Anda di halaman 1dari 12

PEWARNAAN PREPARAT HISTOLOGI

OLEH :
NIDA IBTIHAL TAQIYYAH IRBAH
PO714203181018

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


D. IV ANALIS KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2020/ 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta
kasih sayang dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada seluruh ciptaan- Nya,
shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW.
Alhamdulillah berkat kemudahan yang diberikan Allah SWT, saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pewarnaan Preparat Histologi”

Adapun tujuan dari Penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Sitohistoteknologi. Dalam Penyusunan makalah ini, saya  banyak mengalami
kesulitan dan hambatan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan ilmu pengetahuan
yang saya miliki. saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya
pada khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya. Amiin. kami sebagai
penyusun sangat menyadari bahwa dalam Penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang ditujukan untuk membangun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Histologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur jaringan secara
detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis, salah
satu dari cabang-cabang biologi. Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu
anatomi mikroskopis.

  Histologi amat berguna dalam mempelajari fungsi fisiologi sel-sel dalam


tubuh, baik manusia, hewan, serta tumbuhan, dan dalam bentuk histopatologi ia
berguna dalam penegakan diagnosis penyakit yang melibatkan perubahan fungsi
fisiologi dan deformasi organ. Sebagai contoh, di bidang kedokteran, kehadiran
tumor memerlukan hasil pemeriksaan contoh (sampel) jaringan. Di bidang
pertanian, pemeriksaan kondisi jaringan pengangkut dapat mendukung diagnosis
serangan hawar daun tembakau.

Dalam mempelajari ilmu histology terdapat sediaan atau preparat, yang


dalam pembuatannya disebut mikroteknik. Pembuatan sediaan jaringan tersebut
dilakukan melalui beberapa tahapan seperti fiksasi, pemendaman dan
pemotongan kemudian pemulasan atau pewarnaan.

B. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui histologi


2. Untuk mengetahui cara pembuatan preparat/sediaan jaringan histologi
3. Untuk mengetahui cara pewarnaan preparat histologi
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HISTOLOGI

Histologi merupakan ilmu yang memepelajari tentang jaringan tubuh dan cara
jaringan ini menyusun organ-organ. Akar kata Yunani histo dapat di terjemahkan
sebagai ‘jaringan’ atau ‘jaring’ karena kebanyakan jaringan merupakan jarring
filamen dan serat yang saling terjalin, baik selular maupun non selular, dengan
lapisan membranosa.

Jaringan dibentuk oleh dua komponen yang saling berinteraksi yaitu sel dan
matriks ekstrasel. Matriks ekstrasel terdiri atas banyak jenis molekul, dan
kebanyakan diantaranya sangat rumit dan membentuk struktur kompleks, seperti
serabut dan membrane basal. Fungsi matriks ekstrasel ini adalah sebagai
penunjang mekanis bagi sel-sel, mengangkut nutrient ke sel-sel, dan membawa
katabolit dan produk sekresi. Walaupun menghasilkan matriks ekstrasel, sel
tersebut di pengaruhi dan kadang di atur oleh molekul-molekul matriks. Sehingga
terdapat semacam interaksi intensif antara sel-sel dan matriks.

Setiap jaringan dibentuk oleh beberapa jenis sel dan secara khas oleh
asosiasi sel dan matriks ekstrasel yang spesifik. Asosiasi yang khas ini akan
mempermudah pengenalan sejumlah besar subtype jaringan. Kebanyakan organ
dibentuk oleh kombinasi beberapa jenis jaringan, kecuali susunan saraf pusat,
yang hampir seluruhnya terdiri atas jaringan saraf. Kombinasi yang tepat dari
jaringan-jaringan tersebut memungkinkan berfungsinya setiap organ dan
organisme secara keseluruhan.

Ukuran sel dan matriksnya yang kecil menyebabkan histology bergantung


pada penggunaan mikroskop. Kemajuan di bidang kima, biologi molecular,
fisiologi, imunologi dan patologi serta interaksi di antara bidang-bidang tersebut
sangat penting untuk memperoleh pengetahuan yang lebih baik dibidang bilogi
jaringan. Pembiasaan dengan alat dan metode setiap cabang ilmu sangat
penting untuk memahami topic pembelajaran dengan baik, sehingga makalah ini
akan membahas beberapa metode yang di pakai dalam mempelajari sel dan
jaringan.

B. PEMBUATAN SEDIAAN JARINGAN 

Pekerjaan membuat jaringan hingga siap untuk di amati di sebut histoteknik


atau mikroteknik. Prosedur yang paling sering digunakan dalam mempelajari
jaringan persiapan sediaan histology atau irisan jaringan yang dapat dipelajari
dengan bantuan mikroskop cahaya. Dengan mikroskop cahaya, jaringan diamati
melalui berkas cahaya yang menembus jaringan. Karena organ dan jaringan
biasanya terlalu tebal untuk ditembus cahaya, jaringan tersebut harus diiris
menjadi lembaran-lembaran tipis yang translusen dan kemudian dilekatkan di
atas kaca objek sebelum jaringan tersebut dapat diperiksa.

Sediaan jaringan (preparat) mikroskopik yang ideal harus dibuat sedemikian


rupa sehingga jaringan pada sediaan tersebut tetap memiliki struktur dan
komposisi molekul yang sama seperti di tubuh. Akan tetapi pada praktiknya, hal
ini jarang dapat dilakukan dan hampir selalu ada artefak , distorsi, dan hilangnya
komponen-komponen akibat proses persiapannya. Berikut tahapan-tahapan
dasar yang diterapkan pada pembuatan preparat (sediaan) jaringan histology:

1. Fiksasi

Jika preparat yang permanen dikehendakai, jaringan harus difiksasi.


Untuk menghindari jaringan pencernaan jaringan oleh enzim di dalam sel atau
oleh bakteri dan untuk mempertahankan struktur dan komponen molekul,
potongan organ harus diolah dengan tepat, sebelum atau secepat mungkin
setelah organ diangkat dari tubuh hewan. Fiksasi dapat dilakukan secara
kimiawi atau dengan cara fisika. Pada fiksasi kimiawi, jaringan biasanya
direndam dalam larutan yang menstabilkan atau dalam bahan pengikat yang
disebut bahan fiksasi. Karena bahan fiksasi memerlukan waktu untuk
meresap sepenuhnya kedalam jaringan, jaringan tersebut biasanya dipotong
menjadi fragmen kecil sebelum difiksasi untuk mempermudah pnetrasi bahan
fiksasi dan untuk menjamin pengawetan jaringan.

Salah satu bahan fiksasi terbaik untuk pemeriksaan mikroskop cahaya


rutin adalah larutan dapar isotonic dari formaldehid 37%. Formaldehida dan
glutaradelhida, yaitu bahan fiksasi lain yang banyak di pakai, diketahui
bereaksi dengan gugus amina protein jaringan. Pada glutaradelhida, kerja
fiksasinya diperkuat karena zat ini merupakan dialdehida yang dapat
membentuk ikatan-silang antarprotein.

2. Pemendaman dan Pemotongan

Jaringan umumnya dipendam dalam medium padat untuk memudahkan


pemotongan. Untuk memperoleh sediaan  yang tipis dengan mikrotom,
jaringan harus di infiltrasi sesudah fiksasi dengan substansi pemendam yang
member sifat padat pada jaringan. Bahan pemendaman meliputi paraffin, dan
dammar plastik. Paraffin digunakan secara rutin untuk mikroskop cahaya,
dammar digunakan baik pada mikroskop cahaya maupun electron.

Proses pemendaman atau impregnasi jaringan biasanya didahului oleh


dua tahap utama
yaitu pengeringan (dehydration) dan penjernihan (clearing). Air mula-mula
dihilangkan dari potongan jaringan yang ingin di pendam dengan cara
merendamnya berturut-turut secara bertahap dalam larutan etanol dan air,
biasanya dari etanol 70% sampai 100% (pengeringan). Etanol kemudian
digantikan dengan larutan yang dapat bercampur dengan alcohol dan media
pemendaman. Sewaktu jaringan di infiltrasi oleh pelarut, jaringan biasanya
menjadi jernih (transparan). Setelah jaringan tersebut dipenuhi oleh larutan,
jaringan dimasukkan dalam paraffin cair di dalam oven, pada suhu 52-60 .
Panas akan menguapkan pelarut dalam jaringan dan celah jaringan yang
ditinggalkan akan diisi dengan paraffin. Setelah dikeluarkan dari oven,
potongan jaringan dengan paraffin didalamnya akan menjadi keras.

Blok keras yang berisi jaringan kemudian diletakkan pada suatu alat
disebut mikrotom dan di iris dengan pisau baja atau pisau kaca mikrotom
menjadi potongan setebal 1-10  satuan jarak lain yang umum digunakan
dalam histology adalah nanometer dan angstrom. Lembaran jaringan
diapungkan diatas air dan dipindahkan keatas kaca objek untuk dipulas.

3. Pemulasan
Agar dapat dipelajari dibawah mikroskop, sediaan biasanya harus dipulas
atau diwarnai karena kebanyakan jaringan tidak berwarna. Oleh sebab itu,
sejumlah metode pemulasan jaringan telah dirancang agar berbagai unsure
jaringan jelas terlihat dan dapat dibedakan satu dengan yang lain.
Kebanyakan pewarna ini bersifat sebagai senyawa asam atau basa dan
cenderung membentuk ikatan elektrostatik (garam) dengan radikal yang
dapat terionisasi di jaringan. Komponen jaringan dengan muatan netto
negative (anionic) lebih mudah di pulas dengan pewarna basa yang
disebut basofilik, sedangkan komponen kationik, seperti protein dengan
banyak gugus amino yang terionisasi, memiliki afinitas untuk pewarna asam
dan disebut asidofilik.

Contoh pewarna basa adalah biru toluidin, biru alcian dan biru metilen.
Hematoksilin bekerja seperti pewarna basa, artinya zat ini memulas
komponen basofilik jaringan. Komponen jaringan utama yang mengionisasi
dan bereaksi dengan pewarna basa akan mengikat zat basa karena adanya
asam dalam komposisi jaringan tersebut.

Contoh pewarna asam misalnya G jingga (orange G), eosin dan asam
fukhsin memulas komponen asidofilik jaringan seperti mitokondria, granula
skretoris, dan kolagen.

Dari semua pewarna, kombinasi hematoksilin dan eosin (H&E) yang


paling banyak dipakai. Hematoksilin memulas DNA intisel dan struktur asam
lainnya di sel (seperti bagian sitoplasma yang kaya-RNA dan matriks tulang
rawan) menjadi biru. Sebaliknya, eosin memulas sitoplasma dan kolagen
menjadi merah muda. Selain terdapat banyak pewarna lainnya
misalnya trikom yang berfungsi menampakan inti dan sitoplasma dengan
jelas serta  membantu membedakan komponen jaringan ekstrasel daripada
H&E.

Dasar kimiawi untuk prosedur pemulasan lainnya lebih sulit dari pada
interaksi elektrostatik yang mendasari basofilia dan asidofilia. DNA secara
spesifik dapat diidentifikasikan dan dikuantifikasi dalam inti sel dengan
menggunakan reaksi feulgen, pada reaksi ini, gula deoksiribosa dihidrolisis
oleh asam hidroklorat lemah, yang diikuti dengan pengolahan dengan
reagen asam periodat dan schiff (PAS). Teknik PAS didasarkan pada
transformasi gugus 1,2-glikol yang terdapat dalam gula menjadi residu
aldehid, yang lalu bereaksi dengan reagen Schiff untuk menghasilkan warna
magenta atau ungu.

Polisakarida membentuk suatu kelompok yang sangat heterogen di


jaringan dan terdapat baik dalam bentuk bebas atau kombinasi dengan
protein dan lipid. Karena kandungan gula heksosnya, sejumlah besar
polisakarida juga dapat diperlihatkan dengan reaksi PAS. Polisakarida bebas
yang berlimpah disel hewan merupakan glikogen, yang dapat diperlihatkan
oleh PAS di hati, otot lurik, dan jaringan lain yang menimbunnya.

Rantai gula bercabang pendek melekat pada asam amino glikoprotein


sehingga kebanyakan glikoprotein terpulas positif oleh
PAS. Glikosaminoglikan (GAG) merupakan polisakarida anionic yang berantai
panjang dan tidak bercabang dan mengandung gula teraminasi. Banyak
glikosaminoglikan yang disintesis ketika melekat pada inti protein dan
membentuk suatu golongan makromolekul yang disebut proetoglikan, yang
menjadi bahan penting matriks ekstra sel (ECM) ketika disekresi.

Material basofilik atau yang terpulas positif dengan PAS selanjutnya dapat
diidentifikasi oleh pengolahan awal sediaan jaringan melalui pencernaan
enzim dengan suatu enzim yang secara spesifik mencerna suatu substra, dan
membiarkan bagian lainnya yang berdekatan. Pada banyak prosedur, struktur
tertentu seperti inti sel menjadi terlabel, tetapi bagian sel lain sering tidak
tampak. Dalam hal ini, pulasan balik (counterstain) digunakan untuk
memberikan informasi tambahan. Pemulas balik biasanya adalah pewarna
tunggal yang diberikan pada suatu sediaan dengan metode lain untuk
mempermudah pengenalan inti atau struktur lain.

Struktur yang kaya akan lipid paling baik diperlihatkan dengan zat
pewarna yang larut-lipid untuk menghindari langkah persiapan seperti
pengolahan dengan panas, xylene, paraffin, yang dapat membuang lipid.
Sediaan beku dipulas dalam larutan alcohol yang tersaturasi dengan suatu
pewarna lipofilik seperti sudan black. Zat warna larut dalam dropet lipid sel
dan struktur lain yang kaya lipid, yang menjadi terpulas hitam.
Metode khusus untuk menemukan kolesterol, fosfolipid, dan glikolipid
bermanfaat pada diagnosis penyakit metabolic dengan terjadinya akumulasi
barbagai jenis lipid didalam sel. Selain pemulasan jaringan dengan pewarna,
teknik impregnasi logam yang biasanya menggunakan garam perak
merupakan metode yang umum dalam memperlihatkan serat matriks
ekstrasel tertentu dan element sel spesifik di jaringan saraf.

Lama keseluruhan prosedur, mulai dari saat fiksasi sampai pengamatan


jaringan di bawah mikroskop cahaya dapat memerlukan waktu dari 12 jam 2,5
hari, yang bergantung pada ukuran jaringan, bahan fiksasi, media
pemendaman dan metode pemulasan. Langakah terakhir sebelum
pengamatan adalah melekatkan kaca penutup pada kaca objek dengan
media perekat.

C. MASALAH PADA PENGKAJIAN  SEDIAAN JARINGAN

Hal penting yang perlu di ingat selama mempelajari dan menginterpretasi


sediaan jaringan yang terpulas dibawah mikroskop adalah bahwa sediaan
mikroskop merupakan hasil akhir dari sederetan proses yang berawal dengan
pengumpulan jaringan dan berakhir dengan penempatan kaca penutup pada
kaca objek. Beberapa tahapan prosedur ini dapat mengubah bentuk jaringan,
dan menghasilkan kelainan struktur ringan yang disebut artifak. Struktur yang
terlihat secara mikroskopis dapat berbeda dengan struktur yang dijumpai saat
struktur tersebut masih hidup.

Salah satu distorsi tersebut adalah pengerutan yang ditimbulkan oleh bahan
fiksasi, oleh etanol, dan panas yang diperlukan untuk pemendaman paraffin.
Akibat pengerutan adalah timbulnya ruang artifisial di antara sel-sel dan unsure
jaringan lain. Penyebab lain timbulnya ruang artificial adalah hilangnya molekul,
seperti lipid, glikogen atau zat dengan berat molekul rendah, yang tidak cukup
kuat ditahan dalam jaringan oleh bahan fiksasi atau terbuang bersama cairan
saat proses pengeringan atau penjernihan. Patahan ringan pada sediaan juga
terlihat sebagai ruang besar di jaringan.

Artifak lain dapat meliputi pengeriputan sediaan yang terkadang di salah


artikan sebagai struktur linear seperti kapiler darah, kemudian endapan pemulas
yang dapat dikacaukan dengan struktur  sel  seperti granula sitoplasma.
Sehingga bila sebuah jaringan tiga-dimensi diiris dengan sediaan yang
sangat tipis, sediaan tersebut tampaknya hanya memiliki dua dimensi; panjang
dan lebar. Ketika memeriksa suatu sediaan di bawah mikroskop, harus selalu di
ingat bahwa sesuatu dapat hilang didepan atau dibelakang sediaan tersebut
karena banyak struktur jaringan yang lebih tebal daripada sediaan tersebut.
Struktur bundar yang terlihat secara mikroskopis dapat berupa irisan melalui
struktur sferis atau silinder dan saluran dengan irisan melintang terlihat seperti
cincin, selain itu struktur dalam suatu jaringan memiliki orientasi yang berbeda-
beda, gambaran dua dimensinya akan bervariasi, yang bergantung pada bidang
irisan.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah pembuatan preparat jaringan


histology adalah sebagai berikut:

1. Histologi merupakan ilmu yang memepelajari tentang jaringan tubuh dan cara
jaringan ini menyusun organ-organ.
2. Jaringan dibentuk oleh dua komponen yang saling berinteraksi yaitu sel dan
matriks ekstrasel yang berukuran mikroskopis, sehingga dalam pengamatannya
diperlukan mikroskop.
3. Sebelum melakukan pengkajian, diperlukan adanya sediaan jaringan, yang cara
pembuatannya disebut histoteknik.
4. Tahapan dalam pembuaatan sediann jaringan adalah fiksasi, pemendaman dan
pemotongan, pemulasan dan  berakhir dengan penempatan kaca penutup pada
kaca objek.
DAFTAR PUSTAKA

George H. Fried, Ph.D., dkk. 2006. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Mescher, Anthony L. 2012. Histologi Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/53444/BAB%20II%20Tinjauan
%20Pustaka.pdf

http://histologi.usu.ac.id/files/dasar-memahami-sel-dan-jaringan-pdf

Anda mungkin juga menyukai