Anda di halaman 1dari 21

“PENGERTIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN

HABITAT MAKHLUK HIDUP TINGKAT SPESIES,


POPULASI DAN EKOSISTEM”
Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Ekologi

Dosen Pengampu : Dra. Syarifah Miftahul El Jannah, M.BIOMED

Disusun Oleh

Tingkat 1-D3B Kelompok 3

1. Puteri Ullyana Saragih (P21345119059)


2. Randi Nurhakiki (P21345119065)
3. Salsabila Nurul Andya (P21345119076)
4. Shabrina Arviyanti (P21345119080)
5. Zahrah Nanda Elvira (P21345119089)

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
JAKARTA II
Jalan Hang Jebat III F3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120 Telp.
021.7397641, 7397643 FAX. 021.7397769
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nyalah,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengertian Keanekaragaman
Hayati Dan Habitat Makhluk Hidup Tingkat Spesies, Populasi Dan Ekosistem “ sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Penulis menyadari bahwa yang diungkapkan dalam
makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan
yang dimiliki oleh penulis, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi penulis
apabila mendapatkan kritikan dan saran yang membangun makalah ini sehingga selanjutnya
akan lebih baik dan sempurna.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak dan sebagai media pembelajaran kimia lingkungan khususnya dalam segi
teoritis sehingga dapat membuka wawasan ilmu pengetahuan serta akan menghasilkan yang
lebih baik di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan yang telah
diberikan oleh berbagai pihak sampai tersusunnya makalah ini.

Jakarta, 19 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Perumasan Masalah ………………………………………... 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
2.1 Ekosistem Dataran Rendah .................................................... 3
2.2 Ekosistem Dataran Tinggi ..................................................... 13
2.2.1 Ekosistem Hutan Pegunungan....................................... 13
2.2.2 Variasi Ekosistem Dataran Tinggi ................................ 14
2.3 Ekosistem Tundra .................................................................. 16
2.3.1 Pengertian Ekosistem Tundra ....................................... 16
2.3.2 Ciri Dan Klasifikasi Ekosistem Tundra ........................ 16
2.3.3 Penyebaran Ekosistem Tundra ..................................... 17
2.3.4 Jenis Ekosistem Tundra ................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 19

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keanekaragaman hayati adalah tingkat variasi bentuk kehidupan dalam,
mengingat ekosistem bioma spesies,, atau seluruh planet. Keanekaragaman hayati adalah
ukuran dari kesehatan ekosistem. Keanekaragaman hayati adalah sebagian fungsi dari iklim.
Pada habitat darat, s daerah tropis biasanya kaya sedangkan spesies dukungan daerah kutub s
lebih sedikit. Perubahan lingkungan yang cepat biasanya menyebabkan kepunahan massal s.
Salah satu perkiraan adalah bahwa kurang dari 1% dari spesies yang ada di Bumi adalah yang
masih ada.
Sejak kehidupan dimulai di bumi, lima kepunahan massal besar dan peristiwa kecil
telah menyebabkan beberapa tetes besar dan mendadak dalam keanekaragaman hayati. Para
eon Fanerozoikum (yang 540 juta tahun terakhir) ditandai pertumbuhan yang cepat dalam
keanekaragaman hayati melalui ledakan-Kambrium sebuah periode di mana
mayoritas filum multiseluler pertama muncul. 400 juta tahun ke depan termasuk diulang,
kerugian besar keanekaragaman hayati diklasifikasikan sebagai kepunahan massal.
Dalam Karbon, kolaps hutan hujan menyebabkan kerugian besar dari kehidupan tanaman dan
hewan. Peristiwa kepunahan Permian-Trias, 251 juta tahun lalu, adalah yang terburuk;.
Pemulihan vertebrata butuh waktu 30 juta tahun. Yang paling terakhir, peristiwa kepunahan
Cretaceous-Paleogen, terjadi 65 juta tahun lalu, dan sering menarik perhatian lebih dari yang
lain karena mengakibatkan kepunahan dinosaurus s.
Periode sejak munculnya manusia telah menunjukkan pengurangan keanekaragaman
hayati yang sedang berlangsung dan kerugian atas keragaman genetik. Dinamakan kepunahan
Holocene, pengurangan ini disebabkan terutama oleh dampak manusia, terutama kerusakan
habitat. Sebaliknya, keanekaragaman hayati dampak kesehatan manusia dalam berbagai cara,
baik secara positif maupun negatif.
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup yangmenunjukkan
keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu daerah. Adadua faktor penyebab
keanekaragaman hayati, yaitu faktor genetik dan faktor luar.  Faktor genetik bersifat relatif
konstan atau stabil pengaruhnya terhadap morfologiorganisme. Sebaliknya, faktor luar relatif
stabil pengaruhnya terhadap morfologi organisme. Keanekaragaman hayati dapat terbentuk
karena adanya keseragaman dan keanekaragaman untuk sifat atau ciri makhluk hidup.
Keanekaragam hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan. Saat ini tekanan
terhadap keanekaragaman hayati makin tinggi. Kemajuan tekhnologi telah mengubah fungsi

1
2

berbagai flora dan fauna sebagai hasil hutan. Akibatnya dimasa mendatang diramalkan
degradasi lingkungan makin tinggi. Oleh karena itu keaekaragaman hayati perlu dilestarikan.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah umum yang terdapat dalam penulisan makalah ini adalah  tentang  keanekaragaman
hayati. Agar permasalahan tersebut tidak terlalu luas maka dibatasi menjadi sub-sub masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dari ekosistem dataran rendah dan terdapat apa sajakah dari
ekosistem tersebut?
2. Apa yang dimaksud dari ekosistem dataran tinggi dan terdapat apa sajakah dari
ekosistem tersebut?
3. Apa yang dimaksud dari ekosistem dataran tundra dan terdapat apa sajakah dari
ekosistem tersebut?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui yang dimaksud ekosistem dataran rendah dan rangkaian


penguraian dari ekosistem tersebut
2. Untuk mengetahui yang dimaksud ekosistem dataran tinggi dan rangkaian penguraian
dari ekosistem tersebut
3. Untuk mengetahui yang dimaksud ekosistem tundra rendah dan rangkaian penguraian
dari ekosistem tersebut
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Ekosistem Dataran Rendah

Hutan dataran rendah di Sumatera dan Kalimantan menjadi habitat bagi spesies
mamalia besar. Gajah, harimau, tapir, beruang, rusa, dapat ditemukan pada wilayah dataran
rendah. Ekosistem ini banyak dirujuk sebagai hutan hujan tropis yang sebenarnya. Hutan
hujan tropis dataran rendah sejauh ini menjadi sumber utama pemanenan kayu. Selain karena
kekayaan jenis kayu komersil, secara ekonomi hutan dataran rendah juga memudahkan akses
pengangkutan kayunya.c

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya
alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam komunitas alam lingkungannya yang
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya (UU RI Nomor 18 Tahun 2013).
Hutan di Indonesia mempunyai tiga tipe ekosistem alami, yaitu hutan monson, hutan
pegunungan, dan hutan dataran rendah (Pamulardi, 1999). Hutan dataran rendah terletak pada
ketinggian 0 – 1000 meter dari permukaan laut dan merupakan bagian terbesar hutan yang
mencakup kawasan yang paling luas di Indonesia. Hutan dataran rendah ditandai dengan
adanya tumbuhan pemanjat pohon yang banyak dan lebat, pohon-pohon berbanir besar dan
banyak pohon-pohon dengan batang yang tinggi bulat mempunyai kulit yang halus (Anwar et
al., 1992). Di hutan dataran rendah banyak terdapat spesies pohon anggota famili
Dipterocarpaceae, selain itu terdapat famili Lauraceae, Myrtaceae, Miristicaceae, dan
Ebenaceae (Soerianegara & Indrawan, 2016). Menurut Soerianegara dan Indrawan (2016),
hutan dataran rendah dapat dikelompokkan kedalam dua kategori, yakni hutan dataran rendah
Dipterocarpaceae yang didominasi oleh genus Shorea, Dipterocarpus, Dryobalonops,
Cotylelobium dan Hopea. Sedangkan hutan dataran rendah Non-Dipterocarpaceae yang
didominasi oleh genus Anisoptera, Hopea, Shorea, dan Vatica (Mongabay, 2012). Hutan
dataran rendah Dipterocarpaceae menyebar di wilayah Indonesia bagian barat khususnya di
pulau Kalimantan dan Sumatera, dan Malaysia, Brunei, Filipina (Ashton, 1982). Sementara
hutan dataran rendah Non-Dipterocarpaceae di temukan di belahan Indonesia bagian timur
Sulawesi, Maluku, BaliLombok, dan Papua-Nugini (Purwaningsih, 2004). Hutan dataran
rendah adalah salah satu jenis tegakan yang perlu diteliti struktur dan komposisinya
dikarenakan areal ekosistem dataran rendah memiliki kekayaan keanekaragaman hayati dan
tingkat endemisme yang tinggi. Namun demikian, pada umumnya hutan ini telah banyak
mengalami degradasi karena dekatnya pemukiman masyarakat sehingga dapat rentan

3
4

kehilangan sumberdaya genetika. Salah satu hutan dataran rendah NonDipterocarpaceae yang
ditemukan di Pulau Sulawesi adalah hutan dataran rendah di Kompleks Gunung
Bulusaraung. Gunung Bulusaraung merupakan kawasan Taman Nasional Bantimurung
Bulusaraung, dimana hutan dataran rendah di lokasi ini adalah salah satu ekosistem utama
yang dimiliki oleh TN BABUL.Sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian yang
mendalam tentang potensi keanekaragaman hayati di hutan dataran rendah tersebut, sehingga
dengan demikian potensi hutan yang ada di areal tersebut sangat perlu dikaji.Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis dan strukur vegetasi hutan di Kompleks Gunung
Bulusaraung untuk bisa dijadikan pertimbangan dalam perencanaan dan pengembangan TN
BABUL

1. Komposisi dan Sebaran Jenis Hasil penelitian ini ditemukan sebanyak 44 jenis
tingkat pohon, 65 jenis tingkat tiang, 40 jenis tingkat pancang, dan 25 jenis
tingkat semai. Delapan puluh dua jenis tumbuhan dari 37 famili telah berhasil
diidentifikasi, dan 13 jenis tumbuhan lainnya hanya sampai ditingkatan nama
lokal. Sebaran jenis tumbuhan berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan
laut diperlihatkan pada Tabel 1.

No Nama local Nama latin Famili Ketinggian (m dpl)

550 650 750

1 Bakang Neolitsea javanica Lauraceae   


bitotoeng
2 Bakang Litsea pallida Lauraceae   
Taipa
3 Bintahang Neonauclea excels Rubiaceae   

4 Bitao Calophyllum sp. Calophyllaceae   

5 Bontang- Sp 8   
bontang
6 Dao Dracontomelon Anacardiaceae   
dao
7 Garassi Beilschmiedia Lauraceae   
gemmiflora
8 Jambu ri jene Syzygium Myrtaceae   
rostratum
9 Kasunu Lithocarpus Fagaceae   
celebicus
5

10 Lento-lento Arthrophyllum Araliaceae   


diversifolium
11 Locong- Euphorianthus Annonaceae   
locong euneurus
12 Mahai botto Mitrephora Annonaceae   
celebica
13 Mara-mara Melicope triphylla Rutaceae   
sikapa
14 Pajung- Elaeocarpus sp. Elaeocarpaceae   
pajung
15 Pangi-pangi Cryptocarya ferrea Lauraceae   

16 Pattung- Garcinia treubii Clusiaceae   


pattung
17 Sipi-sipi Psydrax dicoccos Rubiaceae   

18 Susuang Phaleria octandra Thymelaeaceae   

19 Tampallang Persea rimosa Lauraceae   


kacci
20 Tappu Cryptocarya Lauraceae   
laevigata
21 Tera-terasa Dyctyoneura Sapindaceae   
acuminate
22 Tera-terasa Guioa diplopetala Sapindaceae   
laki
23 Arita Alstonia scholaris Apocynaceae   _

24 Bisuhu Magnolia lilifera Magnoliaceae   _

25 Bosi-bosi Dillenia serrate Dilleniaceae   _

26 Damar- Canarium asperum Burseraceae   _


damar putih
27 Malapao Buchanania Anacardiaceae   _
arborescens
28 Orisi Koordersiodendro Anacardiaceae   _
n pinnatum
29 Rao dare Timonius Rubiaceae   _
minahasae
30 Tayinna lolo Garcinia Clusiaceae   _
lateriflora
31 Mana-mana Alchornea rugose Euphorbiaceae   _
6

32 Bakang Litsea ochracea Lauraceae _  


Lamma
33 Binappu Horsfieldia Myristicaceae _  
lancifolia
34 Cabarentu Beilschmiedia Lauraceae _  
gemmiflora
35 Katangka Rhadermachera Bignoniaceae _  
pinnata
36 Lemo-lemo Rothmannia Rubiaceae _  
merrilli
37 Malaka Phyllanthus Phyllanthaceae _  
emblica
38 Taipa bahang Mangifera laurina Anacardiaceae _  

39 A'ba-a'ba Steganthera Monimiaceae  _ 


elliptica
40 Banyoro Pterospermum Malvaceae  _ 
celebicum
41 Galingkang Nothaphoebe Lauraceae  _ 
patentinervis
42 Garu Aglaia elliptica Meliaceae  _ 

43 Jampu- Sp 4  _ 
jampu
44 Kenanga Canangium Annonaceae  _ 
odoratum
45 Mali- Mali Leea indica Vitaceae  _ 

46 Nyato Palaquium Sapotaceae  _ 


obovatum
47 Puca Heritiera sylvatica Malvaceae  _ 
Lakkang
48 Angkame Anodendron Apocynaceae  _ _
(liana) paniculatum
49 Bera- berasa Maesa ramentacea Primulaceae  _ _

50 Bicoro Melastoma Melastomatacea  _ _


malabathricum e
51 Bilalang Sp 5  _ _

52 Bune Antidesma bunius Phyllanthaceae  _ _

53 Katondeng Sp 1  _ _
7

palliasa
54 Kayu Cipadessa Meliaceae  _ _
kerambu baccifera
55 Kelong Antidesma Phyllanthaceae  _ _
tomentosum
56 Kemiri Aleurites Euphorbiaceae  _ _
moluccana
57 Kodong- Sp 3  _ _
kodong
58 Lamporo- Psychotria Rubiaceae  _ _
lamporo bayi leptothyrsa
59 Mahai Xylopia peekelii Annonaceae  _ _

60 Mani-mani Lasianthus Rubiaceae  _ _


stercorarius
61 Bakang Litsea mappacea Lauraceae _  _
Katala
62 Impallasa Ficus amplas Moraceae _  _

63 Inranlo Sp 7 _  _

64 Lambiri Sp 9 _  _

65 Lamolo Tetrastigma Vitaceae _  _


(liana) trifoliatum
66 Lica-lica Psychotria Rubiaceae _  _
romang celebica
67 Maranne Sp 6 _  _

68 Ropisi Baccaurea Phyllanthaceae _  _


javanica
69 Sattulu’ Sandoricum Meliaceae _  _
coetcape
70 Tumea Pleiogynium Anacardiaceae _  _
Timorese
71 Bilalang Sp 10 _ _ 
bassi
72 Bintahang Ixora imitans Rubiaceae _ _ 
laki
73 Dadi-dadi Symplocos Symplocaceae _ _ 
maliliensi
74 Gammi Pterocymbium Malvaceae _ _ 
tinctorium
8

75 Ganjeng- Piper miniatum Piperaceae _ _ 


ganjeng
76 Jambu Sp 12 _ _ 
garassi
77 Kajuara Ficus benjamina Moraceae _ _ 

78 Kali mokere Tarennoidea Rubiaceae _ _ 


wallichii
79 Kalumpenga Oreocnide Urticaceae _ _ 
rubescens
80 Katabo Mallotus repandus Phyllanthaceae _ _ 

81 Kayu bunga Engelhardia Juglandaceae _ _ 


serrate
82 Kayu pala Sp 11 _ _ 

83 Kayu saleang Prunus arborea Rosaceae _ _ 

84 Keru-keru Ficus geocharpa Moraceae _ _ 

85 Lalatang Sp 2 Urticaceae _ _ 
manu
86 Lambu- Mallotus Euphorbiaceae _ _ 
lambu mollissimus
87 Lasisi parang Glochidion sp Phyllanthaceae _ _ 

88 Lutu Sp 13 _ _ 

89 Mata allo Callicarpa Lamiaceae _ _ 


pentandra
90 Ninning Saurauia tristyla Actinidiaceae _ _ 

91 Pala-pala Myristica impressa Myristicaceae _ _ 

92 Pamerakkang Knema globularia Myristicaceae _ _ 

93 Paradeang Glochidion Phyllanthaceae _ _ 


lutescens
94 Pucak sasa Planchonia valida Lecythidaceae _ _ 

95 Putih sihali Acer laurinum Sapindaceae _ _ 

Total 186 238 253


9

Tabel 1 memperlihatkan bahwa sebaran tumbuhan pada ketiga ketinggian dapat


dikelompokkan kedalam 7 kelompok berdasarkan kehadiran tiap jenis.. Kelompok pertama
yang ditemui pada ketinggian 550 m dpl – 750 m dpl, terdiri dari 22 jenis. Beberapa
diantaranya adalah Neolitsea javanica, Arthrophyllum diversifolium, Persea rimosa,
Lithocarpus celebicus, dan Psydrax dicoccos. Kelompok kedua ditemui hanya pada
ketinggian 550 m dpl dan 650 m dpl. Kelompok ini terdiri dari 9 jenis, beberapa diantaranya
yaitu Alstonia scholaris, Dillenia serrata, Buchanania arborescens, dan Garcinia lateriflora.
Kelompok ketiga ditemui pada ketinggian 650 m dpl dan 750 m dpl yang ditemui ialah
Horsfieldia lancifolia, Rothmannia merrilli, Phyllanthus emblica, dan Litsea ochracea.
Kelompok keempat ditemui pada ketinggian 550 m dpl dan 750 m dpl yang terdiri dari 9
jenis. Beberapa jenis diantaranya yang ditemukan ialah Steganthera elliptica, Pterospermum
celebicum, Nothaphoebe patentinervis, dan Aglaia elliptica. Kelompok kelima ditemukan
hanya pada satu petak saja. Pada ketinggian 550 m dpl ditemukan 13 jenis, adapun beberapa
diantaranya Psychotria leptothyrsa, Antidesma bunius, Maesa ramentacea, dan Anodendron
paniculatum. Kelompok keenam, Ficus amplas, Litsea mappacea, Baccaurea javanica, dan
Tetrastigma trifoliatum adalah beberapa diantara jenis yang ditemukan pada ketinggian 650
m dpl. Kelompok terakhir pada ketinggian 750 m dpl, diantaranya Symplocos maliliensi,
Callicarpa pentandra, Pterocymbium tinctorium, dan Saurauia tristyla adalah beberapa jenis
lain yang ditemukan.

2. Indeks Nilai Penting


Indeks nilai penting suatu jenis pada setiap tingkat pertumbuhan
mengalami perubahan seiring dengan pertambahan ketinggian. Hasil
perhitungan INP pada tingkatan pohon memperlihatkan bahwah ketinggian
550 mdpl pada tingkat pohon didominasi oleh Palaquium obovatum sebesar
43,83 %, pada 650 m dpl adalah Persea rimosa (40,89 %), dan pada ketinggian
750 m dpl Arthrophyllum diversifolium (47,93 %). Jenis tiang yang
mendominasi pada ketinggian 550 m dpl adalah Cryptocarya laevigatadengan
INP sebesar 57,60%. Pada ketinggian 650 m dpl dan 750 m dpl jenis yang
mendominasi adalah Arthrophyllum diversifolium dengan INP berturut-turut
sebesar 57,82% dan 57,08%. Pada tingkatan pancang yang mendominasi pada
ketinggian 550 m dpl dan 650 m dpl adalah Dyctyoneura acuminatadengan
INP berturut-turut sebesar 34,72% dan 39,04%, dan pada ketinggian 750 m
dpl, jenis pancangyang mendominasi adalah Cryptocarya ferrea dengan INP
10

sebesar 20,55%. Sedangkan jenis tumbuhan tingkat semai yang mendominasi


pada ketinggian 550 m dpl adalah Psychotria leptothyrsa (22,98%), pada
ketinggian 650 m dpl adalah Persea rimosa (30,77%), dan pada ketinggian 750
m dpl adalah Cryptocarya ferrea (40,67%).

3. Indeks Ekologi
Indeks ekologi terdiri dari Indeks Kekayaan Jenis (R), Indeks
Kemerataan Jenis (E), Indeks Keanekaragaman Jenis (H’), dan Indeks
Kesamaan Komunitas. Indeks ekologi diperlihatkan pada Tabel 2. Indeks
keanekaragaman jenis tertinggi adalah tingkatanIndeks kekayaan jenis
tertinggi pada tingkat semai terdapat pada ketinggian 550 m dpl dengan nilai R
sebesar 2,62, pada tingkat tiang dan pancang terdapat pada ketinggian 750 m
dpl dengan nilai R masing-masing sebesar 3,20 dan 3,69. Sedangkan pada
tingkat pohon terdapat pada ketinggian 650 m dpl dengan nilai R sebesar 3,59.
Kemudian indeks kemerataan pada ketiga ketinggian tempat untuk setiap
tingkatan pertumbuhan memiliki nilai diatas 0,75.Hal ini menunjukkan bahwa
komunitas pada ketinggian 550 – 750 mdpl termasuk komunitas stabil.

Ketinggian Tempat 550 mdpl 650 mdpl 750 mdpl


550 m pdl 100 62 53,6
650 m pdl _ 100 49,1
750 m pdl _ _ 100

Nilai indeks kesamaan komunitas yang didapatkan berkisar antara 49,1


- 62. Semakin besar nilai indeks kesamaan, maka komposisi jenis diantara dua
komunitas yang dibandingkan semakin sama. Nilai indeks kesamaan tertinggi
terdapat pada ketinggian 550 m dpl dengan 650 m dpl dengan indeks
kesamaan sebesar 62. Pada ketinggian 650 m dpl dengan 750 m dpl sebesar
49,1, dan pada ketinggian 550 m dpl dengan 750 m dpl dengan nilai indeks
kesamaan komunitas sebesar 53,6. Berdasarkan kriteria indeks kesamaan
jenis, pada ketinggian 550 m dpl dengan 650 m dpl dan ketinggian 550 m dpl
dengan 750 m dpl merupakan dua komunitas yang dianggap mirip. Sedangkan
padaketinggian 650 m dpl dengan 750 m dpl merupakan dua komunitas yang
dianggap berbeda.
11

4. Struktur Vegetasi
Struktur tegakan vertikal dapat diketahui dari hubungan antara
kerapatan pohon dengan kelas tinggi pohon (lapisan tajuk). Dari tiga petak
yang diperbandingkan antara ketinggian 550, 650, dan 750 m dpl, ada
perbedaan strata hutan yang ditemukan pada ketinggian 550 m dpl dan
ketinggian 650-750 m dpl. Pada ketinggian 550 m vegetasi hutan tersusun
atas 3 lapisan tajuk, sedangkan pada ketinggian 650 m dan 750 m hanya
tersusun atas 2 lapisan tajuk. Pada ketinggian 550 m dpl, lapisan tajuk paling
yang tingginya berada antara 17-25 m, terdiri oleh jenis Cipadessa baccifera.
Lapisan kedua yang tinggi pohonnya antara 8-17 m di isi oleh jenis
Lithocarpus celebicus, Persea rimosa, Arthrophyllumdiversifolium,
Cryptocarya laevigata, Canarium asperum, Melicope triphylla, Nothaphoebe
patentinervis, Euphorianthus euneurus, dan Calophyllum sp. Lapisan ketiga
yang tinggi pohonnya antara 1 – 8 m, diisi oleh jenis Garcinia treubii, Litsea
pallida, Mitrephora celebica, Garcinia treubii, Guioank diplopetala, dan
Phaleria octandra. Struktur vegetasi hutan pada ketinggian 550 m dpl.
Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa tutupan tajuk hutan pada
ketinggian 550 m dpl mencapai 80 hingga 90 %. Pada lokasi ketinggian 650
dan 750 m dpl nampak bahwa tegakan pohon hanya terdiri atas dua lapisan
tajuk hutan yaitu lapisan tajuk paling atas 8-17 m dan lapisan kedua antara 1-8
m. Lapisan paling atas terdiri oleh jenis Dyctyoneura acuminata,
Arthrophyllum diversifolium, Litsea mappacea, Buchanania arborescens,
Dillenia serrata, dan Persea rimosa. Lapisan kedua di isi oleh jenis Horsfieldia
lancifolia, Rhadermachera pinnata, Mallotus mollissimus, Lithocarpus
celebicus, Syzygium rostratum, Phyllanthus emblica, Calophyllum sp.,
Euphorianthus euneurus, dan Psydrax dicoccos. Struktur lapisan dan tutupan
tajuk vegetasi hutan pada ketinggian 650 sedangkan struktur lapisan dan
tututpan tajuk hutan pada ketinggian 750 m dpl
12

2.2 Ekosistem Dataran Tinggi

2.2.1 Ekosistem Hutan Pegunungan

Hutan pegunungan bawah Elevasi 1.000-2.500 m dpi. Di atas 1.500 m berupa


hutan lumut, anggrek, dan epifit. Hutan pegunungan atas Elevasi 2.500-3.300 m
dpi.Tinggi pohon mencapai 25 m.

Salah satu contoh hutan didaerah pegunungan yang ada di Pulau Jawa adalah hutan
di lereng gunung Merapi. Hutan di wilayah kaki gunung Merapi terdiri dari hutan
pegunungan asli dan campuran yang merupakan bekas hutan produksi.

1. Pegunungan Asli

Bioma pegunungan asli memiliki ciri, yaitu keanekaragaman spesies serta tutupan
yang tinggi dan rapat, yakni berupa lapisan pertama yang tumbuh mencapai tinggi 30 m
hingga 40 m. Pada lapisan ini juga dapat dijumpai beberapa spesies pohon yang memiliki
tajuk menonjol mencapai 40 m hingga 60 m.

Spesies tumbuhan pohon yang tumbuh tinggi, antara lain pohon Rasamala
(Altingia excelsa), Jamuju (Podocarpus imbricatus), Kiputri (Podocarpus neriidolius),
Sarangan (Castanopsis argantea), dan Puspa (Schima wallichii).

Sedangkan pohon-pohon yang tumbuh lebih rendah dan berada di bawah kanopi
serta membentuk lapisan kedua terdiri dari pohon-pohon berukuran sedang, seperti Kina
(Chinchona succirubra), Kemadoh (Dendrocnide stimulan), Lutungan (Macaranga spp.),
Klawer (Engelhardia spicata) dan lain-lain dengan tinggi 15 m sampai 20 m.

Setelah itu, terdapat lapisan ketiga yang terdiri dari tanaman perdu dan terna yang
tingginya 5 m hingga 10m, antara lain jenis liana (memanjat) seperti rotan (Calamus
spp.), anggur hutan (Cayratia spp., Cissus spp.), keladi hutan (Homalomena spp.) dan
jenis epifit (menumpang) seperti anggrek (Orchidaceae), berbagai jenis lumut (mosses),
paku (fern).

Pada lantai hutan terdapat lapisan dasar yang tersusun atas tumbuhan herba, antara
lain Akar wangi (Polygala paniculata), Begonia spp., dan rumput, seperti rumput jago
(Oplismenus burmanii), Pragmithes karka. Bioma pegunungan ini dapat ditemukan di
kawasan Bukit Plawangan dan Bukit Turgo.
13

2. Pegunungan Campuran

Bioma pegunungan campuran tersusun dari tumbuhan untuk keperluan konservasi


atau bekas hutan produksi. Bioma pada hutan ini salah satunya terdapat di kawasan
Bebeng, lereng gunung Merapi. Jenis tumbuhan tersebut antara lain Soga (Acacia
deccurens) Pinus (Pinus merkusii), serta berbagai jenis pohon cemara.

a. Ekosistem Padang Rumput Pegunungan


Padang rumput semak tepi hutan Terdapat di Papua,kedalaman tanah dangkal.
Elevasi 3.300 3.800 m dpi. Komunitas berupa rumput dan semak. Padang rumput
dengan paku pohon. Elevasi 3.200-3.700 m dpi. Di dataran tinggi Kemabu dan
sekitar Rawa Cartenz. Tumbuhan paku pohon membentuk rumpun. Padang rumput
merumpun Elevasi 3.300-4.100 m dpi. Di Papua dan Papua Nugini. Hampir tidak
berperdu.
b. Ekosistem Vegetasi pada Tebing Batu
Vegetasi berupa rumput dan tumbuhan paku, terdapat di sekitar Cartenz.
c. Ekosistem Padang Rumput Rawa
Elevasi 3.600-4.100 m dpi, tanah bergambut yang masam, kandungan mineral
rendah.
d. Ekosistem Danau Pegunungan
Umumnya berupa danau eutrofik, misalnya Danau Singkarak, Danau Maninjau,
Situ Bagendit, dan Situ Pangalengan.
e. Ekosistem Padang Rumput Alpin

Padang rumput alpin pendek terdapat di puncak terbuka di bukit-bukit Granit


dengan elevasi 4.100 – 4.200 m dpi. Permukaan tanah berupa lumut dan liken.

Padang rumput alpin merumpun. Lebat dan padat. tanah dalam dan drainase baik.
Elevasi 4.000 – 4.500 m dpi. Tidak terdapat perdu.

2.2.2 Variasi Ekosistem di Dataran Tinggi

Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang memiliki beberapa tipe ekosistem. Salah
satu gunung yang berada di kawasan ini yang terkenal adalah Gunung Argapura yang
14

merupakan salah satu gunung favorit bagi pendaki di Indonesia. Beberapa ekosistem
yang ada di Suaka Margasatwa Dataran Tinggi Yang antara lain:

1. Ekosistem Hutan Hujan Tropis

Pada tipe ekosistem ini memiliki vegetasi hutan tropis, terletak pada ketinggian
1200 - 1900 m dpl. Komposisi jenis dan struktur vegetasinya beragam mulai dari
tumbuhan bawah, semak, perdu, tumbuhan tingkat semai, pancang dan pohon. Pohon-
pohon yang berada dalam kawasan ini bisa mencapai tinggi lebih dari 30 meter. Adapun
jenis - jenis vegetasi yang ada dalam ekosistem ini antara lain Jamuju (Podocarpus
imbricatus), Pasang (Quercus sp), Sapen (Engelhardia spicata) dan Tutup (Homalanthus
sp) .

2. Ekosistem Hutan Cemara

Terdapat pada ketinggian 2000-3000 meter dari permukaan laut. Tipe ekosistem ini
didominasi vegetasi hutan cemara (Casuarina junghuniana), sering disebut hutan coniver
karena didominasi oleh pohon berdaun jarum. Hutan cemara merupakan hutan sekunder
yang telah mencapai klimaks dan mampu tumbuh secara alami pada daerah - daerah abu
vulkanis, tanah longsor, lereng - lereng berbatu dan jurang berpasir. Pada lantai bawah
ditumbuhi oleh herba pegunungan, antara lain Euphorbia javanica, Poligonum chinense,
Pteridium dan Elsholzia Pubescens.

3. Ekosistem Savana

Tipe ekosistem savana ini terjadi akibat adanya kerusakan hutan yang terus
menerus karena adanya kebakaran. Ekosistem ini terdapat di alun-alun besar Sikasur,
alun-alun kecil, dan alun-alun lonceng. Jenis - jenis yang dominan diantaranya Alang-
alang (Imperata cylindrica), Pennisetum alopecurodies, Euphorbia spdan Pteridium sp.

4. Ekosistem Rawa/Danau

Ekosistem rawa atau danau dalam kawasan terutama terkonsentrasi di sekitar


Danau Taman Hidup dan Danau Tunjung yang didominasi oleh jenis - jenis herba, antara
lain: Alchemilla villosa, Eriocaulon sollyanum, Rynchospora rungosa, Carex sp, Cyperus
flairdus, Oeennantjhe javanica dan Scirpus spp.
15

2.3 Ekosistem Tundra

2.3.1 Pengertian Ekosistem Tundra

Pada pembahasan kali ini kita akan membahas tentang ekosistem tundra yang
masuk dalam kategori ekosistem alami dan secara detailnya masuk dalam kategori
ekosistem gunung. Berikut merupakan beberapa pengertian dari tundra :

1. Tundra adalah suatu bioma dimana pertumbuhan pohon mengalami keterlambatan


yang disebabkan oleh rendahnya suhu lingkungan di sekitar. Tundra juga sering
disebut-sebut sebagai daerah tanpa pohon.
2. Tundra adalah daratan tanpa pepohonan. Tundra juga disebut sebagai padang lumut
karena sebagian besarnya terdiri atas lumut.

Jadi, ekosistem tundra adalah tempat dimana terjadi hubungan timbal balik antara


wilayah yang didominasi oleh es dengan makhluk hidup yang hidup disekitarnya.

2.3.2 Ciri dan Karakteristik

1. Merupakan sebuah ekosistem yang sebagian besar wilayahnya ditutup oleh es,
dimana tanahnya sebagian besar merupakan batuan induk yang telah mengalami
sedikit pelapukan.
2. Biasanya pengembangan ekosistem ini tidak dapat bertahan lama, rata-rata hanya
dapat bertahan sekitar 30-140 hari.
3. Wilayah yang menjadi pembentukan ekosistem ini merupakan wilayah yang
memiliki curah hujan rendah, yaitu sekitar 100-250 mm/tahun.
4. Memiliki musim dingin yang panjang yaitu sekitar 9 bulan dan juga gelap,
sedangkan musim panasnya berlangsung dengan cepat yaitu hanya 3 bulan dan
terang.
5. Merupakan wilayah yang memiliki kecepatan angin tinggi dan juga suhunya yang
dingin dengan rata-rata suhu tertingginya hanya 10 derajat Celcius sedangkan suhu
terendahnya mencapai -35 derajat Celcius.
6. Merupakan wilayah yang memiliki tanah yang bersifat permafrost yaitu bagian
bawah tanah yang membeku secara permanen.
16

7. Wilayah yang memiliki setidaknya 20% dari daerah artik dari permukaan tanah
bumi.
8. Dilihat dari segi keanekaragaman biotiknya yang rendah, struktur vegetasinya
sederhana serta musim pertumbuhan dan reproduksinya sangat pendek.

2.3.3 Penyebaran Ekosistem Tundra

Setiap ekosistem selalu memiliki daerah penyebarannya sendiri sesuai dengan


ketentuannya masing-masing. Dan berikut adalah penyebaran ekosistem tundra yang
dilihat dari segi flora dan juga fauna.

Flora

1) Ekosistem tundra dapat dijumpai di daerah rawa-rawa yang ditumbuhi rumput teki,


rumput kapas dan juga gundukan gambut.
2) Ekosistem tundra dapat dijumpai di daerah yang basah seperti
di Greenland, dimana terdapat di semak.
3) Selain dapat ditemukan di daerah yang yang dingin ataupun basah, ekosistem
tundra dapat dijumpai di daerah yang kering yang ditumbuhi lumut, rumput-rumput
teki dan beberapa tumbuhuan yang memiliki daun agak lebar.
4) Ekosistem tundra dapat dijumpai pula di daerah lereng-lereng batu yang terdapat
lumut kerak dan alga.

Fauna

1) Ekosistem tundra dapat dijumpai pada hewan yang memiliki bulu tebal sehinnga
tubuhnya tetap merasa hangat, contohnya adalah hewan bison kutub, rusa kutub,
pingun, singa laut, rubah, kelinci salju dan beruang kutub.
2) Selain terdapat di hewan yang memiliki bulu tebal, ekosistem tundra juga dapat
ditemukan di hewan unggas seperti burung elang dan burung hantu.
3) Tidak hanya di darat, ekosistem ini juga terdapat di air. Dan beberapa hewan yang
terlibat dalam hal ini adalah paus putih dan paus bertanduk.
17

2.3.4 Jenis Ekosistem Tundra

Berikut adalah jenis dari ekosistem tundra. Secara umum, ekosistem tundra terbagi
menjadi 2 yaitu :

1) Ekosistem tundra arktik – merupakan ekosistem yang terbentuk semenjak


puluhan ribu tahun yang lalu, tundra arktik merupakan ekosistem termuda di dunia.
2) Ekosistem tundra alpen – merupakan ekosistem yang berada di atas pegunungan
dengan ketinggian dan tingkat suhu dinginnya tertinggi di seluruh dunia. Tanah
yang ada dalam wilayah ini tidak ada sehingga tidak ada pohon yang dapat
tumbuh.

2.3.5 Dampak Ekosistem Tundra

Dampak Positif

Keberadaan ekosistem tundra memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Dengan adanya ekosistem tundra ini maka akan meningkatkan hasil ikan salmon.
2. Ekosistem ini juga dapat digunakan sebagai tempat hidup bagi paus beluga dan
paus harwhal.
3. Selain sebagai tempat hidup bagi paus, ekosistem tundra ini juga sebagai tempat
tinggal bagi orang suku es-kimo.
4. Sebagai tempat hidup bagi hewan-hewan yang memang hidup di tempat yang
dingin seperti penguin, beruang kutub, rusa kutub dan lain sebagainya.

Dampak Negatif

Berikut adalah dampak negatif dari hilangnya ekosistem tundra di bumi ini :

1. Hilangnya ekosistem tundra ini akan berakibat dan berdampak pada pemanasan


global.
2. Adanya ekosistem tundra ini juga dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman
hayati.
DAFTAR PUSTAKA

https://rimbakita.com/hutan-pegunungan/

https://www.pelajaran.co.id/2016/17/penjelasan-ekosistem-terestrial-daratan-
terlengkap.html

https://www.profauna.net/id/content/suaka-margasatwa-dataran-tinggi-yang-habitat-
penting-satwa-langka#.XnDk9agzbIU

https://ilmugeografi.com/biogeografi/ekosistem-tundra

19

Anda mungkin juga menyukai