Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

“ STAPHYLOCOCCUS AUREUS”

OLEH :

EVA YUSTACE TARINATE

NIM : 17051104016

UNIVERSITAS SAMRATULANGI

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena berkat limpahan rahmat dan karuniaNya saya dapat menyelesaika tugas

ini dengan baik.

Dalam pembuatan tugas ini, saya banyak mendapat tantangan dan

hambatan. Akan tetapi, karena adanya bantuan dari beberapa pihak tantangan

itu bisa teratasi.

Jika dalam tugas ini masih terdapat kesalahan, saya mohon maaf. Akhir

kata semoga tugas ini dapat memberikan nilai yang baik bagi saya.

Penyusun

Eva Yustace Tarinate

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1. Latar Belakang..............................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................2

2.1. Sifat-sifat Staphylococcus aureus.................................................................2

2.2. Dosis Keracunan Staphylococcus aureus.....................................................3

2.3. Mekanisme Keracunan Staphylococcus aureus............................................4

2.4. Bahan Pangan yang Sering Terkontaminasi.................................................5

2.5. Pencegahan Kontaminasi..............................................................................6

BAB 3 PENUTUP...................................................................................................9

3.1. Kesimpulan...................................................................................................9

3.2. Saran..............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat

berdiameter 0,7-0,9 µm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur

seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak

bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk

pigmen paling baik pada suhu kamar (20 -25 ºC). Koloni pada perbenihan

padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus,

menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90% isolat klinik menghasilkan S. aureus

yang mempunyai kapsul polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam

virulensi bakteri.

1.2. Rumusan Masalah

Makalah ini memuat beberapa rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana sifat dari bakteri Staphylococcus aureus ?

2. Bagaimana gejala keracunan yang diakibatkan oleh bakteri Staphylococcus

aureus ?

3. Berapa banyak dosis S.aureus yang dapat menyebabkan keracunan ?

4. Produk apa saja yang terkontaminasi oleh bakteri S.aureus ?

5. Bagaimana cara mencegah agar tidak keracunan bakteri S.aureus ?

1
BAB 2

PEMBAHASAN
BAB 1 Staphylococcus
Bakteri Staphylococcus aureus berasal dari
aureus
kata Staphylo (buah anggur) dan coccus (bulat).
BAB 2
Bakteri ini sering ditemukan sebagai flora normal

di kulit dan selaput lendir pada manusia. Beberapa

jenis bakteri ini dapat membuat enterotoksin yang

menyebabkan keracunan. Bakteri Staphylococcus

aureus  adalah bakteri patogen, penyebab penyakit

radang di kulit dan menimbulkan bisul yang

bernanah disebut abses [ CITATION Jaw12 \l

1033 ] .

Bakteri ini sering ditemukan pada makanan-

makanan yang mengandung protein. Enterotoksin

yang diproduksi oleh Staphylococcus


BAB 3 Klasifikasi ilmiah
aureus bersifat tahan panas dan masih aktif setelah
BAB 4 Domain :Bacteria
dipanaskan pada suhu 100°C selama 30
BAB 5 Kingdom :Eubacteria
menit[ CITATION Jaw12 \l 1033 ].
BAB 6 Filum : Firmicutes
2.1. Sifat-sifat Staphylococcus aureus
BAB 7 Kelas :Bacilli
Bakteri Staphylococcus aureus berbentuk
BAB 8 Ordo : Bacillales
bulat menyerupai bentuk buah anggur yang

tersusun rapi dan tidak teratur satu sama lain. Bakteri S. aureus tumbuh dan

2
berkembang biak pada suhu dari 50oF - 120oF, dengan pertumbuhan yang paling cepat

terjadi sekitar suhu tubuh (sekitar 98o F).

Sifat-sifat bakteri Staphylococcus aureus adalah sebagai berikut.

1. Berbentuk bulat dengan diameter kira-kira 0,7 – 0,9 µm.

2. Sel-selnya bersifat gram positif dan tidak aktif melakukan pergerakan (non

motil).

3. Bersifat patogen dan menyebabkan lesi local yang oportunistik.

4. Bersifat anaerob fakultatif.

5. Menghasilkan katalase.

6. Sebagian besar adalah saprofit yang hidup di alam bebas, namun habitat

alamiahnya adalah pada permukaan epitel golongan primate/mamalia.

7. Bersifat β-hemolitik.

8. Toleran garam (halodurik).

9. Menghasilkan pigmen kuning dan mungkin memproduksi eksotoksin.

2.2. Dosis Keracunan Staphylococcus aureus

Keracunan makanan dapat disebabkan kontaminasi enterotoksin dari

Staphylococcus aureus. Waktu onset dari gejala keracunan biasanya cepat dan

akut, tergantung pada daya tahan tubuh dan banyaknya toksin yang termakan.

Jumlah toksin yang dapat menyebabkan keracunan adalah 1,0 μg/gr makanan.

Tingkat racun ini dicapai apabila populasi S. aureus lebih dari 100.000 per gram.

Gejala keracunan ditandai oleh rasa mual, muntah-muntah, dan diare yang

hebat tanpa disertai demam [ CITATION Jaw95 \l 1033 ].

Infeksi oleh S. aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai

abses bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus

3
adalah bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat

diantaranya pneumonia, mastitis, plebitis, meningitis, infeksi saluran kemih,

osteomielitis, dan endokarditis. S. aureus juga merupakan penyebab utama

infeksi nosokomial, keracunan makanan, dan sindroma syok toksik.

2.3. Mekanisme Keracunan Staphylococcus aureus

Mekanisme keracunan S. aureus yaitu dimulai dari tertelannya

Staphylococcal enterotoksin (SE) yang bersal dari pangan yang dimakan. SE

yang tertelan akan berikatan dengan antigen major histocompatability complex

(MHC) yang menstimulasi sel T hasil maturasi dari limposit oleh timus untuk

melepas cytokine (sitokin). Sitokin ini selanjutnya akan menstimulasi

neuroreseptor yang ada di saluran pencernaan, dan rangsangan tersebut akan

diteruskan ke sistem syarat pusat (central nervous system) sehingga memicu

pusat muntah (Vomic center) yang ada di sistem syaraf pusat dan

mengakibatkan terjadinya, mual, muntah, dan pusing.

Toksin akan cepat menyerang Vomiting reflex center dari otak, kejang

otot perut dan diare kemudian biasanya terjadi. Terjadinya diare pada

keracunan S. aureus efkenya sejalan dengan toksin kolera [ CITATION

Tor98 \l 1033 ], toksin yang dihasilkan seringkali menyebabkan diare

sekretory. Diare sekretory terjadi karena enterotoksin menstimulasi sekresi

cairan dan elektrolit intestinal (usus) dengan meningkatkan sekresi anion aktif

(menghambat absorpsi NaCl) dan air, gangguan system transportasi air dan

elektrolit di usus mengakibatkan terjadinya diare. Pada diare sekretory tidak

terjadi kerusakan morfologi dari jaringan intestinal (toksin tidak merusak

jaringan usus). Bahaya dari diare ini adalah dapat menyebabkan pengeluaran

4
cairan tubuh yang berlebih pada penderita. Pemberian larutan gula-garam (Na)

secara oral dapat dilakukan untukmengganti cairan tubuh yang hilang

(mencegah dehidrasi) karena diare yang diinduksi oleh enterotoksin ini.

Gejala klinis keracunan Staphylococcal Enterotoksin (SE) umumnya

muncul secara cepat dan dapat menjadi kasus serius tergantung respon individu

terhadap toksin, jumlah makanan terkontaminasi yang ditelan, dan kondisi

kesehatan korban secara umum. Keracunan makanan oleh SE memiliki masa

inkubasi yang pendek (hanya beberapa jam). Gejala keracunan dapat terjadi

dalam jangka waktu 30 menit sampai 6 jam, dan puncaknya terjadi setelah 5

sampai 3 jam [ CITATION Win07 \l 1033 ]. Gejala umum dapat berupa mual,

sakit perut, muntah (lebih dari 24 jam), diare, hilangnya nafsu makan, kram

perut hebat, distensi abdominal, dan demam ringan. Pada beberapa kasus yang berat

dapat timbul sakit kepala, kejang otot perut, dan perubahan yang nyata pada tekanan

darah serta denyut nadi.

2.4. Bahan Pangan yang Sering Terkontaminasi

Staphylococcus aureus terdeteksi sebagai bakteri kontaminan atau bakteri

patogen yang mampu hidup dan beraktivitas pada berbagai jenis bahan pangan.

Jenis bahan pangan yang terkontaminasi Staphylococcus aureus antara lain

adalah:

a. Susu dan produk berbasis susu (coklat, mentega, dan keju)

b. Produk daging dan unggas (bacon, sosis, daging kaleng, ham, dan kornet

daging)

c. Produk fermentasi lambat (keju)

5
2.5. Pencegahan Kontaminasi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan lima kunci untuk

keamanan pangan yaitu menjaga kebersihan, memisahkan bahan mentah

dengan makanan matang untuk mencegah kontaminasi silang, memasak

makanan sampai matang, menjaga makanan pada suhu aman dan menggunakan

air bersih untuk mencuci bahan pangan. Mengingat kasus keracunan akibat S.

aureus cukup tinggi, maka perlu diketahu metode-metode pencegahan terhadap

pertumbuhan S. aureus. Pada dasarnya ada beberapa metode yang dapat

dilakukan antara lain sebagai berikut :

a. Metode menghambat pertumbuhan S.aureus

Penyimpanan di refrigerator merupakan cara yang dilakukan untuk

mencegah pertumbuhan S.aureus. Penyimpanan pangan dapat dilakukan pada

suhu dibawah 4oC jika tidak langsung dikonsumsi. Suhu optimum untuk

pertumbuhan S.aureus adalah 35oC – 37oC dengan suhu minimum 6,7oC dan

suhu maksimum 45,4oC. Dengan penyimpanan makanan pada suhu dibawah

6,7oC dapat mencegah pertumbuhannya.

b. Pencegahan kontaminasi silang dan kontaminasi ulang

Pencegahan secara total mungkin tidak dapat dilakukan, namun

makanan yang dimasak, dipanaskan, dan disimpan dengan benar umumnya

aman dikonsumsi. Bahan pangan akan terkontaminasi ulang, yaitu apabila

makanan yang sudah dimasak bersentuhan dengan bahan mentah atau peralatan

yang terkontaminasi (misalnya alas, pemotong, dll). Pemanasan kembali

dengan suhu yang cukup hanya dapat menghilangkan bakteri enterik tetapi

6
tidak dapat menginaktifkan enterotoksin yang telah terlanjur terbentuk oleh

S.aureus. Pemisahan ruang serta peralatan untuk bahan mentah dan matang

dapat menghindarkan kontaminasi silang.

Kontaminasi ulang dapat dicegah melalui program sanitasi dan higiene

yang baik pada ruangan, peralatan maupun pekerja dan pengawasan kebiasan-

kebiasaan pekerja. Selain itu higiene personal dan sanitasi peralatan juga perlu

untuk diperhatikan. Mencuci tangan dengan sabun sesudah dari toilet,

mencegah tangan agar tidak memegang mulut, hidung, atau rambut pada sat

bekerja/memasak, menutup mulut/hidung pada saat batuk/bersin degan tisu dan

kemudian mencuci tangan segera dengan sabun. Banyak kasus keracunan

terjadi karena tenaga pengolahnya tidak memperhatikan aspek higiene dan

sanitasi, soal sepele seperti kebersihan kuku, pakaian kerja, dan rambut sering

diabaikan, padahal bisa berakibat fatal.

Hal-hal yang sangat penting dilakukan untuk mencegah kontaminasi makanan

dengan S.aureus sebelum toksin dapat diproduksi yaitu :

1. Cuci tangan dan sela-sela kuku secara seksama dengan sabun dan air sebelum

menangani dan menyiapkan makanan.

2. Cuci peralatan makanan secara seksama sebelum digunakan.

3. Jangan menyiapkan makanan jika Anda memiliki penyakit hidung atau

infeksi mata.

4. Tidak menyiapkan atau melayani makanan untuk orang lain jika anda

memiliki luka infeksi kulit atau pada tangan dan pergelangan.

5. Pemisahan ruang serta peralatan untuk bahan mentah dan matang.

7
6. Jika makanan yang akan disimpan lebih dari dua jam, jaga agar makanan

tetap panas (lebih dari 140oF) atau tetap dingin (40oF atau di bawah).

7. Mengingat bahwa S.aureus berada dimana saja, maka dituntut untuk selalu

menjaga kebersihan dapur Anda.

8
BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang

menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak

menghasilkan sporadan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun

berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 µm. S. aureus tumbuh dengan

optimum pada suhu 37oC dengan waktu pembelahan 0,47 jam. S.

aureus merupakan mikroflora normal manusia. Bakteri ini biasanya terdapat

pada saluran pernapasan atas dan kulit.

Keberadaan S. aureus pada saluran pernapasan atas dan kulit pada

individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya berperan

sebagai karier. Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah

karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan

menggunakan steroidatau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga

terjadi pelemahan inang.

3.2. Saran

Saran yang dapat saya berikan, yaitu untuk mengcegah agar kita tidak

mengalami keracunan yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus kita

harus mencegah kebersihan tubuh dengan baik dan menjaga pola hidup yang

sehat. Akhir kata, semoga makalah inni dapat memberikan banyak manfaat

bagi kita semua.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://www.atlm.web.id/2016/12/makalah-staphylococcus-aureus.html

https://www.scribd.com/mobile/doc/57181410/Keracunan-Pangan-oleh-

Staphylococcus-aureus-pada-Daging-Ayam-dan-Cara-Pencegahannya-Food-

Poisoning-by-Staphylococcus-aureus-in-Chickens-Meat-and-the

Jawetz, M. e. (2012). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Jawez, E. e. (1995). Review of Medical Microbiology. Los Altos, California: Lange

Medical Publication.

repository.unpad.ac.id/9795/1/pustaka_unpad_staphylococcus.pdf

Tortora, J. e. (1998). Microbiology: An Introduction. Menlo Park, California: Six

edition.

Winarno, F. (2007). Analisis Laboratorium (Gastroenteritis dan Keracunan

Pangan). M-Brio Press.

10
11

Anda mungkin juga menyukai