Anda di halaman 1dari 18

HIPONATREMIA

INDRA
111 2017 2063
Keseimbangan cairan dan
elektrolit mencakup komposisi
dan perpindahan berbagai cairan
tubuh.
Komposisi Cairan tubuh
• Air adalah konstituen terbanyak ditubuh, membentuk sekitar
50% berat tubuh pada perempuan dan 60% pada laki-laki.
• Air dalam tubuh terdistribusi dalam dua kompartemen utama
55-75% didalam sel (CIS) dan 25-45% diluar sel (CES)
• CES terbagi menjadi dua kompartemen : intravaskular (cairan
plasma) dan eksravaskular (intertisium) dengan perbandingan
1:3
CES dan CIS dibatasi oleh
membran sel (lipid soluble)
membran semipermeabel yang
bebas dilewati oleh air tetapi
tidak bebas dilewati oleh solut
kedua kompartment tersebut
kecuali urea. CIV dan intertisium
dibatasi oleh membran
permeabel yang bebas dilewati
oleh air dan solut kecuali
albumin. Albumin hanya
terdapat di CIV
Osmolalitas adalah perbandingan antara
jumlah solut dalam mmol/L dan air dalam KgH2O.
Solut yang mempengaruhi osmolalitas dalam
tubuh adalah natrium, kalium, glukosa. Makin
tinggi osmolalitas maka semakin tinggi tekanan
osmotik (tonisitas). Air akan berpindah dari daerah
tekanan osmotik rendah ke daerah tekanan
osmotik tinggi
Keseimbangan natrium
Natrium berperan dalam menentukan status volume air dalam
tubuh yang diatur oleh 2 mekanisme
• Kadar natrium yang sudah tetap pada batas waktu tertentu
(set-point)
• Keseimbangan antara natrium yang masuk dan yang keluar
(steady-state)
Perubahan kadar natrium dalam CES akan mempengaruhi kadar
ADH, sistem RAA, ANP, BNP
Keseimbangan natrium
• Natrium secara aktif dipompa keluar sel oleh pompa Na+/K+
-ATPase. Akibatnya 85-90% dari semua Na+ berada di luar sel
dan mengisi volume CES.
• Perfusi arteri dan integritas peredaran darah, ditentukan oleh
retensi atau ekskresi Na+ ginjal. Di dalam ginjal, Na+ disaring
oleh glomeruli dan kemudian secara berurutan diserap
kembali oleh tubulus ginjal. Na+ biasanya diserap kembali
dengan anion klorida (Cl-), dengan demikian, homeostasis
klorida juga mempengaruhi volume CES.
• Sekitar dua pertiga dari Na Cl-yang tersaring akan diserap
kembali oleh tubulus proksimal ginjal, melalui mekanisme
paraseluler dan transelular
• Selanjutnya Reabsorbsi Na+Cl- (25-30% ) terjadi di pars
asendens tebal ansa henle
• Reabsorbsi Na+ ditubulus kontortus distal (5%) diperantarai
oleh ko-transporter Na-Cl- peka tiazid
• Reabsorpsi Na+ di tubular ginjal diatur oleh beberapa hormon
sirkulasi dan parakrin, serta aktivitas saraf ginjal. Angiotensin II
mempengaruhi reabsorbsi Na+ di tubulus proksimal.
Sedangkan Aldosteron akan mengaktifkan reabsorpsi Na+
dalam nefron distal
• Hiponatremia didefinisikan sebagai konsentrasi Na+ plasma
<135 mM.

Waktu Osmolalitas

Akut ( kurang Isotonik


48 jam) hiponatremia,,

Kronik (lebih Hipovolemia


48 jam) hiponatremia

Hipervolemia
hiponatremia
Hiponatremia Hipovolemik
• Penyebab hipovolemik hiponatremia nonrenal adalah
masalah pada GI (misalnya, muntah, diare, NGT) dan
kehilangan yang tidak terkontrol (berkeringat, terbakar),
dengan tidak adanya pengganti oral yang memadai;
konsentrasi Na+ urin biasanya <20 mM
Hiponatremia hipervolemik
• Pasien dengan hiponatremia hipervolemik menunjukkan
peningkatan total NaCl dalam tubuh yang disertai dengan
peningkatan total cairan tubuh secara proporsional. sehingga,
konsentrasi Na+ plasma berkurang.

• Patofisiologi hiponatremia pada gangguan edematosa natrium-avid


(gagal jantung kongestif , sirosis, dan sindrom nefrotik) mirip dengan
hiponatremia hipovolemik
Hiponatremia euvolemik
• Sindrom antidiuresis yang tidak tepat (SIAD) merupakan penyebab
hiponatremia euvolemik yang paling sering
Gejala Klinis
• Hiponatremia menginduksi terjadinya edema seluler yang
merupakan konsekuensi dari perpindahan cairan menuruni gradien
osmotik dari ECF hipotonik ke ICF.
• Gejala hiponatremia adalah terjadinya edema serebral dan
Encephalopathy hiponatremia akut
• Gejala awal adalah mual, sakit kepala, dan muntah. Namun,
komplikasi berat dapat berevolusi dengan cepat, termasuk aktivitas
kejang, herniasi batang otak, koma, dan kematian.
• Respons seluler terhadap hiponatremia kronik dapat menimbulkan
gejala muntah, mual, kebingungan, dan kejang, biasanya pada
konsentrasi Na + plasma <125 mM.
Evaluasi Diagnostik Hiponatremia
• Pemeriksaan laboratorium yaitu pengukuran osmolalitas serum dan
pengukuran konsentrasi Na+
• Peningkatan BUN dan kreatinin menunjukkan disfungsi ginjal sebagai
penyebab potensial hiponatremia.
• Pengukuran Glukosa serum, konsentrasi Na + plasma turun ~ 1,6-2,4 mM
tiap peningkatan 100 mg / dL glukosa,
• Pengukuran asam urat serum, pasien dengan fisiologi SIAD-tipe biasanya
akan hypouricemic (serum asam urat <4 mg / dL),
• Pemeriksaan fungsi tiroid, adrenal, dan hipofisis
• Elektrolit urin dan osmolalitas. Konsentrasi Na + urin <20–30 mM
menandakan hiponatremia hipovolemik,.
Penatalaksanaan

Jumlah natrium = 0,5 x BB x delta Na


 Delta Na = kadar natrium yang diinginkan – kadar natrium awal

Hiponatremia akut
- Larutan natrium hipertonik IV. Dinaikkan 5 Meq/L dari kadar
natrium awal dalam 1 jam. Setelah itu kadar natrium dinaikkan
1 Meq/L setiap 1 jam sampai natrium mencapai 130 Meq/L.
Hiponatremia kronik simptomatik
- Koreksi 0,5 Meq/L tiap 1 jam, maksimal 10 Meq/L dalam 24
jam
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai