Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN MATA KULIAH MIKROBIOLOGI PASCAPANEN (PP2201)

Modul V

KUANTIFIKASI PERTUMBUHAN MIKROBA

Tanggal Praktikum : Senin, 1 Maret 2021


Tanggal Pengumpulan : Senin, 1 Maret 2021

Disusun oleh:
Husnaa Yumn Sinaga
11919049
Kelompok 1

Asisten:
Yusuf Hikmah Setyo Adi
11918015

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PASCAPANEN


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
JATINANGOR
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 5
1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 5
1.2. Tujuan ................................................................................................................ 5
1.3. Hipotesis............................................................................................................. 6
BAB II TEORI DASAR ........................................................................................................... 7
2.1. Pengukuran OD (Optical Density) pada Mikroba .............................................. 7
2.2. Fase Pertumbuhan Mikroba ............................................................................... 7
2.3. Kurva Baku dan Kurva Pertumbuhan Mikroba ................................................. 9
2.4. Metode TPC dan Proses Pengenceran.............................................................. 12
2.5. Generation Time .............................................................................................. 13
BAB III METODOLOGI ........................................................................................................ 14
3.1. Cara Kerja ........................................................................................................ 14
3.2. MSDS/PSDS .................................................................................................... 15
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ................................................... 19
4.1. Hasil pengamatan ............................................................................................. 19
4.2. Pembahasan ...................................................................................................... 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................. 23
5.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 23
5.2. Saran ................................................................................................................. 23
LAMPIRAN A ........................................................................................................................ 24
LAMPIRAN B ........................................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 29

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.3.1 Kurva baku pertumbuhan mikroba


Gambar 2.3.2 Kurva baku pertumbuhan mikroba
Gambar 2.3.3 Kurva pertumbuhan bakteri E. coli dan S. aureus
Gambar 4.2.1 Kurva pertumbuhan bakteri E. coli terhadap waktu
Gambar 4.2.2 Kurva baku dari bakteri E. coli

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Material Safety Data Sheet/Pathogen Safety Data Sheet


Tabel 4.1 Data pengamatan rata-rata jumlah sel bakteri E. coli berdasarkan OD
Tabel 4.2 Data pengamatan pertumbuhan bakteri E. coli

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Escherichia coli adalah salah satu jenis bakteri yang secara normal hidup dalam
saluran pencernaan baik manusia maupun hewan yang sehat. Nama bakteri ini diambil
dari nama seorang bacteriologist yang berasal dari Germani yaitu Theodor Von
Escherich, yang berhasil melakukan isolasi bakteri ini pertamakali pada tahun 1885.
Dr. Escherich juga berhasil membuktikan bahwa diare dan gastroenteritis yang terjadi
pada infant adalah disebabkan oleh bakteri Escherichia coli. (Zikra et. al, 2018)
Di Indonesia sendiri, banyak depot air yang belum terjamin higienis. Tidak
sedikit ditemukannya bakteri Escherichia coli pada DAMIU. Menurut penelitian dari
Dinas Kesehatan Tangerang Selatan (2012), terdapat 283 unit pengusaha depot air
minum isi ulang, namun baru ada 52 unit pengusaha yang memiliki sertifikat Laik
Hygiene Sanitasi depot air minum. Penelitian lain di Kota Padang pada tahun 2011
terdapat 604 pengusaha depot air minum. Namun hanya ada 120 diantaranya yang
memenuhi Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Kepmenperindag)
No.651 Tahun 2004.
Oleh karena itu, penting mengetahui tentang cara mengembang biakkan suatu
mikroba agar dapat dihitung melalui pengukuran OD dan metode TPC. Terlebih lagi
ketika akan mengamati pertumbuhan atau pengembangbiakkan mikroba tersebut.
Kemudian juga penting untuk dapat menentukan kurva baku dan kurva pertumbuhan
dari suatu bakteri agar diketahui kapan waktu optimalnya untuk melakukan uji aktivasi
dari bakteri tersebut,
1.2.Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum Teknik Kultivasi Mikroba adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan persamaan kurva baku y = mx + c dari bakteri Escherichia coli
berdasarkan grafik OD dan jumlah bakteri (CFU/mL).

5
2. Menentukan fase pertumbuhan bakteri Eschericia coli berdasarkan kurva
pertumbuhan.
3. Menentukan generation time dari bakteri Eschericia coli setelah masa
inkubasi 24 jam.
1.3. Hipotesis
Hipotesis dari pelaksanaan praktikum Teknik Kultivasi Mikroba adalah sebagai
berikut:
1. Persamaan kurva baku y = mx + c dari bakteri Escherichia coli dapat dicari
menggunakan regresi linear dari grafik OD dan jumlah bakteri (CFU/mL)
2. Fase pertumbuhan bakteri Escherichia coli terdiri dari fase lag, fase
eksponensial, fase stasioner, dan fase kematian.
3. Generation time dari Escherichia coli adalah 20 menit pada suhu 40 oC.

6
BAB II
TEORI DASAR

2.1. Pengukuran OD (Optical Density) pada Mikroba


OD atau Optical Density adalah nilai kerapatan yang menunjukkan
pertumbuhan mikroba uji. Bakteri yang berkembang biak pada media cair akan
menyebabkan media menjadi keruh, dan hal ini dimanfaatkan dalam pengukuran OD
untuk menentukan jumlah bakteri yang terdapat pada media. Alat yang digunakan
untuk pengukuran OD adalah spektrofotometer atau kolorimeter dengan cara
membandingkan OD antara media tanpa pertumbuhan bakteri dan media dengan
pertumbuhan bakteri. (Radji, 2010)
Spektrofotometer dapat mengukur kepekatan sel dengan cara kerja suspens %T
(transmittance) atau jumlah absorbansi cahaya yang disebarkan. Pengukuran OD yang
paling optimal dilakukan pada panjang gelombang ë 600nm. Karena dikhawatirkan jika
panjang gelombangnya di bawah 600 nm maka dapat merusak dinding sel bakteri,
sedangkan jika panjang gelombangnya di atas 600 nm maka adanya ketidak-akuratan
warna kuning atau cokelat pada NB oleh spektrafotometer. Dalam mikrobiologi OD
digunakan sebagai satuan hitungan karena OD sebanding dengan kepekatan pasti
dalam media biakan. Pada spektrofotometer, berkas cahaya ditransmisikan melalui
suspens bakteri lalu diteruskan ke detektor yang bersifat sensitive cahaya. Jika jumlah
bakteri meningkat, cahaya yang diteruskan oleh detektor akan berjumlah sedikit karena
media akan tampak keruh. Perubahan intensitas cahaya akan terlihat pada skala yang
terdapat pada alat, dan inilah yang akhirnya dianggap sebagai nilai absorbans atau
densitas optik (optical density). (Pratiwi, 2012)
2.2. Fase Pertumbuhan Mikroba
Pertumbuhan adalah proses meningkatnya jumlah kuantitas massa sel dengan
cara terbentuknya sel-sel baru. Pertumbuhan dapat terjadi sebab sel mampu
membentuk protoplasma baru dari nutrient yang tersedia di lingkungan. Pada bakteri,
pertumbuhan dilakukan secara aseksual dan disebut dengan pembelahan biner.

7
Pembelahan biner berlangsung dalam interval yang teratur, kemudian penambahan
atau kelipatan akan terjadi secara eksponensial.
Pertumbuhan adalah meningkatnya jumlah kuantitas massa sel dengan cara
terbentuknya sel-sel baru. Terjadinya proses pertumbuhan tergantung dari kemampuan
sel dalam membentuk protoplasma baru dari nutrient yang tersedia di lingkungan. Pada
bakteri, pertumbuhan secara aseksual dan disebut dengan pembelahan biner.
Pembelahan biner berlangsung dengan interval yang teratur dengan penambahan atau
kelipatan secara eksponensial. Fase pertumbuhan bakteri sendiri dibagi menjadi empat
fase, yaitu fase lag (penyesuaian), fase logaritma (eksponensial), fase stasioner, dan
fase kematian.
a. Fase Lag (Fase Penyesuaian/Adaptasi)
Fase Lag merupakan fase penyesuaian bakteri dengan lingkungan yang baru,
biasanya terjadi ketika mikroba dipindahkan ke dalam media kultur yang baru.
Lingkungan baru ini dapat memiliki susunan medium yang berbeda, perubahan pH,
bertambahnya nutrien, berkurangnya zat penghambat pertumbuhan mikroba, dan lain-
lain. Dalam kondisi ini, mikroba menyesuaikan dengan lingkungan barunya dan tidak
terjadi penambahan jumlah sel. Lama fase lag pada bakteri sangat bervariasi,
tergantung pada 9 komposisi media, pH, suhu, aerasi, jumlah sel pada inokulum awal
dan sifat fisiologis mikro organisme pada media sebelumnya. Ketika sel telah
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru maka sel mulai membelah hingga
mencapai populasi maksimum.
b. Fase Logaritma (Exponensial)
Fase Logaritma atau Eksponensial ditandai dengan terjadinya periode
pertumbuhan yang cepat dan biasanya terjadi ketika sel sudah selesai beradaptasi
dengan lingkungan baru. Setiap sel dalam populasi membelah menjadi dua sel. Selama
pada fase ini, mikroba menghasilkan produk esensial untuk pertumbuhan sel seperti
asam amino, protein, karbohidrat, lemak, dan sebagainya. Variasi derajat pertumbuhan
bakteri pada fase eksponensial ini sangat dipengaruhi oleh sifat genetik yang
diturunkannya.
c. Fase Stasioner

8
Fase Stasioner terjadi pada saat laju pertumbuhan bakteri sama dengan laju
kematiannya, biasanya disebabkan oleh keterbatasan nutrien atau akumulasi produk
toksik. Sehingga jumlah bakteri keseluruhan bakteri pun akan tetap. Keseimbangan
jumlah keseluruhan bakteri ini terjadi karena adanya pengurangan derajat pembelahan
sel. Dalam fase ini, terjadi perubahan sistem metabolisme primer ke metabolisme
sekunder.
d. Fase Kematian
Fase Kematian merupakan fase dimana laju kematian lebih besar daripada laju
pertumbuhannya. Pada fase ini, nutrien yang tersedia telah habis dan terjadi
peningkatan akumulasi produk toksik, sehingga sel pun mengalami lisis total.
Kematian sel mulai terjadi dan jumlah populasi sel menurun dengan laju eksponensial.
Keadaan ini dapat berlangsung beberapa minggu bergantung pada spesies kultur dan
keadaan medium serta faktor-faktor lingkungan. Jika keadaan ini dibiarkan secara terus
menerus, bisa jadi bakteri tidak akan dapat dihidupkan kembali dalam medium baru.
(Riadi, 2016)
2.3. Kurva Baku dan Kurva Pertumbuhan Mikroba
Kurva baku merupakan kurva yang diperoleh dengan cara memplotkan nilai
absorban dengan konsentrasi larutan standar yang bervariasi menggunakan panjang
gelombang maksimum. Kurva ini menunjukkan hubungan antara absorbansi dengan
konsentrasi. Dari data hasil absorbansi, dihitunglah persamaan kurva bakunya dari
metode kuadrat terkecil sehingga diperoleh persamaan garis y = Bx + A. Persamaan ini
akan menghasilkan visualisasi grafik scatter dan koefisien korelasi (r). (Tulandi et. al,
2015).

9
Gambar 2.3.1 Kurva baku pertumbuhan mikroba
Sumber: Jurnal Penelitian Sains

Kurva baku bakteri E. coli dihitung dengan menggunakan metode turbidimetri


dengan memakai alat spektrofotomter dan hitungan cawan. Dari Gambar 2.3.1, dapat
dibuat grafik hubungan antara absorban pada sumbu y dengan log jumlah sel bakteri
pada sumbu x. Berdasarkan grafik maka didapat persamaan regresi linear yang akan
digunakan untuk menghitung jumlah bakteri pada kurva pertumbuhan bakteri E. coli
nanti.
y = 0,9502x – 7,0151
Lalu ketika bakteri diinokulasikan ke dalam medium baru, pembiakan tidak
segera terjadi tetapi ada periode penyesuaian pada lingkungan yang dikenal dengan
pertumbuhan. Kemudian akan memperbanyak diri (replikasi) dengan laju yang
konstan, sehingga akan diperoleh kurva pertumbuhan.

10
Gambar 2.3.2 Kurva baku pertumbuhan mikroba
Sumber: google.com

Kurva pertumbuhan ialah suatu informasi mengenai fase hidup suatu bakteri,
fase-fase hidup bateri pada umumnya meliputi, adaptasi, log (pertumbuhan
eksponensial), stationer, kematian. Kurva pertumbuhan diperoleh dari hasil
pengukuran absorbansi terhadap waktu. Kurva pertumbuhan digunakan untuk
mengetahui kecepatan pertumbuhan sel dan pengaruh lingkungan terhadap kecepatan
pertumbuhan. Langkah awal untuk mengetahui kurva pertumbuhan bakteri ialah
dengan isolasi bakteri. Pembuatan kurva pertumbuhan merupakan bagian yang penting
dari suatu penelitian karena dapat menggambarkan karakteristik kolonisasi bakteri.
Selain itu, perhitungan waktu generasi juga diperlukanuntuk mengetahui prediksi
populasi setiap mikroorganisme dalam jangka waktu yang sama dengan keaktifannya
dalam proses metabolisme (Lokapirnasari et. al, 2015).

11
Gambar 2.3.3 Kurva pertumbuhan bakteri E. coli dan S. aureus
Sumber: Jurnal Penelitian Sains

Kurva pertumbuhan bakteri dilakukan untuk mengetahui fase pertumbuhan


bakteri tersebut. Menurut Gambar 2.3.3, diketahui mengenai fase pertumbuhan bakteri
E. coli yang akan menjadi bahan pengamatan. Fase lag pada bakteri E. coli diduga
tampak ada pada jangka waktu 0 hingga 3 jam, dimana bakteri masih melakukan
penyesuaian dan adaptasi terhadap lingkungan barunya. Kemudian fase logaritmik
diduga tampak ada pada jangka waktu 3 hingga 18 jam, dimana bakteri tumbuh dan
berkembang biak dengan laju yang cepat dan eksponensial. Fase stasioner dari bakteri
tidak tampak jelas, namun diduga ada pada jam ke-18. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa waktu yang paling efektif untuk melakukan
pengamatan terhadap bakteri adalah pada kurang dari jam 18, dimana bakteri sedang
mengalami pertumbuhan yang baik. (Rosmania & Yanti, 2020)
2.4. Metode TPC dan Proses Pengenceran
Metode TPC (Total Plate Count) merupakan metode yang biasa digunakan
untuk menghitung jumlah mikroba yang terdapat pada sampel makanan dan produk
hasil pertanian. Cara kerja dari TPC adalah menunjukkan jumlah mikroba yang
terdapat dalam suatu produk dengan cara menghitung koloni bakteri yang ditumbuhkan
pada media agar. Menurut Wati (2018), Metode TPC dibedakan atas dua cara, yaitu

12
metode tuang (pour plate), dan metode permukaan (surface/spread plate). Pada metode
tuang, sejumlah sampel (1 mL atau 0,1mL) dari pengenceran yang diinginkan
dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian ditambah agar-agar cair steril yang telah
didinginkan (47-50 oC) sebanyak 15-20 mL dan digoyangkan agar sampelnya
menyebar.
Tujuan dari proses pengenceran pada TPC adalah untuk memperkecil atau
mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi pada media. Penentuan besar atau
banyaknya tingkat pengenceran bergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam
sampel. Pada umumnya, digunakan perbandingan 1:9 untuk pengenceran sampel
pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel
mikroorganisme dari pengenceran sebelumnya. (Yunita et. al, 2015)
Metode ini menghasilkan data yang cukup akurat, namun waktu penyajiannya
cukup lama yaitu sekitar 24 jam. Sehingga terkadang dalam suatu penelitian yang
membutuhkan data dalam waktu singkat, maka hal ini akan menjadi suatu kendala.
2.5. Generation Time
Perkembang biakkan bakteri terjadi secara pembelahan biner. Pada
perbanyakan sel dengan cara ini, kecepatan pembelahan selnya ditentukan
menggunakan waktu generasi (generation time). Menurut Khoiriyah & Ardiningsih
(2014), generation time adalah waktu yang dibutuhkan oleh sel untuk membelah,
bervariasi tergantung dari spesies kultur dan kondisi pertumbuhannya. Selang waktu
yang dibutuhkan oleh sel untuk membelah diri menjadi dua kali lipatlah yang dihitung
dengan menggunakan generation time.
Generation time pada setiap bakteri bervariasi, ada yang hanya membutuhkan
waktu 20 menit bahkan ada yang membutuhkan waktu hingga berjam-jam atau berhari-
hari. Secara in vitro beberapa bakteri mempunyai waktu generasi yang beragam bahkan
pada kondisi optimal dengan suhu, pH dan nutrisi yang sesuai. Pada bakteri E. coli,
waktu generasinya adalah 20 menit pada suhu 40o Celcius. (Sariadji et. al, 2015)

13
BAB III
METODOLOGI

3.1. Cara Kerja


3.1.1 Kalibrasi Spektrofotometer

Spektrofotometer

− Disiapkan NB steril sebanyak 1,5 mL dengan spektrofotometer


pada panjang gelombang 600 nm.
− NB steril dimasukkan ke dalam kuvet plastik menggunakan
mikropipet, spektrofotometer ditutup, kemudian dilakukan
pengukuran
− Spektrofotometer dikalibrasikan ke angka 0.

Spektrofotometer siap dipakai

3.1.2. Pembuatkan kurva baku

Kultur E. coli

− Disiapkan kultur E. coli yang telah teraktivasi dengan nilai


absorbansi (OD) sebanyak 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; 0,7; dan 0,8.
− Dilakukan serial dilution 1 mL sampel dalam larutan fisiologis
NaCl 0.85% sebanyak 9 mL hingga konsentrasi pengenceran yang
sesuai.
− Diambil 0,1 mL dari hasil serial dilution menggunakan mikropipet
dan diinokulasikan ke medium NA steril secara aseptis.
− Dilakukan metode spread hingga kering dan merata.
− Diinkubasikan selama 24 jam pada suhu ruang.
− Dihitung jumlah koloninya menggunakan metode TPC.
− Dikonversikan jumlah koloni ke dalam satuan CFU/ml/
− Diplotkan nilai tiap OD dengan rata-rata jumlah bakteri yang
didapatkan.

14
− Dilakukan regresi untuk mendapatkan persamaan kurva baku.

Hasil pengamatan

3.1.3 Penentuan kurva pertumbuhan

Kultur E. coli teraktivasi

− Disiapkan dalam labu Erlenmeyer pada shaker


− Diambil sebanyak 4 mL dengan mikropipet ke dalam tabung reaksi
− Dimasukkan ke dalam kuvet plastic sebanyak 1,5 mL dengan
mikropipet
− Diukur nilai OD menggunakan panjang gelombang 600 nm
− Diukur pH kultur 2,5 mL dengan pH meter
− Dilakukan pengukuran nilai OD dan pH setiap 2 jam setelahnya
− Dihitung jumlah total bakteri setiap pengukuran OD berdasarkan
persamaan kurva baku yang telah diperoleh
− Diplotkan jumlah sel yang didapat pada sumbu-y terhadap waktu
pada sumbu-x untuk mendapatkan kurva pertumbuhan bakteri.

Hasil pengamatan

3.2. MSDS/PSDS
Tabel 3.1. Material Safety Data Sheet/Pathogen Safety Data Sheet
MSDS PSDS
Nama kimia: Alkohol 70% Nama kimia: Escherichia coli
Rumus kimia: C2H5OH Karakteristik mikroba: berbentuk
Sifat fisis dan kimia: berbentuk cairan, batang, gram negatif, tidak membentuk
tidak berwarna, berbau, larut dalam air endospora
Cara pencegahan: gunakan alat Bahaya: dapat menyebabkan infeksi,
pelindung, hindari formasi debunya demam, dan diare
Cara penanganan: Cara pencegahan: gunakan alat
1. Jika terhirup: hirup udara segar. pelindung, hindari kontak langsung

15
2. Jika kontak dengan kulit: cuci dengan Cara penanganan: menggunakan
dengan air mengalir yang banyak. sulfamethoxazole dan elektrolit untuk
3. Jika kontak dengan mata: bilaslah meringankan diare
dengan air mengalir yang banyak
selama 15 menit.
4. Jika tertelan: cuci mulut denganair
dan jangan dimuntahkan kecuali
anjuran personal medis. Jangan beri
apapun melalui mulut
Nama kimia: Larutan fisiologis (Natrium
klorida 0,85%)
Rumus kimia: NaCl (0,85%)
Sifat fisis dan kimia: berbentuk cair,
tidak berwarna, tidak berbau, larut dalam
air
Bahaya: penyebab infeksi, keracunan,
dan korosif
Cara pencegahan: gunakan alat
pelindung, jauhkan dari senyawa
pengoksidasi kuat, asam kuat, serta
logam
Cara penanganan:
1. Jika terhirup: hirup udara segar.
2. Jika kontak dengan kulit: cuci dengan
dengan air mengalir yang banyak.
3. Jika kontak dengan mata: bilaslah
dengan air mengalir yang banyak
selama 15 menit.

16
Jika tertelan: cuci mulut denganair dan
jangan dimuntahkan kecuali anjuran
personal medis. Jangan beri apapun
melalui mulut
Nama kimia: Nutrient Agar
Sifat fisis dan kimia: bentuknya padat,
berwarna cokelat-kelabu, berbau seperti
pepton
Bahaya: jika terkena mata, jika terkena
kulit, jika tertelan, jika terhirup
Cara pencegahan: pakai sarung tangan
pelindung/pakaian pelindung
Cara penanganan:
1. Jika kontak dengan mata: bilaslah
dengan air yang banyak.
2. Jika tertelan: beri air minum kepada
korban (paling banyak 2 gelas).
3. Jika kontak dengan kulit: lepas semua
pakaian yang terkontaminasi
kemudian bilas kulit dengan air
Jika terhirup: hirup udara segar.
Nama kimia: Nutrient Broth
Sifat fisis dan kimia: bentuknya padat,
berwarna cokelat-kelabu, berbau seperti
pepton
Bahaya: jika terkena mata, jika terkena
kulit, jika tertelan, jika terhirup
Cara pencegahan: pakai sarung tangan
pelindung/pakaian pelindung

17
Cara penanganan:
1. Jika kontak dengan mata: bilaslah
dengan air yang banyak.
2. Jika tertelan: beri air minum kepada
korban (paling banyak 2 gelas).
3. Jika kontak dengan kulit: lepas semua
pakaian yang terkontaminasi
kemudian bilas kulit dengan air
4. Jika terhirup: hirup udara segar.

18
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil pengamatan


Tabel 4.1 Data pengamatan rata-rata jumlah sel bakteri E. coli berdasarkan OD
Rata-rata
OD jumlah sel
(CFU/mL)
0.2 9000000
0.3 20900000
0.4 29200000
0.5 47000000
0.6 52000000
0.7 75000000
0.8 95000000

Maka didapat regresi linear dari bakteri E. coli adalah sebagai berikut:

Persamaan Regresi Linear


y = 138,928,571x – 22,592,857

Tabel 4.2 Data pengamatan pertumbuhan bakteri E. coli


Waktu Jumlah Log
Inkubasi OD pH Bakteri CFU/mL
0 0.17 6.24 1025000.07 6.010723895
2 0.192 6.23 4081428.632 6.610812207
4 0.213 6.14 6998928.623 6.845031564
6 0.402 6.01 33256428.54 7.521875608
8 0.204 5.83 5748571.484 6.759559936
10 0.312 5.06 20752857.15 7.317077897
12 0.394 4.75 32144999.97 7.50711343
14 0.505 4.56 47566071.36 7.677297283
16 0.695 4.53 73962499.85 7.869011581
18 0.757 4.54 82576071.25 7.916854216
20 0.763 4.61 83409642.67 7.921216261
22 0.722 4.75 77713571.26 7.890496867
24 0.736 4.58 79658571.26 7.901232513

19
4.2. Pembahasan
Pada praktikum ini, dilakukan pengamatan terhadap berbagai jenis teknik
kultivasi dan inokulasi mikroba. Banyak metode isolasi dan inokulasi yang
dilaksanakan. Semuanya diawali dengan pelaksanaan teknik aseptik untuk sterilisasi
alat dan bahan praktikum menggunakan alkohol 70%. Setelah itu dilakukan kalibrasi
spektrofotometer sebelum dilakukannya pengukuran. metode TPC (Total Plate Count)
terhadap kultur untuk menentukan jumlah koloni dari kultur tersebut. Kemudian
dilakukan proses inkubasi untuk menentukan jumlah mikroba yang tumbuh dan kurva
pertumbuhan dari kultur tersebut. Yang terakhir, digunakan pengukuran OD dan
proses inkubasi selama 24 jam untuk menentukan kurva pertumbuhan bakteri dari
kultur yang diamati. Kultur khusus yang digunakan pada praktikum ini adalah bakteri
Escherichia coli.

Gambar 4.2.1 Kurva pertumbuhan bakteri E. coli terhadap waktu


Berdasarkan hasil pengamatan, fase pertumbuhan selama waktu inkubasi 24
jam dari bakteri E. coli bisa dilihat pada Gambar 4.2.1. Pada jangka waktu 0 hingga 2
jam, bakteri E. coli tampak sedang ada pada fase lag. Hal ini disebabkan oleh laju
pertumbuhannya yang tidak cepat dan tampak masih menyesuaikan dan beradaptasi
terhadap medium yang baru ditempati. Kemudian pada jangka waktu 2 hingga 18 jam,
bakteri E. coli tampak sedang ada pada fase logaritmik karena laju pertumbuhannya

20
bertambah secara eksponensial. Hal ini disebabkan oleh laju pertumbuhan yang sangat
cepat dan naik secara stabil serta drastis. Lalu pada jangka waktu 18 jam hingga 24
jam, bakteri E. coli tampak sedang ada pada fase stasioner. Hal ini disebabkan oleh
jumlah sel yang mati dan tumbuh cenderung sama, ketika jumlah bakteri bertambah
pun langsung berkurang kembali. Jadi rata-rata jumlah bakteri pada fase ini konstan
dan tidak berubah.
Aktivasi dari suatu mikroba dilakukan pada labu Erlenmeyer dalam shaker.
Cara kerjanya adalah labu Erlenmeyer yang mengandung kultur digoyangkan dalam
suatu putaran oleh shaker dengan kecepatan yang sudah teratur pada suhu ruang.
Dengan begitu medium akan bergejolak sehingga terjadi aerasi dan mikroba akan
teraktivasi. (Sulistyaningrum, 2008)

Gambar 4.2.2 Kurva baku dari bakteri E. coli

Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan persamaan kurva baku dari bakteri


E. coli menggunakan grafik hubungan dan regresi linear antara absorban pada sumbu
y dengan log jumlah sel bakteri pada sumbu x. Menurut Rosmania & Yanti (2020),
kurva baku dari bakteri E. coli adalah y = 0,9502x – 7,0151. Sedangkan, berdasarkan
perhitungan yang sudah dilakukan kruva baku dari bakteri E. coli yang didapat adalah
y = 138,928,571x – 22,592,857. Hal ini bisa terjadi karena sebelum dilakukan regresi,
praktikan tidak menghitung logaritma dari rata-rata jumlah bakteri, sehingga angka yang
didapat pun terlalu besar.

21
Kemudian pada pengukuran OD, panjang gelombang yang digunakan pada
spektrofotometer ada pada kisaran 600 nm. Panjang gelombang ini sudah ditentukan sebagai
nilai panjang gelombang yang paling optimal untuk mengamati OD dari suatu bakteri. Hal ini
disebabkan oleh kekhawatiran jika panjang gelombangnya di bawah 600 nm maka
dapat merusak dinding sel bakteri, sedangkan jika panjang gelombangnya di atas 600
nm maka adanya ketidak-akuratan warna kuning atau cokelat pada NB oleh
spektrafotometer. Hasil pengamatan ini sesuai dengan literatur.
Penurunan pH dari medium ketika bakteri E. coli memasuki fase logaritmik dan
kenaikan pH ketika memasuki fase stasioner disebabkan oleh akumulasi asam organik
yang dihasilkan oleh bakteri kultur. Menurut Frazier & Westhoff (1998) melalui Yuliana
(2008), lingkungan sel yang asam mengakibatkan proton dari luar sel masuk melalui
sitoplasma dan menurunkan pH internal sel untuk mendenaturasi komponen-komponen
proteinnya. Produk akhir asam yang diakumulasi dan diserap oleh bakteri akan menyebabkan
penghambatan pertumbuhan, serta juga menyebabkan bakteri memasuki fase stasioner.
Pengukuran OD dan TPC memiliki dua fungsi yang berbeda. Pengukuran OD
memiliki tujuan sebagai pembanding antara nilai absorbansi dengan konsentrasi dari
medium. Sedangkan TPC memiliki tujuan untuk menghitung jumlah koloni bakteri
yang terdapat pada medium.

22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari pelaksanaan praktikum Kuantifikasi Pertumbuhan Mikroba
adalah sebagai berikut:
1. Persamaan kurva baku dari bakteri Escherichia coli dapat menurut regresi
linear yang didapat dari grafik OD dan jumlah bakteri (CFU/mL) adalah y
= 138,928,571x – 22,592,857.
2. Fase pertumbuhan bakteri Escherichia coli terdiri dari fase lag, fase
eksponensial, fase stasioner, dan fase kematian. Fase lag dari bakteri E. coli
ada pada kisaran 0 jam hingga 2-3 jam, fase pertumbuhannya ada pada
kisaran 2 hingga 18 jam, kemudian seterusnya adalah fase stasioner dan fase
kematian.
3. Generation time dari Escherichia coli adalah 69 menit pada jangka waktu
8 hingga 10 jam.
5.2. Saran
Akan lebih baik jika praktikan mempelajari terlebih dahulu tentang tujuan dari
pengukuran OD dan metode TPC dalam uji kuantifikasi suatu mikroba. Lalu juga
mempelajari tentang cara menentukan kurva baku dan kurva pertumbuhan dari suatu
bakteri, dan komponen apa yang digunakan agar tidak mendapatkan hasil yang salah.

23
LAMPIRAN A

DATA PENGAMATAN

Tabel Data pengamatan jumlah bakteri E. coli berdasarkan OD dan TPC


Jumlah Bakteri Rata-rata Jumlah Bakteri
OD Pengenceran TPC
(CFU/mL) (CFU/mL)
10^-2 TNTC
10^-2 TNTC
10^-2 TNTC
10^-3 TNTC
0.2 10^-3 TNTC
10^-3 TNTC
10^-4 87 8700000
10^-4 95 9500000
10^-4 88 8800000 9000000
10^-3 TNTC
10^-3 TNTC
10^-3 TNTC
10^-4 213 21300000
0.3 10^-4 204 20400000
10^-4 210 21000000
10^-5 TFTC
10^-5 TFTC
10^-5 TFTC 20900000
10^-3 TNTC
10^-3 TNTC
10^-3 TNTC
10^-4 293 29300000
0.4 10^-4 285 28500000
10^-4 298 29800000
10^-5 TFTC
10^-5 TFTC
10^-5 TFTC 29200000
10^-4 TNTC
10^-4 TNTC
0.5 10^-4 TNTC
10^-5 54 54000000
10^-5 44 44000000 47000000

24
10^-5 43 43000000
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC
10^-4 TNTC
10^-4 TNTC
10^-4 TNTC
10^-5 59 59000000
0.6 10^-5 50 50000000
10^-5 47 47000000
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC 52000000
10^-4 TNTC
10^-4 TNTC
10^-4 TNTC
10^-5 81 81000000
0.7 10^-5 68 68000000
10^-5 76 76000000
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC 75000000
10^-4 TNTC
10^-4 TNTC
10^-4 TNTC
10^-5 90 90000000
0.8 10^-5 114 114000000
10^-5 81 81000000
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC 95000000

25
LAMPIRAN B

PERHITUNGAN

Diketahui
Volume inokulum : 0,1 mL
Perhitungan Jumlah Bakteri E. coli (CFU/mL)
𝐶𝐹𝑈 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 (𝑇𝑃𝐶)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖 ( )= (1)
𝑚𝐿 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛×𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑖𝑛𝑜𝑘𝑢𝑙𝑢𝑚 (𝑚𝐿)

Sampel pada OD 2.0 Pengenceran 10^-4


𝐶𝐹𝑈 87
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖 ( 𝑚𝐿 ) = = 8700000
10−4 ×0,1

Perhitungan Rata-rata Jumlah Bakteri E. coli (CFU/mL)


𝐶𝐹𝑈 ∑(𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑂𝐷 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢)
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖 ( 𝑚𝐿 ) = (2)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

Sampel pada OD 2.0 Pengenceran 10^-4


𝐶𝐹𝑈 8700000+9500000+8800000
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖 ( 𝑚𝐿 ) = = 9000000
3

Dengan cara yang sama didapatkan:

Jumlah Bakteri Rata-rata Jumlah Bakteri


OD Pengenceran TPC
(CFU/mL) (CFU/mL)
10^-2 TNTC
10^-2 TNTC
10^-2 TNTC
10^-3 TNTC
0.2 10^-3 TNTC
10^-3 TNTC
10^-4 87 8700000
10^-4 95 9500000
10^-4 88 8800000 9000000
10^-3 TNTC
10^-3 TNTC
10^-3 TNTC
0.3
10^-4 213 21300000
10^-4 204 20400000
10^-4 210 21000000 20900000

26
10^-5 TFTC
10^-5 TFTC
10^-5 TFTC
10^-3 TNTC
10^-3 TNTC
10^-3 TNTC
10^-4 293 29300000
0.4 10^-4 285 28500000
10^-4 298 29800000
10^-5 TFTC
10^-5 TFTC
10^-5 TFTC 29200000
10^-4 TNTC
10^-4 TNTC
10^-4 TNTC
10^-5 54 54000000
0.5 10^-5 44 44000000
10^-5 43 43000000
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC 47000000
10^-4 TNTC
10^-4 TNTC
10^-4 TNTC
10^-5 59 59000000
0.6 10^-5 50 50000000
10^-5 47 47000000
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC 52000000
10^-4 TNTC
10^-4 TNTC
10^-4 TNTC
10^-5 81 81000000
0.7 10^-5 68 68000000
10^-5 76 76000000
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC 75000000
0.8 10^-4 TNTC 95000000

27
10^-4 TNTC
10^-4 TNTC
10^-5 90 90000000
10^-5 114 114000000
10^-5 81 81000000
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC

Perhitungan Generation Time dari bakteri E. coli


𝑇×log 2
𝐺𝑇 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) = (1)
log 𝐴−log 𝐵

Sampel GT pada Jangka Waktu dari 8 jam hingga 10 jam


120×log 2
𝐺𝑇 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡) = = 64,794
log 20752857.15−log 5748571,484

28
DAFTAR PUSTAKA

Adelberg, & Melnick, J. (2008). Medical Microbiology. Jakarta: Buku Kedokteran


EGC.
Hafsan. (2019). Mikrobiologi Analitik. Makassar: Alauddin University Press.
Khoiriyah, H., & Ardiningsih, P. (2014). Penentuan Waktu Inkubasi Optimum
terhadap Aktivasi Bakteriosin Lactobacillus sp. RED4. Jurnal Kimia
Khatulistiwa 3 (4), 52-56.
Lokapirnasari, W. P., Setiawan, A., & Prawesthirini, S. (2015). Potensi Kombinasi
Bakteri dan Jamur Selulolitik pada Fermentasi Bekatul terhadap Kandungan
Serat Kasar dan Protein Kasar. Buletin Peternakan 39 (3), 174-179.
Mubarak, Z., Chismirina, S., & Daulay, H. H. (2016). Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Propolis Alami dari Sarang Lebah terhadap Perumbuhan Enterococcus faecalis.
Jurnal Syiah Kuala Dent. Soc 1 (2), 175-186.
Pratiwi, A. I. (2012). Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Teh Hijau terhadap
Streptococcus mutans Penyebab Karies Gigi [Skripsi]. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Radji, M. (2010). Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi &
Kedokteran. Jakarta: Penerbit EGC.
Riadi, M. (2016). Pertumbuhan Bakteri. Retrieved from
https://www.kajianpustaka.com
Rosmania, & Yanti, F. (2020). Perhitungan jumlah bakteri di Laboratorium
Mikrobiologi menggunakan pengembangan metode Spektrofotometri. Jurnal
Penelitian Sains 22 (2), 76-86.
Sariadji, W., Wati, M., Syamsidar, Sundari, Khariri, & Sunarno. (2015). Waktu
Regenerasi Bakteri Vibrio cholerae pada Medium APW. Buletin Penelitian
Kesehatan 43 (1), 35-40.
Sulistyaningrum, L. S. (2008). Optimisasi Fermentasi Asam Kojat oleh Galur Mutan
Aspergillus flavus NTGA7A4UVE10 [Skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia.

29
Tulandi, G. P., Sudewi, S., & Lolo, W. A. (2015). Validasi Metode Analisis Untuk
Penetapan Kadar Parasetamol dalam Sediaan Tablet secara Spektrofotometri
Ultraviolet. Jurnal Ilmiah Farmasi - UNSRAT 4 (4), 168-178.
Waluyo, L. (2010). Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Wati, R. Y. (2018). Pengaruh Pemanasan Media Plate Count Agar (PCA) Berulang
Terhadap Uji Total Plate Count (TPC) di Laboratorium Mikrobiologi
Teknologi Hasil Pertanian Unand. Jurnal Teknologi dan Manajemen
Pengelolaan Laboratorium 1 (2), 44-47.
Yuliana, N. (2008). Kinetika Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat Isolat T5 yang Berasal
dari Tempoyak. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian 13 (2), 108-116.
Yunita, M., Hendrawan, Y., & Yulaningsih, R. (2015). Analisis Kuantitatif
Mikrobiologi Pada Makanan Penerbangan (Aerofood ACS) Garuda Indonesia
Berdasarkan TPC (Total Plate Count) Dengan Metode Pour Plate. Jurnal
Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem 3 (3), 237-248.
Yusmaniar, Wardiyah, & Nida, K. (2017). Mikrobiologi dan Parasitologi. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Zikra, W., Amir, A., & Putra, A. E. (2018). Identifikasi Bakteri Escherichia coli (E.coli)
pada Air Minum di Rumah Makan dan Cafe di Kelurahan Jati serta Jati Baru
Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas 7 (2), 2012-216.

30

Anda mungkin juga menyukai