Anda di halaman 1dari 26

ENSIKLOPEDI KEKAYAAN SPESIES TUMBUHAN PAKU DI KAWASAN

HUTAN LINDUNG GUNUNG PRAU KENDAL SEBAGAI BAHAN AJAR MATERI


PTERYDOPHYTA

DISUSUN OLEH:
BITA AFRIYATI DEWI (0402520017)
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Sri Ngabekti, M.S.
Dr. Partaya, M.Si.
KONSENTRASI PENDIDIKAN IPA
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN IPA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan ensiklopedi ini dengan tepat waktu. tanpa pertolongan-nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan ensiklopedi ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan ensiklopedi sebagai tugas dari mata kuliah Konservasi Biodiversitas dengan materi
Ensiklopedi Kekayaan Spesies Tumbuhan Paku Di Kawasan Hutan Lindung Gunung Prau
Kendal Sebagai Bahan Ajar Materi Pterydophyta.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk ensiklopedi ini, supaya ensiklopedi ini nantinya dapat
menjadi ensiklopedi yang lebih baik lagi. kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
ensiklopedi ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen konservasi biodiversitas kami yang telah
membimbing dalam menulis ensiklopedi ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Semarang, Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
KI &KD........................................................................................................1
PETA KONSEP...........................................................................................2
APERSEPSI.................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................4
A. Kelistrikan pada sel saraf...............................................................................
B. Sel saraf.......................................................................................................
C. Proses penghantaran impuls........................................................................
PENILAIAN ..................................................................................................
KUNCI JAWABAN.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB 1

A. Potensi Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Indonesia


Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati
yang besar di dunia. Satu diantara kelompok tumbuhan yang kaya akan jenisnya adalah
tumbuhan paku (Pteridophyta) (Jamsuri,2007). Jones dan Luchsinger (1986)
melaporkan dimuka bumi ini terdapat 13.000 jenis Pteridophyta. Dikawasan Malesia
yang terdiri dari hampir sebagian besar Kepulauan Indonesia, Philipina, Guinea dan
Australia Utara diperkirakan terdapat 4000 jenis paku yang mayoritasnya Filicinae.
Menurut Loveless (1999), paku diwakili oleh kurang dari 10.000 jenis yang hidup,
tetapi karena ukurannya yang besar dan penampilannya yang khas, tumbuhan paku
merupakan komponen vegetasi yang menonjol. Total spesies yang diketahui hampir
10.000, diperkirakan 3000 diantaranya tumbuh di Indonesia (Siti Rahmah Lubis,2009).
Tumbuhan paku dikelompokkan dalam satu divisi yang jenis-jenisnya telah jelas
mempunyai kormus dan dapat dibedakan dalam tiga bagian pokok yaitu akar, batang
dan daun. Bagi manusia, tumbuhan paku telah banyak dimanfaatkan antara lain sebagai
tanaman hias, sayuran dan bahan obat-obatan. Namun secara tidak langsung, kehadiran
tumbuhan paku turut memberikan manfaat dalam memelihara ekosistem hutan antara
lain dalam pembentukan tanah, pengamanan tanah terhadap erosi serta membantu
proses pelapukan serasah hutan. Tumbuhan paku dapat tumbuh pada habitat yang
berbeda. Berdasarkan tempat hidupnya, tumbuhan paku ditemukan tersebar luas mulai
daerah tropis hingga dekat kutub utara dan selatan (Diah Irawati,2012).
Pada umumnya tumbuhan paku menyukai tempat yang lembab terutama di
daerah dataran tinggi. Meskipun tumbuhan paku memiliki keanekaragaman jenis yang
tinggi serta mampu hidup dalam kondisi lingkungan yang bervariasi, beberapa jenis
tertentu terancam kelestariannya karena rusaknya ekosistem akibat tekanan ekonomi
dan teknologi. Sebagai gambaran, tumbuhan paku yang hidup sebagai epifit
kelangsungan hidupnys sangat tergantung pada pohon yang menjadi tempat hidupnya.
Sementara pohon-pohon di hutan yang menjadi tempat hidupnya banyak di tebang oleh
manusia (Jamsuri,2007)
Menurut Tjitrosoepomo (1994) divisi Pteridophyta dapat dikelompokkan ke
dalam empat kelas yaitu Psilophytinae, Lycopodiinae, Equisetiinae dan Filicinae.
Menurut Steenis (1988), tumbuhan paku-pakuan dapat dibagi kedalam sebelas family
yaitu Salviniceae, Marsileaceae, Equicetaceae, Selagillaceae, Lycopodiaceae,
Ophiglossaceae, Schizaeaceae, Gleicheniaceae, Cyatheaeceae, Ceratopteridaceae dan
Polypodiaceae (Diah Irawati,2012).
B. Gambaran Hutan Lindung Gunung Prau
Hutan lindung adalah hutan-hutan yang fungsinya untuk melindungi kawasan
hutan sebagai sumber daya air, tanah, dan ekosistem, sehingga dapat memberikan
memberikan perlindungan pada sistem penyangga kehidupan (Muhammad
Indrawan,2007).
Hutan lindung Gunung Prau (HLGP) adalah salah satu hutan lindung di Jawa
Tengah yang dikelola oleh Perhutani. Gunung Prau Utara ini secara umum merupakan
hutan hujan tropis yang masih terjaga. Hutan hujan tropika terbentuk di wilayah-
wilayah beriklim tropis, dengan curah hujan tahunan minimum berkisar antara 1.750
millimeter (69 in) dan 2.000 millimeter (79 in). Sedangkan rata-rata temperatur bulanan
berada di atas 18 °C (64 °F) disepanjang tahun (Woodward, 2008). Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH) Kedu Utara merupakan perusahaan umum kehutanan yang
membawahi tipe hutan pegunungan yang terbagi dalam 2 macam yaitu hutan alam
termasuk Hutan Lindung Gunung Prau dan hutan produksi sekunder merupakan
kawasan konservasi. Berdasarkan SK Direksi Perusahaan Umum Kehutanan Negara
No. 1157/KPTS/Dir/1988 tanggal 28 Desember 1988 KPH Magelang berubah nama
menjadi KPH Kedu Utara dengan luas wilayah 382.760,4 ha terdiri dari luas hutan:
36.353,39 ha dan luas di luar hutan 346.407,01 ha. KPH Kedu Utara terletak pada
ketinggian antara 216 m - 3.296 m dpl (Lianah,2013).

Gambar 1. Peta wilayah Kab. Kendal dan Kec Plantungan


C. Biologi Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku adalah termasuk salah satu tumbuhan yang sudah ada sekitar
360 juta tahun yang lalu. Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah
jelas mempunyai kormus artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga
bagian pokok yaitu akar, batang dan daun. Namun demikian, belum dihasilkan biji.
Berdasarkan ada tidaknya pembuluh angkut, tumbuhan paku terbagi atas dua divisi
yaitu Thallophyta (tumbuhan yang tidak memiliki pembuluh atau tumbuhan yang tidak
mempunyai daun, batang dan akar sejati) yaitu Bryophyta (tumbuhan lumut) dan
Tracheobionta (tumbuhan yang memiliki pembuluh atau tumbuhan yang mempunyai
daun, batang dan akar sejati) yaitu Pteridophyta (tumbuhan paku) dan Spermatophyta
(tumbuhan biji). Dari segi cara hidupnya ada jenis-jenis paku yang hidup terrestrial
(paku tanah), ada paku epifit, dan ada paku air.

Gambar 2. Struktur Tumbuhan Paku Sejati (De Winter dan Amaroso, 2003
seperti dikutip dalam Novasari, 2011).
Berdasarkan jenis spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dibedakan dalam tiga
jenis yaitu Homospora, Heterospora dan Peralihan. Homospora yaitu jenis-jenis paku
yang menghasilkan spora berumah satu dan berukuran sama besar contoh Suplir
(Adiantum cuneatum) . Heterospora yaitu tumbuhan paku yang protaliumnya tidak sama
besar dan berumah dua. Pemisahan jenis kelamin ini terjadi pada pembentukan spora
dan ukurannya pun berbeda :
- Yang besar, mengandung banyak makanan cadangan dinamakan makrospora
dan terbentuk dalam makrosporangium, dan pada waktu perkecambahan
tumbuh menjadi protalium yang agak besar yang mempunyai arkegonium.
- Yang kecil dinamakan mikrospora dan dihasilkan dalam mikrosporangium
mikrospora akan tumbuh menjadi mikroprotalium. Padanya terdapat
anteridium. contoh Semanggi (Marsilea crenata) dan Paku rane (Selaginella
widenowi).

Peralihan yaitu jika sporangiumnya menghasilkan spora sama besar tapi berbeda
jenis kelamin contoh Paku Ekor kuda (Equisetum debile). Tumbuhan paku terbagi
dalam empat kelas yaitu Kelas Psilophytinae (Paku Purba), Lycopodinae (Paku Kawat),
Equisetinae (Paku Ekor kuda) dan Filicinae (Paku sejati) (Gembong
Tjitrosoepomo,2009).
D. Siklus Hidup Tumbuhan Paku
Pembentukan spora merupakan salah satu tahap dalam siklus hidup tumbuhan
paku. Spora-spora yang ukurannya kecil dihasilkan dalam kotak spora. Berdasarkan
bentuk spora yang dihasilkan, tumbuhan paku digolongkan ke dalam paku homospora,
paku heterospora dan paku peralihan. Tumbuhan paku mempunyai dua generasi yang
bergantian. Tumbuhan paku homospora yang dicirikan oleh bentuk tubuh yang besar
dan berdaun merupakan generasi sporofit yang menghasilkan spora. Spora yang jatuh
ke permukaan tanah akan berkecambah dan berkembang menjadi struktur yang
berbentuk jantung, pipih dan berwarna hijau yang disebut protalium. Protalium ini
membentuk organ kelamin jantan (anteridium) dan organ kelamin betina (arkegonium)
akan menghasilkan gamet-gamet yang merupakan struktur utama gametofit. Pada tahap
fertilisasi air dan kelembaban memiliki peran yang sangat penting. Dengan jumlah air
yang sedikit saja sudah memungkinkan sperma berenang mendekati telur dan
membuahinya. Setelah terbentuk, zigot akan melakukan pembelahan mitosis di dalam
arkegonium, kemudian berkembang menjadi embrio. Zigot yang terbentuk membelah
diri menjadi empat kuadran yang kemudian berkembang menjadi daun, batang, akar dan
kaki sporofit muda. Kaki adalah struktur yang hanya berkembang pada embrio, tidak
terdapat pada sporofit dewasa. Organ ini menembus jaringan protalium, menyerap air
dan makanan untuk keperluan akar, rimpang dan daun selama organ-organ ini belum
mandiri. Protalium merupakan tumbuhan autotrof yang mandiri, bahkan dapat
menunjang tahap awal kehidupan sporofit embrionya. Protalium kemudian mati setelah
sporofit mampu hidup sendiri. Sporofit yang sudah dewasa dicirikan oleh munculnya
sporangium pada permukaan bawah daunnya (Jamsuri,2007).
E. Klasifkasi tumbuhan paku

Menurut Arif Kurniawan (2009), Pteridophyta diklasifikasikan dalam beberapa


kelas termasuk yang telah punah yaitu :
a. Kelas Psilophyta (Paku purba)

Kelas Psilophytales terdiri dari dua ordo yaitu :


1) Ordo Psilophytales
2) Ordo Psilotales
b. Kelas Lycophyta (Paku Kawat)

Kelas Lycophyta terdiri dari empat ordo yaitu :


1) Ordo Lycopodiales
2) Ordo Selaginellales
3) Ordo Lepidodendrales
4) Ordo Isoetales
c. Kelas Equisetophyta (Paku Ekor kuda)

Kelas Equisetophyta terdiri dari tiga Ordo yaitu :


1) Ordo Equisetales
2) Ordo Sphenophyllales
3) Ordo Protoarticulatales
d. Kelas Filicophyta (Paku Sejati)

Kelas Filicophyta terdiri dari atas tiga anak kelas yaitu :


1) Anak kelas Eusporangiopsida

Anak kelas Eusporangiopsida terdiri atas dua ordo yaitu :


a) Ordo Ophioglossales
b) Ordo Marratiales
2) Anak kelas Leptosporangiopsida

Anak kelas Leptosporangiopsida terdiri dari 10 ordo yaitu :


a) Ordo Osmundales
b) Ordo Shizacales
c) Ordo Gleicheniales
d) Ordo Matoniales
e) Ordo Loxomales
f) Ordo Hymenophyllales
g) Ordo Dicksoniales
h) Ordo Thyrsopterides
i) Ordo Chyatheales
j) Ordo Polipodiales
3) Anak kelas Protoleptosporangiopsida

F. Habitat Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku umumnya hidup didaerah beriklim basah. Keberagaman jenisnya


paling banyak ditemukan di hutan hujan tropis dibandingkan dengan kawasan hutan
lainnya. Tumbuhan paku terrestrial terdiri dari jenis-jenis yang menyukai cahaya dan
jenis-jenis yang membutuhkan naungan. Kelompok tumbuhan paku yang suka cahaya
dominan adalah dari jenis-jenis Nephrolepis dan Gleichenia. Sedangkan jenis tumbuhan
paku yang tahan naungan adalah jenis dari Angiopteris. Tumbuhan paku epifit bersama-
sama dengan anggrek merupakan komunitas epifit yang dominan di hutan
Dipterocarpaceae, baik dalam hal ruang yang ditempati maupun jumlah individunya.
Pada umumnya penyebaran tumbuhan paku ini sangat efisien untuk kepentingan
penyebaran karena dapat mencapai tempat-tempat yang jauh dengan bantuan angin
serta dapat diproduksi dalam jumlah yang banyak. Dengan cara demikian sebagian dari
spora tersebut dapat menemukan tempat yang cocok untuk pertumbuhannya
(Jamsuri,2007)
G. Peran Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku dapat bermanfaat dalam berbagai hal diantaranya :


a. Sebagai bahan obat

Tumbuhan paku terrestrial raksasa dari jenis Angiopteris evecta dapat


digunakan untuk menyembuhkan luka memar yang terjadi karena patah tulang.
Helminthostachys zeylanica untuk mengatasi batuk rejan. Tumbuhan paku dari jenis
Pteridium aquilinum untuk mengatasi rasa nyeri yang disebabkan karena sakit gigi
maupun infeksi ringan pada mulut.
b. Sebagai bahan pangan

Tumbuhan paku dari jenis Cyathea, Blechnum indicum, Nephrolepis


biserata, Angiopteris dan Marattia salicina dapat diolah dan menghasilkan tepung.
Tumbuhan paku dari jenis Asplenium acrobryum dapat dimanfaatkan sebagai
penyedap rasa.
c. Sebagai bahan bangunan

Tumbuhan paku jenis Cyathea magna, Cyathea angiensis dan Cyathea


contaminans digunakan sebagai tiang pancang untuk membuat pagar kebun,
maupun sebagai tonggak dalam pembuatan pondok atau rumah. Tumbuhan paku
dari jenis Belvisia mucronata dan Microsorium cromwellii dapat dimanfaatkan
sebagai bahan untuk membuat atap rumah.
d. Sebagai bahan kerajinan tangan

Jenis tumbuhan paku Lygodium circinnatum digunakan untuk tali pengikat.


Tumbuhan paku dari jenis Dicranopteris linearis dapat digunakan sebagai bahan
pembuat ikat pinggang.
e. Sebagai penghasil serat
Tumbuhan paku terrestrial jenis Cystodium sorbifolium mampu
menghasilkan banyak serat berwarna kuning keeamsan pada bagian dasar stipenya.
Serat ini digunakan untuk membuat bantal.
f. Sebagai bahan penggosok

Tumbuhan paku dari jenis Equisetum debile dapat digunakan untuk


menggosok mebel yang terbuat dari kayu (Arif Kurniawan,2009)

BAB II
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 13 jenis tumbuhan paku yang tercatat
dari kegiatan jelajah. Jenis tumbuhan paku yang ditemukan di Hutan Lindung gunung Prau
Desa Blumah, Kec. Plantungan, Kab. Kendal selengkapnya dijabarkan berikut ini :

1. Equisetum hyemale

Sumber (doc. Pribadi)


Gambar 3. Equisetum hyemale
a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Equisetopsida
Ordo : Equisetales
Famili : Eqisetaceae
Genus : Equisetum
Spesies : Equisetum hyemale
b. Deskripsi spesies

Pada spesies Equisetum hyemale hanya terdapat satu tipe batang yaitu batang
hijau berongga yang menghasilkan bentukan seperti kerucut pada bagian ujungnya
(apeks), sehingga batang ini berperan ganda baik sebagai batang generatif maupun
vegetatif. Memiliki spora yang terkumpul pada bentukan tertentu seperti kerucut yang
berada pada bagian apeks dari batang. Kerucut ini berisi poros sentral utama yang
terspesialisasi dengan struktur penghasil dan penunjang sporangium, dinamakan
sporangiofor, terbentuk di gelungan-gelungan tersebut. Masing-masing sporangiofor
terdiri dari lempengan heksagonal, menempel pada kerucut dengan bantuan tangkai
pendek (Large, 2006).
Equisetum hyemale hidup di danau dengan akar yang tumbuh pada tanah.
Batang tumbuhan ini berwarna hijau, beruas- ruas, berlubang di tengahnya, berperan
sebagai organ fotosintetik menggantikan daun. Batangnya dapat bercabang. Cabang
duduk mengitari batang utama. Batang ini banyak mengandung silika. Daun pada
semua anggota tumbuhan ini tidak berkembang baik, hanya menyerupai sisik yang
duduk berkarang menutupi ruas. Spora tersimpan pada struktur berbentuk gada yang
disebut strobilus (jamak strobili) yang terbentuk pada ujung batang (apical) (Silalahi,
2009).
2. Dicranopteris linearis var. linearis (Burm.) Underw.

Sumber (doc. Pribadi)


Gambar 4. Dicranopteris linearis
a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Gleicheniopsida
Subkelas : Gleicheniatae
Ordo : Gleicheniales
Famili : Gleicheniaceae
Genus : Dicranopteris
Spesies : Dicranopteris linearis var. linearis (Burm.) Underw.
b. Deskripsi spesies
D. linearis mempunyai akar serabut berwarna coklat dengan ruas rimpang yang
panjang. Batang berbentuk bulat, tegak, dan berwarna kuning kecoklatan.
Percabangan batang pseudodikotomi. Cabang terakhir mempunyai banyak daun
yang tersusun berpasangan. Daun berwarna hijau tua dengan pina berukuran kecil
dan terusun rapat dengan letak berhadapan. Daun muda yang masih menggulung
berwarna hijau muda dan umumnya ditutupi oleh rambut halus berwarna putih.
Pasangan pina yang paling bawah biasanya terletak pada percabangan batang dan
berukuran lebih kecil dari pasangan pina sebelumnya. Pina memiliki ujung yang
tumpul, basal rata, dan tepi rata. Sporangium terletak di bagian abaksial daun fertil
berwarna kuning dan tersebar tidak beraturan. Menurut Holtum (1967), D.linearis
merupakan tumbuhan paku yang memiliki batang tegak, panjang, merambat, dan
berukuran kecil. Sporangium berada dekat dengan ibu tulang daun (costa).
Tumbuhan paku ini hidup di daerahdaerah yang terbuka
3. Paku Suplir (Adiantum capillus-veneris L.)

(sumber : doc pribadi)


Gambar 5. Adiantum capillus-veneris L
a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Subkelas : Polypoditae
Ordo : Polypodiales
Famili : Adiantaceae
Genus : Adiantum
Spesies : Adiantum capillus-veneris L.
b. Deskripsi spesies
Adiantum capillus-veneris tumbuh dari 6 sampai 12 inch (15 sampai 30
cm); daun yang timbul dalam kelompok dari merayap rimpang 8-27,5 inch (20
sampai 70 cm) tinggi, dengan sangat halus, daun hijau muda banyak dibagi
menjadi pinnae 0,2-0,4 inch (5 sampai 10 mm) panjang dan luas; yang pakis
rachis hitam dan kurus.
4. Gleichenia lineris

(Sumber : doc pribadi)


Gambar 6 Gleichenia linearis

a. Klasifikasi:

Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas :Gleicheniopsida
Ordo :Gleicheniales
Famili :Gleicheniaceae
Genus :Gleichenia
Spesies :Gleichenia linearis (Burm. f.) (McCarthy, P.M, 1998).
b. Deskripsi spesies
Akar rimpang merayap. Daun berjauhan satu dengan yang lain, tidak
beruas, bercabang menggarpu dua kali. Batang licin berwarna hijau
kekuningan. Daun kaku, panjang daun antara yang satu dengan yang lainnya
berbeda-beda. Sori terdapat pada pertulangan anak daun berwarna kuning
kecoklatan. Panjang percabangan 10-20 cm, Lebar 5 cm.
Diantara jenis-jenis tumbuhan yang menutupi lereng-lereng di Jawa Barat, hidup
sejenis paku yang disebut rasam. Percabangannya sangat khusus sehingga jenis ini
mudah dikenal. Tiap-tiap cabang bercabang dua. Sori terdapat pada setiap anak daun.
Meskipun tidak dibudidayakan, rasam telah dimanfaatkan di tanah air kita ini. Kulit
batangnya misalnya dipergunakan untuk bahan baku kerjinan tangan. Bagian dalam
batangnya dianyam untuk memperkuat kopiah (LIPI, 1985)

5. Blechum occidentale

(sumber : doc pribadi)


Gambar 7. Blechnum occidentale
a. Klasifikasi

Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Divisi: Pteridophyta
Kelas: Pteridopsida
Subkelas: Polypoditae
Ordo: Polypodiales
Famili: Blechnaceae
Genus: Blechnum
Spesies: Blechnum occidentale L.
b. Deskripsi spesies

Rhizoma pendek dan tebal, ditutupi bulu bulu kaku. Pada saat muda,
batang dan daun berwarna merah. Pada saat dewasa, batang dan daun
berwarna hijau tua dan kaku. Batang berbulu halus. Tangkai ental berwarna
coklat, ental muda berwarna merah kehijauan. Ukuran daun panjang dengan
lebar daun 0,8, tepi daun rata, tidak terdapat percabangan pada batang dan
pada tulang daun, bentuk daun menyirip. Sori berwarna coklat dan terletak di
permukaan bawah bawah daun dan tersusun terartur di sepanjang anak tulang
daun. Permukaan bawah daun berwarna hijau pucat.
Kebanyakan terestrial, rimpang kebanyakan tegak. Daun kebanyakan
berukuran panjang, lamina menyirip, atau bersisik. Sori memanjang dan terus
menerus sepanjang jaringan pembuluh, berada pada kedua sisi pelepah,
dilindungi oleh indusium, anulus longitudinal (McCarthy, P.M, 1998).

6. Cyclosorus heterocarpus

(sumber : doc pribadi)


Gambar 8. Cyclosorus heterocarpus
a. Klasifikasi

Kerajaan : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : filicinae
Bangsa : Polypodiales
Suku : Thelypteridaceae
Marga : Christella
Spesies : Cyclosorus heterocarpus
b. Deskripsi Spesies

Cyclosorus heterocarpus memiliki akar serabut berwarna coklat, tumbuhan


paku ini memiliki rimpang yang lurus dan bercabang pada pangkal. Daun berbentuk
seperti sisik yang meruncing berukuran 8 mm, berwarna coklat gelap dan berambut
dengan ukuran 0,3-0,4.Lamina berwarna hijau gelap sampai hijau kekuningan, tipis
tapi cukup kuat.
7. Pityrogramma calomelanos (L.) Link

(sumber : doc pribadi)


Gambar 9. Pityrogramma calomelanos
a. Klasifikasi

Kingdom: Plantae
Subkingdom: Tracheobionta
Divisi: Pteridophyta
Kelas: Pteridopsida
Subkelas: Polypoditae
Ordo: Polypodiales
Famili: Pteridaceae
Genus: Pityrogramma
Spesies: Pityrogramma calomelanos (L.) Link
b. Deskripsi Spesies

Jenis tumbuhan paku ini hidup teresterial di tempat terbuka, rhizome tegak,
pendek, warna coklat kehitaman, memiliki rambut yang kaku berwarna coklat tua.
Tangkai bulat, mempunyai alur, berwarna hitam, tidak mempunyai rambut, bagian
pangkalnya berwarna hitam. Daun bipinnatus, pangkal daun runcing, ujung daun
runcing, pertulangan menyirip. Sporanya menyebar dibawah permukaan daun
(super ficial). Pinggir daun mikrofil. Seluruh permukaan bawah daun tertutup oleh
sejenis tepung berwarna putih kekuningan. Paku ini berimpang pendek dan tegak,
pada rimpang tersebut terdapat sisik yang berwarna coklat, tangkai ental hitam,
bersisik pada pangkalnya dan bagian yang tidak bersisik mengkilat. Ental tersebut
menyirip ganda dua, letaknya berselang seling. Anak daun yang terletak di bagian
pangkal adalah tunggal, sedangkan yang bagian tengah dan ujung menyirip, yang
paling ujung berlekuk-lekuk, melancip pada bagian ujungnya. Sporanya menyebar
dibawah permukaan daun (Anisa Rahmi,2018)
8. Hymenophyllum imbricatum

(sumber : doc pribadi)


Gambar 10. Hymenophyllum imbricatum
a. Klasifikasi

Kingdom :Plantae
Divisi :Pteridophyta
Kelas :Pteridopsida
Ordo :Polypodiales
Famili :Hymenophyllaceae
Genus :Hymenophyllum
Spesies :Hymenophyllum imbricatum (McCarthy, P.M, 1998).
b. Deskripsi Spesies
Perawakan herba, akar berupa rhizoma, tangkai ental berwarna coklat.
Pada saat muda batang berwarna merah dengan permukaan yang halus, daun
berwarna hijau muda, helaian daun tidak kaku. Pada saat tua batang berwarna
kecoklatan dan daun berwarna hijau tua, sori tersebar tak beraturan di bawah
permukaan anak daun dan berwarna coklat.
Rhizome panjang, menjalar, ental berdekatan. Tekstur daun seperti
membran, tipis, berwarna hijau gelap. Sori terdapat disetiap anak daun,
indusial berwarna hijau kecoklatan. Ental berdekatan, pangkal ental berwrna
merah pucat (Holtum, 1959).
9. Lycopodium complanatum

(Sumber : doc pribadi)


Gambar 11. Lycopodium complanatum
a. Klasifikasi:

Kingdom :Plantae
Divisi :Lycopodiophyta
Kelas :Lycopodiopsida
Ordo :Lycopodiales
Famili :Lycopodiaceae
Genus :Lycopodium
Spesies :Lycopodium complanatum L. (McCarthy, P.M, 1998).
b. Deskripsi spesies

Batang menjalar, kaku seperti kawat, bercabang – cabang tidak beraturan.


Batang berduri warna hijau muda. Ental kecil dan tumbuh rapat menutupi
batang. Panjang batang mencapai 15 cm. Daun berwarna hijau dengan ujung
daun yang lancip. Ujung daun runcing dan terdapat spora brwarna hitam.
Terdapat percabangan pada batang dan tulang daunnya, tidak terdapat urat daun
dan tidak bertangkai, tepi daun rata.

Berbeda dengan paku-pakuan marga Lycopodium lainnya yang hidup


menempel pada jenis pohon yang lain, jenis ini termasuk jenis yang hidup di
tanah. Perakarannya kuat dan batang bercabang-cabang. Paku ini paling mudah
dibedakan dengan jenis Lycopodium lainnya karena daunnya yang kecil seperti
jarum dan lembut (LIPI, 1985).
10. Selaginella wildenowii

(Sumber : doc pribadi)


Gambar 12. Selaginella wildenowii
a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Lycopodiophyta
Kelas : Lycopodiopsida
Ordo : Selaginellales
Famili : Selaginellaceae
Genus : Selaginella
Spesies : Selaginella wildenowii
b. Deskripsi Spesies

Sellaginella wildenowii merupakan tumbuhan paku rane atau paku lumut


sehingga sangat banyak ditemukan di bawah naungan namun terkadang juga ada
yang hidup di tempat terbuka. Memiliki ciri-ciri diantaranya yaitu memiliki batang
yang tegak, namun ada juga yang merambat memiliki sisik halus, percabangan
menyirip. Ental berwarna hijau, bulat lonjong, licin dan agak kaku. Ental subur
dalam bentuk strobili berbentuk tabung (Rahmah, 2009).
11. Angiopteris avecta

(sumber : doc pribadi)


Gambar 13. Angiopteris evecta
a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Marattiopsida
Ordo : Marattiales
Famili : Marattiaceae
Genus : Angiopteris
Spesies : Angiopteris evecta (J.R. Forst.) Hoffm.
b. Deskripsi Spesies

Angiopteris avecta merupakan paku terestrial yang memiliki perawakan yang


besar sehingga sering disebut dengan “king of fern”. Akar serabut menjalar. Batang
tegak, bentuk batang rimpang pendek, tinggi batang mencapai 1 m, bagian pangkal
batang bersisik-sisik. Daunnya berwarna hijau, menyirip tunggal, ujung anak daun
meruncing, kedudukan daun berselang-seling. Sorus, terletak di bawah daun,
menyebar tidak beraturan, bentuk sorus bulat, warna coklat muda (Kinho, 2009).
12. Cyathea contaminans

(sumber : doc pribadi)


Gambar 14. Cyathea contaminans
a. Klasifikasi

Kingdom :Plantae
Divisi :Pteridophyta
Kelas :Leptosporongiopsida
Ordo :Filicales
Famili :Cyatheaceae
Genus :Cyathea
Spesies :Cyathea contaminans (Hook) Copel (McCarthy, P.M, 1998).
b. Deskripsi Spesies
Cyathea contaminans merupakan jenis paku tiang berhabitat terestrial memiliki
panjang kurang lebih sekitar 2 m. Memiliki ciri perawakan ramping, berbatang hitam
yang ditutupi oleh akar-akar kasar, rapat dan tebal, warnanya hitam. Pada batang
tersebut terdapat lekukan-lekukan dangkal bekas tangkai daun melekat. Batangnya
dengan pangkal batang menebal. Ental biasanya berduri keras, berbulu coklat halus
dan menyirip ganda. Helaian daun bertoreh dalam dan letaknya berpasang-pasangan.
Tidak mempunyai indusium (penutup kantung spora). Sorus (kotak spora),
berkelompok/berbaris berdekatan dengan ibu tulang daun, bentuknya bulat (Fatimah,
2014)
13. Pyrrosia angustata

(Sumber : doc pribadi)


Gambar 15. Pyrrosia angustata
a. Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Divisio : Pteridophyta
Classis : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Familia : Polypodiaceae
Genus : Pyrrosia
Species : Pyrrosia angustata
b. Deskripsi Spesies

Salah satu spesies yang ditemukan dalam penelitian ini adalah Pyrosia
angustata. Pyrrosia angustatamerupakan paku epifit dan ada juga yang hidup likofit
(menempel pada batu). Memiliki ciri-ciri akar rimpang berserabut. Batang berupa
rhizomeyang menjalar. Daun berwarna hijau, agak tebal, bentuk daun linear, memiliki
tepi daun yang rata, panjang daun 5-15 cm, panjang tangkai 0,5-2 cm, lebar, 1-2 cm,
jumlah daun satu, permukaan daun licin. Letak sorus di bawah daun, bergerombol
pada sebagian daun bagian atas, berwana coklat dengan bentuk sorus bulat
(Wulandari,2016)
RANGKUMAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Identifikasi Jenis Paku-pakuan
(Pteridophyta) di Hutan Lindung gunung Prau Desa Blumah, Kec. Plantungan, Kab. Kendal
dapat disimpulkan bahwa Tumbuhan paku yang ditemukan di Hutan Lindung gunung Prau Desa
Blumah, Kec. Plantungan, Kab. Kendal terdiri dari 13 jenis yaitu Equisetum hyemale,
Dicranopteris linearis  , Adiantum capillus-veneris , Gleichenia linearis,
Blechnum  occidentale, Cyclosorus heterocarpus, Pityrogramma calomelanos ,
Hymenophyllum imbricatum, Lycopodium complanatum, Selaginella wildenowii,
Angiopteris  evecta, Cyathea contaminans,dan Pyrrosia angustata
DAFTAR PUSTAKA

Ceri, Bunia, dkk. “Keanekaragaman Jenis paku-pakuan (Pteridophyta) di Mangrove


Muara Sungai Peniti Kecamatan Segedong Kabupaten Pontianak”. Jurnal
Protobiont. (Jurnal Protobiont 3 (2) 2014).
Diah Irawati, dkk. “Keragaman Jenis Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Cagar Alam
Gunung Ambang Sulawesi Utara”. (Balai Penelitian kehutanan Manado 2 (1).
2012).
Fatimah, S., H, Hendriyani, E danKurniawan, A. (2014) Daerah Penyebaran, Populasi
Dan Habitat Paku Pohon(Cyathea Spp. Dan Dicksonia Spp.) Di Bali. Forest
Rehabilitation Journal, Vol. 2 No. 2, 111-122.
Holttum, R. E. 1959. Flora malesiana. England: Royal Botanic Garden
Holtum, R. E. 1967. Flora of Malaya Volume II : Ferns of Malaya. Government Printing
Office. Singapore.
Idrus, M. 2007.Metode Penelitian Ilmu-ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif). Yogyakarta : UII Press
Indrawan, Mochamad, dkk. Biologi Konservasi; Edisi Revisi. (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia. 2007).
Jamsuri. “Keanekaragaman Tumbuhan Paku disekitar Curug Cikaracak Bogor Jawa
Barat”. (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 2007).
Kinho, J. (2009). Mengenal Beberapa Jenis Tumbuhan Paku Di Kawasan Hutan Payahe
Taman Nasional Aketajawe Lolobata Maluku Utara. Manado : Balai Penelitian
Kehutanan Manado.
Kurniawan, Arif. “Tumbuhan paku”. (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
2009).
Lianah. “Description and Ecology of Indonesian Species Tetrastigma glabratum
(Blume) Planch, a host of Raflesiaceae”. Journal of Tropical Crop Science. (Vol.
1 No. 2 Oktober. 2014)
Lianah. “Kajian Implikasi Lingkungan PemanfaatanTumbuhan Walikadep/Tetrastigma
Glabratum (Blume) Planch”. Disertasi (Semarang: Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro. 2013) untuk Bahan Obat Tradisional (Studi Kasus di
Desa Blumah Plantungan Kendal).
LIPI. 1985. Jenis Paku Indonesia. Bogor: Lembaga Biologi Nasional
Lubis, Siti Rahmah. “Keanekaragaman dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku di Hutan
Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatra Utara”.
(Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatra Utara Medan. 2009).
McCarthy, P.M. 1998. Key to the families of ferns and fern allies in Australia. Flora of
Australia. 48: 37 – 46.
Rahmah, S. (2009). Keaneka Ragaman dan Pola Distribusi Pertumbuhan Paku Di Hutan
Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatra Utara.
Tesis tidak diterbitkan. Medan: Pendidikan Biologi Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatra Utara
Steenis, C.G.G.J. van. “Flora”. (Jakarta: PT Pradnya Paramita. 2006).
Tjitrosoepomo, Gembong. “Taksonomi tumbuhan obat-obatan”. (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. 2005).
Tjitrosoepomo, Gembong. “Taksonomi Tumbuhan”. (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. 2009)
Tjitrosomo, Siti Sutarmo, dkk. “Botani umum 3”. (Bandung: Angkasa. 1983).
Widhiastuti, Retno, dkk. “Struktur dan Komposisi Tumbuhan Paku-pakuan di Kawasan
Hutan Gunung Sinabung Kabupaten Karo”. Jurnal Biologi Sumatra. (Jurnal
Biologi Sumatra 138 (2) 2006).
Wulandari D, Sofiyanti, N., dan Fitmawati (2016) Jenis-Jenis Polypodiaceae di Hutan
PT. CPI Rumbai Provinsi RiauBerdasarkan Karakter Morfologi. Jurnal Riau
Biologia, Vol. 1, No. 2, 135-139.

Anda mungkin juga menyukai