Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

“PEWARNAAN GRAM BAKTERI”


MODUL SEL DAN GENETIKA

RIYDA LEOVANY
I1011171060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
I. Latar Belakang
Mikroorganisme adalah setiap organisme yang hanya dapat dilihat
dengan mikroskop. Protozoa, bakteri, jamur, dan virus adalah contoh
dari mikroorganisme. Mikroorganisme terdapat di berbagai habitat.
Mikroorganisme terdapat di segala macam lingkungan sebagai bagian
dari seluruh ekosistem alam. Mereka terdapat pada tubuh kita, di
dalam tubuh kita, dan di sekeliling kita. Mikroorganisme juga dapat
diperoleh dari lingkungan air, tanah, udara, substrat yang berupa bahan
pangan, tanaman dan hewan.
Mikroorganisme adalah organisme yang berukuran sangat kecil
sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan.
Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik.
Mikroorganisme seringkali bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel
banyak (multiseluler). Namun, beberapa protista bersel tunggal masih
terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak
terlihat mata telanjang.
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi,
struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. ar
Belakang Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat),
coccus, spirilum. Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi
menjadi beberapa macam. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna
dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan.
Melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit,
karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat
kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik
pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama
dalam penelitian-penelitian mikrobiologi. Salah satu cara untuk
mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi
ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga
berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi
dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.
Oleh karena itu yang melatar belakangi praktikum ini yaitu untuk
mengetahui teknik pewarnaan mikroorganisme sehingga
mempermudah dalam melihat struktur bakteri dan mengetahui
golongan besar bakteri tersebut.

II. Metode Kerja


2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
Alat – alat yang digunakan yaitu:
a. Baskom pewarna
b. Botol semprot
c. Bunsen
d. Cawan petri
e. Jarum ose
f. Kaca objek
g. Kawat penyangga
h. Korek api
i. Mikroskop
j. Penjepit tabung
k. Pipet tetes
l. Slide dryer
2.1.2 Bahan
Bahan – bahan yang digunakan yaitu:
a. Aquades
b. Alkohol
c. Biakan bakteri
d. Crystal Violet
e. Lugol
f. Minyak emersi
g. Safranin
h. Spiritus
2.2 Cara Kerja
1. Diambil kaca objek, lalu dipanaskan dengan cara melewatkan
kaca objek di atas nyala api spiritus, dan didiamkan beberapa
saat.
2. Diteteskan aquades sebanyak 1 tetes diatas kaca objek, lalu
diletakkan di kawat penyangga
3. Dibakar jarum ose hingga berwarna seperti bara api, lalu
didinginkan
4. Diambil biakan bakteri pada cawan petri menggunkan jarum ose
dengan posisi cawan petri dibelakang bunsen
5. Dilakukan fiksasi dengan panas, caranya dengan melewatkan
sediaan di atas api spiritus.
6. Meletakan sediaan bakteri diatas kawat penyangga yang berada
diatas baskom pewarna, lalu ditambahkan crystal violet pada
sediaan dan didiamkan selama 30 detik.
7. Dibilas sediaan dengan menggunakan aquades
8. Ditambahkan larutan lugol pada sediaan, lalu didiamkan selama
30detik
9. Dibilas kembali sediaan dengan aquades
10. Ditambahkan larutan alkohol pada sediaan, lalu didiamkan
selama 5 detik
11. Dibilas sediaan dengan menggunakan aquades
12. Ditambahkan larutan safranin pada sediaan, lalu didiamkan
selama 30 detik
13. Dibilas sediaan dengan menggunakan aquades
14. Dikeringkan sediaan pada slide dryer
15. Diambil sediaan yang telah kering dan ditambahkan minyak
emersi, lalu diamati di bawah lensa mikroskop dengan
pembesaran kuat 1000x
III. Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil

Gambar 1. Sediaan bakteri

Gambar 2. Perbesaran sediaan bakteri

Tabel data hasil pengamatan pewarnaan bakteri secara gram.


Warna bakteri Bentuk bakteri Keterangan
Merah Streptobasil Gram negatif

3.2 Pembahasan
Praktikum ini membahas tentang pewarnan gram bakteri.
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Mikroskopik Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura. Praktikum pewarnaan gram
bakteri ini dilakukan untuk membedakan bakteri menjadi dua
kelompok besar, yaitu Gram negatif dan Gram positif. Prinsip
pewarnaan gram didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel
bakteri sehingga menyebabkan perbedaan reaksi dengan
permeabilitas zat warna dan penambahan larutan pencuci.1
Pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini
disebabkan karena banyak bakteri yang tidak mempunyai zat
warna.2 Tujuan pewarnaan bakteri ialah untuk mempermudah
melihat bentuk jasad, memperjelas bentuk dan ukuran jasad,
melihat struktur luar dan dalam jasad dan melihat reaksi jasad
terhadap pewarnaan (sifat kimia dan fisika). 3
Praktikum dilakukan dengan mengambil kaca objek yang
akan digunakan untuk meletakkan biakan bakteri. Kaca objek
tersebut dipanaskan dengan cara melewatkan kaca objek di atas api
lalu didinginkan. Hal ini dilakukan untuk mensterilkan kaca objek.
Kaca objek kemudian diteteskan dengan aquades sebanyak satu
tetes. Aquades berguna agar biakan bakteri dapat menempel pada
kaca objek. Setelah itu, diambil jarum ose, dan dipanaskan hingga
terbentuk seperti bara api. Jarum ose dipanaskan untuk
mensterilkan jarum ose itu sendiri sehingga tidak mengkontaminasi
bahan-bahan yang akan digunakan, terutama biakan bakteri.
Kemudian diambil biakan bakteri pada cawan petri. Pengambilan
bakteri dilakukan di belakang atau didekat nyala api, tujuannya
agar terhindar dari kontaminasi bakteri. Bakteri yang telah diambil
kemudian difiksasi. Fiksasi dapat dilakukan dengan cara
melewatkan preparat diatas api. Fiksasi digunakan untuk
mengamati bakteri oleh karena sel bakteri lebih jelas terlihat
setelah diwarnai, melekatkan bakteri pada glass objek dan
mematikan bakteri.4
Ditambahkan pewarna crystal violet pada preparat bakteri,
lalu didiamkan selama 30 detik. Crystal violet atau ungu gentian
adalah pewarna triarylmethane. Pewarna ini digunakan sebagai
histologis noda dalam metode gram klasifikasi bakteri. Crystal
violet memiliki sifat sifat anti bakteri, jamur dan obat cacing, dan
sebelumnya penting sebagai antiseptik topikal.5
Dibilas sediaan dengan menggunakan aquades, kemudian
ditambahkan larutan lugol dan didiamkan selama 30 detik. Larutan
Lugol’s yodium, juga dikenal sebagai solusi lugol, merupakan
solusi dari iodium dan iodida dalam air. Larutan yodium lugol
digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan, dan untuk
desinfikasi darurat air minum, dan sebagai reagen untuk deteksi
pasti di dalam laboratorium, pewarnaan dan tes medis.6 Larutan
lugol atau iodium berfungsi untuk mempertajam atau mempertegas
warna.7
Dicuci sediaan dengan menggunakan larutan alkohol
selama 5 detik, dan dibilas kembali dengan aquades. Pada saat
pencucian dengan alkohol, kandungan lipid yang cukup tingg akan
menyebabkan lipid yang terlarut juga banyak sehingga terjadi
pembesaran lubang pori pada lapisan peptidoglikan dan akhirnya
meningkatkan permeabilitas terhadap zat warna. Setelah itu,
ditambahkan larutan safranin, lalu didiamkan selama 30 detik dan
dibilas dengan aquades. Safranin adalah noda biologis yang
digunakan dalam histologi dan sitologi. Safranin digunakan
sebagai conterstain dalam beberapa protokol pewarnaan. Mewarnai
seluruh inti sel darah merah. Ini adalah counterstain klasik dalam
gram stain. Hal ini juga dapat digunakan untuk deteksi tulang
rawan, musin dan butiran sel mast. Safranin biasanya memilki
struktur kimia. Ada juga trimetil safranin kedua senyawa
berperilaku dasarnya identik dan aplikasi pewarnaan biologi dan
kebanyakan prosedur safranin tidak membedakan diantara
keduanya. Persiapan safranin komersial sering mengandung
campuran dari kedua jenis. Safranin juga digunakan sebagai
indikator redok dalam kimia analitik.5 Setelah dilakukan
pewarnaan, sediaan diberikan minyak emersi untuk kemudian
dilakukan pengamatan dibawah mikroskop cahaya dengan
perbesaran 1000x. Fungsi minyak emersi adalah untuk
memperjelas objek dan melindungi lensa mikroskop tu sendiri pada
perbesaran 1000x.
Dari hasil pengamatan ditemukan bakteri berbentuk
streptobasil dan berwarna merah sehingga bakteri tersebut
tergolong bakteri Gram negatif. Bila zat warna pertama terhapus
sehingga yang nampak adalah zat warna asli (ungu), maka sediaan
ini disebut dengan gram positif. Sedangkan bila zat warna
tambahan (merah) bertahan hingga zat warna asli tidak tampak,
maka sediaan ini dinamakan dengan gram negatif. Ciri khas inilah
yang digunakan dalam penggolongan bakteri.1Perbedaan respon
terhadap mekanisme pewarnaan gram pada bakteri adalah
didasarkan pada struktur dan komposisi dinding sel bakteri. Bakteri
gram positif mengandung protein dan gram negatif mengandung
lemak dalam persentasi lebih tingg dan dinding selnya tipis.8
Perbedaan reaksi pewarnaan Gram berdasarkan komposisi dinding
sel bakteri. Dinding sel bakteri gram negatif terdiri dari 5-20%
peptidoglikan, selebihnya adalah polisakarida, sedangkan dinding
sel bakteri gram positif mengandung 90% peptidoglikan selebihnya
adalah asam teikoat.9
Hasil pewarnaan gram yang menunjukkan dinding sel
bakteri berwarna merah disebabkan karena kandungan
peptidoglikan pada dinding selnya lebih rendah, tetapi kandungan
lipidnya tinggi. Pada saat pencucian dengan alkohol 95% dengan
kandungan lipid yang cukup tinggi ini, akan menyebabkan lipid
yang terlarut juga banyak sehingga terjadi pembesaran lubang pori
pada lapisan peptidoglikan dan akhirnya meningkatkan
permeabilitas terhadap zat warna. Setelah itu kompleks amonium
oksalat kristal violet yodium lepas dalam hal ini terlarut oleh
pencucian dengan alkohol 95%, sehingga sel akan mengikat zat
warna kedua, dalam hal ini safranin. Hal tersebut sesuai dengan
Tarigan (1988) bahwa selama perlakuan dengan alkohol ternyata
lemak tersebut tertarik keluar sehingga memperbanyak porositas
atau menaikkan permeabilitas dinding sel. Hal ini mengakibatkan
kompleks kristal violet yodium tertarik keluar, sehingga bakteri
kehilangan warna. Pada bakteri gram negatif kandungan jumlah
peptidoglikannya lebih sedikit, pori-pori dinding selnya cukup
besar meskipun sudah diberi perlakuan dicuci dengan etanol, dan
kompleks kristal violet yodium ikut tercuci. Karena itulah bakteri
gram negatif kehilangan warna tersebut dan menyerap zat warna
selanjutnya yaitu safranin, sehingga sel bakteri berwarna merah.
Sel-sel gram negatif mempunyai kandungan lipid yang lebih tinggi
pada dinding selnya dan lipid umumnya larut dalam alkohol dan
aseton. Larutnya lipid oleh pemucat yang digunakan diduga
memperbesar pori-pori dinding sel dan inilah yang menyebabkan
proses pemucatan pada sel-sel gram negatif berlangsung lebih
cepat. Kemungkinan lain bahwa dalam bakteri koloni 1 tidak
ditemukan adanya senyawa Mg-ribonukleat yang dapat bereaksi
dengan amonium oksalat kristal-violet, sehingga amonium oksalat
kristal-violet mudah larut oleh safranin.9 Bakteri gram negatif tidak
ditemukan adanya senyawa Mg-ribonukleat. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada bakteri Gram negatif setelah pelunturan
warna dengan alkohol, lemak dikeluarkan dari dinding sel
menyebabkan porositas meningkat, sehingga kompleks kristal
violet-iodium keluar dari sel.10
IV. Kesimpulan

Kesimpulan praktikum ini yaitu biakan bakteri pada praktikum


ini berbentuk streptobasil dan termasuk kelompok Gram negatif.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dwidjoseputro, D.. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Imagraph; 2005.


2. Waluyo, lud. Mikrobiologi Umum.Malang : UMM Press; 2004.
3. Hadiutomo. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga; 1990.
4. Lay, Bibiana.W. Analisis Mikroba di Laboratorium.Jakarta : Rajawali;
1994.
5. Sutedjo, Mul Mulyani. Mikrobiologi Tanah.Jakarta : Rineka Cipta; 1991.
6. Dwidjoseputro, D. Dasar-Dasar Mikrobiologi, Malang : Djambatan; 1998.
7. Juliantina, Farida. Manfaat Sirih Merah (Piper Crocatum) Sebagai Agen
Anti Bakterial Terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. JKKI –
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia. 2012.
8. Pelczar, Michael J dan Chan, E.C.S. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta:
Universitas Indonesia Press; 2005.
9. Hadioetomo, R.S. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: Gramedia;
1993.
10. Darkuni, M. Noviar. Mikrobiologi (Bakteriologi, Virologi, dan Mikologi).
Malang: Universitas Negeri Malang; 2001.

Anda mungkin juga menyukai