Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH


Tentang
KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU DI KOTA BIMA
Dosen pembimbing: Ariyansyah, S.Pd, M.Sc

DI SUSUN OLEH: KELOMPOK III

1. ABDUL FIKRI
2. ASWADI
3. AYU KURNIAWATI
4. HARDIANTI
5. IRWANSYAH
6. KHUSNULWATI MUKRAMIN
7. NOVIYANTI

JURUSAN MIPA PROGRAM STUDI BIOLOGI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) BIMA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Karunia serta
Hidayah-Nya kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan laporan praktikum tentangl
“TUMBUHAN PAKU (Pteridophyta)”. Sholawat serta salam senantiasa tercurah pada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, beserta kerabat, sahabat dan seluruh pengikut
beliau hingga akhir zaman.
Tidak lupa pula penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
Dosen pembimbing mata kuliah Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah yang telah
memberikan bimbingan dan arahan serta motivasi dalam menyelesaikan laporan ini. Penulis
menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan yang disebabkan
terbatasnya kemampuan penulis. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat konstruktif guna penyempurnaan laporan ini kedepannya.

Kota Bima, 27 Desember 2017

Penyusun

KELOMPOK III

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................................1


KATA PENGANTAR .........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................................4
1. Latar belakang .......................................................................................................4
2. Tujuan pengamatan ...............................................................................................5
BAB II. DASAR TEORI .....................................................................................................6
BAB III. METODE PENGAMATAN .................................................................................8
1. Alat dan bahan ......................................................................................................8
2. Waktu dan tempat pengamatan .............................................................................8
3. Metode Pengamatan ..............................................................................................8
4. Prosedur kerja .......................................................................................................8
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................9
1. Hasil pengamatan ..................................................................................................9
2. Pembahasan.........................................................................................................14
BAB V. PENUTUP ...........................................................................................................20
1. Kesimpulan .........................................................................................................20
2. Saran ...................................................................................................................20
DATAR PUSTAKA ..........................................................................................................21
LAMPIRAN .......................................................................................................................22

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan salah satu golongan tumbuhan yang hampir
dapat dijumpai pada setiap wilayah di Indonesia. Tumbuhan paku dikelompokkan dalam
satu divisi yang jenis-jenisnya telah jelas mempunyai kormus dan dapat dibedakan dalam
tiga bagian pokok yaitu akar, batang, dan daun. Bagi manusia, tumbuhan paku telah banyak
dimanfaatkan antara lain sebagai tanaman hias, sayuran dan bahan obat-obatan. Namun
secara tidak langsung, kehadiran tumbuhan paku turut memberikan manfaat dalam
memelihara ekosistem hutan antara lain dalam pembentukan tanah, pengamanan tanah
terhadap erosi, serta membantu proses pelapukan serasah hutan. Tumbuhan paku
merupakan salah satu tanaman yang tidak lepas dari usaha penyederhanaan obyek studi.
Hal ini berkaitan dengan jumlah dan keanekaragaman tumbuhan paku yang sangat besar di
alam, yaitu mecapai kurang lebih 9000 spesies. (Wilson dan Loomis, 1966).
Tumbuhan paku dapat tumbuh pada habitat yang berbeda. Berdasarkan kondisi
lingkungan pengamatan kami di Kota Bima, tumbuhan paku ditemukan tersebar luas mulai
dari lingkungan yang lembab, basah, rindang, dan pinggir jalan pun paku dapat dijumpai.
Di sisi lain, tumbuhan paku juga memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, terutama pada
keindahannya dan sehingga ada beberapa masyarakat disini yang menjadikannya sebagai
tanaman holtikultura (tanaman hias).
Tumbuhan yang ada di alam ini mempunyai jumlah yang beraneka-ragam sehingga
menimbulkan kesadaran manusia untuk menyederhanakan obyek studi melalui klasifikasi,
identifikasi dan pemberian nama yang tepat untuk setiap kelompok tumbuhan dengan
memanfaatkan karakter yang terdapat pada setia tumbuhan, dan menggolongkannya ke
dalam kelompok-kelompok tertentu (Tjitrosoepomo, 2009). Penyebaran dan
keanekaragaman tumbuhan paku memang sangat besar, begitu pula dengan potensi dan
manfaatnya yang cukup penting baik untuk tanaman hias, sayuran, obat-obatan hingga
peranannya sebagai keseimbangan ekosistem. Namun, data dasar tumbuhan paku
berkenaan dengan komposisi, keanekaragaman dan distribusi belum banyak terungkap.
Oleh karena itu, pada laporan ini dibahas tentang klasifikasi dan deskripsi dari berbagai
tumbuhan paku.

4
2. Tujuan Pengamatan
a. Untuk mengidentifikasi sample spesies dari divisio Pteridophyta.
b. Untuk mengetahui keanekaragaman spesies dari divisio Pteridophyta.

5
BAB II
DASAR TEORI

A. Gambaran Umum Tumbuhan Paku


Tumbuhan paku (Pteridophyta) adalah divisi dari kingdom Plantae yang anggotanya
memiliki akar, batang, dan daun sejati, serta memiliki pembuluh pengangkut. Pteridophyta
berasal dari kata pteron: sayap bulu, dan phiton: tumbuhan. Sehingga Pteridophyta
merupakan tumbuhan paku yang tergolong dalam tumbuhan kormus berspora, dimana
tumbuhan ini menghasilkan spora dan memiliki susunan daun yang umumnya membentuk
bangun sayap pada pucuk tumbuhan terdapat bulu-bulu. Tumbuhan paku sering disebut juga
dengan kormofita berspora karena berkaitan dengan adanya akar, batang, daun sejati, serta
bereproduksi aseksual dengan spora. Tumbuhan paku juga disebut sebagai tumbuhan
berpembuluh (Tracheophyta) karena memiliki pembuluh pengangkut. (Yudianto, 1992 hal
158)
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berkormus dan berpembuluh yang paling
sederhana. Terdapat lapisan pelindung sel (jaket steril) di sekeliling organ reproduksi,
sistem transpor internal, hidup di tempat yang lembap. Akar serabut berupa rizoma, ujung
akar dilindungi kaliptra. Batang tumbuhan paku tidak tampak karena terdapat di dalam tanah
berupa rimpang, sangat pendek, ada juga yang dapat mencapai 5 meter seperti pada paku
pohon atau paku tiang. Daun ketika masih muda melingkar dan menggulung.
(Tjitrosoepomo, 1994)
Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai
kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu
akar, batang dan daun. Namun demikian, pada tumbuhan paku belum dihasilkan biji. Alat
perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama adalah spora. Oleh sebab itu, ahli
taksonomi membagi dunia tumbuhan dalam dua kelompok saja yang diberi nama
Cryptogamae dan phanerogamae. Cryptogamae (tumbuhan spora) meliputi yang
sekarang kita sebut dibawah nama Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, dan
Pteridophyta. (Tjitrosoepomo, 1994)

6
B. Habitat Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku habitatnya dapat hidup di atas tanah atau batu, menempel di kulit
pohon (epifit), di tepi sungai di tempat-tempat yang lembap (higrofit), hidup di air (hidrofit),
atau di atas sampah atau sisa tumbuhan atau hewan (saprofit). Tumbuhan paku tersebar di
seluruh bagian dunia kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (Budiyanto, 2009).
Seperti tanaman tingkat tinggi, tumbuhan paku tumbuh lingkungannya masing-masing
(biasanya tempat lembab). Beberapa paku dapat bertahan hidup di daerah yang ekstrim
seperti lingkungan kering dan panas. Beberapa jenis paku dapat tumbuh di daerah gurun.
Tumbuhan paku meletakkan dirinya tepat sesuai dengan nitchenya, tanah yang lembab,
udara yang lembab, intensitas cahaya dan sebagainya. Jarang tumbuhan paku hidup diluar
nitchenya. Jika anda ingin menumbuhkembangkan paku, maka anda harus menciptakan
lingkungan yang sesuai sehingga tumbuhan paku tumbuh dan berkembang dengan optimal.

C. Daur Hidup Tumbuhan Paku


Daur hidup tumbuhan paku mengenalpergiliran keturunan, yangterdiri dari dua fase
utama: gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan bentuk
fase sporofit karena menghasilkanspora. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus
(prothallus) atau protalium (prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran
berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai
penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di
tempat yang lembab. Dari prothallium berkembang anteridium (antheridium, organ
penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium, organ
penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media
spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi
zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku baru. (Loveless, 1989

D. Klasifikasi Tumbuhan Paku


Paku diklasifikasikan menjadi empat kelas diantaranya (Yudianto, 1992 hal 173):
1. Kelas psilotiinae
Kelas psilotiinae sering disebut sebagai paku telanjang, psilos yang berarti telanjang.
Hal ini disebabkan karena tumbuhan paku ini masih tergolong tumbuhan primitif dan
tidak memiliki daun. Sebaian anggota dari tumbuhan paku ini sudah punah. Kelas ini
mempunyai sporangium yang dibentuk diketiak buku. Contohnya adalah Psilotum.
7
2. Kelas Lycopodium (paku kawat/rambat)
Kelas Lycopodiinae mempunyai daun yang serupa rambut atau sisik dan duduk
daunnya tersebar. Paku ini juga memiliki batang yang seperti kawat. Karena itulah paku
ini sering disebut sebagai paku kawat. Sporangium pada Lycopodiinae tersusun dalam
strobilus dan sibentuk diujung cabang. Contohnya Lycopodium dan Selaginella.
3. Kelas Equsetiinae
Equisetiinae berasal dari kata equus yang berarti kuda dan seta yang berarti tangkai.
Anggota paku Equisetiinae memiliki dau yang serupa sisik dan transparan yang
susunannya berkarang (dalam satu lingkaran). Batangnya berongga dan berbukubuku
atau beruas. Kelas Eqisetiinae memiliki sporangium yang tersusun dalam stobilus dan
mempunyai bentuk seperti ekor kuda. Sporanya memiliki elater sebanyak 4 buah.
Contohnya adalah Equisetum.
4. Kelas Filicinae
Filiciinae berasal dari kata filix yang berarti tumbuhan paku sejati. Tumbuhan paku
ini mempunyai daun yang berukuran besar dan duduk daunnya menyirip. Tumbuhan
paku pada kelas ini ada yang hidup di air dan ada yang hidup di darat. Tumbuhan paku
yang hidup di darat sporangiumnya terbentuk dalam sorus, sedangkan yang hidup di air
sporangiumnya terbentuk dalam sporokarpium. Tumbuhan paku pada kelas ini juga
mempunyai daun muda yang menggulung dan sorus dibentuk dibawah permukaan daun.
Contohnya adalah Nephrolepis, Dryopteris.

E. Peranan Tumbuhan Paku


1. Tanaman hias: Adiantum (suplir), Platycerium (paku tanduk rusa), Asplenium (paku
sarang burung), Nephrolepsis, Alsophila (paku tiang).
2. Bahan obat: Equisetum (paku ekor kuda) untuk antidiuretik (lancar seni), Cyclophorus
untuk obat pusing dan obat luar, Dryopteris untuk obat cacing pita, Platycerium
bifurcate untuk obat tetes telinga luar, danLycopodium untuk antidiuretik dan pencahar
lemah dari sporanya.
3. Bahan sayuran : Marsilea (semanggi), Pteridium aquilinum (Paku garuda)
4. Kesuburan tanah: Azolla pinnata bersimbiosis dengan Anabaena yangdapat mengikat N
dari udara.
5. Gulma pertanian: Salvinia natans penggangu tanaman padi.
(Yudianto, 1992 hal 160)

8
BAB III
METODE PENGAMATAN

1. Alat dan Bahan


a. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Buku SPM materi tumbuhan paku,
kamera, buku dan alat tulis, dan mikroskop.
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: beberapa spesies dari divisi
pteridophyta

2. Waktu dan Tempat pengamatan


Pengamatan tumbuhan paku dilaksanakan sebanyak 3 kali pengamatan pada setiap hari
Selasa yaitu tanggal 21 dan 28 November dan yang terakhir tanggal 5 Desember 2017 di 3
tempat yang berbeda yaitu: Kelurahan Mande dilaksanakan pada hari selasa mulai pukul
11.30 sampai dengan 12.30, Kelurahan Penaraga dilaksanakan pada hari selasa mulai pukul
12.30 sampai dengan 13.30, Laboratorim biologi STKIP Bima pada hari selasa, mulai
pukul 11.00 sampai dengan 12.00

3. Prosedur kerja
a. Mahasiswa mencari species dari Divisi Pteridophyta di daerah sekitar kampus STKIP
Bima dan didaerah lain di Kota Bima.
b. Mendokumentasikan masing-masing tumbuhan paku yang telah diamati.
c. Mengamati ciri morfologi, habitat, dan tumbuhan lainnya yang ada disekitar tumbuhan
paku yang ditemukan ditiap-tiap lokasi pengamatan.
d. Untuk memperjelas hasil pengamatan dilakukan pengamatan pada sorus ditiap-tiap
spesies paku yang daunya terdapat sorus dengan menggunakan mikroskop
dilaboratorium.
e. Mengklasifikkasikan tiap-tiap tumbuhan paku yang didapat.
f. Mendiskripsikan tiap-tiap tumbuhan paku yang didapatkan.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
No. Divisi Pterophyta Keterangan
Spesies
1 Adiantum sp. 1. Batang
2. Daun tropofil
3. Daun muda yang
menggulung
4. Rhizome
1

10
2. Platycerium sp. 1. Daun steril
2. Daun sporofil
3. Rhizome

2
1

11
3. Marsilea sp. 1. Daun
2. Batang

12
4. Drynaria sp. 1. Daun tropofil
2. Daun sporofil
3. a. Sorus
b. Perbesaran 10 X
4. Rhizome

2 4 1

3a

3b

13
5. Pteris vittata L. 1. Daun tropofil
2. a. Sorus
b. Perbesaran 10 X
3. Batang

2a

3 2b

14
B. Pembahasan
1. Adiantum sp.
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Adiantaceae
Genus : Adiantum
Spesies : Adiantum sp. (Langs. & Fisch)

b. Deskripsi
Dari hasil pengamatan terhadap Adiantum sp. Paku jenis ini ditemukan
ditempat yang lembab diantara batu-batuan. Adiantum sp.juga dikenal dengan
istilah supir ini hidup di tanah. Habitus dari paku ini adalah perdu. Akar berupa
rimpang pendek mengelompok berwarna gelap. Percabangan dikotomis terbagi.
Letak akar tumbuhan paku bermacam-macam, pada Adiantum Sp akarnya serabut,
tumbuh dari rizoma yang pakalnya rimpang, tegak dan berwarna coklat. Semua
batang paku-pakuan kerap berupa rimpang karena umumnya arah tumbuhnya
menjalar atau memanjat, bentuk batangnya bulat panjang, permukaan batangnya
halus, warna coklat dan percabangan monopodial. Daun berbentuk bulat panjang
yang sempit, yang masing-masing terbagi lagi menjadi lebih kecil. Daun berwarna
hiaju tua dengan tepi berombak. Jenis daun pada Adiantum sp. adalah majemuk,
tulang daunnya menyirip atau sporofil (daun fertil) yang fungsi utamanya adalah
menghasilkan sporangium. Biasanya hampir semua sporofil juga berfungsi sebagai
organ untuk fotosintesis. Suplir memiliki penampilan yang jelas berbeda dari jenis
paku-pakuan lain. Daunnya tidak berbentuk memanjang, tetapi cenderung
membulat. Berdasarkan spora yang dihasilkannya, maka Adiantum sp termasuk
paku homospor.
c. Manfaat
Adiantum sp. biasanya digunakan sebagai tanaman hias. Selain itu paku ini
juga mengandung bahan organi yang baik untuk menjaga kelembaban tanah. Dapat
juga mencegah kekeringan (Latifah, 2004).

15
2. Platycerium bifurcatum
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Famili : Polypodiaceae
Ordo : Polypodiales
Genus : Platycerium
Spesies : Platycerium bifurcatum (Cav. & C.Chr.)
b. Deskripsi
Paku tanduk rusa yang kami temukan ialah epifit di pohon cemara. Yang
dimana lokasi pengamatan bukan pada hutan atau areal luas melainkan
perkarangan rumah warga yang dimanfaatkan sebgai tanaman hias. Paku ini
hidupnya menempel kuat pada benda atau pohon lain tetapi tidak merugikan
tumbuhan yang menjadi inangnya. Akar berbulu dan berwarna coklat. kekuningan
dan langsung mengakar pada batang tanaman yang di tumbuhinya. Akar berupa
akar serabut. Batang tidak jelas ada yang mengatakan tidak berbatang, karena daun
langsung tumbuh dari akar tanpa perantara dari batang. Tergolong daun tunggal,
bertoreh dalam. berdaging, tepi rata, permukaan berbulu halus, panjang 40-100 cm,
ujung tumpul, daun tambahan satu sarnpai tujuh, dan menggarpu. Daun terdiri atas
dua macam yaitu daun penyangga atau daun steril dan dedaunan atau daun fertil.
Daun penyangga terletak di bagian pangkal daun fertil, tumbuh saling menutupi
dan persisten, menyerupai keranjang, bagian ujung bercuping, berwarna hijau dan
berubah kecoklatan bila tua dan tidak berspora. Daun fertil luruh, tumbuh
menggantung, umumnya bercabang menggarpu pada ujungnya menyerupai tanduk
rusa, berwarna hijau keputihan, berbulu bintang.
c. Manfaat
Pemanfaatan Platycerium sebagai tanaman hias digunakan dalam bentuk segar
baik berupa daun potong atau tanaman dalam pot. Selain itu, Platycerium juga
digunakan untuk obat tradisional oleh masyarakat Jawa. Tumbukan halus daunnya
digunakan sebagai kompres demam dan luka bengkak seperti bisul, radang rahim
luar, dan campurannya dengan bawang merah digunakan juga untuk obat gondok
dan kudis (Kreier dan Scheider, 2006).

16
3. Marsilea sp.
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Marsileales
Famili : Marsileaceae
Genus : Marsilea
Spesies : Marsilea sp. (C.Presl)
b. Deskripsi
Tumbuhan semanggi yang kami temukan habitatnya tumbuh merambat pada
tempat berair, tanah yang lembab, atau berlumpur. Famili Marcileaceae hidup di
paya-paya atau air yang dangkal, berakar dalam tanah, jarang berupa tanaman darat
sejati. Akar pada tanaman semanggi tertanam dalam substrat didalam tanah. Jenis
akar tunggang, dengan serabut-serabut akar yang berada di sekitar akar tunggang
tersebut. Batangnya menyerupai rimpang yang merayap, ke atas membentuk daun-
daun ke bawah akar-akar. Genus Marsilea yang kami temukan mempunyai batang
yang merayap, daun bertangkai panjang dengan helaian yang biasanya berbelah 4.
Daun semanggi memiliki 4 helai anak daun dengan ukuran rata-rata panjang 2,5
cm dan lebar 2,3 cm. Daun tersebut tipis dan lembut berwarna hijau gelap. Akar
pada tanaman semanggi tertanam dalam substrat di dasar perairan. Berdasarkan
spora yang dihailkannya, semanggi termasuk paku heterospora.
c. Manfaat
Semanggi air sudah dimanfaatkan oleh masyarakat di beberapa negara. Di
Indonesia khususnya Jawa, Filipina, dan Thailand daun semanggi air yang masih
muda digunakan sebagai sayuran untuk makanan. Di Thailand tanaman ini
dimakan segar dengan sambal lokal. Di Filipina daun semanggi air digunakan
sebagai bahan obat untuk neurasthenia dan oedema. Sedangkan di India daun
semanggi air digunakan melawan kusta, demam, dan keracunan pada darah. Di
Australia tanaman ini banyak digunakan sebagai tepung dan dimakan. Selain untuk
dikonsumsi dan digunakan sebagai obat, di New Zealand semanggi air juga dapat
digunakan sebagai tanaman hias pada akuarium (Champion dan Clayton , 2001).

17
4. Drynaria sp.
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Drynaria
Spesies : Drynaria sp. ((Bory) J. Sm.)
b. Deskripsi
Drynaria sp yang kami temukan ini epifit yang melindungi akarnya dan
perangkap humus berupa daun khusus yang mempunyai sisik kecil diatasnya. Akar
rimpang memanjat, sisik menyempit. Habitusnya epifit, jarang ditemukan di tanah.
Akar rimpang memanjat, sisik menyempit. Mempunyai rimpang keras yang kecil
dan ditutupi oleh serabut yang pendek berwarna hitam. Batang memanjat atau
menjalar. Jenis ini mempunyai dua macam daun, yaitu daun fertil dan daun steril.
Tumbuh panjang seperti daun biasa, dan yang lainnya pendek kaku bentuknya
seperti daun oak, berwarna coklat. Daun yang terakhir ini melindungi akar dan
berfungsi untuk menengkap serasah sebagai sumber makanan dan sebagai material
penyerap air bagi akar (Lugrayasa, 2004).
Mempunyai rimpang keras yang kecil dan ditutupi oleh serabut yang pendek
berwarna hitam. Bagian adaksial daun tumbuhan paku ini berwarna hijau tua,
sedangkan bagian abaksialnya berwarna hijau muda. Sporangium terdapat pada
bagian bawah permukaan daun (abaksial) daun fertil dan tersebar tidak teratur
(menyebar)
c. Manfaat
Akar Drynaria sparsisora berkhasiat sebagai obat sakit mata dam untuk obat
mencret. Jenis ini biasanya ditanam sebagai tanaman hias, selain itu juga untuk
obat tradisional seperti sebagai obat maag, sakit kepala, demam, dan obat bengkak.

5. Pteris vitata
a. Klasifikasi

18
Kingdom : Plantae
Divisi : Pterydophyta
Kelas : Filiopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Pteridaceae
Genus : Pteris
Spesies : Pteris vittata (Tjitrosoepomo, 1989).
b. Deskripsi
Lokasi penelitian paku Pteris vittata juga dilakukan di daerah sekitar kampus..
Secara geografis letaknya sama dengan paku Drynaria sp di atas tadi. Tanaman
paku yang di ketahui pada saat pengamatan yaitu tanaman paku dengan ciri-ciri
memiliki perakaran serabut, dan perawakan dari tanaman paku ini adalah herba,
hidupnya di tanah, bentuk daunnya memanjang, termasuk daun majemuk menyirip
warnanya hijau tua, batangnya panjang pada permukaanya terdapat rambut-rambut
halus yang berwarna coklat. Sporanya terdapat pada sepanjang daun, dengan
seperti seperti ini maka paku yang di temukan termasuk kedalam genus pteris
dengan nama spesiesnya yaitu Pteris vittata.
Pteris vittata termasuk paku tanah habitatnya hidup di tanah, tembok, dan
tebing terjal. Kebanyakan jenis paku ini banyak tumbuh pada batu-batu atau pada
tebing sungai atau selokan seperti yang kami temukan, yang menyukai
kelembapan. Rimpangnya menjalar pada pemukaan batuan dan akar-akarnya
masuk ke celah-celah batu. Daunnya sporofil (daun fertile) yaitu daun yang
berfungsi menghasilkan spora. Biasanya hampir semua sporofil berfungsi sebagai
organ fotosintesis. Sorus terdapat pada permukaan bawah daun dengan sorus
berjejer atau berderet pada tepi daun. Pada umumnya daun tumbuhan paku
berwarna hijau. Bentuk daunnya mememanjang, tepinya rata, ujung daunnya
setengah meruncing, daunnya berhadapan bersilang, teksturnya selaput berupa
helaian, dan permukaan daunnya kasar. Semua batang paku-pakuan berupa
rimpang karena pada umumnya arah tumbuhnya menjalar atau memanjat,
meskipun ada yang tegak. Bentuk batang tumbuhan paku ini panjang, ramping, dan
sirkuler linier. Permukaannya kasar dan ditumbuhi rambut-rambut halus.
Berwarana coklat sampai coklat kehitaman dan bercabang. Letak akar Pteris vittata

19
yaitu pada pangkal rimpang yang tegak dan bentuk akarnya tipis, kasar, dan
warnanya coklat tua.

c. Manfaat
Dari segi keindahan jenis ini cukup berpotensi untuk tanaman hias.
Pemeliharaannya pun tidak terlalu sukar. Sebenarnya jenis ini berasal dari Amerika
tropis, dan didatangkan untuk tanaman hias. Jenis paku ini pun lebih banyak
digunakan sebagai tanaman ground cover apabila ditanam secara bergerombol,
karena mempunyai perawakan yang kecil dan pendek.

20
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
Setelah melakukan pengamatan pada beberapa tempat dan didukung oleh
literatur dapat disimpulkan bahwa beberapa tumbuhan paku yang kami temukan
memiliki ciri- ciri yang khusus sesuai khateristik dari paku tersebut, diantaranya:
a. Adiantum sp. Paku jenis ini ditemukan ditempat yang lembab diantara batu-batuan.
Habitus dari paku ini adalah perdu. Akar berupa rimpang pendek
mengelompok berwarna gelap. Daun berbentuk bulat panjang yang sempit, yang
masing-masing terbagi lagi menjadi lebih kecil.
b. Paku tanduk rusa yang kami temukan ialah epifit di pohon cemara. Daun terdiri atas
dua macam yaitu daun penyangga atau daun steril dan dedaunan atau daun fertil
Batang tidak jelas ada yang mengatakan tidak berbatang, karena daun langsung
tumbuh dari akar tanpa perantara dari batang. Akar berbulu dan berwarna coklat.
c. Tumbuhan semanggi tumbuh merambat di lingkungan perairan dan tanah. Daun
semanggi memiliki 4 helai anak daun. Akar pada tanaman semanggi tertanam dalam
substrat di dasar perairan. Batangnya menyerupai rimpang yang merayap, ke atas
membentuk daun-daun, ke bawah akar-akar.
d. Drynaria sp ini epifit yang melindungi akarnya dan perangkap humus berupa daun
khusus yang mempunyai sisik kecil diatasnya. Mempunyai dua macam daun, yaitu
daun fertil dan daun steril. Sporangium terdapat pada bagian bawah permukaan
daun (abaksial) daun fertil dan tersebar tidak teratur (menyebar)
e. Pteris vittata memiliki perakaran serabut, dan perawakan dari tanaman paku ini
adalah herba, hidupnya di tanah, bentuk daunnya memanjang, termasuk daun
majemuk menyirip warnanya hijau tua, batangnya panjang , Sporanya terdapat pada
sepanjang daun.
2. Saran
a. Untuk mengetahui manfaat dari tumbuhan paku tersebut perlu penelitian yang harus
di lakukan terlebih dahulu.
b. Membekali diri dengan pengetahuan dasar sebebelum terjun ke penagamatan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, 2009. Pteridophyta. (Online) http://budisma.web.id/materi/sma/biologi-


kelasx/ciri-tumbuhan-pakupteridophyta/html. Diakses pada tanggal 01 November
2017).

Champion PD, Clayton JS. 2001. Border control for potential aquatic weeds. New Zealand :
Departemen Conversation.

Kreier, H.P. dan Scheider, H. 2006. Phylogeny and biogeography of staghom fern genus
Platycerium Polypodiaceae, Polypodiidae). Amer.J.of Bot 93:217-225.

Latifah, Eva. 2004. Biologi 2. Bandung: Remaja Ros Dakarya.

Loveless, A. R. 1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2. Jakarta:


Percetakan PT Gramedia.

Lugrayasa, I N. 2004. Ekologi Tumbuhan Paku di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone,
Sulawesi Utara.Laporan Teknik Kebun Raya “Eka Karya” Bali. Bali: UPT Balai
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Bali LIPI.

Tjitrosoepomo. 1989. Taksonomi Tumbuhan : Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta,


Pteridophyta. Jakarta: UGM Press.

Tjitrosoepomo, Gembong. 1994. Taksonomi Tumbuhan (Schizophytha,


Thalophytha, Bryophytha). Bandung: UGM Press.

Tjitrosoepomo,Gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM.

Wilson, C. L and Loomis, E. 1966. Botany. Third Edition. With Line Drawing
By Hanah, T. Croasdale. Holt Rine Hart and Winston. Inc. New York

Yudianto, Adi.1992. Pengantar Botany Cryptogamae. Bandung: Tarsito.

22
LAMPIRAN
DOKUMENTASI

Adiantum sp Platycerium bifurcatum

Marsilea sp Drynaria sp Pteris vittata

23
24
25

Anda mungkin juga menyukai