Sri Maryati Satria Pendahuluan International Standards for Tuberculosis Care (ISTC) dikembangkan semua organisasi profesi internasional tahun 2005 → diperbarui tahun 2009 → diperbarui tahun 2014 21 Standard ISTC 1. Standar untuk diagnosis Standar 1 s/d 6 2. Standar untuk Pengobatan Standar 7 s/d 13 3. Standar untuk Penanganan TB dengan infeksi HIV dan Kondisi Komorbid lain Stand 14 s/d 17 4. Standar untuk Pelayanan Kesehatan Masyarakat Stand 18 s/d 21 Tujuan ISTC • Memberi gambaran → Penanganan TB yang diterima luas di setiap tingkat pelayanan. • Untuk semua praktisi baik pemerintah maupun swasta yang menangani pasienTB • Digunakan dalam menangani pasien yang diduga atau menderita TB ▪ Memfasilitasi hubungan kerjasama yang efektif antar provider dalam memberikan pelayanan bermutu tinggi kepada pasien TB : Semua usia – BTA positif atau negatif Ekstra paru MDR Ko-infeksi TB-HIV Standar Diagnosis (standar 1-6) Standar 1 Untuk memastikan diagnosis awal, penyelenggara kesehatan harus memperhatikan faktor risiko tuberkulosis pada individu dan kelompok dan melakukan evaluasi klinis dan pemeriksaan diagnostik yang tepat terhadap mereka dengan gejala dan temuan sesuai tuberculosis Standar 2 Semua pasien , termasuk anak dengan batuk selama ≥ 2 minggu yang tidak jelas penyebabnya atau pada foto toraks didapatkan temuan yang tidak dapat dijelaskan, mendukung ke arah tuberkulosis harus dievaluasi untuk tuberculosis Standar 3 Semua pasien termasuk anak yang diduga menderita TB paru yang dapat mengeluarkan sputum, paling tidak 2 spesimen sputum untuk apusan mikroskopik atau satu spesimen untuk pemeriksaan Xpert MTB/RIF dengan kualitas laboratorium terjamin. Pasien dengan risiko resisten obat, risiko menderita HIV, atau mereka dengan sakit berat seharusnya dilakukan pemeriksaan Xpert MTB/RIF sebagai pemeriksaan diagnostik awal. Pemeriksaan darah berdasarkan serologik dan penilaian pelepasan interferon gamma seharusnya tidak digunakan untuk diagnosis TB aktif. Standar Diagnosis (standar 1-6) Standar 4 Pada semua pasien , termasuk anak yang diduga menderita TB ekstra paru, spesimen dari bagian tubuh yang sakit harus diambil untuk pemeriksaan mikrobiologi dan histologi. Pemeriksaan Xpert MTB/RIF direkomendasikan untuk pemeriksaan mikrobiologi awal terhadap mereka yang diduga menderita meningitis TB karena dibutuhkan diagnosis cepat. Standar 5 Pada pasien yang diduga menderita TB paru dengan apusan sputum negatif, Xpert MTB/RIF dan/ atau biakan sputum seharusnya dilakukan. Pada mereka dengan apusan dan Xpert MTB/RIF negatif dengan bukti klinis sangat kuat mendukung tuberkulosis, pengobatan anti tuberkulosis seharusnya dimulai setelah pengumpulan spesimen untuk pemeriksaan biakan. Standar 6 Pada semua anak yang diduga menderita tuberkulosis intratoraks (paru, pleura, dan limfonodi hilus atau mediastinal), konfirmasi bakteriologik seharusnya dilakukan melalui pemeriksaan sekret pernapasan (ekspektorasi sputum, induksi sputum, cairan lambung) untuk apusan mikroskopik, pemeriksaan Xpert MTB/RIF, dan atau biakan. Standar untuk pengobatan (standar 7- 13) Standar 7 Setiap praktisi mengemban tanggung jawab: Mencegah penularan TB lebih lanjut Mencegah terjadinya resistensi OAT Praktisi wajib Memberikan paduan OAT yang memadai Menilai kepatuhan pasien Dapat menangani ketidakpatuhan Standar 8 Semua pasien yang belum pernah diobati sebelumnya dan tidak mempunyai faktor risiko lain terhadap resistensi obat harus diberi rejimen obat lini pertama sesuai standard WHO dengan kualitas obat terjamin: 2 RHZE dilanjutkan 4 RH. Dosis OAT seharusnya sesuai dengan rekomendasi WHO. Obat FDC dapat menjadi bentuk obat yang lebih mudah diberikan. Etambutol dapat dihilangkan pada anak dengan HIV negatif dan TB non cavitas Standar untuk pengobatan (standar 7- 13) Standar 9 Keberpihakan pada pasien terhadap pengobatan seharusnya dikembangkan untuk mendukung kepatuhan, peningkatan kualitas hidup dan pemulihan. Pendekatan ini harus berdasarkan kebutuhan pasien dan mutual respect antara pasien dan praktisi Standar 10 Respons pengobatan pada pasien TB paru (termasuk yang didiagnosis TB dengan rapid moleculer testing) seharusnya dimonitor dengan apusan dahak mikroskopik lanjutan saat fase awal selesai (dua bulan) Jika apus dahak positif pada akhir fase inisial, apus dahak harus diperiksa kembali pada bulan ketiga dan jika positif, pemeriksaan sensitifitas obat dg tes molekuler cepat (line probe assays atau Xpert MTB/RIF) atau biakan dengan resistensi obat harus dilakukan. Pada pasien TB ekstra paru dan pada anak, penilaian respons pengobatan terbaik adalah secara klinis Standar untuk pengobatan (standar 7- 13) Standar 11 Penilaian kumungkinan resistensi obat berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, terpapar dengan kasus yang mungkin resisten obat, dan komunitas prevalensi resisten obat (jika diketahui) harus dilakukan untuk semua pasien. Uji sensitivitas obat seharusnya dilakukan pada awal pengobatan untuk semua pasien yang sebelumnya pernah diobati Untuk pasien yang apus dahak tetap positif setelah pengobatan 3 bulan selesai dan pasien gagal pengobatan, putus obat atau kasus kambuh setelah pengobatan harus selalu dinilai terhadap resistensi obat. Pasien dengan kemungkinan resistensi obat, seharusnya dipertimbangkan pemeriksaan Xpert MTB/RIF menjadi uji diagnostik awal. Standar untuk pengobatan (standar 7- 13) Standar 12 Pasien yang menderita atau kemungkinan besar menderita tuberkulosis yang disebabkan kuman resistensi obat (khususnya MDR/XDR) seharusnya diobati dengan paduan obat khusus yang mengandung obat antituberkulosis lini kedua. Dosis OAT harus sesuai dengan rekomendasi WHO. Paduan obat yang dipilih dapat distandardisasi atau sesuai pola resistensi obat berdasarkan dugaan atau yang telah terbukti. Paling tidak harus digunakan lima obat, pirazinamid dengan empat obat yang masih efektif, termasuk obat suntik, harus diberikan 6-8 bulan fase intensif , dan paling tidak 3 obat yang diduga atau diketahui masih sensitif yg diberikan pada fase lanjutan. Pengobatan diberikan paling tidak 18-24 bulan setelah konversi biakan. Tindakan yang berpihak kepada pasien disyaratkan untuk memastikan kepatuhan pasien terhadap pengobatan. Konsultasi dengan penyelenggara pelayanan yang berpengalaman dalam pengobatan pasien dengan MDR/XDR TB harus dilakukan. Standar 13 Rekaman tertulis sistematis tentang semua pengobatan yang diberikan, respons bakteriologis, hasil dan efek samping seharusnya disimpan untuk semua pasien. Standar untuk infeksi HIV dan Kondisi Komorbid Lain ( standar 14-17) Standar 14 Uji HIV dan konseling harus direkomendasikan pada semua pasien yang menderita atau diduga menderita tuberkulosis, paling tidak ada konfirmasi tes negatif dalam dua bulan sebelumnya. Karena ada hubungan yang erat antara TB dan infeksi HIV, pendekatan terintegrasi untuk pencegahan, diagnosis, dan pengobatan keduanya direkomendasikan pada daerah dengan prevalensi HIV tinggi. Uji HIV sangat penting sebagai manajemen rutin pada : Semua pasien di daerah prevalensi tinggi HIV Pasien dengan gejala/ tanda klinis HIV Pasien dengan risiko tinggi terpajan HIV Standar untuk infeksi HIV dan Kondisi Komorbid Lain ( standar 14-17) Standar 15 Semua pasien dengan tuberkulosis dan infeksi HIV yang mengalami imunosupresi (CD4< 50 sel/mm3 ), ART seharusnya dimulai dalam 2 minggu dari permulaan pengobatan TB kecuali kalau ada meningitis TB. Untuk semua pasien dengan HIV dan TB tanpa memperhatikan jumlah CD4, terapi antiretroviral seharusnya dimulai dalam 8 minggu dari permulaan pengobatan TB. Pasien dengan TB dan HIV seharusnya menerima kotrimoksasol sebagai profilaksis untuk infeksi lainnya. Standar 16 Pasien dengan infeksi HIV yang setelah dievaluasi dengan seksama, tidak menderita tuberkulosis aktif seharusnya diobati sebagai infeksi tuberkulosis laten dengan isoniazid selama paling tidak 6 bulan. Standar untuk infeksi HIV dan Kondisi Komorbid Lain ( standar 14-17) Standar 17 Semua penyelenggara kesehatan harus melakukan penilaian yang menyeluruh terhadap kondisi komorbid dan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi respons atau hasil pengobatan tuberkulosis. Mengidentifikasi layanan-layanan tambahan yang dapat mendukung hasil yang optimal bagi semua pasien dan menambahkan layanan-layanan ini pada rencana penatalaksanaan termasuk penilaian dan rujukan untuk pengobatan penyakit lain. Perhatian khusus terhadap penyakit atau kondisi yang diketahui mempengaruhi hasil pengobatan, seperti diabetes millitus, penyalahgunaan obat dan alkohol, gizi buruk, dan perokok. Rujukan ke layanan pendukung psikososial lain, atau layanan-layanan perawatan selama masa kehamilan atau setelah melahirkan seharusnya juga tersedia. Standar untuk Pelayanan Kesehatan Masyarakat (standar 18-21) Standar 18 Semua penyelenggara pelayanan untuk pasien tuberkulosis seharusnya memastikan bahwa semua orang yang mempunyai kontak erat dengan pasien tuberkulosis menular seharusnya dievaluasi dan ditatalaksana sesuai dengan rekomendasi internasional. Prioritas tertinggi untuk evaluasi kontak: 1) Orang dengan gejala mendukung ke arah TB 2) Anak usia < 5 tahun 3) Kontak dengan orang yang diketahui menderita atau diduga imunokompromais khususnya infeksi HIV 4) Kontak dengan pasien TB MDR/XDR Standar untuk Pelayanan Kesehatan Masyarakat (standar 18-21) Standar 19 Anak berusia < 5 tahun dan individu semua usia dengan infeksi HIV yang memiliki kontak erat dengan pasien tuberkulosis dan setelah dievaluasi dengan seksama tidak menderita tuberkulosis aktif, harus diobati sebagai infeksi tuberkulosis laten dengan isoniazid minimal 6 bulan. Standar 20 Setiap fasilitas pelayanan kesehatan yang menangani pasien yang menderita atau diduga menderita tuberkulosis harus mengembangkan dan menjalankan rencana pengendalian infeksi tuberkulosis yang memadai untuk meminimalkan kemungkinan penularan M.TB pada pasien dan tenaga kesehatan Standar 21 Semua penyelenggara pelayanan kesehatan harus melaporkan kasus tuberkulosis baru maupun kasus pengobatan ulang serta hasil pengobatannya ke kantor dinas kesehatan setempat sesuai dengan peraturan hukum dan kebijaksanaan yang berlaku.