LAPORAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Mikrobiologi
Yang dibina oleh Ibu Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.Si.
Oleh Kelompok 6 :
Offering H
1. Achmad Fais
(120342422457)
(140342601711)
(140342603933)
Februari 2016
A. JUDUL
Pewarnaan Spora Bakteri
B. TUJUAN
1. Untuk memperoleh keterampilan melakukan pewarnaan spora bakteri
2. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya spora bakteri
C. DASAR TEORI
Spora bakteri adalah bentuk bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan
diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Segera setelah keadaan luar baik lagi bagi
mereka, maka pecahlah bungkus spora dan tumbuhlah bakteri. Bentuk spora
bermacam-macam, ada yang berbentuk bulat dan ada yang berbentuk lonjong. Spora
membiaskan cahaya, sulit untuk diwarnai, dan sangat resisten terhadap faktor
lingkungan yang buruk. Beberapa bakteri mampu membentuk spora meskipun tidak
dalam keadaan ekstrem ataupun medium yang kurang nutrisi. Hal ini dimungkinkan
karena bakteri tersebut secara genetis, dalam tahapan pertumbuhan dan
perkembangannya memang memiliki satu fase sporulasi (Dwidjoseputro, 2005).
Jenis-jenis bakteri tertentu, terutama yang tergolong genus Bacillus dan
Clostridium mempu membentuk spora. Oleh karena terbentuk di dalam sel, maka
disebut endospora (Hastuti, 2015). Mikroba lainnya misalnya jamur dan mikroalga
mempunyai spora yang terletak di luar sel (eksospora). Endospora jauh lebih tahan
terhadap pengaruh luar yang buruk dari pada bakteri biasa yaitu bakteri dalam
bentuk vegetatif. Tipe spora berdasarkan letak endospora bakteri yaitu:
a. Spora terminal, bila letak spora di ujung sel vegetatif
b. Spora lateral, bila letak spora di tepi sel vegetatif
c. Spora sentral, bila letak spora di tengah sel vegetatif
Spora bakteri ini dapat bertahan sangat lama, ia dapat hidup bertahun - tahun
bahkan berabad - abad jika berada dalam kondisi lingkungan yang normal.
Kebanyakan sel vegetatif akan mati pada suhu 60-70oC, namun spora tetap hidup,
spora bakteri ini dapat bertahan dalam air mendidih bahkan selama 1 jam lebih.
Selama kondisi lingkungan tidak menguntungkan, spora akan tetap menjadi spora,
sampai kondisi lingkungan dianggap menguntungkan, spora akan tumbuh menjadi
satu sel bakteri yang baru dan berkembang biak secara normal (Volk & Wheeler,
1988).
Bakteri dalam bentuk spora lebih tahan terhadap desinfektan, sinar,
kekeringan, suhu yang terlalu tinggi dan suhu yang terlalu rendah. Hal ini
disebabkan karena dinding spora yang impermeable, sedangkan banyaknya asam
ribonukleat di dalam protoplasma dapat menawar pengaruh buruk dari sinar, terlebih
sinar ultra ungu. Karena spora juga mengandung sangat sedikit air, maka keadaan ini
menyebabkan spora tidak mudah mengalami perubahan temperatur (Dwidjoseputro,
2005).
Pembentukan spora dapat dianggap sebagai suatu proses diferensiasi dari
suatu siklus hidup dalam keadaan-keadaan tertentu. Hal ini berbeda dari peristiwa
pembelahan sel karena tidak terjadi replikasi kromosom (Pelczar, 1986).
Salah satu ciri endospora bakteri adalah susunan kimiawinya. Semua
endospora bakteri mengandung sejumlah besar asam dipikolinat yaitu suatu
substansi yang tidak terdeteksi pada sel vegetatif. Sesungguhnya, asam tersebut
merupakan 5-10 % berat kering endospora. Sejumlah besar kalsium juga terdapat
dalam endospora, dan diduga bahwa lapisan korteks terbuat dari kompleks Ca2+
asam dipikolinat peptidoglikan (Pelczar, 1986).
Letak spora di dalam sel serta ukurannya selama pembentukannya tidaklah
sama bagi semua spesies contoh, beberapa spora adalah sentral yaitu dibentuk
ditengah tengah sel yang lain terminal yaitu dibentuk di ujung dan yang lain lagi
lateral yaitu di bentuk di tepi sel (Pelczar, 1986).
Diameter spora dapat lebih besar atau lebih kecil dari diameter sel
vegetatifnya. Dibandingkan dengan sel vegetatif, spora sangat resisten terhadap
kondisi-kondisi fisik yang kurang menguntungkan seperti suhu tinggi dan
3.
4.
5.
6.
Mangkuk pewarna
Kawat penyangga
Pipet
Pinset
7. Lampu spiritus
8. Botol penyemprot
Bahan
1. Aquades steril
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
E. CARA KERJA
F.
27. kaca benda yang bersih, lalu dilewatkan di atas nyala api lampu spiritus
Menyediakan
28.
Meneteskan setetes aquades steril di atas kaca benda tersebut
29.
30.
31.
n secara aseptik mengambil inokulum bakteri yang akan diperiksa dan ditaruh di atas tetesan aquade
32.
Meneteskan
larutan Hijau Malakit di atas sediaan itu, lalu dipanaskan di atas nyala api
33.
lampu spiritus selama 3 menit. Menjaga sediaan agar tidak sampai mendidih atau terlalu
kering
34.
35.
Meletakkan
sediaan di atas lewat penyangga di atas mangkuk pewarna, lalu dibiarkan
36.
sampai kering
37.
38.
Membersihkan larutan hijau malakit yang mengering diatas kaca benda dengan
mengalirkan air kran dalam botol penyemprot
39.
40.
41. Larutan safranin diteteskan di atas sediaan, lalu dibiarkan selama 3 menit
42.
43. kelebihan larutan safranin pada sediaan dengan mengalirkan air melalui botol
Mencuci
penyemprot
44.
45.
46.
Sediaan dikeringkan dengan kertas penghisap dan diamati di bawah mikroskop
47.
48.
Mengulangi semua langkah kerja untuk koloni yang berikutnya
49.
G. DATA PENGAMATAN
50.
51.
OLONI
55.
K 1
ADA/TI
52.
53.
DAK ADA
ENTUK
ETAK
SPORA
Ada yang
SPORA
- Bulat
SPORA
- Bebas
sudah
56.
63.
57.
64.
58.
65.
59.
66.
membentuk
spora (warna
-
hijau)
Ada yang
belum
membentuk
spora (warna
merah)
54.
69.
GAMBAR
60.
67.
61.
68.
62. -
Dominan
Bulat
71. 72.
Bebas
73.
tidak
berspora
(berwarna
merah)
70.
K
2
H. ANALISIS DATA
74.
Dari hasi pengamatan pewarnaan spora bakteri yang telah kami
lakukan, dapat diketahui spora bakteri yang terdapat pada koloni bakteri 1 (K1)
yang ditunjukan dengan spora yang berwarna hijau sebagai hasil dari perwarnaan
bakteri dengan larutan malakit hijau, sehingga jika bakteri yang bersprora maka
spora bakteri bersebut akan berwarna hijau, dan pada hasil yang kami peroleh
spora bakteri tersebut terletak bebas dan berbentuk bulat. Pada k1 juga dijumpai
bakteri yang tidak memiliki spora atau belum membentuk spora yang ditunjukan
dengan warna merah karena pemberian pewarna dengan larutan safranin.
Sedangkan pada koloni bakteri 2 (K2) dari hasil pengamatan kami lebih banyak
Desulfotomaculum,
Sporosarcina,
Thermoactinomycetes.
87.
88.
Gambar 1 : Siklus sporulasi. (14) Multiplikasi sel, (5) Pembentukan filamen aksial,
(6) Pembentukan septat, (7) Pembentukan prespora, (8) Pembentukan korteks, (9)
Pembentukan mantel, (10) Spora bebas, (11) Germinasi diikuti dengan aktivasi, (12)
Pembengkakan spora, (13) Pertumbuhan sel (Ray, 2004)
89.
90.
91.
bagian
terminal
dan
subterminal
yang
menyebabkan
Bacillus
brevis,
Bacillus
sphaericus,
dan
Bacillus
atau negatif, bersifat aerobik atau anaerobik fakultatif, motil atau tidak motil,
memfermentasi glukosa atau tidak dan dapat bersifat fermentatif, oksidatif
atau tidak keduanya (Naufalin, 1999). Famili Bacillaceae kadang-kadang
berbentuk streptobasil, flagel peritrik atau tanpa flagel, gram positif, parasit
atau patogen terutama pada insekta (Irianto, 2006). Jenis Bacillus spp.
menunjukkan bentuk koloni yang berbeda-beda pada medium agar cawan
Nutrien Agar. Warna koloni pada umumnya putih sampai kekuningan atau
putih keruh, tepi koloni bermacam-macam namun pada umumnya tidak rata,
permukaannya kasar dan tidak berlendir, ada yang cenderung kering
berbubuk, koloni besar dan tidak mengkilat. Bentuk koloni dan ukurannya
sangat bervariasi tergantung dari jenisnya. Setiap jenis Bacillus spp. juga
menunjukkan kemampuan dan ketahanan yang berbeda-beda dalam
menghadapi kondisi lingkungannya, misalnya ketahanan terhadap panas,
asam, kadar garam, dan sebagainya (Hatmanti, 2000).
100.
Genus Bacillus memiliki 25 spesies dengan letak endospora di
tengah atau di ujung sporangium (Irianto, 2006). Spora Bacillus mempunyai
resistensi yang lebih dibandingkan sel vegetatifnya (Hatmanti, 2000). Spora
Bacillus memiliki dinding yang tebal dan sangat resisten terhadap kondisi
fisik yang kurang menguntungkan seperti suhu tinggi, kekeringan, radiasi,
asam dan terhadap bahan-bahan kimia seperti desinfektan (Sembiring &
Fachmiasari, 2004). Bila Bacillus subtilis berada dalam kondisi kekurangan
nutrisi dalam media, Bacillus subtilis memiliki strategi bertahan termasuk
motilitas, kemotaksis, produksi enzim, transformasi, pembentukan antibiotik
untuk menekan persaingan nutrisi (Errington, 2003).
101.
Marga Bacillus mudah dibedakan dari kelompok bakteri
penghasil endospora lain. Organisme diklasifikasikan dalam Marga Bacillus
pada umumnya karena membentuk spora dan menunjukkan karakteristik
pada beberapa tes fenotip. Pembagian grup dalam Marga Bacillus didasarkan
pada bentuk spora dan letak sporangium. Bentuk spora yang dihasilkan oleh
Bacillus
spp. bermacam-macam
tergantung
jenisnya.
Bacillus
spp.
membentuk tidak lebih dari satu endospora untuk tiap sel, Bacillus subtilis
111.
Daftar Rujukan .
112.
113. Angert, E.R. & Losick, R.M. 1998. Propagation by Sporulation in The
Guinea Pig
Symbiont Metabacterium polyspora. Proceedings of
The National Academy of Sciences. USA. 95. pages. 1021810223.
114. Chary, V.K., Hilbert, D.W., Higgins, M.L. & Piggot, P.J. 2000. The
Putative DNA
Translocase SpoIIIE is Required for Sporulation of The
Symmetrically
Dividing Coccal Species Sporosarcina ureae.
Molecular Microbiology. 35.
612622.
115. Cousin, M.A. 1989. Sporeforming Bacteria in Foods. Purdue
University Press. West Layfayette.
116.
125. Holt, J., G. Krieg, N., R. Sneath, P., H.A. Staley, J., T. Williams, S., T.
1994.
Bergeys Manual of Determinative Bacteriology. Edisi ke-9.
Williams &
Wilkins. 559-561.
126. Irianto. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia mikrobiologi. Bandung:
CV YRAMA
127. Karow, M.L., Glaser, P. & Piggot, P.J. 1995. Identification of a Gene,
spoIIR, that
Links the Activation of E to The Transcriptional
Activity of F During
Sporulation in Bacillus subtilis. Proceedings of
The National Academy of
Sciences. USA. 92. pages. 20122016.
128. Lay, B., W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT.
RajaGrafindo
Persada.
129. Labell, T.L., Trempy, J.E. & Haldenwang, W.G. 1987. Sporulation
Specific Factor 29 of Bacillus subtilis is Synthesized from a Precursor
Protein, P31.
Proceedings of The National Academy of Sciences.
USA. 84. pages. 1784 1788.
130. Margolis, P., Driks, A. & Losick, R. 1993. Sporulation Gene SpoIIB
from Bacillus
subtilis. Journal Bacteriology. 175: 528540.
131. Naufalin R. 1999. Isolasi, Identifikasi dan Ketahanan Panas Bakteri
Pembentuk
Spora Aerob pada Bumbu Masakan Tradisional. Tesis.
Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
132. [NHMRC & NRMMC] National Health and Medical Research
Council and National
Resource Management Ministerial Council.
2011. Australian Drinking Water Guidelines Paper 6 National Water
Quality Management Strategy. Commonwealth of Australia. Canberra.
133.
137.
138. Volk dan Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar. Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.
139. Waluyo L. 2007. Mikrobiologi Umum. Edisi Revisi. Malang:
Universitas
Muahmmadiyah Malang.
140. [WHO] World Health Organization. 2004. Water Treatment and
Pathogen Control:
Process Efficiency in Achieving Safe Drinking
Water. IWA Publishing. London, UK.
Yehuda, S.B & Losick, R. 2002. Asymmetric Cell Division in B.
subtilis Involves a Spiral-Like Intermediate of the Cytokinetic Protein
FtsZ. Cell. 109: 257 266.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.
155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.
164.
165.
166.
167.
LAMPIRAN
168.
169.
170.
171.
1
172.
173.
174.
175.
176.
177.