Anda di halaman 1dari 39

FILARIASIS

OLEH : DEWI SUJI HARTI SILONDAE


111280140
Pendahuluan
• Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infestasi satu
atau dua cacing jenis filaria yaitu Wucheria bancrofti atau
Brugia malayi.
• Famili Filaridae, yang bentuknya langsing dan ditemukan di
dalam sistem peredaran darah, limfe, otot, jaringan ikat atau
rongga serosa pada vertebrata.
• Masa inkubasi : ± 1 tahun, penularan parasit melalui vektor
nyamuk (hospes perantara) dan manusia atau hewan kera dan
anjing (hospes definitif).
FILARIASIS
Bancrofti/Wucheriasis
Elefantiasis

Malayi

Timori
W.
Bancrofti B. Malayi
• Malam hari
(nokturnal)
Periodisitas
terutama di nokturnal
belahan bumi
bagian selatan
termasuk Penyebab :
Indonesia, belum diketahui,
sedangkan di mungkin
daerah pasifik dipengaruhi oleh
ditemukan siang tekanan zat asam
dan malam(non- dalam kapiler
periodik) paru atau
lingkaran hidup
cacing dilaria
PREVALENSI
• Mikrofilaria meningkat bersamaan dengan umur
pada anak-anak dan meningkat antara umur 20-
30 tahun
• Pada saat usia pertumbuhan
• Pada laki-laki lebih tinggi dibanding wanita
Lingkaran Hidup Filaria
Pengisapan
mikrofilaria dari
darah/jaringan
oleh serangga
penghisap darah

Penularan Metamorfosis
larva infektif mikrofilaria di
ke dalam dalam hospes
kulit hospes perantara
serangga
baru
Penyebab :
FILARIASIS Wucheriasis,
Wucheria
BANCROFTI elefantiasis
bancrofti
Lingkaran Hidup Filariasis
Bancrofti, Wucheriasis, Elefantiasis
• Hospes definitif adalah hanya manusia
• Penularan penyakit ini melalui nyamuk yang
sesuai
Lingkaran hidup
w.b.
W. Bancrofti
Menembus
kulit melalui
gigitan
nyamuk
Menembus
dinding limfe Larva ke pembuluh
dan aliran dan kelenjar limfe
darah

5 tahun 1 tahun

Mikrofilari
a
Cacing
meninggal Varises sal.
Limfe kaki dewasa
kan cacing
bagian
induknya bawah,
kelenjar ari-
ari,
epididimis
(♂) dan
labium (♀)
Patologi
Cacing dewasa hidup Pelebaran pembuluh
di pembuluh getah gb dan penebalan
bening aferen/sinus dinding pembuluh
kgb darah

Infiltrasi sel plasma, Kerusakan/inkompe


eosinofil, dan tensi katup
makrofag + proliferasi pembuluh getah
sel endotel bening

Obstruksi
Limfedema limfatik dan
fungsi limfatik ↓
Gejala Klinis

Obstruksi
(stadium
Peradangan lanjut)
(manifestas
i dini)
• Limfangitis
• limfadenitis
• Funikulitis
• Epididimitis
Stadium akut • orkitis

• Nyeri lokal
• Keras di daerah kelenjar limfe yang terkena dan
biasanya disetai demam, sakit kepala, lesu, dan
limfadenitis tidak nafsu makan

• Hidrokel
• Kiluria
Stadium • Limfedema
menahun • elephantiasis
• Karena filariasis bancrofti dapat
berlangsung beberapa tahun, maka ia dapat
mempunyai perputaran klinis yang berbeda-
beda.
• Oleh karena itu seringkali kita membaginya
berdasarkan gejala infeksi filaria yaitu:
• 1) bentuk tanpa gejala
• 2) filariasis dengan peradangan
• 3) filariasis dengan penyumbatan
Bentuk tanpa gejala
• Umumya di daerah endemik
• Pem. Fisik: hanya ditemukan pembesaran kelenjar life
terutama inguinal
• Pem darah : mikrofilaria dalam jumlah besar disertai
adanya eosinofilia
• Pada saaat cacing dewasa mati, mikrofilaria
menghilang tanpa pasien menyadari adanya infeksi

Filariasis dengan peradangan


• Limfangitis; terjadi di sekitar larva dan cacing dewasa
muda yang sdg berkembang → inflamasi eosinofil
akut.
Filariasis dengan penyumbatan
• Stadium menahun
• Terjadi jaringan granulasi proliferatif
• Terbentuknya varises saluran limfe
• Penyumbatan duktus torasikus atau
saluran limfe perut bagian tengah turut
mempengaruhi skrotum maupun
bagian luar alat kelamin wanita
Fenomena lain yang dapat
terjadi pada filariasis:
• Disebut Tropical pulmonary eosinophilia
• Disebabkan oleh respon imunoligik yang
berlebihan terhadap infeksi filaria.
• Sindrom ini ditandai dengan:
• Kadar eosinofil darah tepi yang sangat tinggi
• Gejala mirip asma
• Penyakit paru restriktif (kadang obstruktif)
• Kadar antibodi spesifik antifilaria sangat tinggi
• Respons pengobatan yang baik dengan terapi
antifilaria (DEC)
Limfedema tungkai dibagi dalam 4 tingkat
Tingkat 1

Edema pitting pada tungkai yang dapat kembali


normal (reversibel_ bila tungkai diangkat

Tingkat 2

Edema pitting/non pitting yang tidak dapat kembali


normal (irreversible) bila tungkai diangkat

Tingkat 3

Edema non-pitting, tidak dapat kembali normal bila


tungkai diangkat,kulit menjadi tebal

Tingkat 4

Edema non-pitting dengan jaringan fibrosis dan


verukosa pada kulit (elefantiasis
Diagnosis
• Diagnosis pasti hanya dapat diperoleh melalui pemeriksaan
parasit dan hal ini cukup sulit.
• Cacing dewasa yang hidup di kelenjar getah bening sulit
dijangkau sehingga tidak dapat dilakukan pemeriksaan parasit.
• Mikrofilaria dapat ditemukan di dalam darah, cairan hidrokel
atau cairan tubuh lainnya
• Banyak individu terinfeksi yang tidak mengandung mikrofilaria
sehingga diagnosis pasti sulit ditegakkan
Diagnosis
• ADT
Mikroskopik

Membran Filtrasi
• ELISA
Antigen W. bancrofti • ICT

Serologi antibodi

Pencitraan limfoskintigrafi

USG Dopler

PCR
Diagnosis (1) : Mikroskopik
• Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan leukositas dengan
eosinofilia 10-30%
• Di sebagian belahan dunia, mikrofilaria aktif pada malam hari
terutama dari jam 10 malam sampai jam 2 pagi. Namun di
beberapa daerah Asia dan pasifik timbulnya subperiodik, yaitu
timbul hampir sepanjang hari dengan puncak beberapa kali
sehari.
• Oleh karena itu pengambilan spesimen darah untuk pemeriksaan
mikrofilaria harus sesuai dengan puncaknya mikrofilaria aktif di
dalam darah
• Mikrofilaria dapat ditemukan dengan pengambilan darah tebal
atau tipis yang dipulas dengan pewarnaan Giemsa atau Wright
• Spesimen darah yang diambil lebih baik dari kapiler dibanfing
dengan darah vena.
Diagnosis (2) : membran
filtrasi
• Keuntungan : dapat dsimpan dalam waktu lama
• Karena menggunakan formalin maka dapat dilakukan fiksasi
mikrofilaria dalam darah dan pembuangan mikroorganisme
yang tidak diinginkan seperti HIV, hepatitis B dan C.
• Pada episode akut, filariasis limfatik harus dibedakan dengan
tromboflebitus, infeksi dan trauma.
• Limfangitis retrogard merupakan gambaran khas yang
membantu membedakannya dari limfangitis bakterial yang
bersifat asendens.
Diagnosis (3) : pemeriksaan
antigen
• Sensitivitas ELISA dan ICT berkisar 96 - 100% dan spesifitas
mendekati 100%
• Teknik pemeriksaan: menggunakan antibodi monoklonal, yaitu
AD12 dan Og4C3.
• Sampai saat ini pemeriksaan untuk mendeteksi antigen Brugia
belum tersedia.
Diagnosis (4): pemeriksaan
serologi antibodi
• Spesifitasnya rendah
• Hal ini disebabkan oleh adanya reaksi silang dengan parasit
yang lain
• Selain itu hasi yang didapatkan juga tidak dapat membedakan
antara infeksi saat ini dan infeksi lampau.
• Saat ini telah dikembangkan pemeriksaan serologi yang
spesifik untuk W. bancrofti yaitu menggunakan antibodi
subklas Ig4. namun sensitifatasnya lebih rendah dibandingkan
dengan pemeriksaan parasitologi lain (90-95%)
Diagnosis (5) : pencitraan
limfoskintigrafi
• Kegunaan:
1) Dapat menunjukkan alur aliran limfe
2) Evaluasi kecepatan aliran limfe, kecepatan absorbsi, dari
tempat injeksi, mengukur waktu akumulasi tracer di daerah
kelenjar limfe
3) Menunjukkan kelenjar limfe
4) Menunjukkan pusat inflamasi dengan jaringan lunak dan
kelenjar yang baru terbentuk pada proses inflamasi menahun
5) Menemukan kerusakan trauma saluran limfe
6) Membedakan edema tungkai limfe, trauma mekanik tungkai
bawah
7) Mengikuti proses perubahan oliterasi limfe
Diagnosis (6) : USG Dopler
• Pada kasus filariasis limfatik, pemeriksaanUSG Dopler skrotum
pada pria dan payudara pada wanita memperlihatkan adanya
cacing dewasa yang bergerak aktif di dalam pembuluh getah
bening yang mengalami dilatasi
• Cacing dapat dilihat di pembuluh getah bening korda
spermatika hampir pada 80% pria
• Cacing dewasa hidup memberikan gambaran khas di dlam
pembuluh darah, dikenal dengan filaria dance sign
Diagnosis (7) : pemeriksaan
PCR
• Untuk mendeteksi DNA W. Bancrofti
• Beberapa studi menyebutkan bahwa metode ini hampur sama
bahkan lebih tinggi sensitivitasnya dibanding metode
parasitologik
Penyebab :
FILARIASIS
Brugia
MALAYI
malayi
Lingkungan Hidup
• Hospes definitif : manusia
• Periodisitas mikrofilaria B.malayi : periodik nokturna,
subperiodik nokturna atau nonperiodik
• Hospes perantara : nyamuk Mansonia, Anopheles, dan
Amiferes
• Dalam tubuh nyamuk mikrofilaria tumbuh menjadi larva
infektik dalam waktu 6-12 hari
• Ada peneliti yang menyebutkan: masa pertumbuhannya di
dalam nyamuk ±10 hari dan pada manusia ± 3 bulan
• Di dalam tubuh manusa dan nyamuk perkembangan parasit ini
sama dengan W. bancrofti
Epidemiologi
• Penyebaran geografis : Srilangka, Indonesia, Filipina, India
Selatan, Asia, Tiongkok, Korea, dan sebagian kecil di Jepang.
• Daerah penyebarannya si dataran sesua dengan tempat hidup
nyamuk Mansonia
• Di daerah rendh dengan banyak kolam yang bertanaman
pistia.
• Penyakit ini terdapat di luar perkotaan bila vektornya adalah
Mansonia, dan bila vektornya adalah anopheles terdapat di
daerah perkotaan dan sekitarnya.
Patogenesis dan Gejala Klinis
• Filariasis malayi mempunyai gejala klinis khas dengan
adanya limfadenopati superfisisal dan dengan eosinofilia
yang tinggi (7-10%)
• Stadium akut ditandai dengan serangan demam dan
gejala peradangan saluran dan kelejar limfe, yang hilang
timbul.
• Limfadenitis biasanya mengenai kelenjar limfe inguinal di
satu sisi dan peradangan ini sering timbul setelah pasien
bekerja berat. Kadang-kadang peradangan pada kelenjar
limfe ini menjalar ke bawah, mengenai saluran limfe dan
menumbulkan limfangitis retrogard, yang bersifat khas
untuk filariasis.
• Peradangan saluran limfe ini dapat menjalar ke daerah
sekitarnys dan menimbulkan infilrasi pada seluruh paha
atas.
• Pada stadium ini tungkai bawah biasanya ikut
membengkak dan menimbulkan gejala limfedema.
• Limfadenitis dapat pula berkembang menjadi bisul,
pecah, dan menjadi ulkus.
• Ulkus pada pangkal paha ini bila sembuh meninggalkan
bekas sebagai jaringan parut,dan tanda ini merupakan
salah satu gejala objektif filariasis limfatik.
• Pembesaran kelenjar limfe ini juga dapat dilihat sebagai
tali yang memanjang yang merupaksn salah satu tanda
lain yang penting untuk filariasis malayi
• Pada filariasis brugia, elefantiasis hanya
mengenai tungkai bawah, di bawah lutut,
atau kadang-kadang lengan bawah di
bawah siku
• Sistem limfe alat kelamin tidak pernah
terkena kecuali bila filariasis brugia terjadi
yang bersamaan dengan filariasis bancrofti
Diagnosis
• Diagnosis pada filariasis malayi sama seperti
diagnosis pada W.bancrofti.
• Namun pada filariasis malayi, pemeriksaan
imunologis tidak dapat dilakukan untuk
mendeteksi adanya mikrofilaria.
• Selain itu pemeriksaan radiologis juga jarang
dilakukan pada filariasis malayi
Pencegahan & Pengobatan
• Prinsip pengobatan filariasis malayi hampir sama dengan
pengobatan pada W.bancrofti.
• DEC dengan dosis 6 mg/KgBB/hari selama 6 hari.
• Kepustakaan lain: DEC dosis 5 mg/KgBB/hari selama 10 hari.
• Untuk pengobatan massala, pemberian dosis standar dan dosis
tunggal tidak dianjurkan.
• Yang dianjurkan adalah pemberian dosis rendah jangka panjang (100
mg/minggu selama 40 minggu) atau garam DEC 0,2-0,4% selama 9-
12 bulan.
• Pencegahan terhadap vektor ini dengan cara memberantas vektor
nyamuk tersebut dan menyingkirkan tanaman Pistia stratiotes
dengan Fenoxoilen 30 gram merupakan obat murah dan memuaskan
terhadap tumbuhan air ini.
Penyebab :
FILARIASIS FILARIA
TIMORI TIPE
TIMORI
FILARIASIS TIMORI
E
P TIMOR
I
D
E
M
I PULAU ROTE
O
L
O
G BEBERAPA PULAU DI
I
SEKITARNYA
• Cacing dewasa hidup di dalam saluran dan kelenjar limfe
• Vektornya : Anopheles barbirostostis.
• Mikrofilarianya menyerupai mikrofilaria Brugia malayi,
yaitu lekuk badannya patah-patah dan susunan intinya
tidak teratur, perbedaannya terletak dalam:
1) Panjang kepala sama dengan 3 x lebar kepala
2) Ekornya mempunyai 2 inti tambahan,yang ukurannya
lebih kecil daripada inti-inti lainnya dan letaknya lebih
berjauhan bila dibandingkan dengan letakinti tambahan
B.malayi
3) Sarungnya tidak mengambil warna pulasan Giemsa
4) Ukurannya lebih panjang daripada mikrofilaria Brugia
malayi. Mikrofilaria bersifat periodik nokturnal
Gejala Klinis, Diagnosis dan
Pengobatan
• Gejala klinis, diagnosis dan pengobatan filariasis
timori menyerupai B.malayi.

Anda mungkin juga menyukai