Anda di halaman 1dari 9

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelas Aves adalah kelas hewan vertebrata yang berdarah panas dengan
memiliki bulu dan sayap. Tulang dada tumbuh membesar dan memipih, anggota
gerak belakang beradaptasi untuk berjalan, berenang dan bertengger. Mulut
sudah termodifikasi menjadi paruh, punya kantong hawa, jantung terdiri dari
empat ruang, rahang bawah tidak mempunyai gigi karena gigi-giginya telah
menghilang yang digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk dan berkembang
biak dengan bertelur. Kelas ini dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber
makanan, hewan ternak, hobi dalam peliharaan. Dalam bidang industri
bulunya dapat dimanfaatkan contohnya baju, hiasan dinding, dan lainnya
(Mukayat, 1990).
Burung merpati (Columba domestica) merupakan salah satu unggas yang
dekat dengan manusia, selain dipelihara untuk kesenangan, burung merpati juga
dikonsumsi. Populasi merpati hingga kini sulit dihitung dan jenisnya bermacam-
macam (Sahara et al., 2013)
Tubuh burung merpati (Columba domestica) terbagi atas caput, cervix,
truncus dan cauda. Caputnya relatif kecil, terdapat paruh yang dibentuk oleh
maksilla dan mandibula, nares terletak pada bagian lateral paruh bagian atas.
Selain itu, aves mempunyai kaki yang dapat digunakan untuk berjalan,
bertengger maupun berenang (dengan selaput interdigital), tidak bergigi dan
mempunyai paruh yang berbeda-beda sesuai jenis makanannya (Storer, 1957).
Columba domestica diambil sebagai bahan praktikum karena mempunyai
tubuh yang relatif besar. Karena tubuh yang relatif besar, burung merpati
menjadi mudah diamati. Disamping itu, juga mempunyai organ-organ yang
lengkap untuk mewakili kelas aves.
B. Tujuan

Mengetahui morfologi dan anatomi burung merpati (Columba domestica).


II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat alat yang digunakan adalah bak preparat, gunting bedah dan pinset.
Bahan yang digunakan adalah burung merpati (Columba domestica) yang sudah
dibius dengan kloroform.
B. Metode

1. Burung dibius menggunakan kloroform, kemudian diletakkan pada bak


preparat.
2. Pangkal paruh dibuka selebar-lebarnya, hingga terlihat bagian-bagian dari
cavum oris.
3. Bulu-bulu pada bagian dada dibasahi terlebih dahulu dengan air kemudian
dicabuti.
4. Kulit yang membalut daerah dada, tembolok dan leher dilepas.
5. Pembedahan dilakukan pada bagian origo otot, yaitu bagian carina sterni,
pembedahan dilakukan dengan hati-hati Karen akan mengenai musculus
pectoralis minor yang terletak di bawahnya.
6. Musculus pectoralis mayor dibuka, kemudian pembedahan perut dimulai dari
depan kloaka menuju ke depan yaitu pada daerah kanan dan kiri basis sterni
dengan memotong rusuk-rusuk sampai ke tulang fruktula. Hati-hati dalam
pembedahan pada daerah perut, dada dan leher karena terdapat kantung-
kantung udara.
7. Organ dalam merpati diamati mulai dari organ pencernaan hingga
genitalianya.
B. Pembahasan

Menurut Radiopoetra (1996), Jika dilihat secara keseluruhan bagian eksternal


dari burung merpati memiliki tubuh yang terdiri atas caput (kepala), cervix ( leher),
truncus (badan), cauda (ekor) dan extrimitas (alat gerak). Selain itu, Columba
livia memiliki bulu-bulu dengan bagian-bagiannya.pada bagian caput Columba livia ini
memiliki paruh yang tidak bergigi yang dibentuk oleh maxilla dan mandibula. Selain itu
juga terdapat nares (lubang hidung), cera, organon visus, dan porus acusticus externus.
Nares terdapat pada bagian lateral rostrum bagian atas. Cera merupakan tonjolan kulit
yang lemah pada basis rostrum bagian atas. Organon visus dikelilingi oleh kulit yang
berwarna kuning kemerah-merahan, selain itu terdiri dari pupil dan membrane nicyitan
yang terdapat pada sudut medial mata. Porus acusticus externus terletak disebelah dosa-
caudal mata dan membran tympani terdapat di sebelah dalamnya berguna untuk
menangkap getaran suara.
Tubuh merpati (Columba domestica) dibedakan atas caput, cervix, truncus dan
cauda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Djuhanda (1982) yang menyatakan bahwa
badan merpati (Columba domestica) terbagi atas caput, cervix, truncus dan cauda.
Bagian kepala terdiri atas paruh, merupakan struktur yang dibangun dari zat tanduk,
mata (palpebra superior dan palpebra inferior), membrane niktitans, lubang telinga luar
dan nares externa yang terdapat suatu penebalan kulit yang disebut cerome yang dapat
membuka dan menutup lubang hidung. Anggota kulit yang disebut cerome yang dapat
membuka dan menutup lubang hidung. Anggota badan (extrimitas) yang seluruhnya
tertutup bulu kecuali pada paruh dan kakinya.
Diantara berbagai struktur integument vertebrata, bulu memiliki struktur yang
paling kompleks. Bulu memiliki keunikan pada percabangannya yang kompleks dan
variasi pada ukuran, bentuk, warna dan teksturnya yang mengesankan. Selain itu, bulu
menjadi penciri anatomi burung. Bobot bulu dapat mencapai 4,9% dari total bobot
tubuh. Berbagai variasi pada bulu tergantung usia, species, dan jenis kelamin aves
(Widya et al., 2013)
Berdasarkan letaknya bulu terbagi menjadi 3 macam yaitu remiges, tetrices,
retrices. Remiges berupa bulu besar yang terdapat pada sayap, bentuknya simetris,
digunakan untuk terbang. Tectrises berupa bulu-bulu kecil yang menutupi tubuh burung.
Rectrises adalah bulu-bulu ekor, bentuknya simetris, digunakan sebagai kemudi saat
terbang. Berdasarkan strukturnya, bulun terbagi menjadi 3 macam, yaitu : plumae,
plumulae dan filoplumae. Plumae terdiri dari calamus, rachis, rami, radii dan radioli.
Filoplumae hanya terdiri calamus dan rami saja. Plumulae merupakan bulu yang lebih
kecil dari plumae, mempunyai calamus yang pendek, vexillumnya tidak kukuh karena
tidak ada radioli. Filoplumae disebut juga bulu rambut karena bentuknya seperti rambut
yang hanya dibangun oleh calamus dan rami. Keseluruhannya membentuk bendera bulu
atau vexillum. Plumulae merupakan bulu yang sangat halus (Djuhanda, 1982).
Sistem sirkulasi pada burung merupakan sistem peredaran tertutup. Darah yang
dipompa oleh jantung dialirkan ke seluruh tubuh dan kembali ke jantung melalui
pembuluh darah. Jantung merpati terdiri dari 4 ruangan yaitu 2 atrium dan 2 ventrikel.
Jantung terrsebut mempunyai warna merah hati pekat. Jantung mempunyai empat ruang
dengan sekat yang sempurna antara belahan jantung kiri dan kanan. Atrium dextra
menerima darah yang sudah dipakai oleh tubuh bagian atas maupun bagian bawah.
Melalui klep, darah dari atrium dextra dialirkan ke dalam ventrikulum dextra dan
selanjutnya dipompakan ke paru-paru. Darah dioksider (mengandung oksigen) yang
berasal dari paru-paru masuk ke dalam atrium sinistra, dari atrium sinistra darah menuju
ventriculum sinistra melalui klep. Selanjutnya darah dipompakan ke seluruh tubuh
melalui aorta (Soemiadji, 1986).
Alat ekskresi berupa ren yang relatif besar, bewarna merah coklat, tertutup oleh
peritonium (retroperitonial). Tiap-tiap ren terbagi atas 4 lobi. Dari dataran ren adalah
ventral keluar ureter yang sempit menuju ke cauda dan berakhir pada cloaca. Daeah
yang berasal dari arteri renalis akan disaring secara filtratis. Zat-zat yang tidak berguna
dalam darah terutama berupa ureum akan dibuang dalam proses filtrasi ini (Jasin, 1992).
Sistem pencernaan pada burung merpati terdiri dari mulut, oesophagus, lambung,
usus halus, usus besar dan berakhir di cloaca. Kelenjar pencernaan burung merpati
diantaranya adalah pancreas dan hati. Burung merpati tidak memiliki vesica felea,
karena burung merpati merupakan hewan pemakan biji-bijian yang tidak mengandung
banyak lemak sehingga tidak memiliki vesica felea yang berfungsi untuk mengemulsi
lemak. Organ-organ pencernaan pada burung terbagi atas saluran pencernaan dan
kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan pada burung terdiri dari paruh dan merupakan
modifikasi dari gigi, rongga mulut, pharink yang berupa saluran pendek, oesophagus
yang dibagian tengahnya pada pangkal leher melebar menjadi tembolok yang
merupakan tempat penyimpanan sementara lalu menuju lambung. Lambung terbagi
menjadi dua, lambung kelenjar dan lambung otot. Pencernaan berlanjut ke usus halus
yang terdiri dari duodenum, jejunum, illeum lalu menuju usus besar dan bermuara pada
kloaka. Duodenum berbentuk seperti huruf U dan dibagian proksimal dan distalnya
terdapat pancreas, ductus cysticus bermuara ke duodenum bagian distal yang membawa
empedu dari hati langsung ke sistem saluran pencernaan. Jejunum dan illeum yaitu usus
halus sesudah duodenum, usus bagian-bagiannya tidak nyata, rectum adalah usus kasar
yang bermuara di kloaka (Walter & Sayles, 1959)
Sistem pernapasan pada hewan menyusui dan burung bekerja dengan cara yang
sepenuhnya berbeda, terutama karena burung membutuhkan oksigen dalam jumlah yang
jauh lebih besar dibandingkan yang dibutuhkan hewan menyusui. Pada burung merpati
aliran udara hanya satu arah. Udara baru datang pada ujung yang satu, dan udara yang
telah digunakan keluar melalui lubang lainnya. Hal ini memberikan persediaan oksigen
yang terus-menerus bagi burung, yang memenuhi kebutuhannya akan tingkat energi
yang tinggi. Michael Denton, seorang ahli biokimia Australia serta kritikus Darwinisme
yang terkenal menjelaskan paru-paru unggas sebagai berikut: Dalam hal burung,
bronkhus (cabang batang tenggorokan yang menuju paru-paru) utama terbelah menjadi
tabung-tabung yang sangat kecil yang tersebar pada jaringan paru-paru. Bagian yang
disebut parabronkhus ini akhirnya bergabung kembali, membentuk sebuah sistem
peredaran sesungguhnya sehingga udara mengalir dalam satu arah melalui paru-paru.
Meskipun kantung-kantung udara juga terbentuk pada kelompok reptil tertentu, bentuk
paru-paru burung dan keseluruhan fungsi sistem pernapasannya sangat berbeda. Tidak
ada paru-paru pada jenis hewan bertulang belakang lain yang dikenal, yang mendekati
sistem pada unggas dalam hal apa pun. Bahkan, sistem ini mirip hingga seluk-beluk
khususnya pada semua burung. Aves bernafas dengan paru-paru yang berhubungan
dengan kantong udara (sakus pneumatikus) yang menyebar sampai ke leher, perut dan
sayap. Kantong udara terdapat pada pangkal leher, ruang dada bagian depan, antar
tulang selangka, ruang dada bagian belakang dan rongga perut (Jasin, 1989).
Sistem regulasi aves sama seperti sistem regulasi vertebrata lainnya yaitu sistem
saraf, endokrin dan indra. Indra perasa terdapat kuncup-kuncup perasa pada lidah dan
atap rongga mulut. Indra ini memungkinkan aves memilih makanannya. Kemampuan
memilih makanan ini dibantu oleh reseptor tekanan pada paruh dan lidah. Organon visus
relatid besar dan tajam dalam kemampuan observasi. Indra pendengar berupa telinga
yang terbagi atas tiga rongga yakni rongga luar, tengah, dan dalam. Kelenjar endokrin
terdiri atas: glandulae pituitaria atau hypophysa sebagai the master of glands, terletak
pada dasa otak ujung infundibulum yaitu glandula thvroidea yang terletak di bawah vena
jugularis dekat asal cabang arteri subclavia dan arteri carotis (Jasin, 1992).
Pergerakan tubuh burung merpati terutama digerakan oleh kaki dan sayap, juga
dibantu oleh bagian ekor. Pars vertebralis terdapat suatu tonjolan cauda dorsal yang
berguna untuk memperkuat dinding dada yang disebut procesus. Sistem otot pada
tubuh burung merpati pada dasarnya kaku, otot semata-mata tersusun atas otot kepala,
otot leher dan otot anggota badan. Mesin untuk terbang merupakan otot yang besar yang
terdapat di daerah dada. Muscullus coraco branchialis adalah otot penggerak sayapnya
(Moment,1967).
Pada sistem reproduksinya, hewan jantan memiliki sepasang testis yang bulat,
berwarna putih, melekat disebelah anterior dari ren dengan suatu alat penggantung.
Testis sebelah kanan lebih kecil daripada yang kiri. Dari masing-masing testis terjulur
saluran vasa deferrens sejajar dengan ureter yang berasal dari ren. Pada sebagian besar
aves memiliki vesicular seminalis yang merupakan gelembung kecil bersifat kelenjar
sebagai tempat menampung sementara sperma sebelum dituangkan melalui papil yang
terletak pada kloaka. Di dalam cloaca pada beberapa species memiliki penis sebagai alat
untuk menuangkan sperma ke kloaka hewan betina. Pada hewan betina terdapat
sepasang ovari, hanya yang dextrum mengalami otrophis (mengecil dan tidak bekerja
lagi). Dari ovari menjulur oviduct panjang berkelok-kelok, berlubang pada bagian
cranial dengan suatu bentuk corong. Lubang oviduct itu disebut ostium opdominalis.
Dinding oviduct selanjutnya tersusun atas muskulus dan epithelium yang bersifat
glandulair, yang memberi sekresi yang kelak membungkus telur, yaqkni albumen
sebagai putih telur, membran tipis disebelah luar albumen dan cangkok yang berbahan
zat kapur yang dibuat oleh kelenjar di sebelah caudal. Uterus yang sebenarnya belum
ada (Jasin, 1989).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Burung merpati (Columba domestica) merupakan kelas aves yang tubuhnya


terbagi atas caput, cervix, truncus dan cauda.
2. Bulu pada merpati (Columba domestica) berdasarkan letaknya dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu remiges, rectrises dan tectrises.
3. Sistem pencernaan pada merpati (Columba domestica) terdiri dari
oesophagus, lambung, pylorus, duodenum, jejunum, illeum, rectum dan
cloaca.
4. Sistem ekskresi pada burung merpati (Columba domestica) adalah ginjal.
Ginjal pada semua vertebrata terdiri atas unit-unit yang disebut tubulus ginjal
atau nefron yang ujungnya buntu dan menerima filtrat dari darah.
5. Sistem urogenitalia pada (Columba domestica) jantan terdiri dari testis,
ductus deferens yang berfungsi menyalurkan sperma ke kloaka. Sedangkan
pada betinanya terdiri dari ovarium, osteum tuba dan oviduk.
B. Saran

Sebaiknya menggunakan sarung tangan dan masker saat membedah


supaya lebih higienis. Serta memperbanyak objek yang akan diamati sehingga
tidak perlu bergantian dalam mengamatinya.
DAFTAR REFERENSI

Djuhanda, T. 1982. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata. Bandung: Amrico.


Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Invertebrata . Surabaya: Sinar
Wijaya.
Moment, G. B. 1967. General Zoology. Boston: Bentley Glass.
Mukayat, D. 1990. Zoologi Vertebrata. Jakarta: Erlangga.
Radiopoetro. 1996. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Sahara, Ana., Prastowo, Joko., Priyowidodo, Dwi., Rohayati, Eryl,. Widyarini, Sitarina.
2013. Identifikasi Cacing Trematoda dan Gambaran Patologi Ginjal Burung
Merpati yang Terinfeksi. Jurnal Veteriner, 14(4), pp. 402-407.
Sari, Widya., Kamal, Samsul., Umami, Riza. 2013. Perbandingan Tipe dan
Perkembangan Bulu pada Tiga Jenis Unggas. Jurnal FMIPA Universitas
Lampung, 10(3), pp. 471-478.
Soemiadji. 1986. Biologi. Bandung: Erlangga.
Storer, T. I. 1957. General Zoology. New York: Hill Book Company.
Walter, H. E, dan Leonard P. Sayles. 1959. Biology of The Vertebrates. New York: The
Macmilan Company.

Anda mungkin juga menyukai