Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa jenis serangga hama penting yang tergolong Noctuidae, seperti
ulatgrayak,Spodoptera litura dan S. exigua, serta ulat buah, Helicoverpa armigera,
sering mengakibatkan gagalnya panen pada berbagai jenis tanaman pangan, tanaman
industri, dan sayuran. Hama-hama tersebut umumnya dikendalikan dengan
mengandalkan insektisida (kimiawi) semata, sehingga tidak menuntaskan masalah,
bahkan sering merugikan secara ekonomis maupun ekologis.
Ada tiga kelompok musuh alami hama, yaitu parasitoid, predator, dan
patogen. Salah satu patogen serangga yang direkomendasikan dalam program
pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah nuclear-polyhedrosis virus (NPV). NPV
yang menginfeksi ulat S. lituradisebut SlNPV (Baculovirus litura), yang menginfeksi
ulat S. exigua disebut SeNPV (Baculovirus exigua), dan yang menginfeksi ulat H.
Armigera disebut HaNPV (Baculovirus heliothis). Ketiga jenis NPV tersebut
memiliki sifat yang menguntungkan sebagai agensia pengendalian hayati, karena (a)
memiliki inang spesifik,(b) tidak membahayakan lingkungan, (c) dapat mengatasi
masalah keresistensian hama terhadap insektisida, dan (d) kompatibel dengan
komponen PHT lainnya, termasuk insektisida (Maddox, 1975; Starnes et al., 1993).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Bioinsektisida ?
2. Apa itu Biointeksida Mikroba ?
3. Apa itu Biointeksida Viru ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian Biointeksida.
2. Untuk mengetahui Biointiksida Mikroba.
3. Untuk mengetahui Biointiksida virus.
BAB II
PEMBAHASAN

1.1. Pengertian Bio-Insektisida


Bio-Insektisida adalah jenis pestisida yang bahan aktifnya merupakan
organisme seperti, bakteri bacillus thuringiensis, cendawan beauveria sp,
metarrhizium,virus spodotera litura-nuclea polyhidrosis, NPV (Nuclear
Polyhedrosis Virus).
Bio-insektisida digunakan untuk menanggulangi gangguan hama seperti serangga
atau tunggau.Insektisida ini secara spesifik akan menyerang serangga yang
menjadi sasaran dan tidakmenyerang serangga lainnya. Insektisida ini bekerja dengan
cara menginfeksi hama sehinggahama tidak dapat lagi mampu merusak tanaman. Bio-
insektisida dari mikroorganisme inimemiliki efektivitas yang sama dengan pestisida
yang berbasis bahan kimia.
keunggulan yang didapat dari penggunaan bioinsektisida mikroorganisme adalah
mampumembasmi hama serangga pada tanaman seperti pestisida kimia. Selain itu,
bioinsektisida iniramah lingkungan dan tak meninggalkan residu yang membahayakan
tanaman dan lingkungan.
Salah satu mikroorganisme yang dapat dijadikan bahan baku adalah cendawan
Beauveria sp.,Metarrhizium sp., bakteri Bacillus Thuringiensis, nematode patogen
serangga, dan NPV (Nuclear Polyhedrosis Virus).

1.2.Bio-Insektisida Mikroba
Beberapa jenis mikroba yang dapat digunakan dan berkhasiat dalam
mengendalikanhama pada tanaman diantaranya:
a. Cendawan Beauveria sp. Dan Metarrhizium sp.
Cendawan Beauveria sp. Dan Metarrhizium sp merupakan jenis
cendawan pantogen serangga.Cendawan ini bekerja dengan cara
menimbulkan serangan penyakit atu infeksi terhadap hamasasaran dan
akhirnya mengalami kematian.Spora atau inokulum dari cendawan ini akan
menenpel pada tubuh serangga inang, kemudianakan berkecambah dan
berkembang membentuk tabung kecambah. Selajutnya spora masukdalam
tubuh hama melalui saluran pernapasan, pencernaan dan integenum atau kulit
tubuhserangga.Cendawan Beauveria sp akan mengeluarkan racun
Beauvericin yang akan berkembang dalamtubuh hama. Racun ini mampu
menyerang dan merusak seluruh jaringan tubuh sehinggamengakibatkan
kematian serangga. Cendawan ini akan menyebabkan serangga mati dengan

2
tubuh yang mengeras. Sedangkan serangga yang mati oleh cendawan
metarrhizium akan matidengan tubuh yang rapuh.
Keunggulan yang ditawarka bioinsektidasi berbahan baku cendawan
Beauveria sp adalah :
 Selektif terhadap hama serangga sasaran sehingga tidak membahayakan
serangga lain yang bukan takget seperti predator, parasitoid, serangga
penyerbuk dan lebah madu
 Tidak menimbulkan sisa bahan berbahaya pada hasil pertanian dan
lingkungan sekitar tanaman
 Tidak menimbulkan keracunan pada tanaman yang dikenai cendawai
 Mudah diproduksi

b. Bioinsektisida Bakteri Bacillus thuringiensis


Bioinsektisida berbahan bakteri Bacillus thuringiensis pada saat ini
sudah banyakditemukan pada air cucian beras dan digunakan untuk
pengendalian hama karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya
tidak menimbulkan resistensi, tidak membunuh organisme yang berguna,
dan residunya tidak menimbulkan bahaya bagi manusia. Bt merupakan
bakteri patogenterhadap serangga. Bakteri Bt merupakan bakteri gram-
positif berbentuk batang dan hanya bisatumbuh pada fase vegetatif yaitu
dengan pembelahan sel. Bakteri tersebut dapat tumbuh padanutrient
dengan jumlah yang banyak. Bakteri ini mengandung suatu protein yang
besifat toksinsehingga dapat memberantas hama-hama pada suatu
tanaman. Seluruh kristal protein bakterihanya bersifat toksin apabila
termakan oleh larva serangga. Bakteri ini akan membentuk
sporadorman (spora yang mengandung satu atau lebih jenis
Kristal protein) apabila suplai makananmengalami penurunan.
Bacillus thuringiensis berbentuk sel batang dengan ukuran lebar 1,0-
1,2 mikron dan panjang 3-5 mikron, membentuk δ-endospora, dan
membentuk suatu rantai yang terdiri dari 5-6sel dan berwarna merah ungu.
Bt yang terdapat pada air cucian beras dapat langsung digunakandengan
cara menyiramkan air cucian tersebut pada tanaman yang diserang oleh
hama atauserangga. Bacillus thuringiensis terbukti sangat efektif terhadap
sekitar 250 jenis larvaLepidoptera dan berpengaruh juga terhadap sekitar
75 jenis larva dari ordo lainnya. Produk
bioinsektisida bakteri Bacillus thuringiensis digunakan sebanyak 1050 g pe

3
r acre. Potensitoksisitasnya berlipat dibandingkan dengan pestisida,
misalnya 300 kali dibandingkan sintetik pyrethroid. Pada makalah ini akan
dijelaskan lebih lanjut tentang bakteri Bt.

 Kasifikasi Bacillus thuringiensis


Bakteri ini tergolong ke dalam :
Kingdom : Animalia
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Sub-Ordo : Eubacteriineae
Famili : Bacillaceae
Genus : Bacillus
Spesies : Thuringiensis

 Cara Kerja Bacillus thuringienis


Bacillus thuringiensis adalah racun perut bagi serangga hama dan
Bacillus thuringiensis merupakan bakteri yang menghasilkan Kristal
protein yang bersifat membunuh serangga (Insektisida) sewaktu
mengalami proses sporulasinya. Kristal proteinyang bersifat insektisidal
ini sering disebut dengan δ-endotoksin. Kristal protein yang ada pada
Bacillus thuringiensis ini sebenarnya merupakan pro-toksin yang jika
larut dalam usus seranggaakan berubah menjadi poli-peptida yang lebih
pendek serta mempunyai sifat
insektisidal.Kristal protein yang dimakan oleh serangga akan dipecah ol
eh enzim protease di bagian tengah dalam saluran pencernaan menjadi
molekul toksik. Toksin tersebut akan mempengaruhi permeabilitas
membrane sel, mikrovili pada sel-sel epitalium yang dapat
menyebabkan paralisis saluran makanan dan berubahnya keseimbangan
Ph hemophilia, yang kemudian dapat menyebabkan kematian.
Bacillus thuringiensis ini dapat menyebabkan terbentuknya pori-pori
(lubang yang sangatkecil) di sel membrane saluran pencernaan dan
dapat mengganggu keseimbangan osmotic darisel-sel tersebut. Karena
keseimbangan osmotic terganggu, maka serangga atau hama akan
mati.Kematian serangga biasanya terjadi dalam waktu 3-5 hari, akan
tetapi ada larva yang dapat bertahan hidup lebih lama.
Tanda-tanda awal serangan bakteri Bacillus thuringiensis pada
serangga yaitu aktivitas makan serangga menurun bahkan berhenti.
Serangga menjadi lemah dan kurang tanggap terhadap sentuhan.
Setelah mati, serangga kelihatan berwarna cokelat tua atau hitam.
 Pembuatan bioinsektisida Bacillus thuringiensis

4
 Bacillus thuringiensis tersebut terlebih dahulu dikulturkan dalam
jumlah besar di dalam tangkifermentor
 Hasil fermentasi yang berupa ICP ditampung kemudian dicampur
dengan bahan yang lengket
 Campuran tadi disemprotkan pada tumbuhan
 Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari ataupun
sore hari, karena pada waktuitu serangga sedang aktif memakan
suatu tanaman.
Cara lain yang dapat dilakukan untuk membuat bioinsektisida
Bacillus thuringiensis adalah denganrekayasa genetika. Cara yang
dapat dilakukan adalah :
 memindahkan gen penghasil ICP pada plasmid tumor mahkota
 Memasukkan rekombinan tersebut ke dalam sel tumbuhan,
dengan begitu maka tumbuhan akansecara aktif menghasilkan
ICP senidri

1.3. Bio-Insektisida Virus


Penggunaan insektisida kimia selain berdampak positif, juga selalu
diikuti oleh dampak negatif karena insektisida mempunyai spektrum daya
bunuh yang luas dan akan mengakibatkan musnahnya musuh alami seperti
parasitoid, predator, serangga berguna lainnya, dan serangga non target.
Berdasarkan yang ada di lapangan salah satu faktor yang
menyebabkan rendahnya hasil kedelai di Indonesia adalah terjadinya
serangan hama. Lebih dari 20 jenis hama yang menyerang kedelai, di
antaranya yang menyerang daun adalah Spodoptera litura (ulat grayak), dan
yang menyerang polong adalah Helicoverpa armigera. Hama tersebut
merupakan hama penting pada kedelai.
Salah satu alternatif yang bisa digunakan para petani adalah
penggunaan bioinsektisida. Bioinsektisida dapat mengendalikan serangga
hama sasaran secara tepat karena bersifat spesifik, mempunyai kemampuan
membunuh cukup tinggi, biaya relatif murah dan tidak mencemari
lingkungan. Beberapa bioinsektisida yang sangat berpotensi dan dapat
dikembangkan secara komersial maupun non komersial pada tingkat petani
diantaranya Nuclear polyhedrosis virus (NPV), Bacillus thuringiensis, jamur

5
Metarhizium anisopliae. Dan salah satu patogen serangga yang
direkomendasikan dalam program pengendalian Hama Terpadu (PHT)
adalah nuclear-polyhedrosis virus (NPV) . NPV yang menginfeksi ulat S.
litura disebut SlNPV (Baculovirus litura).
Dalam artikel ini akan dibahas tentang NPV jenis Spodoptera
litura Nucleopolyhedrovirus (Splt/NPV) yang menginfeksi tanaman kedelai.
Gambaran umum tentang NPV adalah sebagai berikut, Virus ini berbentuk
batang dan terdapat dalam inclusion bodies yang disebut polihedra. Polihedra
berbentuk kristal bersegi banyak dan terdapat didalam inti sel yang rentan
dari serangga inang, seperti hemolimfa, badan lemak, hypodermis dan
Matriks trakea. Polihedra berukuran 0,5–15 µm dan mengandung partikel
virus (virion). Virion berbentuk batang, berukuran 40–70 nm x 250–400 nm
dan mengandung molekul deoxy-ribonucleid acid (DNA) (iggnoffo and
Couch, 1981, Tanada dan Kaya, 1993). Morfologi polihedra dan virion dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron.
 Klasifikasi NPV
Untuk klasifikasi NPV adalah sebagai berikut :
 Nama umum : Spodoptera litura (fabricius)
 Kingdom : Animalia
 Filum : Arthropoda
 Kelas : Insecta
 Ordo : Lepidoptera
 Family : Noctuidae
 Subfamily : Amphipyrinae
 Genus : Spodoptera
 Species : Spodoptera litura
 Cara Kerja NPV
Cara penginfeksian NPV terhadap inang umumnya pada stadium larva
dengan melalui saluran pencernaan sehingga inang harus menelan virus
bersama pakan. Bagian tubuh yang peka dan menjadi sasaran infeksi
adalah lapisan epitel saluran pencernaan, sel darah, trakea, hipodermis
dan sel lemak.
Serangan NPV terhadap inang terdiri atas dua tahap:
1. Tahap pertama NPV menyerang usus tengah

6
2. Tahap kedua menyerang rongga tubuh (hemocoel) dan organ-organ
yang ada didalamnya
Polyhedral virus yang tertelan oleh inang akan masuk ke dalam usus
tengah dan virion akan dilepaskan ke cairan usus tengah. Pelepasan
virion akan dibantu oleh kondisi alkali cairan pencernaan dengan pH 9,5-
11,5 .
Selanjutnya virion yang terlepas dari PIB menuju ke membran
peritropic dari usus tengah kemudian masuk ke dalam sel usus. Proses ini
diawali dengan lepasnya selubung nukleokapsid (amplop) sehingga yang
masuk hanyalah nukleokapsid. Selanjutnya dalam sel-sel usus tepatnya di
dalam inti sel, nukleokapsid bereplikasi. Nukleokapsid keluar dari inti
dan menuju membran basal plasma kemudian keluar sel melalui proses
yang disebut budding. Keluarnya virion dari sel-sel terinfeksi juga terjadi
karena sel-sel tersebut hancur akibat serangan virus. Tahap selanjutnya,
virion kemudian menyerang jaringan didalam rongga tubuh larva,
terutama sel lemak, sel-sel hemocit, matrik trakea, yang akhirnya
mengakibatkan kematian larva. Larva yang terinfeksi menunjukkan
gejala yang khas. Satu sampai dua hari setelah infeksi, larva memendek,
warna mulai berubah dan aktivitas menjadi lamban. Tetapi pada tingkat
ini larva masih makan. Pada infeksi lanjut, bagian ventral larva berwarna
coklat kemerahan seperti terdapat akumulasi cairan kecoklatan. Kulit
menjadi mengkilat dan lembek, bila disentuh larva akan pecah dan
mengeluarkan cairan berwarna coklat kemerahan, baunya menyengat dan
mengandung jutaan polyhedral. Selanjutnya, larva yang akan mati
menunjukkan perilaku yang khas. Larva akan bergerak ke pucuk tanaman
dan pada saat matinya larva akan menggantung menyerupai huruf V
terbalik.
 Pembuatan NPV
Umumnya, NPV diperbanyak secara in vivo dalam tubuh ulat yang
menjadi inangnya. NPV dapat juga diperbanyak secara in vitro dalam
kultur jaringan. Cara in vitro lebih unggul bila dibandingkan dengan in
vivo karena dapat mencegah terjadinya penyimpangan genetik dan
kontaminasi, dan menghemat tenaga. Sebaliknya, cara in vitro memiliki

7
kelemahan karena membutuhkan fasilitas fermentasi yang mahal, tidak
praktis, dan produktivitasnya rendah . Di antara kedua cara tersebut,
cara in vivo lebih cocok untuk diterapkan di Indonesia.
Produksi bioinsektisida NPV dilakukan dalam empat ruang terpisah,
yaitu ruang pembuatan dan penyimpanan pakan buatan, ruang dengan
unit untuk pembiakan massal serangga dan unit lain untuk pemeliharaan
ulat yang akan diinfeksi NPV, ruang perbanyakan NPV, dan
ruang recovery dan formulasi NPV. Fungsi produksi lainnya
seperti quality control, bioassay, dan karakterisasi produk dilakukan di
laboratorium.
Ada tiga tahap kegiatan dalam proses produksi bioinsektisida NPV
yaitu :
1. pembiakan massal ulat grayak,
2. perbanyakan dan standardisasi NPV,
3. pemformulasian NPV.
Langkah-langkah pembuatan :
1. Melarutkan NPV dengan air di dalam gelas ukur
2. Membagi larutan NPV menjadi 2 bagian, yang pertama sesuai
dosis anjuran dan yang kedua setengah dosis anjuran
3. Menyiapkan wadah plastik dengan penutupnya 16 buah yang
diberi lubang-lubang kecil menggunakan jarum. Wadah ini
digunakan untuk tempat pemeliharaan serangga.
4. Memberikan perlakuan pada 8 wadah plastik sesuai dosis anjuran
dan 8 wadah plastik setengah dosis anjuran.
5. Memasukkan Spodoptera litura kedalam wadah.
6. Memasukkan daun talas yang telah dipotong 3x3 cm dan yang
dicelupkan ke larutan NPV sesuai anjuran menggunakan pinset.
7. Memasukkan daun kedalam wadah plastik tempat pemeliharaan
serangga.
8. Mengamati selama beberapa hari samapi terdapat Spodoptera
litura yang mati.

8
9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

3.2 SARAN

10
DAFTAR PUSTAKA
http://mradtna.blogspot.com/2012/01/bioinsektisida-virus.html
https://www.academia.edu/9757945/BIOINSEKTISIDA_Pengertian_Bio-Insektisida
http://muhammadarifindrprof.blogspot.com/2011/02/84b-bioinsektisida-npv-untuk.html
http://yayanajuz.blogspot.com/2012/07/makalah-peran-mikroorganisme-dalam.html

11

Anda mungkin juga menyukai