PENDAHULUAN
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan
oleh cacing filarial dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex,
Armigeres.Cacing tersebut hidup di saluran dan kelenjar getah bening dengan manisfestasi
klinik akut berupa demam berulang, peradangan saluran kelenjar getah bening.Pada
stadium lanjut dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan,
payudara, dan lat kelamin (Chin, 2006).Tiga spesies cacing filaria penyebab filariasis
limfatik adalah Wuchereria bancrofti,Brugia malayi dan Brugia timori (Depkes RI, 2010).
Sekarang ini, lebih dari 1,4 milyar orang di 73 negara beresiko terinfeksi cacing
filaria. Kira-kira 65% yang terinfeksi berada di wilayah Asia Tenggara, 30% di wilayah
Afrika, dan sisanya berada di daerah tropis. Filariasis limfatik menyebabkan lebih dari 25
juta laki-laki dengan gangguan genital dan lebih dari 15 juta orang dengan limfoedema
(WHO, 2013).
Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius di
Indonesia.Hampir seluruh wilayah Indonesia adalah daerah endemis filariasis, terutama
wilayah Indonesia Timur yang memiliki prevalensi lebih tinggi.Penyakit ini memberikan
dampak sosial budaya yang cukup besar, dampak ekonomi serta mental secara psikologis,
sehingga tidak dapat bekerja secara optimal dan hidupnya selalu tergantung pada orang
lain (WHO, 2005).
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Filariasis adalah penyakit infeksi kronis menahun yang disebabkan oleh infeksi
nematode dari famili filariodeae, dimana cacing dewasanya hidup dalam kelenjar dan
saluran limfe.Cacing dewasa betina mengeluarkan mikrofilaria yang dapat ditemukan
dalam darah, cairan hidrokel dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk (Subdit Filariasis
& Schistosomiasis Departemen Kesehatan RI, 2006b).
Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit menular menahun yang
disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk
Mansonia,Anopheles,Culex,Armigeres.Cacing tersebut hidup di saluran dan kelenjar getah
bening dengan manifestasi klinik akut berupa demam berulang, peradangan saluran dan
saluran kelenjar getah bening.
Filariasis merupakan salah satu penyakit tertua yang paling melemahkan yang
dikenal di dunia.Penyakit ini merupakan penyebab kecacatan menetap dan berjangka lama
terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental. Diperkirakan seperlima penduduk dunia
atau 1,1 milyar penduduk berisiko terinfeksi, terutama di daerah tropis dan beberapa
daerah subtropis. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah khatulistiwa dan merupakan
masalah di daerah dataran tinggi.
Gejala filariasis dibedakan menjadi dua yaitu gejala klinis akut dan gejala kronis
filariasis.Gejala klinis akut filariasis berupa limfadenitis, limfangitis, adenolimfangitis,
orkitis, epididymitis, funikulitis yang disertai demam, sakit kepala, rasa lemah dan
timbulnya abses. Gejala klinis kronis filariasis berupa limfadema, lymph scrotum, kiluria
danhidrokel (Subdit Filariasis & Schistosomiasis Departemen Kesehatan RI, 2006b).
Gejala filariasis dapat ditimbulkan oleh mikrofilaria dan cacing dewasa.Gejala yang
ditimbulkan oleh mikrofilaria berupa occutlt filariasis merupakan reaksi imun yang
berlebihan dalam membunuh mikrofilaria.
Stadium akut ditandai dengan serangan demam dan gejala peradangan saluran dan
kelenjar limfe, yang hilang timbul berulang kali.Peradangan pada saluran limfe ini dapat
menjalar ke daerah sekitarnya dan menimbulkan infiltrasi pada seluruh paha atas.Pada
stadium ini tungkai bawah biasanya ikut membengkak dan menimbulkan gejala
limfedema.
2.3 Penyebab Filariasis
Masa inkubasi pada manusia 3-15 bulan setelah gigitan nyamuk yang menjadi
vektor. Manifestasi klinis sebagai infeksi W. Bancrofti terbentuk beberapa bulan hingga
beberapa tahun setelah infeksi, tetapi beberapa orang yang hidup di daerah endemis tetap
asimptomatik selama hidupnya. Mereka yang menunjukkan gejala akut, biasanya
mengeluh demam lymphangitis, lymphadengitis, orchitis, sakit pada otot, anoreksia, dan
malaise.Mula-mula cacing dewasa yang hidup dalam pembuluh limfe menyebabkan
pelebaran pembuluh limfe terutama di daerah kelenjar limfe, testes, dan epididimis,
kemudian diikuti dengan sel endothel dan infiltrasi sehingga terjadi granuloma. Pada
keadaan kronis,terjadi pembesaran kelenjar limfe, hydrocele, dan elephantiasis. Hanya
mereka yang hipersensitif , elephantiasis dapat terjadi. Elephantiasis kebanyakan terjadi di
daerah genital dan tungkai bawah, biasanya disertai infeksi sekunder dengan fungsi dan
bakteri.
Penularan filariasis dapat terjadi bila ada tiga unsur, yaitu adanya sumber penular
seperti manusia atau reservoir yang mengandung mikrofilaria dalam darahnya, adanya
vector penularan filariasis, dan manusia yang rentan filariasis (Kemenkes, 2005).
Pada saat nyamuk betina menggit manusia, larva infektif (L3) keluar dari kelenjar
ludah nyamuk dan berada di kulit serta masuk ke tubuh melewati luka yang telah dibuat
oleh proboscis nyamuk. Setelah masuk ke dalam tubuh manusia, larva-larva tersebut akan
pindah ke dalam sistem limfe. Dalam sistem limfe, larva tumbuh menjadi cacing dewasa
jantan dan betina kemudian kawin dalam kelenjar limfe dan menghasilkan berjuta-juta
mikrofilaria. Berjuta-juta mikrofilaria yang dihasilkan oleh cacing dewasa pindah ke
peredaran darah tepi (Subdit Filariasis & Schistosomiasis Departemen Kesehatan RI, dkk.,
2002).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit menular menahun yang
disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk
Mansonia,Anopheles,Culex,Armigeres.Cacing tersebut hidup di saluran dan kelenjar getah
bening dengan manifestasi klinik akut berupa demam berulang, peradangan saluran dan
saluran kelenjar getah bening.
Gejala filariasis dibedakan menjadi dua yaitu gejala klinis akut dan gejala kronis
filariasis.Gejala klinis akut filariasis berupa limfadenitis, limfangitis, adenolimfangitis,
orkitis, epididymitis, funikulitis yang disertai demam, sakit kepala, rasa lemah dan
timbulnya abses. Gejala klinis kronis filariasis berupa limfadema, lymph scrotum, kiluria
danhidrokel.
Masa inkubasi pada manusia 3-15 bulan setelah gigitan nyamuk yang menjadi
vektor.Penularan filariasis dapat terjadi bila ada tiga unsur, yaitu adanya sumber penular
seperti manusia atau reservoir yang mengandung mikrofilaria dalam darahnya, adanya
vector penularan filariasis, dan manusia yang rentan filariasis. Sumber penularan filariasis
antara lain manusia dan hewan.
Pencegahan dan pemberantasan filariasis bisa dimulai dari hal yang sederhana
seperti menjaga kebersihan rumah dan lingkungan dan menggunakan kelambu pada saat
tidur.
DAFTAR PUSTAKA
Subdit Filariasis & Schistosomiasis, dkk. 2002, Alat Bantu (Tool Kit) untuk Eliminasi
Filariasis: Panduan Pelaksanaan bagi Petugas Kesehatan di Indonesia.
Gandahusada, S., Herry D.I,Wita Pribadi, 1998, Parasitologi Kedokteran, Edisi III, FKUI,
Jakarta.