JAMUR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta pengetahuan kepada kami
sehingga mampu menyelesaikan. Shalawat serta salam tercurah bagi nabi
Muhammad SAW serta para sahabat, keluarga, dan pengikutnya. Kami sadar
bahwa laporan ini belum sempurna oleh karena itu kami akan sangat menghargai
segala kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan kami dimasa
yang akan datang. Semoga Allah SWT memberi pahala atas segala amal bagi
orang yang telah mendukung kami dan semoga ini bermanfaat bagi kita.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau
sel tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi
seksual atau aseksual. Dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom
tersendiri, karena cara mendapatkan makanannya berbeda dengan
organisme eukariotik lainnya yaitu melalui absorpsi (Gandjar, 2009).
Fungi (jamur) merupakan kelompok organisme eukariotik yang
membentuk dunia jamur atau regnum. Fungi umumnya multiseluler
(bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam
hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan dan reproduksinya. Struktur
tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Tubuh jamur tersusun atas
komponen dasar yang disebut hifa. Hifa merupakan pembentuk jaringan
yang disebut miselium. Miselium yang menyusun jalinan-jalinan semua
menjadi tubuh. Bentuk hifa menyerupai benang yang tersusun dari dinding
berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan
sitoplasma. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa.
Septa umumnya mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati
ribosom, mitokondria dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke
sel. Akan tetapi adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa sinostik.
Struktur hifa sinostik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang
tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma (Aqsha, 2013).
Jamur adalah mikroorganisme eukariot heterotrof, tidak dapat
melakukan fotosintesis yang berkembang biak dengan spora yang khas.
Jamur dapat juga berkembang biak dengan aseksual maupun seksual.
Beberapa jamur merupakan organisme yang uniseluler, tetapi kebanyakan
jamur membentuk filamen yang merupakan sel vegetatif yang dikenal
dengan sebutan miselium. Miselium adalah kumpulan hifa atau filamen
yang menyerupai tube. Fungi juga dapat dideskripsi sebagai organiusme
yang tidak berklorofil, bersifat parasitik dan saprofitik, bersel tunggal atau
3
banyak menyerupai struktur vegetatif yang berupa filamen yang dilindungi
oleh dinding sel yang tersusun dari zat kitin atau polisakarida. Tumbuhan
dan fungi memiliki dinding sel, dinding sel ini yang membedakan fungi
atau tumbuhan dengan sel hewan. Karena sifat yang heterotrofik, hal yang
berlawanan dengan sifat yang autotrofik, maka fungi dikeluarkan dari
dunia tumbuhan menjadi digolongkan dalam dunia fungi tersendiri. Dalam
mencerna makanannya, fungi memiliki kemiripan dengan hewan. Fungi
memproses cadangan makanannya dalam bentuk glikogen seperti halnya
yang terjadi pada hewan. Dinding sel fungi tersusun dari zat kitin yaitu
karbohidrat yang mengandung nitrogen, sementara tumbuhan dinding
selnya terbuat dari selulosa (Echa, 2013).
Jamur tidak dapat hidup secara autotrof, melainkan harus hidup
secara heterotrof. Jamur hidup dengan jalan menguraikan bahan-bahan
organik yang ada dilingkungannya. Umumnya jamur hidup secara
saprofit,artinya hidup dari penguraian sampah sampah-sampah organic
seperti bangkai, sisa tumbuhan, makanan dan kayu lapuk, menjadi bahan-
bahan anorganik. Ada pula jamur yang hidup secara parasit artinya jamur
mendapatkan bahan organik dari inangnya misalnya dari manusia,
binatang dan tumbuhan. Adapula yang hidup secara simbiosis mutualisme,
yakni hidup bersama dengan orgaisme lain agar saling mendapatkan
untung, misalnya bersimbiosis dengan ganggang membentuk lumut kerak
(Syamsuri, 2004).
Ciri-ciri jamur organisme yang termasuk dalam kelompok jamur,
anggotanya mempunyai ciri-ciri umum yaitu uniseluler atau bersel satu
atau multi seluler (benang-benang halus), tubuhnya tersusun atas hifa
(jalinan benang-benang halus), eukariotik (mempunyai membran inti),
tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof, yaitu secara
saprofit, parasit dan simbiosis, dinding selnya tersusun atas zat kitin,
cadangan makanan tersimpan dalam bentuk glikogen dan protein,
pencernannya berlangsung secara ekstraseluler, dimana makanan sebelum
diserap disederhanakan terlebih dahulu oleh enzim ekstraseluler yang
dikeluarkan dari hifa jamur, memiliki keturunan yang bersifat haploid
4
lebih singkat, reproduksi jamur uniseluler dilakukan secara aseksual
dengan membentuk spora. Jamur multiseluler secara aseksual dengan cara
memutuskan benang hifa ( fragmentasi ), zoospore, endospora, dan
konidia. Sedangkan secara seksual melalui peleburan inti jantan dan inti
betina sehingga dihasilkan spora askus atau basidium (Ita, 2013 ).
Jamur hidup tersebar dan terdapat ditanah, air vegetasi, badan
hewan, makanan, dibangunan, bahkan pada tubuh manusia. Jamur dapat
tumbuh dan berkembang pada kelembaban dan pada suhu yang tinggi.
Saat ini di Indonesia diperkirakan terdapat 4.250 sampai 12.000 jenis
jamur. Dari jumlah tersebut dalam kehidupan memiliki peran masing-
masing dihabitatnya baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung
bagi manusia Jamur merupakan organisme yang mirip tumbuhan tetapi
tidak memiliki klorofil. Dalam klasifikasi system tiga kingdom, jamur
(fungi) dikelompokkan sendiri terlepas dari kelompok plantae (tumbuhan)
karena jamur tidak berfotosintesis dan dinding selnya bukan dari selulosa
(Yamin, 2013).
Sedangkan dari sudut lain mengatakan bahwa fungi adalah
mikroorganismaeukaryotik yang hidup secara saprofit karena tidak dapat
berfotosintesa. Padadasarnya sel -sel fungi hampir sama dengan sel - sel
hewan. Bahkan hal ini jugayang menjadi salah satu alasan mengapa sulit
ditemukan strategi yang tepat dalammengobati infeksi oleh jamur tanpa
berefek toksik bagi inang / host nya. Di alamini fungi dapat bersifat sangat
merugikan manusia dengan menimbulkan infeksi(penyakit) dan toksin
yang dihasilkan ataupun bersifat menguntungkan denganmenghasilkan
produk - produk yang dapat digunakan oleh manusia sebagai
contohantibiotika, vitamin, asam organik dan enzim
b. Klasifikasi Jamur/Fungi
Menurut Hadi (2014), jamur diklasifikasikan berdasarkan cara
reproduksi dan struktur tubuhnya. Dalam klasifikasi dengan lima kingdom,
jamur dibagi menjadi 4 divisi yaitu
5
1) Divisi Zygomycota
6
c. Mucor mucedo
Jamur ini hidup secara saprofi t. Sering dijumpai pada roti, sisa-
sisamakanan dan kotoran ternak. Miselium jamur ini berkembang
di dalamsubstrat. Memiliki sporangium yang dilengkapi oleh
sporangiofor.
d. Pilobolus sp
Jamur ini sering disebut ‘pelempar topi’ atau cap thrower,
karenabila sporangiumnya telah masak, jamur ini bisa
melontarkannya sampaisejauh 8 meter. Spora tersebut kemudian
melekat pada rumput atautumbuhan lain. Ketika tumbuhan tersebut
dimakan hewan, spora jamur yangmelekat tersebut akan
berkecambah di dalam saluran pencernaan dan akantumbuh pada
kotoran yang dikeluarkan hewan tersebut
2) Divisi Ascomycota
Ciri Khusus dari jamur Ascomycota adalah dapat menghasilkan
spora askus (askospora), yaitu spora hasil repoduksi seksual,
berjumlah 8 spora yang tersimpan di dalam kotak spoa. Kotak spora
ini menyerupai kantong sehigngga disebut askus, untuk mengetahui
bentuk dan stuktu askus dibutuhkan pengamatan yang teliti.
a) Reproduksi secara seksual
Reproduksi secara seksual dapat dijelaskansecara ingkas
sebagai berikut. Hifa yang bercabang-cabang ada yang
berdifensiasi membentuk alat reproduksi betina yang ukurannya
menjadi lebh besar, yang disebut askogonium. Di dekatnya , dari
ujung hifa lain terbentuk alat repoduksi jantan yang disebut
anteridium berinti haploid(n kromosom). Dari askogonium tumbuh
saluran yang menghubungkan antara askogonium dan anteridum.
Saluran itu disebut trikogin. Melalui saluran trikogin inilah inti sel
dari anteidium pindah dan masuk ke dalam askogonium.
Selanjutnya, inti anteridium dan inti askogonium berpasanga.
Setelah terbentuk pasangan inti, dari askogonium tumbuh beberapa
7
hifa. Hifa ini disebut sebagai hifa askogonium . Nah inin yang
berpasangan itu masuk ke dalam askogonium ,kemudian membelah
secara mitosis, namun tetap saja berpasangan. Setelah memasuki
inti hifa askogonium teus tumbuh, membentuk sekat melintang,
dan bercabang-cabang banyak. Di ujung-ujung hifa askogonium ini
terdapat dua int. Ujung hifainilah yang kelak akan membentuk
askus. Cabang-cabang hifa itu dibungkus oleh miselium,
bentuknya kompak,yang mudah menjadi tubuh buah atau askokarp.
Dua inti di dalam askus yang berasal dari ujung hifa itu membelah
secara meiosis membentuk 8 buah spoa. Jadi, spoa tersebut
terbentuk di dalam askus, karena itulah disebut spora askus. Spora
askus dapat tersebar kemana-mana karena angin. Jika jatuh di
tempat yang sesuai spora askus akan tumbuh menjadi benag hifa
baru.
8
induknya. Tunas yang terlepas ini kemudian tumbuh
menjadiindividu baru.
Reproduksi generatif terjadi dengan mem ben tuk askus
danaskospora. Askospora dari 2 tipe aksus yang berlainan
bertemu dan menyatumenghasilkan sel diploid. Selanjutnya
terjadi pembelahan secara meiosis,sehingga beberapa askospora
(haploid) dihasilkan lagi. Askospora haploidtersebut berfungsi
secara langsung sebagai sel ragi baru. Cara reproduksiseksual ini
terjadi saat reproduksi aseksual tidak bisa dilakukan,
misalnyabila suplai makanan terganggu atau lingkungan
hidupnya tidak mendukung.Dalam kehidupan manusia, S.
cerevisiae dimanfaatkan dalampembuatan roti, tape, peuyeum,
minuman anggur, bir, dan sake. Proses yangterjadi dalam
pembuatan makanan tersebut adalah fermentasi.
Penicillium sp.
Penicillium hidup sebagai saprofi t pada substrat yang
banyakmengandung gula, seperti nasi, roti, dan buah yang telah
ranum. Padasubstrat gula tersebut, jamur ini tampak seperti noda
biru atau kehijauan.Perhatikan Gambar 5.18. Reproduksi jamur
Penicillium berlangsung secaravegetatif (konidia) dan secara
generatif (askus).
Aspergillus sp.
Jamur ini biasanya tumbuh berkoloni pada makanan, pakaian,
danalat-alat rumah tangga. Koloni Aspergillus berwarna abu-
abu, hitam, coklat,dan kehijauan. Distribusinya luas, dapat
tumbuh di daerah beriklim dinginmaupun daerah tropis.
Reproduksi secara vegetatif dengan konidia yangdisebarkan
oleh angin. Beberapa jenis jamur anggota marga
Aspergillusadalah:
Aspergillus oryzae
Jamur ini biasa digunakan untuk mengempukkan adonan roti,
dan jamur tersebut dapat menghasilkan enzim protease.
9
Aspergillus wentii
Aspergilus jenis ini berperan dalam dalam pembuatan
sake,kecap, tauco, asam sitrat, asam oksalat, dan asam
format, serta penghasilenzim protease.
Aspegillus niger
Jenis ini dimanfaatkan untuk menghilangkan gas O2 dari
saribuah, dan dapat menjernihkannya. Jamur tersebut juga
dapatmenghasilkan enzim glukosa oksidase dan pektinase.4.
Apergillus flavus
Jenis Aspergilus ini menghasilkan aflatoksin, penyebab
kankerpada manusia.
Apergillus nidulans
Jamur ini hidup sebagai parasit pada telinga,
menyebabkanautomikosis.
Neurospora crassa
Neurospora crassa dikenal sebagai jamur oncom karena
seringdigunakan untuk membuat oncom. Warna merah muda
atau jingga yangmuncul pada oncom merupakan warna
konidia jamur tersebut.
Awalnya jenis ini dikelompokkan ke dalam Divisi
Deuteromycota, dengan namaMonilia sitophila. Tetapi setelah
ditemukan alat reproduksi generatifnya,berupa askus, sekarang
jamur ini dimasukkan ke dalam kelompokAscomycotina
Morchella deliciosa danMorchella esculenta
Kedua jenis jamur ini merupakan jamur makroskopis, hidup
ditanah. Karena rasanya yang lezat, jamur ini menjadi
konsumsi manusia.Dalam dunia perdagangan jamur ini dikenal
dengan nama morel, ukurantubuhnya sedang, berwarna coklat
kemerahmerahan, tubuhnya seperti sponsdan sering dijual
dalam bentuk awetan
10
3) Divisi Basidiomycota
Jamur Basidiomycota umumnya merupakan jamur makroskopik,
dapat dilihat dengan mata karena ukuannya yang besar. Pada musim
penghujan dapat kita temukan pada pohon, misalnya jamur kuping,
jamur pohon, atau di tanah yang banyak mengandung bahan oganik,
misalnya jamur barat.Bentuk tubuh buahnya kebanyakan mirip
payung misalnya pada jamur merang yang kalian amati.
Basidiomycota ada yang dibudayakan misalnya jamur merang, jamur
tiram, jamur shiltake, dan lainnya, jamur-jamur tersebut merupakan
makan yang bergizi tinggi.
Hifa Basidiomycota memiliki sekat melintang, berinti satu
(monokaiotik) atau dua (dikariotik). Miseliumnya berada pada
substrat. Dari hifa dikariotik dapat muncul tubuh buah berbentuk
payung atau bentuk lain yang menjulang di atas substrat. Bagian tubuh
buah inilah yang enak dimakan. Tubuh buah atau basidiokarp
merupakan tempat tumbuhnya basidium. Setiap basidium
menghasilkan 4 spora basidum.Berbagai jenis jamur yang dikonsumsi
kita konsumsi dalam kehidupansehari-hari adalah anggota
Basidiomycotina. Jenis-jenis tersebut antara lain:
Volvariella volvacea(jamur merang)
Jamur ini mempunyai tubuh buah berbentuk seperti payung,
terdiriatas lembaran-lembaran (bilah), yang berisi basidium. Tubuh
buahnyaberwarna putih kemerah-merahan. Jamur ini merupakan
sumber protein,kadar kalorinya tinggi, tetapi kadar kolesterolnya
rendah. Karena memilikinilai ekonomi yang tinggi, jamur ini
banyak dibudidayakan
11
seperti sayuran. Jamurini pun sekarang sudah banyak
dibudidayakan.
Amanita phalloide
Amanita phalloides merupakan salah satu anggota
sukuAmanitaceae. Amanita, merupakan cendawan yang indah,
tetapi jugamerupakan anggota daftar cendawan yang mematikan
di bumi, mengandungcukup racun untuk membunuh seorang
dewasa hanya dengan sepotongtubuhnya. Jamur ini hidup sebagai
saprofit pada kotoran hewan ternak,memiliki tubuh buah
berbentuk seperti paying.
Puccinia graminis(jamur karat)
Jamur ini hidup parsit pada daun rumput-rumputan
(Graminae),tubuhnya makroskopik, tidak memiliki tubuh buah,
dan sporanya berwarnamerah kecoklatan seperti warna karat.
4) Divisi Deuteromycota
Telah dibahas sebelumnya bahwa jamu yang epoduksi seksualnya
menghasilkan askus digolongkankedalam Ascomycota dan yang
menghasilkan basidium digolobgkan kedalam Basidiomycota. Akan
tetapi belum semua jamu yang dijumpai di alam telah diketahui cara
repoduksi seksualnya. Kira-kira terdapat sekitar 1500 jenis jamur yang
belum diketahui cara reproduksi seksualnya. Akibat dari hal ini Tidak
ada yang bisa menggolongkan 1500 jamur tersebut. Jamur yang
demikian untuk sementara waktu digolongkan k dalam
Deuteromycota atau “jamur tak tentu”. Jadi Deuteromycota bukanlah
penggolongan yang sejati atau bukan takson. Jika kemudian menurut
penelitian ada jenis dari jamu ini yang diketahui proses reproduksi
seksualnya,maka akan dimasukkan ke dalam ascomycota atau
Basidiomycota. Sebagai cotnoh adalah jamur oncom yang mula-mula
jamur ini berada di divisi deuteromycota dengan nama Monilla
12
Sithophila. Namun setelah diteliti ternyata jamur ini menghasilkan
askus sehingga dimasukkan ke dalam Ascomycota.
Pada manusia, jamur anggota Divisi Deuteromycotina
umumnyamenyebabkan penyakit. Epidermophyton fl oocosum
menyebabkan penyakitkaki atlet, sedangkan Microsporum sp. dan
Trichophyton sp. menyebabkanpenyakit kurap atau panu. Karena
hidup dikulit, kedua jamur tersebut seringdisebut juga sebagai
dermatophytes. Jenis lain yang merupakan penyebabpenyakit pada
manusia adalah Candida albicans. Jamur mikroskopis inimemiliki
bentuk tubuh mirip ragi, tetapi sifat hidupnya adalah parasit.
Penyakityang ditimbulkannya adalah penyakit keputihan yang terjadi
karena adanyainfeksi pada vagina.
13
2.2 Jenis-jenis Jamur Patogen
1. Candida Sp.
Candida sp. merupakan jamur dimorfik yang tumbuh sebagai sel ragi
tunas, berbentuk oval (berukuran 3-6 mikron). Pada medium agar Candida sp.
akan menghasilkan koloni lunak berwarna krem dengan bau seperti ragi. Candida
terdiri dari banyak spesies dan tersebar luas di alam. Spesies Candida dapat
diidentifikasi menggunakan beberapa cara, salah satunya adalah dengan
melakukan pengamatan secara makroskopis pada koloni Candida sp.
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Famili : Saccharomycetaceae
Genus : Candida
a. Faktor endogen
1) Perubahan fisiologi tubuh yang terjadi pada :
14
a) Kehamilan, terjadi perubahan dalam vagina.
b) Obesitas, kegemukan dapat menyebabkan banyak keringat, mudah
terjadi maserasi kulit, dan memudahkan infestasi Candida.
c) Endokrinopati, gangguan konsentrasi gula dalam darah, yang pada
kulit akan menyuburkan pertumbuhan Candida.
d) Penyakit menahun, seperti tuberculosis, lupus eritematosus, karsinoma,
dan leukemia.
e) Pengaruh pemberian obat-obatan, seperti antibiotik, kortikosteroid,
atau sitostatik.
f) Pemakaian alat-alat di dalam tubuh, seperti gigi palsu, infus dan
kateter.
2) Umur Orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena sistem
imunologinya yang tidak sempurna atau lemah.
3) Gangguan imunologis Pada penyakit genetik seperti atopic dermatitis,
infeksi Candida mudah terjadi
b. Faktor eksogen
Kebersihan dan kontak dengan penderita. Pada penderita yang sudah terkena
infeksi (kandidiasis pada mulut) dapat menularkan infeksi pada pasangannya
melalui kontak bibir. Kedua faktor eksogen dan endogen ini dapat berperan
menyuburkan pertumbuhan Candida atau dapat mempermudah terjadinya invasi
Candida ke dalam jaringan tubuh.
15
2. Aspergillus sp.
Gambar Aspergillus
Sumber : https://images.app.goo.gl/qNcwtqr37rsP2Uqn8
Menurut Fardiaz dikutip oleh Syaifurrisal, Arif (2014), klasifikasi dari Aspergillus
sp adalah sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Divisi : Amastigomycota
Kelas : Deutromycetes
Ordo : Moniliales
16
Famili : Moniliaceae
Genus : Aspergillus
3. Histoplasma Capsulatum
Histoplasma capsulatum adalah jamur dimorfik yang tetap dalam
bentuk miselium pada suhu kamar dan tumbuh sebagai ragi pada suhu
tubuh pada mamalia. Infeksi menyebabkan histoplasmosis. Meskipun
jamur yang menyebabkan histoplasmosis dapat ditemukan di daerah
beriklim sedang di seluruh dunia, jamur ini endemik di lembah Sungai
Ohio, Missouri, dan Mississippi di Amerika Serikat. Secara internasional,
jamur ini banyak ditemukan di lembah-lembah sungai di Amerika Utara
dan Tengah, Eropa timur dan selatan, dan sebagian Afrika, Asia timur,
dan Australia.
Taksonomi Histoplasma capsulatum
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Ascomycotina
Class : Ascomycetes
Order : Onygenales
Family : Onygenaceae
Genus : Ajellomyces (Histoplasma)
Species : Histoplasma capsulatum
Histoplasmosis adalah penyakit infeksi jamur pada paru-paru yang
disebabkan karena menghirup spora jamur Histoplasma capsulatum. Spora
jamur ini bisa ditemukan di tanah atau pada kotoran burung dan kelelawar,
dan paling sering ditularkan melalui udara. Kebanyakan individu dengan
histoplasmosis tidak menunjukkan gejala. Mereka yang mengembangkan
manifestasi klinis biasanya immunocompromised atau terkena jumlah
inokulum yang tinggi. Histoplasmosis akut mungkin tidak memerlukan
pengobatan atau mungkin perlu tiga bulan pengobatan jika bergejala
(itrakonazol 200 mg dua kali sehari selama 3 bulan, dibandingkan dengan
12 bulan dengan blastomycosis). Histoplasmosis dapat menyerupai kanker
17
paru-paru dan sarkoidosis. Salah satu cara tercepat untuk mendiagnosis
histoplasmosis adalah dengan biopsi sumsum tulang.
Secara klinis histoplasmosis terbagi menjadi histoplasmosis
asimptomatik, histoplasmosis pulmoner akut, histoplasmosis pulmoner
kronik dan histoplasmosis diseminata.
1. Histoplasmosis Asimptomatik
Histoplasmosis asimptomatik biasanya terjadi di daerah endemis.
Sebanyak 50 – 85% orang yang tinggal di daerah endemis pernah
terinfeksi jamur tersebut.
2. Histoplasmosis Pulmoner Akut
Bentuk yang paling sering ditemukan, dapat primer (infeksi awal
atau sekunder (infeksi Wang). Bentuk primer seringkali asimptomatik,
masa tunasnya pada bayi dan anak kecil ialah 10 - 23 hari, banyak
dijumpai di daerah endemis. Satu-satunya tanda infeksi adalah uji kulit
histoplasmin positif. Bila timbul gejala akan menyerupai influenza yaitu
panas mendadak, malaise, nyeri otot sakit kepala, batuk nonproduktif,
dapat disemi rhonkhi yang difus dan hepatosplenomegali ringan.
Pemeriksaan radiologis menunjukkan infiltrat kecil-kecil tersebar di paru
dan pembesaran kelenjar pada hilus.
Pada anak-anak berlangsung tidak lebih dari tiga minggu. Bentuk
sekunder, gejalanya serupa dengan yang primer, pada pemeriksaan
radiologis tampak nodul-nodul milier tersebar di paru menyerupai
tuberkulosis miliaris. Dalam beberapa bulan kelainan ini dapat menghilang
sendiri dengan atau tanpa perkapuran. Uji tuberkulin negatif sedangkan uji
kulit histoplasmin positif
3. Histoplasmosis Pulmoner Kronik
Dijumpai pada orang dewasa setengah umur, perokok dan
mempunyai riwayat penyakit obstruksi paru kronis, belum pernah
ditemukan pada anak-anak. . Gejalanya demam, batuk kronik dengan
produksi sputum, malaise, lelah, berat badan turun, nyeri dada dan
hemoptisis. Pada pemeriksaan radiologis paru terlihat kavitasi pada lobus
atas dan fibrosis yang progresif pada bagian bawah paru.
18
4. Histoplasmosis Diseminata
Suatu penyakit yang akut pada bayi, anak kecil dan penderita
dengan imunospresi. Morbiditas dan mortalitas tinggi. Bentuk yang fatal
ini jarang terjadi. Kelainan dimulai dengan infeksi paru akut, demam,
batuk, sesak napas dan cepat menjadi progesif serta menyerang banyak
organ. Penderita tampak sakit berat, mual, muntah, sakit perut dan diare.
Ditemukan rhonkhi, limfa- denopati, hepatosplenomegali, anemia,
leukopenia dan trombositopenia. Bila tidak diobati, kelainan akan
memburuk dan dapat terjadi kegagalan pernapasan, perdarahan gastro-
intestinal yang tidak dapat dikontrol, koagulasi intravaskuler diseminata
(DIC) dan/atau sepsis, akhimya dapat menimbulkan kematian. Gambaran
radiologis paru terlihat infiltrate interstitial difus atau bentuk
retikulonodular yang dengan cepat menjadi acute respiratory distress
syndrome.
Kelainan ini dapat dijumpai pula pada penderita leukemia atau
keganasan sistem limfatik dan hemopoetik lainnya, path pemberian
kemoterapi, obat imunosupresif atau steroid, serta pada penderita AIDS
yang menunjukkan gejala demam yang tidak dapat diterangkan sebabnya
disertai hepatosplenomegali dan pansitopeniat. Kelainan yang bersifat
subakut atau kronis dapat di tern ukan pada penderita dewasa, biasanya
dengan gejala ulserasi pada mulut, faring, laring dan saluran pencernaan,
insufisiensiadrenal, endokarditis, osteomielitis, arthritis dan meningitis.
4. Pneumocystis Jiroveci
Pneumocystis adalah genus jamur uniseluler yang ditemukan di
saluran pernapasan banyak mamalia dan manusia.Variabilitas genomik
yang berbeda ada di antara anggota genus khusus inang. Organisme ini
pertama kali dideskripsikan pada tahun 1909 oleh Chagas dan kemudian
beberapa tahun kemudian oleh Delanöes, yang akhirnya menamai
organisme tersebut untuk menghormati Dr. Carini setelah mengisolasinya
dari tikus yang terinfeksi. Bertahun-tahun kemudian, Dr. Otto Jirovec dan
19
kelompoknya mengisolasi organisme dari manusia, dan organisme yang
bertanggung jawab untuk PJP diganti namanya setelahnya.
20
sama efektifnya dengan pentamidine intravena dan lebih efektif daripada
rejimen pengobatan alternatif lainnya. Kortikosteroid digunakan sebagai
terapi awal tambahan hanya pada pasien dengan infeksi HIV yang
memiliki PJP parah.Langkah-langkah pencegahan (misalnya, Berhenti
merokok dan kemoprofilaksis) dapat memainkan peran penting dalam
manajemen penyakit.
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Pneumocystidomycetes
Ordo : Pneumocystidales
Famili : Pneumocystidaceae
Genus : Pneumocystis
Spesies : P. jirovecii
Penularan Pneumocystis
21
Bukti manusia tentang hal ini disediakan oleh analisis molekuler isolat
Pneumocystis yang diperoleh dari kelompok pasien yang terlibat dalam
wabah di rumah sakit. Bukti lebih lanjut dari penularan manusia telah
ditemukan dalam kasus pneumonia berulang di mana genotipe organisme
Pneumocystis pada orang yang sama berbeda pada episode sebelumnya.
Meskipun demikian, tindakan pencegahan penghalang tidak diperlukan
untuk pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Pneumocystis jiroveci
pneumonia (PJP) kecuali untuk melindungi pasien lain dengan kekebalan
tertekan.
Orang dengan infeksi HIV yang sel CD4-nya turun di bawah 200 / μL dan
yang tidak menerima profilaksis PJP (Selain itu, pada pasien dengan
infeksi HIV, temuan infeksi oportunistik lainnya [misalnya, sariawan]
meningkatkan risiko PJP, terlepas dari CD4 + hitung.)
Orang dengan defisiensi imun primer, termasuk beberapa bentuk
hipogamaglobulinemia (terutama defisiensi CD40-ligan, juga dikenal
sebagai sindrom hip-IgM terkait-X) dan defisiensi imun kombinasi yang
parah (SCID)
Orang yang menerima rejimen imunosupresif jangka panjang untuk
gangguan jaringan ikat, vaskulitida, atau transplantasi organ padat
(misalnya jantung, paru-paru, hati, ginjal)
Orang dengan keganasan hematologis dan non hematologis, termasuk
tumor padat dan limfoma.
Orang dengan gizi buruk
kesulitan bernapas
batuk kering
demam.
22
Gejala lain seperti turunnya berat badan, rasa tidak nyaman pada dada, dan
menggigil.
5. Tricophyton
Jamur Trichophyton sp. adalah dermatofita yang habitatnya di
tanah, binatang, dan manusia, terutama pada daerah yang beriklim tropis
dan basah. richophyton sp. dapat hidup dan berkembang pada bagian
epidermis dengan enzim keratinase, protease dan katalase yang
dimilikinya. Jamur Trichophyton sp. menginfeksi manusia pada kulit,
rambut, dan kuku. Pada umumnya jamur ini menyebar melalui kontak
langsung dengan kulit penderita dan kontak tidak langsung melalui
peralatan rumah tangga atupun pakaian yang terkontaminasi oleh spora
jamur.
Tricophyton ini memiliki taksonomi sebagai berikut :
Kingdom: Fungi
Divisi: Deuteromycota
Kelas: Eurotiomycetes
Ordo: Onygenales
Famili: Arthrodermataceae
Genus: Trichophyton
23
bahan yang dihasilkan berada di daerah kutan, yaitu lapisan kulit yang
meliputi stratum korneum hingga stratum basale (Salim, 2010).
Patogenitas Tricophyton ini dipengaruhi oleh sistem kekebalan
tubuh seseorang. apabila sistem kekebalan tubuh orang tersebut sedang
menurun maka mudah bagi tricophyton sp untuk menginfeksi tubuh orang
tersebut.
Trichophyton sp. sering menyebabkan beberapa penyakit seperti :
a. Tinea kapitis,
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang
disebabkan oleh spesies dermatofita. Kelainan ini dapat ditandai
dengan lesi bersisik, kemerahan, alopesia dan kadang-kadang terjadi
gambaran klinis yang lebih berat, yang disebut kerion. Ada tiga bentuk
tinea kapitis:
Gray patch ring-worm, merupakan tinea kapitis yang biasanya
disebabkan oleh genus microsporum dan sering ditemukan pada
anak-anak. Penyakit mulai dengan papul merah yangkecil di
sekitar rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak, yang
menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal.
Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi. Rambut
mudah patah dan terlepas dari akarnya sehingga mudah dicabut
dengan pinset tanparasa nyeri. Semua rambut di daerah tersebut
terserang oleh jamur dan menyebabkan alopesiasetempat. Tempat-
tempat terlihat sebagai gray patch, yang pada klinik tidak
menunjukan batas daerah sakit dengan pasti. Pada pemeriksaan
lampu wood terlihat fluoresensi hijau kekuningan pada rambut
yang sakit, melampaui batas dari gray patch tersebut. Tinea kapitis
disebabkan oleh microsporum audouini biasanya disertai tanda
peradangan, hanya sesekali berbentuk kerion.
Kerion, merupakan tinea kapitis yang terutama disebabkan oleh
Microsporum canis. Bentuk yang disertai dengan reaksi
peradangan yang hebat. Lesi berupa pembengkakanmenyerupai
24
sarang lebah, dengan sebukan radang di sekitarnya. Kelainan ini
menimbulkan jaringan parut yang menetap.
Black dot ring-worm, merupakan tinea kapitis yang terutama
disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Trichophyton
violaceum. Gambaran klinis berupa terbentuknya titik-titik hitam
pada kulit kepala akibat patahnya rambut yang terinfeksi tepat di
muara folikel.Ujung rambut yang patah dan penuh spora terlihat
sebagai titik hitam. Diagnosis banding padatinea kapitis adalah
alopesia areata, dermatitis seboroik dan psoriasis (Siregar, 2005).
b. Tinea kruris,
Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum,
dan sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut ataupun menahun,
bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup.
Lesi kulit dapat berbatas pada daerah genito-krural saja, atau meluas
ke daerah sekitar anus, daerah gluteus, dan perut bagian bawah, atau
bagian tubuh yang lain.Kelainan kulit yang tampak pada sela paha
merupakan lesi berbatas tegas. Peradangan pada tepilebih nyata
daripada daerah di tengahnya. Fluoresensi terdiri atas bermacam-
macam bentuk yang primer dan sekunder (polimorfik). Bila menahun
dapat disertai bercak hitam dan bersisik. Erosidan keluarnya cairan
terjadi akibat garukan. Dan tinea kruris merupakan bentuk klinis
tersering di Indonesia. agen yang pada umumnya menyebabkan tinea
kruris antara lain: T. rubrum, T. interdigitale dan E. floccosum.
c. Tinea korporis
Merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh yang tidak berambut
(glabrous skin). Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi
bulat atu lonjong, berbatas tegas terdiri dari eritema, squama, kadang-
kadang dengan vesikel dan papul ditepi. Daerah tengah biasanya
tenang. Kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada
umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain.
Dapat terlihat sebagai lesi dengan tepi polisiklik,karena beberapa lesi
kulit menjadi satu.
25
Tinea korporis yang menahun tanda radang yang mendadak biasanya
tidak terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan
bersama-sama dengan kelainan pada sela paha.
Bentuk khas dari tinea korporis yang disebabkan oleh trichophyton
concentricum disebut tinea imbrikata. Tinea imbrikata dimulai dengan
bentuk papul berwarna coklat, yang perlahan menjadi besar. Stratum
korneum bagian tengah ini terlepas dari dasarnya dan melebar. Proses
ini setelah beberapa waktu mulai lagi dari bagian tengah, sehingga
terbentuk lingkaran-lingkaran berskuama yang kosentris.
Bentuk tinea korporis yang disertai kelainan pada rambut adalah tinea
favosa atau favus. Penyakit ini biasanya dimulai dikepala sebagai titik
kecil di bawah kulit yang berwarna merah kuning dan berkembang
menjadi krusta berbentuk cawan (skutula) dengan berbagai ukuran .
d. Tinea unguium
Trichophyton rubrum dan T. interdigitale adalah spesies yang sering
menyebabkan tinea unguium. Dermatofita jenis unguium digolongkan
menjadi dua bagian utama:
Superficial white-onycomycosis yang menempel atau membuat
lubang pada permukaan kuku.
Invasif, subungual dermatofita yang lateral dari proximal atau pun
distal. Diikuti dengan menetapnya infeksi pada dasar
kuku.Onycomycosis subungual distal adalah bentuk umum dari
onycomycosis dermatofita. Jamur menyerang bagian distal bantalan
jari yang menyebabkan hiperkeratosis dari bantalan kuku dengan
onycolisis dan menyebabkan penebalan lempeng kuku.Seperti
namanya onycomycosis subungual lateral dimulai dari bagian lateral
kuku dan seringmenyebar melibatkan semua lempeng kuku. Pada
onycomycosis subungual proximal jamur menginvasi kebawah
kutikula dan menginfeksi bagian proximal daripada bagian distal
karena spot yellow-white akan menyerang lunula terlebih dahulu
kemudian meluas ke lempeng kuku.
26
6. Candida Albicans
Candida albicans adalah suatu jamur lonjong, bertunas, yang
menghasilkan pseudomisellium baik dalam biakan maupun dalam jaringan
dan eksudat. Candida adalah flora normal selaput lendir saluran
pernafasan, saluran pencernaan, dan genital wanita (Jawetz et al., 1986).
Candida Albicans ini memiliki taksonomi sebagai berikut :
Kingdom: Fungi
Filum: Ascomycota
Subfilum: Saccharomycotina
Kelas: Saccharomycetes
Ordo: Saccharomycetales
Famili: Saccharomycetaceae
Genus: Candida
Spesies: C. albicans
27
Pada infeksi mulut (sariawan) terdapat selaput lendir di pipi dan
tampak sebagai bercak-bercak putih yang sebagian besar terdiri dari
pseudomiselium dan epitel terkelupas dari selaput lendir, hal ini
terutama terjadi pada bayi.
b. Genitalia wanita
Vulvovaginitis menyerupai sariawan tetapi menimbulkan iritasi, gatal
yang hebat dan pengeluaran sekret.
c. Kulit
Infeksi kulit terutama pada bagian-bagian yang basah, hangat seperti
ketiak, lipatan paha, skrotum atau lipatan-lipatan di bawah payudara.
Infeksi paling sering terjadi pada orang gemuk dan penderita diabetes
d. Kuku
Penebalan dan alur transversal pada kuku yang ditandai dengan rasa
sakit, bengkak kemerahan pada lipatan kuku, menyerupai peronikhia
progenils, dapat mengakibatkan kuku tanggal.
e. Paru-paru dan organ lain
Infeksi Candida dapat menyerupai invasi sekunder paru-paru, ginjal,
dan organ-organ lain dimana terdapat penyakit sebelumnya. Pada
penderita leukemia yang tidak terkendali dan penderita yang
mengalami penekanan imun atau pembedahan, lesi-lesi yang
disebabkan oleh Candida dapat terjadi pada banyak organ.
7. Mikrosporum
Microsporum sp merupakan penyebab penyakit kulit, pemakan zat
tanduk atau keratin, serta merusak kuku dan rambut.Jamur microsporum
sp dapat ditularkan secara langsung. Penularan langsung dapat secara
fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung jamur baik dari manusia,
binatang atau dari tanah.
Microsporum sp. merupakan kelompok kapang yang diketahui sebagai
dermatofita penyebab dermatofitosis (ringworm). Umumnya ditemukan
pada iklim lembab dan hangat. Gambaran mikroskopis spesies ini
28
memiliki makrokonidia multiseluller dengan dinding tebal, kasar dan
memiliki dinding berduri. Makrokonidia menyerupai tong dengan bagian
ujung yang tidak simetris dan memiliki panjang 10-50 µm yang terdiri dari
6-15 sel. Mikrokonidia berbentuk seperti buah pir dan terkadang berbentuk
oval (Ellis, 2013).
Microsporum ini memiliki taksonomi sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Division : Deuteromycota
Class : Eurotiomycetes
Order :Onygenales
Family : Arthrodermataceae
Genus : Microsporum
Dermatofitosis merupakan mikosis superfisial pada jaringan yang
mengandung keratin, misalnya stratum korneum pada epidermis rambut,
dan kuku. Dermatofitosis disebabkan oleh golongan jamur dermatofita
antara lain Microsporum sp. Trichopyton sp. dan Epidermophyton sp.
(Budimulja, 2007). Ada banyak manifestasi atau gejala klinik yang dapat
diakibatkan oleh genus Microsporum, namun hanya ada beberapa penyakit
yang secara khas diakibatkan oleh infeksi Microsporum gypseum baik itu
mengenai manusia maupun mengenai hewan yang biasanya menjadi
hewan peliharaan, antara lain sebagai berikut:
a. Tinea Capitis
b. Tinea Favosa
c. Tinea ungium
8. Aspergillus Fumigatus
Superkingdom : Eukaryota
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Pezizomycotina
29
Class : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Family : Trichocornacease
Genus : Aspergillus
Species : Aspergillus fumingatus
30
waktu kondisi yang mendasarinya dapat memburuk dan mungkin
menyebabkan: Batuk darah (hemoptitis), Mengi, Sesak napas,
penurunan berat badan, kelelahan.
c. Kronis necrotizing asper-gillosis (CNA) adalah penyebaran, infeksi
kronis lambat paru-paru. Hal ini biasanya hanya mempengaruhi
orang-orang dengan kondisi paru-paru bermasalah yang sudah ada,
atau orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang
lemah.
d. Aspergillosis paru invasif (IPA) adalah infeksi umum pada orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah karena sakit atau
mengambil imunosupresan. Ini adalah bentuk paling serius dari
aspergillosis yang dimulai di paru-paru yang kemudian menyebar
dengan cepat ke seluruh tubuh.
31
Bentuk paling parah aspergillosis disebut aspergillosis paru invasif.
Kondisi ini terjadi ketika infeksi menyebar dengan cepat dari paru-
paru melalui aliran darah ke otak, jantung, ginjal, atau kulit.
Aspergillosis paru invasif umumnya terjadi pada orang dengan sistem
kekebalan tubuh melemah karena penyakit tertentu atau saat menjalani
kemoterapi. Tanda dan gejala tergantung pada organ yang terkena,
tetapi secara umum meliputi: demam dan menggigil, batuk berdarah,
pendarahan parah dari paru-paru, sesak napas, nyeri dada dan nyeri
sendi, mimisan, pembengkakan wajah pada satu sisi, lesi kulit (lecet-
lecet pada kulit).
Aspergillosis tidak menular dari orang ke orang. Jamur aspergillus
tidak dapat dihindari. Jamur dapat ditemukan dalam daun membusuk,
kompos, pohon-pohon dan tanaman biji-bijian. Sedangkan di dalam
ruangan, spora dapat berkembang di ruangan AC, saluran pemanas,
isolasi, beberapa makanan dan rempah-rempah. Paparan harian
terhadap jamur aspergillus biasanya tidak menimbulkan masalah bagi
orang yang memiliki sistem imun yang sehat. Jika spora jamur
terhirup, sel-sel pada sistem kekebalan tubuh (yang sehat) akan
mengepung dan menghancurkan spora jamur tersebut. Tetapi pada
orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah karena sakit
atau berada di bawah kendali obat imunosupresan, tubuh hanya
memiliki sedikit sel yang melawan spora tersebut sehingga aspergillus
dapat mengambil alih kontrol sistem, menyerang paru-paru dan bahkan
menyerang bagian tubuh lain (Siregar, 2004).
9. Coccidioides Immitis
Klasifikasi Taksonomi
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Euascomycetes
Ordo : Onygenales
32
Family : Onygenaceae
Genus : Coccidioides
Spesies : Coccidioides immitis
Coccidioides Immitis adalah suatu jamur tanah yang menyebabkan
koksidioidomikosis (Demam San Joaquin, Demam Lembah). Demam
Lembah, disebut demikian karena infeksi ini berasal dari
koksidioidomikosis yang sifatnya endemic pada beberapa daerah kering di
Barat daya Amerika Serikat dan Amerika Latin. Koksidioidomikosis
biasanya menyerang paru-paru. Tetapi infeksi ini biasanya akan sembuh
sendiri, penybarannya pun jarang terjadi tetapi, sifatnya mematikan.
Coccidioides immitis adalah jamur dimorfik. Di tanah dan dalam biakkan
suhu kamar Coccidioides immitis membentuk koloni filamen. Hifa jamur
ini membentuk artrospora dan mengalami fragmentasi. Artrospora ini
ringan dan mudah terbawa oleh angin dan terhirup ke dalam paru. Pada
suhu 37 oC, Coccidioides immitis membentuk koloni yang terdiri dari
sferul (seperti bola) yang berisi endospora.
Siklus hidup
Daerah endemic C. immitis adalah daerah– daerah kering. Jamur
ini ditemukan dalam tanah dan jaringan binatang pengerat. Di dalam
tanah, terjadi pembentukan artrospora dan berkecambah. Sedangkan di
dalam jaringan binatang pengerat, terjadi pembentukan sferul dengan
endospora. Tetapi saat dilakukan penelitian, binatang pengerat yang
terinfeksijamur ini tidak menambah penyebarannya dengan
menularkannya pada manusia. Jadi peluang terbesar terhadap infeksi
C.immitis ini adalah lewat tanah. Miselium dari jamur ini ada di tanah.
Miselium itu mengandung hifa yang merupakan alat perkembangbiakan
vegetative jamur. Hifanya berupa Hifa “aerial”. Hifa ini memiliki banyak
inti sel dengan jalur – jalur sitoplasma berjalan melalui septum spora
diantara sel – sel.Hifa ini secara bergantian membentuk artospora dan sel –
sel kosong. Artrospora ini sifatnya ringan, mengapung di udara , dan
sangat mudah menimbulkan infeksi. JikaArtrospora ini terhirup oleh
33
manusia, spora – spora yang menular ini berkembangmenjadi sferul
jaringan. Sferul ini bentuknya bulat seperti bola yang garis tengahnya 15 –
60 μm dengan dinding yang tebal dan berbias ganda. Endospora nantinya
akan terbentuk dalam sferul tersebut dan mengisinya. Waktu dindingnya
pecah, endospora dikeluarkan ke dalam jaringan sekitarnya (dalam tubuh
manusia), dimanaendospora membesar membentuk sferul yang baru. Di
dalam tubuh manusia terdapat bentuk bulatan – bulatan kecil tempat
tumbuhnya endospora. Endospora dilepaskan saat sudah masak, lalu
membengkak dan menjadi bulatan-bulatan baru.
34
yang mungkin bisa sampai batuk darah, nyeri dada, demam dan menggigil.
Kompleks dari gejala – gejala ini dinamakan “Valley fever” atau “Desert
rheumatism”, rematik padang pasir, yaitu adanya konjungtivitis
(peradangan pada selaput mata) dan arthritis (peradangan sendi) disertai
eritema nodosum (peradangan kulit).
2. Koksidioidomikosis Progresif
Pada koksidioidomikosis ini sifat dari infeksinya adalah
menyebar dan berakibat fatal. Bentuk ini biasanya merupakan pertanda
bahwa seseorang yang telah terinfeksi telah mengalami gangguan system
kekebalan. Gejala – gejalanya biasanya berupa demam ringan, nafsu
makan hilang, berat badan turun, dan badan terasa lemah. Pada kasus ini,
infeksi juga menyebar ke tulang, sendi, hati, limpa, ginjal dan otak.
Klasifikasi Taksonomi
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Class : Euasoomycetes
Ordo : Onygenles
Famili : Onygenaceae
Genus : Blastomyces
35
Habitat
Morfologi
Pada suhu 25oC (bentuk hifa) akan terbentuk kloni putih atau kecokelatan
dengan hifa bercabang yang menghasilkan konidia bulat, ovoid atau
piliform (berdiameter 3-5𝜇m) pada konidia leteral/ujung yang klansing.
Chlamydospora yang lebih besr (17-18𝜇𝑚) bisa juga dihasilkan.
Membutuhkan 2-3 minggu untuk ditumbuhkan pada suhu 25oC atau pada
suhu kamar.
Pada suhu 37oC (bentuk ragi) dalam jaringan atau biakan pada suhu 37 oC,
Blastomyces dermatitidis tumbuh sebagai ragi bulat, multinuklear
berdinding tebal (8-15𝜇m) yang biasanya menghasilkan tunas tunggal.
Tunas dan sel yeast induk menempel pada suatu dasar yang luas, dan tunas
ini bisa membesar hingga berukuran sama dengan sel yeast tidak sebelm
mereka terlepas. Sel yeast di ibu dan anak yang masih melekat disebut
blasoconidia. Koloni berkerut seperti filin dan lembut. Membutuhkan 7-10
hari untuk tumbuh menjadi bentuk ragi.
Gejala Klinis
Beberapa gejala yang terjadi diantaranya adalah:
1. Batuk yang memungkinkan menghasilkan lendir kecoklatan atau darah
2. Tubuh bagian atas nyeri
3. Panas dingin
4. Demam
5. Berkeringat
6. Kelelahan
7. Masalah pernapasan
8. Ketdiaknyamanan
36
9. Penguranga berat badan
10. Kekakuan dan nyeri sendi
11. Otot kaku
12. Tulang lesi(luka)
13. Lesi kuli, yang dimulai sebagian kecil, benjolan mengangkat atau lecet
yang kumudian tumbuh menjadi bisul dengan permukaan yang
berkerak.
Patogenesis
Penyakit yang disebabkan oleh fungi ini disebut Blastomikosis. Infeksi
primer yang mungkin menjadi subelinical terjadi di paru-paru yang mana
konidia fungi masuk melalui sistem pernafasan. Perubahan bentuk dari
nold form menjadi yeast form terjadi setelah berada dijalur pernafpasan.
Blastomikosis banyak menginfeksi lelaki yang berusia 30-50 th dan
menyerang tidak berdasarkan sex, umur, atau pekerjaan. Pada
immunocompromised host ada resisten alami terhadap infeksi fungi ini
karena mekrofage alveolar menghambat trensformasi konidia menjadi
yeast. Hal ini didukung oleh penelitian penyakit blastomikosis dimana
infeksi asimptomatik terjadi 50%.. Blastomikosis paru-paru dimulai
dengan timbulnya demam,menggigil dan berkerungat banyak. Kemudian
bisa disertai batuk berdahak maupun kering, nyeri dada dan kesulitan
untuk bernafas. Ketika terjadi penyebarluasan, lesi kulit pada permukaan
yang terbuka adalah yang paling sering. Mereka lambat laun bisa menjadi
granuloma verrukosa beruklus dengan tepi yang meluas den dengan pusat
jaringan parut. Kemudian akan timbul kutil yang diekelilingi
abses(penimbunan nanah) dan mempunyai ujung runcing yang basah. Pada
tulang bisa timbul pembengkakan disertai nyeri sedangkan pada laki laki
terjadi pembengkakan epididmis disertai nyeri atau prostatitis.
Treatment
Sebelum ditemukannyan amfoterisin B pada tahun 1956, blastomikosis
merupakan penyakit dengan prognosis yang buruk, amfoteresin B secara
interavena bersifat menyembuhkan pada sebagian besar pasien dengan
penyakit paru dan penyakit yang menyebar. Pemberian ketokonazol dan
intrakonazol selama 6 bula dapat juga dilakukan dengan pengobatan yang
gagal biasanya disebabkan karena pengobatan yang tidak lengkap.
Rendahnya toksisitas dan pemberiannya yang dapat secara oral membuat
obat ini dapat dipilih untuk blastomikosis, walaupun amfoterisin B
digunakan untuk mengendalikan penyakit- penyakit yang berkembang
dengan cepat atau mengancam jiwa.
Amphotericin B tetaplah merupakan drug of choice walaupun bersifat
sangat toksik dan harus dipakai melalui pembuluh darah (intravena) yaitu
0,4 mg/kg selama 10 hari.
Intrakonazol 200-400 mgper hari, cara pemakaian obat ini yakni berupa
oral solution maka diminum ketika perut kosong sedangkan kapsul
dikonsumsi setelah makan.
Ketokonazol 400-800 mg/hari selama 6-12 bulam dan dipakai secara oral.
37
11. Cryptococcus neoformans
Adalah salah satu spesies cendawan patogen pada manusia. Spesies ini
terdiri dari dua jenis, yaitu C. neoformans var. neoformans dan C.
neovormans var. gattii. Cendawan ini ditemukan pertama kali oleh Otto
Busse dan Abraham Buschke pada tahun 1984. Beberapa katarakteristik
dari cendawan ini adalah berbentuk khamir terenkspsulasi dengan ukuran
4-7 hingga 4-8 µm, dapat menggunakan berbagai macam sumber karbon,
memproduksi enzim urease dan fenoloksidase. C. neovormans memiliki
kapsul yang berperan bagi virulensinya dan terbuat dari polisakarida,
enzim, serta protein. Bakteri ini dapat menginfeksi manusia normal serta
yang memiliki sistem imun yang rentan. Bakteri ini dapat tumbuh dengan
baik pada suhu tubuh manusia (± 37 °C).
38
ditandai oleh perubahan granulomatosa yang lembat dan juga progresif
pada mukosa kepala. P. Brasiliensis tidak hanya menyerang sistem saraf
limfatik tetapi juga sistem saraf pusat, saluran pencernaan serta sistem
rangka pada manusia.
39
Keluarga : Trichocomaceae
Marga : Talaromyces
Jenis : T. Marneffei
Nama binomial : Talaromyces marneffei
Sumber : wikipedia
Penicillium marneffei adalah jamur dimorfik yang telah diidentifikasi
sebagai infeksi oportunistik penting pada pasien yang terinfeksi HIV yang
tinggal di atau telah melakukan perjalanan ke Asia timur. Talaromyces
marneffei merupakan penyebab tersering talaromikosis, walaupun pernah
dilaporkan isolasi spesies lain bahan klinik.Talaromikosis marneffei
menjadi perhatian sejak adanya pandemic HIV/AIDS di Asia Tenggara.
Kasusnya meningkat tajam di negara-negara seperti Thailand, Vietnam,
Tiongkok, Malaysia, dan negara di benua Asia lainnya.Talaromyces
marneffei awalnya masuk ke dalam genus Penicillium karena
strukturmikroskopisnya yang mirip dengan genus Penicillium, berupa hifa
bersekat yang kemudian membentuk konidiofora dan konidia. Perbedaannya
adalah genus Talaromyces membentuk dua lapis konidiofora yang simetris,
sehingga dahuludiklasifikasikan ke dalam subgenus
Biverticillatae.Talaromyces marneffei merupakan satu-satunya genus
Talaromyces yang memiliki sifat dimorfisme termal yaitu mempunyai dua
morfologi yang berbeda
15. Nocardia asteroides
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Bakteri
Divisi : Actinobacteria
Memesan : Actinomycetales
Suborder : Corynebacterineae
Keluarga : Nocardiaceae
Marga : Nocardia
Jenis : N. Asteroides
Nama binomial : Nocardia asteroides
Sumber : wikipedia
40
Nocardia asteroides adalah spesies Nocardia . Ini dapat
menyebabkan nocardiosis , infeksi paru yang parah pada host yang
mengalami gangguan sistem imun. (Wikipedia, diakses tanggal 9
november 2019).
Nocardia asteroides adalah spesies yang paling umum
diidentifikasi dalam beberapa laporan infeksi Nocardia pada pasien yang
terinfeksi HIV, dan paru-paru adalah situs yang paling sering
terkena.(https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B97814557338
35000907)
Nocardiosis atau nocardia adalah infeksi yang disebabkan oleh
bakteri yang berasal dari tanah dan air. Bakteri ini mempengaruhi sistem
saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang), paru-paru, atau kulit.
nocardia adalah penyakit serius dan bisa berakibat fatal jika dibiarkan
41
itraconazole , voriconazole , dan ketoconazole , seringkali efektif. E.
floccosum menyebabkan penyakit superfisial seperti tinea pedis (kaki
atlet) dan tinea cruris, dan tinea korporis dan onikomikosis yang lebih
jarang. Mirip dengan dermatofita jamur lainnya, E. floccosum dapat
menyerang jaringan keratin termasuk kulit dan kuku. Kasus klinis baru-
baru ini juga menunjukkan kapasitasnya menginfeksi mata, menyebabkan
keratitis . Itu tidak melubangi rambut atau folikel rambut. Dermatofit
antropofilik ini secara khusus menginfeksi manusia dan jarang
menginfeksi hewan, dengan demikian percobaan pada hewan percobaan
tidak berhasil. E. floccosum lebih infektif daripada kebanyakan
dermatofita. Infeksi kronis jarang terjadi, oleh karena itu pemeliharaan
spesies ini bergantung pada penularan cepat antar inang. Infeksi ini
biasanya menetap di dalam lapisan epidermis inang yang tidak hidup,
karena jamur tidak dapat menembus jaringan hidup individu dengan
kekebalan normal. Namun, telah ditemukan menyebabkan infeksi invasif
pada pasien immunocompromised, menunjukkan onikomikosis parah, lesi
kulit, dan nodul subkutan. ( Wikipedia, diakses tanggal 9 november 2019
17. Trichophyton rubrum
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Onygenales
Famili : Arthrodermataceae
Genus : Trichophyton
Spesies : T. rubrum
42
Namabinomial :Trichophyton rubrumTrichophyton rubrum merupakan
jamur yang paling umum menjadi menyebabkan infeksi jamur kronis pada
kulit dan kuku manusia. Pertumbuhan kolonialnya dari lambat hingga bisa
menjadi cepat. Teksturnya yang lunak dari depan warna nya putih ke
kuning kuningan,coklat,atau cokelat kemerah merahan.Penyakit yang di
timbulkan adalah: dapat menyebabkan infeksi pada kuku tangan. Tempat
infeksi : kuku,dan kulit lainnya
43
dengan ekstrak kulit umbi bawang putih (Allium sativum linn) oleh Diah
Ariana vol:1 No.2,mei 2018
44
furfur.Tidakdidapatkan hubungan antara warna lesi dengan jenis spesies
Malassezia. Prevalensi PV lebih tinggi (kurang lebih sebesar 50%) di
daerah tropis yang bersuhu hangat dan lembab.Faktor resiko yang dapat
menyebabkan pitiriasis versikolor antara lain kerentanan genetik, keadaan
malnutrisi, peningkatan kadar kortisol plasma, dan tingginya temperatur
maupun kelembaban.
Tinea barbae adalah infeksi jamur kulit pada area berambut di wajah
dan leher.Kondisi ini menyerang pria dewasa dan tidak pernah terjadi pada
anak-anak.Sering kali, kondisi ini dialami oleh peternak karena adanya
kontak langsung dengan hewan ternak yang terinfeksi jamur.
Tinea barbae ditandai dengan peradangan parah pada area janggut atau
kumis, berupa kemunculan benjolan merah, bengkak, serta bernanah dan
berkerak di wajah.Akan tetapi benjolan tersebut tidak terasa gatal atau
sakit.Namun, rambut-rambut pada area yang terinfeksi dapat rontok
dengan mudah.
45
Pengobatan Tinea Barbae
Pada kasus tinea barbae yang ringan, dokter dapat memberi obat-obatan
antijamur topikal, seperti krim, losion, atau shampo antijamur.Dianjurkan
untuk mencukur rambut di bagian yang terinfeksi terlebih dahulu, sebelum
memberikan antijamur topikal.Pada kasus yang lebih parah, diperlukan
obat-obatan tablet untuk dikonsumsi.Salah satunya adalah griseofulvin
yang dikonsumsi pasien selama 2-3 minggu. Obat ini bekerja dengan cara
menghambat perkembangan sel jamur. Selain griseofulvin, terbinafine dan
itraconazole juga dapat digunakan untuk mengatasi tinea barbae.Tinea
barbae dapat sembuh jika diobati dengan benar. Lesi yang bengkak akan
mereda dalam waktu beberapa bulan. Namun jika penyakit ini tidak
diobati, maka penderita dapat mengalami kebotakan dengan luka parut.
46
ringan.Sedangkan gejala yang muncul dalam kondisi lebih parah adalah
keberadaan kerion (koreng) dengan pola kulit bersisik, melingkar, serta
timbulnya favus atau kerak kulit berwarna kuning dengan rambut yang
kusut.
Tahap ke tiga: tahap paling parah melibatkan daerah yang luas dari kulit
kepala(setidaknya sepertiga) rambut rontok luas, atrofi, dan hasilnya
jaringan parut. Pembentukan skutula baru dipinggiran plak adalah
umum. (http/ www. Scribd. Com)
47
Penyebab Tinea flavus
Taksonomi
Phylum : Ascomycota
Class : Euascomycetes
Ordo : Onygenales
Family : Arthrodermataceae
Genus : Epidermophyton
Spesies : Epidermophyton floocosum
48
2. Tahap Prodomal Interpal dari awitan tanda gejala non
spesifik(malaise,demam ringan,keletihan)sampai gejala yang spesifik
selama masa ini,mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan klien
mampu menularkan ke orang lain.
3. Tahap Sakit Interpal saat klien memanifestasikan tanda dan gejala yang
lebih spesifik terhadap jenis infeksi.
4. Tahap Pemulihan Interpal saat munculnya gejala akut infeksi ,lama
penyembuhannyatergantung pada beratnya infeksi dan keadaan umum
kesehatan klien. (Rizky , 2013)
49
tempat dan lokasi infeksi fungi. Gejala yang paling mudah terlihat yaitu
peradangan pada kulit/bagian yang terinfeksi fungi. Peradangan tersebut
seperti bercak-bercak merah bundar dengan batas-batas tajam yang
melepaskan serpihan kulit dan menimbulkan rasa gatal-gatal. Atau bentuk
infeksi jamur lainnya. (Marianti, 2018)
50
penggunaan peralatan pribadi bersama orang lain akan meningkatkan
risiko penyebaran spora jamur. Walaupun meminjamkan peralatan ke
orang lain mungkin tampak sebagai tindakan yang baik, hal ini dapat
meningkatkan risiko penyebaran dan penularan infeksi jamur. Jangan
pinjamkan peralatan pribadi seperti pakaian, handuk, kaus kaki, riasan,
deodoran, atau semua yang Anda kenakan kepada orang lain.
6. Tutupi bagian yang terinfeksi jamur. Jika Anda sedang terinfeksi jamur,
Anda harus menutupinya sebelum pergi ke tempat umum. Menyentuhkan
bagian yang terinfeksi ke orang lain tanpa sengaja dapat menyebabkan
penyebaran infeksi. Jadi, tutupilah bagian yang terinfeksi selama berada
di tempat umum hingga sembuh. Anda tidak harus meliburkan anak-anak
dari sekolah saat mereka terinfeksi jamur. Namun, Anda harus menutup
bagian yang terinfeksi dan memberitahukan masalah ini ke pihak sekolah.
Jangan tutup bagian yang terinfeksi terlalu rapat. Bagian itu tetap harus
sejuk dan kering selama perawatan infeksi jamur.
7. Hindari mengenakan pakaian atau sepatu ketat.
8. Kenakan pakaian yang bersih untuk beraktivitas.
9. Segera cucu pakaian setelah digunakan.
10. Ganti pakaian dalam dan kaus kaki tiap selesai beraktivitas.
1. Candida
Pengobatan pada kandidiasis terdiri atas lini pertama dan pengobatan lini
kedua. Pengobatan kandidiasis oral lini pertama yaitu:
1. Nistatin
Nistatin merupakan obat lini pertama pada kandidiasis oral yang
terdapat dalam bentuk topikal.Obat nistatin tersedia dalam bentuk krim
dan suspensi oral.Tidak terdapat interaksi obat dan efek samping yang
signifikan pada penggunaan obat nistatis sebagai anti kandidiasis.
2. Ampoterisin B
Obat ini dikenal dengan Lozenge (fungilin 10 mg) dan suspensi oral
100 mg/ml dimana diberikan tiga sampai empat kali dalam
sehari.Ampoterisin B menginhibisi adhesi dari jamur kandida pada sel
epitel.Efek samping pada obat ini adalah efek toksisitas pada ginjal.
51
3. Klotrimazol
Obat ini mengurangi pertumbuhan jamur dengan menginhibisi
ergosterol.Klotrimazol dikontraindikasikan pada infeksi sistemik. Obat ini
tersedia dalam bentuk krim dan tablet 10 mg. Efek utama pada obat ini
adalah rasa sensasi tidak nyaman pada mulut, peningkatan level enzim
hati, mual dan muntah.
2. Flukonazol
3. Itrakonazol
Itrakonazol merupakan salah satu antifungal spektrum luas dan
dikontraindikasikan pada kehamilan dan penyakit hati.Dosis obat adalah
100 mg dalam bentuk kapsul sehari sekali selama dua minggu.Efek
samping utama adalah mual, neuropati dan alergi.
2. Aspersillus
Perawatan dan pengobatan Perawatan dan pengobatan aspergillosis
dapat dilakukan dengan cara :
52
1). Observasi: Aspergillomas tunggal biasanya tidak membutuhkan
pengobatan, dan obat-obatan biasanya tidak efektif dalam mengobati
massa jamur ini. Aspergillomas yang tidak menimbulkan gejala mungkin
diperiksa secara ketat dengan bantuan rontgen dada.Jika kondisi terus
berkembang, penggunaan obat anti-jamur mungkin disarankan.
2). Kortikosteroid oral: Tujuan mengobati alergi aspergilosis
bronkopul-moner adalah untuk mencegah asma yang sudah ada atau
memburuknya cystic fibrosis. Cara terbaik untuk melakukannya adalah
dengan kortikosteroid oral.Obat anti-jamur tidak membantu untuk alergi
aspergilosis bronkopulmoner, tetapi dapat dikombina-sikan dengan
kortikosteroid untuk mengurangi dosis steroid dan meningkatkan fungsi
paru-paru.
3). Obat antijamur: Obat ini adalah pengobatan standar untuk
aspergillosis paru invasif. Secara historis, obat yang sering digunakan
adalah amfoterisin B, tetapi obat yang lebih baru vorikonazol (Vfend) kini
lebih disukai karena tampaknya menjadi lebih efektif dan mungkin
memiliki efek samping yang lebih sedikit.Semua obat anti-jamur dapat
menyebabkan masalah serius seperti kerusakan hati atau ginjal. Obat juga
dapat berinteraksi dengan obat lain jika diberikan kepada orang-orang
dengan sistem imun lemah.
4). Operasi: Karena obat anti-jamur tidak cukup untuk mengatasi
aspergillomas yang parah, operasi untuk mengangkat massa jamur adalah
pilihan pengobatan pertama yang diperlukan ketika terjadi pendarahan di
paru-paru. Karena operasi sangat berisiko, dokter mungkin menyarankan
embolisasi sebagai gantinya. Dalam embolisasi, ahli radiologi akan
mengulir kateter kecil ke dalam arteri yang memasok darah ke rongga
yang berisi bola jamur dan menyuntikkan bahan yang menyumbat arteri.
Meskipun prosedur ini dapat menghentikan pendarahan masif, tetapi
pendarahan bisa saja terulang. Embolisasi umumnya dianggap sebagai
pengobatan sementara (Barnes and Marr, 2006 ).
53
Pencegahan
Sulit untuk menghindari menghirup tingkat normal spora Aspergillus.
Bagi orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah atau
penyakit paru- paru parah, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk
membantu mengurangi eksposur, termasuk:
1. Pakailah masker ketika dekat atau berada di lingkungan berdebu seperti
lokasi konstruksi.
2. Hindari aktivitas yang melibatkan kontak dekat dengan tanah atau debu,
seperti pekerjaan halaman atau berkebun.
3. Gunakan langkah-langkah perbaikan kualitas udara seperti filter High
Efficiency Particulate Air (HEPA).
4. Minum obat antijamur profilaksis jika dianggap perlu oleh penyedia
layanan kesehatan.
5. Bersihkan luka kulit dengan sabun dan air, terutama jika cedera telah
terkena tanah atau debu (Anonim, 2013).
3. Cryptococcus ( Kriptokokus)
Pengobatan
Beberapa kasus kriptokokosis paru pada orang sehat tidak
memerlukan pengobatan spesifik karena sering sembuh dengan sendirinya
dan hanya dilakukan observasi klinis sebaliknya beberapa panduan
menyarankan untuk pemberian pengobatan sesuai dengan tingkat keluhan.
Pengobatan kriptokokosis paru harus memperhatikan beberapa keadaan
yaitu luas infeksi, gejala dan daya tahan tubuh orang tersebut.Turunan
azole dapat digunakan untuk mengobati kriptokokosis paru seperti
flukonazol 200-400 mg/hari selama 12 bulan atau itrakonazol 200-400
mg/hari (alternatif) selama 6 sampai 12 bulan. Penderita AIDS yang
menderita kriptokokosis paru dapat kita berikan flukonazol 200-400
mg/hari atau itrakonazol 200-400 mg/hari (alternatif) seumur hidup. Untuk
kriptokokosis paru yang berat terapi pilihan pertama kali adalah pemberian
amfoterisin B 0,7-1 mg/kg/hari (total 1000-2000 mg) selama 1-2 minggu
54
dilanjutkan dengan pemberian flukonazol 200-400 mg/hari selama 12
bulan
4. Histoplasma
5. Trichophyton
55
400 mg/hari (Revankar, 2002).Untuk topikal diberikan mikonazol topikal
yang dioles 2 kali sehari. Menurut Weinstain (2002), hal ini sesuai dengan
kepustakaan dimana pemberiannya 2 kali dalam sehari dan sebaiknya
dilanjutkan sampai dua minggu setelah gambaran klinis menghilang.
Daerah yang diterapi sebaiknya mencakup 2 cm kulit normal dari tepi
lesi.Mikonazol berpenetrasi ke dalam stratum korneum kulit dan bertahan
sampai 4 hari setelah pemberian dan kurang dari 1% diabsorpsi ke dalam
darah (Weinstain, 2002).
6. Microsporum
Ergosterol berfungsi sebagai bioregulator fluiditas membran dan integritas
membran dalam sel jamur.Perubahan sterol dan/atau komposisi fosfolipid
dari membran sel jamur dan fluiditas membran dapat berakibat pada
penurunan penyerapan obat oleh sel jamur. Akumulasi obat secara
intraseluler yang berkurang dapat juga terjadi karena peningkatan transpor
aktif obat keluar dari sel (Nigam, 2015)
Obat itrakonazol yang merupakan golongan triazol memiliki situs target
yaitu biosintesis ergosterol (inhibisi Erg11p) dengan target sitokrom P450,
14α-Lanosterol, Demethylase (Nigam, 2015; Cannon et al, 2009).
7. Candida albicans
Diobati dengan nistatin topikal, gentian violet, ketokonazol, dan
flukonazol.Kandidiasis pada daerah yang mengalami maserasi,
memperlihatkan respons terhadap upaya untuk mengurangi kelembaban
kulit dan iritasi dengan pemakaian preparat antifungus yang dioleskan
secara topikal dalam bahan dasar nonoklusif.Kandidiasis vulvovaginitis
memberikan respons yang lebih baik terhadap golongan azol, seperti
klotrimazol, mikonazol, ekonazol, ketokonazol, sulkonazol, dan oksinazol
merupakan obat pilihan untuk C. albicans yang dipakai sebagai krim atau
losion. (jurnal kedokteran syiah kuala, Volume 16 No. 1, 2016)
8. Blastomyces dermatitidis
Pengobatan
Amphotericin B [0.5 mg/kg per hari selama 10 minggu] tetap
merupakanobat pilihan bagi pasien dengan infeksi akut yang mengancam
56
jiwa dan mereka denganmeningitis.Pasien dengan kavitas paru dan lesi di
tempat selain paru dan kulitmembutuhkanterapi yang lebih lama.
Itraconazole oral [200 mg/hari untuk paling sedikitselama 3 bulan]
adalah obat pilihan bagi pasien dengan bentuk blastomikosis
yangindolen;meskipun demikian jika pasien lambat memberikan respon,
dosis harusditingkatkanmenjadi 200 mg dua kali sehari. Pasien dengan
infeksi serius yangmemberikanrespon terhadap terapi awal dengan
amphotericin, dapat diubah keitraconazolesampai akhir dari terapi
mereka.Ketokonazole oral dapat digunakan, tetapi agak kurang
dapat ditoleransi.
Flukonazoletampaknya urang efektif dibandingkandenganitraconazole
atau ketoconazole (Marissa Eliana Wati)
9. Coccidioides Immitis
Pengobatan
Pada koksidioidomikosis disseminate, Amfoterisin B diberikan secara
intravena (0,4 – 0,8 mg/kg/hari). Amfoterisin B (AMB) merupakan suatu
anti jamur polien yang diberikan secara intravena dan meskipun dapat
menyebabkan nefrotoksin, tetapi merupakan obat pilihan pada infeksi
jamur yang gawat. Pemberian Amfoterisin B(AMB) secara terus menerus
selama beberapa bulan dapat menimbulkan remisi. Mikonazol dan
ketokonazol sistemik juga cukup efektif dalam pengobatan
koksidioidomikosis paru – paru menahun tetapi efeknya sangat terbatas
pada penyakit yang menyebar.Ketokonazol adalah obat imidazol per os
yang berguna untuk infeksi jamur sistemik yang tidak gawat. Sedangkan
Mikonazol adalah obat imidazol lain yang perlu diberikan secara intravena
dan lebih toksis daripada ketokonazol. Pada keadaan yang disertai
kelainan meningeal, dosis ketonazol 800mg/hari diberikan melalui mulut
dengan pemberian secara intravena ketokonazol telah memberikan efek
yang memuaskan.Pada meningitis oleh koksidioides, amfoterisin B juga
diberikan intratekal, tetapi hasilnya dalam jangka panjang seringkali
kurang memuaskan. (Sri, 2008)
57
10. Cryptococcus neofarmatis
Cara pengobatan
Perlu melakukan pemeriksaan rutin selama setahun penuh untuk
memastikan infeksi belum menyebar. Jika ada luka paru-paru atau
tersebarnya penyakit, biasanya obat anti jamur akan diresepkan. Obat ini
mungkin perlu dikonsumsi untuk waktu yang lama. Beberapa obat yang
digunakan untuk mengatasi infeksi kriptokokosis adalah:
Amfoterisin B
Flusitosin
Flukonazol
Beberapa perubahan gaya hidup sehat dan pengobatan rumahan yang
mungkin dapat membantu Anda menghadapi infeksi kriptokokosis adalah:
58
12. Nocardia asteroldes
Cara pengobatan
59
Usahakan juga agar kaki selalu berada dalam keadaan kering dan bersih
selama dalam masa pengobatan.Oleskan obat topikal sesuai anjuran dokter
untuk mencegah infeksi datang kembali atau menyebar ke bagian tubuh
lainnya.Beberapa infeksi jamur yang parah dapat memerlukan obat topikal
tambahan atau obat antijamur oral.Obat-obatan dapat terus digunakan
selama 2-6 minggu atau lebih.Obat antijamur oral dapat dikonsumsi
selama dua minggu atau lebih tergantung seberapa parah atau jenis infeksi
yang menyerang.
Pencegahan
Infeksi tinea pedis adalah infeksi yang dapat kambuh apabila kamu tidak
menjaga kebersihan dan kesehatan kaki.Salah satu tindakan pencegahan
yang bisa dilakukan untuk mencegah infeksi atau terinfeksi kembali adalah
dengan menggunakan obat topikal antijamur secararutin. Beberapa
tindakan lain yang dapat dilakukan adalah:
Menjaga agar kuku kaki selalu pendek atau terpotong rapi. Gunakanlah
gunting kuku yang berbeda dengan gunting kuku yang digunakan untuk
area yang sedang terinfeksi agar tidak dengan mudah menyebar.
Gunakan kaos kaki yang terbuat dari bahan yang ringan dan dapat
menyerap kelembapan serta rutin mengganti kaos kaki jika kaki mulai
terasa lembap.
Kurangi berjalan tanpa alas kaki di fasilitas umum, seperti kolam renang
dan kamar mandi umum. Gunakan sandal agar kaki yang lembap tidak
berada di dalam kondisi tertutup.
60
Gunakan pemutih klorin dalam larutan pembersih kaos kaki atau larutan
pembersih lantai, bak mandi, lantai kamar mandi, dan permukaan konter
untuk mencegah penyebaran infeksi jamur.
Hindari menggunakan alas kaki yang sama atau sepatu bekas secara
bergantian untuk mengurangi sekaligus menghindari risiko penularan
infeksi jamur dari orang yang terinfeksi tinea pedis.
Jagalah selalu kebersihan kaos kaki dan sepatu, serta hindari juga
penggunaan handuk secara bergantian.
14. Trichphyton sp
Cara pengobatan
Pengobatan di rumah
Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat
membantu Anda mengatasi infeksi tinea:
61
Jagalah bagian yang terkena jamur kulit agar tetap bersih dan kering.
Jangan menggaruk atau menggosok pada daerah yang terinfeksi.
Jangan berbagi barang pribadi dengan orang lain.
Hindarilah menggunakan kamar mandi di tempat umum.
Kenakan pakaian dalam yang nyaman (untuk mencegah tinea paha).
Gunakan kaus kaki katun dan sepatu keds dengan lubang-lubang kecil
untuk sirkulasi udara yang baik agar menjaga kaki Anda tetap kering
(untuk mencegah tinea kaki).
Kenakan pakaian yang bersih dan kering. Hindari memakai kain nilon.
Kenakanlah pakaian katun atau bahan pakaian yang menyerap berkeringat.
Cara pengobatan
Pengobatan di rumah
Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu
Anda mengatasi tinea versicolor:
62
16. Sportrichum s
Cara mengobati
Kebanyakan kasus sporotrichosis hanya melibatkan lapisan kulit terluar
atau jaringan di bawah kulit.Infeksi ini tidak mengancam nyawa, namun
harus diobati dengan obat-obatan antijamur selama beberapa bulan.Obat
yang paling sering diresepkan untuk kasus ini adalah itraconazole yang
diminum rutin selama 3-6 bulan. Obat lainnya adalah supersaturated
potassium iodide (SSKI). Namun obat SSKI dan itraconazole tidak boleh
digunakan selama kehamilan.Kasus sporotrichosis parah diobati
dengan amphotericin B, yang diberikan lewat suntikan. Itraconazole
biasanya digunakan setelah terapi awal dengan amphotericin B, untuk total
durasi terapi obat antijamur keseluruhan memakan waktu hingga 1 tahun.
Infeksi yang sudah menyebab di paru mungkin perlu operasi untuk
mengangkat jaringan yang sudah rusak.
Pengobatan di Rumah
Sakit kepala
Sakit perut
Ruam atau biduran
63
Gatal
Reaksi alergi
Perubahan rasa atau hilangnya rasa di dalam mulut
Demam
Gangguan pada hati ( jarang terjadi)
Sakit kepala
Badan terasa lelah
Kulit menjadi sensitif terhadap sinar matahari
Ruam atau biduran
Muntah
Reaksi alergi
Pusing
Pingsan
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa diterapkan untuk menekan
risiko penularan tinea captis :
64
Bersihkan bagian kulit yang terinfeksi setiap hari dan keringkan
seluruhnya.
Ganti pakaian dalam dan kaus kaki setiap hari.
Pastikan hewan peliharaan Anda diperiksa secara rutin ke dokter
hewan, terutama jika diduga terinfeksi jamur.
Tidak berbagi pakaian atau handuk dengan orang lain.
Cucilah tangan setelah terjadi kontak fisik dengan binatang.
19. Otomikosis
Infeksi jamur yang terjadi pada telinga. Bagian telinga yang
terinfeksidapatmencakup bagian awal lubang hingga gendang telinga.
Dalam mengatasi otomikosis, obat-obat antijamur dalam bentuk tetes
telinga atau pun obat minum dapat digunakan. Namun, dokter terlebih
dahulu akan membersihkan kotoran yang terdapat di telinga, baik dengan
membilas telinga menggunakan carian khusus atau tabung isap.
Pembersihan tersebut perlu dilakukan oleh dokter, dan pasien dianjurkan
untuk tidak melakukan pembersihan sendiri di rumah, terutama
menggunakan cotton buds.
Beberapa obat antijamur yang digunakan untuk mengatasi otomikosis
meliputi:
Obat tetes, seperti clotrimazole.
Obat oral, seperti itraconazole atau fluconazole.
65
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jamur merupakan mikroorganisme tidak berklorofil jamur Ada yang
hidup secara parasit artinya jamur mendapatkan bahan organik dari inangnya
misalnya dari manusia, binatang dan tumbuhan. Adapula yang hidup secara
simbiosis mutualisme, yakni hidup bersama dengan orgaisme lain agar saling
mendapatkan untung, misalnya bersimbiosis dengan ganggang membentuk
lumut kerak (Syamsuri, 2004).Ciri-ciri jamur organisme yang termasuk dalam
kelompok jamur, anggotanya mempunyai ciri-ciri umum yaitu uniseluler atau
bersel satu atau multi seluler (benang-benang halus), tubuhnya tersusun atas
hifa (jalinan benang-benang halus), eukariotik (mempunyai membran inti),
tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof..Jamur dibagi menjadi 4
divisi yaitu Zgomycota,Basidomycota,ascomycota,Deutromycota.Adapun
jenis Janis jamur pantogen yaitu
candida,aspersillus,Cryptococcus,histoplasma,,stachybtrys,trichophyton,mkro
sporum. Adapun Proses Infeksi yaitu Infeksi terjadi secara progresif,berat
ringannya penyakit klien tergantung pada tingkat infeksi,patogenesitas
mikroorganisme dan kerentanan pejamu.Didalam proses infeksi memiliki
tahapan tertentu yaitu : Periode Inkubasi Interfal antara masuknya patogen
dalam tubuh dan munculnya gejala utama,Tahap Prodomal Interpal dari
awitan tanda gejala non spesifik(malaise,demam ringan,keletihan)sampai
gejala yang spesifik selama masa ini,mikroorganisme tumbuh dan
berkembang biak dan klien mampu menularkan ke orang lain,Tahap Sakit
Interpal saat klien memanifestasikan tanda dan gejala yang lebih spesifik
terhadap jenis infeksi,Tahap Pemulihan Interpal saat munculnya gejala akut
infeksi ,lama penyembuhannyatergantung pada beratnya infeksi dan keadaan
umum kesehatan klien. (Rizky , 2013). Adapun pencegahan yang dappat
dilakukan seperti selalu mencuci tangan,menggunakan barang milik sendiri,
kenakan pakaian yang bersih saatberaktivitas ,segera cuci pakaian yang telah
digunakan,selalu utamakan kebersihan diri dan lingkungan sekitar ,apabila
sudah terjangkit maka segeralah priksa kedoter mengenai kesehatan anda.
66
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unimus.ac.id/2329/3/BAB%20II%20TINJAUAN%20PUSTAKA
.pdf
https://dokumen.tips/documents/makalah-mikologi-microsporum.html
https://www.academia.edu/36425404/Makalah_PENYAKIT_DERMATOFITOSI
S
Rosita, C., & Kurniati. (2008). Etiopatogenesis Dermatofitosis ( Etiopathogenesis
of Dermatophytoses ). Berkala Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin, 20(318), 243–
250.
Esther Segal, Gerald L. Baum (1994). Pathogenic Yeasts and Yeast
Infections.CRC Press. ISBN 978-0-8493-6426-6.Page.133-138
Crturo Casadevall, John R. Perfect (1998). Cryptococcus Neoformans: Molecular
Pathogenesis and Clinical Management. American Society for Microbiology.
ISBN 978-1-55581-107-5.Page.1;71-73 diakses tgl 8 November 2019
https://emedicine.medscape.com/article/299054-overview#a5 ditulis oleh Jazeela
Fayyaz, pada 20 juni 2019
http://mikrounhas.blogspot.com/ ditulis oleh Syam S. Kumaji, 11 November 2012
https://www.alodokter.com/histoplasmosis (ditinjau oleh dr Tjin Willy diterbitkan
pada tanggal 7 Maret 2018)
Kwon-Chung, K.J; Bennett, John E (1992). Medical Mycology. Philadelphia:
Philadelphia: Lea & Febiger. ISBN 0812114639.
Rippon, John (1982). Medical mycology : the pathogenic fungi and the
pathogenic actinomycetes (2nd ed.). Philadelphia: Saunders. ISBN 0721675867.
This page was last edited on 7 September 2019, at 12:18 (UTC).
Aqsha.2013.”Laporan Brhyophyta”.http:aqshabiogger2010.blogspot.com201202
laporan-praktikum-brhyophyta.html-.html.(9 November 2019).
Echa.2013.”Laporan Mikrobiologi”.http:echa-resaindah.blogspot.com201211
Laporan-mikrobiologi.htm.( 9 November 2019).
Gandjar. Mikrobiologi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.2009.
Hadi,Abdul.2014.Pengertian dan klasifikasi Jamur/Fungi.
http://www.softilmu.com/2013/12/pengertian-kingdom-fungi-jamur.html.
( 9 November 2019).
Ita.2013.”Laporan Mikrobiologi”.http:itatrie.blogspot.com201210 laporan-
mikrobiologi-pengamatan--jamur.html.( 9 November 2019).
Syamsuri, Istamar. Biologi. Erlangga :Jakarta.2004.
Yamin.2013.”Laporan Mikrobiologi”.httpyaminanggri.blogspot.com201304
laporan-praktikum-mikrobiologi-umum_23.html.( 9 November 2019).
Tamam,Badrut.2016. Jamur dalam Tubuh Manusia.
https://www.generasibiologi.com/2016/03/jamur-dalam-tubuh-manusia.html.
(9 November 2019).
67
Sridianti.2019. Pengertian Patogen Jenis dan Contoh.
https://www.sridianti.com/pengertian-patogen-jenis-dan-contoh.html.
(9 November 2019)
Luqmanul Hakim dan Ricky Ramadhian | Kandidiasis Oral Majority | Volume 4 |
Nomor 9 | Desember 2015 |55 – 56Kandidiasis Oral Luqmanul Hakim, Ricky
Ramadhian Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Bagian Mikrobiologi,
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera Vol. 15 (2) Desember 2017 p-ISSN: 1693-1157,
e-ISSN: 2527-9041 PUSDIBANG – KS UNIMED 76 MENGENAL
ASPERGILLOSIS, INFEKSI JAMUR GENUS ASPERGILLUS Uswatun
Hasanah
68
COCCIDIOIDES IMMITIShttps://docplayer.info/34103759-Coccidioides-
immitis.html
Pomeranz, AJ. Sabnis, SS. (2002). Tinea Capitis: Epidemiology, Diagnosis and
Management Strategies. Paediatric Drugs, 4(12), pp. 779-83.
Hay, RJ. (2017). Tinea Capitis: Current Status. Mycopathologia, 182(1), pp. 87–
93.
DermNet NZ (2003). Tinea Capitis.
69
Mayo Clinic (2018).Diseases and Conditions.Ringworm (Scalp).
Bergen, T. Healthline (2017). Ringworm of the Scalp (Tinea Capitis).
Gupta, et al. (2003).Tinea Corporis, Tinea Cruris, Tinea Nigra, and Piedra.
Dermatologic Clinics, 21(3), pp. 395-400, v.
Ely, et al. (2014). Diagnosis and Management of Tinea Infections.
DermNet NZ (2003). Tinea Corporis. American Family Physician, 90(10), pp. 702-10.
NHS Choices UK (2015).Health A-Z.Ringworm and Other Fungal Infections.
Mayo Clinic (2017).Diseases and Conditions.Ringworm (Body).
Cafasso, J. Healthline (2017). Ringworm of the Body (Tinea Corporis).
Stöppler, M. MedicineNet (2017). Ringworm.
WebMD (2016). What You Should Know About Ringworm
Anwar, K. Gohar, MS. (2014). Otomycosis; Clinical features, Predisposing Factors and
Treatment Implications. Pak J Med Sci, 30 (3), pp. 564-567
Viswanatha, B. (2011).Fungal Infection of the Ear in
Immunocompromised.Mediterranean Journal of Hematology and Infectious Disease,
3(1), e2011003.
Knott, L. Patient (2017). Fungal Ear Infection.
Marcin, J. Healthline (2017). Otomycosis: What You Need to Know.
70
Qurrohman, Muhammad Taufiq. Nugroho, Rosit Wahyu. 2015. Pengaruh
Frekuensi Menguras Terhadap Jumlah Candida sp. Pada Air Bak Toilet Wanita di
SPBU Surakarta. Jurnal Ilmiah Biologi Biogenesis.
71
Parwis, Mauhammad 2012. Balstomikosis
https://www.slideshare.net/tibumulakii/muhammad-parwis Diakses pada:
09/11/19 pukul: 20:00 WIB
72