METODE
1.1 Bakteri
4.2 Jamur
Pembahasan
Pada praktikum kali ini identifikasi bakteri dan jamur serta isolasi bakteri dan jamur, pada
video pertama menggunakan sampel urine untuk dilakukan isolasi dan hasil nya yaitu hasil koloni
dilakukan pewarnaan gram bakteri untuk diidentifikasi bakterinya menggunakan mikroskop,
sedangkan pada video 2 hanya melakukan pewarnaan gram dan identifikasi bakteri dengan media
inokulum bakteri Saccharomyces cerevisiae yang sudah jadi. Pada kedua video tersebut sama-sama
menggunakan metode streak plate atau goresan pada proses isolasi bakteri, Pada proses pewarnaan
gram bakteri menggunakan cara yang hampir sama antara video 1 dan 2, tujuan dari pewarnaan
adalah untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk
bakteri, juga untuk melihat struktur luar dan dalam bakteri. Pada proses ini ditambah kan Kristal
violet pada kaca preparat yang sudah berisi inokulum berfungsi sebagai pewarna primer dan akan
berikatan dgn membran sel yang bersifat asam karena sifat dari Kristal violet adalah basa, dan
bakteri yang memiliki membrane sel yang bersifat asam itu berasal dari golongan gram positif
karena memiliki peptidoglikan yang tebal atau disebut juga dengan peptidoglikan multilapis,
pemberian luogol iodin bertujuan untuk membantu mengikat warna Kristal violet oleh
mikroorganisme target lalu juga menambahkan etanol agar membantu melarutkan kelebihan dari
sisa pewarna Kristal violet, penambahan pewarnan safranin juga berfungsi untuk membantu
memberikan warna pada bakteri yang tidak menyerap warna dari Kristal violet dan tergolong dalam
bakteri gram negatif karena hanya memiliki peptidoglikan yang tipis atau satu lapis, safranin
merupakan pewarna sekunder. Tahapan proses pewarnaan gram sesuai dengan literatur menurut
Sesilia R. Pakadang, dkk. (2015) menyatakan bahwa prosedur pewarnaan gram dimulai dengan
pemberian pewarna basa yaitu Kristal violet. Larutan iodine kemudian ditambahkan, semua bakteri
akan berwarna biru pada fase ini. Sel kemudian di beri etanol. Sel gram positif akan tetap mengikat
senyawa Kristal violet-iodine, tetap berwarna biru, sel warna negattif akan hilang oleh etanol.
Sebagai langkah terakhri counstersain safranin yaitu pewarna merah ditambahkan, sehingga sel
gram negatife yang tidak berwarna akan mengambil warna kontras, sedangkan sel gram psitif
terlihat dalam warna biru. Selanjutnya di amati menggunakan mikroskop dengan perbesaran lensa
objektif 100 kali. Hasil yang di peroleh pada video 1 dengan sampel inokulum dari urin berbentuk
basil, warna nya merah, susunan nya menyebar dan sifat nya gram negatif, sedangkan hasil yang di
peroleh pada video 2 yaitu inokulum dari bakteri Saccharomyces cerevisiae yang berukuran kecil,
berbentuk, warna nya keungungan, susunan menyebar sendiri sendiri tidak berkelompok dan
sifatnya gram positif, hal ini sesuai dengan literature oleh Hidayanti, et al. (2011) menyatakan
bahwa Saccharomyces cerevisiae memiliki bentuk oval. Gram positif ditandai oleh timbulnya
warna violet pada pengecatan gram. Menurut Suryaningsih, et al. (2018) warna violet muncul dari
hasil reaksi reduksi memudarkan warna sel yeast yang hidup dan oksidasi yang menyebabkan
munculnya warna violet.
Pada isolasi dan morfologi jamur, video 1 dan 2 sampel yang digunakan yaitu sampel tempe
dengan jamur Rhizopus oryzae. Pada video 1 menggunakan metode pengamatan langsung dan lensa
ojektif mikroskop dengan 40, 80, 800, dan 1000 kali. Sedangkan pada video 2 menggunakan
metode pengamatan langsung dan slide kultur, tempe yang digunakan harus tempe yang memiliki
spora yang sudah menghitam karena spora nya sudah matang, lalu di amati di bawah mikroskop
dengan perbesaran 10 x 10. Kemudian metode slide kultur, pada proses ini diberikan media PDA
Potatto Dextrose Agar, lalu diletakkan tempe dengan spora menghitam di atas media PDA tadi yang
berfungsi untuk pertumbuhan jamur atau kapang, kemudian juga ditambahkan sedikit gliserol yang
bertujuan sebagai pelembab agar spora yang di letakkan dapat tumbuh dengan baik sesuai dengan
kelembapannya kemudain di inkubasi. Setelah itu diperoleh hasil dari slide kultur dari sampel
tempe yaitu kecil berwarna hitam dan bergumpal. Metode slide kultur merupakan metode yang
lebih baik daripada metode pengamatan langsung di bawah mikroskop, karena dengan metode ini
kapang dibiarkan tumbuh sampai optimal sehingga morfologinya nampak terlihat jelas dan utuh.
Bila menggunakan metode pengamatan langsung, kapang diambil dari kultur stok tanpa
menumbuhkannya terlebih dahulu sehingga kemungkinan besar yang terambil hanya bagian tertentu
dari kapang saja, tidak secara keseluruhan morfologi kapang tersebut. Namun pada video kali ini
hasil dari metode slide kultur tidak di tampilkan saat di amati lagi menggunakan mikroskop jadi
hasil yang di peroleh kurang maksimal. Dari kedua video jamur yang ada pada tempe yaitu
Rhizopus memiliki struktur tubuh anatara lain : sporangium yaitu berbnetuk bulat yang disebut
dengan kantong spora yang berfungsi untuk menghasilkan spora, spora merupakan alat
perkembangbiakan vegetative pada jamur Rhizopus, kolumella berfungsi untuk memberikan nutrisi
pada spora, aphophysis berbentuk semacam kelopak yang berfungsi untuk menahan spora, hifa
memiliki kemampuan untuk mencerna substrat dimana jamur tersebut tumbuh, hifa terbagi menjadi
3 yaitu sporangiofor, stolon dan rhizoid.
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah :
1. Tujuan dari pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop,
memperjelas ukuran dan bentuk bakteri
2. Metode slide kultur merupakan metode yang lebih baik daripada metode pengamatan
langsung di bawah mikroskop, karena dengan metode ini kapang dibiarkan tumbuh
sampai optimal sehingga morfologinya nampak terlihat jelas dan utuh.
5.2. Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah sebaiknya pada video kedua tentang jamur
ditambahkan gambar atau foto hasil pengamatan dengan metode slide kultur yang mengguankan
mikroskop agar praktikan lebih bias mengetahui dengan jelas perbedaan antara menggunakan
pengamatan langsung dengan slide kultur.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayanti, Y. A., A. Kurniani, T. Marlina, & H. Ellin. 2011. Kualitas pupuk cair hasil
pengolahan feses sapi potong menggunakan Saccharomyces cerevisiae. J Ilmu Ternak 11(2):104-
107. DOI: 10.24198/jit.v11i2.387.