Anda di halaman 1dari 27

BIOINSEKTISIDA MIKROBA

DAN VIRUS
Rosdiana. Mus,S.Si.,M.Biomed
BIOINSEKTISIDA ?

 Bioinsektisida adalah mikroorganisme yang dapat digunakan


sebagai agen pengendalian serangga hama
 bahan-bahan alami yang bersifat racun serta dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan, tingkah laku,
perkembangbiakan, kesehatan, mempengaruhi hormon,
penghambat makan, membuat mandul, sebagai pemikat, penolak,
dan aktivitas lainnya yang dapat mempengaruhi organisme
pengganggu tanaman
KELEBIHAN BIOINSEKTISIDA

 Spesifik terhadap spesies insekta target


 Tidak berbahaya bagi manusia, mamalia dan ikan serta
 Tidak meninggalkan residu terhadap lingkunga
 Bioinsektisida pun memiliki siklus hidup yang pendek dan efektif di
jumlah kecil
KEKURANGAN

 Cara kerjanya lamban dan cara pengaplikasiannya relatif rumit.


 Keberhasilan sumber dasar bioinsektisida pun dipengaruhi oleh
faktor lain seperti temperatur, ph, pengembunan, sinar ultraviolet,
kondisi tanah, dan mikroba kompetitor lainnya yang ada di
lingkungan
 Biaya produksinya tinggi.
JENIS BIOINSEKTISIDA

1. Insektisida Mikrobial
 Insektisida mikrobial mengandung mikroorganisme sebagai bahan aktif
(contohnya bakteri, fungi, virus, dan protozoa). Jenis insektisida mikrobial
yang paling banyak digunakan adalah bakteri Bacillus thuringiensis, virus,
dan fungi karena banyak menyerang serangga dengan tingkat penyebaran
dan serangan lebih intensif dibanding kelompok mikroorganisme lain.
2. Insektisida Biokimia
 Insektisida biokimia adalah bahan yang terjadi secara alami yang dapat
mengendalikan hama dengan mekanisme non-toksik. Insektisida
biokimia mencakup bahan-bahan seperti feromon seks dan berbagai
ekstrak tanaman yang memikat serangga hama kepada perangkap.
Insektisida hayati tumbuhan atau insektisida nabati dimasukkan ke
dalam kelompok insektisida biokimia karena mengandung biotoksin.
BIOINSEKTISIDA MIKROBA

 Insektisida mikroba adalah senyawa toksik yang dihasilkan oleh


mikroba yang berfungsi untuk membunuh spesies insekta atau
mempunyai kemampuan menginfeksi insekta target spesifik.

 Insektisida mikroba yang paling efektif dan paling sering


digunakan adalah toksin yang disintesis oleh Bacillus
thuringiensis.
 B. thuringiensis adalah bakteri yang
menghasilkan kristal protein yang
bersifat membunuh serangga
(insektisidal) sewaktu mengalami
proses sporulasinya

 Bioinsektisida Bt merupakan 90- 95%


dari bioinsektisida yang dikomersialkan
untuk dipakai oleh petani di berbagai
negara.
 Kerja toksin insektisida B. thuringiensis mengalami hambatan dalam
aplikasinya.
1. Untuk membunuh hama insekta, B. thuringiensis harus dicerna oleh
insekta. Kontak bakteri atau toksin insektisida dengan permukaan
insekta tidak mempunyai pengaruh terhadap insekta target

2. Toksin ini hanya membunuh insekta pada tahap perkembangan spesifik.


Dengan demikian, toksin harus diterapkan ketika populasi hama pada
tahap tertentu dalam siklus hidupnya.
 Bakteri ini terdiri dari sejumlah strain yang berbeda (subspecies/subsp.),
dimana masing-masing subspecies menghasilkan toksin yang berbeda
yang membunuh insekta yang berbeda pula.

1. B. thuringiensissubsp. kurstaki, misalnya, menghasilkan toksin yang
membunuh larva lepidopteran meliputi cacing kubis
2. B. thuringiensissubsp. israelensis membunuh diptera seperti, mosquito
dan black fly.
3. B. thuringiensissubsp. tenebrionis (juga dikenal sebagai san diego)
efektif membunuh beetle, seperti potato beetle
B. Thuringiensis Subsp. Kurstaki
 Aktivitas insektisidanya terdapat dalam struktur yang sangat besar yang
disebut dengan kristal paraspora, disintesis pada tahap sporulasi bakteri.
 Kristal paraspora bukan bentuk aktif dari insektisida mikroba, melainkan
merupakan protoksin, yaitu prekursor dari toksin aktif. Jika kristal
paraspora dicerna oleh insekta target, protoksin diaktivasi di dalam usus
insekta oleh basa dengan pH 7,5 – 8,0 dan protease pencernaan spesifik,
dan merubah protoksin menjadi toksin aktif.
 Dalam bentuk aktif, protein toksin terinsersi ke dalam membran dari sel
epitel usus dan selanjutnya membentuk saluran ion sehingga terjadi
kehilangan ATP seluler . Setelah kira-kira 15 menit setelah saluran ion
terbentuk, metabolisme sel berhenti, insekta berhenti makan akan
mengalami dehidrasi dan pada akhirnya akan mengalami kematian.
Perubahan protoksin menjadi toksin aktif memerlukan suasana basa
dan enzim protease spesifik, dimana proses tersebut tidak akan
mempengaruhi non target seperti manusia dan hewan pertanian,
seperti burung.
 Waktu hidup kristal paraspora sangat pendek karena sangat
sensitif terhadap sinar matahari. Sinar matahari dapat
mendegradasi lebih dari 60% residu triptofan dari kristal
paraspora selama 24 jam. Kristal paraspora mungkin tahan di
lingkungan selama satu hari atau bahkan selama sebulan
tergantung pada adanya sinar matahari.
Mekanisme keracunan dan kematian ulat
oleh bioinsektisida B. thuringiensis

1. Larva ulat memakan tanaman yang telah


mengandung spora dan kristal protein Bt.K
2. Dalam beberapa menit, kristal protein berikatan
dengan reseptor spesifik pada dinding usus dan
ulat berhenti makan.
3. Beberapa menit kemudian, dinding usus pecah
sehingga spora dan bakteri memasuki jaringan
tubuh, toksin pun larut dalam darah.
4. Dalam waktu 1-2 hari ulat akan mati.
B. Thuringiensis Subsp. Israelensis

 Protein insektisida B. thuringiensis subsp. israelensis sangat toksik jika


dicerna oleh larva nyamuk. Akan tetapi, krista paraspora dari spesies ini
tenggelam dengan cepat setelah disemprotkan di atas air sehingga
efektivitasnya terhadap larva nyamuk dan daya bunuhnya berkurang.
Sehingga gen toksin insektisida dapat dimasukkan ke dalam organisme
yang merupakan sumber makanan bagi larva nyamuk Seperti Caulobacter
crescentus, suatu bakteri air yang umumnya ditemukan tersebar secara
luas dalam lingkungan air, di mana larva nyamuk makan
ISOLASI BAKTERI B. THURINGIENSIS

 Isolat Bt dapat diisolasi dari tanah, bagian tumbuhan, kotoran hewan, serangga dan
bangkainya
 Salah satu cara isolasi yang cukup efektif adalah dengan seleksi asetat. Beberapa gram
sumber isolat disuspensikan ke dalam media pertumbuhan,bakteri yang mengandung
natrium asetat kemudian dikocok. Media asetat tersebut menghambat pertumbuhan spora
Bt. menjadi sel vegetatif. Setelah beberapa jam media tersebut dipanaskan pada suhu 80°C
selama beberapa menit. Pemanasan ini akan membunuh sel-sel bakteri atau
mikroorganisme yang sedang tumbuh termasuk spora bakteri lain yang tumbuh.
Kemudian sebagian kecil dari suspensi yang telah dipanaskan diratakan pada media padat.
Koloni-koloni yang tumbuh kemudian dipindahkan ke media sporulasi Bt. Koloni yang
tumbuh pada media ini dikonfirmasi keberadaan spora atau protein kristalnya untuk
menentukan apakah koloni tersebut termasuk isolat Bt.
ISOLASI GEN TOKSIN B. THURINGIENSIS

 Hasil panen dapat diserang oleh lebih dari satu jenis spesies
insekta. Oleh karena itu, perlu untuk membuat toksin insektisida
yang efektif melawan insekta target pada spektrum yang luas.
Toksin insektisida yang mempunyai spesifisitas yang luas dapat
diperoleh melalui transfer gen toksin tertentu (misalnya toksin
terhadap diptera) ke dalam strain B. thuringiensis yang
normalnya mensintesis toksin spesifik terhadap spesies yang
berbeda (misalnya toksin terhadap coleoptera) atau
Menggabungkan dua gen toksik spesifik terhadap spesies yang
berbeda sehingga dihasilkan toksin yang bekerja ganda (toksin
hybrid).
APLIKASI BIOTEKNOLOGI BIOINSEKTIDA
MIKROBA
 Aplikasi berbagai jenis insektisida mikroba B. thuringiensis
terhadap serangan hama H. robusta dan belalang Valanga
nigricornis pada tanaman mahoni diLampung
 Aplikasi insektisida mikroba B. thuringiensis (Florbac FC)
terhadap hama kutu sisik (Chionapsis sp.) yang menyerang daun
dan ranting tanaman mangrove diBali, memberikan hasil yang
lebih baik dalam menekan serangan hama kutu
sisikdibandingkan perlakuan insektisida kimia
BIOINSEKTISIDA VIRUS

 Salah satu agen hayati yang berperan penting sebagai


pengendali hama secara alamiah adalah Nuclear Polyhedrosis
Virus (NPV) yang berstatus sebagai musuh alami bagi ulat
grayak.
 Virus ini memiliki sifat menguntungkan antara lain :
 1. Memiliki inang spesifik.
 2. Tidak mempengaruhi parasitoid dan predator.
 3. Dapat mengatasi masalah resistensi akibat penggunaan
insektisida serta ramah
 lingkungan.
 Nuclear Polyhedrosis Viruses (NPV) banyak menginfeksi serangga dan setiap
spesies mempunyai spesifik spesies .
 NPV menginfeksi lebih dari 500 spesies, Lepidoptera adalah inang yang penting
dari NPV. Partikel infektif dari virus atau virion ini dapat terbungkus oleh single
SNPV atau multiple MNPV. Polyhedra dari NPV mengandung beberapa sampai
banyak virion. Sesudah tertelan oleh inang dan akan berreproduksi di dalam sel
midgut, atau jaringan lain dan organ serangga menjadi terinfeksi terutama tubuh
lemak, epidermis dan sel darah. Serangga yang terinfeksi umumnya akan mati
setelah 5-12 hari sesudah infeksi tergantung pada dosis virus, temperatur dan
stadia larva instar ketika terjadi infeksi.
 Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV) merupakan suatu agen pengendali bagi
hama,vstatusnya sebagai musuh alami bagi ulat grayak yang biasanya
menyerang tanaman kacang-kacangan, tembakau dan sayuran.
 NPV bersifat spesifik inang, yaitu hanya dapat menginfeksi dan mematikan
spesies inang alaminya. Sehingga pada mulanya penamaan NPV disesuaikan
dengan nama inang asli dimana dia pertama kali diisolasi sebagai contoh
NPV yang menginfeksi ulat Spodoptera litura dinamai Spodoptera litura
Nucleopolyhedrovirus (SlNPV)dan yang menginfeksi ulat Spodoptera exigua
dinamai Spodoptera exigua Nucleopolyhedrovirus (SeNPV).
 Bio-insektisida VIR-X (VIREXI) secara spesifik hanya digunakan
sebagai pengenali ult grayak Spodoptera exigua yang
menyerang tanaman bawang merah, bawang putih, bawang
daun dan kucai.
 Bioinsektisida VIR-L (VITURA) hanya untukmengendalikan ulat
grayak podoptera litura yang biasanya menyerangtanaman
cabe, kedelai/kacang-kacangan, dan tembakau.
 Di alam, NPV biasanya ditemukan pada permukaan tanaman dan tanah.
Manakala termakan oleh serangga inang (ulat) dan masuk ke dalam saluran
pencernaan yang memiliki pH tinggi (> 10), maka polihedra akan pecah
melepaskan virion infektif. Virion yang terlepas dari matrik protein (pembungkus)
akan memulai infeksi ke dalam sel-sel saluran pencernaan ulat yang kemudian
DNA akan mengadakan replikasi di inti sel. Proses infeksi SlNPV atau SeNPV
dimulai dari tertelannya polihedra (berisi virus) bersama pakan. Di dalam saluran
pencernaan yang bersuasana alkalis, polihedra larut sehingga membebaskan virus
(virion). Selanjutnya virus menginfeksi sel-sel yang rentan. Dalam waktu 1 – 2 hari
setelah polihedra tertelan, ulat yang terinfeksi akan mengalami gejala abnormal
secara morfologis, fisiologis dan perilakunya.
KEUNTUNGAN NPV

1. Memiliki inang spesifik dalam genus/famili yang sama, sehingga aman


terhadap organisme bukan sasaran.
2. Tidak mempengaruhi parasitoid, predator dan serangga berguna lainnya.
3. Dapat mengatasi masalah resistensi ulat grayak terhadap insektisida kimia.
4. Kompatibel dengan insektisida kimiawi yang tidak bersifat basa kuat.
5. Efektif membunuh hama/ulat sasaran yang menyerang pada tanaman bawang
merah, bawang putih, bawang daun, kacang-kacangan, tembakau, tomat dan
cabe.
6. Ulat yang telah terinfeksi akan mati, kemudian dapat dijadikan pengendali
hama berikutnya bagi ulat yang sehat.
7. Tidak berbahaya bagi musuh alami ulat tersebut
8. Tidak berbau dan tidak berbahaya atau beracun bagi manusia dan hewan
perliharaan/ternak.
9. Dapat dicampur dengan perekat atau pupuk organik cair
10. Ramah lingkungan
11. Spesifik selektif (hanya dapat menginfeksi ulat dari spesies atau genus dimana
dia diisolasi)
12. Efektif untuk hama-hama yang sudah resisten terhadap pestisida
13. Dapat dipadukan dengan teknologi pengendalian yang lainnya
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai