Anda di halaman 1dari 100

TEKNIK FIKSASI

SEDIAAN
HISTOLOGI
Subtitle
 Peranan pemeriksaan PA dalam pelayanan pasien oleh klinisi pada umumnya
sudah dapat dimengerti, bukan hanya sekedar pelayanan penunjang, namun juga
berperan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan tindakan terhadap
pasien.
 Hasil pemeriksaan yang baik, sangat ditentukan oleh penanganan pemrosesan yang
baik pula di Laboratorium Patologi.
 Hal-hal penting dalam pelaksanaan pemrosesan tersebut, adalah antara lain :

- Kesabaran

- ketelitian

- ketrampilan serta kehati-hatian dengan peralatan keamanan/ keselamatan kerja


→ karena pada dasarnya pekerjaan tersebut tahap demi tahap harus dilaksanakan
dengan tepat, dan selalu berhubungan dengan bahan dan reagensia yang
berbahaya ( keras ).
 Hasil pemrosesan yang tidak baik, akan berakibat pada kesulitan , bahkan
kesalahan interpretasi / analisa dan penegakan diagnose patologi oleh Dokter
spesialis patologi anatomi.
 Ketrampilan dari petugas / tehnisi di laboratorium PA sangat dipengaruhi oleh jam
terbang dan ketelitian untuk selalu mengevaluasi hasil kerjanya.
 Pemeriksaan PA adalah pemeriksaan laboratorium yang dilakukan terhadap sel
jaringan tubuh dan atau cairan yang berasal dari tubuh manusia, melalui tahap-
tahap pemrosesan, sampai mendapatkan diagnosa PA yang bermanfaat bagi klinis
dalam memastikan diagnosa, menentukan strategi pengobatan sampai kepada
prognosa penyakit , monitoring dan Evaluasi penyakit .
 Diagnosa PA yang tepat dan cepat, berperan penting dalam penanganan pasien
oleh Dokter Klinis
 Khusus untuk bidang kedokteran forensic, peranan pemeriksaan PA adalah
membantu menegakkan penyebab kematian.
 Akurasi diagnosa PA ditentukan dan dipengaruhi oleh berbagai hal sepanjang
tahapan,yaitu diluar laboratorium PA dimulai dari pengambilan bahan dari tubuh
oleh Dokter klinis, pengiriman ke laboratorium PA, pemrosesan bahan tersebut di
Laboratorium PA sampai kepada pembacaan dan evaluasi serta penentuan
diagnose oleh Dokter spesialis PA.
 Laboratorium PA melayani permintaan pemeriksaan PA dari berbagai disiplin ilmu
kedokteran klinik, juga ilmu kedokteran forensic, dimana pasien dapat dikirimkan
langsung untuk pemeriksaan FNAB / Kerokan atau berupa bahan jaringan tumor /
cairan / hapusan yang telah difiksasi.
 Untuk mendiagnosa tumor atau kelainan tubuh lainnya → pemeriksaan teliti :
klinis, radiologis maupun histopatologis

Hasil PA : MENENTUKAN DIAGNOSA

MENENTUKAN PROGNOSA

RENCANA PENGOBATAN
Patologi Anatomi

Makroskopis Mikroskopis
(Gross appearance)
Teknik Histopatologi

Teknik untuk mengelola/mengolah suatu bahan/spesimen/jaringan melalui


langkah-langkah tertentu sehingga mendapatkan suatu sediaan mikroskopis
yang bisa menghasilkan suatu diagnosis, prognosis dan tindakan pengobatan yang
berguna untuk pasien
Langkah Pembuatan Sediaan Histopatologi
 1.FIKSASI JARINGAN
 2. PEMERIKSAAN DAN PEMOTONGAN SEDIAAN BASAH
 3. PENGOLAHAN JARINGAN
 4. PEMBUATAN SEDIAAN MIKROSKOPIS
Fiksasi:
Tindakan merendam bahan yang berasal dari biopsi, operasi / autopsi ke
dalam cairan fiksasi (volume cukup dan cairan fiksasi yang benar)

TUJUAN

1. Mencegah terjadinya proses autolisis


2. Mencegah proses pembusukan
3. Memadatkan & mengeraskan agar mudah untuk dipotong
4. Memadatkan cairan koloid
5. Mencegah kerusakan struktur jaringan
Syarat cairan fiksasi :
 Mempunyai daya tembus yang kuat
 Menembus jaringan secara merata
 Dapat memfiksasi secara keseluruhan
 Mempunyai daya tembus terus menerus
 Tidak membahayakan lingkungan
 Dapat diwarnai dengan berbagai macam tehnik pewarnaan
Cairan fiksasi untuk pemeriksaan histopatologi:
Formaldehid*
Etil alkohol
Asam asetat
Asam pikrat
Zenker
Bouin*
Carnoy, dll

umum digunakan karena mudah didapat, cukup murah & hasil


fiksasi cukup memuaskan & sudah lazim digunakan
Cairan formalin (Formaldehid 40 %)

 Gas yang mudah larut di dalam air


 Formalin adalah larutan pekat formaldehid yang dipasarkan mengandung 40 %
formaldehid
Beberapa sifat formalin yang harus diperhatikan

 1 Penyimpanan cukup lama dapat terjadi pengendapan formaldehid → kadar


formalin bisa berkurang
 2. Bisa menyebabkan infeksi kulit yang lama dan nyeri → sarung tangan
 3. Uap formalin bisa merusak mukosa hidung
Cairan yang dipasarkan bersifat asam → perlu buffer untuk menetralkan sebelum dipakai.

Lar. Formalin netral buffer 10% untuk fiksasi, komposisi sbb :


Formaldehid 37-40% 100ml
Aquades 900ml
natrium fosfat monobastik (NaH2PO4H2O) 4 gr
Natrium fosfat dibasik (Na2HPO4) 6,5 gr

Kelebihan formalin buffer :


- lebih efektif
- mencegah pembentukan pigmen formalin
2. PEMERIKSAAN DAN PEMOTONGAN
SEDIAAN BASAH
 A. Tujuan :

 1. Memastikan apakah jaringan yang diterima sesuai


dengan formulir yang diterima (identifikasi jaringan)
 2. Memeriksa / menilai jaringan yang diterima dan
menggantinya dalam bentuk tulisan sejelas mungkin
sehingga setiap yang membacanya dapat membayangkan
jaringan tersebut keseluruhannya (deskripsi jaringan )
 3. Memilih secara tepat bagian dari jaringanintuk diperiksa
secara mikroskopis
ALAT DAN BAHAN :
 1. Alat pemotong (pisau, sarung tangan, dll)
 2. Cairan fiksasi (formalin buffer 10 %)
 3. Talenan
 4. Alat tulis (mistar, kertas, pensil dll)
 5. Kaset tempat pemotongan jaringan
 6. Timbangan
PELAKSANAAN
1. Percatatan dan pemberian nomor-nomor sediaan
2. Penyediaan alat-alat dan bahan
3. Dilihat macamnya jaringan
 ukuran (tiga dimensi)
 bentuknya (teratur/tidak
 permukaannya( rata/tidak)
 konsistensinya (kenyal, kenyal padat, kenyal rapuh, keras dll)
 beratnya jaringan
 warna dan penampangnya

4. Bila sedikit usahakan semuanya dibuat untuk sediaan mikroskopis

5. Bila cukup besar ;

- Nilai secara keseluruhan


 Diambil beberapa contoh sampel potongan, kalau dapat perbatasan antara kelainan dan
yang normal
 Harus dilakukan lamelarisasi setebal 10-20 mm
 Pada umumnya potongan harus tegak lurus permukaan dan meliputi semua lapisannya
 Potongan –potongan dipisahkan dalam beberapa kaset
3. PENGOLAHAN JARINGAN

 Potongan jaringan dalam kaset → diolah


→jaringan padat dan kaku agar dapat
dipotong amat tipis 4-6µ → mikrotom →
mudah direkatkan ke objek gelas utk diwarnai
dan dipulas
Pengolahan jaringan meliputi 4 tahap :

 1. Dehidrasi
 2. Penjernihan
 3. Impregnansi
 4. Penanaman (embedding)
 1. Dehidrasi : bertujuan mengeluarkan cairan dari dalam jaringan, akibat fiksasi
jaringan dimana dalam larutan formalin buffer 10 % mengandung air dalam jumlah
relatif banyak → dapat menghalangi impregnansi (penyusupan ) lilin parafin
 Caranya : merendam jaringan di dalam larutan yang dapat menarik air dari luar
jaringan → Cairan ALKOHOL
2. PENJERNIHAN (CLEARING)
 Jaringan yang mengandung alkohol akibat dehidrasi dapat menghambat impregnasi
lilin parafin ok parafin tidak bisa larut dalam alkohol → diperlukan cairan yang
dapat bercampur dengan alkohol maupun parafin sebagai perantara sehingga
impergnansi dapat berlangsung baik → larutan Benzol / xylol
3. Impregnasi lilin parafin

Menyusupnya lilin parafin ke dalam jaringan menggantikan benzol/ xylol yang


ada di dalam jaringan → suhu 60-65 drjt celcious → mencairkan lilin parafin dan
memudahkan penyusupan
 4. PENANAMAN (EMBEDDING)
 Jaringan yang mengandung parafin dimasukkan / ditanam dalam cairan parafin
panas yang disediakan dalam kotak-kotak kecil
 → bila didinginkan maka terbentuklah blok parafin yang mengandung jaringan di
dalamnya
4. PEMBUAT SEDIAAN MIKROSKOPIS

 Sediaan mikroskopis → preparat yaitu potongan –potongan tipis jaringan berasal dari blok
parafin setebal 2-6µ ( pada umumnya 4 µ)
 Sediaan mikroskopis :
 1 gelas preparat (object-glass)
 2. potongan tipis jaringan (yang sudah dipulas)
 3. Gelas penutup
 4. perekat
4 tahap pembuatan sediaan mikroskopis :
 1. Pemotongan tipis jaringan dari blok parafin
 → mikrotom ( jenis sliding / mendatar, jenis rotasi)
 Mikrotom : - pisau mikrotom

- pemegang jaringan

- pengatur sudut pemasangan pisa

- alat penggerak pemotong


2. Menempelkan potongan jaringan pada gelas objek
 Gelas objek bersih biasanya ditetesi dengan cairan albumin sebagai perekat
 Letakkan potongan tipis kemudian dengan menggunakan ujung pinset runcing
potongan tipis diregangkan dan diretakan sehingga tidak ada lipatan-lipatan
 Letakkan di atas pemanas (hot plate) dengan temperatur 50-60 C sambil digoyang-
goyang → terlihat potongan mengembang ok parafin melunak ok panas
 Setelah mengembang rata sisa albumin dibuang dengan memiringkan objek gelas dan
dikeringkan dengan menyandarkan pada alat pemanas
 Setelah kering dijepit diantara dua lembar kertas saring yang telah dibasakan alkohol
96 % (jangan basah)
 Simpan di hot plate sampai parafin meleleh dan siap untuk dipulas dengan pewarnaan
3. Defarapinisasi
 Membuang parafin serta sisa-sisanya pada jaringan yang akan dipulas
 Dengan memakai cairan xylol
 Selanjutnya membuang xylol dengan mencelupkan ke dalam alkohol (96%, 80%,
50%)
 Masukkan ke dalam air mengalir (2 menit dan keringkan)
 Masukkan ke dalam hematoxxylin-eosin 10-15 menit
 Air mengalir

4. Mounting
SOP PEWARNAAN RUTIN H E

CLEARING REHIDRASI
WARNA I

ALKOHOL ALKOHOL ALKOHOL AIR HEMATOK- AIR


XYLOL I XYLOL II 96% 80% 70% MENGALIR SILLIN MENGALIR

I II III IV V VI VII VIII


DEHIDRASI
CLEARING
WARNA II MOUNTING

CANADA
ALKOHOL ALKOHOL ALKOHOL BALSAM
EOSIN XYLOL I XYLOL II
70% 80% 96% +
DECK GLASS

IX X XI XII XIII XIV XV

MIKROSKO
P
Cara melakukan fiksasi jaringan:

15-20 x vol jaringan atau jaringan yang


difiksasi terendam

Cairan fiksasi Pada botol yang berisi jaringan yang


difiksasi dicantumkan identitas pasien

Massa tumor

Pada surat pengantar pengiriman jaringan


sertakan identitas pasien & keterangan
klinis
(10-20 mm)

(Lamelarisasi)
Slide Histopatologi
Well-differentiated adenocarcinoma
Moderately-differentiated adenocarcinoma
Poorly-differentiated
adenocarcinoma
FNAB

Bahan apusan diapuskan pada gelas objek, dan segera dimasukkan dalam cairan fiksasi
alkohol 96% minimal 30 menit. Sesudah 30 menit gelas objek dapat dikeringkan & dikirim
ke Sentra Diagnostik Patologi Anatomi.
Dapat juga sediaan apusan dibiarkan kering dalam suhu udara kamar (untuk pewarnaan
Giemsa)  Lab. PA
FNAB (ASPIRASI BIOPSI JARUM HALUS)
Bahan Cairan

Bahan cairan dapat di kirim segera ke Sentra


Diagnostik Patologi Anatomi tanpa fiksasi (sesegera
mungkin) atau dimasukkan dalam cairan fiksasi alkohol
50% (vol 1: 1)

Bahan sputum sebaiknya dikirim segera di dalam wadah


tertutup tanpa fiksasi
Sitopatologi
Cytologic appearance of adenocarcinoma
PAPANICULOU SMEAR

PERALATAN :
 BED GINEKOLOGI

 SPEKULUM COCOR BEBEK

 OBYEK GLAS

 ALKOHOL 95%

 SARUNG TANGAN

 SPATULA/LIDI KAPAS
Alat-alat :
 FORMULIR

 SPATULA :~ AYRE

~ CYTOBRUSH

 OBJEK GLAS

 SPEKULUM COCOR BEBEK

 TABUNG FIKSASI

 CAIRAN FIKSASI ( ALK 95% )

 KOTAK PENGIRIMAN
1.
1.
CARA PENGAMBILAN

 OS DITIDURKAN

 MASUKKAN SPEKULUM

 PENGAMBILAN MATERI

 OLESKAN PADA OBJEK GLAS

 FIKSASI ( MIN.30 MENIT )

 KERINGKAN – KIRIM KE LAB


T-Zone
(Squamo-columnar junction)
Papanicollaou’s Smear
Superficial and intermediate squamous cells
Parabasal and basal cells
Atrophic smear
Squamous metaplasia of the endocervix
Radiation effect
Low-grade squamous intraepithelial lesions (LSIL)
Moderate dysplasia” or “CIN 2,” are incorporated in the HSIL category (High-grade
squamous intraepithelial lesion)
High-grade squamous intraepithelial lesion (HSIL)
Cytologic Classification for Squamous Cell
Cytologic Classification for Squamous Cells
Laporan Pemeriksaan Pap’s Smear
Laporan Pemeriksaan Pap’s Smear
Patologi Eksperimen merupakan bagian dari:

Clinical pathology
A GENERAL CLASSIFICATION OF DISEASE
Terima Kasih
Terima
Kasih
Pemeriksaan Patologi Anatomi

Jaringan Sel
(Histopatologi) (Sitopatologi)

Hasil Cairan
Histopatologi  Operasi: laparatomi, radikal
mastektomi
 Frozen section / Potong Beku
 Biopsi

Pengiriman Jaringan  Eksisi

 Si-Bajah
 Cairan; pleura, sputum, BAL
Sitologi
 Scrapping
 Imprint

Hasilnya:
• Menegakkan diagnosa
• Menentukan prognosa
• Rencana pengobatan
MAKROSKOPIS
Miomektomi
Fiksasi : Formalin, Bouin, Zenker,
Histopatologi
Staining : pewarnaan rutin HE

Sediaan
Fiksasi (+) : Alkohol 96%, 50%
Staining : HE, Papanicolaou

Sitologi
Fiksasi (-) : dry smear
Staining : Giemsa
Title and Content Layout with Chart

Series 1 Series 2 Series 3


Two Content Layout with Table

 First bullet point here Class Group 1 Group 2

 Second bullet point here Class 1 82 95

 Third bullet point here Class 2 76 88

Class 3 84 90
Title and Content Layout with SmartArt
Picture with Caption Layout

Caption
ADD A SLIDE TITLE - 1
ADD A SLIDE TITLE - 2
Add a Slide Title - 3
Add a Slide Title - 4
Add a Slide Title - 5

Anda mungkin juga menyukai