Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

FILARIASIS ( KAKI GAJAH )


A. Definisi
Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang
ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah bening, Penyakit ini bersifat menahun
(kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa
pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.
(Witagama,dedi.2009)
B. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh 3 spesies cacing filarial : Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi,
Brugia Timori. cacing ini menyerupai benang dan hidup dalam tubuh manusia terutama dalam
kelenjar getah bening dan darah. infeksi cacing ini menyerang jaringan viscera, parasit ini
termasuk kedalam superfamili Filaroidea, family onchorcercidae.
Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia selama 4 - 6 tahun dan dalam tubuh
manusia cacing dewasa betina menghasilkan jutaan anak cacing (microfilaria) yang beredar
dalam darah terutama malam hari.
C. Tanda dan gejala
Filariasis memiliki gejala dan tanda akut serta kronis. Biasanya gejala filariasis akut ditandai
dengan:
1) Demam
Demam biasanya terjadi selama 3 sampai 5 hari. Demam juga biasanya akan muncul secara
berulang. Ketika akan mengistirahatkan tubuh, demam akan hilang. Namun, ketika melakukan
berbagai kegiatan berat, demam akan kembali muncul.
2) Kedinginan
Selain demam, biasanya akan merasa kedinginan atau meriang. Kondisi ini biasanya kambuhan
dan diikuti dengan demam.
3) Sakit kepala
Filariasis kronis juga ditandai dengan sakit kepala. Rasa sakit ini umumnya cukup sering muncul
berbarengan dengan demam.
4) Pembengkakan kelenjar getah bening
Pembengkakan ini biasanya muncul di daerah lipatan paha dan ketiak. Umumnya,
pembengkakan ini akan terlihat kemerahan, terasa panas, dan nyeri.
5) Radang saluran kelenjar getah bening
Biasanya kondisi ini ditandai dengan rasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal ke arah
ujung kaki atau lengan..
6) Abses filarial
Abses filarial adalah kondisi saat kelenjar getah bening yang membengkak pecah dan
mengeluarkan darah serta nanah. Kondisi ini menandakan bahwa infeksi mulai menyebar.
7) Pembengkakan dini
Pada filariasis kronis, tungkai, lengan, buah dada, dan skrotum akan terlihat kemerahan dan
sedikit membengkak. Selain itu, juga akan merasakan sensasi panas di beberapa bagian.
Sementara itu, untuk gejala filariasis kronis, mengalami pembengkakan yang permanen dengan
ukuran cukup besar pada: Kaki, Kelamin, Payudara, dan Lengan. Bagian tubuh yang terinfeksi
akan membengkak, terasa nyeri, dan kehilangan fungsi secara bertahap akibat infeksi pada
sistem limfatik (limfedema). Selain itu, kulit tubuh Anda juga biasanya akan terpengaruh dan
ditunjukkan dengan berbagai gejala seperti: Kering, Tebal, Luka, Berwarna lebih gelap dari
biasanya, dan Berbintik-bintik.
Penyakit ini cukup sulit terdeteksi pada awal kemunculannya. Pasalnya, gejala yang dirasakan
biasanya cukup samar dan mirip dengan masalah kesehatan lainnya, seperti demam, kedinginan,
sakit kepala, hingga lesi kulit.
Biasanya, gejala jelasnya baru akan muncul dan ditunjukkan saat cacing dewasa mati dan
sistem getah bening rusak. Umumnya, kondisi ini sudah masuk tahap kronis. Oleh karena itu,
penting untuk Anda menyadari tanda-tanda atau gejala-gejala tak biasa pada tubuh apalagi jika
sudah terjadi terus-menerus.
C. Penyebab
Kaki gajah disebabkan oleh cacing berukuran mikroskopik dan dapat ditularkan dari satu orang
ke orang lainnya melalui gigitan nyamuk. Nyamuk akan terinfeksi dengan larva cacing gelang
ketika mengambil makanan dari makanan atau darah manusia yang memilikinya. Kemudian,
nyamuk akan menggigit orang lain sehingga membuat larva cacing masuk ke aliran darah orang
tersebut. Dari aliran darah, larva akan berpindah ke sistem limfatik dan mengendap di dalamnya.
Saat sistem limfatik rusak dan tersumbat akibat cacing, berbagai organnya otomatis tidak bisa
bekerja dengan maksimal. Padahal, sistem limfatik bertanggung jawab untuk membuang limbah
dan racun. Akibatnya, cadangan cairan limfatik menumpuk di dalam tubuh dan menyebabkan
pembengkakan yang cukup parah.
D. Patofisiologi
Patofisiologi kaki gajah, disebut juga sebagai filariasis limfatik atau elephantiasis, berupa siklus
hidup pada manusia dan nyamuk serta patogenesis terjadinya penyumbatan saluran limfa dan
limfedema akibat larva filaria.
a) Infeksi pada Manusia dan Transmisi ke Nyamuk
Pada tubuh manusia, cacing jantan dan betina dewasa hidup di saluran limfatik di mana
terjadi perkawinan dan cacing betina menghasilkan mikrofilaria. Mikrofilaria secara periodik
bergerak ke pembuluh darah tepi. Mikrofilaria yang terhisap oleh nyamuk vektor masuk ke
lambung, melepaskan sarungnya di dalam lambung, menembus dinding lambung, dan bersarang
di jaringan otot/lemak toraks nyamuk. Terdapat 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex,
Mansonia, dan Armigeres yang dapat berperan sebagai vektor filariasis. Masa pertumbuhan
parasit dalam nyamuk kurang lebih 2 minggu.
b) Siklus Hidup pada Nyamuk dan Transmisi ke Manusia
Awalnya parasit ini memendek, bentuknya menyerupai sosis (larva stadium 1). Dalam waktu
1 minggu larva ini bertukar kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan panjang disebut larva
stadium 2. Larva kemudian bertukar kulit sekali lagi, tumbuh semakin panjang dan kurus yang
disebut larva stadium 3. Larva stadium 3 merupakan bentuk yang infektif. Larva infektif ini
bermigrasi menuju proboscis / alat tusuk nyamuk. Bila nyamuk yang mengandung larva stadium
3 ini menggigit manusia, maka larva tersebut secara aktif masuk ke dalam tubuh hospes dan
bersarang di saluran limfe setempat. L3 berkembang menjadi larva stadium 4 dan stadium 5 saat
bermigrasi menuju saluran limfe, dan berkembang menjadi cacing dewasa di dalam saluran
limfe. Perkembangan dari mulai masuknya L3 ke tubuh manusia hingga menjadi cacing dewasa
berlangsung selama 3-36 bulan. Cacing dewasa dapat hidup selama 4-6 tahun.

Sumber: AJ da Silva, M Moser, PHIL CDC, 2003.


E. Diagnosis
Diagnosis kaki gajah, ditegakkan lewat identifikasi mikrofilaria pada apusan darah tepi. Pada
masa awal infeksi, diagnosis filariasis sulit untuk ditegakkan karena gejala klinis yang tidak khas
atau bahkan asimtomatik. Mayoritas infeksi filariasis asimtomatik sampai usia dewasa. Limfatik
filariasis baru menjadi simtomatik saat terjadi kerusakan sistem limfatik subklinis, dan sebesar
40% menderita gagal ginjal dengan proteinuria dan hematuria. Diagnosis sebaiknya ditegakkan
pada saat fase akut agar tata laksana dapat segera diberikan sehingga tidak terjadi elephantiasis
yang bersifat irreversibel. Diagnosis ditegakkan lewat anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang definitif, yaitu ditemukannya mikrofilaria dalam apusan darah.
a) Anamnesis
Perjalanan penyakit filariasis limfatik dibagi menjadi 3 fase, asimtomatik, akut, dan kronis.
b) Fase Asimtomatik
Fase awal terinfeksi mikrofilaria biasanya asimtomatik karena cacing belum menjadi
dewasa/mati dan menginisiasi reaksi inflamasi di saluran limfatik. Pada fase ini, gejala bisa
muncul apabila jumlah mikrofilaria sangat banyak dan menyebabkan inflamasi granuloma akut
atau kronis akibat destruksi limfa. Hematuria juga dapat terjadi karena mikrofilaria menyebabkan
kerusakan ginjal.
c) Fase Akut
Anamnesis pada pasien dengan filariasis akut pada umumnya dapat ditemukan demam filarial
disertai pembengkakan kelenjar getah bening. Demam filarial biasanya berulang selama 3-5 hari.
Pembengkakan kelenjar getah bening dapat ditemukan di daerah lipatan paha, ketiak yang
tampak kemerahan, panas, dan nyeri. Abses filarial dapat terjadi akibat seringnya pembengkakan
kelenjar getah bening, abses dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah. Limfedema dini
dapat ditemui dengan gejala pembesaran tungkai, lengan, buah dada, kantung buah zakar yang
terlihat kemerahan dan terasa panas. Pada wanita dapat terjadi mastitis, sedangkan pada laki-laki
gejala yang timbul dapat berupa orkitis, epididimoorkitis, dan funikulitis. Gejala ini biasanya
timbul dalam 6 bulan hingga 1 tahun pertama terinfeksi. Walau umumnya terjadi pada fase
kronis, serangan awal adenitis dermatolimangio akut (ADLA) dapat terjadi pada fase akut.
Gejala yang timbul berupa demam, sakit kepala, nyeri di kelenjar getah bening yang terinfeksi,
dan muntah. Pada kasus yang berbahaya dapat terjadi toksemia, gangguan urinarius, hingga
gangguan kesadaran.
d) Fase Kronis
Gejala dan tanda klinis filariasis kronis meliputi limfedema atau pembesaran yang menetap pada
tungkai, lengan, buah dada, dan hidrokel. Filariasis W. bacrofti biasanya menyebabkan
limfedema pada ekstremitas, genital, dan buah dada. Sedangkan filariasis oleh B. malayi hanya
menyebabkan limfedema pada tungkai bawah dan/atau atas tanpa disertai pembengkakan genital
atau buah dada. Gejala ini disebabkan oleh cacing dewasa yang menggumpal mengakibatkan
limfadenitis dan limfangitis retrograde disusul dengan obstruktif menahun. Limfedema yang
diikuti dengan fibrosis jaringan adiposa sekitar akan menyebabkan dermatosklerosis yang
menyebabkan kulit berlipat-lipat, timbul nodul dan kutil, papilomatosis, hiperpigmentasi, dan
hipertrikosis. Selain itu, stasisnya cairan limfatik dapat menyebabkan ruptur limfe sehingga
terjadi chyluria, chylocele, chyloascitis, dan chylotoraks.

Manifestasi lain dari filariasis kronis adalah adenitis dermatolimfangio akut (ADLA). Adenitis
dermatolimfangio akut adalah serangan akut berulang pada inflamasi kronis akibat limfedema.
Limfedema menyebabkan terganggunya aliran sistem limfatik dan membuat sistem imun tubuh
menjadi lemah. Hal ini menyebabkan penderita gampang terkena infeksi sekunder oleh bakteri
atau jamur. Gejala yang muncul biasanya demam mendadak dan limfadenopati yang terasa nyeri.
Gejala akan hilang dalam ± 1 minggu namun dapat terjadi rekurensi.
e) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik filariasis meliputi pemeriksaan kelenjar getah bening umum, serta
pemeriksaan testis dan tes transiluminasi untuk menilai adanya hidrokel. Penting untuk
memeriksa entry lesions infeksi pada lipatan kulit limfedema untuk mencegah ADLA.
f) Pemeriksaan Fisik Limfedema dan Elephantiasis
Pemeriksaan fisik limfedema dan elephantiasis perlu dilakukan penilaian staging deformitas
berdasarkan rekomendasi WHO:
1) Stadium 1 : Limfedema bersifat reversibel semalam
2) Stadium 2 : Limfedema ireversibel, kulit masih tampak normal
3) Stadium 3 : Limfedema ireversibel, terdapat penebalan lipatan dangkal pada kulit
4) Stadium 4 : Limfedema ireversibel disertai dengan benjolan dan cekungan pada kulit
5) Stadium 5 : Limfedema ireversibel dengan lipatan yang dalam (dasar lipatan dapat
terlihat jika dipisahkan dengan jari)
6) Stadium 6 : Limfedema ireversibel dengan kaki tampak sangat besar dan berbenjol-benjol
/ mossy foot
7) Stadium 7 : Limfedema ireversibel yang menyebabkan kesulitan melakukan pekerjaan
sehari-hari

g) Pemeriksaan Hidrokel
Pada inspeksi umum, dapat ditemukan hidrokel unilateral atau bilateral. Tanda kardinal hidrokel
meliputi pembengkakan skrotum, pada palpasi terdapat cairan dan dapat dibuktikan dengan tes
transiluminasi. Pada hidrokel dengan komplikasi, dapat ditemukan piokel dan hematokel yang
dapat menyebabkan tes transiluminasi negatif.
h) Diagnosis Banding
Diagnosis banding filariasis limfatik antara lain adalah limfosarkoma, limfedema kongenital
(Sindrom Milroy), malignansi dari struktur pelvis, kista epididimal (spermatocele), dan
podoconiosis.
i) Limfosarkoma
Limfosarkoma memiliki gejala pembesaran kelenjar getah bening yang terasa nyeri. Massa
neoplasma ini dapat menyebabkan obstruksi limfatik serta infiltrasi ke jaringan sekitar. Gejala
limfosarkoma meliputi anoreksia, edema tungkai (karena limfadenopati pelvis), sesak napas,
demam, keringat malam, dan penurunan berat badan.
j) Limfedema Kongenital (Sindrom Milroy)
Sindrom Milroy adalah kondisi gangguan sistem limfatik bawaan karena mutasi genetik FLT4
yang menyebabkan saluran limfe menjadi lebih kecil atau bahkan tidak terbentuk. Limfedema
biasanya bersifat bilateral dan lama kelamaan semakin memburuk. Limfedema terjadi pada
ekstremitas bawah setelah lahir atau berkembang perlahan selama infantum.
k) Malignansi dari Struktur Pelvis
Keganasan yang berasal dari ruang pelvis atau metastasis ke ruang pelvis dapat menyebabkan
limfadenopati inguinal dan limfedema. Pada wanita, kemungkinan kanker berasal dari serviks,
uterus, ovarium. Selain itu kanker tulang, kolon, rektum juga dapat mengalami metastasis ke
sistem limfatik di sekitarnya dan menyebabkan limfedema yang menyerupai gambaran
limfedema pada filariasis. Limfedema juga dapat terjadi setelah pembedahan pada pelvis.
l) Kista Epididimal / Spermatocele
Spermatocele adalah akumulasi kista sperma pada epididimis. Pada pemeriksaan fisik dapat
ditemukan benjolan lunak berbatas tegas pada skrotum. Pada pemeriksaan transiluminasi
didapatkan hasil positif. [6,21]
m) Podoconiosis
Podoconiosis merupakan elephantiasis nonfilarial. Podoconiosis biasa terjadi bilateral namun
asimetris pada ekstremitas bagian bawah. Podoconiosis disebabkan oleh reaksi inflamasi
terhadap tanah merah vulkanik. Gejala yang timbul didahului dengan gatal dan sensasi terbakar
pada kaki, kemudian diikuti dengan edema plantar, hiperkeratosis, dan jari-jari kaki kaku. Lama
kelamaan terjadi edema tungkai. Perbedaan dengan filariasis limfatik adalah podoconiosis
dimulai dari telapak kaki kemudian berprogresi naik hingga lutut namun tidak sampai inguinal.
Sebaliknya, gejala filariasis limfatik dimulai dari inguinal yang menjalar menjadi pembengkakan
ekstremitas bawah.
n) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang definitif pada filariasis adalah menemukan mikrofilaria pada apusan
darah tepi pengambilan darah malam hari. Pemeriksaan lainnya adalah strip tes deteksi
antigen/antibodi cacing. Tes ini lebih mudah dilakukan karena tidak harus dilakukan
pengambilan darah pada malam hari, dan hasilnya yang cepat. Selain itu, dapat dilakukan deteksi
DNA mikrofilaria pada darah manusia lewat metode PCR (Polymerase Chain Reaction).
o) Sediaan Apusan Darah Tepi
Pemeriksaan apusan darah tepi (ADT) diambil dari darah ujung jari pasien pada malam hari
pukul 22.00-02.00. Apusan darah tebal kemudian diberi pewarna Giemsa atau hematoxylin dan
eosin, lalu dilihat di bawah mikroskop. Metode ini merupakan metode pilihan karena tidak mahal
dan mudah dilakukan. Jika ditemukan mikrofilaria nyamuk sesuai dengan morfologinya, maka
diagnosis filariasis dapat ditegakkan. Pemeriksaan ini juga digunakan sebagai evaluasi program
eliminasi filariasis. Mikrofilaria W. bancrofti dan Brugia malayi memiliki sarung yang menyerap
pewarna, mikrofilaria Brugia timori tidak menyerap pewarna. W. bancrofti tidak memiliki
nuklei pada ekornya, sedangkan spesies Brugia memiliki nuklei pada ujung ekornya.
Pemeriksaan ADT memiliki sensitivitas 91.42% dan spesifisitas 88.57%.
p) Deteksi Antigen Filaria
Deteksi antigen filaria dapat dilakukan lewat sediaan darah perifer dengan atau tanpa
mikrofilaria. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai respons terapi. Terdapat 2 jenis
pemeriksaan antigen filaria, yaitu secara kuantitatif (Og4C3 monoclonal antibody-based ELISA)
dan secara kualitatif (immunochromatographic / ICT). Kedua pemeriksaan ini lebih sensitif
dibandingkan dengan ADT. Namun jika dibandingkan antara ELISA dan ICT, ELISA masih
lebih sensitif daripada ICT.
q) Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi dapat digunakan untuk mendiagnosis filariasis dengan menemukan
cacing dewasa pada saluran limfatik. Pada pasien risiko tinggi (misalnya hidup di daerah
endemis filaria), tanda ‘filaria dance’ yang ditemukan pada USG bisa mengarah pada gerakan
cacing filaria. Namun, pada pasien tanpa faktor risiko, ‘filaria dance’ merupakan tanda obstruksi
epididymis.
r) Laboratorium
Penemuan dalam pemeriksaan laboratorium adalah meningkatnya hitung jenis eosinophil.
Namun, apabila sudah terdapat limfedema dan berlangsung kronis, hasil laboratorium bisa saja
normal.
F. Penatalaksanaan Kaki Gajah
Penatalaksanaan kaki gajah bertujuan untuk memberantas penyakit ini dan dilakukan melalui dua
pilar kegiatan yaitu pemutusan mata rantai penularan filariasis dan pencegahan kecacatan.
Pemutusan mata rantai penularan dilakukan dengan pemberian obat pencegahan massal (POPM)
di daerah endemis sekali setahun selama 5 tahun berturut-turut. Pencegahan kecacatan dilakukan
dengan penatalaksanaan filariasis mandiri, berupa edukasi cara perawatan limfedema secara
mandiri disertai dengan kunjungan lapangan secara teratur.
G. Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis
POPM filariasis bertujuan untuk mengeliminasi filariasis dengan mencegah penularan dari
penderita kepada calon penderita filariasis. Obat yang saat ini digunakan untuk pengobatan
massal berdasarkan kesepakatan global di bawah arahan WHO adalah diethylcarbamazine (DEC)
ditambah albendazole, diberikan dosis tunggal sekali setahun selama 5 tahun berturut-turut di
daerah endemis filariasis. DEC memiliki efek membunuh mikrofilaria, sedangkan albendazole
dipakai untuk membunuh filarial dewasa. Dosis DEC 6 mg/kgBB dan dosis albendazole 400 mg,
keduanya diberikan sebagai dosis tunggal sekali setahun selama 5 tahun berturut-turut.
A) Contoh konsep asuhan keperawatan
LAPORAN KASUS
Ibu S. Usia 40 tahun, agama Islam, alamat tinggal lorong Mawar no 30 Jambi, pekerjaan Ibu
Rumah Tangga. Masuk RS pada tanggal 20/10/2019, diruang perawatan penyakit dalam kelas
III/A. Dengan keluhan demam berulang-ulang selama 4 hari, demam hilang bila istirahat dan
demam akan muncul kembali ketika bekerja berat. Klien selalu bertanya kepada perawat tentang
penyakit yang dideritanya. Klien tampak cemas. Klien juga mengatakan terasa panas dan sakit
menjalar dari pangkal kaki kearah ujung kaki dan klien mengatakan nyeri semakin terasa jika
kaki yang sakit dibawa bergerak. Klien mengatakan kakinya yang sakit tampak lebih besar dari
yang satunya. Saat pengkajian didapat klien masih mengeluh demam dan Wajah klien tampak
memerah, klien juga mengeluh terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki keujung
kaki, skala nyeri 7. Nyeri terasa berulang-ulang, nyeri tekan (+), non piting oedema (+), klien
tampak meringis ketika berjalan. data yang di dapat ukuran tungkai kaki klien 30cm.Dari
pemeriksaan TTV TD : 130/60 mmHg, RR : 24 x/i, N : 110 x/i, S : 38,5°C. Dari hasil
pemeriksaan darah diperoleh data Hb 10,8 gr/dl, Leukosit 9500/mm3;.Dari pemeriksaan darah
jari kaki ditemukan parasit mikrofilaria inti tubuh teratur, ujung ekor runcing dan tidak berinti
dan selubung tubuh transparan.
Pengkajian
a. Unit: Perawatan Penyakit Dalam
Tanggal masuk : 20 Oktober 2019
Ruang /kamar : III / A
1. Identitas klien
a. Nama : Ibu S
b. Umur : 40 tahun
c. Jenis kelamin : perempuan
d. Agama : islam
e. Suku/bangsa : Indonesia
f. Alamat : Lrg. Mawar
Penanggung Jawab
a. Nama : Tn. A
b. Alamat rumah :Lrg. Mawar
c. Hubungan dengan klien : suami
2. Data medik
Diagnosa Medik
Saat masuk : Filariasis
Saat pengkajian : Filariasis
3. Alasan masuk rumah sakit
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan demam berulang-ulang selama 4 hari, demam hilang bila
istirahat dan demam akan muncul lagi ketika bekerja berat.
4. Riwayat kesehatan saat ini
Klien merasakan nyeri, panas, dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki kearah ujung kaki
dengan skala nyeri , nyeri terasa berulang-ulang
5. Riwayat kesehatan masa lalu
1. penyakit yang pernah diderita : tidak ada
2. pernah dirawat : tidak ada
3. pernah dioperasi : tidak
4. alergi terhadaap obat : tidak ada
6. Riwayat kesehatan keluarga
a. Genogram :tidak ada
b. Penyakit yang pernah diderita : tidak ada
c. Kesehatan orang tua : baik
d. Saudara kandung : baik
e. Hubungan keluarga dengan klien : baik
7. Faktor resiko penyakit tertentu dalam keluarga (kanker, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit
jantung, epilepsy, TBC) : tidak ada
8. Kebiasaan Sehari-hari
Nutrisi-Cairan
Keadaan sejak sakit
a) Nafsu makan : baik
b) Frekuensi makan : 3x/sehari
c) Jumlah makan yang masuk : satu piring
d) Diet : tidak ada
e) Ketaatan terhadap diet tertentu : tidak ada
f) Mual/enek : tidak ada
g) Muntah : tidak ada
h) Nyeri ulu hati : tidak ada
i) Jumlah minum/24 jam : 600 ml/24 jam
j) Jenis minum : susu formula, air putih
k) Keluhan makan dan minum : tidak ada
2. Eliminasi
Keadaan sejak sakit
a a). Frekuensi BAB/24 jak : 1x/24 jam
b). Waktu BAB : pagi
c). Warna feses : kuning
d). Konsistensi : semi solid
e). Bentuk feses : lunak
f). Penggunaaan pencahar : tidak ada
g). Keluhan BAB : tidak ada
h). Frekuensi BAK/24 jam : 4-6x/24 jam
i). Warna urine : kuning
j). Volume urine : 200-300 ml
k). Bau urine : khas
l). Melena : tidak ada
m). Konstipasi : tidak ada
n). Kolostomi : tidak ada
o). Sering menahan BAK : tidak
p). Keluhan BAK : tidak ada
3. Tidur istirahat
keadaan sejak sakit
a) Tidur siang : tidak ada
b) Bila ya berapa jam :-
c) Tidur malam : 4 jam
d) Kebisaan sebelum tidur : minum susu
e) Keluhan tidur : sering terbangun(nyeri)
f) Ekspresi wajah mengantuk : ada
g) Banyak menguap : ada
Data Psikologis
a) Persepsi tentang penyakit : tidak mengetahui penyakit
b) Suasana hati : sedih
c) Daya konsentrasi : kurang
d) Koping : baik
e) Konsep diri : baik

8 Pemeriksaan fisik
1. Keadan sakit : klien tampak sakit pada kaki
Alasan : klien masih dapat berinteraksi dengan baik,hanya terkadang tampak meringis saat
nyeri pada kakinya kembali dirasakan.
2. Tanda tanda vital :
a. Kesadaran
1) Kualitatif : kompos mentis
2) Kuantitatif : Glaslow coma scale
Respon motorik ( M ) :6
Respon verbal ( V ) :5
Respon eyes ( E ) :4
Jumlah : 15
Kesimpulan : Composmentis
b. Nadi
Frekuensi : 110 x/menit
Irama : Teratur
c. Suhu :38,50C daerah Axila
3). Kepala
a. Bentuk kepala : simetris asimetris
b. Cephalon hematome : tidak ada
c. Warna rambut : hitam
d. Keadaan rambut : baik
e. Kulit kepala : kotor dan bau
f. Lesi : bersih ketombe
g. Bengkak/benjolan : tidak ada
h. Nyeri/pusing : tidak ada
i. Keluhan lain : tidak ada

4). Mata/Penglihatan
a. Ketajaman penglihatan : baik
b. Alis : tebal dan lebat
c. Simetris : ya
d. Sclera : putih dan jernih kebiruan kuning/ikterik
e. Pupil : baik
f. Konjungtiva : anemis
g. Bola mata : baik
h. Gerakan bola mata : baik
i. Lapang pandang : baik
j. Kornea dan iris : baik
k. Peradangan : tidak ada
l. Keluhan penglihatan : tidak ada

5. Hidung/penciuman
a. Ukuran : kecil
b. Bentuk : mancung
c. Kesimetrisan : simestris
d. Warna : kemerahan
e. Fungsi penciuman : baik
f. Perdarahan : tidak ada

6. Telinga pendengaran
a. Warna : merah muda
b. Lesi : tidak ada
c. Cerumen : dalam batas normal
d. Membran timpani : baik
e. Fungsi pendengaran : baik
f. Nyeri : tidak ada

7. Pengecapan
a. Warna lidah : merah muda
b. Kelembapan lidah : lembab
c. Keadaan lidah : normal
d. Caries : tidak ada
e. Keadaan gusi : normal
f. Fungsi pengunyah : belum sempurna
g. Fungsi mengecap : normal
h. Fungsi bicara : normal
i. Bau mulut : normal
j. Reflek menelan : baik
8. Dada/pernafasan
a. bentuk : simetris
b. suara nafas : tidak ada bunyi tambahan
c. perkusi dada : bronkovesikuler
d. ekspansi paru : baik
e. batuk : tidak ada
f. sputum : tidak ada
g. nyeri dada : tidak ada
h. pergerakan ronggga dada : retraksi
9. kardiovaskuler
a. Ukuran jantung : normal
b. Bunyi jantung I : normal (lup)
c. Bunyi jantung II : normal (dup)
d. Bunyi jantung tambahan : tidak ada
e. Nyeri dada : tidak ada
f. Palpitasi : tidak ada
g. Edema : tidak ada
h. Jari-jari tabuh : tidak ada
10. Abdomen/pencernaan
a. bising usus : 10X/menit
b. keadaan hepar : normal
c. keadaan limfa : normal
d. nyeri tekan : tidak ada
e. benjolan-benjolan : tidak ada
f. ascietas : tidak ada
11. Muskuloskeletal
a. Kekuatan otot :2
b. Tonus otot : buruk
c. Kaku sendi : ada
d. Atropi : tidak ada
e. Trauma/lesi : tidak ada
f. Nyeri : panas dan sakit pada bagian pangkal sampai ujung kaki
g. Kecacatan/deformitas : tidak ada
h. Eksermitas atas : baik
i. Ekstermitas bawah : kaki klien tampak besar sebelah, nyeri tekan (+), non piting edema (+),
klien mengatakan panas dan sakit yang menjalar dari pangkal hingga ujung kaki. Klien tampak meringis
ketika berjalan, nyeri bertambah saat kaki klien bergerak.
12. Keadaan neurologi
a. Tingkat kesadaran : komposmetis
b. Koordinasi : baik
c. Memory/daya ingat : baik
d. Orientasi ( tempat, orang, waktu ) : baik
e. Tremor : tidak ada
f. Gangguan motorik/ lumpuh : tidak ada
g. Kejang : tidak ada
13. Sensasi terhadap ransangan
a. Rasa Nyeri : baik
b. Rasa suhu : baik
c. Rasa raba : baik
14. Integumen kulit
a. Warna : normal
b. Tekstur : halus / licin, fleksibel, lunak
c. Kelembapan : baik
d. Suhu kulit : hangat normal
e. kelainan warna : tidak ada
f. Pucat : tidak
g. Bau kulit : khas
h. Pigmentasi : normal
i. keadaan kuku : panjang
j. kebersihan kuku : baik
15. hasil laboratorium
pemeriksaan darah
Hb 10,8 gr/dl, leukosit 12.000/mm3, Ht 36,80%, trombosit 423.000/mm3, eosinofil 20%, basofil 4%,
netrofil batang 40%, netrofil segmen 20%, limfosit 15%, monosit 1%.

i. Interpretasi laboratorium
Nilai Normal Kasus Keterangan
Hb 12-16 g/dl 10,8 g/dl ↓
Ht 37-47 % 36,80 % ↓
Leukosit 5.000-10.000/mm³ 12.000/mm³ naik
Trombosit 150-450 x 103/mm³ 423.000/mm³ Normal

ii. Interpretasi hasil kajian leukosit


Diftel Nilai Normal Kasus Keterangan
Eosinofil 1-3 20 ↑↑
Basofil 0-1 4 ↑
Neutrofil batang 2-6 40 ↑↑
Neutrofil segmen 50-70 20 ↓
Limfosit 20-40 15 ↓
Monosit 2-8 1 ↓
Dari pemeriksaan darah jari ditemukan Parasit → Mikrofilaria : inti tubuh teratur, ujung ekor runcinng,
tidak berinti, dan seluruh tubuh (W. bancrofti) transparan.
2.3.2 Klasifikasi Data

Data Subjektif / DS :
· Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke arah ujung kaki.
· Klien mengatakan kaki nya yang sakit tampak lebih besar dari yang satu nya
· Klien mengatakan nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak
· Klien mengatakan demam berulang selama 4 hari
· Demam hilang bila beristirahat dan muncul ketika kembali bekerja berat.
· klien mengatakan kakinya yang sakit tampak besar sebelah
· Klien selalu bertanya kepada perawat tentang penyakit yang dideritanya.
Data objektif / DO :
· Klien tampak meringis ketika berjalan.
· Skala nyeri 7
· nyeri tekan (+)
· non pitting oedema (+)
· Nadi: 110 x/i, RR 24x/i, TD 130/60 mmHgSuhu 38,5°c
· Obstruksi kelenjar getah bening pada daerah tungkai
· Data yang di dapat ukuran tungkai kaki klien 30cm.
· Wajah klien tampak memerah
· Kulit klien teraba hangat Adanya Inflamasi pada kelenjar getah bening
· Kaki klien tampak lebih besar dari yang satunya.
· Adanya pembengkakan pada kelenjar limfe di daerah tungkai (inguinal)
· Hb 10,8 gr/dl, Leukosit 9.500/ Hitung jenis: eosinofil 20%, basofil 4%, netrofil batang 40%,
netrofil segmen 20%, limfosit 15%, monosit 1%.
· Dari pemeriksaan darah jari kaki ditemukan parasit mikrofilaria inti tubuh teratur, ujung ekor
runcing dan tidak berinti dan selubung tubuh transparan.
· kaki klien tampak besar sebelah Pemajanan penularan melalui vektor
· Klien tampak cemas.
Analisa Data
Nama : Ny. S
Umur : 40 tahun

1. Syimptom :
DS:
· Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke arah ujung kaki.
· Klien mengatakan kaki nya yang sakit tampak lebih besar dari yang satu nya
· Klien mengatakan nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak
DO:
· Klien tampak meringis ketika berjalan.
· Skala nyeri 7
· nyeri tekan (+)
· non pitting oedema (+)
· N: 110 x/i, RR 24x/i, TD 130/60 mmHg
· Suhu 38,5°c
· Leukosit 9500/mm³

Etiologi :
Parasite dewasa

Berkembang biak

Kumpulan cacing Filaria dewasa penyebab penyumbatan pemb.limfa

Nyeri

Problem :
Nyeri
. Syimptom
DS:
· Klien mengatakan demam berulang selama 4 hari
· Demam hilang bila beristirahat dan muncul ketika kembali bekerja berat.
· Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke arah ujung kaki.
DO:
· Suhu 38,5°c
· RR 24x/i
· N 110x/
· TD 130/60 mmHg
· Wajah klien tampak memerah
· Kulit klien teraba hangat
· Hb 10,8 gr/dl, Leukosit 9.500/ Hitung jenis: eosinofil 20%, basofil 4%, netrofil batang 40%,
netrofil segmen 20%, limfosit 15%, monosit 1%.
IgE berikatan dengan parasite

Mediator inflamasi

Adanya inflamasi pada kelenjar getah bening


Hipertermi
Hipertermi
DS:
· Klien mengatakan terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki ke ujung kaki
· Klien mengatakan nyeri bertambah jika kaki yang sakit dibawa bergerak.

DO:
· Kaki klien tampak lebih besar dari yang satunya.
· Klien tampak meringis saat berjalan.
· N 110x/i
· RR 24x/i
· Data yang di dapat ukuran tungkai kaki klien 30cm.

Etiologi :
Parasit dewasa

Berkembang biak

Kumpulan cacing Filaria dewasa

Gangguan mobilitas Fisik
Problem :Gangguan mobilitas fisik

3. Symptom
DS:
· Klien mengatakan kaki nya yang sakit tampak lebih besar dari yang satu nya
· klien mengatakan kakinya yang sakit tampak besar sebelah
DO:
· Kulit klien teraba hangat Adanya Inflamasi pada kelenjar getah bening
· Kaki klien tampak lebih besar dari yang satunya.
· Adanya pembengkakan pada kelenjar limfe di daerah tungkai (inguinal)
· Dari pemeriksaan darah jari kaki ditemukan parasit mikrofilaria inti tubuh teratur, ujung ekor
runcing dan tidak berinti dan selubung tubuh transparan.
· kaki klien tampak besar sebelah Pemajanan penularan melalui vektor

Etiologi :
Parasite dewasa

Menyebabkan dilatasi pembuluh limfa

Pembengkakan pemb. Limfa

Kerusakan struktur

Kerusakan Integritas Kulit

Problem : Kerusakan integritas kulit

4. Symptom
DS:
· Klien selalu bertanya kepada perawat tentang penyakit yang dideritanya.
DO:
· Klien tampak cemas.
Inefektif Informasi
Kurangnya pengetahuan
Diagnosa keperawatan : Mobilitas fisik terganggu berhubungan dengan pembengkakan pada anggota
tubuh
Intervensi :
1. Lakukan Retang Pergerakan Sendi (RPS)
2. Tingkatkan tirah baring / duduk
3. Berikan lingkungan yang tenang
4. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi
5. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas
Rasionalisi
1. Meningkatkan kekuatan otot dan mencegah kekakuan sendi
2. Meningkatkan istirahat dan ketenangan, menyediakan enegi untuk penyembuhan
3. tirah baring lama dapat meningkatkan kemampuan
4. Menetapkan kemampuan / kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi
5. kelelahan dan membantu keseimbangan
Diagnosa Keperawatan : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan bakteri, defisit imun, lesi pada
kulit
Intervensi :
1. Ubah posisi di tempat tidur dan kursi sesering mungkin (tiap 2 jam sekali).
Gunakan pelindung kaki, bantalan busa/air pada waktu berada di tempat tidur dan pada waktu duduk di
kursi.
2. Periksa permukaan kulit kaki yang bengkak secara rutin.
3. Anjurkan pasien untuk melakukan rentang gerak.
4. Kolaborasi : Rujuk pada ahli kulit. Meningkatkan sirkulasi, dan mencegah terjadinya dekubitus.

Anda mungkin juga menyukai