Pemeriksaan kadar kolesterol serum bisa digunakan sebagai indicator dalam menentukan
fungsi hati, empedu, absorpsi intestinal, kecenderungan terhadap penyakit arteri koroner, fugsi
tiroid dan penyakit adrenal. Kadar kolesterol penting dalam mendiagnosis dan pengklasifikasian
dari hiperlipoproteinemia. Stres, usia, jenis kelamin, keseimbangan hormonal dan kelahamilan
memengaruhi kadar kolesterol.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan Cholesterol Total pada sampel serum.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Cholesterol Total pada sampel serum.
b.Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan Cholesterol Total pada sampel
serum
METODE
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah metode kolorimetrik enzimatik CHOD-PAP
PRINSIP
Kolesterol ditentukan secara hidrolisis dan oksidasi enzimatik. Indikator kolorimetri adalah
quinoneimine yang dihasilkan dari 4- aminoantipyrine dan fenol dengan katalisator peroksidase
membentuk quinoneimine yang berwarna merah. Intensitas warna sebanding dengan konsentrasi
kolesterol dan dapat ditentukan
CHE secara fotometrik. Absorbansi warna diukur pada panjang
gelombang 546 nm.
Cholesterol ester + H2O Cholesterol + Fatty Acid
CHO
Cholesterol + O2 Cholesterol + Fatty Acid
POD
2H2O2 + 4-aminoantipyrine + phenol Quinoneimein + 4H2O
CHE : kolesterol esterase
CHO : kolesterol oksidase
POD : peroksidase
ALAT DAN BAHAN
Alat:
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Pipet ukur
Mikropipet 10 µl, 1000 µl
Yellow dan Blue tip
Gelas beaker 50 mL
Fotometer
Stopwatch
Bahan:
Sampel serum
Aquades
Reagen tdd:
CARA KERJA
INTERPRETASI HASIL
Parameter Nilai rujukan (mg/dl)
Dewasa
Normal < 200
Borderline kolesterol tinggi 200 – 239
Kolesterol tinggi >239
Anak-anak
Normal < 170
Borderline kolesterol tinggi 170 – 199
Kolesterol tinggi >199
PRAKTIKUM PEMERIKSAAN HDL
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan HDL pada sampel serum.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan HDL pada sampel serum.
b.Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan HDL pada sampel serum
METODE
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah Enzymatic-colorimetric with accelerator selective
detergent. End point.
PRINSIP
Kolorimetri enzimatik kolesterol HDL berdasarkan akselerator selektif deterjen. Pertama, sampel
pasien dicampur dengan reagen R1 yang mengandung selektif akselerator untuk menonaktifkan
semua kolesterol lipoprotein non-HDL (LDL, VLDL & kilomikron)
Accelerator+CO+DSBmT+POD
LDL,VLDL, Chylomicron Non Reactive LDL, VLDL,
chylomicron
Setelah di tambah R2
CHE+CO
Cholest-4-en-3-one)+ H2O2
Cholesterol HDL +O2
peroxidase
H2 O2 + 4-AA+ DSBmT Colored compound
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Pipet ukur
Mikropipet 10 µl, 1000 µl
Yellow dan Blue tip
Gelas beaker 50 mL
Spektrofotometer
Stopwatch
Bahan:
Sampel serum
Reagen tdd:
Reagent (R1)
Good's buffer, pH 6.0
Cholesterol oxidase (CO) < 1000 U/I
Peroxidase (POD) < 1300 ppg U/L
Ascorbate oxidase < 3000 U/I.
N,N-bis(4-sulphobutyl)-m-toluidine-disodium (DSBmT) < 1 mmol/L
Accelerator < 1 mmol/L.
Reagent (R2)
Good's buffer, pH 6.0
Cholesterol esterase (CHE) < 1500 U/L;
4-Amino-Antipyrine (4-AA) < 1 mmol/L
Detergent < 2%
CARA KERJA
Trigliserida merupakan 95% dari lemak yang tersimpan dalam jaringan dan peran utamanya
adalah menyediakan energi untuk sel. Trigliserida disintesis di usus dan hati Di usus disintesa
dari bahan bakar makanan dan di hati dari karbohidrat makanan, kemudian diangkut dalam darah
oleh kilomikron dan VLDL. Kadar Trigliserida serum yang tinggi dikaitkan dengan risiko
penting terjadinya aterosklerosis. Trigliserida yang tinggi bisa disebabkan oleh penyakit seperti
kelainan metabolisme lipid, tetapi bisa juga karena diabetes, gangguan ginjal, atau endokrin.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan Trigliserida pada sampel serum.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Trigliserida pada sampel serum.
b.Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan Trigliserida pada sampel
serum
METODE
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah Enzymatic-colorimetric. End point.
PRINSIP
Trigliserida diukur secara enzimatik dalam serum atau plasma menggunakan serangkaian reaksi
yang digabungkan di mana trigliserida dihidrolisis untuk menghasilkan gliserol. Gliserol
kemudian dioksidasi menggunakan gliserol oksidase, dan H2O2 salah satu produk samping,
H2O2 diukur secara kuantitatif dalam reaksi yang dikatalisis peroksidase yang menghasilkan
warna.
Absorbansi diukur pada 505 nm. Urutan reaksi adalah sebagai berikut:
Lipoprotein lipase
Triglycerides + H2O Glycerol + fatty acids
glycerokinase
Glycerol + ATP glycerol-3-phosphate + ADP
Glycerol-3-phosphate
oxidase (GPO) dihydroxyacetone phosphate (DHA-P)+
Glycerol-3-phosphate + O2
H2O2
peroxidase
H2 O2 + 4-AAP+ p-chlorophenol Quinoneimine
Keterangan:
4-AAP =amino-4-antipyrine
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Pipet ukur
Mikropipet 10 µl, 1000 µl
Yellow dan Blue tip
Gelas beaker 50 mL
Spektrofotometer
Stopwatch
Bahan:
Sampel serum
Reagen tdd:
CARA KERJA
INTERPRETASI HASIL
Parameter Nilai rujukan (mg/dl)
Dewasa
Normal < 150
Borderline 150 – 199
Tinggi 200 - 499
Sangat tinggi ≥ 500
PEMERIKSAAN LDL KOLESTEROL
a. Pra-analitik
Metode : pengendapan dan penentuan LDL kolesterol dengan kolesterol kit
Prinsip : LDL diendapkan oleh heparin pada titik isoelektrik (ph 5,12). Sesudah
sentrifugasi, HDL dan VLDL tetap berada dalam supernatan dan dapat ditentukan
dengan metode enzimatik.
Alat :
1. Fotometer 4010
2. Klinipet
3. Rak tabung reaksi
4. Tabung reaksi
5. Timer
6. Tip biru dan kuning
7. Tissue
8. Sentrifugasi
9. Waterbath
Bahan : serum pasien
Reagen : LDL kolesterol tes kit
b. Analitik
Prosedur
1) Proses pengendapan /presipitasi (metode makro)
Pipet kedalam tabung reaksi Makro (μl)
Reagen presipitat 1000
Sampel 100
Campur dengan vortex (bila ada) hingga tercampur sempurna lalu inkubasi
pada suhu ruangan selama 10 menit . sentrifugasi selama 10 menit dengan
kecepatan 4000rpm . segera pisahkan supernatandari endapan .
2) Proses penentu
Pipet ke dalam tabung
Blanko (μl) Sampel (μl)
reaksi
Supernatan - 100
Aquabides 100 -
Larutan pereaksi 1000 1000
Campur dan inkubasi pada suhu kamar selama 10 menit. Baca
dengan fotometer 4010 dengan panjang λ 546 (program A dan
factor 0)
c. Post Analitik
Perhitungan : absorbansi sampel × 1000(F)=. . .mg/dl
Nilai normal : 66-178 mg/dl
PEMERIKSAAN TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL (TTGO)
I. TUJUAN
1) Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan TTGO
2) Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan TTGO
II. METODE
Trinder’s method
III. PRINSIP
Glukosa yang terdapat pada sampel akan teroksidasi dan menghasilkan asam
gluconic dan hydrogen peroksidase yang ada pada glukosa oksidase. Enzim peroksidase
akan mengkatalis pasangan 4-amino-antipyrine oksidadatif dengan fenol untuk
menghasilkan warna quinoneimine yang kompleks dengan absorbsi yang proporsional
bagi kosentrasi dari glukosa pada sampel.
Gula dalam darah terutama diperoleh dari fraksi karbohidrat yang terdapat
dalam makanan. Gugus atau molekul gula dalam karbohidrat dapat dibagi menjadi dua
golongan sebagai berikut. Gugus gula tunggal (monosakarida), yaitu karbohidrat
yang terdiri atas gugusan gula, misalnya glukosa dan fruktosa. Gugus gula majemuk,
yang terdiri atas dua kelompok sebagai berikut: Disakarida atau karbohidrat yang
terdiri atas dua gugusan gula, misalnya sukrosa dan laktosa. Polisakarida, atau
karbohidrat yang terdiri atas banyak gugusan gula, misalnya tepung (amilum), selulosa,
dan glikogen (Budianto, 2009).
Kadar gula dalam darah akan dijaga keseimbangannya oleh hormon
insulin yang diproduksi oleh kelenjar sel beta pankreas di perut. Mekanisme kerja
hormon insulin dalam mengatur keseimbangan kadar gula dalam darah adalah
dengan mengubah gugusan gula tunggal menjadi gugusan gula majemuk yang
sebagian besar disimpan dalam hati dan sebagian kecil disimpan dalam otak
sebagai cadangan pertama. Namun, jika kadar gula dalam darah masih berlebihan, maka
hormon insulin akan mengubah kelebihan gula tersebut menjadi lemak dan protein
melalui suatu proses kimia, dan kemudian menyimpannya sebagai cadangan
kedua (Budianto, 2009).
Gula setiap saat didistribusikan ke seluruh sel tubuh sebagai bahan bakar
yang digunakan dalam seluruh aktivitas hidup. Jika dalam kondisi puasa sehingga tidak
ada makanan yang masuk, maka cadangan gugusan gula majemuk dalam hati akan
dipecah dan dilepaskan ke dalam aliran darah. Namun jika ternyata masih
diperlukan tambahan gula, maka cadangan kedua berupa lemak dan protein juga akan
diuraikan menjadi glukosa (Budianto, 2009).
Pankreas adalah suatu organ yang memiliki ukuran kira-kira 15 cm, yang
terletak di belakang lambung dan sebagian di belakang hati. Organ ini terdiri dari
98% sel-sel sekresi ekstern, yang memproduksi enzim-enzim cerna (pankreatin)
yang disalurkan ke duodenum. Sisanya terdiri dari kelompok sel (pulau
Langerhans) dengan sekresi intern, yakni hormon-hormon insulin dan glukagon
yang disalurkan langsung ke aliran darah (Budianto, 2009).
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan elektrolit darah (Na +, K+, Cl-)
2. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan elektrolit darah (Na+, K+, Cl-)
3. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan elektrolit darah (Na +,
K+, Cl-)
II. METODE
Metode yang digunakan adalah Elektroda Ion Selektif (Ion Selective Electrode/ ISE)
III. PRINSIP
Pada dasarnya alat yang menggunakan metode ISE untuk menghitung kadar ion
sampel dengan membandingkan kadar ion yang tidak diketahui nilainya dengan kadar
ion yang diketahui nilainya. Membran ion selektif pada alat mengalami reaksi dengan
elektrolit sampel. Membran merupakan penukar ion, bereaksi terhadap perubahan
listrik ion sehingga menyebabkan perubahan potensial membran.
IV. DASAR TEORI
Jumlah natrium yang keluar dari traktus gastrointestinal dan kulit kurang dari
10%. Cairan yang berisi konsentrasi natrium yang berada pada saluran cerna bagian atas
hampir mendekati cairan ekstrasel, namun natrium direabsorpsi sebagai cairan pada
saluran cerna bagian bawah, oleh karena itu konsentrasi natrium pada feses hanya
mencapai 40mEq/L. Keringat adalah cairan hipotonik yang berisi natrium dan klorida.
Kandungan natrium pada cairan keringat orang normal rerata 50 mEq/L. Jumlah
pengeluaran keringat akan meningkat sebanding dengan lamanya periode terpapar pada
lingkungan yang panas, latihan fisik dan demam. Ekskresi natrium terutama dilakukan
oleh ginjal. Pengaturan eksresi ini dilakukan untuk mempertahankan homeostasis
natrium, yang sangat diperlukan untuk mempertahankan volume cairan tubuh. Natrium
difiltrasi bebas di glomerulus, direabsorpsi secara aktif 60-65% di tubulus proksimal
bersama dengan H2O dan klorida yang direabsorpsi secara pasif, sisanya direabsorpsi di
lengkung henle (25- 30%), tubulus distal (5%) dan duktus koligentes (4%). Sekresi
natrium di urine <1%. Aldosteron menstimulasi tubulus distal untuk mereabsorpsi
natrium bersama air secara pasif dan mensekresi kalium pada sistem renin-angiotensin-
aldosteron untuk mempertahankan elektroneutralitas. Fungsi natrium adalah memelihara
tekanan osmotok cairan ekstraselular dan burhubungan dengan cairan tubuh serta
membantu fungsi neuromuskuler. Natrium juga membantu memelihara keseimbangan
asam-basa (Muhammad Asdar, Nasrullah Mustamir, 2012).
Nilai Rujukan Natrium
Nilai rujukan kadar natrium pada:
Serum bayi : 134-150 mmol/L
Serum anak dan dewasa :135-145 mmol/L
Urine anak dan dewasa : 40-220 mmol/24 jam
Cairan serebrospinal : 136-150 mmol/L
Feses : kurang dari 10 mmol/hari
Klinis
a) Penurunan natrium terdapat pada penderita muntah, diare, penghisapan lambung,
cedera jaringan, diet rendah garam, luka bakar, gagal ginjal, penggunaan obat
diuretik furosemid, thiazid dan manitol.
b) Peningkatan natrium terdapat pada penderita: dehidrasi, muntah, diare, gangguan
jantung kronis, hiperfungsi adrenal, gagal hepatik, intake Na tinggi, dan
penggunaan obat kortison, antibiotik, laksansia dan obat batuk.
Makanan sumber natrium : garam dapur, corned beef, daging babi, ham, ikan
kaleng, keju, buah ceri, saus tomat, acar, minyak zaitun, kripik kentang dan
pepsicola (Muhammad Asdar, Nasrullah Mustamir, 2012).
B. Kalium (K+)
Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel.
Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi kalium ekstrasel 4-5
mEq/L (sekitar 2%). Jumlah konsentrasi kalium pada orang dewasa berkisar 50-60 per
kilogram berat badan (3000 -4000 mEq). Jumlah kalium ini dipengaruhi oleh umur dan
jenis kelamin. Jumlah kalium pada wanita 25% lebih kecil dibanding pada laki-laki dan
jumlah kalium pada orang dewasa lebih kecil 20% dibandingkan pada anak-anak.
Perbedaan kadar kalium di dalam plasma dan cairan interstisial dipengaruhi oleh
keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kalium cairan intrasel dengan cairan
interstisial adalah akibat adanya transpor aktif (transpor aktif kalium ke dalam sel
bertukar dengan natrium). Jumlah kalium dalam tubuh merupakan cermin keseimbangan
kalium yang masuk dan keluar. Pemasukan kalium melalui saluran cerna tergantung dari
jumlah dan jenis makanan. Orang dewasa pada keadaan normal mengkonsumsi 60-100
mEq kalium perhari (hampir sama dengan konsumsi natrium). Kalium difiltrasi di
glomerulus, sebagian besar (70-80%) direabsorpsi secara aktif maupun pasif di tubulus
proksimal dan direabsorpsi bersama dengan natrium dan klorida di lengkung henle.
Kalium dikeluarkan dari tubuh melalui traktus gastrointestinal kurang dari 5%, kulit dan
urine mencapai 90%. Fungsi kalium adalah memelihara keseimbangan osmotik dalam
sel, meregulasi aktifitas otot, enzim dan keseimbangan asam basa (Muhammad Asdar,
Nasrullah Mustamir, 2012).
I. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui prosedur pemeriksaan kimia klinik meliputi
Analisa Gas Darah,Amilase, Lipase, Kolesterol Total, Kolesterol LDL, Kolesterol
HDL, Trigliserida, Kalsium(Ca), Fosfor Anoganik, HbA1C, T3 Total dan TSHs.
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui proses pengambilan sampel pemeriksan kimia
klinik.
2. Mahasiswa mampu mengetahui cara penanganan sampel pemeriksaan kimia
klinik.
3. Mahasiswa mampu mengetahui metode, prinsip, serta cara kerja dari alat
kimia analyzer Cobas 6000(C510+ E610) dan AGD analyzer SIEMENS
RAPIDLab 348EX.
4. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan kimia klinik
meliputi, Analisa Gas Darah,Amilase, Lipase, Kolesterol Total, Kolesterol
LDL, Kolesterol HDL, Trigliserida, Kalsium(Ca), Fosfor Anoganik, HbA1C,
T3 Total dan TSHs.
II. METODE
Praktikum kali ini menggunakan metode sebagai berikut :
1. Analisa gas darah dilakukan berdasarkan asas potensiometri dan metode ion
selective electrode (ISE) dengan alat AGD Analyzer.
2. Amilase menggunakan metode Enzymatic Colorimetri test.
3. Lipase menggunakan metode Enzymatic Colorimetric (IFCC).
4. Kolesterol total menggunakan metode CHOD-PAP.
5. Trigliserida menggunakan metode GPO-PAP.
6. Kolesterol HDL menggunakan metode Homogeneous enzymatic colorimetric
assay.
7. Kolesterol LDL menggunakan metode metode Homogeneous enzymatic
colorimetric assay.
8. Kalsium (Ca) menggunakan metode O-Cresolphtalein Complex (OCPC).
9. Fosfor Anorganik menggunakan metode Enzimatik.
10. Hb-A1c menggunakan metode TINIA.
11. T3 total menggunakan metode ECLIA.
12. TSHs menggunakan metode ECLIA.
III. PRINSIP
Prinsip kerja dari masing-masing pemeriksaan adalah sebagai berikut :
1. Analisa Gas Darah : Potensiometri merupakan salah satu metode analitik pada
ilmu kimia yang paling sering digunakan untuk analisis kimia,dimana cara
kerjanya adalah pengukuran perubahan potensial dari elektroda untuk mengetahui
konsentrasi dari suatu larutan (bahan). Pada dasarnya alat yang menggunakan
metode ISE untuk menghitung kadar ion sampel dengan membandingkan kadar
ion yang tidak diketahui nilainya dengan kadar ion yang diketahui nilainya.
Membran ion selektif pada alat mengalami reaksi dengan elektrolit sampel.
Membran merupakan penukar ion, bereaksi terhadap perubahan listrik ion
sehingga menyebabkan perubahan potensial membran. Perubahan potensial
membran ini diukur, dihitung menggunakan persamaan Nerst, hasilnya kemudian
dihubungkan dengan amplifier dan ditampilkan oleh alat.
2. Amilase : Substrat(4,6-ethylidene-p-nitrophenyl-α-D-maltoheptaoside) akan
diuraikan oleh enzim α-amylase dimana hasilnya berupa oligosakarida akan
dihidrolisa oleh α-glukosidase menghasilkan glukosa dan p-nitrophenol.
Peningkatan p–nitrophenol sebanding dengan aktivitas α- amylase dalam sampel.
3. Lipase : 1-2-o-dilauryl-rac-glycero-3-glutamic acid (6-methylresorufin) ester
ditambahkan pada suatu micro-emulsion yang akan dipecah oleh lipase menjadi
co-lipase dan bile acid. Kombinasi co-lipase, bile acid dan substrat akan
mengalami penguraian oleh enzim lipolitik dan esterase sehingga menghasilkan
methylresorufin ester yang dengan cepat terdegradasi menjadi methylresorufin
yang berwarna. Intensitas warna ini sebanding dengan aktivitas lipase dalam
sampel.
10. Hb-A1c : Prinsip dari metode ini adalah ikatan yang terjadi antara antibodi
dengan glukosa dan antara asam amino-4 dengan 10 N-terminal rantai β.
Menggunakan poliklonal atau monoklonal antibodi yang spesifik terhadap N-
terminal valin pada rantai beta HbA1c. Antibodi HbA1c ini terikat pada enzim,
kemudian ditambahkan substrat sehingga reaksi enzim ini dapat diukur. Alat ukur
yang ada pada umumnya berdasarkan micro titer plates. Mengukur persentasi
hemoglobin sel darah merah yang diselubungi oleh gula. Semakin tinggi nilainya
berarti kontrol gula darah buruk dan kemungkinan komplikasi semakin tinggi.
11. T3 total : Pada metode ECLIA yang menggunakan metode kompetitif dipakai
untuk menganalisis substrat yang mempunyai berat molekul yang kecil.
Sedangkan prinsip sandwich digunakan untuk substrat dengan berat molekul yang
besar. Metode Electrochemiluminescence Immunoassay menggunakan ruthenium
(II) tris(bipyridyl) [Ru(bpy)3 2+] sebagai labelnya dan bereaksi dengan
tripropilamine (TPA) pada permukaan elektroda pada panjang gelombang 620nM.
Dengan menggunakan label Mi, beberapa pemeriksaan dapat dilakukan
pemeriksaan,flowcytometry dengan menggunakan butiran magnet pada fase
padat. Butiran magnet akan tertangkap permukaan elektroda dan label yang tidak
terikat dibuang dengan cairan dasar. Reaksi electrochemiluminescent terjadi pada
saat label telah terikat dan emisi cahaya akan dihitung melalul tabung
fotomultiplier.
12. TSHs : Pada metode ECLIA yang menggunakan metode kompetitif dipakai untuk
menganalisis substrat yang mempunyai berat molekul yang kecil. Sedangkan
prinsip sandwich digunakan untuk substrat dengan berat molekul yang besar.
Metode Electrochemiluminescence Immunoassay menggunakan ruthenium (II)
tris(bipyridyl) [Ru(bpy)3 2+] sebagai labelnya dan bereaksi dengan tripropilamine
(TPA) pada permukaan elektroda pada panjang gelombang 620nM. Dengan
menggunakan label Mi, beberapa pemeriksaan dapat dilakukan
pemeriksaan,flowcytometry dengan menggunakan butiran magnet pada fase
padat. Butiran magnet akan tertangkap permukaan elektroda dan label yang tidak
terikat dibuang dengan cairan dasar. Reaksi electrochemiluminescent terjadi pada
saat label telah terikat dan emisi cahaya akan dihitung melalul tabung
fotomultiplier.
IV. DASAR TEORI
Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan pada reaksi kimia dapat digunakan
darah, urin atau cairan tubuh lain. Terdapat banyak pemeriksaan kimia darah di dalam
laboratorium klinik antara lain uji fungsi hati, otot jantung, ginjal, lemak darah, gula
darah, fungsi pankreas, elektrolit.
1. Pemeriksaan HbA1C
Hemoglobin A1c pertama kali ditemukan pada tahun 1960-an melalui suatu
proses elektroforesis hemoglobin. Pada tahun 1962, Huisman dan Dozy melaporkan
peningkatan salah satu fraksi minor hemoglobin pada 4 pasien diabetes. Lima tahun
kemudian, Rahbar kembali menemukan fraksi tersebut pada 2 orang penderita
diabetes yang menjalani skrining karena hemoglobin yang abnormal. Pada tahun
1968 dilaporkan adanya suatu komponen hemoglobin diabetes pada pasien diabetes
tidak terkontrol. Tak lama kemudian ditemukan bahwa komponen diabetes tersebut
memiliki karakteristik kromatografi k yang sama dengan HbA1c, yaitu suatu
komponen hemoglobin minor yang digambarkan oleh Schnek dan Schroeder pada
tahun 1961.6 Penggunaan HA1c untuk pemantauan derajat kontrol metabolism
glukosa pasien diabetes pertama kali diajukan pada tahun 1976, kemudian diadopsi
ke dalam praktek klinik pada tahun 1990-an oleh Diabetes Control and Complication
Trial (DCCT) dan the United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS)
sebagai alat monitoring derajat kontrol diabetes melitus. Komite ahli dari the
American Diabetes Association (ADA) dan the European Association for the Study of
Diabetes (EASD) kemudian merekomendasikan penggunaan HbA1c untuk diagnosis
diabetes melitus, dan pada tahun 2010 ADA memasukkan HbA1c ke dalam kriteria
diagnosis diabetes (Paputungan et al., 2014).
Komponen utama hemoglobin adalah hemoglobin A, yaitu 90% dari total
komponen hemoglobin. Komponen minor hemoglobin adalah hemoglobin A2 dan F,
yang merupakan hasil rantai gen hemoglobin yang berbeda: δ dan Υ. Komponen
minor lainnya adalah modifi kasi post-translasional hemoglobin A. Komponen
tersebut ditemukan pertama kali oleh Allen, Schroeder dan Balog yang
memisahkannya melalui kromatografi pada resin pertukaran kation dan disebut
sebagai hemoglobin A1a, A1b dan A1c sesuai dengan elusinya.10 Hemoglobin A1c
merupakan komponen minor paling besar dari sel darah manusia, normalnya 4% dari
total hemoglobin A. Ketertarikan pada HbA1c dimulai pada saat Rahbar menemukan
peningkatan komponen tersebut sebanyak dua sampai tiga kali lipat pada pasien
diabetes (Paputungan et al., 2014).