Anda di halaman 1dari 34

HOMEOSTASIS

ELEKTROLIT DAN
GANGGUANNYA
dr. Eky Indyanty W.L, MMRS, SpPK
Kandungan Elektrolit
2

Cairan intraseluler Cairan ekstraseluler


Kation utama adalah K+ Kation utama adalah Na+
 Penting dalam proses bioelectric  penentu osmolaritas serum dan
Mg2+, PO42+  solut dominan tonisitas plasma
untuk menimbulkan efek osmotik Kation lainnya K+, Ca2+ dan Mg2+

Anion utama adalah fosfat dan Anion : Cl-, bikarbonat dan


protein albumin
 Menjaga netralitas listrik
Na+, K+, Cl-, HCO3- 
mempertahankan air dalam cairan
ekstrasel

Na+ & K+ mempengaruhi tekanan osmotik kristaloid cairan ekstrasel & intrasel
Kandungan Elektrolit

3
Kandungan Elektrolit
Komponen Plasma Cairan interstitium Cairan intraseluler
Volume, H2O ~3,5 L 10,5 L 28 L (TBW=42L)
Na+ 142 145 12
K+ ~4 ~4 156
Ca2+ ~6 2-3 ~3
Mg2+ ~2 1-2 26
Trace elements ~1
Kation Total 155
Cl- 103 144 ~4
HCO3- 27 31 12
Protein- 16 - 55
Asam organik- ~5 - -
HPO42- ~2
SO42- ~1
Anion total 154
4
HOMEOSTASIS
ELEKTROLIT
Homeostasis Elektrolit
6

 Penting untuk pengaturan keseimbangan cairan & fungsi sel


 Jumlah kation = jumlah anion pada setiap kompartemen
 Perbedaan antara cairan ekstrasel & intrasel terletak pada
kation
 Terdapat 2 kation terpenting yaitu Na+ & K+ karena berperan
dalam fungsi sel
Pengaturan Ginjal
7

 Filtrasi plasma di glomerulus, dipengaruhi oleh:


 tekanan hidrostatik darah
 tekanan osmotik
 tekanan jaringan interstitium renalis
 tekanan intertubular ginjal (LFG/GFR)
 Reabsorbsi selektif oleh tubulus ginjal
 Sekresi substansi tertentu oleh tubulus dan diekskresikan
bersama urine
 Sekresi ion H+ & produksi amonia yang berfungsi untuk
mempertahankan pH darah
Pengaturan Ginjal
8
Pengaturan Hormonal
9

ADH (Arginine vasopressin)


• Meningkatkan permeabilitas sel tubulus distalis dan duktus
koligentes terhadap air sehingga reabsorbsi air meningkat
• Stimulasi oleh adanya perubahan osmolaritas, terdeteksi oleh
osmoreseptor di SSP
Aldosteron
• Meningkatkan reabsorbsi natrium (retensi Na)
• Stimulasi oleh angiotensin II yang dihasilkan ginjal dari RAAS
• Respon berupa pengurangan produksi urin, rangsang haus
Atrial natriuretic peptide (ANP)
• Stimulasi oleh adanya distensi dinding atrium
• Berupa peningkatan GFR dan inhibisi sekresi aldosteron & renin
Homeostasis Natrium
10

 Na+ merupakan kation dominan pada cairan ekstrasel


 Menentukan >90% tekanan osmotik ekstrasel 
perubahan tekanan osmotik pada cairan ekstrasel
menggambarkan perubahan konsentrasi natrium
 Pemasukan & pengeluaran natrium ± 48-144 mEq
(1,1-3,3 g) / hari
 Di cairan ekstrasel Na+ ± 136-142 mEq/L
 Di cairan intrasel Na+ ± 10 mEq/L
Homeostasis Kalium
11

 Kalium berfungsi dalam sintesis protein, kontraksi otot,


konduksi saraf, pengeluaran hormon, transpor cairan,
perkembangan janin, dll
 Kalium merupakan kation terbanyak intrasel (98%)
 Kosentrasi kalium ekstrasel mencerminkan
keseimbangan:
 antara pemasukan kalium melalui proses pompa ion di
mukosa saluran cerna dengan pengeluaran melalui urin
(distal nefron dan collecting tube)
 Kadar kalium plasma 3,5-5 mEq/L
 Pemasukan ± 50-150 mEq/hari
Homeostasis Kalium
12

 Sekresi tergantung pada :


 Perubahan konsentrasi kalium di cairan ekstrasel
konsentrasi ↑ sekresi↑
 Perubahan pH
 Aldosteron
Aldosterone ↑sekresi kalium dengan ↑ pompa
Na+/K+ dan ↑ K+ channels pada membran apical  dari
tubulus distal & ductus koligentes
PEMERIKSAAN
ELEKTROLIT
Pemeriksaan Elektrolit
 Mengukur kadar elektrolit (darah atau urine) 
 Elektrolit merupakan mineral bermuatan listrik yang
membantu mengendalikan jumlah cairan serta
keseimbangan asam basa pada tubuh
 Tujuan
 Memeriksa atau memantau ketidakseimbangan elektrolit
 Memantau efek obat-obatan tertentu yang dapat
mempengaruhi kadar kalium dalam tubuh seperti obat diuretik,
obat jantung, dan obat tekanan darah tinggi
 Mendiagnosis penyakit (misalnya jantung dan tekanan darah
tinggi, ginjal)
Pemeriksaan Elektrolit (Na & K)
15

 Metode :
 Ion Selective Electrode potentiometry (ISE)  umum dipakai
 Flame atomic emmision spectroscopy (FAES)

FAES ISE
Prinsip Mengukur aktivitas ion pada
• pembentukan atom tereksitasi sampel dengan menggunaan Ion
yang diubah menjadi emisi selective electrode
cahaya Terdapat 2 tipe:
• Jumlah emisi cahaya secara • Direk (tanpa dilusi)
langsung proporsional terhadap • Indirek (dengan predilusi)
konsentrasi Na & K
• Emisi Na diukur pada 589 nm &
K diukur pada 766 nm
Ion Selective Electrode
 Ion Selective Electrode/ISE) adalah salah satu
jenis elektrode (half-cell) yang digunakan dalam
potensiometri untuk mengukur jumlah ion terlarut
dalam suatu larutan
 Selektivitas yang tinggi yang ditentukan oleh
komposisi membrannya
 Potensial yang muncul pada membran adalah hasil
dari pertukaran ion atau transport ion yang terjadi
pada permukaan antara membran dan larutan
Ion Selective Electrode (ISE)
Spesimen & penyimpanan
 Serum, plasma heparin (≠ garam natrium, ≠ amonium
heparin) lebih dipilih Li+-heparin, whole blood heparin,
urine & cairan tubuh lain
 Serum, plasma dan cairan lain harus dipisahkan dari sel
dalam waktu 3 jam
 Whole blood harus diperiksa dalam waktu 3 jam
 Na+ & K+ plasma & serum stabil paling tidak 1 minggu
pada suhu ruang /refrigerator, dan paling tidak 1 tahun
jika dibekukan

18
INTERVAL RUJUKAN
 Serum
 Natrium : 135 -145 mmol/L
 Kalium : 3,5 - 5,0 mmol/L
 Klorida : 95 - 105 mmol/L

 Plasma Heparin
 Kadar K+ plasma 0,2-0,4 mmol/L lebih rendah
dibanding serum
 Pelepasan K+ oleh trombosit selama proses koagulasi
INTERFERENSI
 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pemeriksaan elektrolit
 Hemolisis  kadar kalium tinggi palsu, kurang berpengaruh
pada kadar natrium
 Lipemia & hiperproteinemia  kadar natrium rendah palsu
 Dapat dihindari dengan pemeriksaan natrium dalam
keadaan puasa
GANGGUAN KESEIMBANGAN
ELEKTROLIT
Hipokalemia
•Excessive renal loss
 Intracellular shift - Primary aldosteronism (adrenal adenoma or
 Alkalosis hyperplasia); PRA is suppressed
Periodic paralysis - Secondary aldosteronism (the increase in
aldosterone is secondary to increase in renin)
Beta-2-agonists - Malignant hypertension, renal artery stenosis,
Barium poisoning reninoma
- Diuretics
Insulin - Bartter's syndrome, Gitelman's syndrome
Nutritional recovery - Excess mineralocorticoids other than aldosterone,
state e.g. Cushing's syndrome, ACTH-producing
tumor, licorice
 Poor intake Chronic metabolic acidosis
 Gastrointestinal loss: - Delivery of poorly reabsorbed anions to the distal
tubule, e.g. bicarbonate, ketone anions,
 Vomiting
carbenecillin
  Diarrhea - Miscellaneous causes: Magnesium deficiency,
acute leukemia, Liddle's syndrome
  Intestinal drainage
  Laxative abuse
Hiperkalemia
 Pseudohyperkalemia
 Thrombocytosis, severe leukocytosis, use of tourniquet with fist exercise, in vitro hemolysis

 True hyperkalemia
 Due to extracellular shift:
 Acute acidosis (especially inorganic acidosis)
  Catabolic states, periodic paralysis, succinylcholine
  Cationic amino acids
  Exercise while using a beta-blocker
  Digitalis intoxication
 Due to excessive ingestion: rare if renal excretion of K+ is normal
 Decreased renal excretion:
 Hypoaldosteronism: Addison's disease; selective hypoaldosteronism (hyporeninemic
hypoaldosteronism, heparin, congenital adrenal enzyme deficiencies, angiotensin-
converting enzyme inhibitors)
 Tubular unresponsiveness to aldosterone (pseudohypoaldosteronism type I and II):
congenital, salt-losing nephropathy
 Potassium-sparing diuretics
 Antirejection medications: ciclosporin, tacrolimus
 Severe dehydration
Hiponatremia
 Due to Na+ loss
 Thiazide diuretics in the presence of ADH

 Saline infusion in the presence of ADH

 Due to water retention


 Excessive water intake: primary polydipsia

 Advanced renal failure

 Appropriate ADH secretion: edema-forming states (CHF, nephritic

syndrome, ascites). Salt depletion states (GI loss, diuretic therapy,


aldosterone deficiency, hypothyroidism)
 Inappropriate ADH secretion

 Tumors: cancers of the lung, pancreas, duodenum, ureter, bladder,

prostate, lymphoma, thymoma, mesothelioma, Ewing's sarcoma


Hiponatremia
 Intrathoracic causes: bacterial and viral pneumonia, tuberculosis, lung
abscess, aspergillosis, asthma, positive pressure breathing, pneumothorax,
cystic fibrosis CNS abnormalities: encephalitis, meningitis, brain tumors
and abscess, head trauma, subdural hematoma, cerebrovascular accidents,
Guillain–Barré syndrome, acute intermittent porphyria, brain atrophy,
schizophrenia, hydrocephalus, acute psychosis, multiple sclerosis,
cavernous vein thrombosis, lupus cerebritis,
 Shy–Drager syndrome, Rocky Mountain spotted fever, delirium tremens,
seizure disorder
 Drugs: arginine vasopressin and its analogs, sulfonylureas, tricyclic
antidepressants, clofibrate, carbamazepine, vinca alkaloids,
cylophosphamide, selective serotonin reuptake inhibitors, opiates,
phenothiazines, haloperidol
 Surgical and emotional stress
Emesis
Endocrine causes: glucocorticoid deficiency and myxedema
Hipernatremia
 Reduced water intake
 Defective thirst due to altered mental state or thirst center defect
Inability to drink water
Lack of access to water
 Increased water loss (water intake must be impaired)
 Gastrointestinal loss: vomiting, osmotic diarrhea
Cutaneous loss: sweating and fever
Respiratory loss: hyperventilation and fever
Renal loss: diabetes insipidus, osmotic diuresis
 Increased sodium content of the body (water intake must be impaired)
 Increased intake
Hypertonic saline or sodium bicarbonate infusion
Ingestion of sea water
Renal salt retention; usually in response to primary water deficit
Klorida
27

 Merupakan anion terbanyak di cairan ekstraseluler


 Pada keadaan asam-basa seimbang, [Cl-]plasma ~
[Na+]plasma
 Konsentrasi Cl- plasma penting pada gangguan asam
basa (anion gap)
 Fluktuasi Cl- serum & plasma tidak terlalu
berpengaruh terhadap klinis, tapi dapat membantu
dalam menentukan penyebab gangguan keseimbangan
air & asam-basa
Klorida
Metode Referensi untuk Klorida
 Coulometric titration adalah metode yang dipilih
oleh  American Association for Clinical Chemistry
(AACC) dan oleh the National Institute of Standards
and Technology (NIST) untuk serum chloride karena
presisi dan terbebas dari faktor penganggu
 Metode Coulometric titration, ion-selective electrode,
and mercuric-ferric thiocyanate menunjukan hasil
sesuai dengan klinis
Spesimen
 Serum, heparinized plasma, urine, cairan tubuh lain
 Spesimen harus dipisahkan dari sel unruk
menhindari pergeseran keseimbangan ion karena
pH dan metabolisme sel
 Spesimen stabil selama 1 minggu dalam suhu
ruang, pendingin, atau dibekukan
Interferences
 Semua metode untuk klorida akan menunjukkan 
positif palsu dari halida (bromida), yang berasal dari
obat-obatan
 Ion-selektif, metode berbasis elektrode umumnya
 tidak terpengaruh oleh bilirubin atau trigliserida.
 Gross hematuri akan menyebabkan negatif palsu
akibat adanya dilusi
Interval Referensi
 Serum or Plasma, 101 - 111 mmol/L.
 Terdapat variasi diurnal, nilai maksimum pada pukul 2 siang dan
terendah pada malam hari
 Klorida akan menurun sedikit pada saat makan karena
peranannya dalam produksi asam lambung
 Urine, 110 - 250 mmol/24 jam
 Urine chloride dipengaruhi oleh diet
 Keringat
 Normal 0 - 40 mmol/L
 Indeterminate for cystic fibrosis 40 -60 mmol/L
 Suggestive of cystic fibrosis >60 mmol/L
Gangguan Klorida
33

Hipokloremia Hiperkloremia
• Penyebab biasanya pararel Terjadi pada kondisi dehidrasi,
dengan penyebab AKI, asidosis metabolik yang
hiponatremia berhubugan dengan diare yang
• Sering dijumpai pada kondisi: berkepanjangan & kehilangan
Na-bikarbonat, DI,
–asidosis metabolik akibat
overtreatment dengan larutan
↑produksi atau ↓ekskresi
asam organik salin
–Sekresi gaster persisten &
muntah yang
berkepanjangan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai