Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI NEMATODA JARINGAN

WATER VEKTOR BORN DISEASE (FILARIASIS)

Nama : Titin Prihartini

Nim : 1020032077

Kelas : IA PSIK-Transfer

Mata Kuliah : Ilmu Dasar Keperawatan III

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS FALETEHAN

Tahun Ajaran 2021/2022


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cacing nematoda jaringan memiliki morfologi dasar yang sama dengan cacing
nematoda yang lainnya. Cacing dewasa hidup dalam sistem limfatik, subkutan, dan
jaringan ikat dalam pada tubuh manusia. Mikrofilaria (prelarva) ada yang bersarung dan
tidak bersarung dan terdapat pada darah perifer/jaringan kulit serta sifatnya sangat aktif.
Penularan penyakit melalui vektor artropoda (nyamuk). Siklus hidup tiap spesies
memiliki pola kompleks (larva infektif berkembang menjadi dewasa dan memerlukan
waktu bertahun-tahun agar mendapatkan patologis nyata manusia).
Penyakit yang disebabkan oleh nematode jaringan adalah Filariasis, filariasis adalah
penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah tropika seluruh dunia.
Penyebabnya adalah edema, infeksi oleh sekelompok cacing nematoda parasit yang
tergabung dalam superfamilia filarioidea. Gejala yang umum terlihat adalah terjadinya
elefantiasis, berupa membesarnya tungkai bawah (kaki) dan kantung zakar (skrotum),
sehingga penyakit ini secara awam dikenal sebagai penyakit kaki gajah. Walaupun
demikian, gejala pembesaran ini tidak selalu disebabkan oleh filariasis.
Filariasis disebabkan oleh infeksi parasit nematoda yang ditularkan oleh vektor
filaria. Tergantung pada spesiesnya, filaria dewasa dapat hidup di limfatik, pembuluh
darah, kulit, jaringan ikat atau selaput serous. Betina menghasilkan larva (mikrofilaria)
yang hidup di aliran darah atau kulit. Semua filaria yang menginfeksi manusia
(superfamily filarioidea; family onchocercidae) ditransmisikan oleh vektor dipteran.
Filariasis limfatik ditandai oleh berbagai macam gejala klinis. Satu kelompok
individu di komunitas endemik tidak menunjukkan manifestasi klinis atau mikrofilaria.
Ini termasuk individu yang belum cukup terpapar terinfeksi, orang dengan infeksi
prepaten atau infeksi cacing dewasa tanpa mikrofilaremia, dan individu yang telah bebas
dari infeksi. Kelompok individu lain di komunitas endemik menunjukkan mikrofilaria
dalam darah mereka namun tidak ada manifestasi klinis yang jelas. Beberapa di antaranya
mungkin tetap mikrofilaraemik dan asimtomatik selama bertahun-tahun atau bahkan
selama sisa hidup mereka.

1.2 Tujuan Penelitian


Mengetahui spesies-spesies dari nematoda jaringan serta klasifikasi,
epidemiologi, siklus hidup dan kondisi penyakit terkini, pencegahan serta pengendalian
dari masing-masing spesies nematoda jaringan tersebut m aka diperlukan praktikum lebih
lanjut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Filariasis
2.1.1 Pengertian Filariasis

Filariasis Filariasis/Kaki Gajah adalah suatu penyakit yang mengalami infeksi


sitemik bersifat kronis dan menahun. Filariasis merupakan jenis penyakit reemerging
desease, yaitu penyakit yang dulunya sempat ada, kemudian tidak ada dan sekarang
muncul kembali. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit yang
tersebar di Indonesia. Walaupun penyakit ini jarang menyebabkan kematian, tetapi
dapat menurunkan produktivitas penderitanya karena terjadi gangguan fisik.penyakit
ini jarang terjadi pada anak karena manifestasi klinisnya timbul bertahun-
tahun setelah terjadi infeksi.
Gejala pembengkakan kaki muncul karena sumbatan mikrofilaria pada
pembuluh limfe yang biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun setelah terpapar
parasite selama bertahun-tahun. oleh karena itu Filariasis juga sering disebut penyakit
kaki gajah. Akibat paling fatal bagi penderita Filariasis yaitu kecacatan permanen
yang sangat mengganggu produktivitas.

2.1.2 Masa Inkubasi


Masa berkembangnya larva infektif di dalam tubuh manusia sampai terjadinya
gejala klinis dalam waktu antara 8 – 12 bulan. Setelah orang terhisap nyamuk
infeksius yang membawa mikrofilaria hisapan nyamuk pertama dari vektor.

2.1.3 Epidemiologi Filariasis


Epidemiologi filariasis yaitu tersebar didaerah-daerah endemik, 80%
penduduk bisa mengalami infeksi tetapi hanyasekitar 10 - 20% populasi yang
menunjukkan gejala klinis Infeksi parasit ini tersebar di daerah tropis dan subtropis
seperti Afrika, Asia, Pasifik Selatan, danAmerika Selatan. Telah diketahui lebih dari
200 spesies filarial, dari 200 spesies tersebut hanya sedikit yang menyerang manusia.
Masyarakat yang berisiko terserang adalah mereka yang bekerja pada daerah yang
terkena paparan menahun oleh nyamuk yang mengandung larva.

3
Tabel 1. Persebaran Filaria

Spesies Persebaran

Wucheria Daerah tropis dan subtropis, negara-negara di Amerika Selatan dan


bancrofti Afrika, India, Nigeria, Bangladesh, Cina, Indonesia, Karibia dan
negara-negara di Pasifik Timur

Brugia malayi Indonesia, India, dan negara-negara lain di Asia Tenggara, Asia
Timur, dan Asia Selatan

Brugia timori Hanya terdapat di Indonesia (di Nusa Tenggara)

2.1.4 Etiologi Filariasis


Ditemukan tiga jenis parasit penyebab filariasis limfatik pada manusia,
diantaranya:
a) Wuchereria bancrofti

Manusia merupakan tuan rumah definitive bagi Wuchereria bancrofti.


Habitan utamanya adalah saluran limfe dapat juga pada kelenjar limfe yaitu di
bagian bawah diafragma, antara lain inguinal, epitrochlear, dan axiler.
Mikrofilaria terdapat di dalam darah perifer (Natadisastra, 2005).
W. bancrofti merupakan parasit manusia yang menyebabkan filariasis
bankrofti atau wukereriasis bankrofti. Penyakit ini tergolong dalam filariasis
limfatik, bersama dengan penyakit yang disebabkan oleh Brugia malayi dan
Brugia timori.W. bancrofti tidak terdapat secara alami pada hewan (Sutanto,
2008).
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda
Class : Secernentea
Ordo : Spirurida
Upaordo : Spirurina
Famili : Onchocercidae
Genus : Wuchereria
Spesies : Wuchereria bancrofti Gambar 2.1.1 W.bancrofti
(Sumber: Eccies Health Sciences Library. U. Utah)

4
Epidemiologi
Wuchereria bancrofti atau Filariasis bancrofti dapat dijumpai di
perkotaan atau pedesaan. Kelompok umur dewasa muda merupakan
kelompok penduduk yang paling sering menderita, terutama mereka yang
tergolong penghasilan rendah. Obat DEC tidak menmpunyai khasiat
pencegahan. Oleh sebab itu, penduduk perlu dididik untuk melindungi
dirinya dari gigitan nyamuk (Sutanto,2008).
Siklus hidup & kondisi penyakit terkini

Sumber : http://dpd.cdc.gov/dpdx
Daur hidup parasit yang membutuhkan manusia (hospes definitif) dan
nyamuk (hospes perantara) memerlukan waktu sangat panjang. Masa
pertumbuhan parasit didalam nyamuk Culex quinquefasciatus, atau nyamuk
Anopheles, Aedes, dan Mansonia untuk pedesaan sebagai vektor kurang lebih
dua minggu. Pada manusia, masa pertumbuhan tersebut belum diketahui
secara pasti, tetapi diduga kurang lebih 7 bulan, sama dengan masa
pertumbuhan parasit ini di dalam Presbytis cristata (lutung). Mikrofilaria
yang terisap oleh nyamuk, melepaskan sarungnya didalam lambung,
menembus dinding lambung dan bersarang diantara otot-otot toraks. Mula-
mula parasit ini memendek, bentuknya menyerupai sosis dan disebut larva
stadium I. Dalam waktu kurang lebih satu minggu, larva ini bertukar kulit,
tumbuh menjadi lebih gemuk dan panjan, disebut larva stadium II. Pada hari
kesepuluh dan selanjutnya, larva bertukar kulit sekali lagi, dan tumbuh makin
panjang dan kurus disebut larva stadium III.
Gerak larva stadium III sangat aktif. Bentuk ini bermigrasi, mula-mula
ke rongga abdomen kemudian ke kepala dan alat tusuk nyamuk. Bila nyamuk
yang mengandung larva stadium III (bentuk infektif) mengigit manusia, maka
lava tersebut secara aktif masuk melalui luka tusuk kedalam tubuh hospes
dan bersarang disaluran limfe setempat. Di dalam tubuh hospes, larva
mengalami dua pergantian kulit, tumbuh menjadi larva stadium IV, lalu
stadium V atau cacing dewasa.

5
Nyamuk Culex quinquefasciatus Nyamuk Aedes

Nyamuk Anopheles

Sumber gambar :
http://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/gen_info/vectors.html

Pencegahan Serta Pengendalian


Untuk mengurangi serangan akut oleh infeksi bakteri dan jamur serta
mencegah perkembangan lanjut limfedem a maka pada penderita limfedema
perlu diajarkan cara membersihkan kaki dengan air dan sabun terutama
didaerah lipatan kulit dan sela jari. Bila ditemukan luka harus segera diobati
dengan antibiotik atau antimkotik. Pemberian antibiotik pada filariasis dapat
membunuh Wolbachia dan parasit filaria serta mengurangi efek samping
DEC (Sutanto, 2008).

b) Brugaria malayi dan Brugaria timori


Brugia malayi dapat dibedakan menjadi dua varian yaitu yang hidup pada
manusia dan hidup pada manusia dan hewan, misalnya kucing, kera dan lain -
lain. Brugia timori hanya terdapat pada manusia.Penyakit yang timbul karena
brugia malayai disebut filariasis malayi dan yang disebabkan oleh Brugia timori
disebut filariasis timori (Sutanto, 2008).
Klasifikasi
Brugia timori
Kingdom : Animalia
Phylum : Nematoda
Class : Secermentea
Ordo : Spirurida
Genus : Brugia
Species : Brugia timori

6
Brugia malayi

Kingdom : Animalia
Phylum : Nematoda
Class : Secermentea
Ordo : Spirurida
Genus : Brugia
Species : Brugia malayi
Epidemiologi
Brugia timori merupakan spesies baru yang ditemukan di Indonesia
sejak 1965, yang ditularkan oleh vektor yaitu Anopheles barbirostris yang
berkembang biak di daerah sawah, baik di dekat pantai maupun di daerah
pedalaman. Brugia timori hanya terdapat di Indonesia Timur di Pulau Timor,
Flores, Rote, Alor dan beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara Timur
(Sutanto, 2008).
B. malayi menginfeksi 13 juta orang di selatan dan Asia Tenggaradan
yang bertanggung jawab untuk hampir 10% dari total kasus didunia filariasis
limfatik. Infeksi B. malayi adalah endemik atauberpotensi endemik di 16
negara, di mana ia paling umum di Cinaselatan dan India, tetapi juga terjadi
di Indonesia, Thailand,Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Korea Selatan.
Penyebaran B.malayi tumpang tindih dengan W. bancrofti di wilayah ini,
tetapi tidak hidup berdampingan dengan B. timori. Daerah fokus
dariendemisitas ditentukan sebagian oleh vektor nyamuk (Muslim, 2009).
Siklus Hidup & Kondisi Penyakit Terkini

Sumber : http://doctorology.net/?p=92

Daur hidup Brugi timori cukup panjang. Masa pertumbuhannya di


dalam nyamuk kurang lebih 10 hari dan pada manusia kurang lebih 3 bulan.
Di dalam tubuh nyamuk, parasit ini juga mengalami dua kali pergantian kulit,
berkembang dari larva stadium I menjadi larva stadium II dan III.

7
BAB III
METODE PERCOBAAN

Judul praktikum : Pemeriksaan mikrofilaria

Tujuan praktikum : Untuk mengetahui cara membuat dan memulas sediaan darah
mikrofilaria Untuk dapat melihat bentuk cacing mikrofilaria

Prinsip Pemeriksaan :

Pewarnaan mikrofilaria dilakukan dengan pewarnaan giemsa sebanyak 3 ml


dan ditambahkan aquadest sebanyak 97 ml selama 15 menit. Cuci preparat dengan air
kran hingga sisa warna hilang dan preparat dikeringkan. Lakukan pemeriksaan
dibawah mikroskop.

Alat dan Bahan

1. Alat
2. Obyek glass
3. Cover glass
4. Mikroskop

Bahan

1. Sediaan darah tebal


2. Methylen Alkohol
3. Larutan Giemsa
4. Aquadest
5. Oil mersi
6. Air

Prosedur Kerja

1. Siapkan alat dan bahan


2. Hemolisiskan sediaan darah dengan air sampai warna merah hilang.
Kemudian keringkan
3. Fiksasi dengan methylen alkohol selama 1-2 menit
4. Lakukan pewarnaan giemsa selama 15 menit
5. Kemudian preparat dibilas dengan air kran hingga sisa warna hilang
6. Preparat dikeringkan
7. Lakukan pemeriksaan menggunakan mikroskop

8
BAB IV
PEMBAHASAN

Hasil pengamatan :

Berdasarkan praktikum yang kami lakukan bahwa pemeriksaan mikrofilaria


dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop yang di mana kami melihat cacing
dewasa yang berbentuk seperti benang, seperti pada gambar dibawah ini

Ciri-ciri cacing Filaria

1.    Cacing dewasa (makrofilaria), bentuknya seperti benang berwarna putih kekuningan.


Sedangkan larva cacing filaria (mikrofilaria) berbentuk seperti benang berwarna putih
susu.

2.    Makrofilaria yang betina memiliki panjang kurang lebih 65 – 100 mm, ekornya
berujung tumpul, untuk makrofilarial yang jantan memiliki panjang kurang lebih 40
mm, ekor melingkar. Sedangkan mikrofilaria berukuran panjang kurang lebih 250
mikron, bersarung pucat.

3.    Tempat hidup Makrofilaria jantan dan betina di saluran limfe dan kelenjar limfe.
Sedangkan pada malam hari mikrofilaria terdapat di dalam pembuluh darah tepi, dan
pada siang hari mikrofilaria terdapat di kapiler alat-alat dalam, misalnya: paru-paru,
jantung, dan hati

9
BAB V
KESIMPULAN

Penyakit yang disebabkan oleh nematode jaringan adalah Filariasis, filariasis


adalah penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di wilayah tropika seluruh
dunia. Penyebabnya adalah edema, infeksi oleh sekelompok cacing nematoda parasit
yang tergabung dalam superfamilia filarioidea. Gejala yang umum terlihat adalah
terjadinya elefantiasis, berupa membesarnya tungkai bawah (kaki) dan kantung zakar
(skrotum), sehingga penyakit ini secara awam dikenal sebagai penyakit kaki gajah.
Walaupun demikian, gejala pembesaran ini tidak selalu disebabkan oleh filariasis.
Filariasis disebabkan oleh infeksi parasit nematoda yang ditularkan oleh vektor
filaria. Tergantung pada spesiesnya, filaria dewasa dapat hidup di limfatik, pembuluh
darah, kulit, jaringan ikat atau selaput serous. Betina menghasilkan larva
(mikrofilaria) yang hidup di aliran darah atau kulit. Semua filaria yang menginfeksi
manusia (superfamily filarioidea; family onchocercidae) ditransmisikan oleh vektor
dipteran.
Gejala klinis saat seseorang terkena penyakit filaria berupa demam berulang 3-5
hari, pembengkakan kelenjar limfe, pembesaran tungkai, buah dada, dan skrotum.
Mekanisme penularan penyakit filariasis yaitu ketika nyamuk yang mengandung
larva infektif menggigit manusia, maka terjadi infeksi mikrofilaria. Tahap selanjutnya
di dalam tubuh manusia, larva memasuki sistem limfe dan tumbuh menjadi cacing
dewasa. Kumpulan cacing filaria dewasa ini menjadi penyebab penyumbatan
pembuluh limfe. Akibatnya terjadi pembengkakan kelenjar limfe, tungkai, dan alat
kelamin. Penyebab terjadinya penyakit filarisis adalah penyakit menular ( Penyakit
Kaki Gajah ) yang disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis
nyamuk
Usaha-usaha penanganan penyakit filariasis sebagai tenaga kesehatan
lingkungan Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan
nyamuk dan melakukan 3M. Pengobatan menggunakan DEC dikombinasikan dengan
Albendazol dan Ivermektin selain dilakukan pemijatan dan pembedahan. Upaya
rehabilitasi dapat dilakukan dengan operasi.

10

Anda mungkin juga menyukai