Anda di halaman 1dari 9

BAKTERIOLOGI

1. Bakteri dan Struktur


Bakteri berasal dari bahasa Latin bacterium; jamak: bacteria mrupakan organisme
yang tidak mempunyai membrane inti sel. Organisme yang masuk dalam domain prokariotik
dan berukuran memiliki ukuran yang sangat kecil (mikroskopik) ialah bakteri. Sehingga
menyebabkan organisme yang satu ini sulit untuk dideteksi menggunakan mata telanjang dan
harus menggunakan mikroskop untuk mendeteksinya. Bakteri memiliki dinding sel yang
sangat sangat tipis dan elastis dimana bakteri ini terbentuk dari peptidoglikan yang
merupakan golongan polimer unik yang hanya dimiliki oleh bakteri. Dinding sel berfungsi
sebagai pemberi bentuk sel, memberikan perlindungan dari lingkungan luar serta menjadi
mengatur pertukaran zat-zat dari dan ke dalam sel. Ratusan ribu spesies bakteri dapat hidup
di gurun pasir,salju atau es dan lautan (Wuluyo, 2017). Bakteri yang keberadaanya ini sangat
banyak dijumpai dimana-mana sangat memungkinkan untuk menjadi salah satu penyebab
penyakit pada manusia (Radji, 2011) dan untuk bakteri yang menyebabkan penyakit dapat
disebut juga dengan bakteri patogen (Darmadi, 2008).

Struktur yang terdapat dalam morfologi bakteri dapat meliputi diantaranya ada :
ribosom, membran plasma, nukleoid, dinding sel, flagel, pili, glycocaliyx dan kromosom.
Yang berfungsi sebagai tempat untuk membungkus protein ialah membrane plasma.
Tempat sel DNA(tidak tertutup oleh membrane) ialah Nukleoid. Ribosom berperan dalam
sintesis protein.Dinding sel merupakan struktur kaku di luar membran plasma. Dan tempat
berisi material genetic bakteri ialah kromosom.
Organ yang ada pada bakteri yang digunakan sebagai alat gerak adalah Flagela.
Fimbriae atau biasa disebut pili merupakan struktur yang digunakan untuk perlekatan pada
permukaan. Glycocalyx meruapakn lapisan luar dari banyak prokariota, biasanya terdiri
dari kapsul atau lapisan lendir.

Gambar 1 Struktur sel bakteri dan fungsinya


(Sumber : ptn.ipb.ac.id/cms/id/berita/detail/259/struktur-morfologi-bakteri-dan-peranannya-dalam-kehidupan )
Ukuran diameter 0.5–5µm ini biasanya dimiliki oleh sel prokariotik, yang mana ukuran ini
jauh lebih kecil daripada diameter sel eukariotik yaitu berkisar 10-100 µm. Sel bakteri
pada umumnya berbentuk bulat berdiameter sekitar 0.7 – 1.3 µm, sedangkan sel bakteri
biasanya berbentuk batang lebarnya sekitar 0.2 – 2.0 µm dan ukuran panjangnya sekitar
0.7 – 3.7 µm.
Paling umum dan yang sering dijumpai dari bentuk bakteri ini adalah bulat, batag
dan spiral. Bakteri yang memiliki bentuk bulat biasanya bentuk ini dapat menyerupai
seperti bola,bentu ini dapat menyerupai juga terjadi bentuk tunggal, rantai dua sela tau
lebih dan dalam bentuk yang menyerupai tandan ini dapat berbentuk seperti buah anggur.
Untuk bakteri yang berbentuk batang biasanya berbentuk soliter, akan tetapi beberapa
bakteri ini bentuk batangnya akan tersusun dalam rantai. Contoh bakteri yang berbentuk
batang seperti Agrobacterium tumefaciens, bakteri ini yang dapat menyebabkan penyakit
crown gall pada tanaman berkayu. Bentu bakteri yang spiral biasanya terlihat seperti pada
bentuk pembuka botol dan bakteri spiral lainnya biasanya juga akan menyerupai susunan
koma atau gulungan longgar.

Gambar 2 bentuk tubuh bakteri; (a) bulat, (b) batang, (c) spiral
(Sumber : ptn.ipb.ac.id/cms/id/berita/detail/259/struktur-morfologi-bakteri-dan-peranannya-dalam-kehidupan)

2. Bakteri Sebagai Agens Hayati

Salah satu mikroorganisme yang sangat berperan penting dalam bidang pertanian adalah
bakteri. Bakteri ini dalam bidang pertanian ini dapat digunakan oleh para petani sebagai
agens hayati dalam pengendalian penyakit atau hama pada tumbuha. Agens antagonis
merupakan cendawan yang dapat menekan pertumbuhan suatu pathogen yang dapat
menyebabkan suatu penyakit pada tumbuhan tersebut. Agens Pengendalian hayati yaitu
mikroorganisme yang meliputi : bakteri, fungi, virus, protozoa, cendawan, nematoda dan
cacing. Mikroorganisme antogonis yaitu mikroorganisme yang dapat menekan pertumbuhan
patogen yang dapat menyebabkan kerusakan tanaman (Nasahi,2010). Salah satu contoh
bakteri yang sering digunakan dalam pengendalian hayati patogen terhadap beberapa
tanaman yang terinfeksi penyakit ialah Pseudomonas sp.

Pengendalian penyakit tumbuhan menurut penelitian bakteri Pseudomonas sp. memiliki


peran sebagai agens hayati. Bakteri P.fluorescens dan P. Putida merupakan dua jenis bakteri
yang Ketika diaplikasikan secara langsung pada umbi kentang maka pertumbuhan dan jumlah
umbi yang dihasilkan akan mengalami peningkatan sebesar 5-33 % gula beet 4-8 ton/ha dan
menambah berat akar tumbuhan yaitu sebesar radish 60-144%. Strain ini disebut rizobakteri
Plant Growth-Promoting Rhizobacteria, PGPR). Benih timun yang diberi PGPR akan tahan
terhadap serangan penyakit antraknosa (Colletotrichum arbiculare). Pada benih kacang yang
diaplikasi dengan P.fluorescens strain S97 akan menimbulkan ketahanan terhadap penyakit
hawar (P. syringe pv. phaseolicola) tanaman terbakau tahan virus nikrotik karena
diaplikasikan dengan P. fluorescens strain CHAO. Perlakuan akar, tanah, atau biji dengan
rizobakteri PGPR ini mampu berperan sebagai agens penyebab ketahanan sistemik.
Umumnya pada mekanisme kerja dari agens pengendalian hayati pada persaingan zat
makanan, proses parasitisme dan antibiosis ( Wiyatiningsih dan Apriyanto, 2021).
Bioinsektisida yang berbahan aktif seperti contoh Bacillus thuringiensis (Bt) adalah jenis
bakteri batang (gram positif) yang terdiri atas 67 sub spesies bakteri ini dapat hidup pada
permukaan daun dan tanah. Bt ini dapat membentuk kristall paraspora dan akan membentuk
fase sporulasi jika kondisi tidak menguntungkan untuk pertumbuhannya. toksin yang
dihasilkan Bt dibawa oleh protein cry yang akan menyebabkan kematian serangga jika
memakannya. Sehingga toksin cry dapat digunakan sebagai pestisida nabati. Bt juga
menghasilkan antibiotic, enzim dan metabolit selain toksin diatas. Sebagian sub spesies
B.thuringiensis ini dapat membentuk betaeksotoksin toksik bagi manusia dan insekta
(Coleoptera, Lepidoptera, hemiptera dan diptera). Bacillus thuringiensis dapat ditemukan
pada berbagai jenis tanaman diantaranya : kapas, berbagai jenis sayuran, tanaman hutan dan
tembakau. Respon terhadap toksisitas Bacillus thuringiensis berbeda-beda. hal ini diperkuat
oleh hasil (Heimpel et al., 1960 dan Heimpel, 1967) yang menyatakan senyawa αeksotoksin
yang tahan terhadap suhu yang tinggi dan dapat beracun bagi mencit dan Plutella xylostella
dan spesies dari Lepidoptera.

3. Patogenesis bakteri
Mikroorganisme yang dapat menyebabkan sebuah infeksi pada manusia, tumbuhan dan
hewan adalah patogen. Jenis Patogen yang dapat menyebabkan infeksi penyakit diketahui
antara lain ada fungi, virus, bakteri, protozoa, nematoda dan cacing. Penyakit yang menyerah
tumbuhan memiliki tingkat keparahan yang beragam-ragam. Kasus terserangnya infeksi
penyakit pada tanaman dapat menimbulkan keresahan para petani karena dapat menyebabkan
tanamannya mengalami gagal panen atau menurunkan produktivitas hasil dimana yang
menjadi pemicu dari hal ini bakteri patogen yang menyerang tanaman tersebut dan para
petani pun belum menemukan cara yang tepat dalam penanganannya dalam mengetasinya.
Bakteri patogen itu sendiri adalah jenis-jenis bakteri yang menjadi biang penyakit pada
makhluk hidup diantaranya dapat menyerang secara cepat pada tumbuhan, manusai dan
hewan. Bakteri patogen ini bekerja dengan cara menginfeksi organisme yang sehat hingga
terserang penyakit.
Menurut para ahli bahwa tumbuhan dapat dikatakan terserang infeksi penyakit atau sakit
apabila tanaman tersebut mengalami suatu perubahan dalam proses fisiologis tubuhnya yang
disebabkan oleh faktor - faktor penyebab penyakit sehingga dapat jelas terlihat dengan
menunjukkan gejala-gejala seperti daun layu, akar membusuk dan menurunya hasil
produktivitas. Menurut Agrios, 1997) faktor-faktor yang menjadi penyebab sebuah
penyakit :
a. Faktor biotik (Hidup) diantaranya terdapat fungi, bakteri, virus,mikoplasma,
nematoda, dan tumbuhan tingkat tinggi
b. Faktor abiotik (Mati) diantaranya terdapat cuaca, suhu, mineral, senyawa toksik,
dan penyebab lainnya.
Penyebab penyakit biotik (Hidup) diantaranya seperti bakteri, virus dan jamur dapat
menimbulkan penyakit infeksius atau dikenal sebagai penyakit fisiologis. (Sutarman, 2017)
Menurut Sutarman dalam buku Ilmu Penyakit tumbuhan (2017) Terjadinya sebuah
penyakit pada tumbuhan yang dapat menimbulkan berbagai gejala-gejala dengan perubahan
bentuk tumbuhan menjadi tidak sehat salah satunya tanaman menjadi kerdil serta dimana
tanaman mengalami sebuah perubahan fisiologis tanaman yang disebut dengan Disease
Cycle. Bentuk gejala-gejala tumbuhan serta perubahan kehidupaan patogen pada lama
periode dalam satu musim (tanam) dan dari satu musim tanam ke musim tanam berikutnya.
Proses daur penyakit dalam patogenesis meliputi :
1. Inokulasi ialah proses inoculum yang kontak lansgung dengan tumbuhan
inangnya dimana pada saat ini tingkat keberhasilan yang menentukan tahap
awal dari terjadinya sebuah proses tumbuhan terinfeksi penyakit.
2. Penetrasi ialah proses dari masuknya patogen dalam jaringan tanaman inang,
misalnya dapat melalui kutikula, sel epidermis, atau ruang interselula. Proses
yang pertama dimulai dengan perkecambahan spora (jika patogennya adalah
fungi) atau munculnya tabung kecambah yang kemudian berkembang menjadi
struktur yang berperan untuk melekatkan diri ke permukaan inang, kemudian
tumbuh haustorium dimana haustorium ini adalah suatu struktur atau organ
yang berperan khusus dalam pengambilan makan. Penetrasi atau yang disebut
juga dengan proses masuknya patogen dan atau bagian tubuh patogen ke
dalam tubuh tanaman melalui lubang alami atau melalui luka seperti yang
biasa dilakukan oleh bakteri sedangkan untuk virus masuk melalui luka yang
dibuat oleh (serangga) vektornya, sedangkan fungi melakkan penetrasi selain
melalui lubang alami dan luka juga melakukan penetrasi langsung dengan
menggunakan apresorium yang merupakan ujung dari hifa yang runcing.
3. Infeksi ialah proses dimana patogen mengadakan kontak lansgung dengan sel-
sel jaringan tumbuhan yang sakit sehinggga dapat menimbulkan penyakit pada
tanaman tersebut. Untuk terjadinya infeksi maka organisme harus dalam
keadaan patogenik tumbuhan inangnya dan kondisinya sesuai. Interval antara
inveksi pada tumbuhan dan timbulnya gejala penyakit disebut dengan periode
inkubasi
4. Invasi atau fase penyerangan ini dimana untuk fungi sendiri dimulai dengan
tumbuhnya miselium didalam sel-sel di lapisan/jaringan kutikula, epidermis,
atau jaringan lainnya atau dapat juga menyelimuti permukaan sel-sel/jaringan.
Pada saat ini miselium dapat menyebar atau tumbuh berkembang secara
intraselular atau interselular. Bakteri sebagai sel tunggal dan virus sendiri
dapat menyerang secara intraselular atau masing-masing melakukan
pertumbuhan di dalam sel, sedangkan fungi bisa tumbuh dari satu sel
menembus pada sel lainnya
5. Pertumbuhan dan reproduksi ialah patogen yang tumbuh menghasilkan
struktur tubuh yang biasa digunakan untuk kelangsungan hidup jenis ini di
luar sistem patogenisitas atau untuk keperluan tumbuh dan hidup di sistem
patogenisitas yang baru atau pada inang yang baru dan dikenal sebagai
inokulum yaitu seperti: spora, miselium, konidium, sklerotium, klamidospora.
Pemindahan inokulum patogen dari suatu sumber (di bagian inang yang
terserang patogen) ke inang lainnya ini merupah sebuah proses dari diseminasi
atau penyebaran inoculum. Pemencaran inokulum dapat dilakukan melalui 3
cara diantaranya adalah sebagai berikut :
i. Udara.
Dimana aliran udara akan memindahkan atau memencarkan
inoculum
ii. Air.
Dimana air ini dapat dalam bentuk tersebarkan melalui air
hujan dan air irigasi yang bergerak ke permukaan tanah,
pemindahan inokulum melalui percikan air hujan atau
penyemprotan. dan
iii. Pemencaran oleh manusia.

Tabel.1 Contoh Bakteri Patogen Pada Tumbuhan


Gambar 1 : Inokulum Bakteri Xanthomonas Axonopodis
(Sumber : id.scribd.com/document/434971307/Patogen-XANTHOMONAS)

Gambar 2 : Daun Jeruk yang terserang bakteri Xanthomonas Axonopodis mengalami bercak pada
daun.
(Sumber : id.scribd.com/document/434971307/Patogen-XANTHOMONAS)

4. Peranan Bakteri dalam Bidang Pertanian

Peranan Bakteri dalam bidang pertanian dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian


yaitu peranan yang menguntungkan dan peranan yang merugikan khususnya dalam
bidang pertanian.

A. Peranan Bakteri Yang menguntungkan :

1. Bacillus thuringensi Bakteri yang dapat digunakan sebagai pengendali


tanaman kubis, jagung, dan tembakau serta jenis bakteri yang dapat
menguntungkan untuk membuat bibit unggul dari beberapa tanaman
disebut bakteri Nama bakteri Bacillus thuringensi. Bakteri ini
berbentuk batang.
2. Bakteri yang dapat digunakan sebagai pembuatan tanaman transgenic,
meningkatkan nutrisi pada tumbuhan, seperti memperbanyak buah,
ataupun untuk tujuan resistensi tumbuhan terhada hama dan penyakit
adalah bakteri Agrobacterium tumefaciens.
3. Bakteri yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman, dan
meningkatkan nitrogen bebas diudara adalah bakteri Rhizobium
leguminosaru.
4. Jenis bakteri yang dapat digunakan untuk memfiksasi nitrogen yang
dapat berguna sebagai penyubur tanaman adalah Azotobacter.
5. Bakteri yang dapat berguna untuk menyuburkan tanaman ialah Bakteri
Nitrosococcus, Notrosomonas, dan Nitrobacter

B. Peranan Bakteri Yang Merugikan :

Pada tumbuhan terdapat ada berbagai macam bakteri patogen yang dapat
menyebabkan tanaman tersebut terinfeksi penyakit diantara lain yaitu Ralstonia
solanacearu (penyebab layu pada tanaman tomat), Erwinia carotovora (penyebab
busuk-busuk lunak pada anggrek), dan Xanthomonas oryzae pv. oryzae (penyebab
penyakit hawar daun pada padi).

Daftar Pustaka

Agrios, G. N. 1997. Ilmu Penyakit Tumbuhan.(Terjemahan) Edisi Ketiga. UGMPress,


Yogyakarta.
Belajaripa.net/peranan-bakteri.juni 2023
Darmadi. (2008). Infeksi Nosokomial Problemmatika dan Pengendaliannya. Jakarta :
Salemba Medika.
Heimpel, A. M., Angus, T. A., & Agriculture, C. (1960). Bacetrial insecticides. In
Bacteriology reviews (Issue 17, pp. 266–288). Herlinda

Nasahi, C. 2010. Peran Mikroba dalam Pertanian Organik. Fakultas Pertanian. Universitas
Padjadjaran. Bandung.
Radji, M., 2011, Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran, 14,
35, 107, 194, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sri Wiyatiningsih, Mulono Apriyanto, et.al. 2017. Mikrobiologi Pertanian. Nuta Media.
Yogyakarta

Sutarman (2017) Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tanaman. Umsida Press. Sidoarjo


Tipspetani.com/fungsi-dan-manfaat-bakteri-rhizobium-sp-bidang-pertanian.juni 2023
Waluyo, Lud. 2007. Mikrobiologi Umum. UMM. Malang.

Biodata Singkat
Nur Khoirotin, S.P lahir di Maumere pada tanggal 06 Oktober 1997.
Penulis menyelesaikan pendidikan sarjana pada Program Studi
Agroteknologi, Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas
Muhammadiyah Malang (UMM) tahun 2015. Penulis Sebelumnya
aktif menjadi asisten praktikum mikrobiologi pertanian organik ,
bioteknologi dan kultur jaringan selama berkuliah di UMM (2017-2019). Pernah bekerja sebagai Guru
Biologi di SMA. Muhammadiyah Maumere (2019-2020) dan sekarang aktif bekerja sebagai laboran
di Lab. IPA Terpadu Kampus IKIP Muhammadiyah Maumere.

Anda mungkin juga menyukai