keterangan: berwarna bening kekuningan,
berwujud padat

Gambar 4.1.3 NA Miring

Gambar 4.1.4 NA Instan

20
Gambar 4.1.5 NA Racik

3. Pembuatan PDB

Medium: Potato Dextrose Broth


Komposisi: kentang, dekstrosa, dan
aquadest
Kultur: -
Keterangan: berwarna bening
kecokelatan, berwujud cair

Gambar 4.1.6 PDB Instan

21
Gambar 4.1.7 PDB Racik

4. Pembuatan PDA

Medium: Potato Dextrose Agar


Komposisi: kentang, dekstrosa, aquadest,
dan agar
Kultur: -
Keterangan: berwarna bening
kekuningan, berwujud padat

Gambar 4.1.8 PDA Racik

22
Gambar 4.1.9 PDA Instan

5. Sterilisasi Medium

Medium: NA yang diberi Mycomycin


Kultur / Sampel: mikroba campuran tidak
teridentifikasi
Keterangan: Mikroba belum mulai
tumbuh

Gambar 4.1.10 Kultur mikroba pada


NA yang diberi mycomycin (0 jam)

23
Medium: NA yang diberi Mycomycin
Kultur / Sampel: mikroba campuran tidak
teridentifikasi
Keterangan: Mikroba bakteri mulai
tumbuh

Gambar 4.1.11 Kultur mikroba pada


NA yang diberi mycomycin (24 jam)

Medium: NA yang diberi Mycomycin


Kultur / Sampel: mikroba campuran tidak
teridentifikasi
Keterangan: Mikroba bakteri tumbuh,
sedangkan mikroba jamur tidak

Gambar 4.1.12 Kultur mikroba pada


NA yang diberi mycomycin (48 jam)

24
Medium: PDA yang diberi Mycomycin
Kultur / Sampel: mikroba campuran tidak
teridentifikasi
Keterangan: Mikroba belum mulai
tumbuh

Gambar 4.1.13 Kultur mikroba pada


PDA yang diberi chloramphenicol
0,1% (0 jam)

Medium: PDA yang diberi Mycomycin


Kultur / Sampel: mikroba campuran tidak
teridentifikasi
Keterangan: Mikroba masih belum ada
yang tumbuh

Gambar 4.1.14 Kultur mikroba pada


PDA yang diberi chloramphenicol
0,1% (24 jam)

25
Medium: PDA yang diberi Mycomycin
Kultur / Sampel: mikroba campuran tidak
teridentifikasi
Keterangan: Mikroba jamur tumbuh,
sedangkan mikroba bakteri tidak

Gambar 4.1.15 Kultur mikroba pada


PDA yang diberi chloramphenicol
0,1% (48 jam)

4.2. Pembahasan
Pada praktikum ini, dilakukan pengamatan terhadap berbagai jenis medium
pertumbuhan mikroba. Medium yang digunakan di antara lain adalah Nutrient Agar
(NA), Nutrient Broth (NB), Potato Dextrose Agar (PDA), dan Potato Dextrose Broth
(PDB). Selain itu juga dilakukan berbagai teknik sterilisasi seperti sterilisasi dengan
autoklaf, sterilisasi dengan antibiotik, dan sterilisasi dengan filtrasi Millipore
membrane nitroselulosa.
Medium pertumbuhan mikroba pada umumnya dibagi menjadi dua yaitu medium
padat dan medium cair. Medium padat terdiri dari Nutrient Agar (NA) dan Potato
Dextrose Agar (PDA), sedangkan medium cair terdiri dari Nutrient Broth (NB) dan
Potato Dextrose Broth (PDB). Menurut fungsinya, medium dikelompokkan menjadi
dua yaitu medium pertumbuhan bakteri dan medium pertumbuhan jamur. Medium
pertumbuhan atau pengembangbiakkan bakteri terdiri dari Nutrient Agar (NA) dan
Nutrient Broth (NB) sedangkan medium pertumbuhan atau pengembangbiakkan
jamur terdiri dari Potato Dextrose Agar (PDA) dan Potato Dextrose Broth (PDB).

26
Rasio C:N merupakan merupakan rasio massa karbon terhadap massa nitrogen
dalam suatu zat. Massa karbon dan massa nitrogen yang dibutuhkan oleh bakteri dan
jamur berbeda, maka dari itu medium yang digunakan untuk pertumbuhan dan
pengembangbiakkannya juga berbeda. Agar proses pertumbuhan mikroba yang
hendak diamati berjalan dengan baik, rasio C:N yang digunakan pada medium harus
sesuai dengan kebutuhan mikrobanya. Bagi bakteri digunakan medium NA dan NB,
sedangkan bagi jamur digunakan medium PDA dan PDB.
Autoklaf merupakan alat pemanas yang digunakan untuk sterilisasi sesuatu
menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi. Suhu yang tinggi ini akan
membunuh mikroorganisme, terutama endosporanya yang cenderung tahan terhadap
pemanasan, kekeringan, dan antibiotik. Saat dinyalakan, air di dalam mesinnya akan
mendidih dan uap airnya akan mendesak udara di dalamnya. Ketika udara habis
tergantikan oleh uap air, autoklaf akan tertutup oleh katup agar tekanan di dalamnya
semakin bertambah. Ketika tekanan mulai menaikkan suhu hingga sampai ke titik
yang diinginkan, proses sterilisasi dimulai hingga selesai.
Sterilisasi menggunakan filter merupakan teknik sterilisasi yang menggunakan
suatu saringan berbasis membrane nitroselulosa yang berpori sangat kecil, rapi, dan
teratur. Diameter pori yang digunakan maksimal 0,2 mikron atau 0,45 mikron. Hal ini
dikarenakan filter yang digunakan dalam mikrobiologi menurunkan jumlah partikel
yang lolos saringan, lebih spesifiknya adalah agar bakteri yang umumnya berukuran
0,3 mikron.
Penambahan mycomycin pada medium NA merupakan upaya untuk
menghambat pertumbuhan mikroba jamur dan supaya hanya mikroba bakteri saja yang
tumbuh. Sama halnya seperti penambahan chloramphenicol pada medium PDA
merupakan upaya untuk menghambat pertumbuhan mikroba bakteri dan supaya hanya
mikroba jamur saja yang tumbuh. Bisa dilihat bahwa pada jangka waktu 48 jam setelah
penambahan salah satunya pada masing-masing medium (gambar 4.1.12 dan 4.1.15)
bahwa tampak hanya salah satu saja yang tumbuh, tidak keduanya. Dalam kultivasi
mikroba, dosis chloramphenicol yang digunakan adalah sekitar 0,1%. Hal ini
dikarenakan dosis tersebut adalah dosis dimana jamur dapat tumbuh dengan optimal

27
sedangkan bakteri pertumbuhannya terhambat. Sedangkan, dosis mycomycin yang
digunakan adalah sekitar 0,5%. Hal ini dikarenakan dosis tersebut adalah dosis dimana
bakteri dapat tumbuh dengan optimal sedangkan jamur pertumbuhannya terhambat.
Pada hasil pengamatan, antibiotik yang digunakan tepat sasaran dan sesuai dengan
hasil yang diperoleh. Karena yang tumbuh hanya salah satu mikroba, tidak keduanya.
Hal ini disebut dengan prinsip pengamatan medium selektif.

28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari pelaksanaan praktikum Penyiapan dan Sterilisasi Media
Mikroba adalah sebagai berikut:
1. Medium Nutrient Agar (NA), Nutrient Broth (NB), Potato Dextrose Agar
(PDA), dan Potato Dextrose Broth (PDB) merupakan medium yang
digunakan untuk pertumbuhan dan pengembangbiakkan mikroba. NA dan
PDA digunakan untuk pertumbuhan dan pengembangbiakkan mikroba
bakteri, sedangkan NB dan PDB digunakan untuk pertumbuhan dan
pengembangbiakkan mikroba jamur.
2. Autoklaf meruapakan suatu mesin yang digunakan dalam proses sterilisasi
untuk membunuh mikroba.
3. Membran nitroselulosa berdiameter 0,2 atau 0,45 mikronmeter digunakan
untuk sterilisasi dengan filtrasi agar jumlah partikel yang lolos pada produk
sterilisasi menurun dan bakteri berukuran 0,3 mikronmeter tersaring.
4. Penggunaan antibiotik pada medium PDA dan NA adalah untuk membunuh
dan menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak ingin diamati.
Chloramphenicol digunakan sebagai antibakteri, sedangkan mycomycin
digunakan sebagai antijamur.
5.2. Saran
Akan lebih baik jika praktikan mempelajari terlebih dahulu tentang perbedaan
fungsi medium yang digunakan dalam pertumbuhan dan pengembangbiakkan mikroba
seperti NA, NB, PDA, dan PDB. Kemudian juga mencari literatur yang kredibel, tepat,
dan lengkap mengenai jenis-jenis sterilisasi yang akan digunakan.

29
DAFTAR PUSTAKA

211.782, 2. C. (2016, April 1). U.S. Food & Drug Administration. Retrieved from CFR
- Code of Federal Regulations Title 21:
https://www.accessdata.fda.gov/scripts/cdrh/cfdocs/cfcfr/CFRSearch.cfm?fr=
211.72
Adelberg, & Melnick, J. (2008). Medical Microbiology. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Dian, R., Fatimawati, & Budiarso, F. (2015). Uji Resistensi Bakteri Escherichia coli
yang Diisolasi dari Plak Gigi terhadap Merkuri dan Antibiotik Kloramfenikol.
Jurnal e-Biomedik (eBook) 3(1), 59-63.
Hadioetomo, R. S. (1985). Mikrobiologi Dasar-dasar Praktik. Jakarta: Gramedia.
Lee, J., Shi, Y.-M., Grün, P., & Gube, M. (2020). Identification of Feldin, an Antifungal
Polyyne from the Beefsteak Fungus Fistulina hepatica. Biomolecules 10 (1502),
1-15.
Lucitawati, E., Rezagama, A., & Samudro, G. (2018). Penentuan Variasi Rasio C/N
Optimum Sampah Campuran (Dedaunan dan Sisa Makanan) Terhadap Kinerja
Compost Solid Phase Microbial Fuel Cells (CSMFC). Jurnal Presipitasi:
Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik Lingkungan 15(2), 100-105.
Octavia, A., & Wantini, S. (2017). Perbandingan Pertumbuhan Jamur Aspergillus
flavus Pada Media PDA ((Potato Dextrose Agar ) dan Media Alternatif dari
SIngkong (Manihot esculenta Crantz). Jurnal Analis Kesehatan 6(2), 625-631.
Radji, M. (2011). Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Susilowati, D. N., Hastuti, R. D., & Yuniarti, E. (2007). Isolasi dan Karakterisasi
Aktinomisetes Penghasil Antibakteri Enteropatogen Escherichia coli K1.1,
Pseudomonas pseudomallei 02 05, dan Listeria monocytogenes 5407. Jurnal
ArgoBiogen 3(1), 15-23.

30
Syah, I. S. (2016). Penentuan Tingkatan Jaminan Sterilitas pada Autoklaf dengan
Indikator Biologi Spore Strip. Jatinangor: Fakultas Farmasi Universitas
Padjajaran.
Wahyuningish, N., & Zulaika, E. (2018). Perbandingan Pertumbuhan Bakteri
Selulolitik Pada Media Nutrient Broth dan Carboxy Methyl Cellulose. Jurnal
Sains dan Seni ITS 7(2), E36-E38.
Waluyo, L. (2010). Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Yusmaniar, Wardiyah, & Nida, K. (2017). Mikrobiologi dan Parasitologi. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

31

Anda mungkin juga menyukai