FK UNHAS
Pengamatan Pada :
- Eritrosit, Lekosit, Trombosit
- Manifestasi : Anemia, lekositosis /lekopeni dan DIC
Lekositosis
- Umumnya Netrofil , bentuk muda
- Netrofilia lanjut infeksi kronik
- Netrofilia menghebat + sel muda reaksi leukemoid
* Non-Ganas > 25-30 x 106/l
* Inflamasi, Stress, Trauma.
Lekopeni
* Netropenia, mis Demam Tifoid, Brucellosis
* Infeksi hebat netropenia hebat prognosis
buruk
Perubahan morfologik pada sepsis
* Dohle Bodies
* Granulasi Toksik
* Vakuolisasi
Eosinofilia :
* Non-bakterial, biasanya alergi/infeksi parasit
Anemia
* Bisa timbul sekalipun cadangan besi cukup
* Anemia akut : perdarahan / destruksi eritrosit
(misalnya : cold aglutinin sehubungan dengan
Mycoplasma pneumoniae)
* Anemia kronik, dengan :
- Cadangan besi yang normal atau meninggi
di sistem retikuloendotelial
- Penurunan besi dalam plasma
- Penurunan TIBC
Infeksi serius + bakteremia
* Gram negatif DIC (gram positif kurang)
- Trombus
- PT memanjang
- FDP
- Fibrinogen
Trombositopenia bisa juga menjadi tanda sepsis
bakterial dan bisa bermanfaat dalam
mengobservasi respon pasien terhadap terapi.
Tes Laboratorium
* Hematologi
- Leukopenia
- Trombocytopenia
- serum aminotransferase (AST, ALT) elevations
* Diagnosis seroloimmunology
1. Hemaglutination tests
2. Complement Fixation test
3. Neutralization Test
- IgM ELISA or
- paired serology during recovery or
- by antigen-detection ELISA or
- RT-PCR during the acute phase
Gambar. 4 Respon imun terhadap infeksi dengue
Tes Laboratorium Diagnosis DD dan DBD
Hari Demam Jenis Pemeriksaan Catatan / Interpretasi
HEMATOLOGI * Biasanya normal
Hemoglobin (Hb)
Hematokrit (Ht)
Hitung Leukosit
Hitung Trombosit
3 HEMATOLOGI * Umumnya :
Hemoglobin (Hb) Hemoglobin meningkat.
Hematokrit (Ht) Hemokonsentrasi (peningkatan Ht>20%
Hitung Leukosit Leukopenia
Hitung Trombosit Limfositosis relatif (> 45% dari total leukosit)
Limfosit plasma biru (> 15% dari total leukosit / > 4% dari total limfosit)
Trombositopenia (<100.000/uL)/penurunan serial trombosit
Trombosit <2/100 eri/LPB (minimal dilihat 10 lapang pandang)
* Ht/Hb > 3,5 dipertimbangkan DBD
Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik Indonesia (PDS-PATKLIN) 2004 dengan tambahan dari WHO 2003
Suspicion of dengue infection
Prevalensi
Tujuan tes Strategi tes
infeksi
Keamanan
Semua
transfusi/transpla I
prevalensi
ntasi
> 10% I
Surveilans
10% II
Terdapat
I
gejala klinik > 30%
infeksi HIV 30% II
Diagnosis Tanpa gejala
klinik infeksi > 10% II
HIV
LABORATORY DIAGNOSIS (ANTIBODY TEST: TESTING STRATEGIES)
Strategy I:
All samples are tested with one ELISA or rapid/simple assay.
Samples that is reactive is considered HIV Ab positive.
Strategy II:
All samples are first tested with one test.
Any reactive samples are subjected to second test based on
different principle and/or a different antigen preparation.
Strategy III:
All samples are first tested with one test.
Any reactive samples are subjected to second test based on
different principle and/or a different antigen preparation.
Requires a third test if samples are found reactive on the second
test.
LABORATORY DIAGNOSIS (ANTIBODY TEST)
POSITIVE
High Risk Group (WHO 2-tests strategy)
ELISA - Reactive
PA - Detected
NEGATIVE
Both screening tests: EIA - non-reactive and
PA - not-detected
Ket. Algoritme :
A1,A2 dan A3 adalah tes inisial dengan menggunakan dasar/prinsip tes yang berbeda dan/atau menggunakan preparasi antigen yang berbeda.
Reagensia yang dipilih untuk dipakai pada tes didasarkan pada sensitivitas dan spesifisitas tiap jenis reagen. Reagen yang dipakai pada tes
pertama adalah reagensia yang memiliki sensitivitas tertinggi, sebaiknya > 99%, sedangkan reagensia pada tes selanjutnya (kedua dan ketiga)
memiliki spesifisitas yang lebih tinggi dari yang pertama, untuk tujuan surveilans harus memiliki spesifisitas minimal sebesar 95% dan untuk
tujuan diagnosis memiki spesifisitas minimal sebesar 98%2.
Kadar T4 (Nilai Gambaran klinik Keputusan terapi Interval Tujuan monitoring
normal 500-
1000)
1000-500 Acute retroviral sindrom/asimptomatik, Terapi Setiap 6 Memutuskan kapan
gejala intermitten, kandidiasis/ulkus simptomatik bulan penanganan terapi anti
mulut, limpadenopati, xerosis, rash retroviral
(dermatitis seboroik, follikulitis
500-200 Asimptomatik/simptomatik, gejala kronik Mulai terapi Setiap 3-6 Monitoring respons
atau intermitten, limpadenopati, antiretroviral bulan ART dan dan putuskan
kandidiasis/lesi mulut, nause, vomiting, (ART) untuk memulai
diare, demam, keringat malam, profilaksis terhadap
tuberkulosis, xoster, nocardia, sarkoma pneumocystic
kaposis mungkin nampak pneumonia dan infeksi
lain
200-50 Peningkatan gejala berat dan persisten, ART dan Setiap 2-3 Evaluasi untuk
berkurangnya daya ingat, ancaman profilaksis. bulan memulai perubahan
infeksi, peningkatan insidens kanker Pertimnangkan ART, pertimbangkan
kelainan paru, peningkatan resiko perubahan ART profilaksis lain dan
penyebaran penyakit. Pneumocystis jika im unoklinik memperkirakan resiko
carinii pneumonia (PCP), toksoplasma, menurun terhadap infeksi
histoplasmosis, cryptococcosis opotunistik
< 50 Peningkatan infeksi oportunistik dan Tergantung ? Monitoring
kematian, PML, demensia AIDS, CMV, proses penderita kemungkinan
MAC dan proses tahap lanjut yang lain dan penyakit, peningkatan
penderita tetap kecemasan penderita.
dengan ART dan Pertimbangkan
terapi profilaksis. menggunakan viral
Pertimbangkan load untuk evaluasi
perubahan ART progressifitas
dan kombinasi
ELISA for HIV antibody
23
Sediaan darah tebal
Cara terbaik menemukan parasit malaria
Mudah dibuat
Diperiksa paling sedikit 100 lapangan pandang
Sediaan darah tipis
Digunakan utk identifikasi jenis Plasmodium bila
dgn sediaan darah tebal sulit ditentukan
Diperiksa paling sedikit 200 lapangan pandang
24
Kelebihan sediaan darah tebal
Lebih banyak sel darah yg diperiksa
Parasit lebih mudah ditemukan
Kekurangan sediaan darah tebal
Tdk dpt membandingkan ukuran Plasmodium dgn
ukuran eritrosit
Spesies Plasmodium sukar ditentukan
25
Kelebihan sediaan darah tipis
Morfologi eritrosit jelas
Spesies Plasmodium bisa ditentukan
Perbandingan ukuran Plasmodium terhdp ukuran
eritrosit bisa dilihat
% parasitemia bisa dihitung
Kekurangan sediaan darah tipis
Jumlah parasit dlm lap. pandang sangat sedikit.
26
Bentuk Tropozoit
Cincin kecil ( eritrosit normal)
Sitoplasma biru
Kromatin inti merah
Bentuk Skizon
Jarang ada dlm sirkulasi darah tepi
Jk ditemukan dlm darah tepi tanda
malaria berat
27
Bentuk Gametosit
Sgt khas yaitu elips (crescent)
Berpigmen warna hitam
Sitoplasma kuning
28
Teknik Quantitative Buffy Coat (QBC)
Prinsip : Tes Fluoresensi
Eritrosit yg terinfeksi Plasmodium akan terlihat
berfluoresensi di bwh mikroskop fluoresensi
Cepat namun peralatannya mahal
Tdk dpt membedakan spesies
Plasmodium & tdk dpt digunakan utk
hitung parasit.
29
Mendeteksi Ab/Ag spesifik terhadap parasit
malaria atau eritrosit yg terinfeksi Plasmodium
Tes imunoserologis yg melacak Ab tdk dipakai
utk keperluan diagnosis
Tes imunoserologis malaria :
Radioimmunoassay (RIA)
Enzyme Linked Immunoassay (ELISA)
Immunochromatographi (ICT)
Indirect Fluorescent Antibody Test (IFAT)
30
Radioisotop sebagai label
Kadar Ag atau Ab pada sampel dpt ditentukan scr
kuantitatif
Low detection limit 50 parasit/L darah
Sensitif
Kurang praktis & berbahaya
31
Lebih praktis dibanding RIA
Enzyme direaksikan dgn substrat kromogen
intensitas warna sebanding dgn kadar bahan
Mendeteksi Ag & Ab spesifik terhadap Plasmodium
32
Rapid Diagnostic Test
Melacak Ag parasit malaria melalui pengikatan
Ag oleh Ab monoklonal
Ada 3 jenis Ag utama yg sering dijadikan
target ICT utk mendiagnosis malaria yaitu :
Histidine-rich protein (HRP)
Parasite specific lactate dehydrogenase (pLDH)
Plasmodium Aldolase
33
Keunggulan tes ICT
Praktis
Tdk membutuhkan alat pembantu lain
Tdk memerlukan tenaga terampil
Kelemahan tes ICT
Hanya dpt melacak parasit > 100 parasit/L darah
Membutuhkan biaya pemeriksaan yg relatif sdg
Tdk dpt memberi informasi derajat parasitemia
34
Mendeteksi Ab spesifik terhdp Plasmodium
Keadaan dimana parasit sangat minimal
Tdk utk menentukan infeksi baru
Mendeteksi keempat spesies Plasmodium
Manfaat utk penelitian epidemiologi
35
Mendeteksi DNA spesifik terhadap parasit
Plasmodium dlm darah penderita malaria
Teknik Polymerase chain reaction (PCR)
Dpt melacak sampai 5 parasit/L drh
Dpt mengidentifikasi spesies Plasmodium
Waktu pemeriksaan cepat
Sensitivitas & spesifisitasnya tinggi
Mahal
36
Jenis tes laboratorium untuk tuberkulosis
terdiri dari:
Tes Mikrobiologi, terdiri dari:
Tes seluler:
Tes BTA Sputum
Tes Biakan dan Identifikasi M.tuberculosis
Tes Kepekaan Antibiotika
Tes molekuler: PCR
Tes Serologis, terdiri dari:
Semirapid: TB-Dot, ELISA, Tb-kompleks
Rapid: Mycodot, ICT-TB
Anamnesis
Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan Radiologis
Tes Laboratorium
Tes Mikrobiologi
Tes seluler: Tes Apusan BTA
Tes Biakan & Identifikasi
Tes Kepekaan Antibiotika
Tes molekuler: PCR
Tes Serologis
Semirapid: TB-Dot, ELISA, Tb-kompleks
Rapid: Mycodot, ICT-TB seperti Mycotec TB
Ujian Akhir Magister/Ujian Lokal 26 Maret 07 38
Mikroskopik
Ziehl Neelsen
Dekontaminasi
Kultur (pembiakan)
medium Lowenstein-Jensen
PCR
Isolasi DNA: Metode Boom
Proses : denaturasi, annealing, elongasi
IS6110
1
Cara menghitung IB dan IM :
IB : total kepadatan
jumlah tempat pengambilan
1
Penilaian skala algoritme Ridley :
- negatif (-) : tdk ditemukan BTA pd 100 lap.
penglihatan (LP)
- 1 (+) : 1 10 basil/100 LP
- 2 (+) : 1 10 basil / 10 LP
- 3 (+) : 1 10 basil/1LP
- 4 (+) : 10 - 100 basil/1 LP
- 5 (+) : 101 1000 basil/1 LP
- 6 (+) : > 1000 basil/LP
1
2. Pemeriksaan histopatologik
- menegakkan diagnosis (manifestasi klinik tdk jelas)
- biopsi kulit & imunohistokimia
3.Pemeriksaan imunologik
- tdk utk diagnosis menentukan klasifikasi &
perjalanan peny. kusta
1
3.1 Tes lepromin
- kemampuan individu bereaksi scr seluler thd M. leprae
- lepromin : suspensi steril dr jaringan yg dihancurkan &
sbg tes kulit secara intradermal
a.lepromin Mitsuda : lepromin dr suspensi jaringan,
mengandung kuman M. leprae yg sdh disterilkan dlm
autoklaf (manusia / binatang)
b.Lepromin Dharmendra : dr ekstraksi fraksi protein dgn
kloroform eter (tipe lepromatous)
1
Reaksi kulit terhadap lepromin :
1. reaksi dini (reaksi Fernandez)
- berbentuk infiltrat eritematosa (12 72 jam)
- hipersensitivitas yg telah ada thd antigen
- pembacaan : 48 jam sth penyuntikan
2. reaksi lambat (reaksi Mitzuda)
- btk noduler, tampak pd hr ke-21 30 (paling jelas)
- respon thd imunitas seluler
- pembacaan : sth hr ke-21
1
3.2 Tes histamin
- secara intradermal pd kulit normal dilatasi kapiler
- bintul berwarna merah (histamin flare)
- ukuran bintul merah derajat kerusakan saraf
3.3 Tes serologis
- ELISA mendeteksi antibodi phenolic glicolipid-1
(PGL-1)
reaksi antigen antibodi dgn enzim sbg label
- imunokromatografi menggunakan antigen PGL-1
neoglycoconjugate, sensitivitas 91,7%, spesivisitas 78,1%
1
3.4 Polymerase Chain Reaction (PCR)
- mendeteksi adanya organisme dgn cepat dan tepat
- mendeteksi sejumlah kecil basil dr biopsi kulit
- kolonisasi M. leprae pd mukosa/apusan hidung
penderita atau orang sehat
- diagnosis pasti tipe tuberkuloid
- follow-up hasil pengobatan
- menggantikan pemeriksaan adanya BTA
2
Tes lain:
1. Tes pengeluaran keringat
- mengetahui integritas saraf kulit
- tergantung pd saraf parasimpatik
- respon kelenjar keringat thd obat kolinergik
berkurang
2. Tes pilokarpin
- melihat perubahan warna pada kulit setelah ditaburi
tepung amilum
- warna amilum tetap (ada kerusakan saraf)
2
Diagnosis : pemeriksaan Klinik (bakteriologi, histopatologi,
imunologi)
Tanda-tanda kardinal :
1. Anestesi
2. Penebalan saraf di daerah yang terkena
3. Adanya lesi kulit berupa hipopigmentasi, eritema,
infiltrat, nodul
4. Ditemukannya kuman tahan asam (BTA positif)
Diagnosis : 2 dari 3 tanda kardinal I, terlebih BTA positif
2
Generally not necessary
Gram stain and C&S to confirm the diagnosis
when the clinical presentation is unclear
Sedimentation rate parallel to activity of the
disease
Anti-DNAse B and anti hyaluronidase
Urinalysis : hematuria with erytrocyte casts
and proteinuria in patients with acute
nephritis
Diagnosis definitif tergantung pada isolasi
C.diphtheriae yang diambil dari bahan lesi-
lesi lokal
Pihak laboratorium harus diberitahukan
bahwa bahan disangka diphteri.
Gram stains of secretion :
club-shaped organism, appear as Chinese
letters
CSF :
* Aseptic meningitis
* Elevated WBCs
* Elevated protein
* Normal glucose
Kultur :
* Darah : positif dalam 10 hari pertama
* Tinja & urin positif dalam minggu 3-5
* Sumsum tulang
Serologi :
* Tes Widal : Serum sembuh 4x drpada sakit
Direct microscopy:
Dark field microscopy: at least 104 org/ml to be able to
see 1 spirochete per HPF.
Silver staining
DF using mouse monoclonal AB
IP
Insitu hybridisation using DNA probes
Electron microscopy
Mandell, Douglas, and Bennett's Principles and Practice of Infectious Diseases, 5th Edition, 2000
Leptospira
Mukosa mulut
Konjungtiva
Hidung
Oro/nasofaring
BerkembangGastrointestinal
biak darah dan jaringan
2. Tes diagnostik :
- tes kultur ( darah dan CSF )
- tes serologi:
Enzyme immunosorbent assay (EIA),
Enzyme linked immune sorbent assay (ELISA)
Microscopic Agglutination test (MAT) adalah baku emas
pemeriksaan serologi
- PCR untuk mendeteksi DNA leptospira.
3. Tes komplikasi/Tes monitoring
- darah lengkap, urin lengkap
- tes fungsi hati : transaminase, bilirubin,
alkali fosfatase, keratin fosfokinase.
- tes fungsi hemostasis: jumlah trombosit,
bleeding
time,protrombin time
- tes fungsi ginjal : ureum, kreatinin, BUN
- tes serologi
Penderita suspek
leptospirosis
Tes saring
-Darah lengkap
-Urin lengkap
-Mikroskop lapangan gelap
-Tes Immunokromatografi (ICT)
Tes diagnostik
-Tes kultur
-Tes serologi : microscopic agglutination test (MAT),
enzyme linked immunesorbent assay (ELISA)
-PCR
positip negatip
Tes monitoring /
komplikasi :
- Darah lengkap
- Urin lengkap LEPTOSPIROSIS BUKAN
- Tes fungsi hati LEPTOSPIROSIS
- Tes fungsi ginjal
- Tes serologi