I. PENDAHULUAN
Retikulosit merupakan eritrosit muda yang tidak berinti dan berasal dari
proses pematangan normoblas di sumsum tulang. Retikulosit termasuk salah satu
tahapan dalam eritropoiesis. Tahapan eritropoiesis dimulai dengan rubiblas
(proerythroblast) kemudian diikuti prorubisit (basophilic erythroblast), rubrisit
(polychromatophilic erythroblast), metarubisit (orthochromatic erythroblast),
retikulosit (polychromatophilic erythrocyte) dan eritrosit. Pematangan eritrosit
memerlukan sekitar 5-7 hari mulai dari rubiblas sampai menjadi eritrosit
matang.1,2,3
Retikulosit mempunyai organela basofilik yang terdiri dari RNA dan
protoforpirin. Retikulosit yang belum matang memiliki benang-benang atau
retikulum di dalamnya. Sisa RNA tadi akan menghilang dalam 1-2 hari pertama
setelah berada diluar sumsum tulang, kemudian eritrosit yang belum matang
kemudian menjadi eritrosit yang matur atau matang. Eritrosit yang beredar sebagai
retikulosit sekitar 1-2%. Jumlah tersebut menunjukkan aktivitas sumsum tulang
yang normal apabila hemoglobin (Hb) normal. Eritropoiesis inefektif dicurigai bila
hitung retikulosit normal atau sedikit meningkat tetapi terdapat hyperplasia eritroid
pada sumsum tulang. Eritropoiesis inefektif terjadi pada beberapa penyakit seperti
anemia pernisiosa, thalassemia, dan anemia sideroblastik.1,2,4
Eritropoiesis yang efektif dapat dimonitor melalui pengukuran retikulosit.
Pengukuran retikulosit yang akurat merupakan kunci awal untuk klasifikasi
anemia. Retikulosit dapat diidentifikasi dengan pengecatan BCB (Brilliant Cresyl
Blue) dan Methylene Blue yang menggambarkan adanya presipitasi dari RNA
1
ribosom. Hasil pewarnaan ini dapat dihitung secara manual. Jumlah RNA yang
terdapat dalam retikulosit dapat diukur secara otomatis dengan metode flow
cytometry.4,5
Analisa retikulosit dengan flow cytometry di lakukan dengan mencampur
darah EDTA dengan zat warna fluoresens, diinkubasi pada ruang gelap dalam
suhu ruang selama beberapa detik. Zat warna fluoresens masuk melalui membran
sel, mewarnai RNA retikulosit dan DNA/RNA sel berinti sehingga menimbulkan
fluoresensi setelah penyinaran laser. Berdasarkan derajat fluoresensi, dibagi
menjadi tiga yakni, Low Fraction Reticulocyte (LFR), Middle Fraction
Reticulocyte (MFR), High Fraction Reticulocyte (HFR). Distribusi ini berkaitan
dengan proses maturasi. Immature Reticulocyte Fraction (IRF) merupakan
penjumlahan dari fraksi HFR dan MFR. IRF merupakan menggambarkan proporsi
retikulosit muda yang mengandung RNA paling tinggi. Persentase IRF dapat
meningkat dalam beberapa jam, dibandingkan nilai retikulosit yang meningkat 2-
3 hari.5,6
Pemeriksaan IRF memiliki fungsi antara lain ; sebagai parameter indikator
kesembuhan sumsum tulang pada pasien leukemia akut yang telah mendapat
kemoterapi, sebagai parameter keberhasilan pasien post operasi transplantasi
sumsum tulang, IRF juga sebagai indikator awal respons terapi eritropoietin pada
pasien anemia dengan gagal ginjal kronis, AIDS, dan keganasan. Pemeriksaan IRF
dengan hitung retikulosit dapat memantau respon terapi pasien anemia yang
mendapat vitamin besi, folat, vitamin B12. Pemeriksaan IRF dapat membantu
penegakkan diagnosis anemia aplastik. Persentase IRF 0% menunjukkan kondisi
pansitopenia disebabkan oleh anemia aplastik.5,6,7,8,9
Parameter IRF dapat diperiksa bersamaan dengan parameter hematologi lain
seperti hitung retikulosit dengan alat hematologi otomatis sehingga hasil dapat
diperoleh lebih mudah dan lebih cepat.1,4
Tutor ini akan membahas tes IRF dengan metode flow cytometry
menggunakan alat Sysmex XN-1000.
2
II. TUJUAN
Tes ini bertujuan mengukur kadar IRF dengan metode flow cytometry
menggunakan alat Sysmex XN-1000.
III. METODE
A. PRA ANALITIK 10
1. Persiapan pasien :
Tidak ada persiapan khusus.
2. Persiapan sampel :
Darah yang digunakan adalah darah dengan antikoagulan ethylene
diamin tetraacetic (EDTA). Pemeriksaan dilakukan maksimal 4 jam
setelah pengambilan sampel.
3. Alat dan Bahan :
Alat :
a. Automated Hematology analyzer Sysmex XN-1000 (gambar 2)
3
Bahan :
a. Whole blood dalam tabung EDTA
b. Reagen Fluorocell RET (Polymethine dye 0,03%) dan cellpack
DFL (Tricine Buffer 0,17%) (Gambar 3)
B. ANALITIK 6,10
1. PRINSIP TES
Metode pemeriksaan pada tes ini adalah metode flow cytometry.
Flow cytometry merupakan suatu metode untuk menganalisa sel dan
partikel secara simultan berdasarkan hamburan sinar saat sel tersebut
mengalir melewati sinar laser. Sampel darah EDTA sebanyak 5 µl di
dalam alat akan diencerkan dengan tricine buffer sebanyak 1 ml,
kemudian darah masuk ke dalan “reaction chamber”. Pada saat yang
bersamaan 20 µl fluorocell RET ditambahkan ke dalam darah yang
telah diencerkan tersebut hingga terbentuk pengenceran 1 : 204.
Setelah diinkubasi 27 detik darah yang telah diencerkan akan diwarnai
dengan pewarna spesifik yaitu polymethine yang mewarnai RNA yang
terkandung di dalam retikulosit. Sebanyak 3,3 µl darah yang telah
terwarnai akan dikirimkan ke optical detector block untuk dianalisis
4
secara fluorosensi oleh laser semi-konduktor. Retikulosit yang telah
terwarnai berjalan pada aperture yang disinari laser dan menghasilkan
fluorosensi yang ditangkap oleh suatu fotodioda. Berkas sinar yang
ditangkap dibagi menjadi 3, yaitu forward scattered light, side
scattered light dan lateral fluorescence light (Gambar 3).
5
jumlah MFR dengan HFR. IRF juga di sebut sebagai Reticulocytes
Maturation Index.
IRF=MFR+ HFR
2. CARA KERJA10
a. Saat alat dinyalakan akan muncul layar menu utama (Gambar 5).
6
b. Quality control dikerjakan dengan memasukkan tabung kontrol ke
dalam rak sampel dan dijalankan secara otomatis.
c. Tekan pilihan Worklist.
d. Tekan pilihan Regist. Pada layar muncul seperti pada Gambar 6.
7
Gambar 7. Tombol Kedua pada Sysmex XN-1000
(Sumber : Dokumentasi pribadi)
j. Saat tombol pada alat ditekan, panel pada bagian bawah dari
program akan berubah menjadi manual analysis.
k. Tekan pilihan dengan gambar tangan memegang tabung sampel
yang terbuka tutupnya.
l. Hilangkan centang pada Read ID, Scan barcode saat kursor berada
pada Sample No., masukkan nomor rekam medik pada Patient ID,
centang pemeriksaan yang diinginkan (DIFF dan RET) (gambar 8).
Apabila sampel ingin dikerjakan dengan tutup terpasang, hilangkan
centang pada Cap Open.
8
Gambar 8. Layar Manual Analisa
(Sumber : Dokumentasi pribadi)
9
n. Hasil akan keluar dalam waktu 80 detik. Hasil dapat dilihat pada
layar explorer dan dapat dilihat scattergramnya dengan double-
click pada data pasien yang dipilih.
o. Hasil akan dicetak secara otomatis atau dapat dicetak ulang dengan
memilih pilihan Output, kemudian pilihan Report.
C. PASCA ANALITIK
1. NILAI RUJUKAN11
Nilai rujukan IRF : 1.6 – 10.5%
2. INTERPRETASI 8,9,11
IRF merupakan penanda awal dan sensitif yang menunjukkan
aktivitas eritropoiesis.. Persentase IRF meningkat setelah beberapa
jam, dibandingkan nilai retikulosit yang meningkat 2-3 hari. Apabila
nilai IRF tidak meningkat selama terapi pemberian eritropoietin atau
vitamin pada pasien anemia defisiensi maka hal ini mengindikasikan
respon terapi yang buruk.
Nilai IRF bersamaan dengan hitung retikulosit dapat
memberikan gambaran kondisi klinis pasien yang sesuai (Tabel 2.1).
10
perdarahan akut
Anemia Megaloblastik,
Normal/
Myelodisplastic Syndrome, Rendah/Normal
Meningkat
Acute Leukemia
Pemulihan sumsum tulang
post kemoterapi atau anemia
Meningkat Normal/Rendah
megaloblastik yang merespon
terapi
11
DAFTAR PUSTAKA
12
8. Plapp F.V. Immature Reticulocyte Fraction. Clinlab navigator Test
Interpretations. Avalaible from : http://www.clinlabnavigator.com/immature-
reticulocyte-fraction.html. 2019. Diakses pada 5 November 2019.
9. Sindhu R, Behera SK, Mishra DP. Role of Immature Reticulocyte Fraction in
Evaluation of Aplastic Anemia in Cases of Pancytopenia. Departement of
Pathology,MCKG medical college. Indian Journal of Basic and Applied Medical
Research. 2016. P:619-624. Avalaible from :
https://pdfs.semanticscholar.org/dc80/f547ca2131a1e9c33c25b7fa4536139e5d06
.pdf. Diakses pada 9 November 2019.
10. Sysmex XN-1000 Instructions for Use. Kobe: Sysmex Corporation; 2014.
11. Koepke et al. The Importance of Reticulocyte Detection. Sysmex Educational
Enhancement and Development. 2016. P:1-8. Available from:
https://www.sysmex-europe.com/academy/library/educational-articles-seed/seed-
the-importance-of-reticulocyte-detection-24914.html. Diakses pada 29 October
2019.
12. Mitrani R., Gollomp K., Michelle P. The Immature Reticulocyte Fraction As Aid
in the Diagnosis and Prognosis of Parvovirus B19 Infection in Sickle Cell
Disease.2018. https://doi/org/10.1182/blood-2018-99-117152. Diakses pada 13
Januari 2020.
13