TROPIS
(Blok Kedokteran Tropis)
Toxigenic
Non toxigenic
Sering dijumpai pada nasofaring, telinga dan
kotoran mata
Harus dibedakan dengan strain penghasil
toksin
Mikroskopik dan morfolgi kultur tdk bisa
bedakan tipe toxigenik dengan non toxigenik
Metode lama dg inokulasi pada guinea pig
perlu waktu bberapa hari
Metode baru dg invitro identifikasi skin toxin
production hsl dipercaya 18 jam sesudah isolasi
3 tipe strain virulen yang berhubungan dengan
manusia
Strain gravis
Di Eropa. Bentuk yang ganas , pybb kematian
terbanyak
Strain Mitis
Jarang fatal. Umumnya hanya mengenai sal.
Napas
Stain intermedius
Merupakan penyebab yang agak berat
Gravis : koloni warna abu-abu, besar
Mitis : koloni hitam, dengan tepi abu-abu
Intermedius koloni campuran abu-abu dan
hitam, kecil
Masa inkubasi pendek 2-4 hari, jarak 1-5 hr
Klinis tergantung pada lokasi anatomi yang
dikenai
Sakit tenggorokan, demam, sulit bernapas dan
menelan
Keluar lendir dari mulut dan hidung dan
kondisi lemah
Perlu media enrichment
Tdd : darah, serum,
Suhu 37 0 C, ph 7,4
Aerobic/ fakultatif anaerobic
Medium (umum) :
- Loeffler serum Slope
- Tellurite Blood Agar
Gram’s Method
Albert’s Stain
Neisser stain
Pander’s Stain
Gejala klinis dan lab
LAB : ……..
Mikroskopik, kulturlektif , uji biokimia dan uji
toksigenitas
Inokulasi spesimen swab tenggorok pada medium
selektif cystine tellurite blood agar (CTBA)
Inkubasi 24 -48 jam 37 C
Koloni : bulat, hitam keabuan
Konfirmasi dengan pemeriksaan mikroskopik dg
pewarnaan Albert’s
Mikroskopik : batang dgn pembesaran (granul)
pada saah satu /kedua ujunnya
Uji biokimia dan toksigenitas
Uji biokima
Inokulasi ulang koloni dengan CTBA agar
darah
Inokulasi 37 C ± 24 jam
Uji biokima : komersial API Coryne dan
dianalisis
Uji toksigenitas
PCR
Bayi = imunisasi DPT (difteria, pertusis dan
tetanus)
Anak usia SD = vaksin DT (difteria, tetanus)
Penyakit infeksi pernafasan akut yang menyerang
anak
=batuk rejan, wooping cough, tussin quinta, violent
cough, batuk 100 hr
Ditemukan sejak 1578, kumannya diketahui baru th
1908 oleh Bordet & Gengou
Penyebab: Bordetella pertussis (haemophilus pertussis)
21
Sampai th 1900-an, penyebab kematian anak di AS
22
Penyebab utama kematian pd bayi & anak yang
tdk diimunisasi, malnutrisi & infeksi sal napas &
cerna
Peneumoni mrp penyebab utama kematian krn
pertusis
23
Bakteri gram negatif , tidak bergerak, tidak
berspora
Bentuk : coccobacillus kecil, sendiri-sendiri,
berpasangan atau kelompok2 kecil
Isolasi primer : bentuk kuman uniform, tetapi
setelah subkultur bersifat pleimorfik
Bentuk Koloni pada biakan agar : smooth,
cembung, mengkilap dan tembus cahaya
Media tumbuh: darah-gliserin-kentang yang
ditambah penisilin untuk menghambat
pertumbuhan organisme lain
26
Pertusis: toxin-mediated disease, toksin melekat &
melumpuhkan bulu getar saluran npas (silia), sehingga
27
Fase kataralis (1-2 mgg),
batuk mulanya pada malam hari, pilek, anoreksia
28
1. Pemberian imunisasi DPT pd bayi, dan DT pada
anak SD
2. Bayi 0-1 th vaksin DPT 3 kali, mulai umur 2 mgg
dan selang min 1 bl
3. Diulang umur 6-7 th mll BIAS
29
4. Tetanus Neonatorum
Merupakan penyakit kekakuan otot (spasme) yang
disebabkan oleh eksotoksin dari Clostridium tetani
Penularan melalui luka dalam akibat kecelakaan,
tertusuk, operasi, karies gigi, radang telinga tengah,
dan pemotongan tali pusat
Tersebar luas ditanah dalam bentuk spora
Pada usus besar binatang (kuda) banyak terdapat
dalam bentuk vegetatif
<<< dalam usus normal
Bakteri bentuk batang lurus, langsing berukuran
panjang 2-5µm dan lebar 0.4-0.5
Gram (+), anaerobic, berflagel peritrik berspora,
Lipase (-), Lestinase (-)
Tidak memecah protein, fermentasi laktosa (-)
H2S (-)
Gelatinase dan indol (+)
Spora resisten terhadap panas dan antiseptic
Spora bertahan pada autoclav pada suhu 121 C
Selama 10 – 15 ‘
C. tetani menghasilkan 2 exotoxin
• Tetanospasmin – menyebabkan
penyakit tetanus
• Tetanolisin – bersifat hemolisis
Tetanospasmin menghambat pelepasan
asetilkolin mengganggu transmisi
neuromuskular
Toksin menghambat neurospinal
postsinaps dengan menghambat pelepasan
mediator penghambat kejang otot
menyeluruh, hiperflexi dan kejang umum
Dosis lethal kadar toksin (tetanospasmin) : 2.5
nanogram /kg BB
Sel vegetatif C. tetani menghasilkan
tetanospasmin pada saat bakteri lisis
- Imunisasi aktif dengan toksoid
- Perawatan luka (dengan hidrogen peroksida)
- Persalinan yang bersih
5. Demam Tifoid
10/22/2016 fsnhalil@gmail.com 42
Istilah kusta: Kushta (Sansekerta)
kumpulan gejala-gejala kulit
secara umum
Sinonim: Morbus Hansen, lepra
Penemu: Dr. Gerhard Armauwer
Hansen (1874)
Penyakit menular yang menahun
Penyebab: Mycobacterium Leprae
Menyerang saraf tepi, kulit dan
jaringan tubuh lainnya
10/22/2016 fsnhalil@gmail.com 43
Jaringan tubuh yang diserang al:
Mucosa mulut
Saluran nafas bgn atas
Sistem retikuloendotelial
Mata, Otot,Tulang,testis
kecuali: susunan saraf pusat
10/22/2016 fsnhalil@gmail.com 44
Penyakit ini diduga berasal dari
Afrika atau Asia Tengah yang
kemudian menyebar keseluruh dunia
Masuk ke Indonesia diperkirakan
pada abad ke IV-V
10/22/2016 fsnhalil@gmail.com 45
Penderita kusta tersebar di seluruh dunia
Indonesia: 33. 739 penderita
Urutan ke 3 setelah India dan Brazil
Kasus baru (2013): 8526 kasus
14 Propinsi tinggi kasus kusta : Aceh, Jawa
Timur, Sulut, Sulteng, Papua barat, Gorontalo,
Sulbar dan sulsel
10/22/2016 fsnhalil@gmail.com 46
Penyakit kusta di Provinsi Maluku
Utara, tergolong tinggi di Indonesia.
10/22/2016 fsnhalil@gmail.com 47
HALUT
80 (PR.3.6)
MOROTAI
HALBAR 46 (PR.8,9)
105 (PR.
K.Ternate 10.36.68)
TERNATE
135(PR. 6.37) HALTIM
14 (PR. 1.6)
TIDORE
K.Tidore 43 (PR. 4.31)
HALTENG
84(PR. 13,37)
HALSEL
118(PR 5.70)
= > 1 / 10.000
10/22/2016 fsnhalil@gmail.com 49
Biasanya berkelompok, namun
ada yg tersebar satu-satu
Hidup dalam sel, terutama
jaringan yang bersuhu dingin
Predileksi: sal.napas, testis,
ruang anterior mata, kulit
(utama cuping telinga) dan jari-
jari.
Tidak dapat dikultur dalam
media buatan
10/22/2016 fsnhalil@gmail.com 50
Masa tunas : rata-rata 2 - 5 thn
Cara penularan ?
Por’t d exit: selaput lendir hidung
Di duga: penularan melalu:
a. Sekret hidung, basil bertahan:
10/22/2016 fsnhalil@gmail.com 52
(2) Adanya penebalan saraf tepi.
Dapat di sertai rasa nyeri dan gangguan fungsi
saraf yang di kenai.
a. Saraf sensorik: mati rasa
10/22/2016 fsnhalil@gmail.com 53
o Utk menegakkan diagnosis harus ada salah
satu dr tanda2 kardinal tsb
o Diagnosis pasti : ditemukan BTA (+) pada
jaringan kulit.
o Bila ragu dianggap sbg suspect
o Diperiksa ulang setiap tiga bulan sampai
diagnosa kusta dapat di tegakkan atau
disingkirkan
10/22/2016 fsnhalil@gmail.com 54
Pemeriksaan Bakteriologis
Tujuan:
1. Membantu menegakan diagnosis
penyakit kusta
2. Menentukan klasifikasi tipe kusta.
3. Membantu menilai hasil pengobatan
Pewarnaan yg dipakai:
di k i
1. Ziehl Nielsen
2. Modifikasi Ziehl Nielsen
3.Tan Thian Hok
10/22/2016 fsnhalil@gmail.com 55
Bentuk-bentuk kuman kusta dilihat di
b
bawah h mikroskop:
ik k
1.Bentuk utuh/solid
- dinding sel tidak putus
- mengambil zat warna secara merata
- panjang kuman 4x lebarnya
10/22/2016 fsnhalil@gmail.com 56
Bentuk-bentuk kuman kusta dilihat di
b
bawah h mikroskop:
ik k
2.Bentuk pecah-pecah/fragmented
- dinding sel terputus sbgn atau seluruhnya
- pengambilan zat warna tdk merata
10/22/2016 fsnhalil@gmail.com 57
3. Bentuk granular/granulated
kelihatan spt titik-titik tersusun spt garis lurus atau
berkelompok
10/22/2016 fsnhalil@gmail.com 58
4. Bentuk Globus
beberapa bentuk utuh atau Fragmented
atau granulated mgdkan ikatan atau
kelompok-kelompok
-kelompok kecil 40-60 BTA
- kelompok besar 200-300 BTA
10/22/2016 fsnhalil@gmail.com 59
5. Bentuk Clumps
Beberapa bentuk granular mbtk pulau2
tersendiri (lebih dari 500 BTA)
10/22/2016 fsnhalil@gmail.com 60
10/22/2016 fsnhalil@gmail.com 61
1. Internasional (Madrid 1953)
Indeterminate
Tuberkuloid
Boderline
Lepromatosa
2. Ridley-Jopling(1992)
Tuberkuloid – tuberkuloid (TT)
Boderline – Tuberkuloid (BT)
Boderline – Boderline (BB)
Boderline – Lepromatosa (BL)
Lepromatosa – Lepromatosa (LL)
3. WHO(1981) dan modifikasi (1988)
Paucibasiler (PB); termasuk TT, BT, I, T, dengan BTA (-)
Multibasiler (MB); termasuk BB, BL, LL, B, L, dengan BTA (+)
10/22/2016 fsnhalil@gmail.com 62
10/22/2016 fsnhalil@gmail.com 63
PB MB
10/22/2016 fsnhalil@gmail.com 64
G.PES
D. Hepatitis
Anti-HAV Prevalence
High
Intermediate
Low
Very Low
Healthy Liver Cirrhosis Liver
E. RABIES
4000
2000 1487
1171 1195
1000 607 826
154 198 258 352 345 316
44 255 219
42 60 94
0
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
AIDS Kumulatif
40
30
20
10 4.8 5.5
0.1 1.2
0
Homosex Heterosex IDU Transfusi Perinatal Unknown
Faktor Risiko
Pengobatan:
- Pengobatan suportif
- Pemberian antivirus
Pencegahan:
- Hindari hubungan seksual dg penderita AIDS,
pasangan berganti-ganti & pecandu narkotik
suntik
- Memberikan tranfusi darah hanya yg perlu
25
20
Rate
15
10
0
<1 1-14 15-19 20-29 30+
Age group (yrs)
*Deaths per 100,000 cases
H. FLU BURUNG
B. CACING
Penyebab;
- Cacing tambang: Necator americanus,
Ancylostoma duodenale dan Ancylostoma
ceylonicum
- Cacing gelang: Ascaris lumbricoides
C. FILARIASIS