Anda di halaman 1dari 12

PENYAKIT PILARISASI

OLEH KELOMPOK : 1

SRI REJEKI R. RAJAGUKGUK


LIDYA O SIAGIAN
MARIPA MARBUN
TIO M PURBA
DESI SIRINGO-RINGO
ARVANDO SINAGA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESEHATAN BARU


PRODI D III KEPERAWATAN JALAN BUKIT INSPIRASI
SIPALAKKI KECAMATAN DOLOKSANGGUL
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
T.A 2020/2021
PENYAKIT FILARISASI (KAKI GAJAH)
A. DEFENISI

Filariasis ialah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria
yangditularkan oleh berbagai jenis nyamuk pada kelenjar getah bening, Penyakit ini bersifat
menahun(kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap
berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.
(Witagama,dedi.2009)

Filariasis atau kaki gajah adalah pembengkakan tungkai akibat infeksi cacing jenis filaria.
Cacing ini menyerang pembuluh getah bening dan ditularkan melalui gigitan nyamuk.

Penyakit kaki gajah masih ada di Indonesia, terutama di daerah Papua, Nusa Tenggara Timur,
Jawa Barat, dan Nanggroe Aceh Darussalam. Menurut data Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, tercatat hampir 13.000 kasus kaki gajah di Indonesia.

Selain tungkai, bagian tubuh lain, seperti organ kelamin, lengan, dan dada, juga dapat mengalami
pembengkakan. Sebelum timbul pembengkakan, penyakit kaki gajah tidak menimbulkan gejala
yang spesifik, sehingga pengobatannya sering kali terlambat.

Oleh karena itu, pencegahan kaki gajah sangat penting. Pencegahannya dapat dilakukan dengan
menghindari gigitan nyamuk dan mengikuti program pemberian obat pencegahan massal
(POPM) yang dilakukan oleh pemerintah.
B. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi kaki gajah, disebut juga sebagai filariasis limfatik atau elephantiasis, berupa siklus
hidup pada manusia dan nyamuk serta patogenesis terjadinya penyumbatan saluran limfa dan
limfedema akibat larva filaria.

Siklus Hidup

Siklus hidup filaria terbagi menjadi 5 stadium larva yang berkembang menjadi cacing jantan /
betina dewasa. Tiga jenis cacing filaria yang menyebabkan filariasis limfatik adalah Wucheria
bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Ketiga spesies ini terdapat di Indonesia, namun
mayoritas filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi.

Infeksi pada Manusia dan Transmisi ke Nyamuk

Pada tubuh manusia, cacing jantan dan betina dewasa hidup di saluran limfatik di mana terjadi
perkawinan dan cacing betina menghasilkan mikrofilaria. Mikrofilaria secara periodik bergerak
ke pembuluh darah tepi. Mikrofilaria yang terhisap oleh nyamuk vektor masuk ke lambung,
melepaskan sarungnya di dalam lambung, menembus dinding lambung, dan bersarang di
jaringan otot/lemak toraks nyamuk. Terdapat 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex,
Mansonia, dan Armigeres yang dapat berperan sebagai vektor filariasis. Masa pertumbuhan
parasit dalam nyamuk kurang lebih 2 minggu.

Siklus Hidup pada Nyamuk dan Transmisi ke Manusia

Awalnya parasit ini memendek, bentuknya menyerupai sosis (larva stadium 1). Dalam waktu 1
minggu larva ini bertukar kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan panjang disebut larva stadium
2. Larva kemudian bertukar kulit sekali lagi, tumbuh semakin panjang dan kurus yang disebut
larva stadium 3. Larva stadium 3 merupakan bentuk yang infektif. Larva infektif ini bermigrasi
menuju proboscis /  alat tusuk nyamuk. Bila nyamuk yang mengandung larva stadium 3 ini
menggigit manusia, maka larva tersebut secara aktif masuk ke dalam tubuh hospes dan bersarang
di saluran limfe setempat. L3 berkembang menjadi larva stadium 4 dan stadium 5 saat bermigrasi
menuju saluran limfe, dan berkembang menjadi cacing dewasa di dalam saluran limfe.
Perkembangan dari mulai masuknya L3 ke tubuh manusia hingga menjadi cacing dewasa
berlangsung selama 3-36 bulan. Cacing dewasa dapat hidup selama 4-6 tahun.
Patofisiologi filariasis secara umum disebabkan oleh respons imun tubuh terhadap nematoda
dewasa dan mikrofilaria. Proses ini umumnya terjadi secara kronik dan membutuhkan waktu
bulan sampai tahun.

Patogenesis Filariasis Limfatik


Kelompok filariasis limfatik membutuhkan waktu inkubasi 8–16 bulan, namun beberapa gejala
dapat muncul 4 bulan setelah infeksi. Gejala yang timbul disebabkan oleh respons imun tubuh
terhadap toksin dan alergen yang diproduksi oleh filaria dewasa atau akibat infeksi bakteri
sekunder. Respons imun ini menimbulkan gejala berupa demam, rigor dan tremor, serta kongesti.

Perjalanan penyakit filariasis limfatik dibagi menjadi 3 fase, asimtomatik, akut, dan kronis.
Fase Asimtomatik
Fase awal terinfeksi mikrofilaria biasanya asimtomatik karena cacing belum menjadi
dewasa/mati dan menginisiasi reaksi inflamasi di saluran limfatik. Pada fase ini, gejala bisa
muncul apabila jumlah mikrofilaria sangat banyak dan menyebabkan inflamasi granuloma akut
atau kronis akibat destruksi limfa. Hematuria juga dapat terjadi karena mikrofilaria menyebabkan
kerusakan ginjal.
Fase Akut
Anamnesis pada pasien dengan filariasis akut pada umumnya dapat ditemukan demam filarial
disertai pembengkakan kelenjar getah bening. Demam filarial biasanya berulang selama 3-5 hari.
Pembengkakan kelenjar getah bening dapat ditemukan di daerah lipatan paha, ketiak yang
tampak kemerahan, panas, dan nyeri. Abses filarial dapat terjadi akibat seringnya pembengkakan
kelenjar getah bening, abses dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah. Limfedema dini
dapat ditemui dengan gejala pembesaran tungkai, lengan, buah dada, kantung buah zakar yang
terlihat kemerahan dan terasa panas. Pada wanita dapat terjadi mastitis, sedangkan pada laki-laki
gejala yang timbul dapat berupa orkitis, epididimoorkitis, dan funikulitis. Gejala ini biasanya
timbul dalam 6 bulan hingga 1 tahun pertama terinfeksi.
Walau umumnya terjadi pada fase kronis, serangan awal adenitis dermatolimangio akut (ADLA)
dapat terjadi pada fase akut. Gejala yang timbul berupa demam, sakit kepala, nyeri di kelenjar
getah bening yang terinfeksi, dan muntah. Pada kasus yang berbahaya dapat terjadi toksemia,
gangguan urinarius, hingga gangguan kesadaran.
Fase Kronis
Gejala dan tanda klinis filariasis kronis meliputi limfedema atau pembesaran yang menetap pada
tungkai, lengan, buah dada, dan hidrokel. Filariasis W. bacrofti biasanya menyebabkan
limfedema pada ekstremitas, genital, dan buah dada. Sedangkan filariasis oleh B. malayi hanya
menyebabkan limfedema pada tungkai bawah dan/atau atas tanpa disertai pembengkakan genital
atau buah dada. Gejala ini disebabkan oleh cacing dewasa yang menggumpal mengakibatkan
limfadenitis dan limfangitis retrograde disusul dengan obstruktif menahun.
Limfedema yang diikuti dengan fibrosis jaringan adiposa sekitar akan menyebabkan
dermatosklerosis yang menyebabkan kulit berlipat-lipat, timbul nodul dan kutil, papilomatosis,
hiperpigmentasi, dan hipertrikosis. Selain itu, stasisnya cairan limfatik dapat menyebabkan
ruptur limfe sehingga terjadi chyluria, chylocele, chyloascitis, dan chylotoraks.

C. TANDA DAN GEJALA

Filariasis memiliki gejala dan tanda akut serta kronis. Biasanya gejala filariasis atau kaki gajah
akut ditandai dengan:

1. Demam

Demam biasanya terjadi selama 3 sampai 5 hari. Demam juga biasanya akan muncul secara
berulang. Ketika Anda mengistirahatkan tubuh, demam akan hilang.

Namun, ketika melakukan berbagai kegiatan berat, demam akan kembali muncul.

2. Kedinginan

Selain demam, Anda biasanya akan merasa kedinginan atau meriang. Kondisi ini biasanya
kambuhan dan diikuti dengan demam.

3. Sakit kepala

Filariasis kronis juga ditandai dengan sakit kepala. Rasa sakit ini umumnya cukup sering muncul
berbarengan dengan demam.

4. Pembengkakan kelenjar getah bening


Pembengkakan ini biasanya muncul di daerah lipatan paha dan ketiak. Umumnya,
pembengkakan ini akan terlihat kemerahan, terasa panas, dan nyeri.

5. Radang saluran kelenjar getah bening

Biasanya kondisi ini ditandai dengan rasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal ke arah
ujung kaki atau lengan. Jika Anda merasakan ciri-ciri penyakit kaki gajah yang satu ini, jangan
disepelekan dan segera periksakan ke dokter.

6. Abses filarial

Abses filarial adalah kondisi saat kelenjar getah bening yang membengkak pecah dan
mengeluarkan darah serta nanah. Kondisi ini menandakan bahwa infeksi mulai menyebar.

7. Pembengkakan dini

Pada filariasis kronis, tungkai, lengan, buah dada, dan skrotum akan terlihat kemerahan dan
sedikit membengkak. Selain itu, Anda juga akan merasakan sensasi panas di beberapa bagian ini.

Kondisi ini menjadi tanda yang cukup jelas bahwa Anda terinfeksi kaki gajah.

Sementara itu, untuk gejala filariasis atau kaki gajah kronis, Anda mengalami pembengkakan
yang permanen dengan ukuran cukup besar pada:

 Kaki
 Kelamin
 Payudara
 Lengan

Bagian tubuh yang terinfeksi akan membengkak, terasa nyeri, dan kehilangan fungsi secara
bertahap akibat infeksi pada sistem limfatik (limfedema).

Selain itu, kulit tubuh Anda juga biasanya akan terpengaruh dan ditunjukkan dengan berbagai
gejala seperti:

 Kering
 Tebal
 Luka
 Berwarna lebih gelap dari biasanya
 Berbintik-bintik

Pada pria, infeksi ini dapat menyebabkan pembengkakan dan hidrokel pada
skrotum. Dikarenakan filariasis memengaruhi sistem kekebalan tubuh, pengidapnya juga
berisiko tinggi terkena infeksi lainnya.

Beberapa jenis cacing filaria yang menyebabkan filariasis atau kaki gajah adalah Wuchereria
bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timor. Sedangkan jenis nyamuk penyebar cacing filaria
adalah nyamuk jenis Culex, Aedes, Anopheles, dan Mansonia.

Melihat cara penularannya, seseorang akan lebih berisiko terkena penyakit kaki gajah jika:

 Tinggal di lingkungan endemik kaki gajah.


 Tinggal di lingkungan yang tingkat kebersihannya buruk.
 Sering digigit nyamuk atau tinggal di lingkungan yang banyak nyamuk.

D. TES DIAGNOSTIK

Dokter akan bertanya kepada penderita mengenai gejala yang dirasakan dan sejak kapan gejala
muncul. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa gejala tersebut.

Jika menduga pasien menderita kaki gajah, dokter akan menganjurkan tes darah. Sampel darah
akan diperiksa guna mengetahui apakah terdapat cacing filaria atau tidak. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan mikroskop atau melalui tes kimia khusus menggunakan antigen.

Pengobatan yang dapat dijalani oleh pasien filariasis bertujuan untuk mencegah infeksi
bertambah buruk dan menghindari komplikasi filariasis. Untuk mengurangi jumlah parasit dalam
tubuh, pasien dapat mengonsumsi obat cacing, seperti ivermectin, albendazole,
atau diethylcarbamazine.

Setelah diberikan obat-obatan tersebut, cacing penyebab kaki gajah akan mati,
sehingga pembengkakan kelenjar getah bening mereda dan aliran getah bening kembali lancar.
Bila filarisis sudah menimbulkan pembengkakan tungkai dan kaki, ukurannya tidak dapat
kembali seperti semula. Namun ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga
kebersihan kaki yang bengkak, antara lain:

 Istirahatkan tungkai dan selalu jaga posisi tungkai lebih tinggi, saat duduk atau berbaring.
 Gunakan stocking kompres, sesuai anjuran dokter.
 Bersihkan bagian tungkai yang bengkak dengan air dan sabun setiap hari.
 Jika mengalami luka, segera bersihkan luka dengan antiseptik.
 Gerakkan tungkai melalui olahraga ringan untuk menjaga kelancaran aliran getah bening
di bagian yang bengkak.

Jika pembengkakan pada tungkai sudah sangat parah, atau jika terdapat pembengkakan skrotum
(hidrokel), pasien dapat menjalani operasi untuk mengecilkan pembengkakan tersebut. Operasi
yang dilakukan akan mengangkat sebagian kelenjar dan pembuluh limfa yang mengalami
infeksi.

Kaki yang sudah mengalami pembengkakan akibat filariasis tidak dapat kembali normal. Oleh
karena itu, langkah-langkah pencegahan filariasis sangat penting untuk dijalankan, terutama bagi
orang yang berisiko terkena penyakit ini.

Diagnosis Spesifik Filariasis


Ada
Lokasi Nematoda Lokasi Pelindung
Spesies Periodisitas Vektor Dewasa Mikrofilaria (sheath)

Culex, Anopheles,
Nokturnal Aedes (nyamuk) Jaringan limfatik Darah Ada
Wucheria
bancrofti Subperiodik Aedes (nyamuk) Jaringan limfatik Darah Ada

Mansonia,
Nokturnal Anopheles (nyamuk) Jaringan limfatik Darah Ada

Coquilettdia,
Brugia malayi Subperiodik Mansonia (nyamuk) Jaringan limfatik Darah Ada

Brugia timori Nokturnal Anopheles (nyamuk) Jaringan limfatik Darah Ada


Loa loa Diurnal Chrysops (deerflies) Jaringan subkutan Darah Ada
Onchocerca
volvulus Tidak ada Simulium (blackflies) Jaringan subkutan Kulit, mata Tidak ada
Mansonella
ozzardi Tidak ada Culicoides (midges) Jaringan subkutan Darah Tidak ada
Rongga tubuh,
rongga
mesenterium,
kavum pleura,
Mansonella jaringan perirenal,
perstans Tidak ada Culicoides (midges) perikardium Darah Tidak ada
Mansonella
streptocerca Tidak ada Culicoides (midges) Jaringan subkutan Kulit Tidak ada

E. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan kaki gajah, disebut juga sebagai filariasis limfatik atau elephantiasis, bertujuan
untuk memberantas penyakit ini dan dilakukan melalui dua pilar kegiatan yaitu pemutusan mata
rantai penularan filariasis dan pencegahan kecacatan. Pemutusan mata rantai penularan
dilakukan dengan pemberian obat pencegahan massal (POPM) di daerah endemis sekali setahun
selama 5 tahun berturut-turut. Pencegahan kecacatan dilakukan dengan penatalaksanaan filariasis
mandiri, berupa edukasi cara perawatan limfedema secara mandiri disertai dengan kunjungan
lapangan secara teratur.

Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis

POPM filariasis bertujuan untuk mengeliminasi filariasis dengan mencegah penularan dari
penderita kepada calon penderita filariasis. Obat yang saat ini digunakan untuk pengobatan
massal berdasarkan kesepakatan global di bawah arahan WHO adalah diethylcarbamazine (DEC)
ditambah albendazole, diberikan dosis tunggal sekali setahun selama 5 tahun berturut-turut di
daerah endemis filariasis. DEC memiliki efek membunuh  mikrofilaria, sedangkan albendazole
dipakai untuk membunuh filarial dewasa. Dosis DEC 6 mg/kgBB dan dosis albendazole 400 mg,
keduanya diberikan sebagai dosis tunggal sekali setahun selama 5 tahun berturut-turut.

F. PROGRAM PEMERINTAH DALAM PENANGGULANGAN

Langkah utama untuk mencegah kaki gajah adalah dengan menghindari gigitan nyamuk. Hal ini
sangat penting dilakukan, terutama di daerah endemik kaki gajah. Untuk memaksimalkan
perlindungan terhadap gigitan nyamuk, Anda dapat melakukan langkah-langkah sederhana
berikut ini:

 Mengenakan baju dan celana panjang


 Mengoleskan losion antinyamuk
 Tidur dalam kelambu
 Membersihkan genangan air di sekitar rumah

Penyebaran kaki gajah juga dapat dihentikan dengan cara mengikuti program pemerintah untuk
memberantas kaki gajah, yaitu pemberian obat pencegahan massal (POPM).

Program ini dilakukan di daerah yang masih memiliki kasus kaki gajah, seperti provinsi Papua,
Papua Barat, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Nanggroe Aceh Darussalam, dan Sulawesi
Tenggara

Guna menanggulangi filariasis atau penyakit kaki gajah di Indonesia, Kementerian Kesehatan
menetapkan Eliminasi Filariasis. Kegiatan ini merupakan salah satu prioritas nasional
penanggulangan penyakit menular.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan RI, dr H.


Mohamad Subuh, MPM mengatakan, untuk mensukseskan program tersebut dibutuhkan strategi
yang lebih besar. Salah satunya melalui kampanye nasional pemberian obat pencegahan masal
(POPM) filariasis dengan menggerakkan seluruh lapisan masyarakat yang diberi nama bulan
eliminasi kaki gajah (BELKAGA).
Tak hanya itu, untuk mensukseskan program BELKAGA, pemerintah juga akan melakukan
beberapa kegiatan. Mulai dari advokasi dan sosialisasi hingga menggerakkan masyarakat minum
obat untuk mencegah penyakit filariasis.

"Ada dua strategi utama. Memutuskan rantai penularan penyakit kaki gajah dengan program
POPM penyakit kaki gajah di kabupaten atau kota endemis penyakit kaki gajah. Upaya
pencegahan serta membatasi kecacatan dengan melaksanakan program penatalaksanaan
penderita penyakit kaki gajah," papar dr Subuh melalui keterangan pers yang
diterima Sindonews.

Tak hanya itu, untuk mensukseskan program BELKAGA, pemerintah juga akan melakukan
beberapa kegiatan. Mulai dari advokasi dan sosialisasi hingga menggerakkan masyarakat minum
obat untuk mencegah penyakit filariasis.
SUMBER

https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/filariasis/penatalaksanaan

https://hellosehat.com/infeksi/infeksi-jamur-parasit/kaki-gajah-filariasis/#gref

https://www.alodokter.com/filariasis

https://lifestyle.sindonews.com/read/1142816/155/strategi-kemenkes-tanggulangi-penyakit-
kaki-gajah-di-indonesia-1475025569

Anda mungkin juga menyukai