OLEH :
NIDA IBTIHAL TAQIYYAH IRBAH
PO714203181018
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta
kasih sayang dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada seluruh ciptaan- Nya,
shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW.
Alhamdulillah berkat kemudahan yang diberikan Allah SWT, saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pewarnaan Preparat Histologi”
Adapun tujuan dari Penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Sitohistoteknologi. Dalam Penyusunan makalah ini, saya banyak mengalami
kesulitan dan hambatan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan ilmu pengetahuan
yang saya miliki. saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya
pada khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya. Amiin. kami sebagai
penyusun sangat menyadari bahwa dalam Penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang ditujukan untuk membangun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Histologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur jaringan secara
detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis, salah
satu dari cabang-cabang biologi. Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu
anatomi mikroskopis.
B. Tujuan Masalah
A. PENGERTIAN HISTOLOGI
Histologi merupakan ilmu yang memepelajari tentang jaringan tubuh dan cara
jaringan ini menyusun organ-organ. Akar kata Yunani histo dapat di terjemahkan
sebagai ‘jaringan’ atau ‘jaring’ karena kebanyakan jaringan merupakan jarring
filamen dan serat yang saling terjalin, baik selular maupun non selular, dengan
lapisan membranosa.
Jaringan dibentuk oleh dua komponen yang saling berinteraksi yaitu sel dan
matriks ekstrasel. Matriks ekstrasel terdiri atas banyak jenis molekul, dan
kebanyakan diantaranya sangat rumit dan membentuk struktur kompleks, seperti
serabut dan membrane basal. Fungsi matriks ekstrasel ini adalah sebagai
penunjang mekanis bagi sel-sel, mengangkut nutrient ke sel-sel, dan membawa
katabolit dan produk sekresi. Walaupun menghasilkan matriks ekstrasel, sel
tersebut di pengaruhi dan kadang di atur oleh molekul-molekul matriks. Sehingga
terdapat semacam interaksi intensif antara sel-sel dan matriks.
Setiap jaringan dibentuk oleh beberapa jenis sel dan secara khas oleh
asosiasi sel dan matriks ekstrasel yang spesifik. Asosiasi yang khas ini akan
mempermudah pengenalan sejumlah besar subtype jaringan. Kebanyakan organ
dibentuk oleh kombinasi beberapa jenis jaringan, kecuali susunan saraf pusat,
yang hampir seluruhnya terdiri atas jaringan saraf. Kombinasi yang tepat dari
jaringan-jaringan tersebut memungkinkan berfungsinya setiap organ dan
organisme secara keseluruhan.
1. Fiksasi
Blok keras yang berisi jaringan kemudian diletakkan pada suatu alat
disebut mikrotom dan di iris dengan pisau baja atau pisau kaca mikrotom
menjadi potongan setebal 1-10 satuan jarak lain yang umum digunakan
dalam histology adalah nanometer dan angstrom. Lembaran jaringan
diapungkan diatas air dan dipindahkan keatas kaca objek untuk dipulas.
3. Pemulasan
Agar dapat dipelajari dibawah mikroskop, sediaan biasanya harus dipulas
atau diwarnai karena kebanyakan jaringan tidak berwarna. Oleh sebab itu,
sejumlah metode pemulasan jaringan telah dirancang agar berbagai unsure
jaringan jelas terlihat dan dapat dibedakan satu dengan yang lain.
Kebanyakan pewarna ini bersifat sebagai senyawa asam atau basa dan
cenderung membentuk ikatan elektrostatik (garam) dengan radikal yang
dapat terionisasi di jaringan. Komponen jaringan dengan muatan netto
negative (anionic) lebih mudah di pulas dengan pewarna basa yang
disebut basofilik, sedangkan komponen kationik, seperti protein dengan
banyak gugus amino yang terionisasi, memiliki afinitas untuk pewarna asam
dan disebut asidofilik.
Contoh pewarna basa adalah biru toluidin, biru alcian dan biru metilen.
Hematoksilin bekerja seperti pewarna basa, artinya zat ini memulas
komponen basofilik jaringan. Komponen jaringan utama yang mengionisasi
dan bereaksi dengan pewarna basa akan mengikat zat basa karena adanya
asam dalam komposisi jaringan tersebut.
Contoh pewarna asam misalnya G jingga (orange G), eosin dan asam
fukhsin memulas komponen asidofilik jaringan seperti mitokondria, granula
skretoris, dan kolagen.
Dasar kimiawi untuk prosedur pemulasan lainnya lebih sulit dari pada
interaksi elektrostatik yang mendasari basofilia dan asidofilia. DNA secara
spesifik dapat diidentifikasikan dan dikuantifikasi dalam inti sel dengan
menggunakan reaksi feulgen, pada reaksi ini, gula deoksiribosa dihidrolisis
oleh asam hidroklorat lemah, yang diikuti dengan pengolahan dengan
reagen asam periodat dan schiff (PAS). Teknik PAS didasarkan pada
transformasi gugus 1,2-glikol yang terdapat dalam gula menjadi residu
aldehid, yang lalu bereaksi dengan reagen Schiff untuk menghasilkan warna
magenta atau ungu.
Material basofilik atau yang terpulas positif dengan PAS selanjutnya dapat
diidentifikasi oleh pengolahan awal sediaan jaringan melalui pencernaan
enzim dengan suatu enzim yang secara spesifik mencerna suatu substra, dan
membiarkan bagian lainnya yang berdekatan. Pada banyak prosedur, struktur
tertentu seperti inti sel menjadi terlabel, tetapi bagian sel lain sering tidak
tampak. Dalam hal ini, pulasan balik (counterstain) digunakan untuk
memberikan informasi tambahan. Pemulas balik biasanya adalah pewarna
tunggal yang diberikan pada suatu sediaan dengan metode lain untuk
mempermudah pengenalan inti atau struktur lain.
Struktur yang kaya akan lipid paling baik diperlihatkan dengan zat
pewarna yang larut-lipid untuk menghindari langkah persiapan seperti
pengolahan dengan panas, xylene, paraffin, yang dapat membuang lipid.
Sediaan beku dipulas dalam larutan alcohol yang tersaturasi dengan suatu
pewarna lipofilik seperti sudan black. Zat warna larut dalam dropet lipid sel
dan struktur lain yang kaya lipid, yang menjadi terpulas hitam.
Metode khusus untuk menemukan kolesterol, fosfolipid, dan glikolipid
bermanfaat pada diagnosis penyakit metabolic dengan terjadinya akumulasi
barbagai jenis lipid didalam sel. Selain pemulasan jaringan dengan pewarna,
teknik impregnasi logam yang biasanya menggunakan garam perak
merupakan metode yang umum dalam memperlihatkan serat matriks
ekstrasel tertentu dan element sel spesifik di jaringan saraf.
Salah satu distorsi tersebut adalah pengerutan yang ditimbulkan oleh bahan
fiksasi, oleh etanol, dan panas yang diperlukan untuk pemendaman paraffin.
Akibat pengerutan adalah timbulnya ruang artifisial di antara sel-sel dan unsure
jaringan lain. Penyebab lain timbulnya ruang artificial adalah hilangnya molekul,
seperti lipid, glikogen atau zat dengan berat molekul rendah, yang tidak cukup
kuat ditahan dalam jaringan oleh bahan fiksasi atau terbuang bersama cairan
saat proses pengeringan atau penjernihan. Patahan ringan pada sediaan juga
terlihat sebagai ruang besar di jaringan.
KESIMPULAN
1. Histologi merupakan ilmu yang memepelajari tentang jaringan tubuh dan cara
jaringan ini menyusun organ-organ.
2. Jaringan dibentuk oleh dua komponen yang saling berinteraksi yaitu sel dan
matriks ekstrasel yang berukuran mikroskopis, sehingga dalam pengamatannya
diperlukan mikroskop.
3. Sebelum melakukan pengkajian, diperlukan adanya sediaan jaringan, yang cara
pembuatannya disebut histoteknik.
4. Tahapan dalam pembuaatan sediann jaringan adalah fiksasi, pemendaman dan
pemotongan, pemulasan dan berakhir dengan penempatan kaca penutup pada
kaca objek.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/53444/BAB%20II%20Tinjauan
%20Pustaka.pdf
http://histologi.usu.ac.id/files/dasar-memahami-sel-dan-jaringan-pdf