Anda di halaman 1dari 41

PENYUSUN:

TIM KIMIA KLINIK 2

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLTEKKES DENPASAR 2021
PRAKTIKUM PEMERIKSAAN CHOLESTEROL TOTAL

Pemeriksaan kadar kolesterol serum bisa digunakan sebagai indicator dalam menentukan
fungsi hati, empedu, absorpsi intestinal, kecenderungan terhadap penyakit arteri koroner, fugsi
tiroid dan penyakit adrenal. Kadar kolesterol penting dalam mendiagnosis dan pengklasifikasian
dari hiperlipoproteinemia. Stres, usia, jenis kelamin, keseimbangan hormonal dan kelahamilan
memengaruhi kadar kolesterol.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan Cholesterol Total pada sampel serum.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Cholesterol Total pada sampel serum.
b.Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan Cholesterol Total pada sampel
serum
METODE
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah metode kolorimetrik enzimatik CHOD-PAP
PRINSIP
Kolesterol ditentukan secara hidrolisis dan oksidasi enzimatik. Indikator kolorimetri adalah
quinoneimine yang dihasilkan dari 4- aminoantipyrine dan fenol dengan katalisator peroksidase
membentuk quinoneimine yang berwarna merah. Intensitas warna sebanding dengan konsentrasi
kolesterol dan dapat ditentukan
CHE secara fotometrik. Absorbansi warna diukur pada panjang
gelombang 546 nm.
Cholesterol ester + H2O Cholesterol + Fatty Acid
CHO
Cholesterol + O2 Cholesterol + Fatty Acid
POD
2H2O2 + 4-aminoantipyrine + phenol Quinoneimein + 4H2O
CHE : kolesterol esterase
CHO : kolesterol oksidase
POD : peroksidase
ALAT DAN BAHAN
Alat:

 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Pipet ukur
 Mikropipet 10 µl, 1000 µl
 Yellow dan Blue tip
 Gelas beaker 50 mL
 Fotometer
 Stopwatch

Bahan:

 Sampel serum
 Aquades

 Reagen tdd:

 Goods Buffer 50 mmol/L


 Phenol 5 mmol/L
 4-aminoantipyrine 0,3 mmol/L
 Kolesterol esterase ≥ 200 U/l
 Kolesterol oksidase ≥ 50 U/l
 Peroxidase ( POD ) ≥ 3 kU/

CARA KERJA

1. Siapkan Serum yang akan diperiksa


2. Ambil 3 tabung reaksi dan masing-masing tabung diberi label “blanko”, “standar”, dan
“test”
3. Masing-masing tabung diberi larutan sebagai berikut :

Blanko Kalibrator/standar Sampel/Test


Reagen 1000µl 1000µl 1000µl
Distilled Water 10µl - -
Standar - 10µl -
Sampel/serum - - 10µl

4. Campuran dalam masing-masing tabung dihomogenkan


5. Campuran diinkubasi pada 37˚ C selama 10 menit
6. Absorbansi campuran tadi dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 505
nm dengan titik nol sebagai blanko
7. Hasil absorbansi dicatat dan dihitung kadar kolesterol total.
Catatan : Pada praktikum di laboratorium JAK digunakan ½ resep sehingga menjadi

Blanko Kalibrator/standar Sampel/Test


Reagen 500µl 500µl 500µl
Distilled Water 5µl - -
Standar - 5µl -
Sampel/serum - - 5µl

INTERPRETASI HASIL
Parameter Nilai rujukan (mg/dl)
Dewasa
Normal < 200
Borderline kolesterol tinggi 200 – 239
Kolesterol tinggi >239
Anak-anak
Normal < 170
Borderline kolesterol tinggi 170 – 199
Kolesterol tinggi >199
PRAKTIKUM PEMERIKSAAN HDL

TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan HDL pada sampel serum.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan HDL pada sampel serum.
b.Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan HDL pada sampel serum
METODE
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah Enzymatic-colorimetric with accelerator selective
detergent. End point.

PRINSIP
Kolorimetri enzimatik kolesterol HDL berdasarkan akselerator selektif deterjen. Pertama, sampel
pasien dicampur dengan reagen R1 yang mengandung selektif akselerator untuk menonaktifkan
semua kolesterol lipoprotein non-HDL (LDL, VLDL & kilomikron)

Accelerator+CO+DSBmT+POD
LDL,VLDL, Chylomicron Non Reactive LDL, VLDL,
chylomicron

Setelah di tambah R2

HDL specific detergent


HDL Solublized HDL

CHE+CO
Cholest-4-en-3-one)+ H2O2
Cholesterol HDL +O2
peroxidase
H2 O2 + 4-AA+ DSBmT Colored compound

ALAT DAN BAHAN


Alat:

 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Pipet ukur
 Mikropipet 10 µl, 1000 µl
 Yellow dan Blue tip
 Gelas beaker 50 mL
 Spektrofotometer
 Stopwatch

Bahan:

 Sampel serum
 Reagen tdd:

Reagent (R1)
 Good's buffer, pH 6.0
 Cholesterol oxidase (CO) < 1000 U/I
 Peroxidase (POD) < 1300 ppg U/L
 Ascorbate oxidase < 3000 U/I.
 N,N-bis(4-sulphobutyl)-m-toluidine-disodium (DSBmT) < 1 mmol/L
 Accelerator < 1 mmol/L.
Reagent (R2)
 Good's buffer, pH 6.0
 Cholesterol esterase (CHE) < 1500 U/L;
 4-Amino-Antipyrine (4-AA) < 1 mmol/L
 Detergent < 2%

CARA KERJA

4. Siapkan Serum yang akan diperiksa


5. Ambil 3 tabung reaksi dan masing-masing tabung diberi label “blanko”, “standar”, dan
“test”
6. Masing-masing tabung diberi larutan sebagai berikut :

Blanko Kalibrator/standar Sampel/Test


Reagen 240µl 240µl 240µl
Distilled Water 2,4µl - -
Kalibrator - 2,4µl -
Sampel/serum - - 2,4µl

4. Campuran dalam masing-masing tabung dihomogenkan


5. Campuran diinkubasi pada 37˚ C selama 4 menit
Kemudian ditambah R2 masing-masing 80 µl, homogenkan dan inkubasi selama 4 menit
6. Absorbansi campuran tadi dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 578
nm
7. Hasil absorbansi dicatat dan dihitung kadar HDL
INTERPRETASI HASIL
Parameter Nilai rujukan (mg/dl)
Dewasa
Risiko Rendah ≥ 60
Risiko tinggi < 40
PRAKTIKUM PEMERIKSAAN TRIGLISERIDA

Trigliserida merupakan 95% dari lemak yang tersimpan dalam jaringan dan peran utamanya
adalah menyediakan energi untuk sel. Trigliserida disintesis di usus dan hati Di usus disintesa
dari bahan bakar makanan dan di hati dari karbohidrat makanan, kemudian diangkut dalam darah
oleh kilomikron dan VLDL. Kadar Trigliserida serum yang tinggi dikaitkan dengan risiko
penting terjadinya aterosklerosis. Trigliserida yang tinggi bisa disebabkan oleh penyakit seperti
kelainan metabolisme lipid, tetapi bisa juga karena diabetes, gangguan ginjal, atau endokrin.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan Trigliserida pada sampel serum.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Trigliserida pada sampel serum.
b.Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan Trigliserida pada sampel
serum
METODE
Metode pemeriksaan yang digunakan adalah Enzymatic-colorimetric. End point.

PRINSIP
Trigliserida diukur secara enzimatik dalam serum atau plasma menggunakan serangkaian reaksi
yang digabungkan di mana trigliserida dihidrolisis untuk menghasilkan gliserol. Gliserol
kemudian dioksidasi menggunakan gliserol oksidase, dan H2O2 salah satu produk samping,
H2O2 diukur secara kuantitatif dalam reaksi yang dikatalisis peroksidase yang menghasilkan
warna.

Absorbansi diukur pada 505 nm. Urutan reaksi adalah sebagai berikut:

Lipoprotein lipase
Triglycerides + H2O Glycerol + fatty acids
glycerokinase
Glycerol + ATP glycerol-3-phosphate + ADP

Glycerol-3-phosphate
oxidase (GPO) dihydroxyacetone phosphate (DHA-P)+
Glycerol-3-phosphate + O2
H2O2

peroxidase
H2 O2 + 4-AAP+ p-chlorophenol Quinoneimine

Keterangan:

4-AAP =amino-4-antipyrine

ALAT DAN BAHAN


Alat:

 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Pipet ukur
 Mikropipet 10 µl, 1000 µl
 Yellow dan Blue tip
 Gelas beaker 50 mL
 Spektrofotometer
 Stopwatch

Bahan:

 Sampel serum
 Reagen tdd:

 Pipes buffer, pH7.00 50 mmol/L


 Mg2+ 14,8 mmol/L
 p-chlorophenol 2,7 mmol/L
 ATP 3.15 mmol/L
 Potassium ferrocyanide 10 µmol/L
 amino-4-antipyrine 0,31 mmol/L
 Lipoprotein lipase ≥ 2.000 U/L
 Glycerolkinase ≥ 500 U/L
 Glycerol-3-phosphate oxidase (GPO) ≥ 4.000 U/L
 Peroxidase ≥ 500 U/L
 Sodium Azide < 0,1 %

CARA KERJA

7. Siapkan Serum yang akan diperiksa


8. Ambil 3 tabung reaksi dan masing-masing tabung diberi label “blanko”, “standar”, dan
“test”
9. Masing-masing tabung diberi larutan sebagai berikut :

Blanko Kalibrator/standar Sampel/Test


Reagen 1000µl 1000µl 1000µl
Distilled Water 10µl - -
Kalibrator - 10µl -
Sampel/serum - - 10µl
4. Campuran dalam masing-masing tabung dihomogenkan
5. Campuran diinkubasi pada 37˚ C selama 10 menit
6. Absorbansi campuran tadi dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 505
nm dengan titik nol sebagai blanko
7. Hasil absorbansi dicatat dan dihitung kadar trigliserida.
Catatan : Pada praktikum di laboratorium TLM digunakan ½ resep sehingga menjadi

Blanko Kalibrator/standar Sampel/Test


Reagen 500µl 500µl 500µl
Distilled Water 5µl - -
Standar - 5µl -
Sampel/serum - - 5µl

INTERPRETASI HASIL
Parameter Nilai rujukan (mg/dl)
Dewasa
Normal < 150
Borderline 150 – 199
Tinggi 200 - 499
Sangat tinggi ≥ 500
PEMERIKSAAN LDL KOLESTEROL
a. Pra-analitik
Metode : pengendapan dan penentuan LDL kolesterol dengan kolesterol kit
Prinsip : LDL diendapkan oleh heparin pada titik isoelektrik (ph 5,12). Sesudah
sentrifugasi, HDL dan VLDL tetap berada dalam supernatan dan dapat ditentukan
dengan metode enzimatik.
Alat :
1. Fotometer 4010
2. Klinipet
3. Rak tabung reaksi
4. Tabung reaksi
5. Timer
6. Tip biru dan kuning
7. Tissue
8. Sentrifugasi
9. Waterbath
Bahan : serum pasien
Reagen : LDL kolesterol tes kit

b. Analitik
Prosedur
1) Proses pengendapan /presipitasi (metode makro)
Pipet kedalam tabung reaksi Makro (μl)
Reagen presipitat 1000
Sampel 100
Campur dengan vortex (bila ada) hingga tercampur sempurna lalu inkubasi
pada suhu ruangan selama 10 menit . sentrifugasi selama 10 menit dengan
kecepatan 4000rpm . segera pisahkan supernatandari endapan .
2) Proses penentu
Pipet ke dalam tabung
Blanko (μl) Sampel (μl)
reaksi
Supernatan - 100
Aquabides 100 -
Larutan pereaksi 1000 1000
Campur dan inkubasi pada suhu kamar selama 10 menit. Baca
dengan fotometer 4010 dengan panjang λ 546 (program A dan
factor 0)

c. Post Analitik
Perhitungan : absorbansi sampel × 1000(F)=. . .mg/dl
Nilai normal : 66-178 mg/dl
PEMERIKSAAN TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL (TTGO)

I. TUJUAN
1) Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan TTGO
2) Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan TTGO
II. METODE
Trinder’s method
III. PRINSIP
Glukosa yang terdapat pada sampel akan teroksidasi dan menghasilkan asam
gluconic dan hydrogen peroksidase yang ada pada glukosa oksidase. Enzim peroksidase
akan mengkatalis pasangan 4-amino-antipyrine oksidadatif dengan fenol untuk
menghasilkan warna quinoneimine yang kompleks dengan absorbsi yang proporsional
bagi kosentrasi dari glukosa pada sampel.

IV. DASAR TEORI


Dalam proses penyediaan tenaga, gula merupakan bahan utama yang diperlukan
dalam proses kimia untuk menghasilkan bahan energi tinggi ATP (Adenosin
Triphosphat). Pada saat otot berkontraksi, otot memerlukan tenaga. Pada saat itu, ATP
dipecah menjadi ADP (Adenosin Diphosphat), sehingga dapat dihasilkan energi yang
dapat digunakan untuk bekerja atau berolah raga. Sehingga dengan demikian, gula dapat
diibaratkan sebagai bahan bakar utama bagi aktivitas manusia (Budianto, 2009).

Gula dalam darah terutama diperoleh dari fraksi karbohidrat yang terdapat
dalam makanan. Gugus atau molekul gula dalam karbohidrat dapat dibagi menjadi dua
golongan sebagai berikut. Gugus gula tunggal (monosakarida), yaitu karbohidrat
yang terdiri atas gugusan gula, misalnya glukosa dan fruktosa. Gugus gula majemuk,
yang terdiri atas dua kelompok sebagai berikut: Disakarida atau karbohidrat yang
terdiri atas dua gugusan gula, misalnya sukrosa dan laktosa. Polisakarida, atau
karbohidrat yang terdiri atas banyak gugusan gula, misalnya tepung (amilum), selulosa,
dan glikogen (Budianto, 2009).
Kadar gula dalam darah akan dijaga keseimbangannya oleh hormon
insulin yang diproduksi oleh kelenjar sel beta pankreas di perut. Mekanisme kerja
hormon insulin dalam mengatur keseimbangan kadar gula dalam darah adalah
dengan mengubah gugusan gula tunggal menjadi gugusan gula majemuk yang
sebagian besar disimpan dalam hati dan sebagian kecil disimpan dalam otak
sebagai cadangan pertama. Namun, jika kadar gula dalam darah masih berlebihan, maka
hormon insulin akan mengubah kelebihan gula tersebut menjadi lemak dan protein
melalui suatu proses kimia, dan kemudian menyimpannya sebagai cadangan
kedua (Budianto, 2009).

Gula setiap saat didistribusikan ke seluruh sel tubuh sebagai bahan bakar
yang digunakan dalam seluruh aktivitas hidup. Jika dalam kondisi puasa sehingga tidak
ada makanan yang masuk, maka cadangan gugusan gula majemuk dalam hati akan
dipecah dan dilepaskan ke dalam aliran darah. Namun jika ternyata masih
diperlukan tambahan gula, maka cadangan kedua berupa lemak dan protein juga akan
diuraikan menjadi glukosa (Budianto, 2009).

Pankreas adalah suatu organ yang memiliki ukuran kira-kira 15 cm, yang
terletak di belakang lambung dan sebagian di belakang hati. Organ ini terdiri dari
98% sel-sel sekresi ekstern, yang memproduksi enzim-enzim cerna (pankreatin)
yang disalurkan ke duodenum. Sisanya terdiri dari kelompok sel (pulau
Langerhans) dengan sekresi intern, yakni hormon-hormon insulin dan glukagon
yang disalurkan langsung ke aliran darah (Budianto, 2009).

Pemeriksaan TTGO biasanya dilakukan pada penderita Diabetes Mellitus. Diabetes


mellitus dapat didiagnosis secara baik melalui pemeriksaan laboratorium dengan
melakukan pemeriksaan darah. Kriteria diagnosis diabetes mellitus diambil dari
keputusan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu berdasarkan kadar gula atau
glukosa darah. Diagnosis diabetes mellitus dapat ditetapkan dengan mengukur kadar
glukosa darah ketika puasa 1-2 jam setelah meminum larutan glukosa 75 gram (tes
toleransi glukosa oral). Glukosa darah puasa adalah kadar glukosa darah setelah
puasa semalaman, lebih dari 10 jam. Kadar glukosa darah puasa tinggi
menunjukkan bahwa produksi insulin tidak mencukupi, meskipun hanya untuk
kebutuhan tubuh yang bersifat basal atau dasar. Glukosa darah sewaktu adalah
kadar glukosa darah pada suatu saat yang dapat berubah sepanjang hari sesuai
dengan jumlah karbohidrat yang dimakan (Budianto, 2009).

V. ALAT DAN BAHAN


1. Alat :
a. Tabung serologis
b. Mikropipet
c. Centrifuge
d. Spektrofotometer
e. Ependrov
2. Bahan :
a. Serum
b. Reagen glukosa

VI. PROSEDUR KERJA


a. Dipipet 500 µL reagen glukosa dimasukkan kedalam 3 tabung serologi yang
digunakan untuk blangko, standar dan sampel test
b. Dipipet 50 µL larutan standar ke dalam larutan standar
c. Dipipet 50 µL sampel ke dalam reagen glukosa yang ditampung pada tabung serologi
sebelumnya
d. Kemudian diinkubasi selama 5 menit.
e. Setelah diinkubasi selama 5 menit selanjutnya larutan blangko, standar dan sampel
diukur dengan menggunakan spektrofotometri dengan panjang gelombang 505-676
nm.

VII. INTERPRETASI HASIL


Nilai normal :
 Gula darah puasa = 75-121 mg/dL
 Gula darah 2 jam PP = <120 mg/Dl

PEMERIKSAAN ELEKTROLIT DARAH

I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pemeriksaan elektrolit darah (Na +, K+, Cl-)
2. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan elektrolit darah (Na+, K+, Cl-)
3. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan elektrolit darah (Na +,
K+, Cl-)
II. METODE
Metode yang digunakan adalah Elektroda Ion Selektif (Ion Selective Electrode/ ISE)
III. PRINSIP
Pada dasarnya alat yang menggunakan metode ISE untuk menghitung kadar ion
sampel dengan membandingkan kadar ion yang tidak diketahui nilainya dengan kadar
ion yang diketahui nilainya. Membran ion selektif pada alat mengalami reaksi dengan
elektrolit sampel. Membran merupakan penukar ion, bereaksi terhadap perubahan
listrik ion sehingga menyebabkan perubahan potensial membran.
IV. DASAR TEORI

Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik


yang disebut ion jika berada dalam larutan. Ion terbagi menjadi anion dan kation
tergantung mereka bergerak dalam medan listrik menuju katode anode yang
menunjukan mereka mempunyai muatan positip dan negatif. Sebagian besar proses
metabolisme memerlukan dan dipengaruhi oleh elektrolit. Konsentrasi elektrolit yang
tidak normal dapat menyebabkan banyak gangguan. Pemeliharaan tekanan osmotik
dan distribusi beberapa kompartemen cairan tubuh manusia adalah fungsi utama
empat elektrolit mayor, yaitu natrium (Na+), kalium (K+), klorida (Cl-), dan
bikarbonat (HCO3-) (Yaswir & Ferawati, 2012).
Elektrolit dalam cairan tubuh dapat berupa kation misalnya Na +, K+, Ca+2, Mg+2
dan berupa anion misalnya : Cl-, HCO3-, HPO4-, SO4-2 dan laktat. Pada cairan ektrasel
kation utama adalah Na+ dan anion utama adalah Cl- dan HCO3-, sedangkan pada
cairan intrasel kation utama adalah K+ (Yaswir & Ferawati, 2012).
A. Natrium (Na+)
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya bisa mencapai
60 mEq per kilogram berat badan dan sebagian kecil (sekitar 10-14 mEq/L) berada dalam
cairan intrasel. Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel ditentukan oleh garam
yang mengandung natrium, khususnya dalam bentuk natrium klorida (NaCl) dan natrium
bikarbonat (NaHCO3) sehingga perubahan tekanan osmotik pada cairan ekstrasel
menggambarkan perubahan konsentrasi natrium. Perbedaan kadar natrium intravaskuler
dan interstitial disebabkan oleh keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan
kadar natrium dalam cairan ekstrasel dan intrasel disebabkan oleh adanya transpor aktif
dari natrium keluar sel yang bertukar dengan masuknya kalium ke dalam sel (pompa Na+
K+). Jumlah natrium dalam tubuh merupakan gambaran keseimbangan antara natrium
yang masuk dan natrium yang dikeluarkan. Pemasukan natrium yang berasal dari diet
melalui epitel mukosa saluran cerna dengan proses difusi dan pengeluarannya melalui
ginjal atau saluran cerna atau keringat dikulit. Pemasukan dan pengeluaran natrium
perhari mencapai 48-144 mEq (Muhammad Asdar, Nasrullah Mustamir, 2012).

Tabel. Kadar Elektrolit dalam Cairan Ekstrasel dan Intrasel

Jumlah natrium yang keluar dari traktus gastrointestinal dan kulit kurang dari
10%. Cairan yang berisi konsentrasi natrium yang berada pada saluran cerna bagian atas
hampir mendekati cairan ekstrasel, namun natrium direabsorpsi sebagai cairan pada
saluran cerna bagian bawah, oleh karena itu konsentrasi natrium pada feses hanya
mencapai 40mEq/L. Keringat adalah cairan hipotonik yang berisi natrium dan klorida.
Kandungan natrium pada cairan keringat orang normal rerata 50 mEq/L. Jumlah
pengeluaran keringat akan meningkat sebanding dengan lamanya periode terpapar pada
lingkungan yang panas, latihan fisik dan demam. Ekskresi natrium terutama dilakukan
oleh ginjal. Pengaturan eksresi ini dilakukan untuk mempertahankan homeostasis
natrium, yang sangat diperlukan untuk mempertahankan volume cairan tubuh. Natrium
difiltrasi bebas di glomerulus, direabsorpsi secara aktif 60-65% di tubulus proksimal
bersama dengan H2O dan klorida yang direabsorpsi secara pasif, sisanya direabsorpsi di
lengkung henle (25- 30%), tubulus distal (5%) dan duktus koligentes (4%). Sekresi
natrium di urine <1%. Aldosteron menstimulasi tubulus distal untuk mereabsorpsi
natrium bersama air secara pasif dan mensekresi kalium pada sistem renin-angiotensin-
aldosteron untuk mempertahankan elektroneutralitas. Fungsi natrium adalah memelihara
tekanan osmotok cairan ekstraselular dan burhubungan dengan cairan tubuh serta
membantu fungsi neuromuskuler. Natrium juga membantu memelihara keseimbangan
asam-basa (Muhammad Asdar, Nasrullah Mustamir, 2012).
 Nilai Rujukan Natrium
Nilai rujukan kadar natrium pada:
 Serum bayi : 134-150 mmol/L
 Serum anak dan dewasa :135-145 mmol/L
 Urine anak dan dewasa : 40-220 mmol/24 jam
 Cairan serebrospinal : 136-150 mmol/L
 Feses : kurang dari 10 mmol/hari

 Klinis
a) Penurunan natrium terdapat pada penderita muntah, diare, penghisapan lambung,
cedera jaringan, diet rendah garam, luka bakar, gagal ginjal, penggunaan obat
diuretik furosemid, thiazid dan manitol.
b) Peningkatan natrium terdapat pada penderita: dehidrasi, muntah, diare, gangguan
jantung kronis, hiperfungsi adrenal, gagal hepatik, intake Na tinggi, dan
penggunaan obat kortison, antibiotik, laksansia dan obat batuk.
Makanan sumber natrium : garam dapur, corned beef, daging babi, ham, ikan
kaleng, keju, buah ceri, saus tomat, acar, minyak zaitun, kripik kentang dan
pepsicola (Muhammad Asdar, Nasrullah Mustamir, 2012).

B. Kalium (K+)
Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel.
Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi kalium ekstrasel 4-5
mEq/L (sekitar 2%). Jumlah konsentrasi kalium pada orang dewasa berkisar 50-60 per
kilogram berat badan (3000 -4000 mEq). Jumlah kalium ini dipengaruhi oleh umur dan
jenis kelamin. Jumlah kalium pada wanita 25% lebih kecil dibanding pada laki-laki dan
jumlah kalium pada orang dewasa lebih kecil 20% dibandingkan pada anak-anak.
Perbedaan kadar kalium di dalam plasma dan cairan interstisial dipengaruhi oleh
keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kalium cairan intrasel dengan cairan
interstisial adalah akibat adanya transpor aktif (transpor aktif kalium ke dalam sel
bertukar dengan natrium). Jumlah kalium dalam tubuh merupakan cermin keseimbangan
kalium yang masuk dan keluar. Pemasukan kalium melalui saluran cerna tergantung dari
jumlah dan jenis makanan. Orang dewasa pada keadaan normal mengkonsumsi 60-100
mEq kalium perhari (hampir sama dengan konsumsi natrium). Kalium difiltrasi di
glomerulus, sebagian besar (70-80%) direabsorpsi secara aktif maupun pasif di tubulus
proksimal dan direabsorpsi bersama dengan natrium dan klorida di lengkung henle.
Kalium dikeluarkan dari tubuh melalui traktus gastrointestinal kurang dari 5%, kulit dan
urine mencapai 90%. Fungsi kalium adalah memelihara keseimbangan osmotik dalam
sel, meregulasi aktifitas otot, enzim dan keseimbangan asam basa (Muhammad Asdar,
Nasrullah Mustamir, 2012).

Nilai Rujukan Kalium


Nilai rujukan kalium serum pada:
 Serum bayi : 3,6 -5,8 mmol/L
 Serum anak : 3,5-5,5 mmo/L
 Serum dewasa : 3,5-5,3 mmol/L
 Urine anak :17-57 mmol/24 jam
 Urine dewasa : 40-80 mmol/24 jam
 Cairan lambung : 10 mmol/L
Klinis
Hiperkalemia dapat terjadi apabila ada gangguan ginjal, oliguria, anuria, infus
KCl, perlukaan, metabolik asidosis dan penggunaan obat terutama sefalosforin, heparin,
epinefrin, histamin, isoniazid dan spironolakton. Hiperkalemia dapat terjadi karena input
kalium rendah dan ekskresi lewat urine berlebihan, misalnya pada penyakit muntah,
diare dehidrasi, malnutrisi, diet ketat, trauma, luka pembedahan, dan penghisapan
lambung, DM asidosis, banyak makan permen, luka bakar, hiperaldosteron, alkalosis
metabolik dan penggunaan obat terutama diuretik, kortisone, estrogen, insulin, litium
karbonat dan aspirin. Kadar kalium serum < 2,5 mEq/L atau lebih dari 7,0 mEq/L dapat
menimbulkan kematian. Makanan sumber kalium :Buah-buahan, sari buah, kacang-
kacangan, buah kering, sayuran, kopi, teh dan cola (Muhammad Asdar, Nasrullah
Mustamir, 2012).
C. Klorida (Cl-)
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Pemeriksaan konsentrasi
klorida dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding pada gangguan keseimbangan
asam-basa, dan menghitung anion gap. Jumlah klorida pada orang dewasa normal sekitar
30 mEq per kilogram berat badan. Sekitar 88% klorida berada dalam cairan ekstraseluler
dan 12% dalam cairan intrasel. Konsentrasi klorida pada bayi lebih tinggi dibandingkan
pada anak-anak dan dewasa. Keseimbangan Gibbs-Donnan mengakibatkan kadar klorida
dalam cairan interstisial lebih tinggi dibanding dalam plasma. Klorida dapat menembus
membran sel secara pasif.Perbedaan kadar klorida antara cairan interstisial dan cairan
intrasel disebabkan oleh perbedaan potensial di permukaan luar dan dalam membran
sel.Jumlah klorida dalam tubuh ditentukan oleh keseimbangan antara klorida yang masuk
dan yang keluar. Klorida yang masuk tergantung dari jumlah dan jenis makanan.
Kandungan klorida dalam makanan sama dengan natrium.Orang dewasa pada keadaan
normal rerata mengkonsumsi 50-200 mEq klorida per hari, dan ekskresi klorida bersama
feses sekitar 1-2 mEq perhari. Drainase lambung atau usus pada diare menyebabkan
ekskresi klorida mencapai 100 mEq perhari. Kadar klorida dalam keringat bervariasi,
rerata 40 mEq/L. Bila pengeluaran keringat berlebihan, kehilangan klorida dapat
mencapai 200 mEq per hari. Ekskresi utama klorida adalah melalui ginjal. Fungsi klorida
adalah membantu regulasi volume darah, tekanan arteri dan keseimbangan asam basa
(asidosis-alkalosis) (Muhammad Asdar, Nasrullah Mustamir, 2012).
 Nilai Rujukan Klorida :
 Serum bayi baru lahir : 94-112 mmol/L
 Serum anak : 98-105 mmol/L
 Serum dewasa : 95-105 mmol/L
 Keringat anak : <50 mmol/L
 Keringat dewasa : <60 mmol/L
 Urine : 110-250 mmol/24 jam
 Feses : 2 mmol/24 jam
 Klinis
Penurunan kadar Cl dapat terjadi pada penderita muntah, penghisapan lambung,
diare, diet rendah garam, GE, kolitis, isufisiensi adrenal, infeksi akut, luka bakar,
alkalosis metabolik, terlalu banyak keringat, gagal jantung kronis, asidosis respiratorik,
penurunan kadar kalium dan natrium dan dapat juga karena penggunaan obat thiazid,
diureti loop, dan bikarbonat. Peningkatan klorid dapat terjadi pada penderita dehidrasi,
hiperfungsi adrenal, peningkatan Na, cedera kepala, decompensasio cordis, infus NaCl,
asidosis metabolik, gangguan ginjal dan dapat juga karena obat amonium chlorid (OBH) ,
penggunaan kortison dan asetazolamid (Muhammad Asdar, Nasrullah Mustamir, 2012).
Regulasi Elektrolit Darah
Ginjal berfungsi mempertahankan atau mensekresikan air dan elektrolit untuk
menjaga volume, kadar dan pH cairan tubuh tetap dalam keadaan normal. Aktifitas ginjal
dalam homeostasis sebagian dipengaruhi oleh hormon ADH, yang diproduksi oleh
hipofisis, dan aldosteron yang dihasilkan oleh korteks kelenjar anak ginjal. Tekanan
hidrostatik yang terjadi secara normal karena adanya denyut jantung berfungsi
mendorong cairan, sedangkan tekanan osmotik koloid merupakan kekuatan penarik yang
berasal darai kadar protein yang berada dalam plasma darah. Kadar protein plasma ini
harus dipertahankan dan tang berperan dalam hal ini adalah permeabilitas kapiler yang
bersifat sebagi membran semi permiabel. Faktor lain yang terlibat dalam proses
homeostasis yaitu Na+, yang berfungsi menarik air. Air akan tertarik ke tempat dimana
konsentrasi natrium lebih tinggi. Dalam siestem homeostasis yang banyak berperan
adalah ginjal, sistem kapiler selular, kelenjar hipofise, kelenjar paratiroid, kelenjar
adrenal dan paru-paru. Ginjal merupakan pengendali utama terhadap kadar elektrolit dan
cairan tubug. Total cairan tubuh dan konsentrasi V sangat ditentukan oleh apa yang
disimpan ginjal. Ginjal sendiri diatur oleh sejumlah hormon dalam menjalankan
fungsinya (Yaswir & Ferawati, 2012).
Metode pemeriksaan elektrolit darah
Beberapa metode pemeriksaan elektrolit darah diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Metode Flame Emision Spectrophotometry
2. Metode Potesiometer dengan menggunakan Ion Selectife Elektrodes (ISE)
3. Spektrofotometri
4. Metode Potensiometer dengan munggunakan Biosensor.
Selama bertahun-tahun metode untuk menganalisa natrium dan kalium terdiri dari
flame photometry dimana kation-kation tersebut diukur berdasarkan intensitas garis
spektral emisi atomik saat mendapat eksitasi dari sinar kontrol. Metode spektrofotometri
adalah metode pengukuran berdasarkan perubahan warna atau terjadinya kekeruhan
adalah proporsional dengan elektrolit yang kita ukur. Metode ISE (Ion Selective
Electrode) prinsip pemeriksaannya didasarkan pada adanya potensial muatan listrik yang
diantara kedua elektrode (bolam, kalommel). Metode biosensor mempunyai prinsip : bila
sample diposisikan pada electrode Na, K, Cl ditentukan suatu keseimbangan dengan
electrode mambrane permukaan. Kemudian potensial yang terbentuk sesuai dengan
logaritma serta aktifitas analit dalam sample. Jalue elektrik diantara referens dan ISE
dilengkapi dengan empat referens electrode yang mengandung elektrik kalollel dan
larutan saltbridge. Potensio dari electrode Na, K, Cl diukur berturut-turut terhadap
electrode referens oleh electrometer impedans tinggi. Konsentrasi ion yang diukur
dihitung dari potensial electrode dengan menggunakan persamaan Nernst (Yaswir &
Ferawati, 2012).

V. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Elektrolit analyzer
2. Centrifuge
3. Spuit
4. Tabung merah
Bahan
1. Specimen serum
VI. CARA KERJA
1. Darah dicentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit
2. Serum dimasukkan kea lat elektrolit analyzer jika sudah ada tulisan “Life sampel
to analyze” lalu tekan “yes”
3. Catat hasi yang didapatkan
PEMERIKSAAN ANALISA GAS DARAH, AMILASE, LIPASE, FOSFOR ORGANIK,
HBA1C, KOLESTEROL TOTAL, KOLESTEROL HDL, KOLESTEROL LDL,
TRIGLISERIDA, KALSIUM (CA), T3 TOTAL, DAN TSHS MENGGGUNAKAN ALAT
OTOMATIS

I. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui prosedur pemeriksaan kimia klinik meliputi
Analisa Gas Darah,Amilase, Lipase, Kolesterol Total, Kolesterol LDL, Kolesterol
HDL, Trigliserida, Kalsium(Ca), Fosfor Anoganik, HbA1C, T3 Total dan TSHs.

2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui proses pengambilan sampel pemeriksan kimia
klinik.
2. Mahasiswa mampu mengetahui cara penanganan sampel pemeriksaan kimia
klinik.
3. Mahasiswa mampu mengetahui metode, prinsip, serta cara kerja dari alat
kimia analyzer Cobas 6000(C510+ E610) dan AGD analyzer SIEMENS
RAPIDLab 348EX.
4. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan kimia klinik
meliputi, Analisa Gas Darah,Amilase, Lipase, Kolesterol Total, Kolesterol
LDL, Kolesterol HDL, Trigliserida, Kalsium(Ca), Fosfor Anoganik, HbA1C,
T3 Total dan TSHs.

II. METODE
Praktikum kali ini menggunakan metode sebagai berikut :
1. Analisa gas darah dilakukan berdasarkan asas potensiometri dan metode ion
selective electrode (ISE) dengan alat AGD Analyzer.
2. Amilase menggunakan metode Enzymatic Colorimetri test.
3. Lipase menggunakan metode Enzymatic Colorimetric (IFCC).
4. Kolesterol total menggunakan metode CHOD-PAP.
5. Trigliserida menggunakan metode GPO-PAP.
6. Kolesterol HDL menggunakan metode Homogeneous enzymatic colorimetric
assay.
7. Kolesterol LDL menggunakan metode metode Homogeneous enzymatic
colorimetric assay.
8. Kalsium (Ca) menggunakan metode O-Cresolphtalein Complex (OCPC).
9. Fosfor Anorganik menggunakan metode Enzimatik.
10. Hb-A1c menggunakan metode TINIA.
11. T3 total menggunakan metode ECLIA.
12. TSHs menggunakan metode ECLIA.

III. PRINSIP
Prinsip kerja dari masing-masing pemeriksaan adalah sebagai berikut :
1. Analisa Gas Darah : Potensiometri merupakan salah satu metode analitik pada
ilmu kimia yang paling sering digunakan untuk analisis kimia,dimana cara
kerjanya adalah pengukuran perubahan potensial dari elektroda untuk mengetahui
konsentrasi dari suatu larutan (bahan). Pada dasarnya alat yang menggunakan
metode ISE untuk menghitung kadar ion sampel dengan membandingkan kadar
ion yang tidak diketahui nilainya dengan kadar ion yang diketahui nilainya.
Membran ion selektif pada alat mengalami reaksi dengan elektrolit sampel.
Membran merupakan penukar ion, bereaksi terhadap perubahan listrik ion
sehingga menyebabkan perubahan potensial membran. Perubahan potensial
membran ini diukur, dihitung menggunakan persamaan Nerst, hasilnya kemudian
dihubungkan dengan amplifier dan ditampilkan oleh alat.
2. Amilase : Substrat(4,6-ethylidene-p-nitrophenyl-α-D-maltoheptaoside) akan
diuraikan oleh enzim α-amylase dimana hasilnya berupa oligosakarida akan
dihidrolisa oleh α-glukosidase menghasilkan glukosa dan p-nitrophenol.
Peningkatan p–nitrophenol sebanding dengan aktivitas α- amylase dalam sampel.
3. Lipase : 1-2-o-dilauryl-rac-glycero-3-glutamic acid (6-methylresorufin) ester
ditambahkan pada suatu micro-emulsion yang akan dipecah oleh lipase menjadi
co-lipase dan bile acid. Kombinasi co-lipase, bile acid dan substrat akan
mengalami penguraian oleh enzim lipolitik dan esterase sehingga menghasilkan
methylresorufin ester yang dengan cepat terdegradasi menjadi methylresorufin
yang berwarna. Intensitas warna ini sebanding dengan aktivitas lipase dalam
sampel.

4. Kolesterol total : Ester kolesterol dengan adanya enzim kolesterol


esterase diubah menjadi kolesterol dan asam amino bebas. Kolesterol yang
terbentuk dioksidasi dengan bantuan enzimkolesterol oksidase
membentuk kolestenon dan hydrogen peroksida. Hydrogen peroksida yang
terbentuk bereaksi dengan DSBmT (disulphobutyl-m-toluidin disodium) dan 4-
amino antipyrin dengan bantuan enzim peroksidase membentuk quinonimin yang
berwarna merah muda. Intensitas warna yang terbentuk sebanding dengan
konsentrasi kolesterol total.
5. Trigliserida : Trigliserida ditentukan setelah hidrolisa enzimatik dengan lipases.
Indikator quinoneimine terbentuk dari hidrogen peroksida 4-aminoantipyrine dan
4-chlorophenol dibawah pengaruh katalisa peroksidase.

6. Kolesterol HDL : Magnesium sulfat, dekstran sulfat membentuk kompleks water-


soluble dengan LDL, VLDL, dan kilomikron yang tahan terhadap enzim PEG-
modifield. Kadar kolesterol pada HDL kolesterol ditentukan secara enzimatis oleh
kolesterol esterase dan kolesterol oksidase yang bergabung dengan PEG menjadi
kelompok amino (sekiar 40%).
7. Kolesterol LDL : kolesterol ester oleh enzim kolesterol esterase menjadi
kolesterol bebas dan asam lemak bebas. Dengan adanya oksigen, kolesterol pada
LDL kolesterol dioksidasi oleh enzim kolesterol oksidase menjadi kolesteron dan
hydrogen peroksida. Dengan adanya enzim peroksidase, H2O2 bereaksi dengan 4-
amino antipirin dan HSDA membentuk pewarna purple-blue. Intensitas warna
dari pewarna ini diukur degan fotometer pada 585 nm untuk mengetahui kadar
kolesterol LDL.
8. Kalsium (Ca) : Ion kalsium bereaksi dengan o-cresolphthalein complexone dalam
suasana basa untuk membentuk kompleks berwarna ungu. Absorbance kompleks
warna ini sebanding dengan konsentrasi kalsium dalam sampel.
9. Fosfor Anorganik :

Nicotinamide adenine dinucleotide phosphate (NADPH)disinari dengan panjang


gelombang 340 nm.

10. Hb-A1c : Prinsip dari metode ini adalah ikatan yang terjadi antara antibodi
dengan glukosa dan antara asam amino-4 dengan 10 N-terminal rantai β.
Menggunakan poliklonal atau monoklonal antibodi yang spesifik terhadap N-
terminal valin pada rantai beta HbA1c. Antibodi HbA1c ini terikat pada enzim,
kemudian ditambahkan substrat sehingga reaksi enzim ini dapat diukur. Alat ukur
yang ada pada umumnya berdasarkan micro titer plates. Mengukur persentasi
hemoglobin sel darah merah yang diselubungi oleh gula. Semakin tinggi nilainya
berarti kontrol gula darah buruk dan kemungkinan komplikasi semakin tinggi.

11. T3 total : Pada metode ECLIA yang menggunakan metode kompetitif dipakai
untuk menganalisis substrat yang mempunyai berat molekul yang kecil.
Sedangkan prinsip sandwich digunakan untuk substrat dengan berat molekul yang
besar. Metode Electrochemiluminescence Immunoassay menggunakan ruthenium
(II) tris(bipyridyl) [Ru(bpy)3 2+] sebagai labelnya dan bereaksi dengan
tripropilamine (TPA) pada permukaan elektroda pada panjang gelombang 620nM.
Dengan menggunakan label Mi, beberapa pemeriksaan dapat dilakukan
pemeriksaan,flowcytometry dengan menggunakan butiran magnet pada fase
padat. Butiran magnet akan tertangkap permukaan elektroda dan label yang tidak
terikat dibuang dengan cairan dasar. Reaksi electrochemiluminescent terjadi pada
saat label telah terikat dan emisi cahaya akan dihitung melalul tabung
fotomultiplier.
12. TSHs : Pada metode ECLIA yang menggunakan metode kompetitif dipakai untuk
menganalisis substrat yang mempunyai berat molekul yang kecil. Sedangkan
prinsip sandwich digunakan untuk substrat dengan berat molekul yang besar.
Metode Electrochemiluminescence Immunoassay menggunakan ruthenium (II)
tris(bipyridyl) [Ru(bpy)3 2+] sebagai labelnya dan bereaksi dengan tripropilamine
(TPA) pada permukaan elektroda pada panjang gelombang 620nM. Dengan
menggunakan label Mi, beberapa pemeriksaan dapat dilakukan
pemeriksaan,flowcytometry dengan menggunakan butiran magnet pada fase
padat. Butiran magnet akan tertangkap permukaan elektroda dan label yang tidak
terikat dibuang dengan cairan dasar. Reaksi electrochemiluminescent terjadi pada
saat label telah terikat dan emisi cahaya akan dihitung melalul tabung
fotomultiplier.
IV. DASAR TEORI
Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan pada reaksi kimia dapat digunakan
darah, urin atau cairan tubuh lain. Terdapat banyak pemeriksaan kimia darah di dalam
laboratorium klinik antara lain uji fungsi hati, otot jantung, ginjal, lemak darah, gula
darah, fungsi pankreas, elektrolit.

1. Pemeriksaan HbA1C
Hemoglobin A1c pertama kali ditemukan pada tahun 1960-an melalui suatu
proses elektroforesis hemoglobin. Pada tahun 1962, Huisman dan Dozy melaporkan
peningkatan salah satu fraksi minor hemoglobin pada 4 pasien diabetes. Lima tahun
kemudian, Rahbar kembali menemukan fraksi tersebut pada 2 orang penderita
diabetes yang menjalani skrining karena hemoglobin yang abnormal. Pada tahun
1968 dilaporkan adanya suatu komponen hemoglobin diabetes pada pasien diabetes
tidak terkontrol. Tak lama kemudian ditemukan bahwa komponen diabetes tersebut
memiliki karakteristik kromatografi k yang sama dengan HbA1c, yaitu suatu
komponen hemoglobin minor yang digambarkan oleh Schnek dan Schroeder pada
tahun 1961.6 Penggunaan HA1c untuk pemantauan derajat kontrol metabolism
glukosa pasien diabetes pertama kali diajukan pada tahun 1976, kemudian diadopsi
ke dalam praktek klinik pada tahun 1990-an oleh Diabetes Control and Complication
Trial (DCCT) dan the United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS)
sebagai alat monitoring derajat kontrol diabetes melitus. Komite ahli dari the
American Diabetes Association (ADA) dan the European Association for the Study of
Diabetes (EASD) kemudian merekomendasikan penggunaan HbA1c untuk diagnosis
diabetes melitus, dan pada tahun 2010 ADA memasukkan HbA1c ke dalam kriteria
diagnosis diabetes (Paputungan et al., 2014).
Komponen utama hemoglobin adalah hemoglobin A, yaitu 90% dari total
komponen hemoglobin. Komponen minor hemoglobin adalah hemoglobin A2 dan F,
yang merupakan hasil rantai gen hemoglobin yang berbeda: δ dan Υ. Komponen
minor lainnya adalah modifi kasi post-translasional hemoglobin A. Komponen
tersebut ditemukan pertama kali oleh Allen, Schroeder dan Balog yang
memisahkannya melalui kromatografi pada resin pertukaran kation dan disebut
sebagai hemoglobin A1a, A1b dan A1c sesuai dengan elusinya.10 Hemoglobin A1c
merupakan komponen minor paling besar dari sel darah manusia, normalnya 4% dari
total hemoglobin A. Ketertarikan pada HbA1c dimulai pada saat Rahbar menemukan
peningkatan komponen tersebut sebanyak dua sampai tiga kali lipat pada pasien
diabetes (Paputungan et al., 2014).

Gambar Pembentukan HbA1C (Paputungan et al., 2014)

Hemoglobin A1 (HbA1) adalah derivat adult hemoglobin (HbA), dengan


penambahan monosakarida (fruktosa atau glukosa). Hemoglobin A1c adalah subtipe
utama, merupakan fraksi terpenting dan terbanyak yaitu sekitar 4-5% dari total
hemoglobin dan paling banyak diteliti di antara tiga jenis HbA1 (HbA1a,b dan c).
Hemoglobin A1c merupakan ikatan antara hemoglobin dengan glukosa, sedangkan
fraksi-fraksi lain merupakan ikatan antara hemoglobin dan heksosa lain.13 Struktur
molekuler HbA1c adalah N-(1-doxy)- fructosyl-hemoglobin atau N-(1-deoxyfructose-
1-yl) hemoglobin beta chain (Paputungan et al., 2014).
Hemoglobin A1c adalah glukosa stabil yang terikat pada gugus N-terminal pada
rantai HbA0,15 membentuk suatu modifi kasi post translasi sehingga glukosa bersatu
dengan kelompok amino bebas pada residu valin N-terminal rantai β hemoglobin.
Schiff base yang dihasilkan bersifat tidak stabil, kemudian melalui suatu penyusunan
ulang (Amadori rearrangement) yang ireversibel membentuk suatu ketoamin yang
stabil. Glikasi juga dapat terjadi pada residu lisin tertentu dari hemoglobin rantai α
dan β; glikohemoglobin total atau total hemoglobin terglikasi yang dapat diukur,
dikenal dengan nama HbA1c. Glikasi hemoglobin tidak dikatalisis oleh enzim, tetapi
melalui reaksi kimia akibat paparan glukosa yang beredar dalam darah terhadap sel
darah merah. Laju sintesis HbA1c merupakan fungsi konsentrasi glukosa yang terikat
pada eritrosit, selama pemaparan. HbA1c tergantung pada konsentrasi glukosa darah
dan usia eritrosit. Beberapa penelitian telah menunjukkan adanya hubungan
matematika yang erat antara konsentrasi HbA1c dan rata-rata kadar glukosa darah
(Paputungan et al., 2014).
Kadar HbA1c normal adalah 3,5%-5%. Kadar rata-rata glukosa darah 30 hari
sebelumnya merupakan kontributor utama HbA1c.14 Kontribusi bulanan rata-rata
glukosa darah terhadap HbA1c adalah: 50% dari 30 hari terakhir, 25% dari 30-60
hari sebelumnya dan 25% dari 60-120 hari sebelumnya.Hubungan langsung antara
HbA1c dan ratarata glukosa darah terjadi karena eritrosit terus menerus terglikasi
selama 120 hari masa hidupnya dan laju pembentukan glikohemoglobin setara
dengan konsentrasi glukosa darah.Pengukuran HbA1c penting untuk kontrol jangka
panjang status glikemi pada pasien diabetes (Paputungan et al., 2014).

2. Pemeriksaan Lipid Profile


Profil lipid diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Kolesterol Total
Merupakan jumlah total kandungan kolesterol darah. Kolesterol
diproduksi oleh tubuh sendiri dan juga datang dari asupan makanan yang kita
konsumsi yaitu produk hewani. Kolesterol dibutuhkan tubuh untuk
mempertahankan kesehatan sel-sel, tetapi level yang terlalu tinggi akan
meningkatkan risiko penyakit jantung. Idealnya total kolesterol harus <200
mg/dL atau <5,2 mmol/L. Kedua ukuran tersebut setara, hanya dinyatakan dalam
satuan yang berbeda. Di Indonesia umumnya menggunakan satuan mg/dL.
Faktor genetik juga berperan sebagai penentu kadar kolesterol, selain dari
makanan yang dikonsumsi (Farahdina, 2015).
b. Low-density lipoprotein (LDL)
Seringkali disebut dengan kolesterol “jahat”. Terlalu banyak LDL dalam
darah dapat menyebabkan akumulasi endapan lemak atau plak dalam arteri pada
proses aterosklerosis, sehingga aliran darah menyempit. Plak ini kadang-kadang
bisa pecah dan menimbulkan masalah besar untuk jantung dan pembuluh darah.
LDL ini adalah target utama dari berbagai obat penurun kolesterol. Target yang
ingin dicapai:
1) <70 mg/dL untuk individu yang sudah memiliki penyakit kardiovaskuler
atau pasien yang berisiko sangat tinggi untuk terkena misalnya sindrom
metabolik.
2) 100 mg/dL untuk pasien risiko tinggi misalnya pada pasien dengan
beberapa faktor risiko sekaligus. Angka ini merupakan nilai optimal bagi
orang yang tidak memiliki tanda-tanda penyakit jantung koroner (PJK).
3) <130 mg/dL untuk individu yang berisiko rendah terkena PJK.
4) Garis batas tinggi terdapat pada angka 130-159 mg/dl. Sehingga angka di
atasnya sudah digolongkan sebagai tinggi dan sangat tinggi (Farahdina,
2015).
c. High-density lipoprotein (HDL)
Seringkali disebut kolesterol “baik” karena membantu membawa pergi
LDL dari aliran darah untuk disimpan sebagai cadangan di dalam sel dan
menjaga pembuluh darah tetap lancar. Idealnya level HDL harus diatas 40
mg/dL dan dikatakan tinggi apabila HDL mencapai 60 mg/dL. Risiko PJK
meningkat apabila kadar HDL menurun. Pada umumnya, wanita memiliki level
yang lebih tinggi daripada pria. Berolahraga secara rutin dapat membantu
meningkatkan kadar HDL (Farahdina, 2015).
d. Trigliserida (TG)
Trigliserida adalah tipe lemak lain dalam darah. Level TG yang tinggi
umumnya menunjukkan bahwa seseorang makan lebih banyak kalori daripada
kalori yang dibakar untuk aktivitas, karena itu level TG biasanya tinggi pada
pasien yang gemuk atau pasien diabetes. Makanan tinggi karbohidrat atau
alkohol dapat menaikkan TG secara bermakna. Idealnya level trigliserida
haruslah <150 mg/dL atau 1,7 mmol/L. American Heart Association (AHA)
merekomendasikan bahwa level TG untuk kesehatan jantung “optimal” adalah
100 mg/dL atau 1,1 mmol/L (Farahdina, 2015).

3. Pemeriksaan Fungsi Pankreas (Amilase dan Lipase)


Pankreas adalah organ kompleks yang mempunyai fungsi endokrin dan eksokrin.
Fungsi endokrin terkait dengan pengaturan metabolisme glukosa yang dipengaruhi
oleh insulin dan glukagon yang berasal dari pulau Langerhans. Pankreas mempunyai
fungsi eksokrin dengan menghasilkan zat bersifat alkali yang mengandung enzim
untuk pencernaan protein (protease), karbohidrat (amilase) dan lemak (lipase)
(Wirawan, 2009).
Amilase adalah enzim yang dihasilkan oleh pancreas dan kelenjar saliva. Dikenal
2 macam isoenzim amilase yaitu isoamilase-p (pankreas) dan isoamilase-s (kelenjar
saliva). Aktifitas amilase yang diukur di dalam darah adalah gabungan isoamilase-p
dan isoamilase-s. Nilai maksimum pada pankreatitis akut adalah 5x batas atas dari
nilai rujukan (Wirawan, 2009).
Peningkatan kadar amilase tidak khas untuk pankreatitis akut karena bisa
dijumpai pada infark mesenterik, penyakit saluran empedu akut dan parotitis akut
(infeksi kelenjar liur). Selain itu kadarnya bisa meningkat ringan pada perforasi tukak
lambung. Peningkatan kadar amilase pankreatik biasanya meningkat setelah 3 – 5
hari sakit. Selain itu amilase dengan kadar tinggi bisa dijumpai pada macro-
amylasemia. Hal ini merupakan suatu keadaan dimana dijumpai kompleks amilase
normal yang terikat dengan imunoglobulin atau polisakarida yang didapatkan di
dalam sirkulasi darah. Pada keadaan ini didapatkan makroamilase di dalam darah
yang tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal, dengan akibat aktifitas amilase urin normal,
aktifitas amilase darah atau plasma meningkat tanpa gejala klinik (Wirawan, 2009).
Lipase dalam serum berasal dari sel asimer pankreas. Aktifitas lipase ini akan
meningkat lebih dini dari amilase, yaitu 4 – 8 jam setelah pankreatitis akut dan akan
mencapai puncaknya pada 24 jam. Aktifitas lipase serum akan meningkat selama 8 –
14 hari pada pankreatitis akut. Oleh karena itu kadar lipase serum lebih sensitif dan
spesifik daripada amylase (Wirawan, 2009).
Pada pankreatitis akut aktifitas lipase meningkat lebih dahulu daripada amilase
disertai dengan penurunan kadar kalsium darah. Hal ini terjadi karena terbentuknya
asam lemak akibat lisisnya jaringan lemak oleh lipase yang kemudian terikat dengan
kalsium, sehingga terjadi saponifikasi yang mengakibatkan penurunan kadar kalsium
darah (Wirawan, 2009).

4. Pemeriksaan Endokrine ( T3, TSHS, Ca, dan Fosfor)


Kelenjar Endokrin merupakan organ yang menghasilkan hormon yang tidak
memiliki duktus/pembuluh/saluran (duct), sehingga hormon yang dihasilkan
didistribusikan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Tiroid adalah suatu
kelenjar seperti kupu – kupu yang terletak di bagian depan bawah dari leher yang
mempunyai fungsi sebagai kelenjar endokrin. Fungsi dari kelenjar tiroid
menghasilkan hormon tiroid yang dikeluarkan ke dalam darah dan diangkut ke
seluruh jaringan tubuh. Hormon tiroid ini berfungsi membantu sel yang ada di dalam
jaringan supaya berfungsi dengan baik, sebagai contoh hormon tiroid membantu
tubuh sebagai sumber energi, menjaga tubuh menjadi tetap hangat serta menjaga
kerja organ otak, jantung, otot dan organ lain agar berfungsi dengan baik (Wirawan,
2010).
Dalam proses pembentukan hormone tiroid diperlukan unsur iodium yang akan
disintesis dan disimpan di dalam tiroglobulin. Tiroglobulin menjadi protein yang
penting dalam sintesis hormon tiroid. Dalam tiroglobulin, yang mengandung 0,5
iodium (26 atom iodium per 660-kDa molekul), akan terdapat 5 molekul
monoiodotirosin (MIT), 4,5 molekul diiodotirosin (DIT), 2,5 molekul tirosin (T4)
(Wibowo and Samsudin, 2013).
Hormon tiroid utama yang dihasilkan oleh kelenjar adalah tiroksin (T4) yang
mengandung 4 atom iodin. Dalam fungsinya, T4 akan dikonversi menjadi
triiodotironin (T3) dengan melepaskan 1 atom iodin. Perubahan ini terutama terjadi
di hati dan otak. Kadar dari T4 dikontrol oleh hormon lain yang dihasilkan oleh
kelenjar pituitaria yang terletak di dasar otak yang disebut thyroid stimulating
hormon (TSH) (Wirawan, 2010).
Thyroid Stimulating Hormone (TSH) merupakan suatu glikoprotein yang
disintesis dan disekresikan oleh tirotrop dari kelenjar hipofisis anterior. Mempunyai
berat molekul sekitar 28.000 dan terdiri dari dua sub unit yang dihubungkan secara
kovalen, alfa dan beta. TSH merupakan faktor primer yang mengendalikan
pertumbuhan sel tiroid dan sintesis serta sekresi hormon tiroid: efek ini dicapai
berikatan dengan suatu reseptor TSH (TSH-R) spesifik pada membran sel tiroid dan
mengaktivasi G protein-adenilil siklase-cAMP dan sistem pemberian sinyal
fosfolipase. Secara normal, hanya sub unit dan TSH utuh ditemukan dalam serum.
Kadar serum dari TSH adalah sekitar 0,5-5 mU/L; meningkat pada hipotiroidisme
dan menurun pada hipertiroidisme, baik karena endogen ataupun akibat asupan
hormone tiroid per oral yang berlebihan. Waktu-paruh TSH plasma adalah sekitar 30
menit dan kecepatan produksi harian adalah sekitar 40-150 mU/hari (Wibowo and
Samsudin, 2013).
Kadar TSH di dalam darah tergantung pada kadar T4. Bila kelenjar pituitaria
menghasilkan TSH sedikit maka kelenjar tiroid akan menghasilkan kadar T4 lebih
banyak, sehingga dikatakan kelenjar tiroid dan pituitaria bekerja sebagai heater dan
termostat. Bila heater berhenti tubuh akan menjadi dingin dan termostat akan
mengukur suhu dan terjadi peningkatan kerja heater (Wirawan, 2010).
Untuk mengetahui faal tiroid yang terbaik dimulai dengan pengukuran kadar
TSH di dalam darah. Kadar TSH yang tinggi menunjukkan bahwa kelenjar tiroid
fungsinya berkurang, keadaan ini disebut hipotiroidism primer. Bila kadar TSH
menurun menunjukkan bahwa fungsi kelenjar tiroid meningkat karena menghasilkan
banyak hormon tiroid, keadaan ini disebut hipertiroidism. Pada fungsi kelenjar
pituitaria abnormal yang menghasilkan TSH dalam jumlah sedikit, mengakibatkan
kadar T4 (Wirawan, 2010)
Hormon tiroid diperlukan dalam setiap tahapan dan perkembangan manusia,
kekurangan dari hormon tiroid akan berakibat pada gangguan pertumbuhan dan
perkembangan salah satunya, yaitu hipotiroid. Universal Salt Iodization adalah
program yang telah dilakukan untuk menanggulangi gangguan kekurangan
iodium/hipotiroid. Indikator pemantauan ketercukupan iodium telah banyak
dikembangakan. Iodium urin hanya sensitive untuk mengukur asupan iodium pada
waktu yang singkat. Total Goiter mengambarkan pembesaran volume kelenjar tiroid
pada daerah endemis kekurangan iodium, tetapi volume kelenjar tiroid tidak dapat
kembali ke ukuran normal walaupun ketercukupan iodium sudah tercukupi, selain itu
total goiter hanya menggambarkan perjalanan dari asupan iodium pada suatu wilayah
pada waktu lampau dan tidak menggambarkan status iodium terkini, sehingga
diperlukan satu indikator baru yang lebih sensitive terhadap perubahan status iodium
pada manusia (Wibowo and Samsudin, 2013).
Pemeriksaan endokrin juga dapat dilihat melalui kalsium dan fosfor. Kalsium
darah adalah kalsium yang berada dalam darah dan jaringan lunak. Kadar kalsium
darah harus dikontrol dalam batas kadar yang sempit untuk mendapatkan fungsi
fisiologinya yang normal. Kalsium dalam darah atau cairan ekstraseluler (CES)
berperan penting dalam proses fisiologis, yang meliputi kontraksi otot rangka,
jantung dan otot polos, pembekuan darah, transmisi impuls saraf dan pembentukan
tulang. Orang dewasa normal memiliki rentang konsentrasi kalsium plasma (darah)
2,2-2,6 mmol/L atau 8,8-10,4 mg/Dl (Dewi, Sarihati and Widhya, 2016).
Kadar kaslsium dalam sirkulasi darah kira-kira konstan sekitar 10mg/100ml. Dan
kalaupun bervariasi tidak sampai 10%. Kurang dari 50% kalsium darah dan cairan
lainya berada dalam bentukion bebas.sekitas dalam jumlah yang sama terikat pada
protein, terutama pada albumin dan globulin dan jumlah yang sangat sedikit
merupakan ikatan komlpek dengan asam organic seperti sitrat atau asam anorganik
seperti sulfat dan phospat. Penurunan kadar kalsium akan mengundang hormone
paratiroid untukbereaksi pada tulang dan melepaskan sebagian kalsiumnya agar
supaya kadar dalam darah diperthankan (Safii, 2009).
Fosfor yaitu mineral penyusun utama dari tulang dan gigi, yang memberikan
kekuatan kepada jaringan. Seluruh sel-sel yang ada di dalam tubuh mengandung
fosfor. Sekitar 66% fosfor di dalam tubuh terdapat pada tulang-tulang sebagai ikatan
dengan garam kapur serta 33% terdapat di dalam jaringan lunak sebagai ikatan
organik dan anorganik (Valentina and Paruntu, 2015).
Kadar fosfor di dalam darah diatur oleh hormon paratiroid (PTH) yang
dikeluarkan oleh kelenjar paratiroid dan oleh hormon kalsitonin. Selain hormon
kalsitonin ada beberapa hormon lain yang membantu mengatur fosfat yaitu
glukokortikoid, hormon tiroid, hormon pertumbuhan, insulin, dan estrogen juga
dapat mempengaruhi pembentukan tulang dan metabolisme mineral. Efek utama
glukokortikoid pada tulang merupakan penghambatan aktivitas osteoblastik
meskipun aktivitas osteoblastik terganggu. Hormon PTH dan kalsitonin berinteraksi
dengan vitamin D untuk mengontrol jumlah fosfor yang diserap, jumlah yang
disimpan oleh ginjal, serta jumlah yang dibebaskan dan disimpan di dalam tulang.
Hormon Paratiroid (PTH) menurunkan reabsorpsi fosfor oleh ginjal (Valentina and
Paruntu, 2015).
Keseimbangan mineral merupakan kondisi ekuilibrium di mana jumlah mineral
yang diserap dari makanan sama dengan jumlah semua mineral harian dari tubuh.
Sekitar 99% kalsium dalam tubuh ditemukan dalam kerangka, sehingga perubahan
keseimbangan kalsium akan tercermin dalam perubahan massa tulang. Selama
pertumbuhan, keseimbangan kalsium dan fosfat harus dipertahankan agar kebutuhan
mineral dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan tulang (Valentina and Paruntu,
2015).
Kekurangan fosfor serum (hipofosforinemia) dapat terjadi karena asupan yang
tidak mencukupi, menggunakan obat antasida, atau kehilangan banyak cairan urin.
Kelebihan fosfor (hiperfosforinemia) dapat ditemukan pada penderita jantung
koroner dan gagal ginjal kronik yang telah menjalani hemodialisa rutin (Valentina
and Paruntu, 2015).

5. Analisa Gas Darah


Pemeriksaan gas darah arteri sudah secara luas digunakan sebagai pegangan
dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun.
Pemeriksaan gas darah dipakai untuk menilai respirasi yaitu pertukaran gas darah
paru antara darah dan jaringan yang menganggu keseimbangan asam basa sehingga
dapat menyebabkan penurunan kesadaran. Pemeriksaan gas darah dapat
menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, sehingga dipakai
sebagai salah satu kriteria untuk menilai pengobatan, selain dapat membantu
menegakkan diagnosis, analisis gas darah juga dapat membantu untuk mengetahui
dengan pasti beratnya suatu penyakit sehingga secara lansung dapat kita lakukan
intervensi (Warsi, Ganda and Angriani, 2009).
Tujuan dilakukan analisa gas darah adalah untuk mengetahui:
 pH darah
 Tekanan parsial Karbon Dioksida (PCO2)
 Bikarbonat (HCO3-)
 Base excess/deficit
 Tekanan Oksigen (PO2)
 Kandungan Oksigen (O2)
 Saturasi Oksigen (SO2)

Faktor-faktor yang berkontribusi pada nilai-nilai analisa gas darah yang


abnormal
 Obat-obatan dapat meningkatkan pH darah: sodium bikarbonat
 Kegagalan untuk mengeluarkan semua udara dari spuit akan menyebabkan
nilai PaCO2 yang rendah dan nilai PaO2 meningkat
 Obat-obatan yang dapat meningkatkan PaCO2 : aldosterone, ethacrynic acid,
hydrocortisone, metolazone, prednisone, sodium bicarbonate, thiazides.
 Obat-obatan yang dapat menurunkan PaCO2 : acetazolamide, dimercaprol,
methicillin sodium, nitrofurantoin, tetracycline, triamterene.
 Obat-obatan yang dapat meningkatkan HCO3-: alkaline salts, diuretics
 Obat-obatan yang dapat menurunkan HCO3-: acid salts.
 Saturasi oksigen dipengaruhi oteh tekanan parsial oksigen dalam darah, suhu
tubuh, pH darah, dan struktur hemoglobin.
V. ALAT DAN BAHAN
1. ALAT
a) Kimia Alayzer Cobas 6000 (C510+E610)
b) Rak tabung Cobas
c) AGD analyzer SIEMENS
d) Scanner
e) Sentrifuge
f) Vacutainer
g) Tourniquet
h) Alkohol swab
i) Holder
j) Plaster
2. BAHAN
a) Darah beku (serum)
b) Darah EDTA
c) Darah Heparin

VI. PROSEDUR KERJA


1) Pemeriksaan Kimia Klinik dengan Cobas 6000(C510+ E610)
a. Disiapkan semua alat dan bahan.
b. Sampel yang datang ke laboratorium di handling terlebih dahulu dengan
menscan barcode pada sampel.
c. Kemudian sampel di scan kembali namun pada aplikasi Cobas Invinity
Result hingga muncul order received.
d. Sampel yang telah di scan akan memberikan kode pada alat mengenai
pemeriksaan apa saja yang akan diperiksa.
e. Setelah itu masukkan sampel kedalam rak sampel dengan posisi barcode
menghadap kedepan. Pastikan barcode tidak rusak.
f. Masukkan rak sampel kedalam alat dengan posisi yang tepat.
g. Kemudian di tekan start untuk memulai pemeriksaan.
h. Akan terdengar suara alarm apabila barcode pada sampel rusak, volume
sampel sedikit serta ketika reagen telah habis.
i. Sisa sampel yang telah diperiksa akan keluar dari alat dan tertutup secara
otomatis.
j. Hasil pemeriksaan akan keluar secara otomatis dan di verifikasi oleh
petugas.

2) Pemerikaan Analisa Gas Darah dengan AGD analyzer SIEMENS RAPIDLab


348EX.
a. Disiapkan semua alat dan bahan.
b. Dihomogenkan sampel terlebih dahulu.
c. Dibuka alat secara perlahan
d. Dimasukkan sampel dan tahan hingga muncul tulisan keluarkan sampel.
e. Setelah itu ditutup kembali alat.
f. Tunggu hingga hasil keluar kemudian enter data pasien dengan menscn
barcode pada tabung sampel.
g. Hasil yang keluar di verifikasi oleh petugas yang berwenang.
VII. INTERPRETASI HASIL
1. Analisa Gas Darah
pH : 7.35- 7.45
pCO2 : 35.00 – 45.00
pO2 : 80.00 – 100.00
BEecf : -2 – 2
HCO3- : 22.00 – 26.00
SO2c : 95% - 100%
TCO2 : 24.00 – 30.00
2. Amilase : 25.00 – 120.00
3. Lipase :13 -60
4. Kolesterol Total : 140.00 – 199.00
5. Trigliserida : <150
6. Kolesterol HDL : 40.00 -65.00
7. Kolesterol LDL : <130
8. Kalsium(Ca) : 9.20 – 11.00
9. Fosfor Anorganik : 2.5 -4.5
10. Hb-A1c : 4.8 -5.9
11. T3 Total : 1.2 – 3.1
12. TSHs : 0.27 – 4.20

Anda mungkin juga menyukai