Anda di halaman 1dari 11

TAHUN

AJARAN
2016/2017
 

REPORT THIS AD

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya, dan karena izin-
Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas Biologi mengenai Keanekaragaman Hayati. Tak lupa shalawat
serta salam kepada Rasul akhir zaman, panutan dalam segala hal, Nabi Muhammad SAW. Pada
kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang ikut berperan dalam
menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena kami masih dalam
tahap pembelajaran. Oleh karena itu, apabila ada kekurangan atau kesalahan dalam  makalah ini, kami
sangat mengarapkan kritik dan saran untuk kami lebih baik lagi.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya untuk penulis sendiri dan umumnya untuk kita
semua.

                                                             Watampone, 19 September 2016

REPORT THIS AD

Penulis

                                                                                  Iswandi

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………..               i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………               ii

BAB I….. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang…………………………………………………………… 1
2. Rumusan Masalah……………………………………………………….. 2
3. Tujuan Penulisan…………………………………………………………. 2

REPORT THIS AD

BAB II… PEMBAHASAN

1. Pengertian Keanekaragaman Hayati……………………………… 3


2. Tingkat Keanekaragaman Hayati………………………………….. 4
3. Fungsi dan Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia 11
4. Faktor Penyebab Menghilangnya Keanekaragaman Hayati. 13
5. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati……………………. 15

BAB III.. PENUTUP

1. Kesimpulan………………………………………………………………… 17
2. Saran…………………………………………………………………………. 17

DAFTAR PUSTAKA

REPORT THIS AD

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keanekaragaman hayati adalah tingkat variasi bentuk kehidupan


(https://id.wikipedia.org/wiki/Kehidupan) dalam, mengingat ekosistem
(https://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem) bioma (https://id.wikipedia.org/wiki/Bioma) spesies,,
(https://id.wikipedia.org/wiki/Spesies) atau seluruh planet (https://id.wikipedia.org/wiki/Planet).
Keanekaragaman hayati adalah ukuran dari kesehatan ekosistem. Keanekaragaman hayati adalah
sebagian fungsi dari iklim (https://id.wikipedia.org/wiki/Iklim). Pada habitat darat, s daerah tropis
biasanya kaya sedangkan spesies (https://id.wikipedia.org/wiki/Spesies) dukungan daerah kutub
(https://id.wikipedia.org/wiki/Wilayah_kutub) s lebih sedikit. Perubahan lingkungan yang cepat
biasanya menyebabkan kepunahan massal s. Salah satu perkiraan adalah bahwa kurang dari 1% dari
spesies yang ada di Bumi (https://id.wikipedia.org/wiki/Bumi) adalah yang masih ada.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Takson_ekstan)

REPORT THIS AD

Sejak kehidupan dimulai di bumi, lima kepunahan massal besar dan peristiwa kecil telah menyebabkan
beberapa tetes besar dan mendadak dalam keanekaragaman hayati. Para eon Fanerozoikum
(https://id.wikipedia.org/wiki/Fanerozoikum) (yang 540 juta tahun terakhir) ditandai pertumbuhan
yang cepat dalam keanekaragaman hayati melalui ledakan-Kambrium sebuah periode di mana
mayoritas filum (https://id.wikipedia.org/wiki/Filum) multiseluler pertama muncul. 400 juta tahun ke
depan termasuk diulang, kerugian besar keanekaragaman hayati diklasifikasikan sebagai kepunahan
massal. Dalam Karbon, (https://id.wikipedia.org/wiki/Karbon_%28periode%29) kolaps hutan hujan
menyebabkan kerugian besar dari kehidupan tanaman dan hewan. Peristiwa kepunahan Permian-Trias,
251 juta tahun lalu, adalah yang terburuk;. Pemulihan vertebrata butuh waktu 30 juta tahun. Yang paling
terakhir, peristiwa kepunahan Cretaceous-Paleogen, terjadi 65 juta tahun lalu, dan sering menarik
perhatian lebih dari yang lain karena mengakibatkan kepunahan dinosaurus
(https://id.wikipedia.org/wiki/Dinosaurus) s.

Periode sejak munculnya manusia telah menunjukkan pengurangan keanekaragaman hayati yang
sedang berlangsung dan kerugian atas keragaman genetik.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Keanekaragaman_genetik) Dinamakan kepunahan Holocene,
pengurangan ini disebabkan terutama oleh dampak manusia, terutama kerusakan habitat. Sebaliknya,
keanekaragaman hayati dampak kesehatan manusia dalam berbagai cara, baik secara positif maupun
negatif.

REPORT THIS AD

Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yangmenunjukkan keseluruhan variasi


gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Adadua faktor penyebab keanekaragaman hayati, yaitu
faktor genetik dan faktor luar.  Faktor genetik bersifat relatif konstan atau stabil pengaruhnya terhadap
morfologiorganisme. Sebaliknya, faktor luar relatif stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme.
Keanekaragaman hayati dapat terbentuk karena adanya keseragaman dan keanekaragaman untuk sifat
atau ciri makhluk hidup. Keanekaragam hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan. Saat ini
tekanan terhadap keanekaragaman hayati makin tinggi. Kemajuan tekhnologi telah mengubah fungsi
berbagai flora dan fauna sebagai hasil hutan. Akibatnya dimasa mendatang diramalkan degradasi
lingkungan makin tinggi. Oleh karena itu keaekaragaman hayati perlu dilestarikan.

B. Rumusan Masalah

Masalah umum yang terdapat dalam penulisan makalah ini adalah  tentang   keanekaragaman hayati.
Agar permasalahan tersebut tidak terlalu luas maka dibatasi menjadi sub-sub masalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan keanekaragaman hayati?


2. Apa saja tingkat keanekaragaman hayati?
3. Apa fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati di Indonesia?
4. Apa faktor penyebab menghilangnya keanekaragaman hayati?
5. Bagaimana usaha pelestarian keanekaragaman hayati?

REPORT THIS AD

C.Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui tentang pengertian keanekaragaman hayati.


2. Untuk mengetahui tingkat keanekaragaman hayati.
3. Untuk mengetahui fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati.
4. Untuk mengetahui faktor penyebab hilangnya keanekaragaman hayati.
5. Untuk mengetahui bagaimana usaha pelestarian keanekaragaman hayati.

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Keanekaragaman Hayati

1. Menurut UU No. 5 Tahun 1994, “keanekaragamana hayati adalah keanekaragaman diantara mahluk
hidup dari semua sumber termasuk di antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik lain serta
kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup
keanekaragaman dalam spesies, antara spesies dengan ekosistem.”
2. Menurut Soerjani (1996), “keanekaragaman hayati menyangkut keunikan suatu spesies dan genetik di
mana mahluk hidup tersebut berada.”
3. Mochamad Indrawan (2007), menyatakan “Keanekaragaman genetik merupakan variasi genetik
dalam satu spesies baik di antara populasi-populasi yang terpisah secara geografik maupun di antara
individu-individu dalam satu populasi.”
4. Mochamad Indrawan (2007), menyatakan “Keanekaragaman spesies mencakup seluruh spesies yang
ditemukan di bumi, termasuk bakteri dan protista serta spesies dari kingdom bersel banyak
(tumbuhan, jamur, hewan, yang bersel banyak atau multiseluler). Spesies dapat diartikan sebagai
sekelompok individu yang menunjukkan beberapa karakteristik penting berbeda dari kelompok-
kelompok lain baik secara morfologi, fisiologi atau biokimia.”
5. Mochamad Indrawan (2007), menyatakan “Keanekaragaman ekosistem merupakan komunitas biologi
yang berbeda serta asosiasinya dengan lingkungan fisik (ekosistem) masing masing.”
6. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan
kesuluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada daerah. Keanekaragaman makhluk
hidup ini merupakan kekayaan bumi yang meliputi hewan, tumbuhan, mikroorganisme dan semua
gen yang terkandung di dalamnya, serta ekosistem yang dibangunnya.

REPORT THIS AD

Berdasarkan pengertiannya, keanekaragaman hayati dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu
keanekaragaman gen (genetik), keanekaragaman spesies (jenis), dan Keanekaragaman ekosistem.

B. Tingkat Keanekaragaman Hayati

1. Keanekaragaman Tingkat Gen

Keanekaragaman gen adalah variasi atau perbedaan gen yang terjadi dalam suatu jenis atau spesies
mahluk hidup.  Contohnya, buah durian (Durio ziberhinus) ada yang berkulit tebal, berkulit tipis,
berdaging buah tebal, berdaging buah tipis, berbiji besar, atau berbiji kecil. Sementara keanekaragaman
genetik pada spesies hewan, misalnya warna rambut pada kucing (Felis silvestris catus) ada yang
berwarna hitam, putih, abu-abu, dan cokelat.

Keanekaragaman sifat genetik pada suatu organisme dikendalikan oleh gen-gen yang terdapat di dalam
kromosom yang di milikinya. Kromosom tersebut diperoleh dari kedua induknya dari pewarisan sifat.
Namun demikian, ekspresi gen suatu organisme juga dipengaruhi oleh kondisi  lingkungan tempat
hidupnya.

Peningkatan keanekaraman gen dapat terjadi melalui hibridisasi atau perkawinan silang antara
organisme satu spesies yang berbeda sifat, atau melalui proses domestikasi atau budidaya hewan atau
tumbuhan liar oleh manusia. Dengan hibridisasi akan diperoleh sifat genetik baru dari organisme-
organisme pada satu spesies. Keanekaragaman gen pada organisme dalam satu spesies disebut varietas
atau ras.

2. Keanekaragaman Tingkat Jenis (Spesies)

REPORT THIS AD

Keanekaragaman jenis atau spesies adalah perbedaan yang dapat ditemukan pada komunitas atau
kelompok berbagai spesies yang hidup disuatu tempat. Contohnya disuatu halaman terdapat pohon
mangga, kelapa, jeruk, rambutan, bunga mawar, melati, cempaka, jahe, kunyit, burung, kumbang, lebah,
semut, kupu-kupuu, dan cacing.

3. Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem

Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem (http://id.wikipedia.org/w/index.php?


title=Biosistem&action=edit&redlink=1) yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme
(http://id.wikipedia.org/wiki/Organisme) dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada
suatu struktur biotik (http://id.wikipedia.org/wiki/Biotik) tertentu dan terjadi suatu siklus materi
(http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Siklus_materi&action=edit&redlink=1) antara organisme
dan anorganisme (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Anorganisme&action=edit&redlink=1).
Matahari sebagai sumber dari semua energi yang ada. Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas
berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Semua makhluk hidup
berinteraksi dengan lingkungannya yang berupa faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi
berbagai jenis makhluk hidup lain, sedangkan yang termasuk faktor abiotik adalah iklim, cahaya, suhu,
air, tanah, kelembapan, dan sebagainya. Baik faktor biotik maupun abiotik sangat bervariasi. Oleh
karena itu, ekostem yang merupakan kesatuan dari biotik dan abiotik pun bervariasi pula.

REPORT THIS AD
Didalam ekosistem, komponen biotik harus dapat berinteraksi dengan komponen biotik lainnya dan juga
dengan komponen abiotik agar tetap bertahan hidup. Jadi, interaksi antar organisme didalam ekosistem
ditentukan oleh komponen biotik dan abiotik yang menyusunnya.Komponen biotik sangat
beranekaragam dan komponen abiotik berbeda kulitas dan kuantitasnya, perbedaan komponen-
komponen penyusun tersebut mengakibatkan perubahan dari interaksi yang ada sehingga menciptakan
ekosistem yang berbeda pula. Jadi jelaslah bahwa keanekaragaman hayati pada tempat yang berlainan
akan menyusun ekosistem yang berbeda.

Di bumi ada bermacam-macam ekosistem, yaitu ekosistem alam dan buatan. Secara garis besar
ekosistem alam dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan
dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air laut.

1. Ekosistem Darat (Terestrial)

Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak
geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat yaitu sebagai berikut.

Bioma Gurun

REPORT THIS AD

Gurun dan setengah gurun banyak ditemukan di Amerika Utara, Afrika Utara, Australia dan Asia Barat.
Karakteristik dari bioma ini yaitu curah hujan sangat rendah, + 25 cm/tahun. Perbedaan suhu siang hari
dengan malam hari sangat tinggi (siang dapat mencapai 45 C, malam dapat turun sampai 0 C). Vegetasi di
daerah gurun di dominasi oleh tanaman kaktus, sukulen, dan berbagai tanaman xerofit. Hewan yang
menghuni daerah gurun umumnya adalah serangga, hewan pengerat, ular dan kadal. Contoh bioma
gurun adalah Gurun Sahara di Afrika, Gurun Gobi di Asia, Gurun Anzo Borrega di Amerika.

Bioma Padang Rumput

Bioma padang rumput terbentang dari daerah tropika sampai ke sub      tropika.Ciri-ciri bioma padang
rumput yaitu curah hujan 25 – 50 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Vegetasi yang
mendominasi adalah rerumputan. Hewannya adalah bison, Zebra, kanguru, singa, harimau, anjing liar,
ular, rodentia, belalang dan burung. Contoh bioma padang rumput antara lain Amerika Utara, Rusia,
Afrika Selatan, Asia dan Indonesia (Sumbawa).

Bioma Hutan Hujan Tropis

REPORT THIS AD

Bioma ini berada di daerah tropik, yaitu di Indonesia, India, Thailand, Brazil, Kenya, Costa Rica, dan
Malaysia. Curah hujan tinggi yaitu 200 – 255 cm per tahun, matahari bersinar sepanjang tahun. Jenis
tumbuhan sangat banyak dan komunitasnya sangat kompleks. Tumbuhan tumbuh dengan subur, tinggi,
serta banyak cabang dengan daun yang lebat sehingga membentuk tudung atau kanopi. Tumbuhan khas
adalah kelompok liana, yaitu tumbuhan yang merambat, misalnya rotan, dan tumbuhan epifit yaitu
tumbuhan yang menempel pada tumbuhan lain, misalnya anggrek. Binatang yang menghuni hutan
hujan tropik adalah berbagai macam burung, kera, babi hutan, tupai, macan, gajah, dan rusa dan hewan
yang bersifat nokturnal.

Bioma Hutan Gugur

Hutan gugur terdapat di daerah subtropik di Eropa Barat, Korea, Jepang utara, dan Amerika Timur.
Bioma ini memiliki curah hujan 75 – 100 cm per tahun. Mempunyai 4 musim: musim panas, musim
dingin, musim gugur dan musim semi. Keanekaragaman jenis tumbuhan lebih rendah daripada bioma
hutan tropis. Tumbuhan yang ada terutama mapel, oak, beech, yang selalu menggugurkan daunnya pada
musim gugur. Hewan-hewan yang umum adalah rusa, beruang, dan rubah, racoon, burung pelatuk, dan
serangga.

Bioma Taiga

REPORT THIS AD
Taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik, misalnya di Rusia dan
Eropa Utara, Kanada, dan Alaska. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga
merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer (pohon spruce, alder, dan birch), pinus,
dan sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali, Hewannya antara lain moose, beruang hitam,
ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.

Bioma Tundra

Tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kutub_utara) dan terdapat di puncak
(http://id.wikipedia.org/wiki/Puncak)-puncak gunung tinggi. Daerah ini beriklim kutub, sehingga selalu
tertutup salju. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Tumbuhan yang ada terutama adalah
lumut Sphagnum dan lumut kerak. Tumbuhan tahunan hampir tidak ada. Hewan-hewan yang ada
adalah beruang kutub, burung, nyamuk, lalat hitam, serigala kutub, reinder, dan caribou bull (sebangsa
rusa).

Bioma Karst

Karst berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia


(http://id.wikipedia.org/wiki/Yugoslavia). Kawasan karst di Indonesia
(http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia) rata-rata mempunyai ciri-ciri yang hampir sama yaitu,
tanahnya kurang subur untuk pertanian (http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian), sensitif terhadap
erosi (http://id.wikipedia.org/wiki/Erosi), mudah longsor, bersifat rentan dengan pori-pori aerasi
(http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Aerasi&action=edit&redlink=1) yang rendah, gaya
permeabilitas (http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Permeabilitas&action=edit&redlink=1)
yang lamban dan didominasi oleh pori-pori mikro. Contoh bioma Karst terdapat di daerah Gunung Kidul.

1. Ekosistem Perairan (Akuatik)

Ekosistem Air Tawar

REPORT THIS AD

Ekosistem air tawar memiliki kadar garam rendah. Air tawar memiliki kemampuan menyerap panas
dari cahaya matahari sehingga perubahan suhu tidak terlalu besar. Berdasarkan ada tidaknya arus,
ekosistem air tawar dibedakan menjadi ekosistem lentik (air tidak mengalir) misalnya danau, kolam,
rawa, serta ekosistem lotik (air mengalir) misalnyasungai.Tumbuhan yang menghuni lingkungan
perairan tawar meliputi tumbuhan yang berukuran besar (makrohidrofita) serta tumbuhan yang
berukuran kecil, yaitu ganggang. Tumbuhan biji di ekosistem air tawar misalnya teratai dan eceng
gondok. Sedangkan tumbuhan yang berukuran mikroskopik misalnya ganggang biru, ganggang hijau,
dan diatomae. Hewan yang menghuni air tawar adalah udang-udangan, ikan, dan serangga.

Ekosistem Air Laut

Bioma air laut luasnya lebih dari dua pertiga permukaan bumi. Bioma air laut kurang terpengaruh oleh
perubahan iklim dan cuaca. Ciri khas air laut adalah mempunyai kadar garam yang tinggi. Kadar garam
rata-rata air laut adalah 35 ppm (part per million). Di daerah khatulistiwa kadar garamnya lebih tinggi
daripada di daerah yang jauh dari khatulistiwa.Organisme laut memiliki pola adaptasi terhadap tekanan
osmosis sir laut yang tinggi dengan cara yang berlawanan dengan organisme air tawar.

Ekosistem Estuari

REPORT THIS AD

Estuari (muara) merupakan wilayah perairan tempat pertemuan antara sungai dan laut atau disebut
muara sungai. Muara sungai disebut pantai lumpur.
Estuari mempunyai ciri berair payau dengan tingkat salinitas di antara air tawar dan laut. Vegetasi
didominasi oleh tumbuhan bakau dan rumput laut. Beberapa organisme laut melakukan
perkembangbiakan di wilayah ini seperti ikan, ganggang, dan fitoplankton, udang dan moluska yang
dapat dimakan. Estuari banyak terdapat di wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Nutrien
dari sungai memperkaya daerah estuari.
Ekosistem Pantai

Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (http://id.wikipedia.org/wiki/Salinitas) (kadar garam)



yang tinggi dengan ion CI mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan
penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25  °C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah
tinggi, sehingga terdapat batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di
bagian bawah yang disebut daerah termoklin (http://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Termoklin&action=edit&redlink=1). Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di
gundukan pasir (http://id.wikipedia.org/wiki/Pasir) adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan
terhadap hempasan gelombang dan angin (http://id.wikipedia.org/wiki/Angin). Tumbuhan yang hidup
di ekosistem ini menjalar dan berdaun tebal.

Ekosistem Sungai

REPORT THIS AD

Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta
mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan
oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang. Komposisi komunitas
hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di anak sungai sering dijumpai ikan air tawar.
Di hilir sering dijumpai ikan lele dan gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kurakura dan
ular. Khusus sungai di daerah tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba.

Ekosistem Terumbu Karang

Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas khusus yang terdiri dari karang batu clan
organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat
ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung.

Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang
mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacam-macam bentuknya dan
menyusun substrat tempat hidup karang lain dan ganggang.Hewan-hewan yang hidup di karang
memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikroorganisme, dan
ikan hidup di antara karang clan ganggang. Herbivor seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa
bagi gurita, bintang laut, dan ikan karnivor.

Ekosistem Laut Dalam

REPORT THIS AD

Merupakan zona pelagik laut. Ekosistem ini berda pada kedalaman 76000 m dari permukaan laut.
Sehingga tidak ada lagi cahaya matahari, oleh karena itu produsen utama di ekosistem ini merupakan
organisme kemoautrotof. Biasanya terdapat lele laut dan ikan laut yang dapat mengeluarkan cahaya
(bioluminisensi). Sebagai produsen terdapat bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu.

Ekosistem Lamun

Lamun atau seagrass adalah satu‑satunya kelompok tumbuh-tumbuhan berbunga yang hidup di
lingkungan laut. Tumbuh‑tumbuhan ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal.

1. Ekosistem Buatan

Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Ekosistem
buatan mendapatkan subsidi energi dari luar, tanaman atau hewan peliharaan didominasi pengaruh
manusia, dan memiliki keanekaragaman rendah. Contoh ekosistem buatan adalah:

Bendungan (http://id.wikipedia.org/wiki/Bendungan).
Hutan tanaman produksi (http://id.wikipedia.org/wiki/Produksi) seperti jati
(http://id.wikipedia.org/wiki/Jati) dan pinus (http://id.wikipedia.org/wiki/Pinus).
Agroekosistem (http://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Agroekosistem&action=edit&redlink=1) berupa sawah tadah hujan.
Sawah (http://id.wikipedia.org/wiki/Sawah)
Ekosistem pemukiman seperti kota (http://id.wikipedia.org/wiki/Kota) dan desa
(http://id.wikipedia.org/wiki/Desa).
Ekosistem ruang angkasa.

REPORT THIS AD

C. Fungsi dan Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia

Keanekaragaman Hayati Indonesia merupakan anugrah terbesar dati Tuhan Yang Maha Kuasa.
Keanekaragaman hayati memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut.

1. Nilai Ekonomi Keanekaragaman Hayati

Nilai ekonomi keanekaragaman hayati merupakan nilai kemanfaatan dari berbagai sumber hayati yang
dapat menghasilkan keuntungan bagi penggunaanya, yaitu dapat di perjual belikan. Keanekaragaman
hayati yang memiliki nilai ekonomi antara lain sebagai bahan pangan, obat-obatan, kosmetik, sandang,
papan, dan memiliki aspek budaya.

1. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan pangan.

Keanekaragaman hayati di jadikan sebagai makanan pokok yang di konsumsi oleh manusia misalnya
dari tumbuhan yaitu padi, jangung, singkong, ubi jalar, talas kentang, sorgum dan lain lain sedangkan
dari hewan misalnya daging sapi, daging ayam, ikan laut dan telur.

1. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan obat-obatan

REPORT THIS AD

Keanekaragaman hayati yang berasal dari tumbuhan sebagai sumber obat-

obatan, misalnya : mengkudu untuk menurunkan tekanan darah tinggi, kina untuk obat malaria, buah
merah untuk mengobati kanker, kolesterol tinggi, dan diabetes. Sedangkan yang berasal dari hewan
contohnya madu lebah dimanfaatkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, dan bagian daging dan
lemak ular dipercaya dapat mengobati penyakit kulit

1. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan kosmetik

Beberapa tumbuhan  digunakan untuk kosmetika, antara lain sebagai berikut misalnya : Bunga mawar,
melati, cendana, kenanga, dan kemuning dimanfaatkan untuk wewangian (parfum). Kemuning,
bengkoang, alpukat, dan beras digunakan sebagai lulur tradisional untuk menghaluskan kulit.
Sedangkan urang aring, mangkokan, pandan, minyak kelapa, dan lidah buaya digunakan untuk pelumas
dan penghitam rambut.

1. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan sandang

Keanekaragaman hayati yang dijadikan sumber sandang, misalnya : rami, kapas, pisang hutan atau
abaca, dan jute, dimanfaatkan seratnya untuk membuat kain atau bahan pakaian, ulat sutera untuk
membuat kain sutera yang memiliki nilai ekonomi sangat tinggi, kulit sapi dan kambing untuk membuat
jaket, bulu burung untuk membuat aksesoris pakaian.

1. Keanekaragaman hayati sebagai sumber bahan papan

REPORT THIS AD

Sebagai bahan papan, keanekaragaman hayati dimanfaatkan untuk membuat rumah dan sejenisnya
misalnya kayu jati, kelapa, nangka, meranti keruing, rasamala, ulin dan bambu dimanfaatkan kayunya
untuk membuat jendela, pintu, tiang dan atap rumah.

1. Keanekaragaman hayati sebagai aspek budaya


Beberapa upacara ritual keagamaan dan kepercayaan antara lain : Budaya nyeka (ziarah kubur) pada
masyarakat jawa menggunakan bunga mawar, kenanga, kuntil, dan melati. Umat islam menggunakan
heawan ternak seperti sapi, kambing dan kerbau pada hari qurban. Upacara ngaben di Bali
menggunakan 39 jenis tumbuhan yang mengandung minyak atsiri yang berbau harum, antara lain
kenanga, melati, cempaka, pandan, sirih, dan cendana.

2. Nilai Pendidikan Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati dapat menambah pemahaman dan pengetahuan manusia. Pemanfaatan hewan
dan tumbuhan digunakan untuk bahan percobaan untuk kedokteran dan eksperimen eksperimen
tertentu.

3. Nilai Ekologi Keanekaragaman Hayati

Nilai ekologi dari keanekaragaman hayati, antar lain sebagai perlindungan terhadap kerusakan lahan
karena akar tanaman akan melindungi tanah dari kerusakan, pengikisan, menyerap air hujan sehingga
tidak terjadi banjir atau tanah longsor.

D. Faktor Penyebab Menghilangnya Keanekaragaman Hayati

Menghilangnya kanekaragaman hayati di suatu wilayah dapat disebabkan oleh beberapa faktor berikut
ini :

1. Hilangnya Habitat

Daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature) menunjukkan bahwa hilangnya
habitat yang diakibatkan manajemen pertanian dan hutan yang tidak berkelanjutan menjadi penyebab
terbesar hilangnya kenaekaragaman hayati. Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan semakin
bertambah pula kebutuhan yang harus dipenuhi. Lahan yang tersedia untuk kehidupan tumbuhan dan
hewan semakin sempit karena digunakan untuk tempat tinggal penduduk, dibabat untuk digunakan
sebai lahan pertanian atau dijadikan lahan industri.

2. Pencemaran Tanah, Udara, dan Air

Zat pencemar (polutan) adalah produk buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia. Polutan tersebut
dapat mencemari air, tanah, dan udara. Beberapa polutan berbahaya bagi organisme misalnya, nitrogen
dan sulfur oksida yang dihasilkan dari kendaraan bermotor jika bereaksi dengan air akan membentuk
hujan asam yang merusak ekosistem. Pembuangan chlorofluorocarbon (CFC) yang berlebihan
menyebabkan lapisan ozon di atmosfer berlubang. Akibatnya intensitas sinar ultraviolet yang masuk ke
bumi meningkat dan menyebabkan banyak masalah, antara lain berkurangnya biomassa fitoplankton di
lautan yang menyebabkan terganggunya keseimbangan rantai makanan organisme.

3. Perubahan Iklim

Salah satu penyebab perubahan iklim adalah pencemaran udara oleh gas karbon dioksida (CO2) yang
menimbulkan efek rumah kaca. Menurut Raven (1995), “ efek rumah kaca meningkatkan suhu udara 1-
0
3 C dalam kurn waktu 100 tahun.” Kenaikan suhu tersebut menyebabkan pencairan es di kutub dan
kenaikan permukaan air laut sekitar 1-2 m yang berakibat terjadinya perubahan struktur dan fungsi
ekosistem lautan.

4. Eksploitasi Tanaman dan Hewan

Eksploitasi Hewan dan tumbuhan secara besar-besaran biasanya dilakukan terhadap komoditas yang
memiliki nilai ekonomi tinggi, misalnya kayu hutan yang digunakan untuk bahan bangunan dan ikan
tuna sirip kuning yang harganya mahal dan banyak diminati oleh pencinta makanan laut. Eksploitasi
yang berlebihan dapat menyebabkan kepunahan spesies-spesies tertentu, apalagi bila tidak diimbangi
dengan usaha pengembangbiakannya.

5. Masuknya Spesies Pendatang


Masuknya spesies dari luar ke suatu daerah seringkali mendesak spesies lokal yang sebenarnya
merupakan spesies penting dan langka di daerah tersebut. Beberapa spesies asing tersebut dapat
menjadi spesies invasif yang menguasai ekosistem. Contohnya ikan pelangi (Melanotaenia
ayamaruensis) merupakan spesies endemik Danau Ayamaru, Papua Barat. Ikan pelangi terancam punah
karena dimangssa oleh ikan mas (Cyprinus carpio) yang dibawa dari jepang dan menjadi spesies invasif
di danau tersebut.

6. Industrilisasi Pertanian dan Hutan

Para petani cendrung menanam tumbuhan dan memelihara hewan yang bersifat unggul dan
menguntungkan, sedangkan tumbuhan dan hewan yang kurang unggul dan kurang menguntungkan
akan disingkirkan. Selain itu, suatu lahan pertanian atau hutan industri umumnya hanya ditanami satu
jeis tanaman (monokultur) misalnya teh, karet, dan kopi. Hal ini dapat menurunkan keanekaragaman
hayati tingkat spesies.

E. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati

Menurunnya keanekaragaman hayati menyebabkan semakin sedikit pula manfaat yang dapat diperoleh
manusia. Penurunan keanekaragaman hayati dapat dicegah dengan melakukan pelestarian (konservasi)
keanekaragaman hayati. Konservasi keanekaragaman hayati memiliki beberapa tujuan, antara lain
sebagai berikut :

1. Menjamin kelestarian fungsi ekosistem sebagai penyangga kehidupan;


2. Mencegah kepunahan spesies yang disebabkan oleh kerusakan habitat dan pemanfaatan yang tidak
terkendali;
3. Menyediakan sumber plasma nuftah untuk mendukung pengembangan dan budidaya tanaman
pangan, obat-obatan, maupun hewan ternak.

Konservasi  keanekaragaman hayati di Indonesia diatur oleh UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya dan UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan tiga azas, yaitu
tanggung jawab, berkelanjutan, dan bermanfaat.

Pelestarian sumber daya alam hayati harus dilakukan secara terpadu dan melibatkan banyak pihak.
 Beikut ini akan dijelaskan dua jenis pelestarian yaitu pelestarian secara In Situ dan Pelestarian Ek Situ.

1. Pelestarian Secara In Situ

Pelestarian secara in situ artinya pelestarian sumber daya alam hayati yang dilakukan di habitat asalnya.
Contohnya, bunga Rafflesia arnoldi di Bengkulu, badak jawa di Ujung Kulon, dan komodo di Pulau
Komodo. Yang termasuk pelestarian sumber daya alam hayati secara in situ yaitu :

1. Perlindungan alam ketat, yaitu perlindungan alam yang membiarkan alam berkembang secara
alamiah.
2. Perlindungan alam terbimbing, yaitu perlindungan alam yang dibina oleh para ahli.
3. Perlindungan geologi, yaitu perlindungan terhadap formasi geologi (tanah).
4. Perlindungan alam zoologi, yaitu perlindungan terhadap hewan langka dan hampir punah serta
perkembangbiakannya.
5. Perlindungan alam botani, yaitu perlindungan terhadap tumbuhan.
6. Taman nasional, digunakan sebagai tempat rekreasi.
7. Perlindungan pemandangan alam berupa danau dan air terjun.
8. Perlindungan monumen alam berupa perlindungan terhadap benda benda alam yang terpencil.
9. Perlindungan suaka margasatwa, yaitu perlindungan hewan dari perburuan.

2. Pelestarian Secara Ek Situ

Pelestarian secara ek situ artinya pelestarian sumber daya alam hayati yang dilakukan di luar habitat
asalnya atau dipelihara di tempat lain. Pelestarian secara ek situ ada beberapa macam, misalnya kebun
koleksi, kebun plasma nuftah, dan kebun raya.

 
 

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

1. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan


kesuluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada daerah. Tingkat keanekaragaman
hayati terdiri dari tiga yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman
ekosistem.
2. Berdasarkan pengertiannya, keanekaragaman hayati dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu
keanekaragaman gen (genetik), keanekaragaman spesies (jenis), dan Keanekaragaman ekosistem.
3. Fungsi dan manfaat keanekaragaman hayati yaitu memiliki nilai ekonomi sebagai sumber bahan
pangan, obat-obatan, kosmetik, sandang, papan dan memiliki aspek budaya. Selain itu
keanekaragaman hayati juga memiliki nilai pendidikan dan ekologi.
4. Faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati di suatu daerah disebabkan oleh
hilangnya habitat, pencemaran tanah, udara dan air, perubahan iklim, eksploitasi tanaman dan
hewan, masuknya spesies pendatang dan industrilisasi pertanian dan hutan.
5. Untuk mencegah kepunahan keanekaragaman hayati diperlukan usaha untuk melestarikannya baik
usaha untuk perlindungan maupun pengawetan alam serta pelestarian keanekaragaman hayati yang
meliputi pelestarian secara in situ maupun ek situ.

B.Saran

Didalam kehidupan didunia ini terdapat berbagai jenis keanekaragaman baik hewan maupun
tumbuhan. Untuk mencegah kepunahan maka diperlukan usaha bersama antara pemerintah dan
masyarakat dalam upaya untuk melestarikannya, dan memberikan sanksi yang tegas kepada oknum-
oknum yang bertanggung jawab atas perusakan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2009). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Henny Riandari. (2014). Biologi untuk Kelas X SMA dan MA. Solo : Global.

Irnaningtyas. (2013). Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : Erlangga.

Mochamad Indrawan. (2007). Biologi Konservasi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Nunung Nurhayati, Mukhlis, & Agus Jaya. (2014). Biologi untuk SMA/MA Kelas X. (cetakan ke-1). Bandung :
Yrama Widya.

Supardi. (1994). Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung : Alumni.

   
 

Anda mungkin juga menyukai