PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Tujuan acara praktikum kali ini adalah untuk mengetahui berbagai penyebab
dan gejala penyakit pada tumbuhan.
II. TELAAH PUSTAKA
A. Materi
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah mikroskop, kamera buku
identifikasi dan alat tulis.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah delapan preparat
awetan mikroorganisme patogen pada tumbuhan yaitu Ustilago zeae,
Plasmodiosphora brassicae, Pycirularia sp, Phytophora infestans, Fusarium sp,
Puccinia arachidis, dan Puccinia graminis
B. Metode
Preparat Awetan
Diamati dimikroskop
Digambar
B. Pembahasan
Penyakit dapat dikenali dengan mata telanjang hanya dari gejalanya. Penyakit
tumbuhan yang belum ada campur tangan manusia merupakan hasil interaksi antara
patogen, inang dan lingkungan. Konsep ini disebut dengan segitiga penyakit atau
plant disease triangle, sedangkan penyakit tanaman yang terjadi setelah campur
tangan manusia adalah interaksi antara patogen, inang, lingkungan dan manusia.
Konsep ini disebut dengan segi empat penyakit atau plant disease square (Triharso,
1996).
Menurut Purnomo (2006), organisme yang dapat menyebabkan suatu
penyakit tanaman disebut patogen tanaman. Patogen tanaman meliputi organisme-
organisme sebagai berikut :
1. Jamur, ada yang menyebut cendawan atau fungi. Jamur merupakan
mikroorganisme yang inti selnya bermembran (eukariotik), tidak mempunyai
klorofil, berkembang biak secara seksual dan atau aseksual dengan membentuk
spora, tubuh vegetatif (somatik) berupa sel tunggal atau berupa benang-benang
halus (hifa, miselium) yang biasanya bercabang-cabang, dinding selnya terdiri
dari sellulosa dan atau khitin bersama-sama dengan molekul-molekul organik
kompleks lainnya. Penyakit rebah semai yang disebabkan oleh jamur patogen
Sclerotium rolfsii merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman kedelai
(Abidin et al., 2015).
2. Bakteri. Bakteri merupakan mikroorganisme prokariotik bersel tunggal. Ada
kurang lebih 200 jenis bakteri yang dapat menyebabkan penyakit tanaman.
Contoh spesiesnya adalah Erwinia carotafora yang menyebabkan busuk basah
pada wortel.
3. Virus merupakan kesatuan ultramikroskopik yang hanya mengandung satu atau
dua bentuk asam nukleat yang dibungkus oleh senyawa protein kompleks. Asam
nukleat dan protein disintesis oleh sel inang yang sesuai dengan memanfaatkan
mekanisme sintesis dari sel-sel inang untuk menghasilkan substansi viral (asam
nukleat dan protein).
4. Mikoplasma dan MLO (mycoplasma like organism). Mikoplasma juga merupakan
mikroorganisme prokariotik seperti bakteri yang organel-organelnya tidak
bermembran. Informasi genetiknya berupa rantai DNA yang berbentuk cincin dan
terdapat bebas dalam sitoplasma. Mikoplasma tidak mempunyai dinding sel dan
hanya diikat oleh unit membran berupa triple-layered, mempunyai sitoplasma,
ribosom, dan substansi inti yang tersebar dalam sitoplasma. Mikoplasma dapat
berbentuk ovoid sampai filamen (benang) dan kadang-kadang berbentuk
menyerupai hifa bercabang-cabang dan biasanya dijumpai di dalam jaringan di
luar sel-sel inang. Mycoplasma like organism (MLO) tanaman biasanya terdapat
dalam cairan floem. Berbeda dengan mikoplasma, MLO dapat tumbuh pada
sitoplasma sel-sel parenkim floem. MLO sering dijumpai membentuk koloni.
5. Tumbuhan tingkat tinggi parasittik. Lebih dari 2500 jenis tumbuhan tingkat tinggi
dikenal hidup secara parasitik pada tanaman lain. Tumbuhan parasitik biasanya
mampu menghasilkan biji dan bunga yang mirip dengan biji dan bunga yang
dihasilkan tanaman inangnya.
6. Nematoda. Aktivitas nematoda dalam tubuh tanaman berpengaruh secara
kontinyu terhadap fisiologi inang. Oleh karena itu, nematoda merupakan satu-
satunya kelompok hewan yang dikategorikan ke dalam patogen. Nematoda
berbentuk cacing tetapi dalam taksonomi bukan merupakan cacing (Vermes).
Contoh nematoda patogen adalah Meloidogyne sp., yang menyebabkan bengkak
akar pada tanaman.
Praktikum kali ini menggunakan preparat awetan jamur patogen tumbuhan,
meliputi Ustilago zeae, Fusarium sp., Plasmodiophora brassicae, Phytophthora
infestans, Puccinia graminis, Puccinia arachidis, dan Pyricularia sp. Adapun
deskripsi dari masing-masing spesies tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ustilago zeae
Klasifikasi Ustilago zeae menurut Semangun (1989) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Classis : Ustilaginomycetes
Ordo : Ustilaginales
Familia : Ustilaginaceae
Genus : Ustilago
Spesies : Ustilago zeae
Ustilago zeae merupakan jamur yang tergolong patogen terhadap tanaman.
Patogen ini menyebabkan penyakit gosong (smut) pada biji jagung yang ditandai
dengan timbulnya spora yang lama kelamaan menjadi berwarna kehitaman. Menurut
Warisno (1998), penyakit gosong bengkak (corn smut) disebabkan oleh cendawan
Ustilago zeae. Penyakit ini seringkali menyerang tongkol jagung. Cendawan masuk
ke dalam biji ditandai dengan pembengkakan dan timbulnya kelenjar (gall). Karena
pembengkakan tersebut, klobot jagung terdesak keluar dan rusak. Pembengkakan ini
dapat menyebabkan kelenjar pecah dan spora menyebar kemana-mana.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan menanam varietas resisten,
mengumpulkan dan membakar bahan tanaman yang terserang serta perlakuan benih
dengan baik dengan fungisida, tetapi prosedur ini tidak efektif jika tanah yang
ditanami mengandung spora jamur tersebut. Beberapa komponen pengendalian
penyakit gosong yang dapat digunakan adalah varietas tahan, pestisida, rotasi
tanaman, dan perlakuan benih (Tjahjadi, 1989).
2. Fusarium sp.
Klasifikasi Fusarium sp. menurut Alexopoulos et al (1979), yaitu:
Kingdom : Mycetaceae
Divisio : Ascomycota
Kelas : Sordariomycetes
Ordo : Hypocreales
Famili : Nectriaceae
Genus : Fusarium
Spesies : Fusarium sp.
Genus Fusarium merupakan salah satu patogen tular tanah yang banyak
dijumpai dan tersebar luas, dan diketahui sebagai penyebab masalah pada tanaman
yang disebabkan oleh keragaman sistem pertanaman, jenis tanah, bahan organic,
pengolahan tanah, kesuburan tanah, dan keragaman lingkungan. Keragaman spesies
Fusarium, antara lain dipengaruhi oleh peningkatan suhu tanah. Genus Fusarium
yang menyebabkan penyakit busuk kering kentang yaitu F. solani, F. coeruleum, F.
sulphureum, dan F. oxysporum (Soesanto et al., 2011).
Jamur Fusarium sp. merupakan jamur yang tersebar luas baik pada tanaman
maupun dalam tanah. Beberapa spsesies dari jamur ini dapat memproduksi
mycotoxin dalam biji-bijian yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia maupun
hewan jika memasuki rantai makanan. Toksin utama yang dihasilkan oleh jamur ini
adalah fumonisin dan trichothecenes. Jamur ini juga dapat menyebabkan penyakit
pada tanaman, yang disebut dengan penyakit layu fusarium. Peyakit layu fusarium
adalah penyakit sistemik yang menyerang tanaman mulai dari perakaran sampai titik
tumbuh (Sunarmi, 2010).
Penyakit layu fusarium ini ditandai dengan daun menguning, daun terpelintir,
dan pangkal batang membusuk. Asam fusarat yang dihasilkan oleh Fusarium sp.
merupakan racun yang larut dalam air. Toksin ini menggangu permeabilitas
membran dan akhirnya mempengaruhi aliran air pada tanaman. Adanya hambatan
pergerakan air dalam tubuh tanaman menyebabkan terjadinya layu patologis yang
tidak bisa balik (irreversibel) yang berakibat kematian tanaman, seperti kasus-kasus
penyakit layu pada cabai, kentang dan tomat (Sunarmi, 2010).
3. Plasmodiophora brassicae
Klasifikasi Plasmodiophora brassicae menurut Semangun (1989) adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Filum : Myxomicota
Classis : Myxomicetes
Ordo : Plasmodiophorales
Familia : Plasmodiophoraceae
Genus : Plasmodiophora
Spesies : Plasmodiophora brassicae
Jamur ini menyebabkan penyakit akar pekuk kubis-kubisan. Penyakit pada
suatu sistem perakaran dengan gejala akar-akarnya menjadi membesar dan menyatu
seperti gada sehingga disebut akar gada atau setiap akar membentuk seperti jari kaki
sehingga disebut juga penyakit jari kaki. Tanaman yang diserang akan menjadi kerdil
dan warna daun menjadi abu-abu. Akar yang pernah terinfeksi jika terkena infeksi
sekunder bisa menjadi busuk (Pracaya, 1995).
Sampai saat ini penyakit akar gada masih sulit diatasi karena tingginya daya tahan
spora rehat P. brassicae di dalam tanah. Spora-spora rehat yang terlepas dari serpihan-
serpihan akar yang terinfeksi menyebabkan peningkatan inokulum pada areal yang ditanami
secara berulang-ulang dengan kelompok Brassica spp. P. brassicae merupakan endoparasit
obligat dan hanya dapat berkembang pada inang yang terbatas. Jika tanah telah terinfestasi P.
brassicae maka patogen tersebut akan terus menjadi faktor pembatas pada tanaman famili
Brassicaceae, karena daya tahannya yang tinggi terhadap perubahan lingkungan dan
pestisida dalam tanah. Sifatnya yang endoparasit obligat ini sering menimbulkan kesulitan
dalam mempelajari segi-segi ekologi patogen sehingga beberapa informasi tentang patogen
ini belum terpecahkan (Asniah et al., 2013).
4. Phytophthora infestans
Klasifikasi Phytophthora infestans menurut Sunarmi (2010) yaitu.
Kingdom : Fungi
Divisi : Eumycota
Classis : Oomycetes
Ordo : Peronosporales
Familia : Pythiaceae
Genus : Phytophthora
Spesies : Phytophthora infestans
P. infestans bersifat hemibiotrofik dan patogen umumnya bertahan antara musim
panen pada umbi kentang. P. infestans menyebar secara aseksual melalui sporangia,
yang terdispersi oleh air atau angin, sehingga berpotensi menyebar lebih jauh
(Brurberg et al., 2011). Phytophtora infestans memiliki ciri-ciri yaitu miseliumnya
yang tidak bersekat-sekat. Warna miseliumnya putih, jika tua mungkin agak coklat
kekuning-kuningan, kebanyakan sporangium berwarna kehitam-hitaman. Hifanya
berkembang sempurna. Cendawan ini memiliki sporangium yang berbentuk bulat
telurdan mampu memproduksi spora aseksual yang disebut sporangia. Penyakit
hawar daun yang disebabkan oleh jamur Phytophthora infestans ini menjadi salah
satu penyakit penting pada tanaman kentang di Indonesia. Penyakit hawar daun
sangat merusak dan sangat sulit dikendalikan karena Phytophthora infestans
merupakan jamur patogen yang memiliki patogenitas yang beragam (Sunarmi, 2010).
Phytophthora infestan penyebab penyakit hawar pada daun kentang,
menyebabkan daun-daun yang terinfeksi memiliki bercak-bercak nekrotik pada tepi
dan ujungnya. Jamur ini memiliki ciri-ciri miseliumnya interseluler, tidak bersekat,
mempunyai haustorium, konidiofor keluar dari mulut kulit, percabangan simpodial.
Pemyakit ini dapat dikendalikan dengan beberapa cara diantaranya hanya menanam
bibit yang sehat, menanam varietas yang tahan terhadap serangan Phytophthora
infestan (Semangun,1996)
5. Puccinia graminis
Klasifikasi Puccinia graminis menurut Semangun (1989) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Classis : Pucciniomycetes
Ordo : Pucciniales
Familia : Pucciniaceae
Genus : Puccinia
Spesies : Puccinia graminis
Puccinia graminis merupakan jamur yang tergolong patogen terhadap
tanaman. Patogen ini menyebabkan penyakit karat daun pada tanaman serealia..
Puccinia graminis mempunyai beberapa fase dalam pertumbuhannya yaitu fase (0)
atau piknia, fase (I) atau aecia, fase (II) atau uredia dan fase (III) atau telia. Piknia
berbentuk botol atau cakra, badan buah ini sebagai pembawa alat kelamin jamur
yaitu spermatium atau alat kelamin jantan dan hifa atau alat kelamin betina. Aecia
berbentuk seperti mangkuk atau cawan yang menembus dinding epidermis daun.
Uredia merupakan badan buah yang sel-selnya membentuk urediospora di bawah
epidermis yang kemudian mendesak epidermis hingga rusak. Telia adalah
sekelompok sel berinti dua yang membentuk teliospora (Semangun, 2001).
Menurut Zuroaidah (2012), cendawan karat batang, karat hitam atau karat
sereal disebabkan oleh cendawan Puccinia graminis dan merupakan penyakit yang
signifikan efektif menyerang tanaman sereal.Karat merupakan salah satu penyakit
tanaman yang paling merusak dengan beberapa parasit yang khusus menyerang
tanaman inang tertentu. Beberapa bentuk khusus dari karat (disebut ras) menyerang
varietas tertentu dalam spesies tanaman. Contohnya ras Puccinia graminis yang
hanya menyerang gandum sementara ras lain dari P. graminis hanya menyerang
barley (Zuroaidah, 2012).
6. Puccinia arachidis
Klasifikasi Puccinia arachidis menurut Semangun (1989) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Classis : Pucciniomycetes
Ordo : Pucciniales
Familia : Pucciniaceae
Genus : Puccinia
Spesies : Puccinia arachidis
Puccinia arachidis merupakan jamur yang tergolong patogen terhadap
tanaman. Patogen ini menyebabkan penyakit karat daun pada tanaman kacang-
kacangan yang disertai dengan mencokelatnya warna daun. Menurut Pitojo (2005),
penyakit karat daun disebabkan oleh cendawan Puccinia arachidis. Cendawan
tersebut dapat menyerang tanaman kacang tanah sejak saat berbunga hingga tanaman
tersebut tua. Gejala serangan awal berupa bintik-bintik kuning pada permukaan
bawah daun-daun tua, semakin lama warna bintik menjadi cokelat tua dan akan
keluar spora berupa tepung halus. Spora ini dapat disebarkan melalui angin. Daun
yang terserang karat akan mengering dan rontok sebelum waktunya. Serangan karat
banyak terjadi pada musim hujan. Jamur ini menyebabkan penyakit karat pada daun
kacang-kacangan. Gejala yang ditimbulkan adalah pada daun yang terserang akan
muncul bintil-bintil yang berwarna kuning kemerahan seperti warna karat pada besi.
Tanaman yang terserang berat akan mati dan terserang ringan hanya akan
menurunkan produksi hingga 30-50% (Martoredjo, 1989).
7. Pyricularia sp.
Klasifikasi Pyricularia sp. menurut Dwidjoseputro (1975) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Fungi
Divisi : Mycota
Subdivisi : Eumycotina
Classis : Deuteromycetes
Subclassis : Sordariomycetidae
Ordo : Moniliales
Familia : Moniliaceae
Genus : Pyricularia
Spesies : Pyricularia sp.
Jamur ini menyebabkan penyakit bercak daun pada daun jagung. Gejala dapat
ditunjukkan dari bercak coklat tua mengering. Bercak daun mempunyai tepi yang
jelas, bergelang, berwarna coklat muda kekuningan, agak basah, lalu mengering
menjadi berwarna coklat keputihan dan berbintik hitam. Serangan parah penyakit ini
menyebabkan kerobohan tanaman. Inang utama Pyricularia sp yaitu padi dengan
inang alternatif adalah rerumputan (Digitaria cilaris, Echinochloa colona) serta
dapat juga memanfaatkan jagung untuk mempertahankan hidupnya. Miselia patogen
tersebut dapat bertahan selama setahun pada jerami sisa-sisa panen. Spora yang
berasal dari tanaman terinfeksi atau yang disebarkan angin ditemukan sekitar 2 km
dari sumber inokolum awal, masih dapat menginfeksi pada tanaman sehat
(Semangun, 2001).
DAFTAR REFERENSI
Abidin, Z., Aini, Q., Abadi, A, L. 2015. Pengaruh Bakteri Bacillus sp. dan
Pseudomonas sp. Terhadap Pertumbuhan Jamur Patogen Sclerotium rolfsii
Sacc. Penyebab Penyakit Rebah Semai Pada Tanaman Kedelai. Jurnal HPT,
3(1): 1-10.
Agrios, G. N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Agrios, G. N. 2005. Plant Pathology. 5 th ed. California: Academic Press.
Semangun, H. 1996. Ilmu Penykit Tumbuhan. Yogyakarta: UGM press.
Alexopoulos, C.J. dan Mimms, C.W. 1979. Introductory Mycology. John Wiley &.
Sons. New York.
Asniah., Widodo., & Wiyono, S. 2013. Potensi Cendawan Asal Tanah Perakaran
Bambu sebagai Endofit dan Agen Biokontrol Penyakit Akar Gada pada Tanaman
Brokoli. Jurnal HPT Tropika, 13(1): 61-68.
Brown, J.F., dan Ogle, H.J., 1997. Plant Pathogens and Plant Diseases. Australia:
Rockvale Publications.
Brurberg, M. B., Elameen, A., Le, V. H., Naerstad, R., Lehtinen, A., Hannukkala, A.,
Nielsen, B., Hansen, J., Andersson, B & Yuen, J. 2011. Genetic Analysis of
Phytophthora infestans Populations in the Nordic European Countries
Reveals High Genetic Variability, British Mycological Society Promoting
Fungan Science, 115(1): 335-342.
Dwidjoseputro, D. 1975. Pengantar Mikologi. Malang: Alumni.
Martoredjo, T. 1989. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan Bagian Dari Perlindungan
Tanaman. Yogyakarta : Andi Offset.
Pitojo, S. 2005. Benih Kacang Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
Pracaya. 2010. Hama dana Penyakit Tanaman Edisi Revisi. Depok: PT. Penebar
Swadaya.
Pracaya. 1995. Hama dan Penyakit Tumbuhan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Purnomo, B. 2006. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Penggolongan Penyakit
dan Patogen Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sastrahidayat, I. R. 1990. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penerbit Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya: Surabaya.
Semangun, H. 1989. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Semangun, H. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah
Mada Unversity Press.
Soesanto, L., Mugiastuti, E., dan Rahayuniati, R. F. 2011. Inventarisasi dan
Identifikasi Patogen Tular Tanah pada Pertanaman Kering di Kabupaten
Purbalingga. J. Hort 21(3): 254-264.
Sunarmi, N. 2010. Isolasi dan Identifikasi Jamur Endofit dari Akar Tanaman
Kentang sebagai Anti Jamur (Fusarium sp., Phytophthora infestans) dan
Anti Bakteri (Ralstonia solanacaerum). Malang : Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Negeri Malang Maulana Malik Ibrahim.
Tjahjadi, N. 1995. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius, Yogyakakarta.
Triharso. 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Warisno. 1998. Jagung Hibrida Seri Budidaya. Yogyakarta: Kanisius.
Yunasfi. 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit dan
Penyakit yang Disebabkan Oleh Jamur. Medan: Fakultas Pertanian Jurusan
Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara.
Zuroaidah. 2012. Penyakit Karat Daun (Puccinia spp.). Cilegon: Balai Karantina
Pertanian kelas II.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Sebaiknya preparat yang digunakan lebih baik lagi sehingga mudah diamati
dan tidak hanya patogen dari jamur saja, tetapi mewakili patogen yang lain juga.
Selain itu, hendaknya asisten lebih tegas lagi dalam proses praktikum agar praktikum
berjalan lebih tertib.
PENGENALAN PENYEBAB DAN GEJALA PENYAKIT
TUMBUHAN