Modul V
Disusun oleh:
Husnaa Yumn Sinaga
11919049
Kelompok 1
Asisten:
Yusuf Hikmah Setyo Adi
11918015
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 5
1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 5
1.2. Tujuan ................................................................................................................ 5
1.3. Hipotesis............................................................................................................. 6
BAB II TEORI DASAR ........................................................................................................... 7
2.1. Pengukuran OD (Optical Density) pada Mikroba .............................................. 7
2.2. Fase Pertumbuhan Mikroba ............................................................................... 7
2.3. Kurva Baku dan Kurva Pertumbuhan Mikroba ................................................. 9
2.4. Metode TPC dan Proses Pengenceran.............................................................. 12
2.5. Generation Time .............................................................................................. 13
BAB III METODOLOGI ........................................................................................................ 14
3.1. Cara Kerja ........................................................................................................ 14
3.2. MSDS/PSDS .................................................................................................... 15
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ................................................... 19
4.1. Hasil pengamatan ............................................................................................. 19
4.2. Pembahasan ...................................................................................................... 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................. 23
5.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 23
5.2. Saran ................................................................................................................. 23
LAMPIRAN A ........................................................................................................................ 24
LAMPIRAN B ........................................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 29
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
5
2. Menentukan fase pertumbuhan bakteri Eschericia coli berdasarkan kurva
pertumbuhan.
3. Menentukan generation time dari bakteri Eschericia coli setelah masa
inkubasi 24 jam.
1.3. Hipotesis
Hipotesis dari pelaksanaan praktikum Teknik Kultivasi Mikroba adalah sebagai
berikut:
1. Persamaan kurva baku y = mx + c dari bakteri Escherichia coli dapat dicari
menggunakan regresi linear dari grafik OD dan jumlah bakteri (CFU/mL)
2. Fase pertumbuhan bakteri Escherichia coli terdiri dari fase lag, fase
eksponensial, fase stasioner, dan fase kematian.
3. Generation time dari Escherichia coli adalah 20 menit pada suhu 40 oC.
6
BAB II
TEORI DASAR
7
Pembelahan biner berlangsung dalam interval yang teratur, kemudian penambahan
atau kelipatan akan terjadi secara eksponensial.
Pertumbuhan adalah meningkatnya jumlah kuantitas massa sel dengan cara
terbentuknya sel-sel baru. Terjadinya proses pertumbuhan tergantung dari kemampuan
sel dalam membentuk protoplasma baru dari nutrient yang tersedia di lingkungan. Pada
bakteri, pertumbuhan secara aseksual dan disebut dengan pembelahan biner.
Pembelahan biner berlangsung dengan interval yang teratur dengan penambahan atau
kelipatan secara eksponensial. Fase pertumbuhan bakteri sendiri dibagi menjadi empat
fase, yaitu fase lag (penyesuaian), fase logaritma (eksponensial), fase stasioner, dan
fase kematian.
a. Fase Lag (Fase Penyesuaian/Adaptasi)
Fase Lag merupakan fase penyesuaian bakteri dengan lingkungan yang baru,
biasanya terjadi ketika mikroba dipindahkan ke dalam media kultur yang baru.
Lingkungan baru ini dapat memiliki susunan medium yang berbeda, perubahan pH,
bertambahnya nutrien, berkurangnya zat penghambat pertumbuhan mikroba, dan lain-
lain. Dalam kondisi ini, mikroba menyesuaikan dengan lingkungan barunya dan tidak
terjadi penambahan jumlah sel. Lama fase lag pada bakteri sangat bervariasi,
tergantung pada 9 komposisi media, pH, suhu, aerasi, jumlah sel pada inokulum awal
dan sifat fisiologis mikro organisme pada media sebelumnya. Ketika sel telah
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru maka sel mulai membelah hingga
mencapai populasi maksimum.
b. Fase Logaritma (Exponensial)
Fase Logaritma atau Eksponensial ditandai dengan terjadinya periode
pertumbuhan yang cepat dan biasanya terjadi ketika sel sudah selesai beradaptasi
dengan lingkungan baru. Setiap sel dalam populasi membelah menjadi dua sel. Selama
pada fase ini, mikroba menghasilkan produk esensial untuk pertumbuhan sel seperti
asam amino, protein, karbohidrat, lemak, dan sebagainya. Variasi derajat pertumbuhan
bakteri pada fase eksponensial ini sangat dipengaruhi oleh sifat genetik yang
diturunkannya.
c. Fase Stasioner
8
Fase Stasioner terjadi pada saat laju pertumbuhan bakteri sama dengan laju
kematiannya, biasanya disebabkan oleh keterbatasan nutrien atau akumulasi produk
toksik. Sehingga jumlah bakteri keseluruhan bakteri pun akan tetap. Keseimbangan
jumlah keseluruhan bakteri ini terjadi karena adanya pengurangan derajat pembelahan
sel. Dalam fase ini, terjadi perubahan sistem metabolisme primer ke metabolisme
sekunder.
d. Fase Kematian
Fase Kematian merupakan fase dimana laju kematian lebih besar daripada laju
pertumbuhannya. Pada fase ini, nutrien yang tersedia telah habis dan terjadi
peningkatan akumulasi produk toksik, sehingga sel pun mengalami lisis total.
Kematian sel mulai terjadi dan jumlah populasi sel menurun dengan laju eksponensial.
Keadaan ini dapat berlangsung beberapa minggu bergantung pada spesies kultur dan
keadaan medium serta faktor-faktor lingkungan. Jika keadaan ini dibiarkan secara terus
menerus, bisa jadi bakteri tidak akan dapat dihidupkan kembali dalam medium baru.
(Riadi, 2016)
2.3. Kurva Baku dan Kurva Pertumbuhan Mikroba
Kurva baku merupakan kurva yang diperoleh dengan cara memplotkan nilai
absorban dengan konsentrasi larutan standar yang bervariasi menggunakan panjang
gelombang maksimum. Kurva ini menunjukkan hubungan antara absorbansi dengan
konsentrasi. Dari data hasil absorbansi, dihitunglah persamaan kurva bakunya dari
metode kuadrat terkecil sehingga diperoleh persamaan garis y = Bx + A. Persamaan ini
akan menghasilkan visualisasi grafik scatter dan koefisien korelasi (r). (Tulandi et. al,
2015).
9
Gambar 2.3.1 Kurva baku pertumbuhan mikroba
Sumber: Jurnal Penelitian Sains
10
Gambar 2.3.2 Kurva baku pertumbuhan mikroba
Sumber: google.com
Kurva pertumbuhan ialah suatu informasi mengenai fase hidup suatu bakteri,
fase-fase hidup bateri pada umumnya meliputi, adaptasi, log (pertumbuhan
eksponensial), stationer, kematian. Kurva pertumbuhan diperoleh dari hasil
pengukuran absorbansi terhadap waktu. Kurva pertumbuhan digunakan untuk
mengetahui kecepatan pertumbuhan sel dan pengaruh lingkungan terhadap kecepatan
pertumbuhan. Langkah awal untuk mengetahui kurva pertumbuhan bakteri ialah
dengan isolasi bakteri. Pembuatan kurva pertumbuhan merupakan bagian yang penting
dari suatu penelitian karena dapat menggambarkan karakteristik kolonisasi bakteri.
Selain itu, perhitungan waktu generasi juga diperlukanuntuk mengetahui prediksi
populasi setiap mikroorganisme dalam jangka waktu yang sama dengan keaktifannya
dalam proses metabolisme (Lokapirnasari et. al, 2015).
11
Gambar 2.3.3 Kurva pertumbuhan bakteri E. coli dan S. aureus
Sumber: Jurnal Penelitian Sains
12
metode tuang (pour plate), dan metode permukaan (surface/spread plate). Pada metode
tuang, sejumlah sampel (1 mL atau 0,1mL) dari pengenceran yang diinginkan
dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian ditambah agar-agar cair steril yang telah
didinginkan (47-50 oC) sebanyak 15-20 mL dan digoyangkan agar sampelnya
menyebar.
Tujuan dari proses pengenceran pada TPC adalah untuk memperkecil atau
mengurangi jumlah mikroba yang tersuspensi pada media. Penentuan besar atau
banyaknya tingkat pengenceran bergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam
sampel. Pada umumnya, digunakan perbandingan 1:9 untuk pengenceran sampel
pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel
mikroorganisme dari pengenceran sebelumnya. (Yunita et. al, 2015)
Metode ini menghasilkan data yang cukup akurat, namun waktu penyajiannya
cukup lama yaitu sekitar 24 jam. Sehingga terkadang dalam suatu penelitian yang
membutuhkan data dalam waktu singkat, maka hal ini akan menjadi suatu kendala.
2.5. Generation Time
Perkembang biakkan bakteri terjadi secara pembelahan biner. Pada
perbanyakan sel dengan cara ini, kecepatan pembelahan selnya ditentukan
menggunakan waktu generasi (generation time). Menurut Khoiriyah & Ardiningsih
(2014), generation time adalah waktu yang dibutuhkan oleh sel untuk membelah,
bervariasi tergantung dari spesies kultur dan kondisi pertumbuhannya. Selang waktu
yang dibutuhkan oleh sel untuk membelah diri menjadi dua kali lipatlah yang dihitung
dengan menggunakan generation time.
Generation time pada setiap bakteri bervariasi, ada yang hanya membutuhkan
waktu 20 menit bahkan ada yang membutuhkan waktu hingga berjam-jam atau berhari-
hari. Secara in vitro beberapa bakteri mempunyai waktu generasi yang beragam bahkan
pada kondisi optimal dengan suhu, pH dan nutrisi yang sesuai. Pada bakteri E. coli,
waktu generasinya adalah 20 menit pada suhu 40o Celcius. (Sariadji et. al, 2015)
13
BAB III
METODOLOGI
Spektrofotometer
Kultur E. coli
14
− Dilakukan regresi untuk mendapatkan persamaan kurva baku.
Hasil pengamatan
Hasil pengamatan
3.2. MSDS/PSDS
Tabel 3.1. Material Safety Data Sheet/Pathogen Safety Data Sheet
MSDS PSDS
Nama kimia: Alkohol 70% Nama kimia: Escherichia coli
Rumus kimia: C2H5OH Karakteristik mikroba: berbentuk
Sifat fisis dan kimia: berbentuk cairan, batang, gram negatif, tidak membentuk
tidak berwarna, berbau, larut dalam air endospora
Cara pencegahan: gunakan alat Bahaya: dapat menyebabkan infeksi,
pelindung, hindari formasi debunya demam, dan diare
Cara penanganan: Cara pencegahan: gunakan alat
1. Jika terhirup: hirup udara segar. pelindung, hindari kontak langsung
15
2. Jika kontak dengan kulit: cuci dengan Cara penanganan: menggunakan
dengan air mengalir yang banyak. sulfamethoxazole dan elektrolit untuk
3. Jika kontak dengan mata: bilaslah meringankan diare
dengan air mengalir yang banyak
selama 15 menit.
4. Jika tertelan: cuci mulut denganair
dan jangan dimuntahkan kecuali
anjuran personal medis. Jangan beri
apapun melalui mulut
Nama kimia: Larutan fisiologis (Natrium
klorida 0,85%)
Rumus kimia: NaCl (0,85%)
Sifat fisis dan kimia: berbentuk cair,
tidak berwarna, tidak berbau, larut dalam
air
Bahaya: penyebab infeksi, keracunan,
dan korosif
Cara pencegahan: gunakan alat
pelindung, jauhkan dari senyawa
pengoksidasi kuat, asam kuat, serta
logam
Cara penanganan:
1. Jika terhirup: hirup udara segar.
2. Jika kontak dengan kulit: cuci dengan
dengan air mengalir yang banyak.
3. Jika kontak dengan mata: bilaslah
dengan air mengalir yang banyak
selama 15 menit.
16
Jika tertelan: cuci mulut denganair dan
jangan dimuntahkan kecuali anjuran
personal medis. Jangan beri apapun
melalui mulut
Nama kimia: Nutrient Agar
Sifat fisis dan kimia: bentuknya padat,
berwarna cokelat-kelabu, berbau seperti
pepton
Bahaya: jika terkena mata, jika terkena
kulit, jika tertelan, jika terhirup
Cara pencegahan: pakai sarung tangan
pelindung/pakaian pelindung
Cara penanganan:
1. Jika kontak dengan mata: bilaslah
dengan air yang banyak.
2. Jika tertelan: beri air minum kepada
korban (paling banyak 2 gelas).
3. Jika kontak dengan kulit: lepas semua
pakaian yang terkontaminasi
kemudian bilas kulit dengan air
Jika terhirup: hirup udara segar.
Nama kimia: Nutrient Broth
Sifat fisis dan kimia: bentuknya padat,
berwarna cokelat-kelabu, berbau seperti
pepton
Bahaya: jika terkena mata, jika terkena
kulit, jika tertelan, jika terhirup
Cara pencegahan: pakai sarung tangan
pelindung/pakaian pelindung
17
Cara penanganan:
1. Jika kontak dengan mata: bilaslah
dengan air yang banyak.
2. Jika tertelan: beri air minum kepada
korban (paling banyak 2 gelas).
3. Jika kontak dengan kulit: lepas semua
pakaian yang terkontaminasi
kemudian bilas kulit dengan air
4. Jika terhirup: hirup udara segar.
18
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Maka didapat regresi linear dari bakteri E. coli adalah sebagai berikut:
19
4.2. Pembahasan
Pada praktikum ini, dilakukan pengamatan terhadap berbagai jenis teknik
kultivasi dan inokulasi mikroba. Banyak metode isolasi dan inokulasi yang
dilaksanakan. Semuanya diawali dengan pelaksanaan teknik aseptik untuk sterilisasi
alat dan bahan praktikum menggunakan alkohol 70%. Setelah itu dilakukan kalibrasi
spektrofotometer sebelum dilakukannya pengukuran. metode TPC (Total Plate Count)
terhadap kultur untuk menentukan jumlah koloni dari kultur tersebut. Kemudian
dilakukan proses inkubasi untuk menentukan jumlah mikroba yang tumbuh dan kurva
pertumbuhan dari kultur tersebut. Yang terakhir, digunakan pengukuran OD dan
proses inkubasi selama 24 jam untuk menentukan kurva pertumbuhan bakteri dari
kultur yang diamati. Kultur khusus yang digunakan pada praktikum ini adalah bakteri
Escherichia coli.
20
bertambah secara eksponensial. Hal ini disebabkan oleh laju pertumbuhan yang sangat
cepat dan naik secara stabil serta drastis. Lalu pada jangka waktu 18 jam hingga 24
jam, bakteri E. coli tampak sedang ada pada fase stasioner. Hal ini disebabkan oleh
jumlah sel yang mati dan tumbuh cenderung sama, ketika jumlah bakteri bertambah
pun langsung berkurang kembali. Jadi rata-rata jumlah bakteri pada fase ini konstan
dan tidak berubah.
Aktivasi dari suatu mikroba dilakukan pada labu Erlenmeyer dalam shaker.
Cara kerjanya adalah labu Erlenmeyer yang mengandung kultur digoyangkan dalam
suatu putaran oleh shaker dengan kecepatan yang sudah teratur pada suhu ruang.
Dengan begitu medium akan bergejolak sehingga terjadi aerasi dan mikroba akan
teraktivasi. (Sulistyaningrum, 2008)
21
Kemudian pada pengukuran OD, panjang gelombang yang digunakan pada
spektrofotometer ada pada kisaran 600 nm. Panjang gelombang ini sudah ditentukan sebagai
nilai panjang gelombang yang paling optimal untuk mengamati OD dari suatu bakteri. Hal ini
disebabkan oleh kekhawatiran jika panjang gelombangnya di bawah 600 nm maka
dapat merusak dinding sel bakteri, sedangkan jika panjang gelombangnya di atas 600
nm maka adanya ketidak-akuratan warna kuning atau cokelat pada NB oleh
spektrafotometer. Hasil pengamatan ini sesuai dengan literatur.
Penurunan pH dari medium ketika bakteri E. coli memasuki fase logaritmik dan
kenaikan pH ketika memasuki fase stasioner disebabkan oleh akumulasi asam organik
yang dihasilkan oleh bakteri kultur. Menurut Frazier & Westhoff (1998) melalui Yuliana
(2008), lingkungan sel yang asam mengakibatkan proton dari luar sel masuk melalui
sitoplasma dan menurunkan pH internal sel untuk mendenaturasi komponen-komponen
proteinnya. Produk akhir asam yang diakumulasi dan diserap oleh bakteri akan menyebabkan
penghambatan pertumbuhan, serta juga menyebabkan bakteri memasuki fase stasioner.
Pengukuran OD dan TPC memiliki dua fungsi yang berbeda. Pengukuran OD
memiliki tujuan sebagai pembanding antara nilai absorbansi dengan konsentrasi dari
medium. Sedangkan TPC memiliki tujuan untuk menghitung jumlah koloni bakteri
yang terdapat pada medium.
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari pelaksanaan praktikum Kuantifikasi Pertumbuhan Mikroba
adalah sebagai berikut:
1. Persamaan kurva baku dari bakteri Escherichia coli dapat menurut regresi
linear yang didapat dari grafik OD dan jumlah bakteri (CFU/mL) adalah y
= 138,928,571x – 22,592,857.
2. Fase pertumbuhan bakteri Escherichia coli terdiri dari fase lag, fase
eksponensial, fase stasioner, dan fase kematian. Fase lag dari bakteri E. coli
ada pada kisaran 0 jam hingga 2-3 jam, fase pertumbuhannya ada pada
kisaran 2 hingga 18 jam, kemudian seterusnya adalah fase stasioner dan fase
kematian.
3. Generation time dari Escherichia coli adalah 69 menit pada jangka waktu
8 hingga 10 jam.
5.2. Saran
Akan lebih baik jika praktikan mempelajari terlebih dahulu tentang tujuan dari
pengukuran OD dan metode TPC dalam uji kuantifikasi suatu mikroba. Lalu juga
mempelajari tentang cara menentukan kurva baku dan kurva pertumbuhan dari suatu
bakteri, dan komponen apa yang digunakan agar tidak mendapatkan hasil yang salah.
23
LAMPIRAN A
DATA PENGAMATAN
24
10^-5 43 43000000
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC
10^-4 TNTC
10^-4 TNTC
10^-4 TNTC
10^-5 59 59000000
0.6 10^-5 50 50000000
10^-5 47 47000000
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC 52000000
10^-4 TNTC
10^-4 TNTC
10^-4 TNTC
10^-5 81 81000000
0.7 10^-5 68 68000000
10^-5 76 76000000
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC 75000000
10^-4 TNTC
10^-4 TNTC
10^-4 TNTC
10^-5 90 90000000
0.8 10^-5 114 114000000
10^-5 81 81000000
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC 95000000
25
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
Diketahui
Volume inokulum : 0,1 mL
Perhitungan Jumlah Bakteri E. coli (CFU/mL)
𝐶𝐹𝑈 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑛𝑖 (𝑇𝑃𝐶)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑎𝑘𝑡𝑒𝑟𝑖 ( )= (1)
𝑚𝐿 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛×𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑖𝑛𝑜𝑘𝑢𝑙𝑢𝑚 (𝑚𝐿)
26
10^-5 TFTC
10^-5 TFTC
10^-5 TFTC
10^-3 TNTC
10^-3 TNTC
10^-3 TNTC
10^-4 293 29300000
0.4 10^-4 285 28500000
10^-4 298 29800000
10^-5 TFTC
10^-5 TFTC
10^-5 TFTC 29200000
10^-4 TNTC
10^-4 TNTC
10^-4 TNTC
10^-5 54 54000000
0.5 10^-5 44 44000000
10^-5 43 43000000
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC 47000000
10^-4 TNTC
10^-4 TNTC
10^-4 TNTC
10^-5 59 59000000
0.6 10^-5 50 50000000
10^-5 47 47000000
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC 52000000
10^-4 TNTC
10^-4 TNTC
10^-4 TNTC
10^-5 81 81000000
0.7 10^-5 68 68000000
10^-5 76 76000000
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC 75000000
0.8 10^-4 TNTC 95000000
27
10^-4 TNTC
10^-4 TNTC
10^-5 90 90000000
10^-5 114 114000000
10^-5 81 81000000
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC
10^-6 TFTC
28
DAFTAR PUSTAKA
29
Tulandi, G. P., Sudewi, S., & Lolo, W. A. (2015). Validasi Metode Analisis Untuk
Penetapan Kadar Parasetamol dalam Sediaan Tablet secara Spektrofotometri
Ultraviolet. Jurnal Ilmiah Farmasi - UNSRAT 4 (4), 168-178.
Waluyo, L. (2010). Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Wati, R. Y. (2018). Pengaruh Pemanasan Media Plate Count Agar (PCA) Berulang
Terhadap Uji Total Plate Count (TPC) di Laboratorium Mikrobiologi
Teknologi Hasil Pertanian Unand. Jurnal Teknologi dan Manajemen
Pengelolaan Laboratorium 1 (2), 44-47.
Yuliana, N. (2008). Kinetika Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat Isolat T5 yang Berasal
dari Tempoyak. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian 13 (2), 108-116.
Yunita, M., Hendrawan, Y., & Yulaningsih, R. (2015). Analisis Kuantitatif
Mikrobiologi Pada Makanan Penerbangan (Aerofood ACS) Garuda Indonesia
Berdasarkan TPC (Total Plate Count) Dengan Metode Pour Plate. Jurnal
Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem 3 (3), 237-248.
Yusmaniar, Wardiyah, & Nida, K. (2017). Mikrobiologi dan Parasitologi. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Zikra, W., Amir, A., & Putra, A. E. (2018). Identifikasi Bakteri Escherichia coli (E.coli)
pada Air Minum di Rumah Makan dan Cafe di Kelurahan Jati serta Jati Baru
Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas 7 (2), 2012-216.
30