PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang kompleks. Berbagai macam penyakit yang diderita semakin beragam. Salah satunya
penyakit yang ditimbulkan oleh parasit berupa cacing yang dipelajari dalam Helmintologi
(ilmu yang mempelajari parasit berupa cacing), yang tentunya sangat beraneka ragam.
Hampir disetiap ruang dalam dunia ini dihidupi oleh mikroorganisme jenis ini.
Mereka dapat masuk ke dalam tubuh manusia dengan berbagai macam cara, melalui
makanan, kebersihan lingkunganyang tidak terjaga, udara, dan banyak lagi cara yang
Beragam jenis cacing dapat menyebabkan angka prevalensi yang sangat tinggi,
dengan berbagai jenis penyakit yang ditimbulkannya. Dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai parasit jenis cacing Wuchereria bancrofti. Dimana cacing ini
B. Rumusan Masalah
klasifikasinya?
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah mengacu pada rumusan masalah di atas
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan cacing Wuchereria bancrofti dan bagaimana
klasifikasinya.
3. Untuk mengetahui prinsip patologi penyakit filariasis yang disebabkan oleh cacing
Wuchereria bancrofti
D. Manfaat
1. Sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang kesehatan
yang kami dapat salah satunya melalui mata kuliah parasitologi kesehatan.
2. Sebagai latihan dalam penyusunan pangumpulan data atau laporan penelitian agar
penulis lebih terampil dalam pengolahan kata dan hasil yang di dapat bisa lebih
3. Semoga hasil yang di dapat menjadi pembelajaran yang positif bagi kita semua dan
dapat menjadi sebuah motivasi dalam meningkatkan prestasi untuk masa depan.
BAB II
PEMBAHASAN
Wuchereria bancrofti atau disebut juga Cacing Filaria adalah kelas dari anggota
hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Nemathelminthes. Sri Widayati,
dkk ( hal:197, 2009) menyatakan bahwa cacing ini merupakan penyebab penyakit filariasis
atau elephantiasis (kaki gajah). Di dalam tubuh manusia, cacing tersebut menyumbat
pembuluh limfa (getah bening), sehingga mengakibatkan pembengkakan tubuh terutama pada
dari genus wuchereria dan brugia. Di Indonesia cacing yang dikenal sebagai penyebab
penyakit tersebut adalah wuchereria bancrofti, brugia malayi, dan brugia timori.
Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Animalia
Classis : Secernentea
Ordo : Spirurida
Upordo : Spirurina
Family : Onchocercidae
Genus : Wuchereria
halus, memiliki bentuk silindris sperti benang, kedua tumpuk, bagian anterior
membengkak, terdapat mulut berupa lubang sederhana tanpa bibir ataupun alat lainnya,
langsung menuju esophagus dengan sebuah rongga bukal tetapi tanpa tonjolan maupun
2. Cacing jantan, ukurannya lebih kurang 40 mm x 0,1 mm, ujung kaudal melengkung ke
vetral, didapat 12 pasang papilla perianal, terdiri atas 8 pasang preanal dan 4 pasang
posanal. Terdapat 2 pasang spikula dengan gubernakulum yang berbentuk bulan sabit.
3. Cacing betina, berukuran 80-100 mm x 0,24-0,30 mm, vulva terletak di daerah servikal,
mvagina pendek dengan sebuah segmenkeluar dari uterus selanjutnya organ genitalia ini
berpasangan. Embrio yang msih muda terdapat di bagian dalam uterus yang dilapisi
lapisan hialin yang tipis, lebih kurang berukuran 38x25 mm, jika terdorong ke bagian
uteus, bungkusnya memanjang menyesuaikan dengan bentuk embrio sampai embrio lahir
Dalam artikel Muslimah (2013) menyatakan bahwa “Hospes pelantara dari filaria,
yaitu nyamuk mendapatkan infeksi dengan menelan mikrofilaria dalam darah yang diisapnya.
Mula-mula parasit ini memendek, bentuknya menyerupai sosis dan disebut larva stadium I
(L1) dalam waktu 3 hari. Dalam waktu kurang lebih seminggu larva ini bertukar kulit tumbuh
menjadi lebih gemuk dan panjang yang disebut larva stadium II (L2). Pada hari ke 10-14
selanjutnya larva ini bertukar kulit sekali lagi tumbuh makin panjang dan lebih kurus, disebut
larva stadium III (L3) yang merupakan bentuk infektif dan dapat dijumpai di dalam selubung
probosis nyamuk. Larva bermigrasi ke labela nyamuk dan masuk ke dalam kulit hospes
Cacing ini hidup pada pembuluh limfe di kaki. Jika terlalu banyak jumlahnya, dapat
menyumbat aliran limfe sehingga kaki menjadi membengkak. Pada saat dewasa, cacing ini
menghasilkan telur kemudian akan menetas menjadi anak cacing berukuran kecil yang
berpindah ke peredaran darah kecil di bawah kulit. Jika pada waktu itu ada nyamuk yang
menggigit, maka larva tersebut dapat menembus dinding usus nyamuk lalu masuk ke dalam
otot dada nyamuk, kemudian setelah mengalami pertumbuhan, larva ini akan masuk ke alat
penusuk. Jika nyamuk itu menggigit orang, maka orang itu akan tertular penyakit ini,
Dalam tubuh hospes definitive (manusia), larva L3 menembus lapisan dermis menuju
saluran limfe dan berkembang menjadi larva L4 dalam waktu 9-14 hari setelah infeksi. Larva
L4 kemudian berkembang menjadi cacing dewasa di dalam kelenjar limfe dan melakukan
kopulasi . Mikrofilaria akan dilepaskan oleh cacing betina yang gravid dan dapat dideteksi di
limfe, mikrofilaria memasuki sistem vena lalu ke kapiler paru dan akhirnya memasuki sistem
Filariasis adalah penyakit menular ( Penyakit Kaki Gajah ) yang disebabkan oleh
cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. bermula dari inflamasi saluran
limfe akibat dilalui cacing filaria dewasa (makrofilaria). Cacing dewasa yang tak tahu diri ini
melalui saluran limfe aferen atau sinus-sinus limfe sehingga menyebabkan dilatasi limfe pada
tempat-tempat yang dilaluinya. Dilatasi ini mengakibatkan banyaknya cairan plasma yang
terisi dari pembuluh darah yang menyebabkan penebalan pembuluh darah di
sekitarnya. Akibat kerusakan pembuluh, akan terjadi infiltrasi sel-sel plasma, esosinofil, serta
makrofag di dalam dan sekitar pembuluh darah yang terinfeksi. Nah, infiltrasi inilah yang
pembuluh limfe tersebut. Akibatnya, limfedema dan perubahan statis-kronis dengan edema
pada kulit di atas pembuluh tersebut menjadi tak terhindarkan lagi. (Anonim. 2012)
Jadi, jelaslah bahwa biang keladi edema pada filariasis ialah cacing dewasa
(Makrofilaria)yang merusak pembuluh limfe serta mekanisme inflamasi dari tubuh penderita
yang mengakibatkan proliferasi jaringan ikat di sekitar pembuluh. Respon inflamasi ini juga
diduga sebagai penyebab granuloma dan proliferatif yang mengakibatkan obstruksi limfe
secara total. Ketika cacing masih hidup, pembuluh limfe akan tetap paten, namun ketika
cacing sudah mati akan terjadi reaksi yang memicu timbulnya granuloma dan fibrosis sekitar
limfe. Kemudian akan terjadi obstruksi limfe total karena karakteristik pembuluh limfe
bukanlah membentuk kolateral (seperti pembuluh darah), namun akan terjadi malfungsi
D. Gejala Klinik
Gejala klinik yang berhubungan dengan infeksi Wuchereria bancrofti bervariasi dari
yang tidak menunjukan gejala sampai pasien dengan manifestasi klinik yang berat seperti
elephantiasis dan hidrokel. Patologi dan Gejala klinis filariasis bancrofti dapat disebabkan
oleh cacing dewasa maupun mikrofilaria. Namun, perubahan patologi yang utama terjadi
akibat kerusakan pada sistem limfatik yang disebabkan oleh cacing dewasa dan bukan
dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan occult filariasis. Patologi dan Gejala klinik yang
disebabkan oleh cacing dewasa dapat berupa limfadenitis dan limfangitis retrograd pada
stadium akut, hidrokel, kilurian, dan Limfedema (elephantiasis) yang mengenai seluruh kaki
atau lengan, skrotum, vagina dan payudara pada stadium kronis. (Muslimah, 2013)
Gejala klinik kebanyakan tidak spesifik sehingga untuk menegakkan diagnosis harus
bancrofti dalam darah perifer yang diambail pada malam hari antara jam 22.00 – 02.00 dini
laboratorium yaitu :
1. Deteksi parasit yaitu menemukan microfilaria di dalam darah, cairan hirokel atau cairan
chyluria pada pemeriksaan sediaan darah tebal, teknik konsentrasi Knott dan membran
filtrasi.
dewasa dapat dijumpai pada saluran dan kelenjar limpah dari jaringan yang di curigai
sebagai tumor.
3. Diferensiasi spesies dan stadium filarial, yaitu dengan menggunakan pelacak DNA yang
spesies spesifik dan antibody monoclonal untuk mengidentifikasi larva filarial dalam
cairan tubuh dan dalam tubuh nyamuk vektor sehingga dapat membedakan antara larva
menutup ventilasi dengan kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk, mengoleskan kulit
dengan obat anti nyamuk, menggunakan pakaian panjang yang menutupi kulit, tidak
memakai pakaian berwarna gelap karena dapat menarik nyamuk, dan memberikan obat
anti-filariasis (DEC dan Albendazol) secara berkala pada kelompok beresiko tinggi
terutama di daerah endemis. Dari semua cara diatas, pencegahan yang paling efektif
tentu saja dengan memberantas nyamuk itu sendiri dengan cara 3M.
Pengobatan filariasis harus dilakukan secara masal dan pada daerah endemis dengan
mikrofilaria dan cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang. Hingga saat ini, DEC
adalah satu-satunya obat yang efektif, aman, dan relatif murah. Untuk filariasis
hari. Sedangkan untuk filariasis akibatBrugia malayi dan Brugia timori, dosis yang
dianjurkan 5 mg/kg berat badan/hari selama 10 hari. Efek samping dari DEC ini adalah
demam, menggigil, sakit kepala, mual hingga muntah. Pada pengobatan filariasis yang
disebabkan oleh Brugiamalayi dan Brugia timori, efek samping yang ditimbulkan lebih
berat. Sehingga, untuk pengobatannya dianjurkan dalam dosis rendah, tetapi pengobatan
dilakukan dalam waktu yang lebih lama. Pengobatan kombinasi dapat juga dilakukan
dengan dosis tunggal DEC dan Albendazol 400mg, diberikan setiap tahun selama 5
dari golongan makrolid yang mempunyai aktivitas luas terhadap nematoda dan
ektoparasit. Obat ini hanya membunuh mikrofilaria. Efek samping yang ditimbulkan
lebih ringan dibanding DEC. Terapi suportif berupa pemijatan juga dapat dilakukan di
samping pemberian DEC dan antibiotika, khususnya pada kasus yang kronis. Pada
Penderita filariasis yang telah menjalani pengobatan dapat sembuh total. Namun, kondisi
mereka tidak bisa pulih seperti sebelumnya. Artinya, beberapa bagian tubuh yang
membesar tidak bisa kembali normal seperti sedia kala. Rehabilitasi tubuh yang
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang hidup dalam sistem
limfe dan ditularkan oleh nyamuk. Bersifat menahun dan menimbulkan cacat menetap.
Gejala klinis berupa demam berulang 3-5 hari, pembengkakan kelenjar limfe,
pembesaran tungkai, buah dada, dan skrotum. Dapat didiagnosis dengan cara deteksi
b. Mekanisme penularan yaitu ketika nyamuk yang mengandung larva infektif menggigit
manusia, maka terjadi infeksi mikrofilaria. Tahap selanjutnya di dalam tubuh manusia,
larva memasuki sistem limfe dan tumbuh menjadi cacing dewasa. Kumpulan cacing
filaria dewasa ini menjadi penyebab penyumbatan pembuluh limfe. Akibatnya terjadi
dan Ivermektin selain dilakukan pemijatan dan pembedahan. Upaya rehabilitasi dapat
2. Saran
Diharapkan pemerintah dan masyarakat lebih serius menangani kasus filariasis karena
penyakit ini dapat membuat penderitanya mengalami cacat fisik sehingga akan menjadi
beban keluarga, masyarakat dan Negara. Dengan penanganan kasus filariasis ini pula,