Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEANEKARAGAMAN HAYATI
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Lingkungan Hidup
Semester Ganjil / Tahun 2022

Dosen Pengampu:
Hipzon S.Sos , M.Hum

Disusun oleh:
Hana’ul Mawaddah (192200012)
Indana Rahmah Azizah (192200013)
Nada Pebriyanti Nabilah (202200018)
Endang Lestari (192200039)

STAI AL – AQIDAH AL – HASYIMIYAH


JAKARTA

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga
senan- tiasa tercurah kepada Rasulullah Shallahu ‘Alaihi wa Sallam beserta keluarga, sahabat
dan juga pengikutnya.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, karena pengetahuan dan pengalaman kami yang terbatas. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi terciptanya makalah yang lebih
baik lagi untuk masa mendatang.

Semoga makalah yang telah kami buat, bisa menambah wawasan para pembaca dan juga bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 06 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar...............................................................................................ii
Daftar isi 1

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang 2
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penulisan 3
D. Manfaat Penulisan 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Keanekaragaman Hayati-------------------------------------4
B. Macam-macam Keanekaragaman Hayati--------------------------------4
C. Jenis Keanekaragaman Hayati di Indonesia-----------------------------6
D. Konsevasi Keanekaragaman Hayati--------------------------------------10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan 13
B. Saran 13

Daftar Pustaka 14

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Keanekaragaman hayati (biological diversity) merupakan suatu kebutuhan yang fundamental
dalam kehidupan manusia. Dalam langgam yuridis, keanekaragaman hayati dapat diartikan
sebagai keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk di dalamnya
daratan , lautan , dan ekosistem aquatik lain serta kompleks-kompleks ekologi yang merupa-
kan bagian dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman di dalam spesies, antara
spesies dan ekosistem. Indonesia merupakan Negara yang memiliki kekayaan alam hayati
dan non-hayati yang melimpah. Bahkan, Indonesia menempati peringkat kedua dunia setelah
Brazil dalam hal keanekaragaman hayati. Sebanyak 5.131.100 keanekaragaman hayati di
dunia.

Kenekaragaman hayati tidak hanya penting bagi manusia tetapi juga lingkungan. Oleh karena
itu keanekaragaman hayati harus dilestarikan karena merupakan suatu komponen sistem pen-
dukung kehidupan manusia. Terdapat beberapa manfaat melindungi keanekaragaman hayati
di Indonesia. Keanekaragaman hayati tidak hanya sebagai sumber nyata dan potensial bagi
sumber daya hayati tetapi juga penting dalam pemeliharaan biosfir dan nilai nilai etis dan es-
tetis untuk menopang kehidupan makhluk hidup.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari keanekaragaman hayati?
2. Apa saja macam-macam keanekaragaman hayati?
3. Bagaimana jenis kekayaan hayati di Indonesia?
4. Bagaimana konservasi keanekaragaman hayati?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Mendeskripsikan tentang pengertian dari keanekaragaman hayati
2. Memaparkan tentang macam-macam keanekaragaman hayati
3. Memaparkan manfaat dari keanekaragaman hayati
4. Memaparkan bagaimana jenis keanekaragaman hayati

D. Manfaat Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui tentang pengertian dari keanekaragaman hayati
2. Untuk mengetahui macam-macam keanekaragaman hayati
3. Untuk manfaat dari keanekaragaman hayati
4. Untuk mengetahui bagaimana jenis keanekaragaman hayati

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keanekaragaman Hayati


Keanekaragaman hayati merupakan istilah yang digunakan untuk
keanekaragaman sumber daya alam, meliputi jumlah maupun frekuensi dari ekosistem,
spesies, maupun gen di suatu tempat. Pada dasarnya keanekaragaman melukiskan
keadaan yang bermacam- macam terhadap suatu benda yang terjadi akibat adanya
perbedaan dalam hal, ukuran, ben- tuk, tekstur maupun jumlah.

Sedangkan kata hayati itu sendiri berarti sesuatu yang hidup, jadi
Keanekaragaman Hayati dapat di artikan sebagai keanekaragaman atau keberagaman
mahluk hidup yang bisa terjadi akibat adanya Perbedaan-perbedaan mulai dari perbedaan
bentuk, ukuran, warna, jumlah tekstur, penampilan dan juga sifat-sifatnya.

Keanekaragaman hayati menurut World Wildlife Fund (1989) dalam


Indrawan dkk. (2007) adalah jutaan tumbuhan, hewan dan mikroorganisme,
termasuk yang mereka miliki, serta ekosistem rumit yang mereka bentuk menjadi
lingkungan hidup. Sehingga dari pengertian tersebut maka dapat diketahui bahwa
keaneragaman hayati bukan saja mengenai tumbuhan tetapi juga mengenai
lingkungan yaitu tempat tumbuh suatu spesies.

Keanekaragaman hayati menurut Undang Undang Nomor 5 Tahun 1994


adalah keanekaragaman di antara mahluk hidup dari semua sumber termasuk di
antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik lain, serta komplek-komplek
ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup
keanekaragaman dalam spesies, antarspesies, dan ekosistem.

B. Macam-Macam Keanekaragaman Hayati


Diambil dari beberapa sumber, keanekaragaman makhluk hidup tersebut dibagi menjadi 3
tingkatan, yakni gen, keanekaragaman jenis dan keanekaragaman ekosistem. Mari kita ba-
has beberapa tingkatan ini secara berurutan.
1. Tingkat Gen

4
Keanekaragaman tingkatan ini disebabkan variasi gen atau struktur gen dalam
suatu spesies makhluk hidup. Gen sendiri merupakan faktor pembawa sifat keturunan
yang dapat dijumpai di dalam kromosom. Setiap susunan gen akan memberi
penampakan, baik anatomi ataupun fisiologi, pada setiap organisme. Bila susunannya
berbeda, maka pen- ampakannya pun akan berbeda pada satu sifat atau bahkan secara
keseluruhan.
Contoh keanekaragaman hayati tingkat gen pada tumbuhan:
- Padi (Oryza sativa) dengan varietas Padi rojolele, padi ciherang, padi ciliwung, dan
lain-lain

2. Tingkat Spesies
Hal lain terkait keanekaragaman hayati yang perlu diketahui adalah
keanekaragaman jenis. Seringkali ditemukan bahwa dalam satu jenis dijumpai
keanekaragaman individu dan dalam antar jenis dijumpai pula kesamaan individu.
Contoh keanekaragaman hayati tingkat spesies pada hewan:
- Tingkat genus dibagi menjadi Genus Felis dan Genus Bos. Genus Felis, diantaranya
kucing leopard (Felis bengalensis), kucing rumahan (Felis silvestris), dan kucing
hutan (Felis chaus).

3. Tingkat Ekosistem
Keanekaragaman ini terjadi akibat perbedaan letak geografis yang menyebabkan
perbedaan iklim dan berpengaruh pada perbedaan suhu, curah hujan, intensitas cahaya
matahari, dan lamanya penyinaran matahari. Dengan sekian banyak perbedaan tersebut,
flora dan fauna yang menempati suatu daerah akan bervariasi pula.
Contoh keanekaragaman hayati tingkat ekosistem:
- Ekosistem lumut yang terletak di wilayah sekitar puncak gunung atau di daerah dingin
sekitar kutub dan didominasi oleh tumbuhan lumut. Hewan yang dapat dijumpai di
da- lamnya ialah hewan-hewan berbulu tebal seperti beruang kutub.
- Ekosistem hutan hujan tropis yang ditumbuhi beragam pohon, liana, dan epifit.
Hewan yang hidup di dalamnya misalnya kera.
- Ekosistem gurun yang memiliki perbedaan suhu mencolok antara siang dan malam,
angin kencang, iklim panas, dan hujan yang sangat sedikit serta didominasi oleh ke-
lompok tumbuhan xerofit seperti kaktus. Hewan yang dapat dijumpai di dalamnya
ada- lah reptil dan mamalia kecil.

5
- Ekosistem Hutan Berdaun Jarum , Sesuai namanya ekosistem hutan ini didominasi
oleh tumbuhan yang memiliki daun berbentuk seperti jarum seperti pohon cemara atau
pi- nus. Daun pada tumbuhan tersebut merupakan bentuk dari interaksi tumbuhan
dengan kondisi lingkungan “faktor abiotik” yang dingin. Sementara hewan yang
biasanya hidup di ekosistem ini adalah beruang dengan bulu yang tebal.

C. Kekayaan Jenis Hayati di Indonesia

Indonesia terletak di daerah tropik dan juga salah satu negara yang dilalui oleh garis
katulistiwa, sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan
daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub (iklim kutub) . Tingginya keanekaragaman hayati
di Indonesia ini terlihat dari berbagai macam ekosistem yang ada di Indonesia, seperti:
ekosistem pantai, ekosistem hutan bakau, ekosistem padangrumput, ekosistem hutan hujan
tropis, ekosistem air tawar,ekosistem air laut, ekosistem savanna, dan lain-lain. Masing-
masing ekosistem ini memiliki keaneragaman hayati tersendiri.

Diperkirakan hampir 30% spesies makhluk hidup yang ada di bumi ini terdapat di
Indonesia. Indonesia dilimpahi dengan kekayaan hayati yang tiada taranya. Hutan yang
terbentang dilebih 17.000 pulau memiliki berbagai jenis flora dan fauna yang tidak dapat
dijumpai dibagian bumi lainnya. Menurut data yangada di pusat konservasi tumbuhan Kebun
Raya Bogor-Lipi mencatat bahwa terdapat 2 juta spesies tumbuhan di dunia dan 60% nya ada
di Indonesia. Persebaran fauna dan flora di Indonesia juga terbagi berdasarkan wilayah yang
ada di Indonesia.

1. Keanekaragaman Flora di Indonesia

Indonesia adalah negara yang beriklim tropis, hal ini menyebabkan Indonesia memiliki
tingkat curah hujan yang cukup tinggi. Selain itu, Indonesia adalah salah satu negara dengan
gugusan gunung api yang panjang. Akibat adanya vulkanisme, tanah di Indonesia rata- rata
memiliki tanah yang subur, Sebagai negara dengan curah hujan yang tinggi dan tanah yang
subur, membuat keanekaragaman flora di Indonesia sangat banyak.

Tumbuhan (flora) di Indonesia merupakan bagian dari geografi tumbuhan Indo-


Malaya. Flora Indo-Malaya meliputi tumbuhan yang hidup di India, Vietnam, Thailand,
Malaysia,Indonesia, dan Filipina. Flora yang tumbuh di Malaysia,Indonesia, dan Filipina
sering disebut sebagai kelompok flora Malesiana. Hutan di daerah flora Malesiana memiliki
kurang lebih 248.000 species tumbuhan tinggi, didominasi oleh pohon dari familia
Dipterocarpaceae, yaitu pohon-pohon yangmenghasilkan biji bersayap. Dipterocarpaceae
merupakantumbuhan tertinggi dan membentuk kanopi hutan. Tumbuhanyang termasuk famili
Dipterocarpaceae misalnya Keruing(Dipterocarpus sp), Meranti (Shorea sp), Kayu
garu(Gonystylus bancanus), dan Kayu kapur (Drybalanopsaromatica).Hutan di Indonesia
merupakan bioma hutan hujan tropisatau hutan basah, dicirikan dengan kanopi yang rapat dan
banyak tumbuhan liana (tumbuhan yang memanjat), seperti Rotan. Tumbuhan khas Indonesia

6
seperti durian (Duriozibetinus), Mangga (Mangifera indica), dan Sukun (Artocarpussp) di
Indonesia tersebar di Sumatra, Kalimantan, Jawa danSulawesi.Sebagai negara yang memiliki
flora Malesiana apakah diMalaysia dan Filipina juga memiliki jenis tumbuhan sepertiyang
dimiliki oleh Indonesia? Ya, di Malaysia dan Filipina juga terdapat tumbuhan durian,
mangga, dan sukun. Di Sumatera,Kalimantan, dan Jawa terdapat tumbuhan endemik
Rafflesia. Tumbuhan ini tumbuh di akar atau batang tumbuhan pemanjat sejenis anggur liar,
yaitu Tetrastigma.

Selain itu, persebaran hutan di Indonesia juga tersebar dengan karakteristik masing-
masing di tiap daerah. Persebaran hutan di Indonesia, dibagi berdasarkan jenis tanaman yang
mendiami hutan tersebut. Dibagi menjadi 4, yaitu:

a) Hutan Hujan Tropis


Hutan hujan tropis adalah jenis hutan yang paling banyak berada di Indonesia, Jenis
hutan ini banyak ditemukan di kalimantan, sumatra dan papua. Karakteristik dari
jenis hutan ini adalah tingkat curah hujan yang sangat tinggi. Sehingga hutan ini
cenderung lembab. Selain itu, pohon- pohon yang mendiami hutan ini cenderung
besar dan tinggi. Jenis tanaman pada hutan ini heterogen atau banyak macamnya.
Contoh tanaman yang mendiami hutan ini adalah pohon kemenyan, pohon rotan,
pohon kamper, pohon damar, pohon eboni, dan pohon meranti.
b) Hutan Musim
Hutan musim adalah hutan yang bermusim. Maksud dari musim ini adalah, hutan ini
akan menggugurkan daunnya saat musim kemarau dan kembali menjadi hutan lebat
saat musim hujan. Jenis hutan ini banyak ditemukan di pulau jawa. Tingkat curah
hujan di hutan ini tidak terlalu tinggi, sehingga hutan tidak begitu lembab. Jenis
pohon yang berada di hutan ini cenderung kecil dan tidak terlalu lebabt. Hutan musim
biasanya hanya di isi oleh satu jenis pohon saja. Tanaman yang biasanya berada di
hutan ini adalah pohon jati dan pohon cemara.
c) Sabana
Sabana adalah padang rumput yang diisi oleh rerumputan serta pohon- pohon berjenis
pendek Di Indonesia sabana berada di wilayah Gayo Aceh dan Madura. Ciri khas dari
sabana adalah bersuhu hangat. Hal ini diakibatkan tingkat curah hujan yang tidak
tinggi, tapi juga tidak rendah. Sabana memiliki perbenaan sangat signifikan di musim
hujan dan musim kemarau. Saat musim kemarau curah hujan di sabana sangat rendah,
tapi tidah cukup rendah hingga dapat menjadi gurun. Dan saat musim hujan, curah
hujan di sabana sangat tinggi tetapi tidak cukup tinggi untuk menjadi hutan hujan
tropis.
d) Stepa
Stepa adalah padang rumput yang sangat kering. Di Indonesia, stepa dapat di
temukan di daerah dengan masa kemarau paling panjang, seperti Nusa Tenggara
Barat dan Nusa Tenggara Timur. Selain itu, iklim di stepa sangat kering akibat curah
hujan yang tidak tinggi. Hanya saja, sedikitnya curah hujan ini, tidak membuat stepa
menjadi gurun. Biasanya stepa tidak memiliki pohon. Stepa hanya diisi oleh rumput-
rumput berjenis pendek.

7
Selain itu, komoditas tanaman obat unggulan yang dikembangkan oleh BPOM RI
mulai dari tahun 2003-2004 telah memprogramkan penelitian secara komprehensif sembilan
jenis tanaman obat asli Indonesia. Mulai dari penelitian teknologi ekstraksi, standarisasi, uji
pra- klinik sampai ke uji klinik, bekerja sama dengan perguruan tinggi farmasi dan fakultas
kedok- teran dalam negeri. Sembilan jenis tanaman obat yang telah selesai dilakukan uji pra-
klinik adalah sebagai berikut :
1.Piper retrofractum Vahl. (Cabe Jawa) sebagai androgenik.
2.Andrographis paniculata Ness. (Sambiloto) sebagai antineoplasma.
3.Curcuma xanthorrhiza (Temulawak) sebagai anti-hiperlipidemia.
4.Psidium guajava L. (Daun Jambu Biji) sebagai obat demam berdarah.
5.Syzigium polyanthi (Daun Salam) sebagai anti-diabet.
6. Morinda citrifolia (Buah Mengkudu) sebagai antidiabet.
7. Guazuma ulmifolia Lamk.(Jati Belanda) sebagai anti-hiperlipidemia.
8.Zingiber officinale (Jahe Merah) sebagai anti neoplasma
9. Curcuma domestica (Rimpang Kunyit) sebagai anti-hiperlipidemia

2. Keanekaragaman Fauna di Indonesia

Sebagai daerah dengan jumlah persebaran hutan yang banyak, Indonesia juga
memiliki kekayaan fauna yang jumlahnya tidak sedikit. Persebaran fauna di Indonesia di bagi
berdasar- kan garis wallace dan garis webber. Kedua garis ini membagi Indonesia menjadi 3
bagian. Bagian oriental, bagian peralihan, dan bagian australia. Pembagian ini dilihat
berdasarkan kesa- maan jenis karakteristik hewan yang ada di daerah tersebut dengan daerah
yang lain. Garis wallace memisahkan antara Indonesia bagian oriental dan australia.
Sedangkan garis webber adalah garis yang berada di antara oriental dan australia.

a. Wilayah Oriental

Wilayah oriental meliputi daerah Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan. Hewan yang
berada di wilayah ini, memiliki kesamaan karakteristik dengan hewan yang berada di daerah
asia. Hewan pada daerah ini, biasanya mendiami daerah hutan hujan tropis. Jenis hewan yang
mendiami daerah oriental biasanya berbadan besar atau berjenis primata.

Sedangkan burung yang mendiami daerah ini biasnya memiliki kicauan yang bagus
tetapi memiliki bulu yang kurang berwarna. Jenis hewan pada bagian oriental ini adalah
gajah, harimau, dan badak sumatra. Tapir, badak bercula satu, beruang madu, orang utan,

8
tarsius,

9
kukang, uwa- uwa. Sedangkan untuk jenis burung, ada burung rangkong, burung jalak bali,
burung murai, burung elang putih dan burung elang jawa.

b. Wilayah Australia

Wilayah australia meliputi daerah papua, maluku, nusa tenggara, dan sulawesi.
Hewan pada wilayah ini memiliki jenis yang hampir sama dengan wilayah australia. Hewan
pada dae- rah ini memiliki ciri bertubuh kecil. Selain itu beberapa mamalia memiliki kantong.
Untuk jenis burung di wilayah ini, memiliki warna bulu yang lebig beraneka ragam dan lebih
banyak mem- iliki warna.

Dikarenakan memiliki kesamaan dengan daerah australia, hewan kangguru juga


ditemukan di wilayah ini. Hanya saja jenis kangguru di Indonesia dan australia memiliki
bentuk fisik yang sedikit berbeda. Selain kangguru jenis hewan di daerah ini adalah walabi,
kuskus dan oposum. Sedangkan untuk jenis burung adalah cendrawasih, kasuari dan kakatua
raja.

c. Peralihan

Wilayah peralihan adalah wilayah dimana hewan yang mendiaminya memiliki ciri
yang berbeda dengan daeran oriental dan daerah australia. Wilayah peralihan meliputi
sulawesi se- latan hingga kepulauan aru. Hewan yang berada di wilayah ini dapat dikatakan
sebagai hewan endemik Indonesia, karena tidak memiliki kesamaan dengan daerah lain.
Hewan yang berada di wilayah peralihan adalah komodo, anoa, babi rusa, dan burung maleo.

Selain hewan di atas, beberapa binatang endemik Indonesia lainnya yang tidak berada
di wilayah peralihan adalah tarsius, kukang, dan badak bercula satu. Sedangkan beberapa he-
wan di Indonesia yang masuk daftar terancam punah adalah badak dan harimau sumatra,
tapir, elang jawa, burung rangkong, orang utan, komodo, beruang madu, bekantan, badak
bercula satu, macan tutul, gajah sumatra, penyu hijau, jalak bali, cendrawasih, maleo, kakatua
raja, kasuari, dan sanca hijau.

Akibat dari ulah manusia, banyak hewan dan tumbuhan yang terancam punah. Untuk
mencegah kepunahan, dapat dilakukan dengan cara melestarikan flora dan fauna. Menjaga
bumi adalah tugas dari manusia. Ekosistem perlu dijaga kesimbangannya, sehingga tidak ter-
jadi dampak yang merugikan manusia.

1
D. Konservasi Keanekaragaman Hayati

Manusia hidup membutuhkan sumber daya alam, karena itu selama manusia hadir di muka
bumi, maka selama itu pula akan dibutuhkan sumber daya alam. Semakin banyak jumlah
manu- sia yang menghuni bumi maka semakin banyak pula sumber daya alam yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Masalahnya adalah bahwa, pada satu
sisi, jumlah manu- sia yang menghuni bumi terus meningkat, sementara itu pada sisi lain luas
permukaan bumi yang digunakan untuk menghasilkan sumber daya alam tidak pernah
bertambah. Over ek- sploitasi terhadap sejumlah sumber daya alam untuk memenuhi
kebutuhan individu manusia, baik hayati maupun non hayati, sudah sampai pada tingkat yang
mengancam kelestariannya. Banyak laporan hasil penelitian menyebutkan bahwa, sampai saat
ini cukup banyak sumber daya alam, khususnya sumber daya keanekaragaman hayati, yang
telah mengalami kepunahan atau paling tidak keberadaannya tidak lagi dapat memenuhi
kebutuhan hidup manusia (Suwelo, 2005; Hananto 2015; Chng et al., 2016). Bahkan
keterancaman sumber daya alam, terutama sumber daya keanekaragaman hayati, tidak saja
terjadi pada ekosistem daratan, melainkan juga pada ekosistem perairan, khususnya perairan
laut (Suwelo, 2005).
Permasalahan semakin langkanya keberadaan sumber daya alam yang selama ini kita
butuhkan tidak cukup diatasi dengan upaya menemukan sumber daya alternatif. Sebagai
contoh, ketika hutan yang karena tidak dikelola dengan baik akhirnya tidak mampu
menghasilkan kayu bahan bangunan, kemudian kita berfikir untuk menambang bahan mineral
untuk membuat baja ringan sebagai bahan bangunan alternatif. Jika hanya pola pemanfaatan
seperti ini yang kita bisa lakukan, maka seberapa banyak pun Tuhan menyiapkan sumber
daya alam, pada akhirnya nanti akan habis semuanya. Manusia seyogyanya berupaya
mengelola sumber daya alam secara bijak dengan mengembangkan populasinya bagi sumber
daya alam hayati, menjaga dan memulihkan potensinya bagi sumber daya alam non hayati
yang terbarukan, dan menghemat pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak terbarukan. Hal
inilah yang menjadi perhatian dari kegiatan “kon- servasi”.1
Konservasi keanekaragaman hayati atau biodiversitas sudah menjadi kesepakatan
internasional dalam mencegah kepunahan yang dapat terjadi di semua tingkatan
keanekaragaman hayati baik ekosistem, spesies maupun genetik.

1 Putu Oka Ngakan, “Konservasi Keanekaragaman Hayati Untuk Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan di

1
Indonesia”, Prosiding Semnas Biodiversity Conservation, 2018, hal 4.

1
Undang-Undang Tentang Konservasi di Indonesia.

Untuk meningkatkan kinerja program konservasi sumber daya alam hayati,


pemerintah telah mengeluarkan undang-undang dan peraturan pemerintah terkait dengan
usaha kon- servvasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Undang-undang No. 5
Tahun 1990 mengatur tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Undang-un- dang ini bertujuan untuk melindungi sistem pendukung kehidupan,
melindungi keane- karagaman jenis tanaman dan hewan termasuk ekosistemnya serta
melestarikan tanaman dan hewan yang dilindungi. Undang-undang ini membentuk
beberapa kategori baru tentang kawasan lindung termasuk cadangan biosfer dan derah
penyangga. Selanjutnya pada tahun 1994, pemerintah menerbitkan Undang-undang No. 5
Tahun 1994 tentang pengesahan United Nation Convention on Biological Diversity
(Konvensi PBB mengenai keane- karagaman hayati). Undang-undang ini mengatur
tentang ketentuan pelestarian keane- karagaman hayati dan lingkungan, serta kerjasama
internasional untuk memanfaatkan kekayaan keanekaragaman hayati, alih teknologi dan
lainnya dengan prinsik keadilan.

Selain kedua Undang-undang tersebut di atas, Undang-undang No. 41 Tahun 1999


ten- tang Kehutanan juga mengatur mengenai konservasi tumbuhan dan satwa yang
tercantum lebih rinci pada Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 1999.

Contoh hewan yang dilindungi tersebut adalah badak bercula satu (Rhinoceros son-
daicus) di Ujung Kulon, jalak bali putih (Leucopsar rothschildi) di Bali, binturong, burung
malco di Sulawesi, dan komodo di Pulau Komodo. Contoh tumbuhan endemik di
Indonesia dari genus Raflesia, seperti: Raflesia patma di Nusakambangan dan
Pangandaran, Raflesia arnoldi yang endemik di Bengkulu, Sumatra Barat dan Aceh,
Raflesia borneensi di Kali- mantan. Jenis-jenis yang dilindungi pada tingkat genus atau di
atasnya ada 38 dan terdapat pada berbagai kelompok organisme baik tumbuhan maupun
hewan, misalnya Palem kipas Sumatera (semua jenis dari genus Livistona), Kantong semar
(semua jenis dari genus Nephentes), Burung sesap, Pengisap madu (semua jenis dari famili
Meliphagidae), Lumba- lumba air laut (semua jenis dari famili Ziphiidae) Binatang hantu,
Singapuar (semua jenis dari genus daftar spesiesnya bisa lebih banyak lagi. Tarsius) Paus
(semua jenis dari famili Cetacea), dll.2

1
2 Amien S. Leksono, Keanekaragaman Hayati: Teori dan Aplikasi (Malang: Universitas Brawijaya Press: 2011),
144-148.

1
Bentuk upaya pemerintah untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati ditunjuk-
kan melalui pendirian berbagai kawasan konservasi yang terbagi menjadi dua, yaitu in-situ
(di habitat aslinya) dan ek-situ (diluar habitat aslinya), seperti yaman nasional, cagar alam,
suaka margasatwa, hutan lindung, kebun binatang dll.

Upaya upaya menjaga kelestarian keanekaragaman hayati bukan hanya tugas


pemerintah, akan tetapi partisipasi dan dukungan masyarakat untuk mendukung penegakan
hukum tentu sangat berkontribusi besar bagi upaya ini. Beberapa hal yang dapat
masyarakat lakukan adalah perlindungan hutan yang mana masyarakat bawah juga terlibat
dalam upaya penyelamatan hutan, pendidikan konservasi guna menambah pemahaman
masyarakat ten- tang pentingnya perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati,
serta mengkonsumsi produk secara bijaksana.

1
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keanekaragaman hayati menurut World Wildlife Fund (1989) dalam Indrawan dkk.
(2007) adalah jutaan tumbuhan, hewan dan mikroorganisme,termasuk yang mereka miliki,
serta ekosistem rumit yang mereka bentuk menjadi lingkungan hidup. Sehingga dari
pengertian tersebut maka dapat diketahui bahwa keaneragaman hayati bukan saja
mengenai tumbuhan tetapi juga mengenai lingkungan yaitu tempat tumbuh suatu spesies.
Keanekaragaman Hayati dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Tingkat Gen
2. Tingkat Spesies
3. Tingkat Ekosistem
Indonesia terletak di daerah tropik dan juga salah satu negara yang dilalui oleh garis
katulistiwa, sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan
daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub (iklim kutub).

Untuk meningkatkan kinerja program konservasi sumber daya alam hayati,


pemerintah telah mengeluarkan undang-undang dan peraturan pemerintah terkait dengan
usaha kon- servvasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Undang-undang No. 5
Tahun 1990 mengatur tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

B. SARAN
Keanekaragaman hayati sangat penting bagi kelangsungan dan kelestarian makhluk hidup.
Keanekaragaman dapat terjadi akibat proses evolusi dan adaptasi. Keanekaragaman dapat ter-
jadi akibat dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik atau faktor
keturunan adalah sifat dari makhluk hidup itu sendiri yang diperoleh dari induknya. Faktor
genetik ditentukan oleh gen atau pembawa sifat.

1
Daftar Pustaka

Leksono, Amien S. Keanekaragaman Hayati: Teori dan Aplikasi. Malang: Universitas Brawijaya Press,
2011.

Ngakan, Putu Oka. "Konservasi Keanekaragaman Hayati Untuk Mewujudkan Pembangunan


Berkelanjutan di Indonesia ." PROSIDING SEMNAS BIODIVERSITY CONSERVATION , 2018: 4.

Samedi. "Konservasi Keanekaragaman Hayati di Indonesia: Rekomendasi Perbaikan Undang-Undang


Konservasi." Jurnal Hukum Lingkungan, 2015: 7.

Saifudin. 2015 “Kekayaan Hayati Tanaman Obat Asli Indonesia”

Farah, Farah. 2016 “ Keanekaragaman Hayati di Indonesia Flora dan Fauna” Keanekaragaman Hayati
di Indonesia Flora dan Fauna - IlmuGeografi.com Diakses pada 7 November 2022.

Alfiani, Martha. 2014 ” Keanekaragaman Hayati” (35) Keanekaragaman Hayati | martha alfiani - Aca-
demia.edu di akses pada 7 November 2022.

Anda mungkin juga menyukai