Anda di halaman 1dari 75

MAKALAH AGEN INFEKSIUS

JAMUR

Disusun Oleh: Kelompok 4


Adinda Tsalsabila Putri [04021281924099]
Gustiansyah [04021281924101]
Nabila Ariyani Saputri [04021281924104]
SerlyUsfidalia [04021281924108]
Siti Nur Azkiah Rofiqoh [04021281924112]
Dhia Khofifa Fahroita [04021281924059]
Irfana Lita Anggraini [04021381924062]
Nurlela Kesumastuti [04021381924065]
Aisyah Anjelia [04021381924069]
Selvi [04021381924073]
M Akib Aliruddin [04021381924076]
Miloni Mardhotillah [04021381924077]
Risnawati [04021381924084]
Destri Myrandha [04021381924090]
Leny Mardiana [04021381924093]
Linda Amalia Sari [04021381924094]
Dosen Pembimbing :
Nurna Ningsih, S.Kp., M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta pengetahuan kepada kami
sehingga mampu menyelesaikan. Shalawat serta salam tercurah bagi nabi
Muhammad SAW serta para sahabat, keluarga, dan pengikutnya. Kami sadar
bahwa laporan ini belum sempurna oleh karena itu kami akan sangat menghargai
segala kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan kami dimasa
yang akan datang. Semoga Allah SWT memberi pahala atas segala amal bagi
orang yang telah mendukung kami dan semoga ini bermanfaat bagi kita.

Indralaya, 15 Oktober 2019

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


BAB I PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang ................................................................................................... 1
I.2. Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
I.3. Tujuan Pembahasan .......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi .................................................................................................................. 3
2.2. Jenis-jenis Jamur Patogen ............................................................................. 12
2.3. Proses Infeksi..................................................................................................... 54
2.4. Cara Mengobati

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................................................ 74

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 75

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai jamur. Jamur adalah
cendawan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof. Jamur
memiliki bermacam macam bentuk umumnya berukuran mikroskopis. Jamur
dibedakan menjadi 4 divisio yaitu Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota,dan
Deutromycota. Ada sebagian jamur yang bisa dikonsumsi oleh manusia tetapi ada
juga yang bersifat sebagai agen infeksius.
Banyak jamur yang menimbulkan penyakit pada manusia seperti gatal
gatal pada kulit,kerusakan dermis pada manusia jamur merupakan salah satu
penyebab infeksi pada penyakit terutama di daerah tropis.penyakit kulit akibat
jamur adalah penyakit kulit yang sering dialami masyarakat indonesia karena
iklim tropis dengan kelembapan udara yang tinggi di Indonesia sangat mendukung
pertumbuhan jamur.selain itu banyak masyarakat indonesia yang berada dibawah
garis kemiskinan sehingga masalah kebersihan lingkungan,sanitasi dan pola
hidup sehat kurang diperhatikan semakin mendukung perkembangan infeksi
jamur(Hare,1993).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan jamur?
2. Bagaimana klasifikasi jamur patogen?
3. Bagaimana proses infeksi pada jamur?
4. Cara mencegah masuknya jamur ?
5. Bagaimana Proses infeksi patogen secara umum ?
6. Bagaimana Proses infeksi Jamur pantogen?
7. Bagaimana cara mengobati penyakit yang disebabkan oleh jamur?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui definisi jamur
2. Mengetahui klasifikasi jamur patogen
3. Mengetahui proses infeksi jamur
4. Mengetahui masuknya jamur
5. Mengetahui proses infeksi patogen secara umum
6. Mengetahui proses infeksi jamur patogen
7. Mengetahui cara mengobati penyakit yang disebabkan oleh jamur

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau
sel tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi
seksual atau aseksual. Dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom
tersendiri, karena cara mendapatkan makanannya berbeda dengan
organisme eukariotik lainnya yaitu melalui absorpsi (Gandjar, 2009).
Fungi (jamur) merupakan kelompok organisme eukariotik yang
membentuk dunia jamur atau regnum. Fungi umumnya multiseluler
(bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam
hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan dan reproduksinya. Struktur
tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Tubuh jamur tersusun atas
komponen dasar yang disebut hifa. Hifa merupakan pembentuk jaringan
yang disebut miselium. Miselium yang menyusun jalinan-jalinan semua
menjadi tubuh. Bentuk hifa menyerupai benang yang tersusun dari dinding
berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan
sitoplasma. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa.
Septa umumnya mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati
ribosom, mitokondria dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke
sel. Akan tetapi adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa sinostik.
Struktur hifa sinostik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang
tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma (Aqsha, 2013).
Jamur adalah mikroorganisme eukariot heterotrof, tidak dapat
melakukan fotosintesis yang berkembang biak dengan spora yang khas.
Jamur dapat juga berkembang biak dengan aseksual maupun seksual.
Beberapa jamur merupakan organisme yang uniseluler, tetapi kebanyakan
jamur membentuk filamen yang merupakan sel vegetatif yang dikenal
dengan sebutan miselium. Miselium adalah kumpulan hifa atau filamen
yang menyerupai tube. Fungi juga dapat dideskripsi sebagai organiusme
yang tidak berklorofil, bersifat parasitik dan saprofitik, bersel tunggal atau

3
banyak menyerupai struktur vegetatif yang berupa filamen yang dilindungi
oleh dinding sel yang tersusun dari zat kitin atau polisakarida. Tumbuhan
dan fungi memiliki dinding sel, dinding sel ini yang membedakan fungi
atau tumbuhan dengan sel hewan. Karena sifat yang heterotrofik, hal yang
berlawanan dengan sifat yang autotrofik, maka fungi dikeluarkan dari
dunia tumbuhan menjadi digolongkan dalam dunia fungi tersendiri. Dalam
mencerna makanannya, fungi memiliki kemiripan dengan hewan. Fungi
memproses cadangan makanannya dalam bentuk glikogen seperti halnya
yang terjadi pada hewan. Dinding sel fungi tersusun dari zat kitin yaitu
karbohidrat yang mengandung nitrogen, sementara tumbuhan dinding
selnya terbuat dari selulosa (Echa, 2013).
Jamur tidak dapat hidup secara autotrof, melainkan harus hidup
secara heterotrof. Jamur hidup dengan jalan menguraikan bahan-bahan
organik yang ada dilingkungannya. Umumnya jamur hidup secara
saprofit,artinya hidup dari penguraian sampah sampah-sampah organic
seperti bangkai, sisa tumbuhan, makanan dan kayu lapuk, menjadi bahan-
bahan anorganik. Ada pula jamur yang hidup secara parasit artinya jamur
mendapatkan bahan organik dari inangnya misalnya dari manusia,
binatang dan tumbuhan. Adapula yang hidup secara simbiosis mutualisme,
yakni hidup bersama dengan orgaisme lain agar saling mendapatkan
untung, misalnya bersimbiosis dengan ganggang membentuk lumut kerak
(Syamsuri, 2004).
Ciri-ciri jamur organisme yang termasuk dalam kelompok jamur,
anggotanya mempunyai ciri-ciri umum yaitu uniseluler atau bersel satu
atau multi seluler (benang-benang halus), tubuhnya tersusun atas hifa
(jalinan benang-benang halus), eukariotik (mempunyai membran inti),
tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof, yaitu secara
saprofit, parasit dan simbiosis, dinding selnya tersusun atas zat kitin,
cadangan makanan tersimpan dalam bentuk glikogen dan protein,
pencernannya berlangsung secara ekstraseluler, dimana makanan sebelum
diserap disederhanakan terlebih dahulu oleh enzim ekstraseluler yang
dikeluarkan dari hifa jamur, memiliki keturunan yang bersifat haploid

4
lebih singkat, reproduksi jamur uniseluler dilakukan secara aseksual
dengan membentuk spora. Jamur multiseluler secara aseksual dengan cara
memutuskan benang hifa ( fragmentasi ), zoospore, endospora, dan
konidia. Sedangkan secara seksual melalui peleburan inti jantan dan inti
betina sehingga dihasilkan spora askus atau basidium (Ita, 2013 ).
Jamur hidup tersebar dan terdapat ditanah, air vegetasi, badan
hewan, makanan, dibangunan, bahkan pada tubuh manusia. Jamur dapat
tumbuh dan berkembang pada kelembaban dan pada suhu yang tinggi.
Saat ini di Indonesia diperkirakan terdapat 4.250 sampai 12.000 jenis
jamur. Dari jumlah tersebut dalam kehidupan memiliki peran masing-
masing dihabitatnya baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung
bagi manusia Jamur merupakan organisme yang mirip tumbuhan tetapi
tidak memiliki klorofil. Dalam klasifikasi system tiga kingdom, jamur
(fungi) dikelompokkan sendiri terlepas dari kelompok plantae (tumbuhan)
karena jamur tidak berfotosintesis dan dinding selnya bukan dari selulosa
(Yamin, 2013).
Sedangkan dari sudut lain mengatakan bahwa fungi adalah
mikroorganismaeukaryotik yang hidup secara saprofit karena tidak dapat
berfotosintesa. Padadasarnya sel -sel fungi hampir sama dengan sel - sel
hewan. Bahkan hal ini jugayang menjadi salah satu alasan mengapa sulit
ditemukan strategi yang tepat dalammengobati infeksi oleh jamur tanpa
berefek toksik bagi inang / host nya. Di alamini fungi dapat bersifat sangat
merugikan manusia dengan menimbulkan infeksi(penyakit) dan toksin
yang dihasilkan ataupun bersifat menguntungkan denganmenghasilkan
produk - produk yang dapat digunakan oleh manusia sebagai
contohantibiotika, vitamin, asam organik dan enzim

b. Klasifikasi Jamur/Fungi
Menurut Hadi (2014), jamur diklasifikasikan berdasarkan cara
reproduksi dan struktur tubuhnya. Dalam klasifikasi dengan lima kingdom,
jamur dibagi menjadi 4 divisi yaitu

5
1) Divisi Zygomycota

Tubuh Zygomycota terdiri dari benng hifa yang bersekat


melintang, ada pula yang tidak bersekat melintang. Hifa bercabang-
cabang banyak dan dinding selnya mengandung kitin.
Contoh jamur ini adalah jamur yang tumbuh pada tempe, selain itu
ada juga yang hidup secara saprofit pada rotin, nasi, dan bahan
makanan lainnya. Ada pula yang hidup secara parasit, misalnya
penyebab penyakit busuk pada ular jalar.
Jamur Zygomycota berkembangbiak secara aseksual dengan spora.
Beberapa hifa akan tumbuh ke atas dan ujungnya menggembung
membentuk spoangium. Sporangium yang masuk berwarna hitam.
Spoangium kemudian pecah dan spora tersebar, spora jatuh di tempat
yang sesuai akan tumbuh membentuk benang baru.
Reproduksi secara seksual dilakukan sebagai berikut:
Dua hifa yakni hifa betina (hifa -) dan hifa jantan (hifa +) betemu,
kemudian inti jantan dan inti betina melebu, terbentuk zigot yang
berdinding tebal. Zigot menghasilkan kota spora yang disebut
zigosporangium dan sporanya disebut zygospora. Zygospora
mengalamai dormansi (istirahat) selama 1-3 bulan. Setelah itu
zigospora akan berkecambah membentuk hifa. Hifa jantan dan betina
hanya istilah saja , dan disebut jantan, jika hifanya memberi isi sel,
disebut betina kalau menerima isi sel.
Zygomycotina memiliki beberapa jenis yang mudah dijumpai
dalamkehidupan sehari-hari. Beberapa diantaranya merupakan jamur
pada makanan.Jenis-jenis jamur tersebut antara lain:
a. Rhizophus stolonifera
Jamur ini tampak sebagai benang-benang berwarna putih,
memilikirizoid dan stolon. Merupakan saprofi t yang hidup pada
bungkil kedelai danbermanfaat dalam pembuatan tempe.b.
b. Rhizophus nigricans
Jamur ini dapat menghasilkan asam fumarat.c.

6
c. Mucor mucedo
Jamur ini hidup secara saprofi t. Sering dijumpai pada roti, sisa-
sisamakanan dan kotoran ternak. Miselium jamur ini berkembang
di dalamsubstrat. Memiliki sporangium yang dilengkapi oleh
sporangiofor.
d. Pilobolus sp
Jamur ini sering disebut ‘pelempar topi’ atau cap thrower,
karenabila sporangiumnya telah masak, jamur ini bisa
melontarkannya sampaisejauh 8 meter. Spora tersebut kemudian
melekat pada rumput atautumbuhan lain. Ketika tumbuhan tersebut
dimakan hewan, spora jamur yangmelekat tersebut akan
berkecambah di dalam saluran pencernaan dan akantumbuh pada
kotoran yang dikeluarkan hewan tersebut

2) Divisi Ascomycota
Ciri Khusus dari jamur Ascomycota adalah dapat menghasilkan
spora askus (askospora), yaitu spora hasil repoduksi seksual,
berjumlah 8 spora yang tersimpan di dalam kotak spoa. Kotak spora
ini menyerupai kantong sehigngga disebut askus, untuk mengetahui
bentuk dan stuktu askus dibutuhkan pengamatan yang teliti.
a) Reproduksi secara seksual
Reproduksi secara seksual dapat dijelaskansecara ingkas
sebagai berikut. Hifa yang bercabang-cabang ada yang
berdifensiasi membentuk alat reproduksi betina yang ukurannya
menjadi lebh besar, yang disebut askogonium. Di dekatnya , dari
ujung hifa lain terbentuk alat repoduksi jantan yang disebut
anteridium berinti haploid(n kromosom). Dari askogonium tumbuh
saluran yang menghubungkan antara askogonium dan anteridum.
Saluran itu disebut trikogin. Melalui saluran trikogin inilah inti sel
dari anteidium pindah dan masuk ke dalam askogonium.
Selanjutnya, inti anteridium dan inti askogonium berpasanga.
Setelah terbentuk pasangan inti, dari askogonium tumbuh beberapa

7
hifa. Hifa ini disebut sebagai hifa askogonium . Nah inin yang
berpasangan itu masuk ke dalam askogonium ,kemudian membelah
secara mitosis, namun tetap saja berpasangan. Setelah memasuki
inti hifa askogonium teus tumbuh, membentuk sekat melintang,
dan bercabang-cabang banyak. Di ujung-ujung hifa askogonium ini
terdapat dua int. Ujung hifainilah yang kelak akan membentuk
askus. Cabang-cabang hifa itu dibungkus oleh miselium,
bentuknya kompak,yang mudah menjadi tubuh buah atau askokarp.
Dua inti di dalam askus yang berasal dari ujung hifa itu membelah
secara meiosis membentuk 8 buah spoa. Jadi, spoa tersebut
terbentuk di dalam askus, karena itulah disebut spora askus. Spora
askus dapat tersebar kemana-mana karena angin. Jika jatuh di
tempat yang sesuai spora askus akan tumbuh menjadi benag hifa
baru.

b) Reproduksi Secara Aseksual


Selain reproduksi secara seksual, jamur ini juga melakukan
perkembangbiakkan secara aseksual melalui pembentukan tunas,
pembentukan konidia, fragmentas. Warna spora dan konidia
bemacam-macam. Ada yang hitam,coklat, bahkan kebiruan, dan
juga ada yang merah oranye. Ukuran tubuh Ascomycota ada yang
mikroskopis (satu sel), ada yang makroskopis (dapat dilihat dengan
mata). Golongan jamur ini ada yang hidup saprofit, parasit dan ada
pula yang bersimbiosis.Berikut adalah beberapa contoh jamur
anggota Divisi Ascomycotina.
 Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae merupakan jamur mikroskopis,
berseltunggal dan tidak memiliki badan buah, sering disebut
sebagai ragi, khamir,atau yeast. Reproduksi vegetatifnya adalah
dengan membentuk kuncup atautunas (budding). Pada kondisi
optimal, khamir dapat membentuk lebih dari20 tunas. Tunas-
tunas tersebut semakin membesar dan akhirnya terlepasdari sel

8
induknya. Tunas yang terlepas ini kemudian tumbuh
menjadiindividu baru.
Reproduksi generatif terjadi dengan mem ben tuk askus
danaskospora. Askospora dari 2 tipe aksus yang berlainan
bertemu dan menyatumenghasilkan sel diploid. Selanjutnya
terjadi pembelahan secara meiosis,sehingga beberapa askospora
(haploid) dihasilkan lagi. Askospora haploidtersebut berfungsi
secara langsung sebagai sel ragi baru. Cara reproduksiseksual ini
terjadi saat reproduksi aseksual tidak bisa dilakukan,
misalnyabila suplai makanan terganggu atau lingkungan
hidupnya tidak mendukung.Dalam kehidupan manusia, S.
cerevisiae dimanfaatkan dalampembuatan roti, tape, peuyeum,
minuman anggur, bir, dan sake. Proses yangterjadi dalam
pembuatan makanan tersebut adalah fermentasi.
 Penicillium sp.
Penicillium hidup sebagai saprofi t pada substrat yang
banyakmengandung gula, seperti nasi, roti, dan buah yang telah
ranum. Padasubstrat gula tersebut, jamur ini tampak seperti noda
biru atau kehijauan.Perhatikan Gambar 5.18. Reproduksi jamur
Penicillium berlangsung secaravegetatif (konidia) dan secara
generatif (askus).
 Aspergillus sp.
Jamur ini biasanya tumbuh berkoloni pada makanan, pakaian,
danalat-alat rumah tangga. Koloni Aspergillus berwarna abu-
abu, hitam, coklat,dan kehijauan. Distribusinya luas, dapat
tumbuh di daerah beriklim dinginmaupun daerah tropis.
Reproduksi secara vegetatif dengan konidia yangdisebarkan
oleh angin. Beberapa jenis jamur anggota marga
Aspergillusadalah:
 Aspergillus oryzae
Jamur ini biasa digunakan untuk mengempukkan adonan roti,
dan jamur tersebut dapat menghasilkan enzim protease.

9
 Aspergillus wentii
Aspergilus jenis ini berperan dalam dalam pembuatan
sake,kecap, tauco, asam sitrat, asam oksalat, dan asam
format, serta penghasilenzim protease.
 Aspegillus niger
Jenis ini dimanfaatkan untuk menghilangkan gas O2 dari
saribuah, dan dapat menjernihkannya. Jamur tersebut juga
dapatmenghasilkan enzim glukosa oksidase dan pektinase.4.
 Apergillus flavus
Jenis Aspergilus ini menghasilkan aflatoksin, penyebab
kankerpada manusia.
 Apergillus nidulans
Jamur ini hidup sebagai parasit pada telinga,
menyebabkanautomikosis.
 Neurospora crassa
Neurospora crassa dikenal sebagai jamur oncom karena
seringdigunakan untuk membuat oncom. Warna merah muda
atau jingga yangmuncul pada oncom merupakan warna
konidia jamur tersebut.
Awalnya jenis ini dikelompokkan ke dalam Divisi
Deuteromycota, dengan namaMonilia sitophila. Tetapi setelah
ditemukan alat reproduksi generatifnya,berupa askus, sekarang
jamur ini dimasukkan ke dalam kelompokAscomycotina
 Morchella deliciosa danMorchella esculenta
Kedua jenis jamur ini merupakan jamur makroskopis, hidup
ditanah. Karena rasanya yang lezat, jamur ini menjadi
konsumsi manusia.Dalam dunia perdagangan jamur ini dikenal
dengan nama morel, ukurantubuhnya sedang, berwarna coklat
kemerahmerahan, tubuhnya seperti sponsdan sering dijual
dalam bentuk awetan

10
3) Divisi Basidiomycota
Jamur Basidiomycota umumnya merupakan jamur makroskopik,
dapat dilihat dengan mata karena ukuannya yang besar. Pada musim
penghujan dapat kita temukan pada pohon, misalnya jamur kuping,
jamur pohon, atau di tanah yang banyak mengandung bahan oganik,
misalnya jamur barat.Bentuk tubuh buahnya kebanyakan mirip
payung misalnya pada jamur merang yang kalian amati.
Basidiomycota ada yang dibudayakan misalnya jamur merang, jamur
tiram, jamur shiltake, dan lainnya, jamur-jamur tersebut merupakan
makan yang bergizi tinggi.
Hifa Basidiomycota memiliki sekat melintang, berinti satu
(monokaiotik) atau dua (dikariotik). Miseliumnya berada pada
substrat. Dari hifa dikariotik dapat muncul tubuh buah berbentuk
payung atau bentuk lain yang menjulang di atas substrat. Bagian tubuh
buah inilah yang enak dimakan. Tubuh buah atau basidiokarp
merupakan tempat tumbuhnya basidium. Setiap basidium
menghasilkan 4 spora basidum.Berbagai jenis jamur yang dikonsumsi
kita konsumsi dalam kehidupansehari-hari adalah anggota
Basidiomycotina. Jenis-jenis tersebut antara lain:
 Volvariella volvacea(jamur merang)
Jamur ini mempunyai tubuh buah berbentuk seperti payung,
terdiriatas lembaran-lembaran (bilah), yang berisi basidium. Tubuh
buahnyaberwarna putih kemerah-merahan. Jamur ini merupakan
sumber protein,kadar kalorinya tinggi, tetapi kadar kolesterolnya
rendah. Karena memilikinilai ekonomi yang tinggi, jamur ini
banyak dibudidayakan

 Auricularia polythrica(jamur kuping)


Jamur kuping merupakan jamur saprofi t pada kayu yang
mati.Tubuh buahnya berbentuk seperti daun telinga (kuping),
berwarna merah kecoklat-coklatan. Rasanya enak dan bisa dimakan

11
seperti sayuran. Jamurini pun sekarang sudah banyak
dibudidayakan.

 Amanita phalloide
Amanita phalloides merupakan salah satu anggota
sukuAmanitaceae. Amanita, merupakan cendawan yang indah,
tetapi jugamerupakan anggota daftar cendawan yang mematikan
di bumi, mengandungcukup racun untuk membunuh seorang
dewasa hanya dengan sepotongtubuhnya. Jamur ini hidup sebagai
saprofit pada kotoran hewan ternak,memiliki tubuh buah
berbentuk seperti paying.
 Puccinia graminis(jamur karat)
Jamur ini hidup parsit pada daun rumput-rumputan
(Graminae),tubuhnya makroskopik, tidak memiliki tubuh buah,
dan sporanya berwarnamerah kecoklatan seperti warna karat.

4) Divisi Deuteromycota
Telah dibahas sebelumnya bahwa jamu yang epoduksi seksualnya
menghasilkan askus digolongkankedalam Ascomycota dan yang
menghasilkan basidium digolobgkan kedalam Basidiomycota. Akan
tetapi belum semua jamu yang dijumpai di alam telah diketahui cara
repoduksi seksualnya. Kira-kira terdapat sekitar 1500 jenis jamur yang
belum diketahui cara reproduksi seksualnya. Akibat dari hal ini Tidak
ada yang bisa menggolongkan 1500 jamur tersebut. Jamur yang
demikian untuk sementara waktu digolongkan k dalam
Deuteromycota atau “jamur tak tentu”. Jadi Deuteromycota bukanlah
penggolongan yang sejati atau bukan takson. Jika kemudian menurut
penelitian ada jenis dari jamu ini yang diketahui proses reproduksi
seksualnya,maka akan dimasukkan ke dalam ascomycota atau
Basidiomycota. Sebagai cotnoh adalah jamur oncom yang mula-mula
jamur ini berada di divisi deuteromycota dengan nama Monilla

12
Sithophila. Namun setelah diteliti ternyata jamur ini menghasilkan
askus sehingga dimasukkan ke dalam Ascomycota.
Pada manusia, jamur anggota Divisi Deuteromycotina
umumnyamenyebabkan penyakit. Epidermophyton fl oocosum
menyebabkan penyakitkaki atlet, sedangkan Microsporum sp. dan
Trichophyton sp. menyebabkanpenyakit kurap atau panu. Karena
hidup dikulit, kedua jamur tersebut seringdisebut juga sebagai
dermatophytes. Jenis lain yang merupakan penyebabpenyakit pada
manusia adalah Candida albicans. Jamur mikroskopis inimemiliki
bentuk tubuh mirip ragi, tetapi sifat hidupnya adalah parasit.
Penyakityang ditimbulkannya adalah penyakit keputihan yang terjadi
karena adanyainfeksi pada vagina.

2. Pengertian Jamur Patogen


Patogen adalah makhluk hidup atau virus yang menyebabkan
penyakit. Patogen yang biasa disebut “kuman.” Mereka dapat melakukan
perjalanan dari satu orang ke orang lain. Makhluk hidup yang
menyebabkan penyakit pada manusia termasuk bakteri, jamur, dan
protozoa. Sebagian besar penyakit infeksi yang disebabkan oleh organisme
ini dapat disembuhkan dengan obat-obatan. Jadi, Jamur Patogen adalah
jamur yang menyebabkan penyakit (Sridianti,2019). Contohnya
Trichophyton, Microsporum, Candida albicans, Aspergillus fumigatu,
Blastomyces dermatitidis, Coccidioides immitis, Cryptococcus neoforman,
Histoplasma capsulatum, Paracoccidioides brasiliensis, neumocystis
(Tamam,2016).

13
2.2 Jenis-jenis Jamur Patogen
1. Candida Sp.

Candida sp. merupakan jamur dimorfik yang tumbuh sebagai sel ragi
tunas, berbentuk oval (berukuran 3-6 mikron). Pada medium agar Candida sp.
akan menghasilkan koloni lunak berwarna krem dengan bau seperti ragi. Candida
terdiri dari banyak spesies dan tersebar luas di alam. Spesies Candida dapat
diidentifikasi menggunakan beberapa cara, salah satunya adalah dengan
melakukan pengamatan secara makroskopis pada koloni Candida sp.

Gambar Mikroskopis jamur Candida


Sumber https://images.app.goo.gl/Z4DfN3Jru5XtLNB8A

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya infeksi yang disebabkan


oleh Candida pada manusia. Pada dasarnya faktor predisposisi ini digolongkan ke
dalam dua kelompok, yaitu (Siregar, dikutip oleh Ni Luh Wulansari (2018).

Kingdom : Fungi

Divisi : Ascomycota

Kelas : Saccharomycetes

Ordo : Saccharomycetales

Famili : Saccharomycetaceae

Genus : Candida

a. Faktor endogen
1) Perubahan fisiologi tubuh yang terjadi pada :

14
a) Kehamilan, terjadi perubahan dalam vagina.
b) Obesitas, kegemukan dapat menyebabkan banyak keringat, mudah
terjadi maserasi kulit, dan memudahkan infestasi Candida.
c) Endokrinopati, gangguan konsentrasi gula dalam darah, yang pada
kulit akan menyuburkan pertumbuhan Candida.
d) Penyakit menahun, seperti tuberculosis, lupus eritematosus, karsinoma,
dan leukemia.
e) Pengaruh pemberian obat-obatan, seperti antibiotik, kortikosteroid,
atau sitostatik.
f) Pemakaian alat-alat di dalam tubuh, seperti gigi palsu, infus dan
kateter.

2) Umur Orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena sistem
imunologinya yang tidak sempurna atau lemah.
3) Gangguan imunologis Pada penyakit genetik seperti atopic dermatitis,
infeksi Candida mudah terjadi

b. Faktor eksogen

1) Iklim panas dan kelembaban menyebabkan banyak keringat terutama pada


daerah lipatan kulit, yang dapat menyebabkan kulit maserasi dan
mempermudah invasi Candida.
2) Kebiasaan dan pekerjaan yang banyak berhubungan dengan air yang dapat
mempermudah invasi Candida.

Kebersihan dan kontak dengan penderita. Pada penderita yang sudah terkena
infeksi (kandidiasis pada mulut) dapat menularkan infeksi pada pasangannya
melalui kontak bibir. Kedua faktor eksogen dan endogen ini dapat berperan
menyuburkan pertumbuhan Candida atau dapat mempermudah terjadinya invasi
Candida ke dalam jaringan tubuh.

15
2. Aspergillus sp.

Gambar Aspergillus
Sumber : https://images.app.goo.gl/qNcwtqr37rsP2Uqn8

Aspergillus sp. merupakan salah satu jenis mikroorganisme yang termasuk


jamur eukariotik dalam kelas ascomycetes. Aspergillus sp. secara mikroskopis
mempunyai ciri-ciri hifa bersepta dan bercabang, konidiofora muncul dari foot
cell (misellium yang bengkak dan berdinding tebal) membawa sterigma dan akan
tumbuh konidia yang membentuk rantai berwarna hijau, coklat atau hitam
(Srikandi, F.,1992)

Aspergillus sp. terdapat di alam sebagai saprofit, tumbuh di daerah tropik


dengan kelembaban yang tinggi.Aspergillus mampu memproduksi mikotoksin,
karena memiliki gen yang mampu memproduksinya. Habitat asli Aspergillus
dalam tanah, kondisi yang menguntungkan meliputi kadar air yang tinggi
(setidaknya 7%) dan suhu tinggi.Aspergillus memiliki tangkai-tangkai panjang
(conidiophores) yang mendukung kepalanya yang besar (vesicle). Di kepala ini
terdapat spora yang membangkitkan sel hasil dari rantai panjang spora.
Aspergillus mampu tumbuh pada suhu 370C. (Pratiwi, 2008). Aspergillosis
merupakan penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh infeksi jamur dari
genus Aspergillus (Praja, RN., Yudhana, Aditya, 2017).

Menurut Fardiaz dikutip oleh Syaifurrisal, Arif (2014), klasifikasi dari Aspergillus
sp adalah sebagai berikut :

Kingdom : Fungi

Divisi : Amastigomycota

Kelas : Deutromycetes

Ordo : Moniliales

16
Famili : Moniliaceae

Genus : Aspergillus

3. Histoplasma Capsulatum
Histoplasma capsulatum adalah jamur dimorfik yang tetap dalam
bentuk miselium pada suhu kamar dan tumbuh sebagai ragi pada suhu
tubuh pada mamalia. Infeksi menyebabkan histoplasmosis. Meskipun
jamur yang menyebabkan histoplasmosis dapat ditemukan di daerah
beriklim sedang di seluruh dunia, jamur ini endemik di lembah Sungai
Ohio, Missouri, dan Mississippi di Amerika Serikat. Secara internasional,
jamur ini banyak ditemukan di lembah-lembah sungai di Amerika Utara
dan Tengah, Eropa timur dan selatan, dan sebagian Afrika, Asia timur,
dan Australia.
Taksonomi Histoplasma capsulatum
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Ascomycotina
Class : Ascomycetes
Order : Onygenales
Family : Onygenaceae
Genus : Ajellomyces (Histoplasma)
Species : Histoplasma capsulatum
Histoplasmosis adalah penyakit infeksi jamur pada paru-paru yang
disebabkan karena menghirup spora jamur Histoplasma capsulatum. Spora
jamur ini bisa ditemukan di tanah atau pada kotoran burung dan kelelawar,
dan paling sering ditularkan melalui udara. Kebanyakan individu dengan
histoplasmosis tidak menunjukkan gejala. Mereka yang mengembangkan
manifestasi klinis biasanya immunocompromised atau terkena jumlah
inokulum yang tinggi. Histoplasmosis akut mungkin tidak memerlukan
pengobatan atau mungkin perlu tiga bulan pengobatan jika bergejala
(itrakonazol 200 mg dua kali sehari selama 3 bulan, dibandingkan dengan
12 bulan dengan blastomycosis). Histoplasmosis dapat menyerupai kanker

17
paru-paru dan sarkoidosis. Salah satu cara tercepat untuk mendiagnosis
histoplasmosis adalah dengan biopsi sumsum tulang.
Secara klinis histoplasmosis terbagi menjadi histoplasmosis
asimptomatik, histoplasmosis pulmoner akut, histoplasmosis pulmoner
kronik dan histoplasmosis diseminata.
1. Histoplasmosis Asimptomatik
Histoplasmosis asimptomatik biasanya terjadi di daerah endemis.
Sebanyak 50 – 85% orang yang tinggal di daerah endemis pernah
terinfeksi jamur tersebut.
2. Histoplasmosis Pulmoner Akut
Bentuk yang paling sering ditemukan, dapat primer (infeksi awal
atau sekunder (infeksi Wang). Bentuk primer seringkali asimptomatik,
masa tunasnya pada bayi dan anak kecil ialah 10 - 23 hari, banyak
dijumpai di daerah endemis. Satu-satunya tanda infeksi adalah uji kulit
histoplasmin positif. Bila timbul gejala akan menyerupai influenza yaitu
panas mendadak, malaise, nyeri otot sakit kepala, batuk nonproduktif,
dapat disemi rhonkhi yang difus dan hepatosplenomegali ringan.
Pemeriksaan radiologis menunjukkan infiltrat kecil-kecil tersebar di paru
dan pembesaran kelenjar pada hilus.
Pada anak-anak berlangsung tidak lebih dari tiga minggu. Bentuk
sekunder, gejalanya serupa dengan yang primer, pada pemeriksaan
radiologis tampak nodul-nodul milier tersebar di paru menyerupai
tuberkulosis miliaris. Dalam beberapa bulan kelainan ini dapat menghilang
sendiri dengan atau tanpa perkapuran. Uji tuberkulin negatif sedangkan uji
kulit histoplasmin positif
3. Histoplasmosis Pulmoner Kronik
Dijumpai pada orang dewasa setengah umur, perokok dan
mempunyai riwayat penyakit obstruksi paru kronis, belum pernah
ditemukan pada anak-anak. . Gejalanya demam, batuk kronik dengan
produksi sputum, malaise, lelah, berat badan turun, nyeri dada dan
hemoptisis. Pada pemeriksaan radiologis paru terlihat kavitasi pada lobus
atas dan fibrosis yang progresif pada bagian bawah paru.

18
4. Histoplasmosis Diseminata
Suatu penyakit yang akut pada bayi, anak kecil dan penderita
dengan imunospresi. Morbiditas dan mortalitas tinggi. Bentuk yang fatal
ini jarang terjadi. Kelainan dimulai dengan infeksi paru akut, demam,
batuk, sesak napas dan cepat menjadi progesif serta menyerang banyak
organ. Penderita tampak sakit berat, mual, muntah, sakit perut dan diare.
Ditemukan rhonkhi, limfa- denopati, hepatosplenomegali, anemia,
leukopenia dan trombositopenia. Bila tidak diobati, kelainan akan
memburuk dan dapat terjadi kegagalan pernapasan, perdarahan gastro-
intestinal yang tidak dapat dikontrol, koagulasi intravaskuler diseminata
(DIC) dan/atau sepsis, akhimya dapat menimbulkan kematian. Gambaran
radiologis paru terlihat infiltrate interstitial difus atau bentuk
retikulonodular yang dengan cepat menjadi acute respiratory distress
syndrome.
Kelainan ini dapat dijumpai pula pada penderita leukemia atau
keganasan sistem limfatik dan hemopoetik lainnya, path pemberian
kemoterapi, obat imunosupresif atau steroid, serta pada penderita AIDS
yang menunjukkan gejala demam yang tidak dapat diterangkan sebabnya
disertai hepatosplenomegali dan pansitopeniat. Kelainan yang bersifat
subakut atau kronis dapat di tern ukan pada penderita dewasa, biasanya
dengan gejala ulserasi pada mulut, faring, laring dan saluran pencernaan,
insufisiensiadrenal, endokarditis, osteomielitis, arthritis dan meningitis.

4. Pneumocystis Jiroveci
Pneumocystis adalah genus jamur uniseluler yang ditemukan di
saluran pernapasan banyak mamalia dan manusia.Variabilitas genomik
yang berbeda ada di antara anggota genus khusus inang. Organisme ini
pertama kali dideskripsikan pada tahun 1909 oleh Chagas dan kemudian
beberapa tahun kemudian oleh Delanöes, yang akhirnya menamai
organisme tersebut untuk menghormati Dr. Carini setelah mengisolasinya
dari tikus yang terinfeksi. Bertahun-tahun kemudian, Dr. Otto Jirovec dan

19
kelompoknya mengisolasi organisme dari manusia, dan organisme yang
bertanggung jawab untuk PJP diganti namanya setelahnya.

Pneumocystis jiroveci pneumonia (PJP), sebelumnya dikenal sebagai


Pneumocystis carinii pneumonia (PCP), adalah infeksi oportunistik yang
paling umum pada orang dengan infeksi HIV.

Pneumocystis pertama kali menjadi perhatian sebagai penyebab


pneumonia interstitial pada bayi dengan malnutrisi berat dan prematur
selama Perang Dunia II di Eropa Tengah dan Timur.Sebelum 1980-an,
kurang dari 100 kasus PJP dilaporkan setiap tahun di Amerika Serikat,
terjadi pada pasien yang tertekan kekebalannya (misalnya, pasien kanker
yang menerima kemoterapi dan penerima transplantasi organ padat yang
menerima imunosupresan).Pada tahun 1981, Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit melaporkan PJP di 5 pria homoseksual yang
sebelumnya sehat yang tinggal di daerah Los Angeles.

Pneumocystis jiroveci sekarang adalah salah satu dari beberapa


organisme yang diketahui menyebabkan infeksi oportunistik yang
mengancam jiwa pada pasien dengan infeksi HIV lanjut di seluruh
dunia.Lebih dari 100.000 kasus PJP dilaporkan pada dekade pertama
epidemi HIV di Amerika Serikat pada orang yang tidak memiliki
penyebab imunosupresi lainnya.

Meskipun secara resmi diklasifikasikan sebagai pneumonia jamur, PJP


tidak menanggapi pengobatan antijamur.Meskipun demonstrasi
histopatologis dari organisme diperlukan untuk diagnosis pasti (lihat
Temuan Histologis), pengobatan tidak boleh ditunda.Pengobatan PJP
dapat dimulai sebelum pemeriksaan selesai pada pasien berisiko tinggi
yang sakit parah.Pengobatan PJP tergantung pada derajat penyakit saat
diagnosis, ditentukan berdasarkan gradien arteri-alveolar.Lihat kalkulator
Gradien A-a.

Antibiotik terutama dianjurkan untuk pengobatan PJP ringan, sedang,


atau berat. Trimethoprim-sulfamethoxazole (TMP-SMX) telah terbukti

20
sama efektifnya dengan pentamidine intravena dan lebih efektif daripada
rejimen pengobatan alternatif lainnya. Kortikosteroid digunakan sebagai
terapi awal tambahan hanya pada pasien dengan infeksi HIV yang
memiliki PJP parah.Langkah-langkah pencegahan (misalnya, Berhenti
merokok dan kemoprofilaksis) dapat memainkan peran penting dalam
manajemen penyakit.

Klasifikasi Pneumocystis Jiroveci

Kingdom : Fungi

Divisi : Ascomycota

Kelas : Pneumocystidomycetes

Ordo : Pneumocystidales

Famili : Pneumocystidaceae

Genus : Pneumocystis

Spesies : P. jirovecii

Klasifikasi taksonomi dari genus Pneumocystis diperdebatkan untuk


beberapa waktu.Awalnya keliru untuk trypanosome dan kemudian untuk
protozoa.Pada 1980-an, analisis biokimiawi komposisi asam nukleat dari
Pneumocystis rRNA dan DNA mitokondria mengidentifikasi organisme
sebagai jamur uniseluler daripada protozoa. Analisis urutan genom
selanjutnya dari beberapa gen termasuk faktor pemanjangan 3, komponen
sintesis protein jamur yang tidak ditemukan dalam protozoa, selanjutnya
mendukung gagasan ini. Organisme pneumocystis umumnya ditemukan di
paru-paru orang sehat. Sebagian besar anak-anak diyakini telah terpapar
organisme pada usia 3 atau 4 tahun, dan kejadiannya di seluruh dunia.

Penularan Pneumocystis

Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa organisme


Pneumocystis dapat menular; transmisi melalui udara telah dilaporkan.

21
Bukti manusia tentang hal ini disediakan oleh analisis molekuler isolat
Pneumocystis yang diperoleh dari kelompok pasien yang terlibat dalam
wabah di rumah sakit. Bukti lebih lanjut dari penularan manusia telah
ditemukan dalam kasus pneumonia berulang di mana genotipe organisme
Pneumocystis pada orang yang sama berbeda pada episode sebelumnya.
Meskipun demikian, tindakan pencegahan penghalang tidak diperlukan
untuk pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Pneumocystis jiroveci
pneumonia (PJP) kecuali untuk melindungi pasien lain dengan kekebalan
tertekan.

Faktor risiko untuk PJP

PJP disebabkan oleh infeksi P jiroveci. Kelompok-kelompok berikut


berisiko terkena PJP:

 Orang dengan infeksi HIV yang sel CD4-nya turun di bawah 200 / μL dan
yang tidak menerima profilaksis PJP (Selain itu, pada pasien dengan
infeksi HIV, temuan infeksi oportunistik lainnya [misalnya, sariawan]
meningkatkan risiko PJP, terlepas dari CD4 + hitung.)
 Orang dengan defisiensi imun primer, termasuk beberapa bentuk
hipogamaglobulinemia (terutama defisiensi CD40-ligan, juga dikenal
sebagai sindrom hip-IgM terkait-X) dan defisiensi imun kombinasi yang
parah (SCID)
 Orang yang menerima rejimen imunosupresif jangka panjang untuk
gangguan jaringan ikat, vaskulitida, atau transplantasi organ padat
(misalnya jantung, paru-paru, hati, ginjal)
 Orang dengan keganasan hematologis dan non hematologis, termasuk
tumor padat dan limfoma.
 Orang dengan gizi buruk

Gejala - gejala PJP

Gejala-gejala dapat mulai dengan lambat dan perlahan semakin serius.


Gejala paling umum adalah:

 kesulitan bernapas
 batuk kering
 demam.

22
Gejala lain seperti turunnya berat badan, rasa tidak nyaman pada dada, dan
menggigil.

5. Tricophyton
Jamur Trichophyton sp. adalah dermatofita yang habitatnya di
tanah, binatang, dan manusia, terutama pada daerah yang beriklim tropis
dan basah. richophyton sp. dapat hidup dan berkembang pada bagian
epidermis dengan enzim keratinase, protease dan katalase yang
dimilikinya. Jamur Trichophyton sp. menginfeksi manusia pada kulit,
rambut, dan kuku. Pada umumnya jamur ini menyebar melalui kontak
langsung dengan kulit penderita dan kontak tidak langsung melalui
peralatan rumah tangga atupun pakaian yang terkontaminasi oleh spora
jamur.
Tricophyton ini memiliki taksonomi sebagai berikut :

Kingdom: Fungi

Divisi: Deuteromycota

Kelas: Eurotiomycetes

Ordo: Onygenales

Famili: Arthrodermataceae

Genus: Trichophyton

Jamur Trichophyton sp. dapat menimbulkan infeksi pada kulit,


rambut, dan kuku. Infeksi Trichophyton sp. menyebabkan timbulnya
bercak melingkar yang tertutup dengan sisik atau gelembung kecil yang
dikenal dengan istilah ring worm atau tinea. Spesies terbanyak yang
menjadi penyebab dermatofitosis di Indonesia adalah: Trichophyton
rubrum (T. rubrum) (Rosita & Kurniati, 2008).
Trichophyton sp. menginvasi sel keratin, menerobos ke dalam
epidermis dan selanjutnya akan menimbulkan reaksi peradangan atau
inflamasi. Reaksi peradangan tersebut timbul akibat Trichophyton sp. serta

23
bahan yang dihasilkan berada di daerah kutan, yaitu lapisan kulit yang
meliputi stratum korneum hingga stratum basale (Salim, 2010).
Patogenitas Tricophyton ini dipengaruhi oleh sistem kekebalan
tubuh seseorang. apabila sistem kekebalan tubuh orang tersebut sedang
menurun maka mudah bagi tricophyton sp untuk menginfeksi tubuh orang
tersebut.
Trichophyton sp. sering menyebabkan beberapa penyakit seperti :
a. Tinea kapitis,
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang
disebabkan oleh spesies dermatofita. Kelainan ini dapat ditandai
dengan lesi bersisik, kemerahan, alopesia dan kadang-kadang terjadi
gambaran klinis yang lebih berat, yang disebut kerion. Ada tiga bentuk
tinea kapitis:
 Gray patch ring-worm, merupakan tinea kapitis yang biasanya
disebabkan oleh genus microsporum dan sering ditemukan pada
anak-anak. Penyakit mulai dengan papul merah yangkecil di
sekitar rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak, yang
menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal.
Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi. Rambut
mudah patah dan terlepas dari akarnya sehingga mudah dicabut
dengan pinset tanparasa nyeri. Semua rambut di daerah tersebut
terserang oleh jamur dan menyebabkan alopesiasetempat. Tempat-
tempat terlihat sebagai gray patch, yang pada klinik tidak
menunjukan batas daerah sakit dengan pasti. Pada pemeriksaan
lampu wood terlihat fluoresensi hijau kekuningan pada rambut
yang sakit, melampaui batas dari gray patch tersebut. Tinea kapitis
disebabkan oleh microsporum audouini biasanya disertai tanda
peradangan, hanya sesekali berbentuk kerion.
 Kerion, merupakan tinea kapitis yang terutama disebabkan oleh
Microsporum canis. Bentuk yang disertai dengan reaksi
peradangan yang hebat. Lesi berupa pembengkakanmenyerupai

24
sarang lebah, dengan sebukan radang di sekitarnya. Kelainan ini
menimbulkan jaringan parut yang menetap.
 Black dot ring-worm, merupakan tinea kapitis yang terutama
disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Trichophyton
violaceum. Gambaran klinis berupa terbentuknya titik-titik hitam
pada kulit kepala akibat patahnya rambut yang terinfeksi tepat di
muara folikel.Ujung rambut yang patah dan penuh spora terlihat
sebagai titik hitam. Diagnosis banding padatinea kapitis adalah
alopesia areata, dermatitis seboroik dan psoriasis (Siregar, 2005).
b. Tinea kruris,
Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum,
dan sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut ataupun menahun,
bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup.
Lesi kulit dapat berbatas pada daerah genito-krural saja, atau meluas
ke daerah sekitar anus, daerah gluteus, dan perut bagian bawah, atau
bagian tubuh yang lain.Kelainan kulit yang tampak pada sela paha
merupakan lesi berbatas tegas. Peradangan pada tepilebih nyata
daripada daerah di tengahnya. Fluoresensi terdiri atas bermacam-
macam bentuk yang primer dan sekunder (polimorfik). Bila menahun
dapat disertai bercak hitam dan bersisik. Erosidan keluarnya cairan
terjadi akibat garukan. Dan tinea kruris merupakan bentuk klinis
tersering di Indonesia. agen yang pada umumnya menyebabkan tinea
kruris antara lain: T. rubrum, T. interdigitale dan E. floccosum.
c. Tinea korporis
Merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh yang tidak berambut
(glabrous skin). Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi
bulat atu lonjong, berbatas tegas terdiri dari eritema, squama, kadang-
kadang dengan vesikel dan papul ditepi. Daerah tengah biasanya
tenang. Kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada
umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain.
Dapat terlihat sebagai lesi dengan tepi polisiklik,karena beberapa lesi
kulit menjadi satu.

25
Tinea korporis yang menahun tanda radang yang mendadak biasanya
tidak terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan
bersama-sama dengan kelainan pada sela paha.
Bentuk khas dari tinea korporis yang disebabkan oleh trichophyton
concentricum disebut tinea imbrikata. Tinea imbrikata dimulai dengan
bentuk papul berwarna coklat, yang perlahan menjadi besar. Stratum
korneum bagian tengah ini terlepas dari dasarnya dan melebar. Proses
ini setelah beberapa waktu mulai lagi dari bagian tengah, sehingga
terbentuk lingkaran-lingkaran berskuama yang kosentris.
Bentuk tinea korporis yang disertai kelainan pada rambut adalah tinea
favosa atau favus. Penyakit ini biasanya dimulai dikepala sebagai titik
kecil di bawah kulit yang berwarna merah kuning dan berkembang
menjadi krusta berbentuk cawan (skutula) dengan berbagai ukuran .

d. Tinea unguium
Trichophyton rubrum dan T. interdigitale adalah spesies yang sering
menyebabkan tinea unguium. Dermatofita jenis unguium digolongkan
menjadi dua bagian utama:
 Superficial white-onycomycosis yang menempel atau membuat
lubang pada permukaan kuku.
 Invasif, subungual dermatofita yang lateral dari proximal atau pun
distal. Diikuti dengan menetapnya infeksi pada dasar
kuku.Onycomycosis subungual distal adalah bentuk umum dari
onycomycosis dermatofita. Jamur menyerang bagian distal bantalan
jari yang menyebabkan hiperkeratosis dari bantalan kuku dengan
onycolisis dan menyebabkan penebalan lempeng kuku.Seperti
namanya onycomycosis subungual lateral dimulai dari bagian lateral
kuku dan seringmenyebar melibatkan semua lempeng kuku. Pada
onycomycosis subungual proximal jamur menginvasi kebawah
kutikula dan menginfeksi bagian proximal daripada bagian distal
karena spot yellow-white akan menyerang lunula terlebih dahulu
kemudian meluas ke lempeng kuku.

26
6. Candida Albicans
Candida albicans adalah suatu jamur lonjong, bertunas, yang
menghasilkan pseudomisellium baik dalam biakan maupun dalam jaringan
dan eksudat. Candida adalah flora normal selaput lendir saluran
pernafasan, saluran pencernaan, dan genital wanita (Jawetz et al., 1986).
Candida Albicans ini memiliki taksonomi sebagai berikut :

Kingdom: Fungi

Filum: Ascomycota

Subfilum: Saccharomycotina

Kelas: Saccharomycetes

Ordo: Saccharomycetales

Famili: Saccharomycetaceae

Genus: Candida

Spesies: C. albicans

Jamur golongan Candida yang patogen dan merupakan penyebab


kandidiasis adalah Candida albicans. Penyakit kandidiasis banyak
dihubungkan dengan berbagai faktor, seperti keadaan kulit yang terus
lembab, pemakaian obatobat antibiotik, steroid dan sitostatika, perubahan
fisiologis tubuh pada kehamilan, penyakit-penyakit menahun dan
kelemahan umum, gangguan endokrin, dan obesitas serta keadaan
malnutrisi (Harahap, 2000).
Candida albicans ditemukan dalam jumlah besar pada saluran
pencernaan setelah pemberian antibiotik oral, misal tetrasiklin, tetapi hal
ini biasanya tidak disertai gejala-gejala. Candida albicans dapat
menimbulkan serangkaian penyakit pada beberapa lokasi, antara lain :
a. Mulut

27
Pada infeksi mulut (sariawan) terdapat selaput lendir di pipi dan
tampak sebagai bercak-bercak putih yang sebagian besar terdiri dari
pseudomiselium dan epitel terkelupas dari selaput lendir, hal ini
terutama terjadi pada bayi.
b. Genitalia wanita
Vulvovaginitis menyerupai sariawan tetapi menimbulkan iritasi, gatal
yang hebat dan pengeluaran sekret.
c. Kulit
Infeksi kulit terutama pada bagian-bagian yang basah, hangat seperti
ketiak, lipatan paha, skrotum atau lipatan-lipatan di bawah payudara.
Infeksi paling sering terjadi pada orang gemuk dan penderita diabetes

d. Kuku
Penebalan dan alur transversal pada kuku yang ditandai dengan rasa
sakit, bengkak kemerahan pada lipatan kuku, menyerupai peronikhia
progenils, dapat mengakibatkan kuku tanggal.
e. Paru-paru dan organ lain
Infeksi Candida dapat menyerupai invasi sekunder paru-paru, ginjal,
dan organ-organ lain dimana terdapat penyakit sebelumnya. Pada
penderita leukemia yang tidak terkendali dan penderita yang
mengalami penekanan imun atau pembedahan, lesi-lesi yang
disebabkan oleh Candida dapat terjadi pada banyak organ.

7. Mikrosporum
Microsporum sp merupakan penyebab penyakit kulit, pemakan zat
tanduk atau keratin, serta merusak kuku dan rambut.Jamur microsporum
sp dapat ditularkan secara langsung. Penularan langsung dapat secara
fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung jamur baik dari manusia,
binatang atau dari tanah.
Microsporum sp. merupakan kelompok kapang yang diketahui sebagai
dermatofita penyebab dermatofitosis (ringworm). Umumnya ditemukan
pada iklim lembab dan hangat. Gambaran mikroskopis spesies ini

28
memiliki makrokonidia multiseluller dengan dinding tebal, kasar dan
memiliki dinding berduri. Makrokonidia menyerupai tong dengan bagian
ujung yang tidak simetris dan memiliki panjang 10-50 µm yang terdiri dari
6-15 sel. Mikrokonidia berbentuk seperti buah pir dan terkadang berbentuk
oval (Ellis, 2013).
Microsporum ini memiliki taksonomi sebagai berikut :

Kingdom : Fungi

Division : Deuteromycota

Class : Eurotiomycetes

Order :Onygenales

Family : Arthrodermataceae

Genus : Microsporum
Dermatofitosis merupakan mikosis superfisial pada jaringan yang
mengandung keratin, misalnya stratum korneum pada epidermis rambut,
dan kuku. Dermatofitosis disebabkan oleh golongan jamur dermatofita
antara lain Microsporum sp. Trichopyton sp. dan Epidermophyton sp.
(Budimulja, 2007). Ada banyak manifestasi atau gejala klinik yang dapat
diakibatkan oleh genus Microsporum, namun hanya ada beberapa penyakit
yang secara khas diakibatkan oleh infeksi Microsporum gypseum baik itu
mengenai manusia maupun mengenai hewan yang biasanya menjadi
hewan peliharaan, antara lain sebagai berikut:
a. Tinea Capitis
b. Tinea Favosa
c. Tinea ungium
8. Aspergillus Fumigatus
Superkingdom : Eukaryota
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Pezizomycotina

29
Class : Eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Family : Trichocornacease
Genus : Aspergillus
Species : Aspergillus fumingatus

Aspergillus fumingatus merupakan salah satu spesies jamur yang


termasuk dalam genus Aspergillus. Jamur Aspergillus fumingatus dapat
ditemukan di tanah, air, dan tumbuhan yang telah mengalami pembusukan,
khususnya pada pupuk kandang dan humus. Aspergillus fumigatus dapat
menginfeksi tubuh manusia sehingga menimbulkan suatu penyakit yakni
Aspergillosis.
Aspergillosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Jamur Aspergillus.
Aspergillosis merupakan sebuah spectrum dari penyakit manusia dan
binatang yang disebabkan oleh anggota dari genus Aspergillus.
Aspergillosis merupakan infeksi opurtunistik, paling sering terjadi pada
paru-paru, dan disebabkan oleh spesies Aspergillus yaitu Aspergillus
fumigatus, jamur yang terutama ditemukan pada pupuk kandang dan
humus. Spora spesies ini dapat diisap masuk ke dalam paru-paru dan
menyebabkan infeksi kronik atau aspergillosis diseminata, jika terjadi
infeksi paru invasif oleh Aspergillus. Bronkopulmonari aspergillus alergik
dapat terjadi pada orang yang alergi terhadap Aspergillus. (Hasanah 2013)
Annaissie, et al., (2009) ada empat jenis utama dari aspergillosis:
a. Alergi bronchopulmonary aspergillosis (ABPA) adalah bentuk
paling ringan dari aspergillosis dan biasanya mempengaruhi orang-
orang dengan asma atau fibrosis kistik (kondisi warisan di mana
paru-paru bisa terpasang dengan lendir). Kondisi ini biasanya
sebagai akibat dari reaksi tubuh terhadap aspergillus.
b. Aspergilloma adalah tempat jamur memasuki paru-paru dan
kelompok bersama untuk membentuk simpul padat jamur, yang
disebut bola jamur. Aspergilloma adalah kondisi jinak yang
mungkin pada awalnya tidak menimbulkan gejala, tapi seiring,

30
waktu kondisi yang mendasarinya dapat memburuk dan mungkin
menyebabkan: Batuk darah (hemoptitis), Mengi, Sesak napas,
penurunan berat badan, kelelahan.
c. Kronis necrotizing asper-gillosis (CNA) adalah penyebaran, infeksi
kronis lambat paru-paru. Hal ini biasanya hanya mempengaruhi
orang-orang dengan kondisi paru-paru bermasalah yang sudah ada,
atau orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang
lemah.
d. Aspergillosis paru invasif (IPA) adalah infeksi umum pada orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah karena sakit atau
mengambil imunosupresan. Ini adalah bentuk paling serius dari
aspergillosis yang dimulai di paru-paru yang kemudian menyebar
dengan cepat ke seluruh tubuh.

Gejala dan Tanda-tanda Aspergillosis


Berikut tanda- tanda serta gejala yang ditimbulkan dari Apergillosis,
(Hasanah 2013) :
1. Reaksi alergi.
Beberapa orang dengan asma atau cystic fibrosis akan mengalami
reaksi alergi saat terpapar jamur aspergillus. Tanda dan gejala dari
kondisi yang dikenal sebagai alergi bronchopulmonary aspergillosis
(ABPA), meliputi: demam, batuk yang disertai darah dan lendir,
memburuknya asma.
2. Kumpulan serat jamur.
Kumpulan serat jamur dapat terbentuk di paru-paru yang memiliki
rongga. Jenis aspergillosis ini disebut aspergilloma. Rongga paru-paru
dapat terjadi pada orang yang mengalami penyakit paru-paru serius
seperti emfisema, tuberkulosis, dan sarcoidosis. Aspergilloma adalah
kondisi jinak yang pada awalnya mungkin tidak menimbulkan gejala,
tapi seiring waktu menyebabkan: batuk yang sering berdarah, sesak
napas, penurunan berat badan, kelelahan.
3. Infeksi.

31
Bentuk paling parah aspergillosis disebut aspergillosis paru invasif.
Kondisi ini terjadi ketika infeksi menyebar dengan cepat dari paru-
paru melalui aliran darah ke otak, jantung, ginjal, atau kulit.
Aspergillosis paru invasif umumnya terjadi pada orang dengan sistem
kekebalan tubuh melemah karena penyakit tertentu atau saat menjalani
kemoterapi. Tanda dan gejala tergantung pada organ yang terkena,
tetapi secara umum meliputi: demam dan menggigil, batuk berdarah,
pendarahan parah dari paru-paru, sesak napas, nyeri dada dan nyeri
sendi, mimisan, pembengkakan wajah pada satu sisi, lesi kulit (lecet-
lecet pada kulit).
Aspergillosis tidak menular dari orang ke orang. Jamur aspergillus
tidak dapat dihindari. Jamur dapat ditemukan dalam daun membusuk,
kompos, pohon-pohon dan tanaman biji-bijian. Sedangkan di dalam
ruangan, spora dapat berkembang di ruangan AC, saluran pemanas,
isolasi, beberapa makanan dan rempah-rempah. Paparan harian
terhadap jamur aspergillus biasanya tidak menimbulkan masalah bagi
orang yang memiliki sistem imun yang sehat. Jika spora jamur
terhirup, sel-sel pada sistem kekebalan tubuh (yang sehat) akan
mengepung dan menghancurkan spora jamur tersebut. Tetapi pada
orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah karena sakit
atau berada di bawah kendali obat imunosupresan, tubuh hanya
memiliki sedikit sel yang melawan spora tersebut sehingga aspergillus
dapat mengambil alih kontrol sistem, menyerang paru-paru dan bahkan
menyerang bagian tubuh lain (Siregar, 2004).

9. Coccidioides Immitis
Klasifikasi Taksonomi
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Euascomycetes
Ordo : Onygenales

32
Family : Onygenaceae
Genus : Coccidioides
Spesies : Coccidioides immitis
Coccidioides Immitis adalah suatu jamur tanah yang menyebabkan
koksidioidomikosis (Demam San Joaquin, Demam Lembah). Demam
Lembah, disebut demikian karena infeksi ini berasal dari
koksidioidomikosis yang sifatnya endemic pada beberapa daerah kering di
Barat daya Amerika Serikat dan Amerika Latin. Koksidioidomikosis
biasanya menyerang paru-paru. Tetapi infeksi ini biasanya akan sembuh
sendiri, penybarannya pun jarang terjadi tetapi, sifatnya mematikan.
Coccidioides immitis adalah jamur dimorfik. Di tanah dan dalam biakkan
suhu kamar Coccidioides immitis membentuk koloni filamen. Hifa jamur
ini membentuk artrospora dan mengalami fragmentasi. Artrospora ini
ringan dan mudah terbawa oleh angin dan terhirup ke dalam paru. Pada
suhu 37 oC, Coccidioides immitis membentuk koloni yang terdiri dari
sferul (seperti bola) yang berisi endospora.

Siklus hidup
Daerah endemic C. immitis adalah daerah– daerah kering. Jamur
ini ditemukan dalam tanah dan jaringan binatang pengerat. Di dalam
tanah, terjadi pembentukan artrospora dan berkecambah. Sedangkan di
dalam jaringan binatang pengerat, terjadi pembentukan sferul dengan
endospora. Tetapi saat dilakukan penelitian, binatang pengerat yang
terinfeksijamur ini tidak menambah penyebarannya dengan
menularkannya pada manusia. Jadi peluang terbesar terhadap infeksi
C.immitis ini adalah lewat tanah. Miselium dari jamur ini ada di tanah.
Miselium itu mengandung hifa yang merupakan alat perkembangbiakan
vegetative jamur. Hifanya berupa Hifa “aerial”. Hifa ini memiliki banyak
inti sel dengan jalur – jalur sitoplasma berjalan melalui septum spora
diantara sel – sel.Hifa ini secara bergantian membentuk artospora dan sel –
sel kosong. Artrospora ini sifatnya ringan, mengapung di udara , dan
sangat mudah menimbulkan infeksi. JikaArtrospora ini terhirup oleh

33
manusia, spora – spora yang menular ini berkembangmenjadi sferul
jaringan. Sferul ini bentuknya bulat seperti bola yang garis tengahnya 15 –
60 μm dengan dinding yang tebal dan berbias ganda. Endospora nantinya
akan terbentuk dalam sferul tersebut dan mengisinya. Waktu dindingnya
pecah, endospora dikeluarkan ke dalam jaringan sekitarnya (dalam tubuh
manusia), dimanaendospora membesar membentuk sferul yang baru. Di
dalam tubuh manusia terdapat bentuk bulatan – bulatan kecil tempat
tumbuhnya endospora. Endospora dilepaskan saat sudah masak, lalu
membengkak dan menjadi bulatan-bulatan baru.

Patogenesis dan Gambaran Klinik


Infeksi dari jamur ini didapat melalui inhalasi artrospora yang terdapat di
udara. Infeksi pernafasan yang nantinya timbul dapat bersifat
asimptomatis dan mungkin hanya terbukti dengan pembentukan antibody
presipitasi dan tes kulit positif dalam 2-3 minggu. Disamping itu penyakit
yang menyerupai influenza, yang disertai demam, lesu, batuk, dan rasa
sakit di seluruh tubuh juga dapat terjadi. Kurang dari 1% orang yang
terinfeksi C. immitis, penyakitnya berkembang menjadi bentuk yang
menyebar dan sangat fatal. Hal ini dapat sangat menyolok terlihat pada
wanita yang sedang hamil. Ini disebabkan karena kadar estradiol dan
progesterone yang meningkat pada wanita hamil dapat menambah
pertumbuhan C. immitis. Infeksi yang disebabkan oleh jamur jenis C.
Immitis dapat menybabkan adanya penyakit koksidioidomikrosis .

Koksidioidomikosis yang menyebar dapat disamakan juga dengan


tuberkolosis, dengan lesi pada banyak organ tubuh, tulang dan susunan
saraf pusat. Gejala yang ditimbulkan koksidioidomikosis antara lain:

1. Koksidioidomikosis primer akut


Koksidioidomikosis primer akut merupakan infeksi paru – paru
yang ringan, yang biasanya tanpa gejala. Kalaupun ada baru timbul 1 – 3
minggu setelah terinfeksi. Gejala – gejalanya antara lain batuk berdahak,

34
yang mungkin bisa sampai batuk darah, nyeri dada, demam dan menggigil.
Kompleks dari gejala – gejala ini dinamakan “Valley fever” atau “Desert
rheumatism”, rematik padang pasir, yaitu adanya konjungtivitis
(peradangan pada selaput mata) dan arthritis (peradangan sendi) disertai
eritema nodosum (peradangan kulit).
2. Koksidioidomikosis Progresif
Pada koksidioidomikosis ini sifat dari infeksinya adalah
menyebar dan berakibat fatal. Bentuk ini biasanya merupakan pertanda
bahwa seseorang yang telah terinfeksi telah mengalami gangguan system
kekebalan. Gejala – gejalanya biasanya berupa demam ringan, nafsu
makan hilang, berat badan turun, dan badan terasa lemah. Pada kasus ini,
infeksi juga menyebar ke tulang, sendi, hati, limpa, ginjal dan otak.

10. Blastomyces Dermatitidis

Klasifikasi Taksonomi

Kingdom : Fungi

Filum : Ascomycota

Class : Euasoomycetes

Ordo : Onygenles

Famili : Onygenaceae

Genus : Blastomyces

Spesies : Blastomyces dermatitidis

Blastomyces dermatitidis adalah jamur dimorfik termal yamg


tumbuh sebagai mokl dalam biakan, menghasilkan hifa hyalin bersepta dan
bercabang seperti konidia. Pada suhu 37oC dalam tubuh inang, ia berubah
menjadi sel ragi besar yang bertunsa sendiri – sendiri. Blastomyces
dermatitidis menyebabkan blastomycosis, infeksi kronis denga lesi
granulomatosa dan supuratif yang dimulai di paru, diamna penyebaran
bisa terjadi ke organ apa saja, tetapi lebuh banyak ke kulit dan tulang.
Penyakit ini biasa disebut dengan Blastomikosis Amerika Utara karena ini
merupakan endemis dan kebanyakan kasus terjadi di AS dan Kanada.
Tetapi di Asia pula banyak ditemukan kasus seperti ini.

35
Habitat

Kebanyakan sistemik fungi memiliki specific niche di alam dimana


mereka banyak terdapat. Blastomyces dermatitidis merupakan jamur
dimofik ternal dan kemungkinan sebagai sporofit di tanha. Jamur ini
jarang sekali bisa diisolasi sebagai natural habitat, tetapi telah dilaporkan
bahwa terdapat keberhasilan isolasi yang berhubungan dengan kayu yang
membusuk dan barang-barang yang banyak mengandung bahan organik.
Fiungi jenis ini banyak terdapat di tanha yang kaya dengan mineral
organik seperti kotoran hewan, rotting wood, debu, insect remain, dan plan
fragment. Tetapi dimungkinkan juga jamur ini dapat di tanha lembap yang
kurang terkena cahaya matahari, mengandung sampah organik dan pH
kurang dari 6,0.

Morfologi

Blastomyces dermatitidis dikatakan dimorfik karena fungi ini


memiliki dua bentuk yait, bentuk hifa dan ragi yang berkembang pada
kondisi pertumbuhan yang berbeda dalam artian pada temperatur yang
berbeda yakni 25oC dan 37oC.

 Pada suhu 25oC (bentuk hifa) akan terbentuk kloni putih atau kecokelatan
dengan hifa bercabang yang menghasilkan konidia bulat, ovoid atau
piliform (berdiameter 3-5𝜇m) pada konidia leteral/ujung yang klansing.
Chlamydospora yang lebih besr (17-18𝜇𝑚) bisa juga dihasilkan.
Membutuhkan 2-3 minggu untuk ditumbuhkan pada suhu 25oC atau pada
suhu kamar.
 Pada suhu 37oC (bentuk ragi) dalam jaringan atau biakan pada suhu 37 oC,
Blastomyces dermatitidis tumbuh sebagai ragi bulat, multinuklear
berdinding tebal (8-15𝜇m) yang biasanya menghasilkan tunas tunggal.
Tunas dan sel yeast induk menempel pada suatu dasar yang luas, dan tunas
ini bisa membesar hingga berukuran sama dengan sel yeast tidak sebelm
mereka terlepas. Sel yeast di ibu dan anak yang masih melekat disebut
blasoconidia. Koloni berkerut seperti filin dan lembut. Membutuhkan 7-10
hari untuk tumbuh menjadi bentuk ragi.

Gejala Klinis
Beberapa gejala yang terjadi diantaranya adalah:
1. Batuk yang memungkinkan menghasilkan lendir kecoklatan atau darah
2. Tubuh bagian atas nyeri
3. Panas dingin
4. Demam
5. Berkeringat
6. Kelelahan
7. Masalah pernapasan
8. Ketdiaknyamanan

36
9. Penguranga berat badan
10. Kekakuan dan nyeri sendi
11. Otot kaku
12. Tulang lesi(luka)
13. Lesi kuli, yang dimulai sebagian kecil, benjolan mengangkat atau lecet
yang kumudian tumbuh menjadi bisul dengan permukaan yang
berkerak.
Patogenesis
Penyakit yang disebabkan oleh fungi ini disebut Blastomikosis. Infeksi
primer yang mungkin menjadi subelinical terjadi di paru-paru yang mana
konidia fungi masuk melalui sistem pernafasan. Perubahan bentuk dari
nold form menjadi yeast form terjadi setelah berada dijalur pernafpasan.
Blastomikosis banyak menginfeksi lelaki yang berusia 30-50 th dan
menyerang tidak berdasarkan sex, umur, atau pekerjaan. Pada
immunocompromised host ada resisten alami terhadap infeksi fungi ini
karena mekrofage alveolar menghambat trensformasi konidia menjadi
yeast. Hal ini didukung oleh penelitian penyakit blastomikosis dimana
infeksi asimptomatik terjadi 50%.. Blastomikosis paru-paru dimulai
dengan timbulnya demam,menggigil dan berkerungat banyak. Kemudian
bisa disertai batuk berdahak maupun kering, nyeri dada dan kesulitan
untuk bernafas. Ketika terjadi penyebarluasan, lesi kulit pada permukaan
yang terbuka adalah yang paling sering. Mereka lambat laun bisa menjadi
granuloma verrukosa beruklus dengan tepi yang meluas den dengan pusat
jaringan parut. Kemudian akan timbul kutil yang diekelilingi
abses(penimbunan nanah) dan mempunyai ujung runcing yang basah. Pada
tulang bisa timbul pembengkakan disertai nyeri sedangkan pada laki laki
terjadi pembengkakan epididmis disertai nyeri atau prostatitis.
Treatment
Sebelum ditemukannyan amfoterisin B pada tahun 1956, blastomikosis
merupakan penyakit dengan prognosis yang buruk, amfoteresin B secara
interavena bersifat menyembuhkan pada sebagian besar pasien dengan
penyakit paru dan penyakit yang menyebar. Pemberian ketokonazol dan
intrakonazol selama 6 bula dapat juga dilakukan dengan pengobatan yang
gagal biasanya disebabkan karena pengobatan yang tidak lengkap.
Rendahnya toksisitas dan pemberiannya yang dapat secara oral membuat
obat ini dapat dipilih untuk blastomikosis, walaupun amfoterisin B
digunakan untuk mengendalikan penyakit- penyakit yang berkembang
dengan cepat atau mengancam jiwa.
 Amphotericin B tetaplah merupakan drug of choice walaupun bersifat
sangat toksik dan harus dipakai melalui pembuluh darah (intravena) yaitu
0,4 mg/kg selama 10 hari.
 Intrakonazol 200-400 mgper hari, cara pemakaian obat ini yakni berupa
oral solution maka diminum ketika perut kosong sedangkan kapsul
dikonsumsi setelah makan.
 Ketokonazol 400-800 mg/hari selama 6-12 bulam dan dipakai secara oral.

37
11. Cryptococcus neoformans
Adalah salah satu spesies cendawan patogen pada manusia. Spesies ini
terdiri dari dua jenis, yaitu C. neoformans var. neoformans dan C.
neovormans var. gattii. Cendawan ini ditemukan pertama kali oleh Otto
Busse dan Abraham Buschke pada tahun 1984. Beberapa katarakteristik
dari cendawan ini adalah berbentuk khamir terenkspsulasi dengan ukuran
4-7 hingga 4-8 µm, dapat menggunakan berbagai macam sumber karbon,
memproduksi enzim urease dan fenoloksidase. C. neovormans memiliki
kapsul yang berperan bagi virulensinya dan terbuat dari polisakarida,
enzim, serta protein. Bakteri ini dapat menginfeksi manusia normal serta
yang memiliki sistem imun yang rentan. Bakteri ini dapat tumbuh dengan
baik pada suhu tubuh manusia (± 37 °C).

12. Paracoccidioides brasiliensis


Merupakan jenis jamur dimorfik termal dari paracoccidiodimikosis
(blastomikosis Amarika Selatan), terbatas pada daerah endemis di
Amerika tengah dan selatan. Daerah endemik ditandai oleh musim panas
yang lembab dan musim dingin yang beriklim sedang ekitar 17 ° C -23 °
C. Cuaca tersebut terjadi die negara-negara Amerika seperti Brasil,
Kolombia, dan Venezuela.
Paracoccidioides brasiliensis dapat menyebabakan ulserasi selaput
lendir darimulut dan hidung, dengan menyebar melalui sistem limfatik.
Paru-paru, kelenjar getah bening serta selaput lendir mulut merupakan
jaringan yang paling sering terinfeksi. Pada P. Brasiliensis, lesi pertama
alan muncul pada jaringan limfoid dan kemudian meluas ke selaput lendir.
Kemudian akan memproduksi terlokalisir untuk nekorsis jaringan yang
berdifusi dari kelenjar getah bening. Gambaran patologis dari P.
Brasiliensis mirip dengan yang terlihat pada Coccidioidomycosis dan
Blastomycosis. Namun, keterlibatan jaringan limfoid dan terbatasna
saluran pencernaan tulang dan prostat membuat gambaran klinis P.
Brasiliensis berbeda dengan Blastomycosis. P. Brasiliensis dapat
menyebabkan penyakit yang dikenal dengan paracoccidioidomycosis yang

38
ditandai oleh perubahan granulomatosa yang lembat dan juga progresif
pada mukosa kepala. P. Brasiliensis tidak hanya menyerang sistem saraf
limfatik tetapi juga sistem saraf pusat, saluran pencernaan serta sistem
rangka pada manusia.

13. Cryptococcus Neoformans


Cryptococcus Neoformans merupakan salah satu spesies cendawan
patogen pada manusia. Spesies ini terdiri dari dua jenis, yaitu C.
neoformans var. neoformans dan C. Neovormans var. Gattii. Infeksi yang
disebabkan oleh Cryptococcus Neoformans disebut dengan Kriptokokosis.
Sebagin besar, infeksi terjadi pada paru-paru. Pada penyakit meningitis
dan ensefalitis jamur seperti infeksi sekunder pada pasien AIDS, sering
disebabkan oleh Cryptococcus Neoformans yang menjadikan jamur
menjadi berbahaya bagi tubuh. Infeksi jamur ini terjadi pada pasien
dengan kekebalan imun menurun. Maka dari itu infeksi oleh jamur
Cryptococcus Neoformans ini merupakan jenis infeksi oportunistik, infeksi
ini memeanfaatkan fagosit inang untuk menyebar dan berkembang
menajdi patogen di dalam tubuh ketika sistem imun sedang menurun.
Pada infeksi manusia, Cryptococcus Neoformans menyebar melalui
inhalasi basidiospora aerosol yang akan menyebar ke sistem saraf pusat
yang dapat menyebabkan penyakit meningoensefalitis. Pada paru-paru,
infeksi Cryptococcus Neoformans difagosistosis oleh makrofag alveolar.
Makrofag tersebut akan mengahsilkan agen oksidatif dan nitrosatif yanga
akan menyebbakan kondisi lingkungannya bersifat menyerang patogen.
Namun, ada beberapa sel Cryptococcus Neoformans daoat bertahan hiduo
secara intraseluler dalam makrofag.

14. Talaromyces marneffei / penicillium marneffi


Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Jamur
Divisi : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes

39
Keluarga : Trichocomaceae
Marga : Talaromyces
Jenis : T. Marneffei
Nama binomial : Talaromyces marneffei
Sumber : wikipedia
Penicillium marneffei adalah jamur dimorfik yang telah diidentifikasi
sebagai infeksi oportunistik penting pada pasien yang terinfeksi HIV yang
tinggal di atau telah melakukan perjalanan ke Asia timur. Talaromyces
marneffei merupakan penyebab tersering talaromikosis, walaupun pernah
dilaporkan isolasi spesies lain bahan klinik.Talaromikosis marneffei
menjadi perhatian sejak adanya pandemic HIV/AIDS di Asia Tenggara.
Kasusnya meningkat tajam di negara-negara seperti Thailand, Vietnam,
Tiongkok, Malaysia, dan negara di benua Asia lainnya.Talaromyces
marneffei awalnya masuk ke dalam genus Penicillium karena
strukturmikroskopisnya yang mirip dengan genus Penicillium, berupa hifa
bersekat yang kemudian membentuk konidiofora dan konidia. Perbedaannya
adalah genus Talaromyces membentuk dua lapis konidiofora yang simetris,
sehingga dahuludiklasifikasikan ke dalam subgenus
Biverticillatae.Talaromyces marneffei merupakan satu-satunya genus
Talaromyces yang memiliki sifat dimorfisme termal yaitu mempunyai dua
morfologi yang berbeda
15. Nocardia asteroides
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Bakteri
Divisi : Actinobacteria
Memesan : Actinomycetales
Suborder : Corynebacterineae
Keluarga : Nocardiaceae
Marga : Nocardia
Jenis : N. Asteroides
Nama binomial : Nocardia asteroides
Sumber : wikipedia

40
Nocardia asteroides adalah spesies Nocardia . Ini dapat
menyebabkan nocardiosis , infeksi paru yang parah pada host yang
mengalami gangguan sistem imun. (Wikipedia, diakses tanggal 9
november 2019).
Nocardia asteroides adalah spesies yang paling umum
diidentifikasi dalam beberapa laporan infeksi Nocardia pada pasien yang
terinfeksi HIV, dan paru-paru adalah situs yang paling sering
terkena.(https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B97814557338
35000907)
Nocardiosis atau nocardia adalah infeksi yang disebabkan oleh
bakteri yang berasal dari tanah dan air. Bakteri ini mempengaruhi sistem
saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang), paru-paru, atau kulit.
nocardia adalah penyakit serius dan bisa berakibat fatal jika dibiarkan

16. Epidermophyton floccosum


Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Jamur
Divisi : Ascomycota
Bagian : Pezizomycotina
Kelas : Eurotiomycetes
Memesan : Onygenales
Keluarga : Arthrodermataceae
Marga : Epidermophyton
Jenis : E. Floccosum
Nama binomial : Epidermophyton floccosum
Sumber : Wikipedia
Epidermophyton floccosum adalah jamur berfilamen yang
menyebabkan infeksi kulit dan kuku pada manusia. Dermatofit
antropofilik ini dapat menyebabkan penyakit seperti tinea pedis (kaki
atlet), tinea cruris , tinea corporis dan onikomikosis . Pendekatan
diagnostik infeksi jamur meliputi pemeriksaan fisik, uji kultur, dan deteksi
molekuler. Perawatan antijamur topikal, seperti penggunaan terbinafine ,

41
itraconazole , voriconazole , dan ketoconazole , seringkali efektif. E.
floccosum menyebabkan penyakit superfisial seperti tinea pedis (kaki
atlet) dan tinea cruris, dan tinea korporis dan onikomikosis yang lebih
jarang. Mirip dengan dermatofita jamur lainnya, E. floccosum dapat
menyerang jaringan keratin termasuk kulit dan kuku. Kasus klinis baru-
baru ini juga menunjukkan kapasitasnya menginfeksi mata, menyebabkan
keratitis . Itu tidak melubangi rambut atau folikel rambut. Dermatofit
antropofilik ini secara khusus menginfeksi manusia dan jarang
menginfeksi hewan, dengan demikian percobaan pada hewan percobaan
tidak berhasil. E. floccosum lebih infektif daripada kebanyakan
dermatofita. Infeksi kronis jarang terjadi, oleh karena itu pemeliharaan
spesies ini bergantung pada penularan cepat antar inang. Infeksi ini
biasanya menetap di dalam lapisan epidermis inang yang tidak hidup,
karena jamur tidak dapat menembus jaringan hidup individu dengan
kekebalan normal. Namun, telah ditemukan menyebabkan infeksi invasif
pada pasien immunocompromised, menunjukkan onikomikosis parah, lesi
kulit, dan nodul subkutan. ( Wikipedia, diakses tanggal 9 november 2019
17. Trichophyton rubrum
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Ordo : Onygenales
Famili : Arthrodermataceae
Genus : Trichophyton
Spesies : T. rubrum

42
Namabinomial :Trichophyton rubrumTrichophyton rubrum merupakan
jamur yang paling umum menjadi menyebabkan infeksi jamur kronis pada
kulit dan kuku manusia. Pertumbuhan kolonialnya dari lambat hingga bisa
menjadi cepat. Teksturnya yang lunak dari depan warna nya putih ke
kuning kuningan,coklat,atau cokelat kemerah merahan.Penyakit yang di
timbulkan adalah: dapat menyebabkan infeksi pada kuku tangan. Tempat
infeksi : kuku,dan kulit lainnya

18. Malasezia furfur


Kingdom :Fungi
Division :Basidiomycota
Class :Exobasidiomycetes
Order :Malasseziales
Family :Malasseziaceae
Genus :Malassezia
Species :Malassezia furfur

Salah satu penyakit yang di sebabkan Jamur yang menyerang kulit


adalah Pityriasis versicolor.Penyakit ini dikenal pertama kali sebagai
penyakit jamur pada tahun 1846 oleh Eichsted.Secara umum penyakit ini
dikenal dengan penyakit panu.Pityriasis versicolor disebabkan oleh
Malassezia furfur.Pityriasis versicolor adalah suatu penyakit jamur kulit
yang kronik dan asimptomatik serta di tandai dengan bercak putih sampai
cokelat yang bersisik.

Penyakit yang ditimbulkan: Panu

Tempat infeksi: ketiak,sela paha,leher,muka,kulit kepala

Sumber: Jurnal perbedaan zona hambat terhadap jamur Malassezia furfur


antara pemberian exstrak umbi bawang putih (Allium sativum linn)

43
dengan ekstrak kulit umbi bawang putih (Allium sativum linn) oleh Diah
Ariana vol:1 No.2,mei 2018

19. Tinea Versicolor

Panu adalah penyakit akibat infeksi jamur Malassezia yang ditemukan


pada permukaan kulit . Umumnya,jamur yang secara normal tidak pada kulit
,seperti malassezia,tidak menyebabkan masalah kesehatan. Banyak mikroba
(atau organisme mikroskopik).termasuk jamur ini yang berperan melindungi
anda dari infeksi dan patogen lain yang dapat membahayakan atau
menyebabkan penyakit. Jamur dapar hidup berdampingan dengan sel tubuh
dalam hubungan simbiotik,dengan sel kulit dan organisme kecil saling
mendukung. Penyakit yang di timbulkan: panu atau bercak bercak pada
permukaan kulit Tempat infeksi: lengan,dada,leher,atau punggung

20. Definisi Tinea Versicolor ( Pitiriasis Versicolor (PV))

Pitiriasis versikolor (PV) merupakan infeksi jamur superfisial yang


bersifat kronik, ditandai dengan adanya makula hipopigmentasi maupun
hiperpigmentasi yang disertai dengan skuama halus. Infeksi lebih sering
terjadi pada daerah dengan temperatur dan kelembaban tinggi.Pitiriasis
versikolor disebabkan oleh Malassezia sp, terdiri dari sekelompok fungi
dimorfik superfisial sebagai flora normal pada kulit manusia.Terdapat 14
spesies Malassezia yaitu M. furfur, M. pachidermatis, M. symphodialis, M.
globosa, M. obtusa, M. restricta, M. sloofiae, M. dermatis, M. japonica,
M. yamatoensis, M. nana, M .caprae, M. equina dan M. cuniculi.Pada
keadaan tertentu, genus Malassezia dapat berubah menjadi patogen dan
menimbulkan beberapa kelainan pada kulit.Lesi hipopigmentasi dapat
disebabkan oleh M. yamatoensis, M.furfur, M. caprae, dan M. equina.Lesi
hiperpigmentasi dapat di sebabkan oleh M. yamatoensis dan M.

44
furfur.Tidakdidapatkan hubungan antara warna lesi dengan jenis spesies
Malassezia. Prevalensi PV lebih tinggi (kurang lebih sebesar 50%) di
daerah tropis yang bersuhu hangat dan lembab.Faktor resiko yang dapat
menyebabkan pitiriasis versikolor antara lain kerentanan genetik, keadaan
malnutrisi, peningkatan kadar kortisol plasma, dan tingginya temperatur
maupun kelembaban.

Pitiriasis versikolor dapat ditandai dengan rasa gatal ringan yang


umumnya muncul pada saat berkeringat.Gambaran klinis PV berdasarkan
perubahan warna dapat berupa lesi hiperpigmentasi (kecoklatan), lesi
hipopigmentasi (putih), dan eritematosa (kemerahan). Hingga saat ini
belum terdapat kepustakaan mengenai spesies Malassezia yang paling
banyak didapatkan baik pada lesi hipopigmentasi,
hiperpigmentasi,maupun eritematosa. Gambaran klinis PV berdasarkan
bentuk lesi, dapat berbentuk makular dan folikular pada daerah atas dada,
meluas hingga lengan atas, leher dan perut atau tungkai atas atau bawah,
namun bisa juga mengenai daerah lain. Apabila dilihat dari pekerjaannya,
penderita PV yang terbanyak adalah penderita yang dalam aktifitas sehari-
hari mengeluarkan banyak keringat yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan Malassezia, hal ini berhubungan dengan kadar asam lemak
yang lebih tinggi pada produksi keringat dalam jumlah yang banyak.

21. Tinea Barbae

Tinea barbae adalah infeksi jamur kulit pada area berambut di wajah
dan leher.Kondisi ini menyerang pria dewasa dan tidak pernah terjadi pada
anak-anak.Sering kali, kondisi ini dialami oleh peternak karena adanya
kontak langsung dengan hewan ternak yang terinfeksi jamur.

Gejala Tinea Barbae

Tinea barbae ditandai dengan peradangan parah pada area janggut atau
kumis, berupa kemunculan benjolan merah, bengkak, serta bernanah dan
berkerak di wajah.Akan tetapi benjolan tersebut tidak terasa gatal atau
sakit.Namun, rambut-rambut pada area yang terinfeksi dapat rontok
dengan mudah.

Penyebab Tinea Barbae

Tinea barbae disebabkan oleh jamur yang Trichophyton verrucosum


yang berasal dari hewan ternak, atau Trichophyton mentagrophytes var
equinum yang berasal dari kuda.Selain kedua spesies tersebut,
Trichophyton rubrum dan Trichophyton violaceum juga bisa menyebabkan
tinea barbae.

45
Pengobatan Tinea Barbae

Pada kasus tinea barbae yang ringan, dokter dapat memberi obat-obatan
antijamur topikal, seperti krim, losion, atau shampo antijamur.Dianjurkan
untuk mencukur rambut di bagian yang terinfeksi terlebih dahulu, sebelum
memberikan antijamur topikal.Pada kasus yang lebih parah, diperlukan
obat-obatan tablet untuk dikonsumsi.Salah satunya adalah griseofulvin
yang dikonsumsi pasien selama 2-3 minggu. Obat ini bekerja dengan cara
menghambat perkembangan sel jamur. Selain griseofulvin, terbinafine dan
itraconazole juga dapat digunakan untuk mengatasi tinea barbae.Tinea
barbae dapat sembuh jika diobati dengan benar. Lesi yang bengkak akan
mereda dalam waktu beberapa bulan. Namun jika penyakit ini tidak
diobati, maka penderita dapat mengalami kebotakan dengan luka parut.

Pencegahan Tinea Barbae

Hal terpenting setelah mengalami tinea barbae adalah menyingkiran


sumber penyebabnya.Jika kondisi ini menimpa peternak, maka dianjurkan
semua hewan ternak diperiksa, dan ternak yang teriinfeksi jamur kulit
perlu dipisahkan dan diobati.Upaya ini dilakukan untuk mencegah
penyebaran infeksi lebih lanjut.Hewan-hewan yang terinfeksi sebaiknya
segera diobati sebelum dikembalikan bersama hewan ternak lainnya.

22. Tinea Capitis

Tinea capitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur


dermatofit pada kulit kepala dan batang rambut. Gejala yang muncul dapat
berupa kulit kepala bersisik dan pitak, hingga peradangan dan kebotakan
yang meluas.Penyakit ini lebih banyak dialami oleh anak-anak, terutama
anak laki-laki usia 3-7 tahun. Tinea capitis sangat mudah menyebar
melalui perantara benda yang sudah terpapar jamur dermatofit, atau kontak
langsung dengan binatang atau orang yang terinfeksi.

Gejala Tinea Capitis

a) Terdapat bentuk seboroik di kulit kepala yang ditandai kulit bersisik


dan kerontokan rambut yang tidak terlalu terlihat.

b) Terdapat pola pustula (bernanah) berkerak dalam satu lokasi atau


menyebar.

c) Terdapat titik hitam, yang merupakan tanda kerontokan rambut dari


kulit kepala yang bersisik.

Di samping itu, tinea captis juga dapat disertai gejala pembengkakan


kelenjar getah bening di bagian belakang leher, dan demam yang

46
ringan.Sedangkan gejala yang muncul dalam kondisi lebih parah adalah
keberadaan kerion (koreng) dengan pola kulit bersisik, melingkar, serta
timbulnya favus atau kerak kulit berwarna kuning dengan rambut yang
kusut.

Penyebab Tinea Capitis

Tinea Capitis merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur dermatofit


yang berkembang pada jaringan kulit.Infeksi ini lebih sering terjadi pada
kulit yang berkeringat dan lembap, dan menyerang lapisan luar kulit
kepala dan batang rambut.Jenis jamur dermatofit yang dapat menyerang
rambut adalah Trichophyton (T) dan Microsporum (M).

23. Tinea Favosa


Tinea favosa adalah infeksi jamur kronis terutama oleh T. schoenleini,
T.violaceum dan M. gypseum. Penyakit ini merupakan bentuk lain dari
Tinea capitis yang ditandai oleh skutula berwarna kekuningan dan bau
seperti tikus pada kulit kepala. Biasanya, lesinya menjadi sikatrik alopesia
permanen.Penyakit ini biasanya dimulai di kepala sebagai titik kecil
dibawah kulit yang berwarna merah kuning dan akan berkembang menjadi
krusta berbentuk cawan (skutula) dengan berbagai ukuran krusta tersebut
biasanya di tembus oleh satu atau dua helai rambut dan bila krusta
diangkat terlihat krusta yang cekung merah. Kemudian rambut tidak
berkilat lagi dan akhirnya terlepas, bila tidak diobati, penyakit inimeluas
keseluruh kepala dan meninggalkan parut dan botak.Kadang-kadang
penyakit ini dapat menyerupai dermatitis seboroika. Tinea favosa pada
kulit dapat dilihat sebagai kelainan kulit papulovesikel dan
papuloskuamosa.Favus pada kuku tidak dapat dibedakan dengan Tinea
unguium pada umumnya yang disebabkan oleh spesies dermatofita
lainnya. (marwali harahap,2013).

Tinea flavus dapat ditandai dengan tiga tahap:

 Tahap pertama: hanya eritema kulit kepala terlihat terutama disekitar


folikel denganrambut tidak longgar atau rusak.

 Tahap kedua: pembentukan skutula terlihatdengan awal kerontokan


rambut.

 Tahap ke tiga: tahap paling parah melibatkan daerah yang luas dari kulit
kepala(setidaknya sepertiga) rambut rontok luas, atrofi, dan hasilnya
jaringan parut. Pembentukan skutula baru dipinggiran plak adalah
umum. (http/ www. Scribd. Com)

47
Penyebab Tinea flavus

Tinea flavus disebabkan oleh T. schoenleinii, flavus jarang disebabkan


oleh T.violaceom,T.mentagrophytes, M .gypseum.Meskipun penularan
vertikal dapat terjadi, tetapi tingkat serangan sangat bervariasi.Sebagian
besar bukti menujukan flavus bukan penyakit menular.

24. Epidermophyton floccosum

Taksonomi

Phylum : Ascomycota
Class : Euascomycetes
Ordo : Onygenales
Family : Arthrodermataceae
Genus : Epidermophyton
Spesies : Epidermophyton floocosum

Jamur Epidermophyton floocosum mempunyai ciri-ciri yaitu


dinding selnya tersusun atas zat kitin, multiseluler, hifa bersekat, tipe hifa
berinti satu dan berinti dua, dan reproduksi vegetative dengan membentuk
konidiospora.Jamur ini yang menyebabkan penyakit kutu air.Jamur ini
yang menyebabkan penyakit utu air atau menyebabkan penyakit pada
kelainan kulit contohnya pada tinea korporis, tinea cruris dan tinea
pedis.Jamur ini tidak menyerang rambut dan anthropophilic. Jamur ini
disebut juga jamur imperfecti karena kelompok jamur ini tidak diketahui
cara reproduksi generatifnya. Golongan jamur dermatofit, golongan jamur
ini dapat mencerna keratin kulit karena mempunyai daya tarik terhadap
keratin sehingga infeksi jamur ini menyerang mulai dari lapisan kulit
stratum korneum sampai dengan stratum basalis. Epidermophyton
floocosum adalah jamur yang menyebabkan kutu air.Mikrokonidia
biasanya tidak ditemukan dan hal ini biasanya menyebabkan penyakit pada
kelainan kulit contohnya pada tinea korporis, tinea cruris dan tinea pedis.
(ermaagenvenus, 2014)

2.3 Proses Infeksi


Infeksi terjadi secara progresif,berat ringannya penyakit klien tergantung
pada tingkat infeksi,patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan
pejamu.Didalam proses infeksi memiliki tahapan tertentu yaitu :
1. Periode Inkubasi Interfal antara masuknya patogen dalam tubuh dan
munculnya gejala utama.

48
2. Tahap Prodomal Interpal dari awitan tanda gejala non
spesifik(malaise,demam ringan,keletihan)sampai gejala yang spesifik
selama masa ini,mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan klien
mampu menularkan ke orang lain.
3. Tahap Sakit Interpal saat klien memanifestasikan tanda dan gejala yang
lebih spesifik terhadap jenis infeksi.
4. Tahap Pemulihan Interpal saat munculnya gejala akut infeksi ,lama
penyembuhannyatergantung pada beratnya infeksi dan keadaan umum
kesehatan klien. (Rizky , 2013)

Mekanisme infeksi jamur patogen


Pada keadaan normal kulit memiliki daya tangkis yang baik terhadap kuman
dan jamur karena adanya lapisan lemak pelindung dan terdapatnya flora
bakteri yang memelihara suatu keseimbangan biologis. Akan tetapi bila
lapisan pelindung tersebut rusak atau keseimbangan mikroorganisme
terganggu, maka spora-spora dan fungi dapat dengan mudah mengakibatkan
infeksi. Terutama pada kulit yang lembab, misalnya tidak dikeringkan dengan
baik setelah mandi, karena keringat, dan menggunakan sepatu tertutup.
Penularan terjadi oleh spora-spora yang dilepaskan penderita mikosis
bersamaan dengan serpihan kulit. Spora ini terdapat dimana-mana, seperti di
tanah, debu rumah dan juga di udara, di lingkungan yang panas dan lembab,
dan di tempat dimana banyak orang berjalan tanpa alas kaki, infeksi dengan
spora paling sering terjadi misalnya di kolam renang, spa, ruang olahraga,
kamar ganti pakaian, dan kamar mandi. Spora-spora tersebut kemudian
menempel pada manusia atau hewan yang disebut adhesi.
Setelah terjadi infeksi, Spora tumbuh menjadi mycelium dengan
menggunakan serpihan kulit sebagai makanan. Mycellum adalah kumpulan
hifa yang membentuk massa dari pertumbuhan spora atau konidia. Proses
berkembang biak tersebut dinamakan kolonisasi. Benang-benangnya
menyebar ke seluruh arah sehingga lokasi infeksi meluas. Enzim fungi
menembus ke bagian dalam kulit/tubuh manusia dan mengakibatkan suatu
reaksi peradangan. Proses masuknya fungi tersebut disebut penetrasi.
Kemudian terjadi invasi yaitu fungi menyebar ke seluruh tubuh dan terus
berkembang biak. Penyebaran fungi biasanya bermacam-macam sesuai

49
tempat dan lokasi infeksi fungi. Gejala yang paling mudah terlihat yaitu
peradangan pada kulit/bagian yang terinfeksi fungi. Peradangan tersebut
seperti bercak-bercak merah bundar dengan batas-batas tajam yang
melepaskan serpihan kulit dan menimbulkan rasa gatal-gatal. Atau bentuk
infeksi jamur lainnya. (Marianti, 2018)

Cara Mencegah Infeksi Jamur


Cara mencegah masuknya jamur:
1. Cuci tangan sering-sering. Sering mencuci tangan adalah salah satu cara
terbaik untuk menghentikan penyebaran infeksi jamur Pastikan untuk
mencuci tangan setelah menyentuh infeksi jamur atau setelah menyentuh
benda atau permukaan yang mungkin terinfeksi. Misalnya, setelah selesai
menggunakan peralatan di pusat kebugaran, Anda harus segera mencuci
tangan.
2. Jika Anda sedang terinfeksi jamur, Anda sebaiknya menjauhi tempat
umum yang memperbesar peluang Anda menyebarkan infeksi ini.
Misalnya, peluang Anda menyebarkan infeksi jamur akan lebih besar jika
Anda mengunjungi pusat kebugaran atau berenang di kolam renang
umum karena infeksi ini menular melalui kontak langsung. Jadi, jika
Anda sedang terinfeksi jamur, hindarilah tempat-tempat umum yang
memungkinkan penyebaran infeksi jamur Anda ke orang lain. Jangan
kunjungi pusat kebugaran, kolam renang umum, atau tempat pemandian
umum hingga infeksi Anda sembuh.
3. Kenakan sepatu kemana saja Anda pergi. Berjalan tanpa alas kaki dapat
rtular infeksi jamur, jadi mengenakan sepatu adalah cara yang ampuh
untuk melindungi diri sendiri. Jika ada infeksi jamur di telapak kaki
Anda, berjalan tanpa alas kaki juga meningkatkan peluang penyebaran
infeksi yang Anda bawa. Pastikan untuk selalu mengenakan alas kaki di
tempat umum, terutama di tempat seperti ruang ganti yang sering dilalui
orang-orang tanpa alas kaki.
4. Beri tahukan atasan di kantor jika Anda mengalami infeksi jamur.
Pekerjaan tertentu mengharuskan Anda banyak bersentuhan langsung
dengan orang lain, dan hal ini membuat orang lain berisiko tertular infeksi
jamur dari Anda. Jika pekerjaan Anda mengharuskan Anda sering
bersentuhan langsung dengan orang lain, seperti perawat misalnya, Anda
harus memberitahukan atasan di kantor mengenai infeksi jamur yang
Anda alami.
5. Gunakan peralatan pribadi milik Anda sendiri. Jangan menggunakan
peralatan pribadi apa pun bersama orang lain, baik jika Anda terinfeksi
jamur maupun tidak. Infeksi jamur menular melalui sentuhan, jadi

50
penggunaan peralatan pribadi bersama orang lain akan meningkatkan
risiko penyebaran spora jamur. Walaupun meminjamkan peralatan ke
orang lain mungkin tampak sebagai tindakan yang baik, hal ini dapat
meningkatkan risiko penyebaran dan penularan infeksi jamur. Jangan
pinjamkan peralatan pribadi seperti pakaian, handuk, kaus kaki, riasan,
deodoran, atau semua yang Anda kenakan kepada orang lain.
6. Tutupi bagian yang terinfeksi jamur. Jika Anda sedang terinfeksi jamur,
Anda harus menutupinya sebelum pergi ke tempat umum. Menyentuhkan
bagian yang terinfeksi ke orang lain tanpa sengaja dapat menyebabkan
penyebaran infeksi. Jadi, tutupilah bagian yang terinfeksi selama berada
di tempat umum hingga sembuh. Anda tidak harus meliburkan anak-anak
dari sekolah saat mereka terinfeksi jamur. Namun, Anda harus menutup
bagian yang terinfeksi dan memberitahukan masalah ini ke pihak sekolah.
Jangan tutup bagian yang terinfeksi terlalu rapat. Bagian itu tetap harus
sejuk dan kering selama perawatan infeksi jamur.
7. Hindari mengenakan pakaian atau sepatu ketat.
8. Kenakan pakaian yang bersih untuk beraktivitas.
9. Segera cucu pakaian setelah digunakan.
10. Ganti pakaian dalam dan kaus kaki tiap selesai beraktivitas.

2.4 Cara Mengobati


Pengobatan infeksi jamur

1. Candida
Pengobatan pada kandidiasis terdiri atas lini pertama dan pengobatan lini
kedua. Pengobatan kandidiasis oral lini pertama yaitu:
1. Nistatin
Nistatin merupakan obat lini pertama pada kandidiasis oral yang
terdapat dalam bentuk topikal.Obat nistatin tersedia dalam bentuk krim
dan suspensi oral.Tidak terdapat interaksi obat dan efek samping yang
signifikan pada penggunaan obat nistatis sebagai anti kandidiasis.
2. Ampoterisin B
Obat ini dikenal dengan Lozenge (fungilin 10 mg) dan suspensi oral
100 mg/ml dimana diberikan tiga sampai empat kali dalam
sehari.Ampoterisin B menginhibisi adhesi dari jamur kandida pada sel
epitel.Efek samping pada obat ini adalah efek toksisitas pada ginjal.

51
3. Klotrimazol
Obat ini mengurangi pertumbuhan jamur dengan menginhibisi
ergosterol.Klotrimazol dikontraindikasikan pada infeksi sistemik. Obat ini
tersedia dalam bentuk krim dan tablet 10 mg. Efek utama pada obat ini
adalah rasa sensasi tidak nyaman pada mulut, peningkatan level enzim
hati, mual dan muntah.

Adapun pengobatan kandidiasis lini kedua yaitu:


1. Ketokonazol
Ketokonazol memblok sintesis ergosterol pada membran sel tunggal
dan diserap dari gastrointestinal dan dimetabolisme di hepar.Dosis yang
dianjurkan adalah 200-400 mg tablet yang diberikan sakali atau dua kali
dalam sehari selama dua minggu.Efek samping adalah mual, muntah,
kerusakan hepar dan juga interaksinya dengan antikoagulan.

2. Flukonazol

Obat ini menginhibisi sitokrom p450 fungal.Obat ini digunakan pada


kandidiasis orofaringeal dengan dosis 50-100mg kapsul sekali dalam
sehari dalam dua sampai tiga minggu.Efek samping utama pada
pengobatan dengan menggunakan flukonazol adalah mual, muntah dan
nyeri kepala.

3. Itrakonazol
Itrakonazol merupakan salah satu antifungal spektrum luas dan
dikontraindikasikan pada kehamilan dan penyakit hati.Dosis obat adalah
100 mg dalam bentuk kapsul sehari sekali selama dua minggu.Efek
samping utama adalah mual, neuropati dan alergi.

2. Aspersillus
Perawatan dan pengobatan Perawatan dan pengobatan aspergillosis
dapat dilakukan dengan cara :

52
1). Observasi: Aspergillomas tunggal biasanya tidak membutuhkan
pengobatan, dan obat-obatan biasanya tidak efektif dalam mengobati
massa jamur ini. Aspergillomas yang tidak menimbulkan gejala mungkin
diperiksa secara ketat dengan bantuan rontgen dada.Jika kondisi terus
berkembang, penggunaan obat anti-jamur mungkin disarankan.
2). Kortikosteroid oral: Tujuan mengobati alergi aspergilosis
bronkopul-moner adalah untuk mencegah asma yang sudah ada atau
memburuknya cystic fibrosis. Cara terbaik untuk melakukannya adalah
dengan kortikosteroid oral.Obat anti-jamur tidak membantu untuk alergi
aspergilosis bronkopulmoner, tetapi dapat dikombina-sikan dengan
kortikosteroid untuk mengurangi dosis steroid dan meningkatkan fungsi
paru-paru.
3). Obat antijamur: Obat ini adalah pengobatan standar untuk
aspergillosis paru invasif. Secara historis, obat yang sering digunakan
adalah amfoterisin B, tetapi obat yang lebih baru vorikonazol (Vfend) kini
lebih disukai karena tampaknya menjadi lebih efektif dan mungkin
memiliki efek samping yang lebih sedikit.Semua obat anti-jamur dapat
menyebabkan masalah serius seperti kerusakan hati atau ginjal. Obat juga
dapat berinteraksi dengan obat lain jika diberikan kepada orang-orang
dengan sistem imun lemah.
4). Operasi: Karena obat anti-jamur tidak cukup untuk mengatasi
aspergillomas yang parah, operasi untuk mengangkat massa jamur adalah
pilihan pengobatan pertama yang diperlukan ketika terjadi pendarahan di
paru-paru. Karena operasi sangat berisiko, dokter mungkin menyarankan
embolisasi sebagai gantinya. Dalam embolisasi, ahli radiologi akan
mengulir kateter kecil ke dalam arteri yang memasok darah ke rongga
yang berisi bola jamur dan menyuntikkan bahan yang menyumbat arteri.
Meskipun prosedur ini dapat menghentikan pendarahan masif, tetapi
pendarahan bisa saja terulang. Embolisasi umumnya dianggap sebagai
pengobatan sementara (Barnes and Marr, 2006 ).

53
Pencegahan
Sulit untuk menghindari menghirup tingkat normal spora Aspergillus.
Bagi orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah atau
penyakit paru- paru parah, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk
membantu mengurangi eksposur, termasuk:
1. Pakailah masker ketika dekat atau berada di lingkungan berdebu seperti
lokasi konstruksi.
2. Hindari aktivitas yang melibatkan kontak dekat dengan tanah atau debu,
seperti pekerjaan halaman atau berkebun.
3. Gunakan langkah-langkah perbaikan kualitas udara seperti filter High
Efficiency Particulate Air (HEPA).
4. Minum obat antijamur profilaksis jika dianggap perlu oleh penyedia
layanan kesehatan.
5. Bersihkan luka kulit dengan sabun dan air, terutama jika cedera telah
terkena tanah atau debu (Anonim, 2013).

3. Cryptococcus ( Kriptokokus)
Pengobatan
Beberapa kasus kriptokokosis paru pada orang sehat tidak
memerlukan pengobatan spesifik karena sering sembuh dengan sendirinya
dan hanya dilakukan observasi klinis sebaliknya beberapa panduan
menyarankan untuk pemberian pengobatan sesuai dengan tingkat keluhan.
Pengobatan kriptokokosis paru harus memperhatikan beberapa keadaan
yaitu luas infeksi, gejala dan daya tahan tubuh orang tersebut.Turunan
azole dapat digunakan untuk mengobati kriptokokosis paru seperti
flukonazol 200-400 mg/hari selama 12 bulan atau itrakonazol 200-400
mg/hari (alternatif) selama 6 sampai 12 bulan. Penderita AIDS yang
menderita kriptokokosis paru dapat kita berikan flukonazol 200-400
mg/hari atau itrakonazol 200-400 mg/hari (alternatif) seumur hidup. Untuk
kriptokokosis paru yang berat terapi pilihan pertama kali adalah pemberian
amfoterisin B 0,7-1 mg/kg/hari (total 1000-2000 mg) selama 1-2 minggu

54
dilanjutkan dengan pemberian flukonazol 200-400 mg/hari selama 12
bulan
4. Histoplasma

Pada bentukdiseminata yang mengancam nyawa pengobatan dimulai


dengan pemberianamfotersin B secara intravena dengan dosis 0,7 – 1
mg/hari tiap hari selama 1– 2minggu. Dosis total diberikan sebanyak 2500
mg untuk orang dewasa. Untukanak-anak disesuaikan dengan umur dan
berat badan.Kemudian diteruskandengan itrakonazol 200 – 400 mg/hari
sampai paling sedikit 6 bulan.Pada bentukyang lebih ringan dapat
diberikan itrakonazol 200 – 400 mg selama paling sedikit 6 bulan. Pada
histoplasmosis paru kronik diperlukan pengobatan selama lebihdari satu
tahun untuk mencegah relaps.Pada penderita AIDS dengan histoplasmosis
ringan sampai sedang dapatdiberikan itrakonazol 200 mg tiga kali/hari
untuk tiga hari pertama dilanjutkandenga 2 x 200 mg selama 12 minggu.
Prinsip pengobatan histoplasmosisdiseminata adalah pemberian terapi
induksi untuk mendapatkan perbaikan klinisdiikuti terapi supresif untuk
mencegah relaps. Terapi induksi menggunakanamfoterisin B 0,5 – 1
mg/kgBB/hari selama
3 hari – 2 minggu tergantung responspenderita. Kemudian diikuti terapi
supresif dengan itrakonazol 400 mg/hariselama kurang lebih 3 bulan.

5. Trichophyton

Penderita diterapi dengan ketokonazol oral dan krim mikonazol dengan


perbaikan secara klinis dan mikologis.terapi sistemik ketokonazole
memiliki efek terapeutik yang luas untuk pengobatan infeksi jamur
superfisial dan sistemik (Revankar, 2002). Ketokonazole bekerja dengan
menghambat kerja sitokrom P-450- dependent sterol 14-α-demitelase
enzim yang menghasilkan akumulasi dari 14α-metisterol, membran jamur
ergosterol (Weinstain, 2002; Revankar, 2002).Diamin metisterol ini
menutup ikatan rantai acylfosfolipid yang mempengaruhi fungsi sistem
membran enzim dan meghambat pertumbuhan.Absorbsi ketokonazole
bervariasi setiap individu.Pada orang dewasa dosis yang diberikan 200-

55
400 mg/hari (Revankar, 2002).Untuk topikal diberikan mikonazol topikal
yang dioles 2 kali sehari. Menurut Weinstain (2002), hal ini sesuai dengan
kepustakaan dimana pemberiannya 2 kali dalam sehari dan sebaiknya
dilanjutkan sampai dua minggu setelah gambaran klinis menghilang.
Daerah yang diterapi sebaiknya mencakup 2 cm kulit normal dari tepi
lesi.Mikonazol berpenetrasi ke dalam stratum korneum kulit dan bertahan
sampai 4 hari setelah pemberian dan kurang dari 1% diabsorpsi ke dalam
darah (Weinstain, 2002).

6. Microsporum
Ergosterol berfungsi sebagai bioregulator fluiditas membran dan integritas
membran dalam sel jamur.Perubahan sterol dan/atau komposisi fosfolipid
dari membran sel jamur dan fluiditas membran dapat berakibat pada
penurunan penyerapan obat oleh sel jamur. Akumulasi obat secara
intraseluler yang berkurang dapat juga terjadi karena peningkatan transpor
aktif obat keluar dari sel (Nigam, 2015)
Obat itrakonazol yang merupakan golongan triazol memiliki situs target
yaitu biosintesis ergosterol (inhibisi Erg11p) dengan target sitokrom P450,
14α-Lanosterol, Demethylase (Nigam, 2015; Cannon et al, 2009).
7. Candida albicans
Diobati dengan nistatin topikal, gentian violet, ketokonazol, dan
flukonazol.Kandidiasis pada daerah yang mengalami maserasi,
memperlihatkan respons terhadap upaya untuk mengurangi kelembaban
kulit dan iritasi dengan pemakaian preparat antifungus yang dioleskan
secara topikal dalam bahan dasar nonoklusif.Kandidiasis vulvovaginitis
memberikan respons yang lebih baik terhadap golongan azol, seperti
klotrimazol, mikonazol, ekonazol, ketokonazol, sulkonazol, dan oksinazol
merupakan obat pilihan untuk C. albicans yang dipakai sebagai krim atau
losion. (jurnal kedokteran syiah kuala, Volume 16 No. 1, 2016)
8. Blastomyces dermatitidis
Pengobatan
Amphotericin B [0.5 mg/kg per hari selama 10 minggu] tetap
merupakanobat pilihan bagi pasien dengan infeksi akut yang mengancam

56
jiwa dan mereka denganmeningitis.Pasien dengan kavitas paru dan lesi di
tempat selain paru dan kulitmembutuhkanterapi yang lebih lama.
Itraconazole oral [200 mg/hari untuk paling sedikitselama 3 bulan]
adalah obat pilihan bagi pasien dengan bentuk blastomikosis
yangindolen;meskipun demikian jika pasien lambat memberikan respon,
dosis harusditingkatkanmenjadi 200 mg dua kali sehari. Pasien dengan
infeksi serius yangmemberikanrespon terhadap terapi awal dengan
amphotericin, dapat diubah keitraconazolesampai akhir dari terapi
mereka.Ketokonazole oral dapat digunakan, tetapi agak kurang
dapat ditoleransi.
Flukonazoletampaknya urang efektif dibandingkandenganitraconazole
atau ketoconazole (Marissa Eliana Wati)

9. Coccidioides Immitis
Pengobatan
Pada koksidioidomikosis disseminate, Amfoterisin B diberikan secara
intravena (0,4 – 0,8 mg/kg/hari). Amfoterisin B (AMB) merupakan suatu
anti jamur polien yang diberikan secara intravena dan meskipun dapat
menyebabkan nefrotoksin, tetapi merupakan obat pilihan pada infeksi
jamur yang gawat. Pemberian Amfoterisin B(AMB) secara terus menerus
selama beberapa bulan dapat menimbulkan remisi. Mikonazol dan
ketokonazol sistemik juga cukup efektif dalam pengobatan
koksidioidomikosis paru – paru menahun tetapi efeknya sangat terbatas
pada penyakit yang menyebar.Ketokonazol adalah obat imidazol per os
yang berguna untuk infeksi jamur sistemik yang tidak gawat. Sedangkan
Mikonazol adalah obat imidazol lain yang perlu diberikan secara intravena
dan lebih toksis daripada ketokonazol. Pada keadaan yang disertai
kelainan meningeal, dosis ketonazol 800mg/hari diberikan melalui mulut
dengan pemberian secara intravena ketokonazol telah memberikan efek
yang memuaskan.Pada meningitis oleh koksidioides, amfoterisin B juga
diberikan intratekal, tetapi hasilnya dalam jangka panjang seringkali
kurang memuaskan. (Sri, 2008)

57
10. Cryptococcus neofarmatis
Cara pengobatan
Perlu melakukan pemeriksaan rutin selama setahun penuh untuk
memastikan infeksi belum menyebar. Jika ada luka paru-paru atau
tersebarnya penyakit, biasanya obat anti jamur akan diresepkan. Obat ini
mungkin perlu dikonsumsi untuk waktu yang lama. Beberapa obat yang
digunakan untuk mengatasi infeksi kriptokokosis adalah:
 Amfoterisin B
 Flusitosin
 Flukonazol
Beberapa perubahan gaya hidup sehat dan pengobatan rumahan yang
mungkin dapat membantu Anda menghadapi infeksi kriptokokosis adalah:

 Hindari kontak dengan area yang tercemar jamur terutama jika


Anda memiliki sistem kekebalan tubuh lemah
 Istirahat sampai demam dan batuk hilang
 Konsumsi acetaminophen untuk nyeri ringan dan demam
 Minum yang cukup dan makan makanan yang sehat. Cobalah
untuk lebih sering makan camilan jika Anda merasa mual
 Selalu ikuti jadwal konsultasi dengan dokter agar penyakit tak kambuh
lagi

11. Paracoccidioides brasiliensis


Cara pengobatan
Karena Paracoccidioides brasiliensis hidup di tanah dan di lingkungan,
sulit untuk menetapkan bentuk pencegahan, namun, beberapa perawatan
dianjurkan, terutama bagi mereka yang bekerja di daerah pedesaan, seperti
memperhatikan kebersihan pribadi, mencuci tangan dan mandi pada akhir
hari, selain selalu memakai alat pelindung diri yang sesuai, dengan
pakaian, sarung tangan, dan sepatu bot yang sesuai.
Cara pencegahan
Karena Paracoccidioides brasiliensis hidup di tanah dan di lingkungan,
sulit untuk menetapkan bentuk pencegahan, namun, beberapa perawatan
dianjurkan, terutama bagi mereka yang bekerja di daerah pedesaan, seperti
memperhatikan kebersihan pribadi, mencuci tangan dan mandi pada akhir
hari, selain selalu memakai alat pelindung diri yang sesuai, dengan
pakaian, sarung tangan, dan sepatu bot yang sesuai.

58
12. Nocardia asteroldes

Cara pengobatan

Minum antibiotik selama terinfeksi adalah cara terbaik untuk


menangani nocardia saatini. Lama pengobatan akan berbeda-beda dan
berkisar antara beberapabulan hingga setahun atau lebih, tergantung pada
organ yang terinfeksi.Kemungkinan dokter akan melakukan operasi untuk

Menghilangkan nanah yang ada di kelenjar getah bening atau


nodus yang bernanah. DokterDokter akan mendiagnosis penyakit
berdasarkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan tubuh. Dokter juga akan
mengambil sampel jaringan untuk diteliti, tergantung pada bagian yang
terinfeksi. Tes yang akan dilakukan meliputi:
 Biopsi otak
 Bronkoskopi
 Biopsi paru
 Biopsi kulit
 Tes dahak.

Cara pengobatandi rumah


Gaya hidup dan pengobatan yang bisa meringankan gejala nocardia
adalah.

1. Lakukan pemeriksaan ulang secara rutin guna memantau


perkembangan penyakit serta kesehatan Anda.
2. Minumlah obat sesuai dengan resep dokter. Jangan sembarangan
menggunakan obat atau mengabaikan resep yang ditujukan untuk
Anda. Minumlah obat sesuai dosis yang dianjurkan. Infeksi bisa
kambuh sewaktu-waktu apabila pengobatan tidak tuntas.
3. KatakanKatakan kepada dokter Anda jika Anda memiliki gejala
infeksi atau komplikasi lain yang dihadapi.

13. Epidermophyton floccosum


Cara pengobatan
Sekitar seper tiga kasus tinea pedis sembuh tanpa obat.Namun,
pemberian obat topikal antijamur pada kulit dapat sangat membantu
meredakan infeksi.Beberapa pengobatan alami juga dapat dilakukan di
rumah, seperti rajin mencuci kaki, begitu juga dengan menjaga kebersihan
kaos kaki dan sepatu.Hindari iklim lembap dalam ruangan penyimpanan
sepatu dan tambahkan larutan pemutih untuk mencuci kaos kaki atau
sepatu.Sepatu yang sudah terinfeksi sebaiknya tidak digunakan lagi untuk
mencegah kaki terinfeksi kembali saat menggunakan sepatu tersebut.

59
Usahakan juga agar kaki selalu berada dalam keadaan kering dan bersih
selama dalam masa pengobatan.Oleskan obat topikal sesuai anjuran dokter
untuk mencegah infeksi datang kembali atau menyebar ke bagian tubuh
lainnya.Beberapa infeksi jamur yang parah dapat memerlukan obat topikal
tambahan atau obat antijamur oral.Obat-obatan dapat terus digunakan
selama 2-6 minggu atau lebih.Obat antijamur oral dapat dikonsumsi
selama dua minggu atau lebih tergantung seberapa parah atau jenis infeksi
yang menyerang.

Pengidap juga dapat diberikan obat berupa potassium


permanganate yang harus dilarutkan di dalam air sebagai pengganti obat
antijamur.Selain melawan infeksi jamur, obat-obatan ini juga dapat
membantu meredakan peradangan dan rasa gatal akibat infeksi
tersebut.Pastikan untuk mengikuti instruksi dokter saat menggunakan obat
antijamur agar terhindar dari efek samping maupun komplikasi yang
mungkin terjadi.

Pencegahan

Infeksi tinea pedis adalah infeksi yang dapat kambuh apabila kamu tidak
menjaga kebersihan dan kesehatan kaki.Salah satu tindakan pencegahan
yang bisa dilakukan untuk mencegah infeksi atau terinfeksi kembali adalah
dengan menggunakan obat topikal antijamur secararutin. Beberapa
tindakan lain yang dapat dilakukan adalah:

 Memastikan kaki dalam keadaan kering dengan membatasi penggunaan


sepatu yang terlalu ketat dan sempit.

 Menggunakan bedak antijamur pada kaki yang terinfeksi untuk mencegah


infeksi tinea pedis kembali.

 Menjaga agar kuku kaki selalu pendek atau terpotong rapi. Gunakanlah
gunting kuku yang berbeda dengan gunting kuku yang digunakan untuk
area yang sedang terinfeksi agar tidak dengan mudah menyebar.

 Gunakan kaos kaki yang terbuat dari bahan yang ringan dan dapat
menyerap kelembapan serta rutin mengganti kaos kaki jika kaki mulai
terasa lembap.

 Kurangi berjalan tanpa alas kaki di fasilitas umum, seperti kolam renang
dan kamar mandi umum. Gunakan sandal agar kaki yang lembap tidak
berada di dalam kondisi tertutup.

60
 Gunakan pemutih klorin dalam larutan pembersih kaos kaki atau larutan
pembersih lantai, bak mandi, lantai kamar mandi, dan permukaan konter
untuk mencegah penyebaran infeksi jamur.

 Hindari menggunakan alas kaki yang sama atau sepatu bekas secara
bergantian untuk mengurangi sekaligus menghindari risiko penularan
infeksi jamur dari orang yang terinfeksi tinea pedis.

 Jagalah selalu kebersihan kaos kaki dan sepatu, serta hindari juga
penggunaan handuk secara bergantian.

14. Trichphyton sp
Cara pengobatan

Untuk kasus ringan, dapat menggunakan obat non-resep (krim, salep


kulit, atau bedak antijamur).Namun, pasien harus menggunaan krim anti
jamur yang diresepkan oleh dokter.Anda harus melanjutkan perawatan
dengan obat ini dalam waktu 7 hari setelah daerah yang terinfeksi
sembuh.nDokter Anda juga dapat meresepkan krim anti jamur yang
digosok ke daerah yang terkena atau obat anti jamur oral untuk kasus yang
lebih serius.Dokter Anda mungkin juga menberikan jenis obat (seperti
griseofulvin atau terbinafine) untuk infeksi yang serius atau
berkepanjangan.Pemakaian obat ini harus selesai sesuai dengan petunjuk
dokter Anda. Jika tidak, penyakit ini akan kambuh.Dalam beberapa kasus
yang jarang terjadi, obat ini menyebabkan perubahan fungsi hati dan
dokter akan meminta Anda untuk melakukan tes laboratorium untuk
memastikan bahwa hati Anda bekerja secara normal. Sementara itu, dokter
akan memantau dosis selama masa pengobatan.Masa pengobatan dapat
bervariasi tergantung di mana dermatofit muncul berembang. Penyakit ini
merupakan perkembangan progresif jamur secara sistemik yang dapat
pulih dalam kurun waktu pengobatan selama 4 minggu.Tinea paha
biasanya lebih cepat membaik yaitu setelah 2-8 minggu pengobatan dan
tinea kaki mungkin memakan waktu lebih lama lagi untuk meningkatkan
perawatan yang lebih baik.Masa pengobatan tinea berwarna berlangsung
dari 1 sampai 2 minggu, tapi dapat juga berlangsung hingga 1 bulan.

Pengobatan di rumah
Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat
membantu Anda mengatasi infeksi tinea:

 Menggunakan obat sesuai petunjuk.


 Kondisi tubuh harus tetap bersih. Mandilah setiap hari.

61
 Jagalah bagian yang terkena jamur kulit agar tetap bersih dan kering.
 Jangan menggaruk atau menggosok pada daerah yang terinfeksi.
 Jangan berbagi barang pribadi dengan orang lain.
 Hindarilah menggunakan kamar mandi di tempat umum.
 Kenakan pakaian dalam yang nyaman (untuk mencegah tinea paha).
 Gunakan kaus kaki katun dan sepatu keds dengan lubang-lubang kecil
untuk sirkulasi udara yang baik agar menjaga kaki Anda tetap kering
(untuk mencegah tinea kaki).
 Kenakan pakaian yang bersih dan kering. Hindari memakai kain nilon.
Kenakanlah pakaian katun atau bahan pakaian yang menyerap berkeringat.

15. Malasseazra furfur

Cara pengobatan

Dokter akan menentukan pilihan perawatan yang memungkinkan


bergantung dengan seberapa parahnya kondisi yang Anda miliki.
Dalam beberapa kasus ringan, Anda dapat memilih untuk mengatasi
kondisi ini di rumah.Krim atau sabun antijamur yang dijual umum dapat
efektif membunuh infeksi.Apabila Anda mencari perhatian medis untuk
panu (tinea versicolor), dokter dapat meresepkan obat lain, seperti salep
krim yang dapat langsung dioleskan ke kulit. Dokter juga dapat
meresepkan pil untuk mengatasi panu.

Pengobatan di rumah
Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu
Anda mengatasi tinea versicolor:

 Hindari panas berlebih.


 Hindari berjemur atau paparan sinar matahari berlebih. Berjemur
menyebabkan panu lebih mudah terlihat.
 Hindari terlalu banyak berkeringat.
 Hentikan penggunaan produk perawatan kulit yang berminyak. Gunakan
produk yang tidak berminyak atau non-komedogenik.
 Kenakan pakaian longgar, tidak boleh ada yang terasa sempit
 Jangan gunakan tanning bed atau sun lamp. Hal-hal tersebut menyebabkan
tinea versicolor lebih terlihat.
 Anda juga dapat membantu mencegah kondisi ini dengan menggunakan
obatresep, terutama kalau cuaca kurang bersahabat dan suhu udara terasa
lembap.

62
16. Sportrichum s
Cara mengobati
Kebanyakan kasus sporotrichosis hanya melibatkan lapisan kulit terluar
atau jaringan di bawah kulit.Infeksi ini tidak mengancam nyawa, namun
harus diobati dengan obat-obatan antijamur selama beberapa bulan.Obat
yang paling sering diresepkan untuk kasus ini adalah itraconazole yang
diminum rutin selama 3-6 bulan. Obat lainnya adalah supersaturated
potassium iodide (SSKI). Namun obat SSKI dan itraconazole tidak boleh
digunakan selama kehamilan.Kasus sporotrichosis parah diobati
dengan amphotericin B, yang diberikan lewat suntikan. Itraconazole
biasanya digunakan setelah terapi awal dengan amphotericin B, untuk total
durasi terapi obat antijamur keseluruhan memakan waktu hingga 1 tahun.
Infeksi yang sudah menyebab di paru mungkin perlu operasi untuk
mengangkat jaringan yang sudah rusak.

Pengobatan di Rumah

Tidak ada tips khusus untuk membantu mengatasi gejala sporotrichosis.


Namun, bintil yang muncul harus dijaga agar tetap bersih, kering, dan
tertutup sampai sembuh.Silakan diskusikan dengan dokter Anda untuk
informasi lebih lanjut. Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan
dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

17. Tinea capitis


Pengobatan tinea capitis bertujuan untuk memberantas jamur dermatofit
yang menginfeksi kulit kepala.Obat yang umumnya diresepkan adalah
antijamur dalam bentuk sampo.Contohnya adalah sampo yang
mengandung selenium sulphide povidone-
iodine, atau ketoconazole. Pengobatan dengan sampo dilakukan 2 kali
dalam seminggu, selama 1 bulan.Selanjutnya pasien dianjurkan untuk
menemui dokter kembali.
Jika hasil pemeriksaan menunjukan bahwa jamur masih tetap ada, maka
pemakaian sampo perlu dikombinasikan dengan antijamur minum,
seperti griseofluvin atau terbinafine.Antijamur minum perlu dikonsumsi
selama sekitar 6 minggu.Meski cukup efektif,
penggunaan griseofluvin dan terbinafine hydrochloride tetap berpotensi
menimbulkan efek samping.
Efek samping terbinafine hydrochloride dapat berupa:

 Sakit kepala
 Sakit perut
 Ruam atau biduran

63
 Gatal
 Reaksi alergi
 Perubahan rasa atau hilangnya rasa di dalam mulut
 Demam
 Gangguan pada hati ( jarang terjadi)

Sedangkan efek samping griseofulvin adalah:

 Sakit kepala
 Badan terasa lelah
 Kulit menjadi sensitif terhadap sinar matahari
 Ruam atau biduran
 Muntah
 Reaksi alergi
 Pusing
 Pingsan

Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa diterapkan untuk menekan
risiko penularan tinea captis :

 Selalu menjaga kebersihan tangan.


 Mencuci rambut dan kulit kepala secara rutin dengan sampo.
 Tidak berbagi penggunaan barang-barang, seperti sisir, handuk, dan
baju dengan orang lain.
 Menghindari hewan yang terinfeksi

18. Tinea Corporis


Untuk mengobati tinea corporis, biasanya penderita disarankan
menggunakan krim atau salep antijamur yang dijual bebas.Krim atau
salep antijamur dioleskan ke kulit yang terinfeksi sampai melewati
bagian yang melingkar tersebut (sekitar 2 cm). Jika diperlukan,
berkonsultasilah dengan dokter untuk menentukan dosis dan cara
pemakaian.Gunakanlah krim atau salep antijamur pada bagian kulit yang
terinfeksi tinea corporis selama dua hingga empat minggu agar infeksi
jamur tidak muncul kembali.Jika setelah dua minggu gejala belum
membaik, segera temui dokter. Dokter akan meminta penderita untuk
mengonsumsi tablet antijamur.
Ada beberapa cara untuk membasmi serta menghentikan penyebaran
infeksi jamur, yaitu:

 Cucilah pakaian, handuk, serta seprai secara rutin.


 Kenakan pakaian berukuran longgar.
 Hindari menggaruk bagian kulit yang terinfeksi jamur.

64
 Bersihkan bagian kulit yang terinfeksi setiap hari dan keringkan
seluruhnya.
 Ganti pakaian dalam dan kaus kaki setiap hari.
 Pastikan hewan peliharaan Anda diperiksa secara rutin ke dokter
hewan, terutama jika diduga terinfeksi jamur.
 Tidak berbagi pakaian atau handuk dengan orang lain.
 Cucilah tangan setelah terjadi kontak fisik dengan binatang.

19. Otomikosis
Infeksi jamur yang terjadi pada telinga. Bagian telinga yang
terinfeksidapatmencakup bagian awal lubang hingga gendang telinga.
Dalam mengatasi otomikosis, obat-obat antijamur dalam bentuk tetes
telinga atau pun obat minum dapat digunakan. Namun, dokter terlebih
dahulu akan membersihkan kotoran yang terdapat di telinga, baik dengan
membilas telinga menggunakan carian khusus atau tabung isap.
Pembersihan tersebut perlu dilakukan oleh dokter, dan pasien dianjurkan
untuk tidak melakukan pembersihan sendiri di rumah, terutama
menggunakan cotton buds.
Beberapa obat antijamur yang digunakan untuk mengatasi otomikosis
meliputi:
 Obat tetes, seperti clotrimazole.
 Obat oral, seperti itraconazole atau fluconazole.

Dokter akan menentukan dosis yang disesuaikan dengan keparahan


penyakit dan kondisi pasien. Pada kasus tertentu, dokter juga dapat
meresepkan obat antijamur dalam bentuk salep atau krim.Sebisa mungkin,
lakukan pemeriksaan rutin dan hindari berenang selama masa
pengobatan.Berenang dalam masa pengobatan, di mana kondisi belum
sepenuhnya pulih, berpotensi memperburuk otomikosis yang
diderita.Apabila pengobatan telah dijalani namun kondisi tidak kunjung
membaik, segera periksakan kembali ke dokter.

Terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi


risiko terjadinya otomikosis, antara lain:

 Hindari menggaruk telinga, baik bagian luar maupun dalam.


 Keringkan telinga setelah mandi.
 Hindari air masuk ke dalam telinga ketika berenang atau berselancar.
 Hindari menyumpal atau menaruh kapas di telinga.

65
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Jamur merupakan mikroorganisme tidak berklorofil jamur Ada yang
hidup secara parasit artinya jamur mendapatkan bahan organik dari inangnya
misalnya dari manusia, binatang dan tumbuhan. Adapula yang hidup secara
simbiosis mutualisme, yakni hidup bersama dengan orgaisme lain agar saling
mendapatkan untung, misalnya bersimbiosis dengan ganggang membentuk
lumut kerak (Syamsuri, 2004).Ciri-ciri jamur organisme yang termasuk dalam
kelompok jamur, anggotanya mempunyai ciri-ciri umum yaitu uniseluler atau
bersel satu atau multi seluler (benang-benang halus), tubuhnya tersusun atas
hifa (jalinan benang-benang halus), eukariotik (mempunyai membran inti),
tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof..Jamur dibagi menjadi 4
divisi yaitu Zgomycota,Basidomycota,ascomycota,Deutromycota.Adapun
jenis Janis jamur pantogen yaitu
candida,aspersillus,Cryptococcus,histoplasma,,stachybtrys,trichophyton,mkro
sporum. Adapun Proses Infeksi yaitu Infeksi terjadi secara progresif,berat
ringannya penyakit klien tergantung pada tingkat infeksi,patogenesitas
mikroorganisme dan kerentanan pejamu.Didalam proses infeksi memiliki
tahapan tertentu yaitu : Periode Inkubasi Interfal antara masuknya patogen
dalam tubuh dan munculnya gejala utama,Tahap Prodomal Interpal dari
awitan tanda gejala non spesifik(malaise,demam ringan,keletihan)sampai
gejala yang spesifik selama masa ini,mikroorganisme tumbuh dan
berkembang biak dan klien mampu menularkan ke orang lain,Tahap Sakit
Interpal saat klien memanifestasikan tanda dan gejala yang lebih spesifik
terhadap jenis infeksi,Tahap Pemulihan Interpal saat munculnya gejala akut
infeksi ,lama penyembuhannyatergantung pada beratnya infeksi dan keadaan
umum kesehatan klien. (Rizky , 2013). Adapun pencegahan yang dappat
dilakukan seperti selalu mencuci tangan,menggunakan barang milik sendiri,
kenakan pakaian yang bersih saatberaktivitas ,segera cuci pakaian yang telah
digunakan,selalu utamakan kebersihan diri dan lingkungan sekitar ,apabila
sudah terjangkit maka segeralah priksa kedoter mengenai kesehatan anda.

66
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unimus.ac.id/2329/3/BAB%20II%20TINJAUAN%20PUSTAKA
.pdf
https://dokumen.tips/documents/makalah-mikologi-microsporum.html
https://www.academia.edu/36425404/Makalah_PENYAKIT_DERMATOFITOSI
S
Rosita, C., & Kurniati. (2008). Etiopatogenesis Dermatofitosis ( Etiopathogenesis
of Dermatophytoses ). Berkala Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin, 20(318), 243–
250.
Esther Segal, Gerald L. Baum (1994). Pathogenic Yeasts and Yeast
Infections.CRC Press. ISBN 978-0-8493-6426-6.Page.133-138
Crturo Casadevall, John R. Perfect (1998). Cryptococcus Neoformans: Molecular
Pathogenesis and Clinical Management. American Society for Microbiology.
ISBN 978-1-55581-107-5.Page.1;71-73 diakses tgl 8 November 2019
https://emedicine.medscape.com/article/299054-overview#a5 ditulis oleh Jazeela
Fayyaz, pada 20 juni 2019
http://mikrounhas.blogspot.com/ ditulis oleh Syam S. Kumaji, 11 November 2012
https://www.alodokter.com/histoplasmosis (ditinjau oleh dr Tjin Willy diterbitkan
pada tanggal 7 Maret 2018)
Kwon-Chung, K.J; Bennett, John E (1992). Medical Mycology. Philadelphia:
Philadelphia: Lea & Febiger. ISBN 0812114639.
Rippon, John (1982). Medical mycology : the pathogenic fungi and the
pathogenic actinomycetes (2nd ed.). Philadelphia: Saunders. ISBN 0721675867.
This page was last edited on 7 September 2019, at 12:18 (UTC).
Aqsha.2013.”Laporan Brhyophyta”.http:aqshabiogger2010.blogspot.com201202
laporan-praktikum-brhyophyta.html-.html.(9 November 2019).
Echa.2013.”Laporan Mikrobiologi”.http:echa-resaindah.blogspot.com201211
Laporan-mikrobiologi.htm.( 9 November 2019).
Gandjar. Mikrobiologi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.2009.
Hadi,Abdul.2014.Pengertian dan klasifikasi Jamur/Fungi.
http://www.softilmu.com/2013/12/pengertian-kingdom-fungi-jamur.html.
( 9 November 2019).
Ita.2013.”Laporan Mikrobiologi”.http:itatrie.blogspot.com201210 laporan-
mikrobiologi-pengamatan--jamur.html.( 9 November 2019).
Syamsuri, Istamar. Biologi. Erlangga :Jakarta.2004.
Yamin.2013.”Laporan Mikrobiologi”.httpyaminanggri.blogspot.com201304
laporan-praktikum-mikrobiologi-umum_23.html.( 9 November 2019).
Tamam,Badrut.2016. Jamur dalam Tubuh Manusia.
https://www.generasibiologi.com/2016/03/jamur-dalam-tubuh-manusia.html.
(9 November 2019).

67
Sridianti.2019. Pengertian Patogen Jenis dan Contoh.
https://www.sridianti.com/pengertian-patogen-jenis-dan-contoh.html.
(9 November 2019)
Luqmanul Hakim dan Ricky Ramadhian | Kandidiasis Oral Majority | Volume 4 |
Nomor 9 | Desember 2015 |55 – 56Kandidiasis Oral Luqmanul Hakim, Ricky
Ramadhian Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Bagian Mikrobiologi,
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera Vol. 15 (2) Desember 2017 p-ISSN: 1693-1157,
e-ISSN: 2527-9041 PUSDIBANG – KS UNIMED 76 MENGENAL
ASPERGILLOSIS, INFEKSI JAMUR GENUS ASPERGILLUS Uswatun
Hasanah

Kriptokokosis ParuPrimer, Elisna Syahruddin dan Deddy Herman


Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-RS
Persahabatan, Jakarta

MIKOLOGI HISTOPLASMOSISmMuh. Reza Jaelani Desember


2016https://www.academia.edu/35636211/MIKOLOGI_HISTOPLASMOSIS.pdf?auto=
download (diakses tanggal 9 November 2019)

TINEA KORPORIS ET CAUSA Trichophyton rubrum TIPE GRANULAR Irma Suryani


Idrisidris, Tinea Corporis et causa Trychophyton rubrum Tipe GranularJurnal Bionature,
Volume 14, Nomor 1, April 2013

AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK ETANOL DAUN KESUM (Polygonum minus


Huds.) TERHADAP Microsporum canis Vica Vionita Rosalim1 , Syarifah Nurul Yanti
Rizki Syahab Asseggaf2 , Diana Natalia3 *, Mahyarudin4

Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol. 6 No.2JFFI. 2019; 6(2) 353-359

Vivi Keumala Mutiawati Pemeriksaan Mikrobiologi Pada Candida


AlbicansJURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 16 Nomor 1
Agustus 2016

TRESA BLASTOMYCES DERMATITIDIS https://docplayer.info/45402215-Blastomyces-

dermatitidis-abstrak.html.2017Sri Ayuningsih sutanto 2008

68
COCCIDIOIDES IMMITIShttps://docplayer.info/34103759-Coccidioides-
immitis.html

Mayo Clinic. Diakses pada 9 November 2019. Athlete's Foot.


Helathline.Diakses pada 9 November 2019.Athlete's Foot.
Web MD. Diakses pada 9 November 2019.Athlete's Foot.Diperbarui pada 23
September 2019
Porter, R. S., Kaplan, J. L., Homeier, B. P., & Albert, R. K. (2009). The Merck
manual home health handbook. Whitehouse Station, NJ, Merck Research
Laboratories. Print. Page 578
Mayo Clinic.Ringworm.2016. http://www.mayoclinic.org/diseases-
conditions/ringworm/basics/risk-factors/con-20021104diupload December 12th,
2015. Diakses pada 9 November 2019
Family Doctor. Tinea
Infections.2016. http://familydoctor.org/familydoctor/en/diseases-
conditions/tinea-infections.printerview.all.html diupload December 12th, 2015.
Diakses pada 9 November 2019

Tinea versicolor. 18 Maret 2017http://www.healthline.com/health/tinea-


versicolor#Prevention9Diakses pada 9 November 2019

Tinea versicolor.18 Maret 2017.https://www.aad.org/public/diseases/color-


problems/tinea-versicolor#tips. Diupload pada 9 November 2019

Tinea versicolor. 18 Maret 2017 http://www.webmd.com/skin-problems-and-


treatments/tinea-versicolor-cause-symptoms-treatments Diakses pada 9 November
2019

Tinea versicolor. 18 Maret 2017 http://emedicine.medscape.com/article/330369-


overview. Diakses pada 9 November 2019

Sporotrichosis. 18 Oktober 2017


https://www.cdc.gov/fungal/diseases/sporotrichosis/index.html.Diakses pada 9
November 2019

Sporotrichosis. 18 Oktober 2017 https://www.webmd.com/skin-problems-and-


treatments/guide/sporotrichosis#1Diakses pada 9 November 2019

Pomeranz, AJ. Sabnis, SS. (2002). Tinea Capitis: Epidemiology, Diagnosis and
Management Strategies. Paediatric Drugs, 4(12), pp. 779-83.
Hay, RJ. (2017). Tinea Capitis: Current Status. Mycopathologia, 182(1), pp. 87–
93.
DermNet NZ (2003). Tinea Capitis.

69
Mayo Clinic (2018).Diseases and Conditions.Ringworm (Scalp).
Bergen, T. Healthline (2017). Ringworm of the Scalp (Tinea Capitis).

Gupta, et al. (2003).Tinea Corporis, Tinea Cruris, Tinea Nigra, and Piedra.
Dermatologic Clinics, 21(3), pp. 395-400, v.
Ely, et al. (2014). Diagnosis and Management of Tinea Infections.
DermNet NZ (2003). Tinea Corporis. American Family Physician, 90(10), pp. 702-10.
NHS Choices UK (2015).Health A-Z.Ringworm and Other Fungal Infections.
Mayo Clinic (2017).Diseases and Conditions.Ringworm (Body).
Cafasso, J. Healthline (2017). Ringworm of the Body (Tinea Corporis).
Stöppler, M. MedicineNet (2017). Ringworm.
WebMD (2016). What You Should Know About Ringworm

Anwar, K. Gohar, MS. (2014). Otomycosis; Clinical features, Predisposing Factors and
Treatment Implications. Pak J Med Sci, 30 (3), pp. 564-567
Viswanatha, B. (2011).Fungal Infection of the Ear in
Immunocompromised.Mediterranean Journal of Hematology and Infectious Disease,
3(1), e2011003.
Knott, L. Patient (2017). Fungal Ear Infection.
Marcin, J. Healthline (2017). Otomycosis: What You Need to Know.

https://emedicine.medscape.com/article/225976-overview#a3 (ditulis oleh Shelley


A Gilroy, pada 24 april 2019) diakses pada 9 November 2019
https://hellosehat.com/penyakit/pneumocystis-pneumonia/ (di review oleh dr
Tania Savitri pada 22 september2016) diakses pada 9 November 2019
(Sumber: https://www.dicto.id/ apa yang dimaksud dengan Tinea Favosa? Oleh
Yalanda Cahya Hardiyani, Nov 2017) diakses pada 9 November 2019
Ermaagenvenus, 20 Mei 2014.
https://www.google.com/amp/s/ermaagenvenus.wordpress.com/2014/05/20/epider
mophyton-floocosum/amp/ diakses pada tanggal 9 November 2019.
Guniawati, Julia Dewi (2014). Mekanisme Utama Infeksi Jamur Pada Manusia.
https://www.scribd.com/doc/221726839/Mekanisme-Utama-Infeksi-Jamur-Pada-
Manusia. Diakses pada 7 November 2019
Lestari, Pujian Enda. (2010). peran Faktor Virulensi pada Patogenesis Infeksi
Candida albicans. Stomatognatic (J.K G UNEJ),7(2),113-17.
Kusumaningtyas, Eni. Mekanisme Infeksi Candida Albicans pada Permukaan sel.
Lokakarya Nasional Penyakit Zonasis,(30).
Imunobiology, chapter 10: adaptive immunity to infection. Charles A.
Janeway,ET Al..Diakses pada 7 November 2019 section 10 -1
Immunobiology, figure 10.5 pathogens dan damage tissue in a variety of different
ways. Charles A. Janeway,ET Al..Diakses pada 7 November 2019
rizky, i. (2013, juni 3). makalah infeksi. Retrieved 11 10, 2019, from makalah-
infeksi.html?m=1: http://imamrhizky.blogspot.com/2013/06/makalah-
infeksi.html?m=1

70
Qurrohman, Muhammad Taufiq. Nugroho, Rosit Wahyu. 2015. Pengaruh
Frekuensi Menguras Terhadap Jumlah Candida sp. Pada Air Bak Toilet Wanita di
SPBU Surakarta. Jurnal Ilmiah Biologi Biogenesis.

Pratiwi, S.T., 2008. Mikrobiologi farmasi. Erlangga, Jakarta : 150 –171.


http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/130/7/KTI%20Arie.pdf diakses tanggal 11
November 2019.

Srikandi, F., 1992, “Mikrobiologi Pangan I”Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.


http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/987/1/151310091_Wiwik%20Pujiati_KTI.pdf
diakses tanggal 11 November 2019.

Priyanto, Agus. 2016. Perbandingan Tingkat Resistensi Produk Handsanitizer


Dengan Sabun Cuci Tangan Terhadap bakteri Yang Terdapat Ditangan.
Universitas Pasundan Bandung. http://repository.unpas.ac.id/12552/ diakses
tanggal 11 November 2019.

Syaifurrisal, Arif. 2014. Pengaruh Penyimpanan Pakan Udang Komersial Dengan


Penambahan Volume Air Berbedaterhadap Pertumbuhan Jamur Dan Kandungan
Protein Kasar. Universitas Airlangga Surabaya.
http://repository.unair.ac.id/26315/1/SYAIFURRISAL%2C%20ARIF.pdf diakses tanggal
11 November 2019.

WULANSARI, NI LUH PUTU RIANITA (2018) ISOLASI DAN


IDENTIFIKASI JAMUR Candida albicans PADA URINE IBU HAMIL DI
RSUD MANGUSADA BADUNG. Diploma thesis, Jurusan Analis Kesehatan
Poltekkes Denpasar. http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/290/ diakses
tanggal 11 November 2019.

Praja, Ratih Novita.Yudhana , Aditya. 2017. Surabaya.. Isolasi Dan Identifikasi


Aspergillus Spp Pada Paru-Paru Ayam Kampung Yang Dijual Di Pasar
Banyuwangi. Jurnal Medik Veteriner. Vol.1 No.1 : 6-11
https://media.neliti.com/media/publications/263734-isolasi-dan-identifikasi-aspergillus-
spp-3609c572.pdf tanggal 11 November 2019.

71
Parwis, Mauhammad 2012. Balstomikosis
https://www.slideshare.net/tibumulakii/muhammad-parwis Diakses pada:
09/11/19 pukul: 20:00 WIB

Sumbernya : Carolyn Messere, MD. https://id.m.wikihow.com/Mencegah-


Penyebaran-Infeksi-Jamur?amp=1 Tanggal ngirim : 10 November 2019

72

Anda mungkin juga menyukai