Disusun Oleh
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nyalah,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengertian Keanekaragaman
Hayati Dan Habitat Makhluk Hidup Tingkat Spesies, Populasi Dan Ekosistem “ sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Penulis menyadari bahwa yang diungkapkan dalam
makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan
yang dimiliki oleh penulis, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi penulis
apabila mendapatkan kritikan dan saran yang membangun makalah ini sehingga selanjutnya
akan lebih baik dan sempurna.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak dan sebagai media pembelajaran kimia lingkungan khususnya dalam segi
teoritis sehingga dapat membuka wawasan ilmu pengetahuan serta akan menghasilkan yang
lebih baik di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang telah
diberikan oleh berbagai pihak sampai tersusunnya makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Perumasan Masalah ………………………………………... 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
2.1 Ekosistem Dataran Rendah .................................................... 3
2.2 Ekosistem Dataran Tinggi ..................................................... 13
2.2.1 Ekosistem Hutan Pegunungan....................................... 13
2.2.2 Variasi Ekosistem Dataran Tinggi ................................ 14
2.3 Ekosistem Tundra .................................................................. 16
2.3.1 Pengertian Ekosistem Tundra ....................................... 16
2.3.2 Ciri Dan Klasifikasi Ekosistem Tundra ........................ 16
2.3.3 Penyebaran Ekosistem Tundra ..................................... 17
2.3.4 Jenis Ekosistem Tundra ................................................ 18
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
2
berbagai flora dan fauna sebagai hasil hutan. Akibatnya dimasa mendatang diramalkan
degradasi lingkungan makin tinggi. Oleh karena itu keaekaragaman hayati perlu dilestarikan.
1.3 Tujuan
Hutan dataran rendah di Sumatera dan Kalimantan menjadi habitat bagi spesies
mamalia besar. Gajah, harimau, tapir, beruang, rusa, dapat ditemukan pada wilayah dataran
rendah. Ekosistem ini banyak dirujuk sebagai hutan hujan tropis yang sebenarnya. Hutan
hujan tropis dataran rendah sejauh ini menjadi sumber utama pemanenan kayu. Selain karena
kekayaan jenis kayu komersil, secara ekonomi hutan dataran rendah juga memudahkan akses
pengangkutan kayunya.c
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya
alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam komunitas alam lingkungannya yang
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya (UU RI Nomor 18 Tahun 2013).
Hutan di Indonesia mempunyai tiga tipe ekosistem alami, yaitu hutan monson, hutan
pegunungan, dan hutan dataran rendah (Pamulardi, 1999). Hutan dataran rendah terletak pada
ketinggian 0 – 1000 meter dari permukaan laut dan merupakan bagian terbesar hutan yang
mencakup kawasan yang paling luas di Indonesia. Hutan dataran rendah ditandai dengan
adanya tumbuhan pemanjat pohon yang banyak dan lebat, pohon-pohon berbanir besar dan
banyak pohon-pohon dengan batang yang tinggi bulat mempunyai kulit yang halus (Anwar et
al., 1992). Di hutan dataran rendah banyak terdapat spesies pohon anggota famili
Dipterocarpaceae, selain itu terdapat famili Lauraceae, Myrtaceae, Miristicaceae, dan
Ebenaceae (Soerianegara & Indrawan, 2016). Menurut Soerianegara dan Indrawan (2016),
hutan dataran rendah dapat dikelompokkan kedalam dua kategori, yakni hutan dataran rendah
Dipterocarpaceae yang didominasi oleh genus Shorea, Dipterocarpus, Dryobalonops,
Cotylelobium dan Hopea. Sedangkan hutan dataran rendah Non-Dipterocarpaceae yang
didominasi oleh genus Anisoptera, Hopea, Shorea, dan Vatica (Mongabay, 2012). Hutan
dataran rendah Dipterocarpaceae menyebar di wilayah Indonesia bagian barat khususnya di
pulau Kalimantan dan Sumatera, dan Malaysia, Brunei, Filipina (Ashton, 1982). Sementara
hutan dataran rendah Non-Dipterocarpaceae di temukan di belahan Indonesia bagian timur
Sulawesi, Maluku, BaliLombok, dan Papua-Nugini (Purwaningsih, 2004). Hutan dataran
rendah adalah salah satu jenis tegakan yang perlu diteliti struktur dan komposisinya
dikarenakan areal ekosistem dataran rendah memiliki kekayaan keanekaragaman hayati dan
tingkat endemisme yang tinggi. Namun demikian, pada umumnya hutan ini telah banyak
mengalami degradasi karena dekatnya pemukiman masyarakat sehingga dapat rentan
3
4
kehilangan sumberdaya genetika. Salah satu hutan dataran rendah NonDipterocarpaceae yang
ditemukan di Pulau Sulawesi adalah hutan dataran rendah di Kompleks Gunung
Bulusaraung. Gunung Bulusaraung merupakan kawasan Taman Nasional Bantimurung
Bulusaraung, dimana hutan dataran rendah di lokasi ini adalah salah satu ekosistem utama
yang dimiliki oleh TN BABUL.Sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian yang
mendalam tentang potensi keanekaragaman hayati di hutan dataran rendah tersebut, sehingga
dengan demikian potensi hutan yang ada di areal tersebut sangat perlu dikaji.Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis dan strukur vegetasi hutan di Kompleks Gunung
Bulusaraung untuk bisa dijadikan pertimbangan dalam perencanaan dan pengembangan TN
BABUL
1. Komposisi dan Sebaran Jenis Hasil penelitian ini ditemukan sebanyak 44 jenis
tingkat pohon, 65 jenis tingkat tiang, 40 jenis tingkat pancang, dan 25 jenis
tingkat semai. Delapan puluh dua jenis tumbuhan dari 37 famili telah berhasil
diidentifikasi, dan 13 jenis tumbuhan lainnya hanya sampai ditingkatan nama
lokal. Sebaran jenis tumbuhan berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan
laut diperlihatkan pada Tabel 1.
5 Bontang- Sp 8
bontang
6 Dao Dracontomelon Anacardiaceae
dao
7 Garassi Beilschmiedia Lauraceae
gemmiflora
8 Jambu ri jene Syzygium Myrtaceae
rostratum
9 Kasunu Lithocarpus Fagaceae
celebicus
5
43 Jampu- Sp 4 _
jampu
44 Kenanga Canangium Annonaceae _
odoratum
45 Mali- Mali Leea indica Vitaceae _
53 Katondeng Sp 1 _ _
7
palliasa
54 Kayu Cipadessa Meliaceae _ _
kerambu baccifera
55 Kelong Antidesma Phyllanthaceae _ _
tomentosum
56 Kemiri Aleurites Euphorbiaceae _ _
moluccana
57 Kodong- Sp 3 _ _
kodong
58 Lamporo- Psychotria Rubiaceae _ _
lamporo bayi leptothyrsa
59 Mahai Xylopia peekelii Annonaceae _ _
63 Inranlo Sp 7 _ _
64 Lambiri Sp 9 _ _
85 Lalatang Sp 2 Urticaceae _ _
manu
86 Lambu- Mallotus Euphorbiaceae _ _
lambu mollissimus
87 Lasisi parang Glochidion sp Phyllanthaceae _ _
88 Lutu Sp 13 _ _
3. Indeks Ekologi
Indeks ekologi terdiri dari Indeks Kekayaan Jenis (R), Indeks
Kemerataan Jenis (E), Indeks Keanekaragaman Jenis (H’), dan Indeks
Kesamaan Komunitas. Indeks ekologi diperlihatkan pada Tabel 2. Indeks
keanekaragaman jenis tertinggi adalah tingkatanIndeks kekayaan jenis
tertinggi pada tingkat semai terdapat pada ketinggian 550 m dpl dengan nilai R
sebesar 2,62, pada tingkat tiang dan pancang terdapat pada ketinggian 750 m
dpl dengan nilai R masing-masing sebesar 3,20 dan 3,69. Sedangkan pada
tingkat pohon terdapat pada ketinggian 650 m dpl dengan nilai R sebesar 3,59.
Kemudian indeks kemerataan pada ketiga ketinggian tempat untuk setiap
tingkatan pertumbuhan memiliki nilai diatas 0,75.Hal ini menunjukkan bahwa
komunitas pada ketinggian 550 – 750 mdpl termasuk komunitas stabil.
4. Struktur Vegetasi
Struktur tegakan vertikal dapat diketahui dari hubungan antara
kerapatan pohon dengan kelas tinggi pohon (lapisan tajuk). Dari tiga petak
yang diperbandingkan antara ketinggian 550, 650, dan 750 m dpl, ada
perbedaan strata hutan yang ditemukan pada ketinggian 550 m dpl dan
ketinggian 650-750 m dpl. Pada ketinggian 550 m vegetasi hutan tersusun
atas 3 lapisan tajuk, sedangkan pada ketinggian 650 m dan 750 m hanya
tersusun atas 2 lapisan tajuk. Pada ketinggian 550 m dpl, lapisan tajuk paling
yang tingginya berada antara 17-25 m, terdiri oleh jenis Cipadessa baccifera.
Lapisan kedua yang tinggi pohonnya antara 8-17 m di isi oleh jenis
Lithocarpus celebicus, Persea rimosa, Arthrophyllumdiversifolium,
Cryptocarya laevigata, Canarium asperum, Melicope triphylla, Nothaphoebe
patentinervis, Euphorianthus euneurus, dan Calophyllum sp. Lapisan ketiga
yang tinggi pohonnya antara 1 – 8 m, diisi oleh jenis Garcinia treubii, Litsea
pallida, Mitrephora celebica, Garcinia treubii, Guioank diplopetala, dan
Phaleria octandra. Struktur vegetasi hutan pada ketinggian 550 m dpl.
Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa tutupan tajuk hutan pada
ketinggian 550 m dpl mencapai 80 hingga 90 %. Pada lokasi ketinggian 650
dan 750 m dpl nampak bahwa tegakan pohon hanya terdiri atas dua lapisan
tajuk hutan yaitu lapisan tajuk paling atas 8-17 m dan lapisan kedua antara 1-8
m. Lapisan paling atas terdiri oleh jenis Dyctyoneura acuminata,
Arthrophyllum diversifolium, Litsea mappacea, Buchanania arborescens,
Dillenia serrata, dan Persea rimosa. Lapisan kedua di isi oleh jenis Horsfieldia
lancifolia, Rhadermachera pinnata, Mallotus mollissimus, Lithocarpus
celebicus, Syzygium rostratum, Phyllanthus emblica, Calophyllum sp.,
Euphorianthus euneurus, dan Psydrax dicoccos. Struktur lapisan dan tutupan
tajuk vegetasi hutan pada ketinggian 650 sedangkan struktur lapisan dan
tututpan tajuk hutan pada ketinggian 750 m dpl
12
Salah satu contoh hutan didaerah pegunungan yang ada di Pulau Jawa adalah hutan
di lereng gunung Merapi. Hutan di wilayah kaki gunung Merapi terdiri dari hutan
pegunungan asli dan campuran yang merupakan bekas hutan produksi.
1. Pegunungan Asli
Bioma pegunungan asli memiliki ciri, yaitu keanekaragaman spesies serta tutupan
yang tinggi dan rapat, yakni berupa lapisan pertama yang tumbuh mencapai tinggi 30 m
hingga 40 m. Pada lapisan ini juga dapat dijumpai beberapa spesies pohon yang memiliki
tajuk menonjol mencapai 40 m hingga 60 m.
Spesies tumbuhan pohon yang tumbuh tinggi, antara lain pohon Rasamala
(Altingia excelsa), Jamuju (Podocarpus imbricatus), Kiputri (Podocarpus neriidolius),
Sarangan (Castanopsis argantea), dan Puspa (Schima wallichii).
Sedangkan pohon-pohon yang tumbuh lebih rendah dan berada di bawah kanopi
serta membentuk lapisan kedua terdiri dari pohon-pohon berukuran sedang, seperti Kina
(Chinchona succirubra), Kemadoh (Dendrocnide stimulan), Lutungan (Macaranga spp.),
Klawer (Engelhardia spicata) dan lain-lain dengan tinggi 15 m sampai 20 m.
Setelah itu, terdapat lapisan ketiga yang terdiri dari tanaman perdu dan terna yang
tingginya 5 m hingga 10m, antara lain jenis liana (memanjat) seperti rotan (Calamus
spp.), anggur hutan (Cayratia spp., Cissus spp.), keladi hutan (Homalomena spp.) dan
jenis epifit (menumpang) seperti anggrek (Orchidaceae), berbagai jenis lumut (mosses),
paku (fern).
Pada lantai hutan terdapat lapisan dasar yang tersusun atas tumbuhan herba, antara
lain Akar wangi (Polygala paniculata), Begonia spp., dan rumput, seperti rumput jago
(Oplismenus burmanii), Pragmithes karka. Bioma pegunungan ini dapat ditemukan di
kawasan Bukit Plawangan dan Bukit Turgo.
13
2. Pegunungan Campuran
Padang rumput alpin merumpun. Lebat dan padat. tanah dalam dan drainase baik.
Elevasi 4.000 – 4.500 m dpi. Tidak terdapat perdu.
Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang memiliki beberapa tipe ekosistem. Salah
satu gunung yang berada di kawasan ini yang terkenal adalah Gunung Argapura yang
14
merupakan salah satu gunung favorit bagi pendaki di Indonesia. Beberapa ekosistem
yang ada di Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang antara lain:
Pada tipe ekosistem ini memiliki vegetasi hutan tropis, terletak pada ketinggian
1200 - 1900 m dpl. Komposisi jenis dan struktur vegetasinya beragam mulai dari
tumbuhan bawah, semak, perdu, tumbuhan tingkat semai, pancang dan pohon. Pohon-
pohon yang berada dalam kawasan ini bisa mencapai tinggi lebih dari 30 meter. Adapun
jenis - jenis vegetasi yang ada dalam ekosistem ini antara lain Jamuju (Podocarpus
imbricatus), Pasang (Quercus sp), Sapen (Engelhardia spicata) dan Tutup (Homalanthus
sp) .
Terdapat pada ketinggian 2000-3000 meter dari permukaan laut. Tipe ekosistem ini
didominasi vegetasi hutan cemara (Casuarina junghuniana), sering disebut hutan coniver
karena didominasi oleh pohon berdaun jarum. Hutan cemara merupakan hutan sekunder
yang telah mencapai klimaks dan mampu tumbuh secara alami pada daerah - daerah abu
vulkanis, tanah longsor, lereng - lereng berbatu dan jurang berpasir. Pada lantai bawah
ditumbuhi oleh herba pegunungan, antara lain Euphorbia javanica, Poligonum chinense,
Pteridium dan Elsholzia Pubescens.
3. Ekosistem Savana
Tipe ekosistem savana ini terjadi akibat adanya kerusakan hutan yang terus
menerus karena adanya kebakaran. Ekosistem ini terdapat di alun-alun besar Sikasur,
alun-alun kecil, dan alun-alun lonceng. Jenis - jenis yang dominan diantaranya Alang-
alang (Imperata cylindrica), Pennisetum alopecurodies, Euphorbia spdan Pteridium sp.
4. Ekosistem Rawa/Danau
Pada pembahasan kali ini kita akan membahas tentang ekosistem tundra yang
masuk dalam kategori ekosistem alami dan secara detailnya masuk dalam kategori
ekosistem gunung. Berikut merupakan beberapa pengertian dari tundra :
1. Merupakan sebuah ekosistem yang sebagian besar wilayahnya ditutup oleh es,
dimana tanahnya sebagian besar merupakan batuan induk yang telah mengalami
sedikit pelapukan.
2. Biasanya pengembangan ekosistem ini tidak dapat bertahan lama, rata-rata hanya
dapat bertahan sekitar 30-140 hari.
3. Wilayah yang menjadi pembentukan ekosistem ini merupakan wilayah yang
memiliki curah hujan rendah, yaitu sekitar 100-250 mm/tahun.
4. Memiliki musim dingin yang panjang yaitu sekitar 9 bulan dan juga gelap,
sedangkan musim panasnya berlangsung dengan cepat yaitu hanya 3 bulan dan
terang.
5. Merupakan wilayah yang memiliki kecepatan angin tinggi dan juga suhunya yang
dingin dengan rata-rata suhu tertingginya hanya 10 derajat Celcius sedangkan suhu
terendahnya mencapai -35 derajat Celcius.
6. Merupakan wilayah yang memiliki tanah yang bersifat permafrost yaitu bagian
bawah tanah yang membeku secara permanen.
16
7. Wilayah yang memiliki setidaknya 20% dari daerah artik dari permukaan tanah
bumi.
8. Dilihat dari segi keanekaragaman biotiknya yang rendah, struktur vegetasinya
sederhana serta musim pertumbuhan dan reproduksinya sangat pendek.
Flora
Fauna
1) Ekosistem tundra dapat dijumpai pada hewan yang memiliki bulu tebal sehinnga
tubuhnya tetap merasa hangat, contohnya adalah hewan bison kutub, rusa kutub,
pingun, singa laut, rubah, kelinci salju dan beruang kutub.
2) Selain terdapat di hewan yang memiliki bulu tebal, ekosistem tundra juga dapat
ditemukan di hewan unggas seperti burung elang dan burung hantu.
3) Tidak hanya di darat, ekosistem ini juga terdapat di air. Dan beberapa hewan yang
terlibat dalam hal ini adalah paus putih dan paus bertanduk.
17
Berikut adalah jenis dari ekosistem tundra. Secara umum, ekosistem tundra terbagi
menjadi 2 yaitu :
Dampak Positif
1. Dengan adanya ekosistem tundra ini maka akan meningkatkan hasil ikan salmon.
2. Ekosistem ini juga dapat digunakan sebagai tempat hidup bagi paus beluga dan
paus harwhal.
3. Selain sebagai tempat hidup bagi paus, ekosistem tundra ini juga sebagai tempat
tinggal bagi orang suku es-kimo.
4. Sebagai tempat hidup bagi hewan-hewan yang memang hidup di tempat yang
dingin seperti penguin, beruang kutub, rusa kutub dan lain sebagainya.
Dampak Negatif
Berikut adalah dampak negatif dari hilangnya ekosistem tundra di bumi ini :
https://rimbakita.com/hutan-pegunungan/
https://www.pelajaran.co.id/2016/17/penjelasan-ekosistem-terestrial-daratan-
terlengkap.html
https://www.profauna.net/id/content/suaka-margasatwa-dataran-tinggi-yang-habitat-
penting-satwa-langka#.XnDk9agzbIU
https://ilmugeografi.com/biogeografi/ekosistem-tundra
19