Anda di halaman 1dari 23

PEMERIKSAAN UJI SILANG SERASI

(CROSSMATCHING)

I. TUJUAN

1. Untuk dapat melakukan pemeriksaan uji silang serasi (crossmatching) pada


lebih dari satu donor.

2. Untuk menentukan kecocokan antara darah resipien dengan darah donor.

II. METODE

Metode yang digunakan adalah metode aglutinasi (konvensional).

III.PRINSIP

Antibodi yang terdapat dalam serum/plasma, bila direaksikan dengan antigen


pada sel darah merah, melalui inkubasi pada suhu 37 0C dan dalam waktu tertentu, dan
dengan penambahan anti monoglobulin akan terjadi reaksi aglutinasi.

IV. DASAR TEORI

A. Tinjauan Umum Darah


Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang berfungsi
sebagai alat transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tubuh,
pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan lain sebagainya. Beda halnya
dengan tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi punya sistem transportasi
dengan darah (Gustini, 2011).
Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena
berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya
untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat
mengalami gangguan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian
(Gustini, 2011).
Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah)
dan 45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah yang ada pada tubuh kita
yaitu sekitar sepertigabelas berat tubuh orang dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter
(Gustini, 2011).
Fungsi darah pada tubuh manusia yaitu (Gustini, 2011) :
1. Alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
2. Alat pengangkut oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
3. Alat pengangkut sari makanan dan menyebarkannya ke seluruh tubuh
4. Alat pengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi
5. Alat pengangkut getah hormon dari kelenjar buntu
6. Menjaga suhu temperatur tubuh
7. Mencegah infeksi dengan sel darah putih, antibodi dan sel darah beku
8. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh.

B. Transfusi Darah
Transfusi darah adalah proses pemindahan atau pemberian darah dari
seseorang (donor) kepada orang lain (resipien). Transfusi bertujuan mengganti
darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, mengatasi shock,
mempertahankan daya tahan tubuh terhadap infeksi (Tarwoto, 2006).
Pertimbangan utama dalam transfusi darah, khususnya yang mengandung
eritrosit, adalah kecocokan antigen-antibodi eritrosit. Golongan darah AB
secara teoritis merupakan resipien universal, karena memiliki antigen A dan B
di permukaan eritrositnya, sehingga serum darahnya tidak mengandung antibodi
(baik anti-A maupun anti-B). Karena tidak adanya antibodi tersebut, berarti
darah mereka (lagi-lagi, secara teoritis) tidak akan menolak darah golongan
manapun yang berperan selaku donor, dengan kata lain mereka boleh menerima
darah dari semua golongan darah lainnya. Sedangkan golongan darah O secara
teoritis merupakan donor universal, karena memiliki antibodi anti-A dan anti-B.
Darah yang diberikan diharapkan tidak memicu reaksi imunitas dari resipien,
dengan kata lain mereka boleh memberikan darah ke semua golongan darah
lain, termasuk golongan A dan B.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah faktor Rh. Seorang Rh (-) yang
belum memiliki anti-D namun menerima donor darah Rh (+) akan mengalami
reaksi sensitisasi terhadap antigen D. Untuk wanita hal ini dapat berbahaya bagi
kehamilan (sudah dibahas di bagian kedua). Sekali saja seorang Rh (-) terpapar
darah Rh (+); jika kali berikutnya ia kembali terpapar darah Rh (+), maka reaksi
transfusi yang timbul dapat sangat berbahaya. Namun hal ini tidak berlaku
sebaliknya. Jika seorang Rh (+) mendapat darah dari donor Rh (-), darah Rh (-)
itu sudah lepas dari sistem imunitas si donor, sehingga tidak akan terjadi reaksi
sensitisasi. Dengan kata lain, sistem imun orang Rh (+) tidak bereaksi
imunologis terhadap paparan darah Rh (-).
Resepien ( Pasien )
Orang atau pasien yang menerima darah dari donor yang aman bagi pasien
artinya pasien tidak tertular penyakit infeksi melalaui transfusi darah dan pasien
tidak mendapatkan komplikasi seperti misalnya ketidak cocokan golongan
darah.( Peraturan Pemerintah No 18 th 1980.)

Donor Darah ( Penyumbang darah )


Semua orang yang memberikan darah untuk maksud dan tujuan transfuse
darah ( Peraturan Pemerintah No 18 th 1980 ). Darah harus aman bagi pasien
artinya pasien tidak tertular penyakit infeksi melalui transfusi darah, pasien
tidak mendapatkan komplikasi seperti ketidakcocokan golongan darah . Aman
bagi donor artinya donor tidak tertular penyakit infeksi melalui tusukan jarum/
Vena, donor tidak mengalami komplikasi setelah penyumbangan darah, seperti:
kekurangan darah, mudah sakit/ sering sakit. ( R Banundari, 2005 ).

C. Uji Cocok Serasi (Crossmatch)

Uji cocok serasi adalah reaksi silang invitro antara darah pasien yang akan
ditransfusi dengan darah donornya yang akan ditransfusikan. Interaksi antigen-
antibody invitro adalah dimana antigen hanya dapat dikenal dengan interaksi
terhadap zat antinya atau sebalikanya, dasar reaksi ini adalah :
1. Pemeriksaan antigen (pemerikaan golongan darah)
Mereaksikan sel darah merah yang belum dikenal dengan zat anti yang telah
diketahui jenisnya
2. Pemeriksaan zat anti.
Serum yang belum diketahui zat antinya direaksikan dengan sel darah merah
yang telah yang telah diketahui jenis antigennya
Reaksi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah nantinya sel darah donor
yang akan ditransfusikan bisa hidup di dalam tubuh pasien dan untuk
mengetahui ada tidaknya antibodi komplit (tipe IgM) maupun antibody
incomplit (tipe IgG) dalam serum pasien (mayor) maupun dalam serum donor
yang melawan pasien (minor) sehingga akan memperberat anemia, disamping
adanya reaksi hemolitik transfusi yang bisa membahayakan pasien (Pelatihan
Analis Bank Darah, 1998).
1. Metode Pemeriksaan uji cocok serasi (cross matching) dengan Gel Test
a) Terbentuk aglutinasi sel berupa garis merah pada permukaan gel atau
aglutinasi menyebar di dalam gel dikatakan positif .
b) Terbentuk garis yang kompak (padat) pada dasar microtube dikatakan
negatif.
2. Prinsip uji cocok serasi ( cross matching )
7Uji cocok serasi yang dijalankan adalah suatu test invitro yaitu
mereaksikan darah pasien dengan darah donor melalui proses yang dibagi
menjadi 2 :
a) Mayor cross matching ( uji cocok serasi mayor )
Mereaksikan serum pasien terhadap sel donor, untuk mencari apakah ada
antibodi irregular yang melawan sel donor. ( Pelatihan Analis Bank Darah,
1998 )
b) Minor cross matching ( uji cocok serasi minor )
12Mereakasikan serum donor terhadap sel pasien, untuk mencari apakah ada
irregular antibodi di dalam serum donor yang melawan sel pasien.
3. Tujuan uji cocok serasi adalah:
a) Mencegah terjadinya reaksi hemolotik transfusi pada pasien yang
ditransfusi.
b) Supaya darah yang ditransfusikan itu benar-benar ada manfaatnya bagi
kesembuhan pasien.
4. Interprestasi hasil uji cocok serasi ada 2 yaitu:
a) Hasil uji cocok serasi kompatibel artinya bahwa hasil tersebut cocok,
atau tidak terdapat aglutinasi antara darah pasien dengan darah donor
baik mayor maupun minor.
b) Hasil uji cocok serasi inkompatibel artinya bahwa hasil tersebut tidak
cocok atau terdapat aglutinasi baik mayor dan atau minor.
Darah yang dilakukan uji cocock serasi juga harus sesuai dengan golongan
ABO dan Rhesus darah pasien dan semestinya harus diperiksa terlebih dahulu
sebelumnaya.( Pelatihan Analis Bank Darah, 1998 ).

V. ALAT DAN BAHAN

V.1. Alat

1. Tabung reaksi uk 12 x 75 mm

2. Inkubator

3. Serofuge

4. Labu semprot

5. Wadah limbah

6. Pipet disposable

7. Rak tabung reaksi

V.2. Bahan

1. Saline/ NaCl 0,9%

2. Bovine albumin 22%


3. Sel Suspensi Donor 5% (DN 27)

4. Sel suspense Donor 5%

5. Serum Donor

6. Serum Donor

7. Sel Suspensi Resipien 5%

8. Serum Resipien

9. Pool plasma donor

10. Pool serum donor

11. Coomb’s serum

12. Coomb’s Control Cell

13. Label

VI. CARA KERJA

a. Fase I : Fase suhu kamar di dalam saline medium

1. Alat dan bahan disiapkan.

2. Diambil 6 buah tabung rekasi uk 12 x 75 mm, dimasukkan ke dalam


masing-masing tabung :
Tabung I Tabung II Tabung III
Mayor 1 Mayor 2 Minor 1

2 tetes serum OS 2 tetes serum OS 2 tetes plasma donor


+ + +
1 tetes sel darah donor 5%1 tetes sel darah donor 5%1 tetes sel darah OS 5%
Tabung IV Tabung V Tabung VI
Minor 2 Auto Control Auto Pool

2 tetes plasma donor 2 tetes serum OS 2 tetes pool plasma donor


+ + +
1 tetes sel darah pool donor 5%
1 tetes sel darah OS 5% 1 tetes sel darah OS 5%

3. Dihomogenkan

4. Dicentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 detik.

5. Dibaca reaksi terhadap hemolisis dan aglutinasi secara makroskopis.

6. Apabila hasil negative maka dilanjutkan pada fase II.

b. Fase II : Fase inkubasi 370 C dalam medium bovine albumin 22%


1. Ke dalam masing-masing tabung yang memberikan hasil negative
ditambhakan bovine albumin 22% sebanyak 2 tetes.

2. Dihomogenkan.

3. Diinkubasi pada suhu 370C selama 15 menit.

4. Dicentrifuge pada kecepatan 3000 rpm selama 15 detik.

5. Dibaca rekasi terhadap hemolisis dan aglutinasi secara makroskopis.

6. Apabila hasil negative maka dilanjutkan pada fase III.

c. Fase III : Indirect Coomb’s Test

1. Sel darah merah dalam tabung dicuci sebanyak 3 kali dengan


saline/NaCl 0,9%.

2. Masing-masing tabung ditambahkan sebanyak 2 tetes Coomb’s serum.

3. Dihomogenkan

4. Dicentrifuge pada kecepatan 3000 rpm selama 15 detik.

5. Dibaca hasil reaksi secara makroskopis.

Pembacaan hasil :
 Tidak terjadi hemolisis atau aglutinasi → cocok / kompatibel,
darah dapat diberikan kepada pasien.
 Terjadi hemolisis dan aglutinasi → tidak cocok/inkompatibel, darah
tidak boleh diberikan kepada pasien
d. Uji Validitas Reaksi Silang CCC

1. Ke dalam tabung M dan m yang pada reaksi silang fase III yang
memberikan hasil negtaif ditambahkan sebanyak 1 tetes coomb’s control
cell (CCC).

2. Dihomogenkan.

3. Dicentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 detik.

4. Dibaca hasil reaksi secara makroskopis.

Pembacaan hasil :

 Bila hasil (+)/ada aglutinasi : Valid ( benar )

 Bila hasil (-)/ tidak ada aglutinasi : Invalid/perlu diulang kembali

Interpretasi Hasil

 Bila reaksi silang Mayor dan Minor fase I sampai fase III tidak
menunjukkan aglutinasi dan atau hemolisis, hasil diinterpretasikan
kompatibel (cocok) darah dapat keluar.

 Bila reaksi silang Mayor dan Minor fase I sampai fase III
menunjukkan adanya rekasi aglutinasi dan atau hemolisis, hasil
diinterpretasikan inkompatibel (tidak cocok) darah tidak
dapat dikeluarkan.

VII. HASIL PENGAMATAN Sel 5%


Sel 5% OS
(Rika) donor (D 13)
Plasma donor
Serum OS
 Sampel (Rika)

Sel 5% donor

1. Donor : kode 01 dan 02

2. Resipien : Rika

Coombs
Serum
 Reagent

Reagen Bovine
Control Coomb Albumin 22%
Cell

Fase 1 : Fase suhu kamar di dalam saline Hasil


medium
1. M1 : 2 tetes plasma donor 1 + 1 tetes sel 5% OS
2. M : 2 tetes plasma donor 2 + 1 tetes sel 5% OS
3. m1 : 2 tetes serum OS + 1 tetes sel 5% donor 1 Negatif (-)
4. m2 : 2 tetes serum OS + 1 tetes sel 5% donor 2 Tidak terjadi aglutinasi
5. AC : 2 tetes serum OS + 1 tetes sel 5% donor
6. AP : 2 tetes pool plasma donor + 1 tetes sel darah pool
donor
Fase 2 : Inkubasi 37 0C dalam medium Bovine Albumin Hasil
22%
Tabung 1-6 : ditambahkan 2 tetes Reagen Bovine Albumin Negatif (-)
22% Tidak terjadi aglutinasi

Fase 3 : Indirect Coomb test Hasil


Tabung 1-6 : setelah dicuci 3 kali dengan saline ditambahkan Negatif (-)
2 tetes Coombs serum Tidak terjadi aglutinasi
 Gambar

Hasil Crossmatch manual : Negatif (-) Tidak terjadi aglutinasi

Uji Validitas : penambahan 2 tetes CCC


Hasil : (+) ada aglutinasi (uji Valid)

VIII. PEMBAHASAN

Crossmatch Crossmatch adalah reaksi silang invitro antara darah pasien


dengan darah donor. Pemeriksaan ini dilakukan sebelum dilakukannya transfusi
darah. Uji silang atau crossmatch diperlukan sebelum melakukan transfusi darah
untuk melihat apakah darah pasien sudah sesuai dengan donor, sehingga golongan
darah pasien dan donor sebelumnya harus diketahui dan diharapkan sama. Tujuan
dari pemeriksaan ini adalah untuk memastikan bahwa transfusi darah tidak
menimbulkan reaksi apapun pada resipien serta sel-sel darah merah bisa mencapai
masa hidup maksimum setelah diberikan. Uji silang serasi dilakukan
untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi pada darah pasien yang akan bereaksi
dengan darah donor atau sebaliknya. Bahkan walaupun golongan darah ABO dan Rh
pasien dan donor telah diketahui, adalah hal mutlak untuk melakukan uji silang
serasi.

Uji crossmatch ini penting bukan hanya pada transfusi tetapi juga ibu hamil
yang kemungkinan terkena penyakit hemolitik pada bayi baru lahir. Pentingnya
pemeriksaan crossmatch ini pada ibu hamil juga bertujuan supaya mencegah
kemungkinan terjadinya hemolitik pada bayi baru lahir akibat adanya perbedaaan
golongan darah antara ibu dan bayi yang dikandungnya.
Tujuan dilakukan periksaan uji silang adalah : (Ode Yani, 2013).
1. Untuk melihat apakah darah dari pendonor cocok dengan penerima (resipien).
2. Untuk konfirmasi golongan darah.
3. Untuk mencari tahu atau apakah darah donor yang akan ditranfusikan itu
nantinya akan dilawan oleh serum pasien didalam tubuhnya, atau adakah
plasma donor yang turut ditransfusikan akan melawan sel pasien didalam
tubuhnya hingga akan memperberat anemia, disamping kemungkinan adanya
reaksi hemolitik transfusi yang biasanya membahayakan pasien.
Prinsip crossmatch ada dua yaitu Mayor dan Minor, yang penjelasannya
sebagai berikut :
a. Mayor crossmatch adalah serum penerima dicampur dengan sel donor.
Maksudnya apakah sel donor itu akan dihancurkan oleh antibodi dalam serum
pasien.
b. Minor crossmatch adalah plasma donor dicampur dengan sel penerima. Yang
dengan maksud apakah sel pasien akan dihancurkan oleh plasma donor (Ode
Yani, 2013).

Jika golongan darah ABO penerima dan donor sama, baik mayor maupun
minor test tidak bereaksi. Jika berlainan misalnya, donor golongan darah O dan
penerima golongan darah A maka pada test minor akan terjadi aglutinasi (Indah
Kesuma Dewi, 2015).

Dalam praktikum ini, pemeriksaan uji silang serasi (crossmatch) dilakukan


pada dua donor dengan metode aglutinasi (konvensional). Sampel pendonor yang
digunakan dalam praktikum ini terdiri dari donor dengan kode 01 dan 02, dengan
bahan yang disediakan berupa plasma dan suspensi sel darah merah 5%. Sedangkan
sampel resipien atau OS atas nama Ida yang berasal dari RSUP Sanglah, disediakan
bahan pemeriksaan berupa serum dan suspensi sel darah merah 5%. Uji silang serasi
ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu :
a. Tahap I : Fase suhu kamar di dalam saline medium
Pada tahap ini dilakukan pada suhu ruangan dimana disiapkan enam buah
tabung serologis yang dengan ukuran 12x75 mm dengan diberi label terlebih
dahulu. Pada tabung pertama digunakan sebagai pemeriksaan Mayor I dimana
dilakukan penambahan 2 tetes serum OS lalu ditambahkan 1 tetes sel darah 5%
donor kode 01. Pada tabung kedua untuk pemeriksaan Mayor II dilakukan
penambahan 2 tetes serum OS lalu ditambahkan 1 tetes sel darah 5% donor kode
02. Tabung ketiga sebagai Minor I dengan penambahan 2 tetes plasma donor
kode 01 lalu ditambahkan 1 tetes sel darah OS 5%. Tabung keempat sebagai
Minor II dengan penambahan 2 tetes plasma donor kode 02 lalu ditambahkan 1
tetes sel darah OS 5%. Tabung kelima digunakan sebagai Auto Control dengan
penambahan 2 tetes serum OS dan 1 tetes sel darah OS 5%, dan pada tabung
keenam sebagai Auto Pool dilakukan dengan penambahan 2 tetes pool plasma
donor dan 1 tetes sel darah pool donor 5%.

Kemudian dilakukan homogenisasi dengan mengocoknya hingga


tercampur, kemudian disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 detik.
Digunakannya sentrifuge untuk mempercepat proses aglutinasi sehingga pada
akhir sentrifuge yang semula larutan bercampur maka akan terjadi pemisahan
antara bagian bening dan sel darah yang telah teraglutinasi. Setelah dilakukan
sentrifugasi maka diperoleh bagian merah (sel darah) yang teraglutinasi dari
bagian bening, kemudian hasil dibaca secara makroskopis dengan cara mengocok
tabung secara perlahan. Setelah dikocok, sel darah tersebut kembali bercampur
dengan bagian yang bening, sehingga hasil tersebut dinyatakan negatif dan
pemeriksaan perlu dilakukan pada tahap selanjutnya yaitu tahap fase 2.

Pada pemeriksaan uji silang serasi selain menggunakan pemeriksaan


terhadap tabung mayor dan minor, juga dilakukan pemeriksaan terhadap auto
control dan auto pool. Tabung auto control yang berisi campuran 2 tetes serum
OS dan 1 tetes sel darah OS 5% bertujuan untuk mendeteksi apakah terdapat
kelainan atau reaksi hemolisis dan aglutinasi yang mungkin terjadi pada darah
resipien itu sendiri. Sementara itu, pada tabung auto pool diisi dengan 2 tetes
pool plasma donor dan 1 tetes sel darah pool donor 5%. Pool plasma donor
merupakan campuran antara 1 tetes plasma donor kode 01 dengan 1 tetes plasma
donor kode 02. Begitu juga dengan pool sel darah donor 5%, yang merupakan
campuran antara 1 tetes sel darah donor kode 01 suspensi 5% dengan 1 tetes sel
darah donor kode 02 suspensi 5%. Tabung auto pool ini berfungsi untuk
mendeteksi adanya kelainan atau reaksi hemolisis dan aglutinasi yang mungkin
terjadi antara kedua darah donor tersebut. Jika terdapat kelainan pada darah
resipien atau donor itu sendiri, maka uji silang serasi tentu tidak dapat
dilanjutkan.
Fase 1 ini dapat mendeteksi antibodi komplit yang bersifat IgM (Antibodi
dingin), misalnya : (Joe, 2011).
 Ketidakcocokkan pada golongan darah ABO.
 Adanya antibodi komplit, seperti: anti M, anti Lewis, anti-N, anti P-1, anti-
A1, anti-H, anti-I.

b. Tahap II : Fase inkubasi 370C di dalam medium bovine albumin 22%


Pada tahap ini dilakukan penambahan bovine albumin 22% sebanyak 2
tetes lalu dihomogenkan dan diinkubasi selama 15 menit pada suhu 37oC di
dalam inkubator, namun pada saat praktikum digunakan oven sebagai pengganti
inkubator. Fungsi oven sebenarnya hampir sama dengan inkubator dimana pada
oven tetap diatur dengan suhu 370C. Inkubasi ini bertujuan agar antibodi dapat
melekat pada sel. Inkubasi tidak diperbolehkan lebih dari 15 menit karena akan
menyebabkan terjadinya aglutinasi nonspesifik. Setelah diinkubasi, selanjutnya
tabung disentrifuge kembali dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 detik.
Kemudian dilakukan pengamatan secara makroskopis ada tidaknya aglutinasi
dengan cara mengocok perlahan hasil sentrifugasi tadi. Apabila terjadi aglutinasi
maka hasil positif, sebaliknya, apabila tidak terjadi aglutinasi maka hasil tersebut
dinyatakan negatif. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan saat praktikum
diperoleh hasil negatif sehingga dilanjutkan pada tahap selanjutnya yaitu tahap
indirect comb test.

Fase 2 akan dapat mendeteksi beberapa antibodi sistem Rhesus, seperti:


anti D, anti-E, anti-c, dan antibodi lainnya seperti anti-Lewis. Pada fase ini
antibodi inkomplit dapat mengikat sel darah merah sehingga pada fase III dengan
bantuan penambahan Coomb’s serum terjadi reaksi positif. Antibodi inkomplit
adalah anti-D, anti-E, anti-e, anti-C, anti-c, anti-Duffy, anti-Kell, anti-Kidd, anti-
S, dan lain-lain (Joe, 2011).

c. Tahap III : Indirect Combs Test


Pada tahap ini merupakan uji antiglobulin untuk mendeteksi IgG yang
dapat menimbulkan masalah dalam transfusi yang tidak dapat terdeteksi pada
kedua fase sebelumnya. Semua antibodi inkomplit yang terikat pada sel darah
merah di fase II akan beraglutinasi (positif) setelah penambahan Coomb’s serum.
Pada tahap ini sel darah merah atau hasil negatif dari fase II dicuci dengan
larutan saline atau NaCl 0,9% sebanyak 3 kali untuk mendapat sel eritrosit yang
benar-benar bersih dan pekat. Pencucian dilakukan dengan tujuan untuk
menghilangkan zat sisa atau pengotor yang dapat mengganggu reaksi antara
coomb’s serum dengan sel darah. Kemudian ditambahkan 2 tetes coomb’s serum
yang mengandung serum hewan yang mengandung anti zat spesifik terhadap
globulin manusia. Kemudian dihomogenkan dan disentrifuge kembali dengan
kecepatan 3000 rpm selama 15 detik dan hasil reaksi dibaca secara makroskopis.
Apabila positif maka akan terjadi aglutinasi yang menandakan adanya anti zat
yang melapisi eritrosit, sedangkan apabila tidak terjadi aglutinasi maka hasil
dinyatakan negatif.

d. Uji Validitas
Validasi dilakukan untuk mengetahui apakah pemeriksaan yang dilakukan
dari fase I sampai fase III telah benar atau tidak. Uji validasi ini dilakukan
dengan menambahkan 1 tetes CCC (Coomb’s Control Cell) terhadap hasil dari
coomb’s test yang menunjukkan hasil negatif, kemudian disentrifuge dengan
kecepatan 3000 rpm 15 detik. Hasil positif akan menunjukkan adanya aglutinasi
sehingga reaksi silang dianggap valid, sedangkan apabila hasil validasi negatif
atau tidak terjadi aglutinasi maka dapat dikatakan reaksi silang tidak valid atau
harus dilakukan pengujian ulang pada pemeriksaan crossmatch ini.
Karena seluruh tabung menunjukkan hasil negatif, maka pada seluruh tabung
dilakukan uji validitas untuk mengetahui apakah uji silang yang telah dilakukan valid
atau tidak. Tabung mayor, minor, dan auto control seluruhnya menunjukkan hasil uji
yang valid. Hasil ini ditunjukkan dari adanya aglutinasi pada tabung, namun
aglutinasinya lemah. Teknik pengocokan tabung pada saat membaca hasil dari uji
validitas berbeda dengan fase uji silang. Dimana aglutinasi yang terjadi adalah
aglutinasi lemah dan akan jelas terlihat apabila diamati dengan mikroskop.

Pengamatan secara makroskopis pada saat praktikum dalam uji validitas


menunjukkan hasil positif yang ditandai dengan adanya aglutinasi pada setiap tabung.
Dengan demikian maka dapat dinyatakan bahwa reaksi silang (crossmatch) antara
pendonor kode 01 dan 02 dengan resipien (OS) atas nama Ida dinyatakan valid. Hal
yang harus diperhatikan bahwa saat mengocok tabung untuk menentukan hasil uji
validitas harus dilakukan dengan perlahan karena aglutinasi yang terbentuk
merupakan aglutinasi lemah, dimana apabila dikocok terlalu kuat akan menyebabkan
hilangnya aglutinasi.

Berdasarkan hasil pemeriksaan uji silang serasi (crossmatch) antara darah


donor kode 01 dan 02 dengan darah resipien (OS) atas nama Ida, baik pada fase I
sampai fase III menunjukkan hasil negatif yang ditandai dengan tidak adanya
aglutinasi dan tidak terjadi reaksi hemolisis pada sampel saat pengujian. Hal ini
mengindikasikan bahwa darah resipien (OS) atas nama Ida tersebut cocok/kompatibel
dengan darah pendonor kode 01 dan 02, sehingga darah kedua donor tersebut dapat
diberikan kepada resipien atas nama Ida tersebut. Pada uji validitas juga diperoleh
hasil positif yang ditandai dengan adanya aglutinasi, hal ini berarti bahwa hasil tes
valid (benar) sehingga hasil pemeriksaan boleh diberikan kepada pasien.
Uji silang serasi dapat memberikan hasil negatif palsu. Oleh sebab itu, dalam
melakukan pemeriksaan uji silang serasi perlu memperhatikan faktor-faktor sebagai
berikut : (Joe, 2011).
1. NaCl 0,9% (saline) harus bersih, jernih, tidak berwarna dan tidak
terkontaminasi dengan serum.
2. Suhu inkubator harus 37°C.
3. Waktu inkubasi harus tepat.
4. Pencucian sel darah merah harus bersih.
5. Hasil negatif harus dikontrol dengan menggunakan Coombs Control Cells.
Uji silang dapat memberikan hasil positif (inkompatibel), karena: (Joe, 2011).
1. Antibodi inkomplit, diantaranya : anti-D, anti-E, anti-e, anti-C, anti-c, anti-
Duffy, anti-Kell, anti-Kidd, anti-S, dan lain-lain.
2. Autoantibodi dalam serum pasen
3. Antibodi yang tidak termasuk dalam sistem golongan darah
4. Tidak ditemukannya kelainan immunolodi dalam serum pasen.
Darah inkompatibel adalah darah resipien yang pada uji silang serasi
memberikan hasil ketidakcocokan dengan darah donor dengan demikian tidak bisa
ditransfusikan. Hal ini perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari
penyebab reaksi inkompatibel.
Metode silang serasi metode manual memiliki beberapa kekurangan,
diantaranya : (Riesti Ekasanti dkk, 2016).
a. Perlu banyak orang / tenaga pelaksana.
b. Hasil subyektif tergantung pengalaman operator.
c. Hasil reaksi tidak stabil.
d. Pencucian kurang sempurna dapat menyebabkan hasil false (-).
e. Pengerjaan tidak sempurna, skor reaksi dapat turun / negatif.
f. Pembacaan reaksi memerlukan mikroskop.
g. Perlu menggunakan CCC (Control Coomb’s Cell) untuk cek reaksi negatif.
h. Hasil reaksi secara visual tidak dapat didokumentasikan, dokumentasi hanya
berupa laporan kerja.
i. Waktu pengerjaannya lama.
Metode uji silang serasi (crossmatch) lainnya yang lebih akurat untuk melihat
kecocokan antara darah donor dan resipien yaitu, uji silang serasi (crossmatch)
metode gel yang memiliki tahapan yang terstandarisasi, sederhana, cepat, serta
memberikan hasil yang obyektif.

IX. SIMPULAN

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai


berikut:
1. Uji silang serasi merupakan pemeriksaan untuk memastikan bahwa transfusi
darah tidak menimbulkan reaksi apapun pada resipien serta sel-sel darah
merah bisa mencapai masa hidup maksimum setelah diberikan transfusi.
2. Uji silang serasi dilakukan dalam 3 fase yaitu fase I (fase suhu kamar di dalam
saline medium), fase 2 (fase inkubasi 37°C di dalam medium bovine albumin
22%), dan fase 3 (Indirect Coombs Test), serta tahap validitas untuk
mendeteksi reaksi silang valid/tidak valid.
3. Berdasarkan praktikum mengenai uji silang serasi (crossmatching) antara
darah resipien atas nama Ida dengan darah dua donor kode 01 dan 02 ialah
cocok / kompatibel dan reaksi silang valid.

LAPORAN PRAKTIKUM TRANSFUSI DARAH


UJI SILANG SERASI (CROSSMATCHING)
OLEH :
KELOMPOK 1

 NI KADEK PRIDAYANTI (P07134014001)


 PUTU NIKHITA FEBRYANTI (P07134014003)
 IGA. AYU SATWIKHA DEWI (P07134014005)
 KOMANG NINA SHINTARINI (P07134014009)
 I WAYAN ADI SETIAWAN (P07134014013)
 AYU RIKA WIDYASTUTI (P07134014017)
 NI MADE NIAGITA WIRATNI (P07134014019)

JURUSAN ANALIS KESEHATAN


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
TAHUN 2016

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012.Darah. (online). tersedia:


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21754/4/Chapter%20I.pdf.
[diakses pada : 1 Oktober 2016 20:13 WITA]
Dewi, Indah Kesuma. 2015. Pemeriksaan Uji Silang Serasi. [online]. Tersedia:
http://documents.tips/documents/pemeriksaan-uji-silang-serasi.html. [Diakses:
5 Oktober 2016. 20.28 WITA]
Gustini, Yulisa. 2011. Pemeriksaan Golongan Darah ABO. .(online).tersedia:
http://yulisa-gustini.blogspot.com/2011/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html.
[diakses pada : 2 Oktober 2016 12:10 WITA]
Joe. 2011. Makalah tentang Pelayanan Transfusi Darah. [online]. Tersedia:
http://joevha.blogspot.co.id/2011/06/makalah-tentang-perlayanan-tranfusi.html.
[Diakses: 3 Oktober 2016. 19.30 WITA]
Riesti Ekasanti, Rachmawati M, Mansyur Arif. 2016. Uji Silang Serasi dengan
Metode Gel. [online]. Tersedia: http://dokumen.tips/documents/uji-silang-
serasi-dengan-metode-gelpptx.html. [Diakses: 5 Oktober 2016. 19.23 WITA]
Yani, Ode. 2013. Crossmatch. [online]. Tersedia:
http://odeyoni.blogspot.co.id/2013/04/crossmatch_23.html. [Diakses: 4Oktober
2016. 19.44 WITA]

LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui, Denpasar, 7 Oktober 2016

Pembimbing Praktikan

dr. Ni Kadek Mulyantari, Sp.PK Mahasiswa Kelompok I

Anda mungkin juga menyukai