Anda di halaman 1dari 22

Protozoa kelas

Mastigophora
(Giardia lamblia)

Weni Mulyani, M. Biomed


Mastigophora

Protozoa yang mempunyai flagel


(cambuk)

Golongan

Flagelata traktur digestivus yang


hidup di rongga usus dan mulut Flagelata darah dan jaringan yang
serta flagelata traktus urogenital hidup dalam darah dan di jaringan
yang hidup di vagina, uretra dan tubuh (alat dalam)
prostat
Giardia lamblia

Sejarah Hospes
Penemu : Antonivan dan
Leuuewenhoak (1681) Nama Penyakit
sebagai mikroorganisme
yang bergerak-gerak Hospes : Manusia
dalam fesesnya. Binatang : beaver, srigala,
sapi, kucing dan anjing
Diperkenalkan dan dibahas
oleh Lambl (1859) yang Giardia muris : Mencit dan
memberi nama intestinal tikus

Stiles (1915) memberi nama Giardia agilis : Golongan


baru Giardia lamblia untuk ampibi
menghormati Prof. A. Giard
dari paris dan Doktor Nama penyakit : Giardiasis
F. Lambl dari Praha
Rusia, Asia Tenggara,
Asia Selatan, Afrika,
Meksiko dan bagian
Barat Amerika Selatan

Iklim Tropik
dan subtropik Distribusi
Indonesia
daripada Geografik
beriklim dingin

Parasit yang
tersebar kosmopolit
Morfologi dan Daur Hidup

Stadium

Kista Tropozoit
Bentuk : Oval
Ukuran : 8-12 mikron
Dinding yang tipis yang kuat
dengan sitoplasma berbutir halus
Kista yang baru terbentuk
mempunyai 2 inti
Kista matang mempunyai 4 inti
yang terletak disatu kutub
Bentuk : Simetris bilateral seperti
buah jambu monyet, bagian anterior
membulat dan bagian posterior
meruncing
Permukaan dorsal cembung dan pipih
disebelah ventral dan terdapat batil
isap berbentuk seperti cakram yang
cekung dan menempati setengah
bagian anterior badan parasit

Ukuran : 12-15 mikron dan mempunyai


sepasang inti yang letaknya dibagian
anterior, bentuknya oval dengan
kariosom ditengah
Air atau makanan
yang terkontaminasi
atau melalui fecal-oral
Siklus Hidup

Giardia lamblia hidup di Usus halus yaitu Duodenum dan bagian


proksimal yeyunum dan kadang-kadang di kandung empedu. Apabila
Kista matang tertelah oleh hospes, maka terjadi eksistansi di
Duodenum (Aktivasi kista membelah mengeluarkan tropozoit)
kemudian sitoplasma membelah dan flagel tumbuh dari aksonema
sehingga terbentuk 2 tropozoit. Dengan pergerakan flagel yang cepat
tropozoit yang berada di antara vili usus halus bergerak dari satu tempat
ke tempat lain. Bila berada pada vili tropozoit dengan batil isap akan
melekatkan diri pada epitel usus. Tropozoit kemudian berkembang
dengan cara belah pasang.
Bila jumlahnya banyak sekali maka tropozoit yang melekat pada
mukosa dapat menutupi permukaan mukosa usus halus. Tropozoit
yang tidak melekat pada mukosa usus, akan mengikuti pergerakan
menuju ke usus bagian distal yaitu usus besar. Enkistasi
(pembentukan kista) terjadi dalam perjalanan ke kolon, bila tinja
mulai menjadi padat, sehinggga stadium kista dapat ditemukan
dalam tinja yang padat. Dalam tinja cair atau lunak biasanya
ditemukan tropozoit.
Patologi
Tidak ditemukan kelainan mukosa
Penderita Asimtomatik duodenum dan yeyenum
Apabila ada hanya iritasi ringan

1. Perubahan histopatologi pada mukosa dapat minimal


atau berat sehingga menyebabkan atrofi vilus
2. Kerusakan enterosit
3. Hiperplasia kriptus
4. Tekanan hisapan dari perlekatan tropozoit
Penderita menggunakan batil isap dapat merusak mikrovili dan
Simtomatik mengganggu proses absorpsi makanan
5. Tropozoit dapat menginvasi jaringan kandung empedu
dan salurah kemih
Jumlah kista yang tertelan

Gejala
Lamanya infeksi Klinis

Faktor hospes dan parasitnya sendiri

Masa Inkubasi : 9-15 hari


Asimtomatik = Carrier

Gangguan absorpsi karoten, folat dan vitamin B12 Sindrom malabsorpsi

Diare berkepanjangan (dapat ringan dengan tinja (Gejala penurunan


semisolid atau dapat intensif dengan produksi tinja beat badan,
cair kelelahan, kembung
karena ada gas
Penyerapan bilirubin oleh G. Lamblia menghambat didalamnya,
aktivitas lipase pankreatik anoreksia dan nyeri)
Gangguan absorpsi karoten, folat dan vitamin B12

Gangguan absorpsi lemak


Diagnosis

Selama 3 hari berturut-turut atau


Setiap 2 hari sekali dalam dalam kurun
Pemeriksaan Tinja waktu 10 hari (Karena Stadium kista
dan tropozoit G.lamblia dikeluarkan
dalam tinja secara periodik

Menemukan tropozoit yang bergerak dibutuhkan tinja yang segar


Tinja Encer : Tropozoit
Tinja Padat : Kista

Sediaan basah dengan larutan iodin atau sediaan yang dipulas dengan
Trikrom morfologi G. Lamblia dapat dibedakan dengan jelas dari
protozoa lain.
Persiapan Pasien

 Pasien harus melaporkan jika sedang mengonsumsi obat-obatan seperti


antibiotika, laksatif, antasida, obat diare, ataupun obat antiinflamasi
nonsteroid (OAINS).

 Pasien harus melaporkan jika baru saja menjalani prosedur diagnostik


dimana ia diminta untuk meminum cairan bariu.Barium dapat membuat
pemeriksaan parasit menjadi rancu selama 5-10 hari

 Pada kasus konstipasi, pasien diminta untuk mengumpulkan sampel


kapan saja pasien bisa. Setelah mengumpulkan sampel yang pertama,
klinisi akan memberikan obat pencahar agar pasien dapat buang air besar
dan mengumpulkan sampel kedua. Pasien harus melaporkan jika ia
mempunyai kesulitan untuk defekasi, sehingga gagal mengumpulkan
sampel
pertama, sehingga dapat langsung diberikan obat pencahar

 Minta pasien untuk terlebih dahulu buang air kecil agar urin tidak
tercampur dengan sample feses
Pengambilan Sampe

Pengumpulan spesimen pada orang dewasa

1. Pasien telah terlebih dahulu buang air kecil


2. Feses tidak boleh diambil dari bedpan karena feses yang mengenai
bedpan telah terkontaminasi dengan desinfektan. Feses juga tidak boleh
bercampur dengan air, air sabun, ataupun tissue
3. Wadah diberi label yang lengkap. Label berisikan nama lengkap pasien,
umur, jenis kelamin, dan tanggal pengambilan sampel feses.
4. Pasien menggunakan sarung tangan saat pengambilan sampel (Untuk
memudahkan, instruksikan pasien untuk mengisi wadah tersebut setengah
penuh) Kemudian sampel dimasukan ke dalam dalam wadah dan ditutup
dengan rapat
Pengumpulan sampel anak yang memakai popok

 Mengambil sampel secara langsung dari popok disarankan, namun


untuk hasil interpretasi yang lebih baik lapisi popok dengan plastik
agar sampel tidak terserap ke dalam popok. Pastikan sampel tidak
bercampur dengan urin
 Cara lain ialah menggunakan kantong khusus berlabel data pasien
yang disediakan oleh klinik atau rumah sakit. Kantong khusus
tersebut ditempelkan pada kulit sekitar anus anak. Setelah
spesimen terkumpulkan kantong khusus tersebut dicabut, lalu
diserahkan pada petugas laboratorium. Dengan cara ini, dapat
dipastikan feses tidak tercampur dengan urin.
Cacing yang tidak dapat terlihat pada pemeriksaan makroskopis
dapat dilihat menggunakan pemeriksaan mikroskopis. Direct wet
mount, saline wet mount, dan iodine wet mount dapat digunakan
untuk melihat bentuk cacing, telur, larva, tropozoit, dan kista.
Iodine wet mount lebih baik digunakan jika ingin melihat kista.
Cara sederhana tersebut ialah dengan sedikit menaruh sampel
tinja yang diemulsi dalam 1-2 tetes saline atau iodine pada slide
kaca, kemudian slide kaca baru ditempatkan di atasnya dan
sediaan diperiksa di bawah mikroskop lensa 10X dan 40X

Pada pasien dengan giardiasis, identifikasi dapat dilakukan pada


spesimen segar atau yang diawetkan dengan alkohol maupun
formalin 10%. Dikatakan positif jika ditemukan trofozoit atau
kista pada sampel feses
Hasil pengamatan dibawah mikroskop

1
2

3
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai