DISUSUN OLEH:
KELOMPOK D4
1. Trifena Pristi Anindyta (061711133084)
2. Adelia Ayu Pratiwi (061711133085)
3. Humika Yoseph Suhendra H. (061711133109)
4. Sherina Lashita Candrakirana (061711133153)
5. Amirul Muslim Amrullah (061711133169)
6. Annisa Nur Fitria Rahma (061711133172)
7. Yuniarlisa Widi Kurniawati (061711133173)
b. Os atlas
Os atlas terangkai di belakang cranium, tepatnya di belakang condylus occipital.
c. Os temporalis
Os temporalis pars tymphanicus berada di ventral pars squamosal. Merupakan
penyusun tulang tymphani. Di atas bulla tymphani terdapat taju untuk pertautan
cartilago stylohyoideus yaitu processus styloideus.
Origo : Tuber fasciei, crista fascialis, dan tepi ventral arcus Zygomaticus
Insertio : Facies lateralis ramus mandibulae
Fungsi : Menggoyangkan mandibula pada saat mengunyah
M. Masseter adalah otot besar yang dapat terlihat bergerak saat seekor kuda
mengunyah. Hal ini dikarenakan pertautannya pada rahang bawah atau tulang lidah.
Pada hewan herbivora, M. Masseter dan M. Pterygoideus yang besar untuk
mengunyah yang ekstensif namun memiliki M. Digastricu yang terbatas.
2. M. Pterygoideus
Saccus Guttural ditutupi secara lateral oleh M. Pterygoideus, glandula Parotis, dan
glandula Mandibula. M. Pterygoideus adalah otot pemamah biak atau pengunyah pada
posisi medial rahang bawah. Otot ini melekat di medial ramus mandibula, memiliki
struktur tebal denga/n serat lurus ke caudolateral. Otot ini terbagi menjadi dua dan
antara keduanya dipisahkan oleh lapisan tendinous.
Pars Lateralis
Pars Medialis
2. M. Longus Capitis
M. Sternocephalicus adalah otot yang terletak paling superficial. Otot ini terdiri
dari M. Sternomandibularis dan M. Sternomastoideus. Otot ini berada di batas ventral
M. Bracchiocephalicus (pars cleidomastoideus) dan V. Jugularis.
Origo : Manubrium of Sternum
Insertio : Ramus mandibula
Fungsi : Flexor kepala-leher saat bekerja bilateral
Inervasi : Cabang ventral nervus cervical
Ketiga pembuluh darah ini melewati dinding Saccus Guttural dan akan mensuplai
darah ke bagian otak dan kepala. Arteri Carotis Externa dicabangkan oleh Arteri carotis
communis sisi kanan, Arteri carotis interna dicabangkan oleh Arteri carotis communis sisi
kiri, sedangkan arteri maxillaris merupakan cabang dari Arteri carotis eksterna. Penyakit
Mycosis Guttural Pouch mengakibatkan perdarahan / ephistaxis yang keluar melalui satu
ataupun kedua nostril . Tentunya ketiga arteri ini terkait dengan adanya perdarahan/
ephistaxis yang dialami kuda.
Perdarahan terjadi dikarenakan arteri mengalami kerusakan pada dindingnya. Erosi
dinding arteri disebabkan oleh plak jamur yang terbentuk didalam Saccus Guttural yang
melapisi arteri dan syaraf. Plak muncul di sepanjang dinding pembuluh darah utama
(Arteri carotis externa dan interna serta Arteri maxillaris). Plak jamur bahkan dapat
berproliferasi masuk ke dalam Arteri vena carotis interna , dan juga Arteri carotis externa.
Jika hal ini terjadi maka akan berakibat pada hemoragik fatal dan dapat berujung pada
kematian. Plak jamur ini tidak hanya dapat menyebabkan erosi pada satu pembuluh darah
saja, namun dapat terjadi pada ketiga pembuluh darah .
Tindakan operatif tentunya harus segera dilakukan oleh dokter hewan. Kuda dapat
mengalami kehilangan darah cukup banyak sehingga tranfusi darah perlu dilakukan
apabila terjadi hemoragik fatal. Namun pada umumnya tindakan operatif pembedahan
dilakukan dengan menghentikan perdarahan, dengan cara memblokir pembuluh darah
yang terkait.
Metode yang digunakan yaitu oklusi arteri dengan
embolisasi kumparan. Arteri carotis sebagai kateter dan
kumparan kecil sebagai sumbatan ditempatkan di masing-
masing segmen arteri dibawah bimbingan dari
fluoroscopic. Hal ini bertujuan untuk menghentikan aliran
darah pada pembuluh darah yang mengalami perdarahan.
Metode lainnya yang dapat digunakan yaitu kateter
balon oklusi dari arteri carotis interna. Metode ini
menempatkan balon yang melekat pada kateter fleksibel
menuju arteri carotis interna. Balon dapat mengembang
sehingga menghentikan perdarahan.
2.7 Sistem Nervus Terkait Suplai Organ Target Dan
Terkait Tindakan Operatif
Kantung guttural dilapisi dengan membran yang sangat tipis dan di bawah membran
itu ada beberapa saraf penting. Sebagian besar saraf ini adalah saraf kranial, yaitu nervus
fasialis (VII), nervus glossopharyng (IX), nervus vagus (X), nervus aksesorius (XI),
nervus hipoglossus (XII) serta pleksus faringeal, saraf kranial laring dan mandibula.
Penetrasi hifa dari mycosis ke dalam saraf juga dapat menyebabkan kerusakan saraf.
Jadi ketika rusak, tanda klinis yang dihasilkan berhubungan dengan fungsi kepala. dengan
menelan makanan dan air, pernapasan, ekspresi wajah dan postur tubuh. Dengan
empiema kronis, tanda-tanda keterlibatan saraf kranial dapat diamati, seperti disfagia atau
hemiplegia laring. Disfagia atau stridor pernapasan juga bisa terjadi akibat pelampiasan
laring oleh abses.
Nervus fasialis adalah saraf kranialis ke-7 berperan besar dalam mengatur ekspresi,
indra perasa di kulit wajah, penyalur sensasi dari bagian anterior lidah dan rongga mulut,
dan melalui inervasi parasimpatis nervus fasialis, kelenjar saliva, lakrimal, hidung dan
kelenjar palatine bisa menghasilkan sekret. Nervus fasialis berasal dari sudut
cerebellopontine, bagian lateral dari persimpangan pontomedullary. Rusaknya nervus
fasialis mengakibatkan paralisis wajah.
Nervus glossopharyngeal adalah saraf kranialis ke-9 berperan dalam menerima
berbagai bentuk serat sensorik dari bagian lidah, tubuh karotis, faring, dan telinga tengah,
memasok serat parasimpatis ke kelenjar parotis dan motoric serat pada otot
stylopharyngeus, dan membantu pleksus faring bersama dengan nervus vagus. Rusaknya
nervus glossopharyngeal mengakibatkan hilangnya reflex menelan yang beresiko
terjadinya aspirasi paru.
Nervus vagus adalah saraf kranialis ke-10 yang sebagian besar serat sarafnya
merupakan saraf parasimpatis, fungsi utama dari nervus vagus adalah untuk menelan,
mentransmisikan serat sensorik dari kulit bagian posterior dari meatus auditori eksternal
dan membrane timpani, menginervasi lajur usus sejauh lengkungan lienalis dari usus
besar transversal, jantung, cabang trakeobronkial, dan bagian interna abdomen. Nervus
vagus berkembang dari medulla kemudian meninggalkan fosa kranial posterior melalui
foramen jugularis. Rusaknya saraf vagus mengakibatkan nyeri, disfungsi organ, kram
otot, kesulitan menelan, dan gastroparesis.
Nervus aksesorius adalah saraf kranialis ke-11 yang berperan dalam persarafan otot
leher. Rusaknya nervus aksesorius mengakibatkan kelemahan pada otot leher saat
berputar ke sisi kontralateral.
Nervus hipoglossus adalah saraf kranialis ke-12 yang berperan dalam memberikan
persarafan pada otot-otot lidah. Nervus hipoglossus berasal dari medulla oleh seri vertikal
antara rootlets piramida dan zaitun, kanal dari nervus hipoglossus sendiri berada di dalam
tulang oksipital. Rusaknya nervus vagus mengakibatkan gangguan proses pengolahan
makanan dalam mulut dan gangguan menelan.
Pleksus faringeal merupakan saraf motorik dan sensorik daerah faring dibentuk oleh
cabang dari nervus vagus, cabang dari nevus glossopharyngeal dan serabut simpatis,
cabang dari nervus vagus berisi serabut motoric.
Nervus cranial laring meginervasi daerah laring bagian depan dibentuk oleh cabang
dari nervus vagus.
Nervus mandibularis bersifat motoris dan sensoris yang dilepaskan dari ganglion
semilunaris yang menginervasi otot-otot penguyah, serabut sensoris menginervasi gigi
bawah dan kulit daerah temporal.
Tindakan operatif untuk paralisis wajah dapat menggunakan elektromiografi,
termasuk rangsangan listrik dari saraf wajah, dapat digunakan untuk menentukan lokasi
dan keparahan cedera. Namun, perubahan tidak akan terbukti hingga 5-7 hari setelah
cedera.
Terapi untuk cedera mungkin termasuk pijat dan panas otot denervasi selama 15
menit, 2−3 kali / hari, untuk mempertahankan integritasnya sambil menunggu regenerasi
saraf. Terapi laser, juga dikenal sebagai laser dingin, terapi cahaya tingkat rendah, atau
photobiomodulation, dapat membantu regenerasi saraf. Saraf wajah dapat beregenerasi ~
1-4 mm / hari, sehingga pemeriksaan neurologis serial juga dapat membantu menentukan
prognosis. Jika belum ada perbaikan setelah 6 bulan, kemungkinan pemulihannya buruk.
2.8 Sistem Limpaticus Yang Terkait Dengan Aktivitas Organ Target
Kantong guttural terletak di bawah rongga cranium menuju bagian caudal dari
tengkorak atau sayap os atlas. Kantong guttural terdapat kelenjar patorid dan mandibular
di sebelah lateral. Bagian bawah atau dasar kantong guttural terletak di sekitar faring
sampai oesophagus. Bagian tengah limfonodul retro pharyngeal berada di antara faring
dan bagian ventral dari dinding kantong guttural.
5. Komplikasi Bedah
Ketika mendekati arteri karotid dan oksipital internal, bisa sulit membedakan
keduanya. Ini biasanya dapat diselesaikan dengan diseksi yang lebih dalam. Arteri
oksipital akhirnya menuju ke telinga, sedangkan arteri karotid internal berjalan ke arah
yang lebih rostral. Diseksi ini juga membantu visualisasi pembuluh menyimpang yang
berhubungan dengan arteri karotid internal. Kateterisasi cabang menyimpang dari arteri
karotis interna kiri pada kuda menyebabkan epistaksis persisten melalui segmen yang
terkena. Kateterisasi arteri carotid internal kiri yang menyimpang menghasilkan pada lesi
batang otak dan akhirnya kematian kuda. Jika kapal yang menyimpang diidentifikasi,
harus ditangani.
Seperti disebutkan sebelumnya, ligasi arteri karotid eksternal dan arteri palatina
mayor dapat menyebabkan kebutaan karena fenomena "mencuri" . Jika kateter balon-
tipped memasuki kantong guttural melalui lesi mycotic saat kateter maju, seharusnya
ditarik dan maju lagi. Juga dimungkinkan untuk memasukkan kateter lain sebagai
panduan dan kemudian mengoper kateter balon-tipped lagi. Jika situs bedah menjadi
panas dan bengkak setelah prosedur, infeksi harus dicurigai. Ini dapat diobati dengan
membuang kateter (setelah 14 hari) dan mengobati situs insisi sebagai luka terbuka.
Defisit neurologis bisa lambat untuk diselesaikan. Perawatan pasien, kesabaran, dan
waktu sangat penting.
BAB III
KESIMPULAN
Kantung guttural pada kuda rentan terkena penyakit Mycosis Saccus Gutturalis yang
dapat mengakibatkan kematian pada kuda yang terjangkit. Penyakit Mycosis Saccus
Gutturalis di sebabkan oleh jamur Aspergillus nidulans. Spora jamur Aspergillus nidulans
masuk melalui saluran pernafasan, menuju kantong guttural dan berkembang di kantong
tersebut.
Penyakit ini di tandai dengan kuda mengalami ephistaxis atau mengeluarkan nanah
dari salah satu lubang hidung maupun keduanya, terdapat bengkak pada daerah bilateral
caudal mandibula, syaraf wajah mengalami lumpuh, warna lidah menjadi pucat, dan tidak di
temukan luka dari luar.
DAFTAR PUSTAKA