RIYDA LEOVANY
I1011171060
3.2 Pembahasan
Praktikum ini membahas tentang pewarnan gram bakteri.
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Mikroskopik Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura. Praktikum pewarnaan gram
bakteri ini dilakukan untuk membedakan bakteri menjadi dua
kelompok besar, yaitu Gram negatif dan Gram positif. Prinsip
pewarnaan gram didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel
bakteri sehingga menyebabkan perbedaan reaksi dengan
permeabilitas zat warna dan penambahan larutan pencuci.1
Pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini
disebabkan karena banyak bakteri yang tidak mempunyai zat
warna.2 Tujuan pewarnaan bakteri ialah untuk mempermudah
melihat bentuk jasad, memperjelas bentuk dan ukuran jasad,
melihat struktur luar dan dalam jasad dan melihat reaksi jasad
terhadap pewarnaan (sifat kimia dan fisika). 3
Praktikum dilakukan dengan mengambil kaca objek yang
akan digunakan untuk meletakkan biakan bakteri. Kaca objek
tersebut dipanaskan dengan cara melewatkan kaca objek di atas api
lalu didinginkan. Hal ini dilakukan untuk mensterilkan kaca objek.
Kaca objek kemudian diteteskan dengan aquades sebanyak satu
tetes. Aquades berguna agar biakan bakteri dapat menempel pada
kaca objek. Setelah itu, diambil jarum ose, dan dipanaskan hingga
terbentuk seperti bara api. Jarum ose dipanaskan untuk
mensterilkan jarum ose itu sendiri sehingga tidak mengkontaminasi
bahan-bahan yang akan digunakan, terutama biakan bakteri.
Kemudian diambil biakan bakteri pada cawan petri. Pengambilan
bakteri dilakukan di belakang atau didekat nyala api, tujuannya
agar terhindar dari kontaminasi bakteri. Bakteri yang telah diambil
kemudian difiksasi. Fiksasi dapat dilakukan dengan cara
melewatkan preparat diatas api. Fiksasi digunakan untuk
mengamati bakteri oleh karena sel bakteri lebih jelas terlihat
setelah diwarnai, melekatkan bakteri pada glass objek dan
mematikan bakteri.4
Ditambahkan pewarna crystal violet pada preparat bakteri,
lalu didiamkan selama 30 detik. Crystal violet atau ungu gentian
adalah pewarna triarylmethane. Pewarna ini digunakan sebagai
histologis noda dalam metode gram klasifikasi bakteri. Crystal
violet memiliki sifat sifat anti bakteri, jamur dan obat cacing, dan
sebelumnya penting sebagai antiseptik topikal.5
Dibilas sediaan dengan menggunakan aquades, kemudian
ditambahkan larutan lugol dan didiamkan selama 30 detik. Larutan
Lugol’s yodium, juga dikenal sebagai solusi lugol, merupakan
solusi dari iodium dan iodida dalam air. Larutan yodium lugol
digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan, dan untuk
desinfikasi darurat air minum, dan sebagai reagen untuk deteksi
pasti di dalam laboratorium, pewarnaan dan tes medis.6 Larutan
lugol atau iodium berfungsi untuk mempertajam atau mempertegas
warna.7
Dicuci sediaan dengan menggunakan larutan alkohol
selama 5 detik, dan dibilas kembali dengan aquades. Pada saat
pencucian dengan alkohol, kandungan lipid yang cukup tingg akan
menyebabkan lipid yang terlarut juga banyak sehingga terjadi
pembesaran lubang pori pada lapisan peptidoglikan dan akhirnya
meningkatkan permeabilitas terhadap zat warna. Setelah itu,
ditambahkan larutan safranin, lalu didiamkan selama 30 detik dan
dibilas dengan aquades. Safranin adalah noda biologis yang
digunakan dalam histologi dan sitologi. Safranin digunakan
sebagai conterstain dalam beberapa protokol pewarnaan. Mewarnai
seluruh inti sel darah merah. Ini adalah counterstain klasik dalam
gram stain. Hal ini juga dapat digunakan untuk deteksi tulang
rawan, musin dan butiran sel mast. Safranin biasanya memilki
struktur kimia. Ada juga trimetil safranin kedua senyawa
berperilaku dasarnya identik dan aplikasi pewarnaan biologi dan
kebanyakan prosedur safranin tidak membedakan diantara
keduanya. Persiapan safranin komersial sering mengandung
campuran dari kedua jenis. Safranin juga digunakan sebagai
indikator redok dalam kimia analitik.5 Setelah dilakukan
pewarnaan, sediaan diberikan minyak emersi untuk kemudian
dilakukan pengamatan dibawah mikroskop cahaya dengan
perbesaran 1000x. Fungsi minyak emersi adalah untuk
memperjelas objek dan melindungi lensa mikroskop tu sendiri pada
perbesaran 1000x.
Dari hasil pengamatan ditemukan bakteri berbentuk
streptobasil dan berwarna merah sehingga bakteri tersebut
tergolong bakteri Gram negatif. Bila zat warna pertama terhapus
sehingga yang nampak adalah zat warna asli (ungu), maka sediaan
ini disebut dengan gram positif. Sedangkan bila zat warna
tambahan (merah) bertahan hingga zat warna asli tidak tampak,
maka sediaan ini dinamakan dengan gram negatif. Ciri khas inilah
yang digunakan dalam penggolongan bakteri.1Perbedaan respon
terhadap mekanisme pewarnaan gram pada bakteri adalah
didasarkan pada struktur dan komposisi dinding sel bakteri. Bakteri
gram positif mengandung protein dan gram negatif mengandung
lemak dalam persentasi lebih tingg dan dinding selnya tipis.8
Perbedaan reaksi pewarnaan Gram berdasarkan komposisi dinding
sel bakteri. Dinding sel bakteri gram negatif terdiri dari 5-20%
peptidoglikan, selebihnya adalah polisakarida, sedangkan dinding
sel bakteri gram positif mengandung 90% peptidoglikan selebihnya
adalah asam teikoat.9
Hasil pewarnaan gram yang menunjukkan dinding sel
bakteri berwarna merah disebabkan karena kandungan
peptidoglikan pada dinding selnya lebih rendah, tetapi kandungan
lipidnya tinggi. Pada saat pencucian dengan alkohol 95% dengan
kandungan lipid yang cukup tinggi ini, akan menyebabkan lipid
yang terlarut juga banyak sehingga terjadi pembesaran lubang pori
pada lapisan peptidoglikan dan akhirnya meningkatkan
permeabilitas terhadap zat warna. Setelah itu kompleks amonium
oksalat kristal violet yodium lepas dalam hal ini terlarut oleh
pencucian dengan alkohol 95%, sehingga sel akan mengikat zat
warna kedua, dalam hal ini safranin. Hal tersebut sesuai dengan
Tarigan (1988) bahwa selama perlakuan dengan alkohol ternyata
lemak tersebut tertarik keluar sehingga memperbanyak porositas
atau menaikkan permeabilitas dinding sel. Hal ini mengakibatkan
kompleks kristal violet yodium tertarik keluar, sehingga bakteri
kehilangan warna. Pada bakteri gram negatif kandungan jumlah
peptidoglikannya lebih sedikit, pori-pori dinding selnya cukup
besar meskipun sudah diberi perlakuan dicuci dengan etanol, dan
kompleks kristal violet yodium ikut tercuci. Karena itulah bakteri
gram negatif kehilangan warna tersebut dan menyerap zat warna
selanjutnya yaitu safranin, sehingga sel bakteri berwarna merah.
Sel-sel gram negatif mempunyai kandungan lipid yang lebih tinggi
pada dinding selnya dan lipid umumnya larut dalam alkohol dan
aseton. Larutnya lipid oleh pemucat yang digunakan diduga
memperbesar pori-pori dinding sel dan inilah yang menyebabkan
proses pemucatan pada sel-sel gram negatif berlangsung lebih
cepat. Kemungkinan lain bahwa dalam bakteri koloni 1 tidak
ditemukan adanya senyawa Mg-ribonukleat yang dapat bereaksi
dengan amonium oksalat kristal-violet, sehingga amonium oksalat
kristal-violet mudah larut oleh safranin.9 Bakteri gram negatif tidak
ditemukan adanya senyawa Mg-ribonukleat. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada bakteri Gram negatif setelah pelunturan
warna dengan alkohol, lemak dikeluarkan dari dinding sel
menyebabkan porositas meningkat, sehingga kompleks kristal
violet-iodium keluar dari sel.10
IV. Kesimpulan