Anda di halaman 1dari 92

MERI SUZANA, MKES

Persiapan pasien:
• Tidak memerlukan persiapan

Persiapan sampel :
• Darah kapiler segar :morfologi dan hasil
pewarnaan yang optimal pada sediaan apus
• Darah EDTA/heparin : tidak berpengaruh
terhadap morfologi eritrosit dan lekosit serta
mencegah trombosit bergumpal. Tes sebaiknya
dilakukan dalam waktu kurang dari 2 jam.
• Jangan pakai darah oxalat: morfologi leukosit
Prinsip Sediaan apus:
• Dibuat apusan darah pada kaca objek

Prinsip pewarnaan :
• Romanosky yaitu menggunakan dua zat warna
yang berbeda yang terdiri dari Azure B
(trimethylthionin)yang bersifat basa dan eosin Y
(tetrabromoflourescein) yang bersifat asam
seperti yang dianjurkan oleh The International
Council for Standardization in Hematology, dan
pewarnaan yang dianjurkan adalah Wright-Giemsa
dan May Grunwald-Giemsa (MGG).
ALAT:
• Kaca Objek 25x75 mm
• Rak pengecatan
• Rak kaca objek
• Pipet Pasteur
• Mikroskop
BAHAN:
• Zat warna
• Kering
• Bebas debu
• Bebas lemak
Kaca • Kaca
Objek penggeser:
kaca yang sisi
pendeknya
rata sakali
 Bahan:
o Zat warna Wright …………....1 gr
o Methanol absolut …………….600 ml

 Penambahan alkohol sedikit demi sedikit, sambil dikocok


dengan baik dengan bantuan 10–20 butir gelas.
 Tutup rapat untuk mencegah penguapan dan disimpan
ditempat yang gelap selama 2 – 3 mg, dengan sering-
sering dikocok
 Saring sebelum dipakai
 Bahan:
o Na2HPO4 2,56 g
o KH2PO4 6,63 g
o Air suling 1 L
 Sebagai pengganti larutan dapar, dapat dipakai air suling
yang pHnya diatur dengan penambahan tetes demi tetes
larutan Kalium bikarbonat 1% atau larutan HCl 1% sampai
indikator Brom Thymol Blue ( larutan 0,04 % dalam air
suling ) yang ditambahkan mencapai warna biru.
 Bahan:
o Zat warna giemsa 1g
o Methanol absolut 10 ml
 Hangatkan campuran ini sampai 50°C dan biarkan selama
15 menit, kemudian disaring.
 Sebelum dipakai, campuran ini diencerkan sebanyak 20 x
dengan larutan dapar pH 6,4.
 Untuk mencari parasit malaria, dianjurkan menggunakan
larutan dapar pH 7,2
 Bahan:
o Methylene blue dalam methanol 1% eosin
o 1 % methylene blue
 Teteskan ± 2 mm darah pada ujung kanan kaca objek.
 Letakkan kaca penghapus dengan 30 – 45° didepan tetes
darah.
 Kaca pengapus ditarik ke belakang sehingga tetes darah,
ditunggu sampai darah menyebar pada sisi kaca penggeser
 Dengan gerak yang mantap, kaca penghapus didorong
sehingga terbentuk apusan darah sepanjang 3 – 4 cm pada
kaca objek.
 Apusan darah tidak bolah terlalu tipis atau terlalu tebal
 Apusan darah dibiarkan mengering di udara.
 Identitas pasien ditulis pada bagian tebal apusan dengan
pensil kaca.
Ciri-ciri Sediaan Yang Baik
• Tidak melebar sampai tepi kaca objek,
panjangnya setengah sampai dua pertiga
panjang kaca
• Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk
diperiksa, pada bagian itu eritrosit terletak
berdekatan tanpa bertumpukan.
• Rata , tidak berlubang-lubang dan tidak
bergaris-garis
• Mempunyai penyebaran lekosit yang baik,
tidak berhimpun pada pinggir-pinggir atau
ujung-ujung sediaan
•Baik
Mutu
•Pucat
Pulasan •Terlalu
tua
Cara Mewarnai Sediaan
•Pewarnaan Wright
•Pewarnaan Giemsa
•Pewarnaan May Grunwald – Giemsa
(MGG)
•Pewarnaan Peroxida
•Pewarnaan Sudan Black
•Pewarnaan PAS (Periodic Acid Schiff
•Pewarnaan Fosfatase Alkalis
(LAP)/Leucocyte Alkaline Phosphatase)
Cara Mewarnai Sediaan
1. Pewarnaan Wright
• Letakkan sediaan apus pada rak pewarnaan
• Fiksasi dengan metanol absolut 2 – 3 menit.
• Genangi sediaan apus dengan zat warna Wright
biarkan 3 – 5 menit.
• Tambahkan larutan dapar tercampur rata dengan zat
warna. Biarkan selama 5 – 10 menit.
• Bilas dengan air, mula-mula dengan aliran lambat
kemudian lebih kuat dengan tujuan menghilangkan
semua kelebihan zat warna
• Letakkan sediaan hapus dalam rak dalam posisi
tegak dan biarkan mengering.
2. Pewarnaan Giemsa
• Letakkan sediaan apus di atas rak pewarnaan.
• Fiksasi sediaan dengan metanol absolut 2 – 3
menit.
• Genangi sediaan apus dengan zat warna Giemsa
yang baru diencerkan. Larutan Giemsa yang
dipakai adalah 5%, diencerkan dulu dengan
larutan dapar. Biarkan selama 20 – 30 menit.
• Bilas dengan air ledeng, mula-mula dengan
aliran lambat kemudian lebih kuat dengan
tujuan menghilangkan semua kelebihan zat
warna. Letakkan sediaan hapus dalam rak
dalam posisi tegak dan biarkan mengering.
3. Pewarnaan May Grunwald –
Giemsa (MGG)
• Letakkan sediaan apus yang telah difiksasi diatas rak
pewarnaan
• Genangi sediaan apus dengan zat warna May Grunwald yang
telah siap pakai, biarkan 2 menit
• Tambahkan larutan buffer pH 6.4 sama banyak dengan
larutan MGG yang telah diberikan sebelumnya. Tiup agar
larutan dapat tercampur rata dengan zat warna. Biarkan
selama 2 menit
• Bilas dengan air (buang kelebihan zat warna)
• Genangi dengan larutan Giemsa 5% (larutan buffer pH 6.4
10 ml + Giemsa 0,5 ml) biarkan selama 10-15 menit.
• Bilas dengan air dan biarkan kering
Sumber Kesalahan
• Kesalahan dalam persiapan penderita, pengambilan
dan penyimpanan bahan pemeriksaan
• Sediaan apus terlalu biru memungkinkan disebabkan
oleh apusan yang terlampau tebal, pewarnaan terlalu
lama, kurang pencucian, zat warna atau larutan dapar
yang alkalis.
• Sediaan apus terlalu merah mungkin disebabkan oleh
sat warna sediaan atau larutan dapar yang asam.
Larutan dapar yang terlalu asam dapat menyebabkan
lekosit hancur.
• Bercak-bercak zat warna pada sediaan apus dapat
disebabkan oleh zat warna tidak disaring sebelum
dipakai atau pewarnaan terlalu lama sehingga zat
warna mengering pada sedian.
Sumber Kesalahan
• Morfologi sel yang terbaik adalah bila menggunakan darah tepi
langsung tanpa anti koagulan. Bila menggunakan anti koagulan
sediaan apus harus dibuat segera, tidak lebih dari satu jam
setelah pengambilan darah. Penggunaan antikogulan heparin
akan menyebabkan latar belakang berwarna biru dan lekosit
menggumpal
• Sediaan hapus yang tidak rata dapat disebabkan oleh kaca
pengapus yang tidak bersih atau pinggirannya tidak rata atau
oleh kaca objek yang berdebu, berlemak atau bersidik jari.
• Fiksasi yang tidak baik menyebabkan perubahan morfologi dan
warna sediaan. Ini mungkin terjadi apabila fiksasi dilakukan
menggunakan methanol yang tidak absolut karena telah
menyerap uap air akibat penyimpanan yang tidak baik.
• Fiksasi yang tidak dilakukan segera setelah sediaan apus
kering dapat mengakibatkan perubahan morfologi lekosit.
A. Pemeriksaan dengan pembesaran kecil
(objektif 10x):
1.Penilaian kwalitas hapusan darah dan
penyebaran sel-sel dalam hapusan:
 Lapisan darah harus cukup tipis
sehingga eryhtrosit dan leukosit jelas
terpisah satu dengan lainnya.
 Hapusan tidak boleh mengandung cat.
 Eryhtrosit, leukosit dan thrombosit
harus tercat dengan baik.
 Leukosit tidak boleh menggerombol
pada akhir (ujung) hapusan
B.Pemeriksaan dengan pembesaran 40x.
Penafsiran jumlah leukosit dan eryhtrosit,
penaksiran penghitungan differential leukosit
dan pemeriksaan apakah sel-sel ada yang
abnormal
o Dilakukan pada daerah area penghitungan
dari bagian hapusan tempat eryhtrosit
terletak berdampingan, tidak tertumpuk
o Kesan jumlah leukosit perlapang pandang:
o 2 - 4/LP : 4-7 ribu/mm3
o 4 – 6/LP : 7-10.000/mm3
o 6 – 10/Lp : 10-13 ribu/mm3
o 10 – 20/Lp : 13-18ribu/mm3
o >20/LP : >18 ribu/mm3
C. Pemeriksaan dengan imersi (objektif 100x) :
 Evaluasi Eritrosit
o Jumlan dan Morfologi
o Dillihat adanya eryhtrosit berinti dan dihitung jumlahnya
pada 100 leukosit untuk mengkoreksi hitung leukosit cara
Turk.
 Evaluasi Lekosit
o Penghitungan Differensial dan dicari kelainan morfologi
o Dihitung dalam 100 sel leukosit dan dilihat adanya kelainan
selnya.
 Evaluasi Trombosit
o Penyebaran
o Morfologi dan ukuran selnya
o 1 trombosit setara dengan 20.000 (2 trombosit=2x20.000=
40.000sel/mm3 (estimasi: Barbara Brown)
 Ukuran (size):
Diameter eritrosit yang normal (normositik) adalah 6 –
8 μm atau kurang lebih sama dengan inti limfosit kecil
 Bentuk (shape):
Bentuknya bikonkaf bundar dimana bagian tepi lebih
merah daripada bagian sentralnya
 Warna (staining):
Bagian sentral lebih pucat disebut akromia sentral
yang luasnya antara 1/3 -1/2 kali diameter eritrosit
 Benda-benda inklusi (structure intracel)
 Distribusi : merata
Ukuran (Size) Bentuk (Shape) Warna (Staining)

• Mikrosit • Poikilositosis • Hipokrom


• Makrosit • Eliptosit • Hiperkrom
• Megalosit • Lakrimosit • Polikromasi
• Anisositosis • Target cell
• Akantosit
• Ekinosit (Burr
Cells)
• Sel sabit
• Crenated
• Skistosit
• Stomatosit
• Sferosit
• Leptosit
 Ukuran: 6 - 8 m
 Bentuk: bulat
 Warna sitoplasma:
merah jambu
 Granularitas: tidak
ada
 Distribusi dalam
darah: > 90 % dari
eritrosit normal
dalam darah

Catatan: Gambar
memperlihatkan
eritrosit normal.
Hanya sedikit
eritrosit yang
tumpang tindih,
tetapi pada semua
sel lain ada halo
sentral yang jelas.
 Ukuran: < 6 m
 Distribusi:
 dalam darah :<
10 % dalam
darah
 Pewarnaan:
MGG
 Perbesaran:
Catatan:
x500 Eritrosit
dalam gambar
adalah mikrosit
dan diameternya
jauh lebih kecil
daripada
diameter limfosit
kecil (10-12 m).
Eritrosit bersifat
hipokrom.
Trombosit normal
.

Catatan: Eritrosit
dalam gambar
kebanyakan adalah
mikrosit dan
diameternya jauh
lebih kecil
daripada diameter
limfosit kecil (10-
12 m). Derajat
hemoglobinisasi
cukup. Trombosit
normal dan ada
satu ovalosit .
1.mikrosit 2.norm
osit
 Ukuran: 9 - 12
m
 Distribusi dalam
darah: < 10 %
dari eritrosit
dalam darah
normal
 Pewarnaan: MGG
 Perbesaran: 500
×
Catatan: Terlihat
banyak makrosit
(besarnya
sebanding dengan
limfosit yang
terletak di tengah
dalam gambar ini.
Juga ada 3 sel
sasaran (3 target
cell), sedikit
ovalosit dan
trombosit normal.
.

Catatan: Anak
panah
menunjukkan
normosit.
Kebanyakan
eritrosit adalah
makrosit
(bandingkan
dengan limfosit).
5 ovalosit terlihat.
1.makrosit 2.elipt
osit
 Ukuran: > 12 m
 Distribusi dalam
darah: < 2 % dari
eritrosit dalam
darah normal
 Pewarnaan:
MGG
 Perbesaran:
x500

Catatan:
Contoh tipikal
dari
anisositosis
eritrositt.
Anak panah
menunjuk
satu dari
enam
megalosit.
Juga banyak
terlihat
.

Catatan: Megalosit
ditunjuk oleh anak
panah. Cukup
banyak anisositosis
eritrosit
(bandingkan
dengan limfosit).
Sejumlah ovalosit
dan dua skistosit .
1.makrosit 2.mikr
osit 3.elliptosit 4.
skistosit
 Definisi: Terdapat
sekaligus mikrosit,
makrosit dan
normosit dalam
darah
 Distribusi dalam
darah: < 10 % dari
eritrosit dalam
darah normal
 Pewarnaan: MGG
 Perbesaran:: x500
Catatan:
Anisopoikilositosis
eritrosit. Satu
megalosit dan
banyak makrosit dan
mikrosit. Di antara
poikilosit terlihat
skistosit dan
ovalosit . Limfosit
kecil bisa digunakan
sebagai pembanding
.

Catatan: Jelas
tampak
anisopoikilositosis.
Satu megalosit
dan banyak
makro- dan
mikrosit .
Kebanyakan sel
ovalosit, juga
tampak skistosit
1.megalosit 2.ma
krosit 3.mikrosit
4.skistosit
 Definisi:
eritrosit
berbentuk oval
atau lonjong
 Distribusi
dalam darah: <
10 % dari
eritrosit dalam
darah normal
 Pewarnaan:
MGG
 Perbesaran:
x1000
Catatan: Anak
panah menunjuk
sebuah ovalosit.
Juga ada satu sel
sasaran.
Catatan:
Ditunjuk oleh
anak panah
sebuah ovalosit
yang lonjong,
kadang-kadang
disebut sel
seperti pensil. Di
samping itu
terlihat 6 ovalosit
lainnya yang
tidak begitu
lonjong. Juga
jelas anisositosis.
Trombosit
normal.
 Definisi: Eritrosit
dengan bentuk
seperti air mata.
(sel ini berbeda
dengan
pseudolakrimosit
yang memiliki
sitoplasma
merah jambu
pada salah satu
kutupnya. Sel-sel
ini terlihat
banyak sekali
pada bagian film
darah yang tipis.
 Distribusi dalam
darah: normal
tidak ada
 Pewarnaan:
MGG
 Perbesaran:
x1000
Catatan: anak
panah menunjuk
sebuah lakrimosit.
Juga banyak
ovalosit dan
.

Catatan: Dalam
gambar terlihat 3
lakrimosit. Dis
samping itu ada
ovalosit dan
anisositosis.
1.lakrimosit 2.ellipt
osit
 Definisi: Eritrosit
yang memiliki
daerah gelap di
tengahdikelilingi
oleh cincin
sitoplasma yang
berwarna terang
1 tanpa
hemoglobin

 Distribusi dalam
darah: < 2 % dari
eritrosit dalam
darah normal.
Pewarnaan:
1
MGG
 Perbesaran:
x1000

Catatan: anak
panah menunjuk
salah satu dari 2
sel sasaran
Catatan:
Dalam gambar
ada 7 sel
sasaran.
Sedikit
anisositosis
dan trombosit
 Definisi: Eritrosit
dengan tonjolan
sitoplasma runcing
dan tidak teratur
seperti duri.
Adanya duri
sitoplasma
mengakibatkan
berkurangnya
daerah pucat
ditengah sel
 Distribusi dalam
darah: normal
tidak ada
 Pewarnaan: MGG
 Perbesaran: x 1000

Catatan: Dalam
gambar terlihat 6
akantosit (dua
diantaranya ditunjuk
oleh anak panah) dan
beberapa ekinosit.
Juga ada mikrositosis
ringan.
Catatan:
Dalam gambar
terklihat satu
akantosit. Di
samping itu
ada ovalosit
dan ekinosit .
1.burr-
cell 2.elliptosi
t
 Definisi:
Eritrosit dengan
tonjolan
sitoplasma yang
teratur.
Sel biasanya
bikonkaf.
 Distribusi
dalam darah:
normal tidak
ada
 Pewarnaan:
MGG
Catatan: Terlihat
Perbesaran: x
banyak
1000 ekinosit,
ada satu eritrosit
normal di
antaranya.
Catatan: Anak
panah menunjuk
sebuah ekinosit.
Di samping itu,
ada ovalosit, sel
sasaran dan
skistosit. Juga
sedikit
anisositosis.
1.sel sasaran
2.eliptosit 3.ski
stosit
 Definisi:
Eritrosit
dengan
sitoplasma
mengerut. Ini
adalah artefak
biasa.
 Distribusi
dalam darah:
tidak ada
 Pewarnaan:
MGG
 Perbesaran: x
1000

Catatan: Semua
eritrosit
,mengalami
pengerutan
sitoplasma
(crenated)
.

Catatan: Semua
eritrosit
,mengalami
pengerutan
sitoplasma
(crenated)
 Definisi:
Eritrosit
dengan bentuk
tidak teratur
 Distribusi
dalam darah:
normal tidak
ada
 Pewarnaan:
MGG
 Perbesaran: x
1000

Catatan: skistosit
yang ditunjuk
adalah satu dari 6
yang terlihat
dalam gambar.
Juga ada
anisositosis.
1.skistosit 2.mikr
o-sit
 Definisi:
eritrosit dengan
daerah pucat
memanjang
 Distribusi
dalam darah: <
5% dari eritrosit
dalam darah
normal
 Pewarnaan:
MGG
 Perbesaran: x
Catatan:
1000
Dalam
gambar ada
beberapa
stomatosit
dan 3
trombosit
normal.
.

Catatan:
Pada
stomatositosi
s herediter
banyak
dijumpai
stomatosit
 Definisi: ferosit
memiliki
diameter lebih
kecil daripada
normal; tanpa
halo di tengah
dan berwarna
lebih gelap.
 Distribusi
dalam darah:
normal tidak
ada
 Pewarnaan:
MGG
 Perbesaran: x
1000
Catatan: Dua
sferosit dengan
diameter lebih
kecil daripada
eritrosit normal
, tidak ada halo
dan warna lebih
gelap
 Definisi: Eritrosit
yang memanjang
dan melengkung
dengan dua kutup
yang runcing.
 Distribusi dalam
darah: normal
tidak ada
 Pewarnaan: MGG
 Perbesaran: x
1000

Catatan: Satu
drepanosit.
Anisopoikilositos
is jelas.
Pewarnaan
eritrosit. kurang
baik
 Definisi: Eritrosit
1000

Catatan: Satu
drepanosit.
Anisopoikilosito
sis jelas.
Pewarnaan
eritrosit.
kurang baik
 Definisi:
Keberadaan
berbagai bentuk
sekaligus dari
eritrosit dalam
darah
 Distribusi dalam
darah: < 10 %
dari eritrosit
dalam darah
normal
 Pewarnaan:
MGG
 Perbesaran: x
1000
Catatan:
anisopoikilositosis
yang jelas dari
eritrosit dengan
adanya berbagai
bentuk. 1.sel
sasaran 2.eliptosit
3.akantosit 4.sto
matosit5.burr-
cell 6. eritrosit
polikromatik
 Definisi: Pucat
berlebihan pada
bagian tengah
eritrosit, melebihi
sepertiga
diameternya.
Disebabkan
hemoglobinisasi
yang tidak adekuat
 Distribusi dalam
darah: < 10 % dari
eritrosit dalam
darah normal
Pewarnaan: MGG
 Catatan:
Perbesaran:
 Kebanyakan selx500
memperlihatkan
halo sangat besar
(sel hipokrom), yang
mencapai lebih
daripada sepertiga
diameternya. Hanya
sedikit sel yang
.

Catatan:
Hipokromia.
Hanya sedikit
sel normosit,
lebih dari itu
mikrositosis
dan banyak
ovalosit.
 Definisi: teritrosit
mengambil
pewarnaan basa dan
asam sehingga
terlihat agak
lembayung. Ini
disebabkan adanya
asam ribonukleat di
dalam sel. Sel-sel
ini adalah
retikulosit.
 Distribusi dalam
darah: < 1.5 % dari
eritrosit dalam
darah normal
 Pewarnaan: MGG
 Perbesaran: x500
Catatan: Polikromasia intensif.. Di dekat sel yang ditunjuk anak panah, 3 sel lainnya
memperlihatkan polikromasia . Semua sel ini adalah mikro-, makro atau megalosit
dan tidak memperlihatkan zona perinuklear. Dalam perkembangannya ini sesuai
dengan Retikulosit. Juga cukup banyak anisositosis dan satu sel dengan basophilic
stippling. Trombosit normal. 1. eritrosit polikromatik 2.basophilic stippling
.

Catatan: Dalam
gambar 4 sel
bersifat
polikrpmatofilik
(salah satu
ditunjuk oleh
anak panah).
Juga ada
beberapa
ovalosit,
akantosit, dan
trombosit
normal . 1.
eritrosit
polikromatik
2.akantosit
3.elliptosit
 Definisi:
Eritrosit dengan
daerah tengah
pucat yang besar
dan daerah
sitoplasma yang
tipis. Diameter
sel ini lebih
besar daripada
eritrosit normal
tetaoi
volumenya sama
 Distribusi dalam
darah: normal
tidak ada
 Pewarnaan:
MGG
 Perbesaran: x
Catatan: anak
1000
panah menunjuk
anulosit yang
khas. dengan halo
perinuklear besar
dan sitoplasma
EVALUASI ERITROSIT
(SIZE&STAINING)
•Anemia Mikrositik Hipokrom
misalnya pada penderita defisiensi
Fe.
•Anemia Normositik Normokrom
misalnya pada pendarahan akut.
•Anemia Mikrositik misalnya pada
defisiensi Vit. B12 dan asam folat.
EVALUASI ERITROSIT
(BENDA-BENDA INKLUSI)
• Normoblast pada pendarahan akut, hemolisis berat
mielofibrosis, asplenia, leukemia, mieloftsis.
• Basophilic Stippling anemia sindroma Mielodisplasia.
• Howell Jolly Bodies pada anemia megaloblastik,
asplenia, hemolisis berat.
• Cabot’s, Ring pada hemolisis berat.
• Heinz Bodies pada talasemia, anemia hemolitik
karena obat, leukemia
• Parasit : plasmodium malaria, biasanya disertai
dengan tanda-tanda hemolitik.
Catatan:
Eritroblas
polikromatofilik
dini terdapat
. dalam darah.
Juga ada
beberapa
ovalosit dan
mikrosit.
 Definisi:
granula
sitoplasma
halus yang
tersebar rata
 Distribusi
dalam darah: <
0.1 % dari
eritrosit dalam
darah normal
 Pewarnaan:
MGG
 Perbesaran: x
1000

Catatan: sel
dengan
basophilic
stippling. juga
ada anisositosis
dan mikrositosis,
ovalosit dan
skistosit
 Definisi: fragmen
kromatin bulat
yang tinggal
dalam sitoplasma
eritrosit dewasa
yang diakibatkan
pembelahan
abnormal
dari.eritroblas
 Distribusi dalam
darah: normal
tidak ada
 Pewarnaan: MGG
 Perbesaran: x
1000

Catatan: Dalam
gambar ada 3
sel dengan
Howell-Jolly
bodies
.

Catatan: Eritrosit
Polikromatofilik
dengan 2 Howell-
Jolly bodies. Di
samping itu ada
anisositosis dan
eritrosit polikro-
matofilik di atasnya
 Definisi: cincin
yang terbentuk
karena kegagalan
eritropoiesis.
Mungkin
terbentuk dari
bagian kumparan
mitosis (a mitotic
spindle)
 Distribusi dalam
darah: normal
tidak ada
 Pewarnaan: MGG
 Perbesaran: x
1000
Catatan: Cincin
Cabot ditunjuk
anak panah. Juga
anisositosis
eritrosit dan
beberapa
stomatosit.
Catatan: Cincin
Cabot ditunjuk
anak panah. Juga
anisositosis
. eritrosit dan
ovalosit dan
skistosit.
EVALUASI ERITROSIT
(DISTRIBUSI)

•Rouleaux formation
MultipelMieloma,makroglobulinemia
Waldenstorm
EVALUASI LEUKOSIT: HITUNG
JENIS LEUKOSIT: DIFF COUNT
• Basofil 0 - 1%
• Eosinofil 1% - 3%
• Netrofil batang 2% - 6%
• Netrofil segmen 50% - 70%
• Limfosit 20% - 40%
• Monosit 2% - 8%

• Dalam keadaan normal diperkirakan


terdapat 1 lekosit per 500 eritrosit
Leu I II III IV V VI VII VIII IX X JUMLAH
Basofil

Eosinofil

Batang

Segmen

Limfosit

Monosit

JUMLAH 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100
Kelainan Leukosit
• Persentase jumlah netrofil
• Limfosit meningkat
• Hipersegmentasi
• Granulasitoksis
• Vakuolisasi sitoplasma
• Batang auer
• Drumstick
• Piknotik nukleus
• Sindrom chediak
• Anomali alder reilly
• Anomali may hegglin
 Peningkatan
jumlah
leukosit
muda dalam
darah tepi.
 Misalnya
peningkatan
jumlah
netrofil
batang > 10%
dalam darah
tepi
 Granula besar
berwarna gelap
 Didalam
sitoplasma
penderita
infeksi berat
 Kelainan
herediter
 Netrofil
matang
mempunya inti
dengan 2 lobus
dengan
kromatin agak
kasar tp fungsi
tetap sama
 Suatu massa
yang besar
yang
berbentuk
bulat dan
berwarna biru
pucat di tepi
sitoplasma
 Pada infeksi
berat luka
bakar,
keganasan
 Didalam
netrofil
terdapat
vakuola
sebagai
tanda
adanya
infeksi
EVALUASI TROMBOSIT
•Diameter trombosit adalah 1-3 μm
•Tidak berinti
•Mempunyai granula dan bentuknya
reguler.
•Jumlah trombosit dalam keadaan
normal diperkirakan terdapat 1
trombosit per 15 – 20 eritrosit atau
5 – 15 per lapangan pandang imersi
Trombositosis Trombositopenia
• Mieloproliferatif • Radiasi eritroleukimia
• Pendarahan akut • Anemia megaloblastik
• Infeksi • Giant hemangioma
• Penyakit inflamasi, • Thrombotic Purpura(TTP)
• Hodgkin • Disseminated
• Trombosis vena Intravasucular
• post splenektomi Coagulation (DIC)
• Immunologic,
Thrombocytopenia
Purpura (ITP)
• Sindroma Mielodisplasia
1. ERITROSIT

• Kesan jumlah sel (meningkat,


menurun, normal)
• Adanya sel muda ( + / -)
• Variasi Ukuran (size), Warna
(stain), Bentuk (Shape)
• Retikulosit : (meningkat atau
normal)
2. LEUKOSIT

• Kesan jumlah sel (meningkat,


menurun, normal, sangat meningkat)
• Adanya sel muda
• Persentase hitung jenis
• Morfologi leukosit
• Indeks peningkatan : netrofilia,
limpositosis, monositosis,
eosinofilia,dll
3. TROMBOSIT

•Kesan jumlah sel (meningkat,


menurun, normal)
•Adanya giant cell (+/-)
•Penyebaran sel, clumping
CONTOH PELAPORAN HASIL SAD
• Eritrosit :
• Kesan jumlah menurun, Normokrom normositer
• Anisositosis sedang
• Poikilositosis ringan (ovalosit, akantosit, dll)
• Leukosit :
• Kesan jumlah meningkat
• Ukuran dalam batas normal.
• Vakuolisasi +
• Granula toksik + / -
• Trombosit :
• Kesan Jumlah dan ukuran dalam batas normal.
• Clumping / agregasi ( - ).
CONTOH PELAPORAN HASIL SAD
• Eritrosit :
• Normokrom normositer
• Anisositosis ringan
• Poikilositosis ringan (bur sel, target sel)
• Leukosit :
• Jumlah dan bentuk dalam batas normal.
• Vakuolisasi (-)
• Granula toksik (-)
• Trombosit :
• Jumlah dan ukuran dalam batas normal.
• Clumping / agregasi ( - ).

Anda mungkin juga menyukai